Perkembangan Emosi Dan Sosial Anak Prasekolah

27
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL ANAK PRASEKOLAH 1. Anak Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan (Wong,2002). Masa balita, terutama pada masa prasekolah merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulangi lagi, maka masa prasekolah disebut masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical period) (Depkes RI, 2010). Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal ataupun informal ( Gunarsa, 2010). 2. Ciri-ciri Anak Prasekolah Menurut Moersintowarti ( 2008 ), ciri-ciri anak prasekolah atau anak TK yaitu: a. Ciri Fisik 1) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. 2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak. 3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak

description

KK

Transcript of Perkembangan Emosi Dan Sosial Anak Prasekolah

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL ANAK PRASEKOLAH

1. Anak Prasekolah

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada

masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan

spiritual yang begitu signifikan (Wong,2002). Masa balita, terutama

pada masa prasekolah merupakan masa yang sangat peka terhadap

lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat

diulangi lagi, maka masa prasekolah disebut masa keemasan (golden

period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis

(critical period) (Depkes RI, 2010).

Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan

mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan

sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar

formal ataupun informal ( Gunarsa, 2010).

2. Ciri-ciri Anak Prasekolah

Menurut Moersintowarti ( 2008 ), ciri-ciri anak prasekolah atau

anak TK yaitu:

a. Ciri Fisik

1) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki

penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat

menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.

2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan

istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa

mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang

diperlukan anak.

3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari

kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak

10

belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit

seperti mengikat tali sepatu.

4) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus

memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil

ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang

sempurna.

5) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang

melindungi otak masih lunak ( soft ). Hendaknya berhati-hati

bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai,

dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahayanya.

6) Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih

terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam

tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak

lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap

membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi

ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.

b. Ciri Sosial

1) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua

sahabat, tetapi shabat ini cepat berganti, mereka umumnya

dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau

bermain dengan teman, sahabat yang dipilih biasanya yang

sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang shabat

dari jenis kelamin yang berbeda.

2) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi

secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-

ganti.

3) Anak lebih mudah bergaul dan bermain bersebelahan dengan

anak yang lebih besar.

11

c. Ciri Emosional

1) Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan pada anak usia

tersebut.

2) Iri hati pada anak usia pra sekolah sering terjadi, mereka sering

sekali memperebutkan perhatian orang disekitarnya.

d. Ciri Kognitif

1) Anak pra sekolah pada umumnya terampil dalam berbahasa.

Sebagian dari mereka senang berbicara, khusunya dalam

kelompoknya sebaiknya anak diberi kesempatan untuk

berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi

pendengar yang baik.

2) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,

kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.

3. Perkembangan Emosi dan Sosial Anak Usia Prasekolah

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).

Perkembangan emosi dan sosial mencakup proses ketika anak

belajar nilai-nilai dan tingkah laku yang diterima oleh lingkungan.

Dalam aspek ini anak diperkenalkan tentang pengertian terhadap diri

sendiri, tanggung jawab terhadap dan orang lain, serta perilaku

prososial. Ini termasuk memperkenalkan kemampuan untuk mengikuti

aturan dan rutinitas, kemampuan empati, berbagi, dan lain-lain

(Pudjiati dan Rini, 2004).

12

4. Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah

a. Pengertian Perkembangan Emosi

Emosi berasal dari kata emetus atau emovere yang berarti

mencerca, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Menurut

Crow & Crow (Sunarti, 2001 ) “emosi merupakan suatu keadaan yang

bergejolak dalam diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai

inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan

dan keselamatan individu”. Emosi merupakan gejala psikis yang

bersifat subjetif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala

mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam

berbagai taraf. Menurut Syamsu Yusuf dalam Ulfah (2011), emosi

anak bertalian dengan perasaan fisik, dengan kualitas perasaan senang

( like) dan tidak senang ( dislike) jasmaniah

Perkembangan emosi berkaitan dengan kemampuan perasaan

yang tertanam sejak awal atau dini. Emosi memainkan peran yang

sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui

bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian

pribadi dan sosial ( Hurlock, 1978; Muscari, 2005).

