BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan...

23
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat pertumbuhannya, karena merupakan hasil budidaya yang menggunakan teknologi sehingga memiliki sifat ekonomi yang menguntungkan, diantaranya dapat dipanen umur 5-6 minggu (Rasyaf, 2007). Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif murah, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003). Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Selain itu pertambahan bobot badan, konversi ransum, genetik, iklim dan faktor penyakit (North dan Bell, 1990). Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka waktu tertentu dan ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrien yang lain (Wahju, 2004). Menurut Rasyaf (2007) konsumsi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ayam broiler dan konsumsi itu dipengaruhi oleh suhu, sistem pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam, jenis kelamin, aktivitas, kualitas ransum serta sifat genetik dari ayam broiler. Konsumsi sangat berpengaruh pada produksi yang dicapai karena bila nafsu makan rendah akan menyebabkan laju pertumbuhan dari ayam tersebut menjadi terhambat dan akhirnya produksi akan menjadi menurun (Rasyaf, 2007). Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan dan setiap

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler

Broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber

pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat

pertumbuhannya, karena merupakan hasil budidaya yang menggunakan teknologi

sehingga memiliki sifat ekonomi yang menguntungkan, diantaranya dapat dipanen

umur 5-6 minggu (Rasyaf, 2007). Daging ayam merupakan sumber protein

hewani yang harganya relatif murah, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan

masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003).

Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi

ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Selain

itu pertambahan bobot badan, konversi ransum, genetik, iklim dan faktor penyakit

(North dan Bell, 1990).

Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka

waktu tertentu dan ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrien yang lain (Wahju, 2004). Menurut

Rasyaf (2007) konsumsi merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada

pertumbuhan ayam broiler dan konsumsi itu dipengaruhi oleh suhu, sistem

pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam, jenis kelamin, aktivitas,

kualitas ransum serta sifat genetik dari ayam broiler. Konsumsi sangat

berpengaruh pada produksi yang dicapai karena bila nafsu makan rendah akan

menyebabkan laju pertumbuhan dari ayam tersebut menjadi terhambat dan

akhirnya produksi akan menjadi menurun (Rasyaf, 2007). Konsumsi ransum

setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan dan setiap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

6

minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan

minggu sebelumnya (Fadilah et al., 2007). Menurut Wahju (2004) konsumsi

ransum ayam jantan lebih banyak dari pada ayam betina dan lebih efisien dalam

mengubah ransum menjadi daging dari pada ayam betina (North dan Bell, 1990).

Salah satu hal penting dalam menentukan produksi ternak adalah dengan

mengetahui pengukuran pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot

badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama

periode tertentu dan diperoleh melalui penimbangan berulang dalam waktu

tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap waktu lainya

(Tillman et al., 1991). Menurut Rose (1997) pertambahan bobot badan

berlangsung sesuai dengan kondisi fisiologis ayam, yaitu bobot badan akan

berubah kearah bobot badan dewasa. Kartasudjana dan Suprijatna (2006)

menambahkan bahwa pertumbuhan pada ayam broiler dimulai dengan perlahan

kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu

menurun kembali hingga akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi

sejak menetas sampai umur 4-5 minggu, kemudian mengalami penurunan

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

adalah galur ayam, jenis kelamin, faktor lingkungan, energi metabolis dan

kandungan protein ransum (Wahju, 2004). Menurut Ensminger (1992)

abnormalitas kondisi tubuh dicerminkan oleh menurunnya konsumsi, terjadi

penurunan bobot badan dan meningkatnya nilai konversi ransum.

Lacy dan Vest (2000) menyatakan konversi ransum berguna untuk

mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi

ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama kurun waktu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

7

tertentu. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menyatakan semakin tinggi konversi

ransum menunjukan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk

meningkatkan bobot badan. Konversi ransum merupakan parameter penting

sebagai tinjauan ekonomis biaya ransum. Semakin rendah nilai konversi ransum

semakin menguntungkan, hal ini disebabkan semakin sedikit ransum diberikan

untuk menghasilkan berat badan tertentu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain

memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor biaya

juga perlu diperhitungkan. Selisih harga penjualan dengan biaya DOC dan

pakan merupakan parameter yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomis

pemeliharaan (Prawirokusumo, 1990). Income Over Feed and Chick Cost

(IOFCC) merupakan brometer untuk melihat seberapa besar biaya yang

dikeluarkan untuk pakan dalam usaha peternakan. IOFCC dihitung dengan selisih

dari total pendapatan dengan total biaya pakan dan DOC digunakan selama usaha

penggemukan ternak (Prawirokusumo, 1990).

