Perkembangan Emosi Dan Sosial Anak Prasekolah
-
Upload
vita-sepfina -
Category
Documents
-
view
62 -
download
0
description
Transcript of Perkembangan Emosi Dan Sosial Anak Prasekolah
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL ANAK PRASEKOLAH
1. Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada
masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan
spiritual yang begitu signifikan (Wong,2002). Masa balita, terutama
pada masa prasekolah merupakan masa yang sangat peka terhadap
lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat
diulangi lagi, maka masa prasekolah disebut masa keemasan (golden
period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis
(critical period) (Depkes RI, 2010).
Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan
mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan
sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar
formal ataupun informal ( Gunarsa, 2010).
2. Ciri-ciri Anak Prasekolah
Menurut Moersintowarti ( 2008 ), ciri-ciri anak prasekolah atau
anak TK yaitu:
a. Ciri Fisik
1) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
2) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan
istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa
mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang
diperlukan anak.
3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari
kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak
10
belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit
seperti mengikat tali sepatu.
4) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus
memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil
ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang
sempurna.
5) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang
melindungi otak masih lunak ( soft ). Hendaknya berhati-hati
bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai,
dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahayanya.
6) Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih
terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam
tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak
lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap
membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi
ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.
b. Ciri Sosial
1) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat, tetapi shabat ini cepat berganti, mereka umumnya
dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau
bermain dengan teman, sahabat yang dipilih biasanya yang
sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang shabat
dari jenis kelamin yang berbeda.
2) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi
secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-
ganti.
3) Anak lebih mudah bergaul dan bermain bersebelahan dengan
anak yang lebih besar.
11
c. Ciri Emosional
1) Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan pada anak usia
tersebut.
2) Iri hati pada anak usia pra sekolah sering terjadi, mereka sering
sekali memperebutkan perhatian orang disekitarnya.
d. Ciri Kognitif
1) Anak pra sekolah pada umumnya terampil dalam berbahasa.
Sebagian dari mereka senang berbicara, khusunya dalam
kelompoknya sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi
pendengar yang baik.
2) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.
3. Perkembangan Emosi dan Sosial Anak Usia Prasekolah
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).
Perkembangan emosi dan sosial mencakup proses ketika anak
belajar nilai-nilai dan tingkah laku yang diterima oleh lingkungan.
Dalam aspek ini anak diperkenalkan tentang pengertian terhadap diri
sendiri, tanggung jawab terhadap dan orang lain, serta perilaku
prososial. Ini termasuk memperkenalkan kemampuan untuk mengikuti
aturan dan rutinitas, kemampuan empati, berbagi, dan lain-lain
(Pudjiati dan Rini, 2004).
12
4. Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah
a. Pengertian Perkembangan Emosi
Emosi berasal dari kata emetus atau emovere yang berarti
mencerca, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Menurut
Crow & Crow (Sunarti, 2001 ) “emosi merupakan suatu keadaan yang
bergejolak dalam diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai
inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan
dan keselamatan individu”. Emosi merupakan gejala psikis yang
bersifat subjetif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam
berbagai taraf. Menurut Syamsu Yusuf dalam Ulfah (2011), emosi
anak bertalian dengan perasaan fisik, dengan kualitas perasaan senang
( like) dan tidak senang ( dislike) jasmaniah
Perkembangan emosi berkaitan dengan kemampuan perasaan
yang tertanam sejak awal atau dini. Emosi memainkan peran yang
sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui
bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian
pribadi dan sosial ( Hurlock, 1978; Muscari, 2005).
Pada masa awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini
merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari
fokus, dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional
sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Emosi yang tinggi
kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis daripada masalah
fisiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan
beberapa hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak
lagi dan ia cenderung menolak larangan orang tua (Muscari, 2005).
13
b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak bergantung pada faktor pematangan (
maturasi ) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung hanya
pada salah satunya ( Hurlock, 1978).
1) Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti,
memperhatikan rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama,
dan memutuskan ketegangan emosi pada satu obyek. Demikian
pula kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi
emosional. Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk
mematangkan perilaku emosional . Bayi secara relatif kekurangan
produksi kelenjar endokrin yang diperlukan untuk menopang rekasi
fisiologi terhadap sters. Kelenjar adrenalin memainkan peran
utama pada emosional mengecil secara tajam segera setelah bayi
lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan
membesar dengan pesat sampai anak berusia lima tahun,
pembesarannya melambat pada usia 5 dan usia 11 tahun, dan
membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun pada usia
16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti
pada saat anak lahir.