Pada masa awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini

merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari

fokus, dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional

sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Emosi yang tinggi

kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis daripada masalah

fisiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan

beberapa hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak

lagi dan ia cenderung menolak larangan orang tua (Muscari, 2005).

13

b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi anak bergantung pada faktor pematangan (

maturasi ) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung hanya

pada salah satunya ( Hurlock, 1978).

1) Peran Pematangan

Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk

memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti,

memperhatikan rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama,

dan memutuskan ketegangan emosi pada satu obyek. Demikian

pula kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi

emosional. Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk

mematangkan perilaku emosional . Bayi secara relatif kekurangan

produksi kelenjar endokrin yang diperlukan untuk menopang rekasi

fisiologi terhadap sters. Kelenjar adrenalin memainkan peran

utama pada emosional mengecil secara tajam segera setelah bayi

lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan

membesar dengan pesat sampai anak berusia lima tahun,

pembesarannya melambat pada usia 5 dan usia 11 tahun, dan

membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun pada usia

16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti

pada saat anak lahir.

2) Peran Belajar

Lima jenis kegiatan belajra yang turut menunjang pola

perkembanga emosi pada masa kanak-kanak yaitu:

a) Belajar secara coba dan ralat

Anak belajar dengan cara coba-coba untuk mengekspresikan

emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan

terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan

pemuasan yang sedikit atau sama sekali tidak memberi

pemuasan.

14

b) Belajar dengan cara meniru

Belajar dengan cara meniru sekaligus mempengaruhi aspek

rangsangan dan aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal

yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-

anak berekasi dengan emosi dan metode ekspresi yag sama

dengan orang yang diamati.

c) Belajar dengan cara mempersamakan diri

Belajr dengan cara mempersamakan diri hampir sama dengan

belajar secara menirukan yaitu anak menirukan reaksi

emosional orang lain. Tetapi di sini anak hanya menirukan

orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang

kuat dengannya saja.

d) Belajar melalui pengkondisian

Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan, bukan

dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan

cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil

kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai

situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak

rasionalnya reaksi mereka.

e) Pelatihan

Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereksi

terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi

yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara

emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi

yang tidak menyenangkan.

15

c. Pola Perkembangan Emosi pada Anak Prasekolah

Emosi yang umum pada masa awal kanak-kanak menurut Muscari

(2005) dan Hurlock (1999 ) yaitu:

a) Amarah

Rasa marah dalah ekspresi yang sering diungkapkan pada masa

kanak-kanak. Penyebab rasa marah pada anak prasekolah

adalah mereka tidak menyukai gangguan terhadap barang milik

mereka dan selalu melawan anak lain yang mencoba meraih

mainan mereka atau mengganggu mereka selagi bermain.

Mereka juga marah jika disuruh melakukan sesuatu yang

enggan mereka lakukan pada saat itu. Anak mengungkapkan

rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan

menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-

lompat atau memukul.

b) Takut

Pengalaman anak selama periode prasekolah umumnya lebih

menakutkan dibandingkan dengan periode usia lainnya.

Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang

kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan

rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan

televisi, dan film-film dengan unsur yang menakutkan. Pada

mulanya reaksi anak terhadap takut adalah panik, kemudian

menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, bersembunyi,

menangis, dan menghindari situasi yang menakutkan.

c) Cemburu

Rasa cemburu adalah reaksi yang normal terhadap kehilangan

kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman

kehilangan kasih sayang. Anak menjadi cemburu bahwa ia

mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada

orang lain. Di sekolah, anak juga sering merasa cemburu

16

dengan perhatian guru ataupun teman. Untuk melindungi

keamanan mereka, anak kemudian mengembangkan sikap

kepemilikan terhadap guru atau teman sekalas yang mereka

pilih sebagai teman, dan marah apabila orang yang dianggap

miliknya tersebut memperlihatkan perhatian kepada orang lain.