Badan Standardisasi Nasional (1995) menjelaskan karkas ayam pedaging

adalah bagian tubuh ayam pedaging setelah dikurangi bulu, dikeluarkan jeroan

dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker).

Soeparno (1994) menyatakan faktor yang mempengaruhi karkas adalah bangsa,

jenis kelamin, umur, bobot badan, dan ransum. Umur berpengaruh terhadap berat

karkas yang disebabkan oleh adanya perubahan alat-alat tubuh terutama

penambahan dari lemak karkas (Soeparno, 1994).

Menurut Suprijatna et al. (2008) organ ayam broiler terdiri dari organ

pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

8

usus halus, usus buntu (sekum), usus besar, kloaka dan anus. Organ dalam lainya

adalah hati, jantung, dan lemak abdominal (Suprijatna et al., 2008). Putnam

(1991) menyatakan persentase hati 1,70-2,80%, jantung 0,27%-0,42%, rempela

1,6-2,3%, dan lemak abdomen 2,64-3,3%. Usus halus pada ternak merupakan

organ penting dalam pencernaan yang berfungsi untuk mengabsorbsi nutrien

bahan ransum (Gillespie, 2004). Menurut Nickle et al. (1977) panjang usus halus

sekitar 1,5 meter pada ayam dewasa, terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum,

jejunum dan ileum. Panjang usus halus bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh,

tipe makanan dan faktor lainnya. Menurut Rose (1997) dalam sekum terdapat

bakteri yang membantu proses pendegradasian bahan makanan melalui proses

fermentasi yang selanjutnya produk yang dihasilkan digunakan untuk membantu

memenuhi kebutuhan zat makanan. Nickle et al. (1977) menyatakan bahwa

panjang sekum unggas normal berkisar antara 12 sampai 25 cm.

Mortalitas adalah kematian pada ayam broiler yang senantiasa terjadi dan

sulit dihindari. Menurut Wiharto (1999) angka mortalitas untuk ayam broiler

adalah kurang dari 5% dan ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas

dalam pemeliharaan unggas, seperti terserang penyakit, kekurangan ransum,

kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya (Wiharto, 1999).

Hal yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol

kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat ransum dan minum serta kandang,

melakukan vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit

dengan ayam yang sehat, dan memberikan ransum dan minum pada waktunya

(Lacy dan Vest, 2000).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

9

2.2 Potensi Kulit Buah Naga

Pohon atau tanaman buah naga (Hylocereus sp) berasal dari Meksiko,

Amerika Tengah, dan Amerika Selatan (Winarsih, 2007). Seiring dengan

perkembangannya, buah naga banyak dibudidayakan di Asia. Negara di Asia yang

sudah melakukan pembudidayaan secara besar-besaran adalah Vietnam, Thailand,

Taiwan, Filipina, Malaysia dan Indonesia mulai meningkatkan budidaya tanaman

ini (Cahyono, 2009). Indonesia memiliki potensi yang besar untuk

membudidayakan tanaman buah naga yang hasilnya dapat diekspor, hal ini

disebabkan Indonesia memiliki iklim tropis, sesuai dengan iklim yang dibutuhkan

tanaman ini untuk tumbuh dengan baik (Cahyono, 2009).