2) Peran Belajar
Lima jenis kegiatan belajra yang turut menunjang pola
perkembanga emosi pada masa kanak-kanak yaitu:
a) Belajar secara coba dan ralat
Anak belajar dengan cara coba-coba untuk mengekspresikan
emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan
terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan yang sedikit atau sama sekali tidak memberi
pemuasan.
14
b) Belajar dengan cara meniru
Belajar dengan cara meniru sekaligus mempengaruhi aspek
rangsangan dan aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal
yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-
anak berekasi dengan emosi dan metode ekspresi yag sama
dengan orang yang diamati.
c) Belajar dengan cara mempersamakan diri
Belajr dengan cara mempersamakan diri hampir sama dengan
belajar secara menirukan yaitu anak menirukan reaksi
emosional orang lain. Tetapi di sini anak hanya menirukan
orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang
kuat dengannya saja.
d) Belajar melalui pengkondisian
Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan, bukan
dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan
cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil
kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai
situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka.
e) Pelatihan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereksi
terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi
yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi
yang tidak menyenangkan.
15
c. Pola Perkembangan Emosi pada Anak Prasekolah
Emosi yang umum pada masa awal kanak-kanak menurut Muscari
(2005) dan Hurlock (1999 ) yaitu:
a) Amarah
Rasa marah dalah ekspresi yang sering diungkapkan pada masa
kanak-kanak. Penyebab rasa marah pada anak prasekolah
adalah mereka tidak menyukai gangguan terhadap barang milik
mereka dan selalu melawan anak lain yang mencoba meraih
mainan mereka atau mengganggu mereka selagi bermain.
Mereka juga marah jika disuruh melakukan sesuatu yang
enggan mereka lakukan pada saat itu. Anak mengungkapkan
rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan
menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-
lompat atau memukul.
b) Takut
Pengalaman anak selama periode prasekolah umumnya lebih
menakutkan dibandingkan dengan periode usia lainnya.
Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan
rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan
televisi, dan film-film dengan unsur yang menakutkan. Pada
mulanya reaksi anak terhadap takut adalah panik, kemudian
menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, bersembunyi,
menangis, dan menghindari situasi yang menakutkan.
c) Cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi yang normal terhadap kehilangan
kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman
kehilangan kasih sayang. Anak menjadi cemburu bahwa ia
mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada
orang lain. Di sekolah, anak juga sering merasa cemburu
16
dengan perhatian guru ataupun teman. Untuk melindungi
keamanan mereka, anak kemudian mengembangkan sikap
kepemilikan terhadap guru atau teman sekalas yang mereka
pilih sebagai teman, dan marah apabila orang yang dianggap
miliknya tersebut memperlihatkan perhatian kepada orang lain.
Rasa cemburu dapat berkobar apabila guru membandingkan
anak dengan teman sekelasnya yang lain. Anak yang lebih
muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka
atau menunjukkannya dengan berperilaku kembali seperti anak
kecil. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian.
d) Ingin Tahu
Anak memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru
dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang
lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan
sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan
hukuman, ia bereaksi dengan bertanya.
e) Iri Hati
Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang
yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam
bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh
tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan
untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain atau dengan
mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
f) Gembira
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan dan juga
dikenal dengan keriangan, kesenangan, dan kebahagiaan.
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak
layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana
yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan
tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan
17
kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, melompat-lompat
atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
g) Sedih
Sedih adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang
disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Anak-anak
merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dianggap
penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda
mati seperti mainan. Secara khas anak mengungkapkan
kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat
terhadap kegiatan normalnya termasuk selera makan.
h) Kasih Sayang
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang,
binatang, atau benda. Hal itu menunjukkan perhatian yang
hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau kata-
kata. Anak-anak cenderung paling suka kepada orang yang
menyukai mereka dan anakanak bersikap ramah-tamah
terhadap orang itu. Anak-anak belajar mencintai orang,
binatang, atau benda yang menyenangkannya. Agar menjadi
emosi yang menyenangkan dan dapat menunjang penyesuaian
yang baik, kasih sayang yang ditunjukkan oleh anak harus
berbalas. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila
sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya
secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek
kasih sayangnya.
d. Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Emosi Anak
Prasekolah
1) Dampak Positif
Emosi apabila diarahkan dengan baik, maka akan dapat
menjadikan anak tersebut dapat berkembang dengan baik.