Rasa cemburu dapat berkobar apabila guru membandingkan

anak dengan teman sekelasnya yang lain. Anak yang lebih

muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka

atau menunjukkannya dengan berperilaku kembali seperti anak

kecil. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian.

d) Ingin Tahu

Anak memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru

dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang

lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan

sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan

hukuman, ia bereaksi dengan bertanya.

e) Iri Hati

Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang

yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam

bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh

tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan

untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain atau dengan

mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.

f) Gembira

Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan dan juga

dikenal dengan keriangan, kesenangan, dan kebahagiaan.

Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak

layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana

yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan

tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan

17

kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, melompat-lompat

atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.

g) Sedih

Sedih adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang

disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Anak-anak

merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dianggap

penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda

mati seperti mainan. Secara khas anak mengungkapkan

kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat

terhadap kegiatan normalnya termasuk selera makan.

h) Kasih Sayang

Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang,

binatang, atau benda. Hal itu menunjukkan perhatian yang

hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau kata-

kata. Anak-anak cenderung paling suka kepada orang yang

menyukai mereka dan anakanak bersikap ramah-tamah

terhadap orang itu. Anak-anak belajar mencintai orang,

binatang, atau benda yang menyenangkannya. Agar menjadi

emosi yang menyenangkan dan dapat menunjang penyesuaian

yang baik, kasih sayang yang ditunjukkan oleh anak harus

berbalas. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila

sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya

secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek

kasih sayangnya.

d. Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Emosi Anak

Prasekolah

1) Dampak Positif

Emosi apabila diarahkan dengan baik, maka akan dapat

menjadikan anak tersebut dapat berkembang dengan baik.

Perkembangan emosi yang baik akan mengantarkan anak

18

tersebut dapat mengembangkan kemampuan imajinasi,

intelektual dan lain sebagainya ( Hurlock, 1999 ).

2) Dampak Negatif

Demikian pula perkembangan emosi anak juga dapat bedampak

negatif pada perkembangan anak. Hal ini dapat menyebabkan

kertelantaran emosi, seperti anak tidak cukup mendapatkan

pengalaman emosional yang menyenangkan, terutama

keingintahuan, kegembiraan, kebahagiaan, dan kasih sayang.

Bahaya emosional pada masa kanak-kanak yang besar

kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama

amarah. Kalau anak mengalami terlalu banyak emosi yang

kurang baik dan hanya sedikit mengalami emosi yang

menyenangkan maka hal ini akan mengganggu pandangan

hidup dan mendorong perkembangan watak yang kurang baik.

Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian pribadi dan

sosial berupa ketidakmampuan untuk melakukan empati

kompleks, suatu ikatan emosional antara individu dan orang-

orang yang berarti ( Hurlock, 1999 ).

5. Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah

a. Pengertian Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak

dalam berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan . Berarti

perkembangan sosial anak merupakan perolehan kemampuan perilaku

yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berperilaku yang dapat

diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang dapat diberikan oleh

kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok

sosialnya . Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu

melakukan hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak

dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan

19

mudah diterima sebagai anggota kelompok sosial di tempat mereka

mengembangkan diri ( Hurlock, 1999 ).

Kualitas/jenis dari hubungan sosial lebih penting daripada

kuantitas seringnya anak kontak sosial. Kalau anak menyenangi

hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang, maka

sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada

hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik.

Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk

berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan

hubungan sosial sebelumnya. Pada periode ini umumnya anak lebih

menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan

kelompok jenis kelamin yang berlawanan ( Hurlock, 1999 ).

b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Menurut Hurlock ( 1978 ) faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan sosial yaitu:

1) Faktor Keluarga

a) Hubungan antar orang tua, antar saudara, dan antar anak

dengan orang tua

Hubungan anak dengan orang tua ataupun saudara akan

terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka

dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan

yang baik akan ditunjang oleh komunikasi yang tepat.