Nama buah “naga” berasal dari masyarakat Vietnam dan orang Cina yang

menganggap buahnya membawa berkah bagi mereka. Oleh karena itu, buah ini

selalu diletakan diantara dua ekor patung naga di atas meja altar pemujaan dan

warna merah pada buah menjadi sangat mencolok dan kontras diantara dua patung

naga yang memiliki warna hijau, dari kebiasaan inilah dikalangan orang Vietnam

yang sangat terpengaruh budaya Cina buah naga dikenal sebagai thang loy

(Muaris, 2012). Nama thang loy oleh orang Vietnam kemudian diterjemahkan di

Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (Indah dan

Supriyanto, 2013). Selain itu, penampilan batangnya yang menjulur berwarna hijau

mirip tubuh naga. Buahnya bersisik dan memiliki sayap seperti seekor naga karena

itu menambah pencitraan bahwa buah ini dinamakan buah naga (Muaris, 2012).

Buah naga sebenarnya adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga

hylocereus dan selenicereus. Adapun klasifikasinya menurut Kristanto (2008)

sebagai berikut :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

10

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Family : Cactaceae

Genus : Hylocereus

Subfamily : Hylocereanea

Spesies : Hylocereus

Pohon buah naga dibudidayakan mulai tahun 2000 oleh Joko Rainu Sigit di

Delangu, Klaten Jawa Tengah. Tanaman ini memiliki potensi yang baik dilihat

dari permintaan yang terus meningkat diikuti dengan teknik budidaya yang mudah

dilakukan (Jaya, 2010). Buah naga memiliki berbagai sebutan dibeberapa daerah,

seperti di Cina disebut dengan Feny Long Kwa dan Thang Loy, di Thailand

disebut Kaew Mangkorn, di Taiwan disebut Shien Mie Kou dan di Israel disebut

Pitahaya (Departemen Pertanian, 2009). Menurut Winarsih (2007) tanaman buah

naga sering dibuat menjadi tanaman hias, dalam setahun bisa berbuah tiga kali

dan produksinya bisa terus meningkat dengan perawatan yang baik. Setiap tahun,

tanaman ini meningkat begitu juga dengan impor buah ke Indonesia. Berdasarkan

catatan dari eksportir buah di Indonesia, buah naga impor ini masuk ke tanah air

mencapai antara 200-400 ton/tahun asal Thailand dan Vietnam (Winarsih, 2007).

Hingga saat ini pengembangan dan penanaman sentra produksi buah naga di

Indonesia masih terpusat dibeberapa daerah seperti Jawa Timur (Jember,

Pasuruan, Malang, Lumajang, Banyuwangi), Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Kota

Bogor, Bekasi, Sumedang, Indramayu), Jawa Tengah (Boyolali, Karanganyar,

Kendal, Semarang, Pati, Wonosobo, Purbalingga, Pemalang, Banjarnegara,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

11

Sragen, Sukoharjo), D.I.Yogyakarta (Sleman, Bantul, Kulonprogo), Sumatera

Utara (Deli Serdang), Sumatera Barat (Padang Pariaman), Lampung (Lampung

Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan), Riau (Kota Pekanbaru, Siak),

Kepulauan Riau (Kota Batam, Bintan, Karimun, Tanjung Pinang) dan Kalimantan

(Wibawa, 2008). Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa

Timur menjadi salah satu pusat produksi buah naga di Indonesia (Direktorat

Hortikultura Kementrian Pertanian, 2014).

Kulit buah naga merupakan bagian terluar yang biasanya dibuang sekitar

30-35% dari buah (Citramukti, 2008). Sedangkan bijinya menyatu dengan buah

(Mustika et al., 2014). Produksi pada tahun 2014 adalah 28.819 ton dari jumlah

sebanyak itu dapat diperoleh total kulit 8.645-10.086 ton (BPS Kabupaten

Banyuwangi, 2014). Pada beberapa penelitian kulit buah naga memiliki

kandungan antioksidan dan zat warna alami yaitu antosianin cukup tinggi yang

berperan memberikan warna merah (Daniel et al., 2014). Antosianin adalah

kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang tersebar dalam tanaman

(Abbas, 2003). Warna merah pada daging dan kulit mengindikasikan tingginya

kandungan phenol (Nurliyana et al., 2010). Senyawa phenol dilaporkan banyak

berperan dalam aktivitas biologis seperti antimutagenik, antikarsinogenik,

antiaging, dan antioksidan (Kosem et al., 2007).