Perkembangan emosi yang baik akan mengantarkan anak
18
tersebut dapat mengembangkan kemampuan imajinasi,
intelektual dan lain sebagainya ( Hurlock, 1999 ).
2) Dampak Negatif
Demikian pula perkembangan emosi anak juga dapat bedampak
negatif pada perkembangan anak. Hal ini dapat menyebabkan
kertelantaran emosi, seperti anak tidak cukup mendapatkan
pengalaman emosional yang menyenangkan, terutama
keingintahuan, kegembiraan, kebahagiaan, dan kasih sayang.
Bahaya emosional pada masa kanak-kanak yang besar
kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama
amarah. Kalau anak mengalami terlalu banyak emosi yang
kurang baik dan hanya sedikit mengalami emosi yang
menyenangkan maka hal ini akan mengganggu pandangan
hidup dan mendorong perkembangan watak yang kurang baik.
Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian pribadi dan
sosial berupa ketidakmampuan untuk melakukan empati
kompleks, suatu ikatan emosional antara individu dan orang-
orang yang berarti ( Hurlock, 1999 ).
5. Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah
a. Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak
dalam berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan . Berarti
perkembangan sosial anak merupakan perolehan kemampuan perilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berperilaku yang dapat
diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang dapat diberikan oleh
kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok
sosialnya . Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu
melakukan hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak
dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan
19
mudah diterima sebagai anggota kelompok sosial di tempat mereka
mengembangkan diri ( Hurlock, 1999 ).
Kualitas/jenis dari hubungan sosial lebih penting daripada
kuantitas seringnya anak kontak sosial. Kalau anak menyenangi
hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang, maka
sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada
hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk
berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan
hubungan sosial sebelumnya. Pada periode ini umumnya anak lebih
menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan
kelompok jenis kelamin yang berlawanan ( Hurlock, 1999 ).
b. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Menurut Hurlock ( 1978 ) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial yaitu:
1) Faktor Keluarga
a) Hubungan antar orang tua, antar saudara, dan antar anak
dengan orang tua
Hubungan anak dengan orang tua ataupun saudara akan
terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka
dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan
yang baik akan ditunjang oleh komunikasi yang tepat.
Peran orang tua akan membimbing sang anak untuk
mengenal lingkungan tempat tinggalnya.
b) Urutan anak dalam keluarga
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak
misalnya sang anak merupakan anak terakhir maka
dipastikan sang anak selalu bergantung pada orang tua dan
saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada
tingkat kemandirian anak tersebut.
20
c) Jumlah keluarga
Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang sedikit,
maka perhatian, waktu, dan kasih sayang lebih banyak
tercurahkan, dimana segala bentuk aktifitas dapat ditemani
ataupun dibantu. Hal ini berbeda dengan anak dengan
keluarga yang besar.
d) Perilaku keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah
secara langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang
anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa saling
perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan
anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan
anak yang lebih baik dan terarah.
e) Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orang tua berharap mempunyai anak yang baik,
cerdas, dan terarah dalam masa depannya, berkembang
sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa anak
prasekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai
perkembangannya.
2) Faktor di Luar Keluarga
a) Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik,
maka secara alami dapat berinteraksi dengan teman sebaya
tanpa harus disuruh atau ditemani keluarga karena anak
memiliki arahan yang jelas.
b) Hubungan dengan orang dewasa di luar rumah
Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan
luar dan diberi arahan bergaul dengan siapa saja maka sang
anak dapat menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana
anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang lebih
dewasa darinya.
21
c. Pola Perkembangan Sosial pada Anak Prasekolah
Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian
sosial yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode
ini. Pola perilaku sosial dan tidak sosial pada usia prasekolah
menurut Hurlock ( 1999 ) yaitu:
1) Pola Sosial:
a) Meniru
Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan
perilaku orang yang sangat ia kagumi.
b) Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah
dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di
luar rumah.
c) Kerja sama
Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan
kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam
frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan
meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
d) Simpati
Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan
dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang
timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak
bermain, semakin cepat simpati akan berkembang.
e) Empati
Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian
tentang perasaan dan emosi orang lain tetapi disamping itu
juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri
sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak
22
yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-
kanak berakhir.
f) Dukungan sosial
Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan
dari teman-teman menjadi lebih penting daripada
persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa
perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara
untuk memperoleh dukungan dari teman sebaya.
g) Membagi
Dari pengalaman bersama orang lain, anak mengetahui
bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial
adalah dengan membagi miliknya terutama mainan dengan
anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri
sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
h) Perilaku Akrab
Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari
hubungan yang hangat, erat, dan personal dengan orang lain
berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang
di luar rumah seperti guru, benda-benda mati seperti
mainan kegemarannya atau bahkan selimut. Benda-benda
ini disebut objek kesayangan.