Peran orang tua akan membimbing sang anak untuk

mengenal lingkungan tempat tinggalnya.

b) Urutan anak dalam keluarga

Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak

misalnya sang anak merupakan anak terakhir maka

dipastikan sang anak selalu bergantung pada orang tua dan

saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada

tingkat kemandirian anak tersebut.

20

c) Jumlah keluarga

Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang sedikit,

maka perhatian, waktu, dan kasih sayang lebih banyak

tercurahkan, dimana segala bentuk aktifitas dapat ditemani

ataupun dibantu. Hal ini berbeda dengan anak dengan

keluarga yang besar.

d) Perilaku keluarga terhadap anak

Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah

secara langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang

anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa saling

perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan

anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan

anak yang lebih baik dan terarah.

e) Harapan orang tua terhadap anak

Setiap orang tua berharap mempunyai anak yang baik,

cerdas, dan terarah dalam masa depannya, berkembang

sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa anak

prasekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai

perkembangannya.

2) Faktor di Luar Keluarga

a) Interaksi dengan teman sebaya

Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik,

maka secara alami dapat berinteraksi dengan teman sebaya

tanpa harus disuruh atau ditemani keluarga karena anak

memiliki arahan yang jelas.

b) Hubungan dengan orang dewasa di luar rumah

Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan

luar dan diberi arahan bergaul dengan siapa saja maka sang

anak dapat menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana

anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang lebih

dewasa darinya.

21

c. Pola Perkembangan Sosial pada Anak Prasekolah

Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian

sosial yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode

ini. Pola perilaku sosial dan tidak sosial pada usia prasekolah

menurut Hurlock ( 1999 ) yaitu:

1) Pola Sosial:

a) Meniru

Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan

perilaku orang yang sangat ia kagumi.

b) Persaingan

Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain

sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah

dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di

luar rumah.

c) Kerja sama

Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan

kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam

frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan

meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.

d) Simpati

Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan

dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang

timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak

bermain, semakin cepat simpati akan berkembang.

e) Empati

Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian

tentang perasaan dan emosi orang lain tetapi disamping itu

juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri

sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak

22

yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-

kanak berakhir.

f) Dukungan sosial

Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan

dari teman-teman menjadi lebih penting daripada

persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa

perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara

untuk memperoleh dukungan dari teman sebaya.

g) Membagi

Dari pengalaman bersama orang lain, anak mengetahui

bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial

adalah dengan membagi miliknya terutama mainan dengan

anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri

sendiri berubah menjadi sifat murah hati.

h) Perilaku Akrab

Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari

hubungan yang hangat, erat, dan personal dengan orang lain

berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang

di luar rumah seperti guru, benda-benda mati seperti

mainan kegemarannya atau bahkan selimut. Benda-benda

ini disebut objek kesayangan.

2) Pola Tidak Sosial:

a) Negativisme

Negativisme, atau melawan otoritas orang dewasa

mencapai puncaknya antara usia tiga sampai empat tahun

dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun

berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak

mendengar permintaan orang dewasa.

b) Agresif

Perilaku agresif meningkat antara usia dua dan empat tahun

dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai

23

diganti dengan serangan verbal dalam bentuk memaki-maki

atau menyalahkan orang lain.

c) Perilaku Berkuasa

Perilaku berkuasa atau “ merajai” mulai sekitar usia tiga

tahun dan semakin meningkat dengan bertambah

banyaknya kesempatan untuk kontak sosial.

d) Memikirkan Diri sendiri

Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah,

maka anak seringkali memikirkan dan mementingkan

dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun

perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku

murah hati masih sangat sedikit.

e) Mementingkan Diri Sendiri

Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku

mementingkan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat

dan perhatian kepada orang lain. Cepatnya perubahan ini

bergantung pada banyaknya kontak dengan orang di luar

rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima

oleh teman-teman.