2.3 Proses Mendapatkan Kulit Buah Naga

Tanaman buah naga (Hylocereus sp) pada awalnya dipergunakan sebagai

tanaman hias karena sosoknya yang unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buah

yang menarik (Winarsih, 2007). Buah naga berkembang menjadi buah dengan

tampilan berkulit merah serta bersisik dan semakin naik daun lantaran dipicu oleh

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

12

impor dari Thailand yang semakin membludak di pasar buah-buahan Indonesia

(Winarsih, 2007). Semakin banyaknya permintaan, menjadi peluang para pekebun

mulai mengembangkan budidaya buah naga di Indonesia. Buah naga sudah masuk

pasaran, sehingga gampang dijumpai di swalayan diseluruh nusantara. Selain

rasanya yang manis, buah naga mengandung manfaat bagi kesehatan. Maka tidak

heran jika permintaan konsumen buah naga semakin hari semakin meningkat

(Winarsih, 2007). Tanaman ini selain disukai buahnya untuk dikonsumsi, limbah

kulitnya dapat diolah untuk diberikan pada ternak (Sadarman, 2013).

Semakin meningkatnya produksi buah naga diikuti dengan semakin

banyaknya produksi makanan olahan berbahan baku buah naga maka akan

meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan (Wahyuni, 2011). Cara

mendapatkan kulit buah bisa langsung mencarinya ke tempat pembuatan makanan

dari buah naga seperti keripik, mie, dodol, stik, bolu dan selai atau industri

minuman seperti jus, sari buah, dan sirup.

Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran

buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah,

pertama sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang

diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan

gula pasir. Kedua sari buah pekat atau sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari

pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan

cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa

udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus

diencerkan dulu dengan air (Margono et al., 1993). Adapun diagram alir

pengolahan pembuatan sari atau sirup buah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

13

Gambar 2.1 Bagan Proses Pengolahan Buah Menjadi Sari Buah

dan Sirup (Margono et al., 1993)

2.4 Kandungan Gizi Kulit Buah Naga

Kulit buah naga berpotensi sebagai bahan obat karena memiliki kandungan

sianidin 3-ramnosil glukosida 5-glukosida (Saati, 2009). Menurut Wahyuni (2011)

kulit buah naga berkhasiat untuk mencegah kanker usus, kencing manis dan

berbagai penyakit. Jaafar (2009) dan Woo et al. (2011) menyatakan bahwa kulit

buah naga mengandung berbagai macam senyawa seperti golongan flavonoid,

thiamin, niacin, pyridoxine, kobalamin, fenolik, polyphenol, karoten,

phytoalbumin, dan betalain. Serta terdapat zat lain yang berkhasiat sebagai

buah segar

dipotong-potong

disaring

kulit sebagai

limbah ditambah air, gula, natrium benzoat,

asam sitrat, dan garam

diperas atau dipres buah

hingga jadi bubur

dimasukan dalam botol

dan tutup rapat

sari buah yang sudah

dimasukan dalam botol

direbus dalam air

mendidih (± 30 menit)

diangkat

sari buah

endapan

sebagai bahan

pembuatan

dodol dan selai

sirup

dibotolkan

disaring

didihkan hingga agak

pekat

endapan bisa

dan langsung

dipake sebagai

selai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

14

antioksidan yaitu betacyanins dan betaxanthins (Tang dan Norziah, 2007).

Menurut Nurliyana et al. (2010) kandungan phenolic yang terdapat pada kulit

sebesar 28,16 mg/100 g, sedangkan pada daging buah hanya sebesar 19,72

mg/100 g, dari hasil penelitian tersebut menunjukan kulit buah naga mengandung

antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan daging buahnya. Selain itu, kulit buah

naga juga memiliki kandungan vitamin C yang dapat diberikan sebagai vitamin

alami (Sadarman, 2013).

Wu et al. (2005) menjelaskan kulit buah naga kaya polyphenol dan sumber

antioksidan yang baik. Menurut studi yang dilakukannya terhadap total phenolic

konten, aktivitas antioksidan dan kegiatan antiproliferative, kulit buah lebih kuat

inhibitor pertumbuhan sel-sel kanker dari pada dagingnya dan tidak mengandung

toksik. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau menghambat

dan mencegah terjadinya proses oksidasi (Amrun et al., 2007). Selain itu

antioksidan juga diartikan sebagai senyawa yang dapat melawan radikal yang

dihasilkan dari proses metabolisme oksidatif. Senyawa antioksidan juga dapat

mengurangi resiko terhadap penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung

koroner (Amrun et al., 2007).