2) Pola Tidak Sosial:
a) Negativisme
Negativisme, atau melawan otoritas orang dewasa
mencapai puncaknya antara usia tiga sampai empat tahun
dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun
berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak
mendengar permintaan orang dewasa.
b) Agresif
Perilaku agresif meningkat antara usia dua dan empat tahun
dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai
23
diganti dengan serangan verbal dalam bentuk memaki-maki
atau menyalahkan orang lain.
c) Perilaku Berkuasa
Perilaku berkuasa atau “ merajai” mulai sekitar usia tiga
tahun dan semakin meningkat dengan bertambah
banyaknya kesempatan untuk kontak sosial.
d) Memikirkan Diri sendiri
Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah,
maka anak seringkali memikirkan dan mementingkan
dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun
perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku
murah hati masih sangat sedikit.
e) Mementingkan Diri Sendiri
Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku
mementingkan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat
dan perhatian kepada orang lain. Cepatnya perubahan ini
bergantung pada banyaknya kontak dengan orang di luar
rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima
oleh teman-teman.
f) Merusak
Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak
benda-benda di sekitarnya, tidak peduli miliknya sendiri
atau orang lain. Semakin hebat amarahnya, semakin luas
tindakan merusaknya.
g) Pertentangan Seks
Sampai empat tahun anak laki-laki dan perempuan bermain
dengan baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan
sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang
dianggap sebagai “ banci”. Banyak anak laki-laki yang
berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
h) Prasangka
24
Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan
teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi
mereka jarang menolak bermain dengan anak ras lain.
d. Bahaya Dalam Perkembangan Sosial Anak Prasekolah
Ada lima bahaya terhadap berkembangnya penyesuaian sosial
yang kurang baik pada masa prasekolah yang sering terjadi. Pertama,
kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia tidak popular
diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian
tetapi ia juga kurang mempunyai kesempatan untuk belajar berperilaku
sesuai harapan teman-teman sebaya. Kedua, anak yang secara keras
dipaksa untuk bermain sesuai dengan seksnya akan bertindak secara
berlebihan dan ini akan menjengkelkan teman-teman sebaya. Ketiga,
sebagai akibat dari perlakuan teman-teman sebayanya, anak mungkin
dan sering kali mengembangkan sikap sosial yang tidak sehat.
Keempat, ketika anak menyadari bahwa teknik yang berhasil baik
diterapkan terhadap teman khayalan namun tidaklah demikian halnya
terhadap teman-teman yang sesungguhnya. Ia cenderung menjadi
anggota kelompok yang tidak dapat menyesuaikan diri. Kelima, anak
tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk menghibur diri sendiri
apabila ia terbiasa mepunyai teman pada setiap saat ia hendak bermain.
B. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga ( Notoatmodjo, 2010).
25
Pengetahuan guru taman kanak-kanak tentang perkembangan
emosi dan sosial anak usia 4-6 tahun adalah sesuatu yang berhasil
diketahui oleh guru TK berkaitan dengan perkembangan emosi dan
interaksi sosial yang terjadi pada anak usia 4-6 tahun ( prasekolah ).
Seorang guru dapat melakukan tindakan mengajar kepada peserta didik
apabila dia tahu tentang karakteristik perkembangan peserta didiknya
terlebih dahulu.
Pengaruh pengetahuan terhadap perkembangan anak sangat
penting karena guru yang mempunyai pengetahuan yang cukup dan
pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak didiknya (Notoatmodjo, 2010 ).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo ( 2005 ) pengetahuan yang
dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, memberi contoh dan sebagainya.