f) Merusak

Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak

benda-benda di sekitarnya, tidak peduli miliknya sendiri

atau orang lain. Semakin hebat amarahnya, semakin luas

tindakan merusaknya.

g) Pertentangan Seks

Sampai empat tahun anak laki-laki dan perempuan bermain

dengan baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan

sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang

dianggap sebagai “ banci”. Banyak anak laki-laki yang

berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.

h) Prasangka

24

Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan

teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi

mereka jarang menolak bermain dengan anak ras lain.

d. Bahaya Dalam Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Ada lima bahaya terhadap berkembangnya penyesuaian sosial

yang kurang baik pada masa prasekolah yang sering terjadi. Pertama,

kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia tidak popular

diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian

tetapi ia juga kurang mempunyai kesempatan untuk belajar berperilaku

sesuai harapan teman-teman sebaya. Kedua, anak yang secara keras

dipaksa untuk bermain sesuai dengan seksnya akan bertindak secara

berlebihan dan ini akan menjengkelkan teman-teman sebaya. Ketiga,

sebagai akibat dari perlakuan teman-teman sebayanya, anak mungkin

dan sering kali mengembangkan sikap sosial yang tidak sehat.

Keempat, ketika anak menyadari bahwa teknik yang berhasil baik

diterapkan terhadap teman khayalan namun tidaklah demikian halnya

terhadap teman-teman yang sesungguhnya. Ia cenderung menjadi

anggota kelompok yang tidak dapat menyesuaikan diri. Kelima, anak

tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk menghibur diri sendiri

apabila ia terbiasa mepunyai teman pada setiap saat ia hendak bermain.

B. PENGETAHUAN

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga ( Notoatmodjo, 2010).

25

Pengetahuan guru taman kanak-kanak tentang perkembangan

emosi dan sosial anak usia 4-6 tahun adalah sesuatu yang berhasil

diketahui oleh guru TK berkaitan dengan perkembangan emosi dan

interaksi sosial yang terjadi pada anak usia 4-6 tahun ( prasekolah ).

Seorang guru dapat melakukan tindakan mengajar kepada peserta didik

apabila dia tahu tentang karakteristik perkembangan peserta didiknya

terlebih dahulu.

Pengaruh pengetahuan terhadap perkembangan anak sangat

penting karena guru yang mempunyai pengetahuan yang cukup dan

pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan anak didiknya (Notoatmodjo, 2010 ).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo ( 2005 ) pengetahuan yang

dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, memberi contoh dan sebagainya.

Dalam hal ini guru dapat menyebutkan dan menguraikan

perkembangan psikososial yang terjadi pada anak prasekolah. Guru

mengetahui karakteristik dan kebutuhan anak, mengetahui berbagai

hal yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.

26

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

Guru taman kanak-kanak di sini memahami aspek-aspek

perkembangan psikosoial anak prasekolah. Sehingga guru dapat

menjelaskan tujuan dan manfaat dari mengoptimalkan

perkembangan psikososial anak prasekolah.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagia aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

Guru taman kanak-kanak disini dapat menerapkan atau

mengaplikasikan model bimbingan yang dapat merangsang

perkembangan psikososial anak prasekolah. Guru juga dapat

menggunakan pengetahuan tentang perkembangan untuk

menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mendukung, dan

menantang.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar (membuat

bagan), mengelompokkan, membedakan, memisahkan, dan

sebagainya.

27

Guru dapat menganalisa dan mengelompokkan berbagai jenis

stimulasi yang dapat membantu perkembangan psikososial anak

prasekolah.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis ini merupakan suatu

kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Guru mampu merencanakan kegiatan pembelajaran bidang-

bidang pengembangan secara terpadu guna mengoptimalkan

perkembangan psikososial pada anak.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria

yang telah ada. Di sini guru taman kanak-kanak mampu melakukan

evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik .

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur

Menurut Hurlock ( 1999 ), semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang maka proses-

proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam

Hendra , 2008). Selain itu Abu Ahmadi (2001) dalam Hendra

28

(2008)juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang

itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.

Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada

umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Pada guru dengan umur dewasa, perkembangan cara berfikir telah

matang sehingga pengetahuan luas.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental

dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dari hasil proses belajar. Intelegensi merupakan

slah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi

secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan.

Semakin tinggi tingkat kecerdasan guru, semakin cepat

guru menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam

membimbing perkembangan peserta didiknya.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dengan orang

lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses

belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang ( Hendra, 2008 ).

d. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

29

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan

internal dan lingkungan eksternal yang berpengaruh baik secara

langsung dan tidak langsung pada individu, kelompok atau

masyarakat seperti lingkungan yang bersifat biologis, psikologis,

sosial, kultural, spiritual, iklim, politik, dll ( Mubarak, 2009 ).

Lingkungan yang sehat, nyaman, tenang, dan strategis akan

mempengaruhi cepatnya proses penyerapan pengetahuan oleh guru.

Apabila lingkungan di sekitarnya tidak kondusif, maka proses

penyerapan pengetahuan guru akan terganggu.

e. Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap

dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula

pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).

Tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan

guru tentang perkembangan psikososial anak. Jika pendidikan guru

semakin tinggi, maka makin mudah memperoleh dan menangkap

informasi yang diberikan mengenai tahap perkembangan

psikososial anak prasekolah.

f. Sumber informasi

Informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang

banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai

pengetahuan yang lebih luas ( Notoatmodjo, 2005).

Informasi yang diperoleh dari berbagai media misalnya

televisi, radio, atau surat kabar akan mempengaruhi pengetahuan

guru. Adanya informasi-informasi baru mengenai perkembangan

anak , maka akan memberikan landasan kognitif baru yang dapat

meningkatkan pengetahuan guru tentang perkembangan psikososial

anak prasekolah.

30

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memeproleh

kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu ( Notoatmodjo, 2005).

Pengalaman dalam membimbing perkembangan anak pada

dasarnya berpengaruh pada cepat atau lambatnya guru dalam

menyikapi setiap perilaku anak. Semakin lama pengalaman yang

dimiliki guru maka akan semakin bertambah pengetahuan dan

keterampilan guru tersebut dalam membimbing anak guna tercapai

perkembangan yang optimal.

4. Kategori pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), tingkatan pengetahuan dapat

dikategorikan berdasakan nilai sebagai berikut:

a. Pengetahuan baik, bila jawaban benar 80% - 100%

b. Pengetahuan cukup, bila jawaban benar 65-79%

c. Pengetahuan kurang, bila jawaban benar <65%

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2005).

31

C. GURU TAMAN KANAK-KANAK ( TK )

1. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP 19 : 2005 ).

2. Kompetensi guru TK

Secara umum ada sejumlah kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh seorang guru TK untuk menunjukkan profesionalisme

dalam bidang pekerjaannya.

Standar kompetensi tersebut dikemukakan oleh National

Association of Education for Young Childrens (NAEYC) tahun 1994

dalam ( Rita Mariyana, 2007 ) sebagai berikut :

a. Mendukung perkembangan dan belajar anak :

1) Mengetahui dan memahami karakteristik dan kebutuhan anak

2) Mengetahui dan memahami berbagai hal yang berpengaruh

terhadap perkembangan dan belajar

3) Menggunakan pengetahuan tentang perkembangan untuk

menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mendukung, dan

menantang.

b. Membangun hubungan dengan keluarga dan masyarakat :

1) Mengetahui dan memahami karakteristik keluarga dan

masyarakat

2) Mendukung dan memberdayakan keluarga dan masyarakat

melalui hubungan yang saling menghargai dan timbal balik

3) Melibatkan keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan

belajar anak.

c. Mengamati, mendokumentasikan, dan menilai :