Dalam hal ini guru dapat menyebutkan dan menguraikan
perkembangan psikososial yang terjadi pada anak prasekolah. Guru
mengetahui karakteristik dan kebutuhan anak, mengetahui berbagai
hal yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
26
b. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
Guru taman kanak-kanak di sini memahami aspek-aspek
perkembangan psikosoial anak prasekolah. Sehingga guru dapat
menjelaskan tujuan dan manfaat dari mengoptimalkan
perkembangan psikososial anak prasekolah.
c. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagia aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
Guru taman kanak-kanak disini dapat menerapkan atau
mengaplikasikan model bimbingan yang dapat merangsang
perkembangan psikososial anak prasekolah. Guru juga dapat
menggunakan pengetahuan tentang perkembangan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mendukung, dan
menantang.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar (membuat
bagan), mengelompokkan, membedakan, memisahkan, dan
sebagainya.
27
Guru dapat menganalisa dan mengelompokkan berbagai jenis
stimulasi yang dapat membantu perkembangan psikososial anak
prasekolah.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis ini merupakan suatu
kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
Guru mampu merencanakan kegiatan pembelajaran bidang-
bidang pengembangan secara terpadu guna mengoptimalkan
perkembangan psikososial pada anak.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
obyek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria
yang telah ada. Di sini guru taman kanak-kanak mampu melakukan
evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik .
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Menurut Hurlock ( 1999 ), semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang maka proses-
proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam
Hendra , 2008). Selain itu Abu Ahmadi (2001) dalam Hendra
28
(2008)juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang
itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.
Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Pada guru dengan umur dewasa, perkembangan cara berfikir telah
matang sehingga pengetahuan luas.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental
dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dari hasil proses belajar. Intelegensi merupakan
slah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi
secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan.
Semakin tinggi tingkat kecerdasan guru, semakin cepat
guru menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam
membimbing perkembangan peserta didiknya.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dengan orang
lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi
ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang ( Hendra, 2008 ).
d. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
29
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan
internal dan lingkungan eksternal yang berpengaruh baik secara
langsung dan tidak langsung pada individu, kelompok atau
masyarakat seperti lingkungan yang bersifat biologis, psikologis,
sosial, kultural, spiritual, iklim, politik, dll ( Mubarak, 2009 ).
Lingkungan yang sehat, nyaman, tenang, dan strategis akan
mempengaruhi cepatnya proses penyerapan pengetahuan oleh guru.
Apabila lingkungan di sekitarnya tidak kondusif, maka proses
penyerapan pengetahuan guru akan terganggu.
e. Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula
pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
Tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat pengetahuan
guru tentang perkembangan psikososial anak. Jika pendidikan guru
semakin tinggi, maka makin mudah memperoleh dan menangkap
informasi yang diberikan mengenai tahap perkembangan
psikososial anak prasekolah.
f. Sumber informasi
Informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang
banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai
pengetahuan yang lebih luas ( Notoatmodjo, 2005).
Informasi yang diperoleh dari berbagai media misalnya
televisi, radio, atau surat kabar akan mempengaruhi pengetahuan
guru. Adanya informasi-informasi baru mengenai perkembangan
anak , maka akan memberikan landasan kognitif baru yang dapat
meningkatkan pengetahuan guru tentang perkembangan psikososial
anak prasekolah.
30
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara untuk memeproleh
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu ( Notoatmodjo, 2005).
Pengalaman dalam membimbing perkembangan anak pada
dasarnya berpengaruh pada cepat atau lambatnya guru dalam
menyikapi setiap perilaku anak. Semakin lama pengalaman yang
dimiliki guru maka akan semakin bertambah pengetahuan dan
keterampilan guru tersebut dalam membimbing anak guna tercapai
perkembangan yang optimal.
4. Kategori pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), tingkatan pengetahuan dapat
dikategorikan berdasakan nilai sebagai berikut:
a. Pengetahuan baik, bila jawaban benar 80% - 100%
b. Pengetahuan cukup, bila jawaban benar 65-79%
c. Pengetahuan kurang, bila jawaban benar <65%
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2005).
31
C. GURU TAMAN KANAK-KANAK ( TK )
1. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP 19 : 2005 ).
2. Kompetensi guru TK
Secara umum ada sejumlah kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh seorang guru TK untuk menunjukkan profesionalisme
dalam bidang pekerjaannya.