1) Memahami tujuan, keuntungan dan kegunaan penilaian

32

2) Menggunakan observasi, dokumentasi, dan alat-alat serta

pendekatan penilaian lain yang tepat

3) Memahami dan mempraktekkan penilaian yang dapat

dipertanggung jawabkan dalam bermitra dengan keluarga dan

profesi lain.

d. Mengajar dan belajar :

1) Berhubungan dengan anak dan keluarga

2) Menggunakan pendekatan yang berorientasi pada

perkembangan yang tepat

3) Memahami pengetahuan dalam bidang pendidikan anak usia

dini

4) Mengembangkan kurikulum yang bermakna.

e. Menjadi seorang profesional :

1) Mengidentifikasi dan melibatkan diri dalam bidang kawasan

anak usia dini

2) Mengetahui dan menjunjung tinggi standar etika dan nilai- nilai

profesi lain

3) Menggunakan secara kontinuitas, pembelajaran kolaboratif

dalam praktek pengajaran yang ditampilkan

4) Mengintegrasikan pengetahuan, refleksi, dan presfektif kritis

dalam pendidikan anak usia dini

5) Memberikan perhatian dalam memberi tahu anjuran pada anak

dan profesi.

Standar Kompetensi guru PAUD/ TK / RA menurut Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun

2007:

a. Kompetensi pedagogik

1) Mampu mengenali perkembangan peserta didik TK.

2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta

didik TK.

33

3) Mampu mengidentifikasi potensi peserta didik TK.

4) Mampu mengenali dan memanfaatkan lingkungan peserta didik

TK.

5) Mampu mengenali cara dan gaya belajar peserta didik.

6) Menguasai wawasan pendidikan dan pembelajaran peserta

didik TK.

7) Mampu merencanakan kegiatan pembelajaran bidang-bidang

pengembangan secara terpadu.

8) Menguasai pendekatan, metode dan media pengembangan

bidang perkembangan peserta didik TK.

9) Mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik

peserta didik TK.

10) Menguasai evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.

11) Mampu memberikan layanan bimbingan belajar peserta didik

TK.

12) Mampu melaksanakan administrasi pembelajaran TK.

b. Kompetensi kepribadian

1) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai- nilai agama dan

budaya bangsa sebagai guru TK.

2) Bersikap dan berperilaku empati terhadap peserta didik.

3) Mampu menilai kinerjanya-sendiri.

4) Mampu mencari sumber-sumber baru dalam bidang profesi.

5) Memiliki komitmen terhadap profesi dan tugas professional.

c. Kompetensi Profesional

1) Menguasai substansi bidang pengembangan peserta didik TK.

2) Menguasai konsep dasar bidang studi sebagai alat

pengembangan bidang perkembangan peserta didik TK.

3) Menguasai konsep dasar pengembangan kurikulum pendidikan

TK.

4) Mampu menyesuaikan substansi bidang pengembangan

dengan perkembangan peserta didik TK.

34

d. Kompetensi Sosial

1) Mampu berkomunikasi dengan teman sejawat dan peserta didik

TK.

2) Mampu bekerja mandiri dan bekerja sama dengan komunitas

TK, orang tua, dan masyarakat.

3) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan

masyarakat.

D. KERANGKA TEORI PENELITIAN

Skema 2.1 Kerangka Teori

( Sumber: Notoatmodjo, 2005; Hendra, 2008 )

Faktor yang mempengaruhiPengetahuan:

1. Umur2. Intelegensi3. Lingkungan4. Sosial budaya dan

ekonomi5. Pendidikan6. Sumber Informasi7. Pengalaman

Tingkat pengetahuan guruTK tentang perkembanganemosi dan sosial anak usiaprasekolah

Perkembangan Emosi danSosial anak usia prasekolah

35

E. KERANGKA KONSEP

F. VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan guru taman kanak-kanak tentang perkembangan emosi dan

sosial anak prasekolah.

Tingkat pengetahuan guru TKtentang perkembangan emosi dan

sosial anak usia prasekolah