Standar kompetensi tersebut dikemukakan oleh National
Association of Education for Young Childrens (NAEYC) tahun 1994
dalam ( Rita Mariyana, 2007 ) sebagai berikut :
a. Mendukung perkembangan dan belajar anak :
1) Mengetahui dan memahami karakteristik dan kebutuhan anak
2) Mengetahui dan memahami berbagai hal yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan belajar
3) Menggunakan pengetahuan tentang perkembangan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mendukung, dan
menantang.
b. Membangun hubungan dengan keluarga dan masyarakat :
1) Mengetahui dan memahami karakteristik keluarga dan
masyarakat
2) Mendukung dan memberdayakan keluarga dan masyarakat
melalui hubungan yang saling menghargai dan timbal balik
3) Melibatkan keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan
belajar anak.
c. Mengamati, mendokumentasikan, dan menilai :
1) Memahami tujuan, keuntungan dan kegunaan penilaian
32
2) Menggunakan observasi, dokumentasi, dan alat-alat serta
pendekatan penilaian lain yang tepat
3) Memahami dan mempraktekkan penilaian yang dapat
dipertanggung jawabkan dalam bermitra dengan keluarga dan
profesi lain.
d. Mengajar dan belajar :
1) Berhubungan dengan anak dan keluarga
2) Menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
perkembangan yang tepat
3) Memahami pengetahuan dalam bidang pendidikan anak usia
dini
4) Mengembangkan kurikulum yang bermakna.
e. Menjadi seorang profesional :
1) Mengidentifikasi dan melibatkan diri dalam bidang kawasan
anak usia dini
2) Mengetahui dan menjunjung tinggi standar etika dan nilai- nilai
profesi lain
3) Menggunakan secara kontinuitas, pembelajaran kolaboratif
dalam praktek pengajaran yang ditampilkan
4) Mengintegrasikan pengetahuan, refleksi, dan presfektif kritis
dalam pendidikan anak usia dini
5) Memberikan perhatian dalam memberi tahu anjuran pada anak
dan profesi.
Standar Kompetensi guru PAUD/ TK / RA menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun
2007:
a. Kompetensi pedagogik
1) Mampu mengenali perkembangan peserta didik TK.
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta
didik TK.
33
3) Mampu mengidentifikasi potensi peserta didik TK.
4) Mampu mengenali dan memanfaatkan lingkungan peserta didik
TK.
5) Mampu mengenali cara dan gaya belajar peserta didik.
6) Menguasai wawasan pendidikan dan pembelajaran peserta
didik TK.
7) Mampu merencanakan kegiatan pembelajaran bidang-bidang
pengembangan secara terpadu.
8) Menguasai pendekatan, metode dan media pengembangan
bidang perkembangan peserta didik TK.
9) Mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik
peserta didik TK.
10) Menguasai evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
11) Mampu memberikan layanan bimbingan belajar peserta didik
TK.
12) Mampu melaksanakan administrasi pembelajaran TK.
b. Kompetensi kepribadian
1) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai- nilai agama dan
budaya bangsa sebagai guru TK.
2) Bersikap dan berperilaku empati terhadap peserta didik.
3) Mampu menilai kinerjanya-sendiri.
4) Mampu mencari sumber-sumber baru dalam bidang profesi.
5) Memiliki komitmen terhadap profesi dan tugas professional.
c. Kompetensi Profesional
1) Menguasai substansi bidang pengembangan peserta didik TK.
2) Menguasai konsep dasar bidang studi sebagai alat
pengembangan bidang perkembangan peserta didik TK.
3) Menguasai konsep dasar pengembangan kurikulum pendidikan
TK.
4) Mampu menyesuaikan substansi bidang pengembangan
dengan perkembangan peserta didik TK.
34
d. Kompetensi Sosial
1) Mampu berkomunikasi dengan teman sejawat dan peserta didik
TK.
2) Mampu bekerja mandiri dan bekerja sama dengan komunitas
TK, orang tua, dan masyarakat.
3) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan
masyarakat.
D. KERANGKA TEORI PENELITIAN
Skema 2.1 Kerangka Teori
( Sumber: Notoatmodjo, 2005; Hendra, 2008 )
Faktor yang mempengaruhiPengetahuan:
1. Umur2. Intelegensi3. Lingkungan4. Sosial budaya dan
ekonomi5. Pendidikan6. Sumber Informasi7. Pengalaman
Tingkat pengetahuan guruTK tentang perkembanganemosi dan sosial anak usiaprasekolah
Perkembangan Emosi danSosial anak usia prasekolah