Manfaat dari kulit buah naga adalah menghambat sel-sel kanker atau tumor

ganas yang bersarang pada tubuh, membantu menjaga kesehatan kulit, bahkan

buah sebagai sumber pewarna alami makanan, mencegah diabetes dan penyakit

jantung, sebagai alat pendektesi makanan yang mengandung borak dan formalin

(Julio et al., 2014). Hasil analisis proksimat yang dilakukan di Balai Penelitian

Ternak (BALITNAK) bahwa komposisi nutrien kulit buah naga didapatkan protein

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

15

8,79%, serat kasar 24,83%, abu 20,06%, lemak 1,32%, energi 2887 Kkal/kg,

kalsium 2,35% dan posfor 0,30%.

2.5 Kulit Umbi Ungu Sebagai Pembanding Kandungan Antioksidan

Sama halnya, pada kulit umbi jalar ungu (Ipomea Batatas L) memiliki

warna ungu yang cukup pekat pada daging umbinya, warna ungu pada umbi jalar

disebabkan oleh adanya pigmen ungu antosianin yang menyebar dari bagian kulit

sampai dengan daging umbinya (Pakorny et al., 2001). Antosianin pada kulit

umbi jalar ungu mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Pakorny et al., 2001).

Menurut Sagain (2015) selain antosianin dan betakaroten, warna jingga pada umbi

jalar mengindikasikan akan tingginya kandungan senyawa Lutein dan Zeaxantin,

pasangan antioksidan karotenoid. Keduanya termasuk pigmen warna sejenis

klorofil dan merupakan pembentuk vitamin A serta merupakan senyawa aktif

yang memiliki peran penting dalam menghalangi proses perusakan sel (Sagain,

2015). Umbi jalar ungu juga kaya vitamin E untuk memenuhi kebutuhan sehari

bagi manusia (Sagain, 2015). Umbi jalar ungu (Ipomoea Batatas L) mengandung

pigmen antosianin yang lebih tinggi dari pada umbi jalar jenis lain. Beberapa

penelitian menunjukan bahwa kandungan antosianin pada kulit umbi ungu lebih

tinggi dibandingkan daging umbinya (Cevallos-Cassals and Cisneros-Zevallos,

2002; Steed and Truong, 2008; Montilla et al., 2011).

Secara nutrien, umbi jalar pada umumnya didominasi oleh karbohidrat

(Depkes, 1981). Menurut Susilawati dan Medikasari (2008) tepung umbi jalar

ungu mengandung protein 2,79% dan serat 4,72%. Selain itu mempunyai kadar

abu 2,62%, lemak 2,32% (Hardoko et al., 2010). Pada kulit umbi jalar ungu

ditemukan antosianin dan peonidin glikosida yang mempunyai aktivitas

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

16

antioksidan lebih kuat, dengan demikian kulit umbi jalar ungu mempunyai potensi

besar sebagai sumber antioksidan alami dan sekaligus sebagai pewarna alami

(Hardoko et al., 2010). Senyawa antosianin berfungsi sebagai antioksidan dan

penangkap radikal bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan,

kanker, dan penyakit degeneratif. Selain itu, antosianin memiliki kemampuan

sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, mencegah gangguan fungsi hati,

antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah (Jusuf et al., 2008).

Menurut hasil penelitian Laiku (2012) bahwa penggunaan 10% ubi jalar

ungu (Ipomoea Batatas L.) terfermentasi dengan inokulan berbeda ke dalam

ransum itik Bali betina umur 23 minggu menunjukan hasil bobot potong, bobot

karkas, persentase karkas, persentase daging, persentase tulang, persentase lemak

itik Bali betina umur 23 minggu tidak berbeda nyata dengan pemberian ransum

perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrien ransum yang

mendekati sama pada setiap perlakuan sehingga tingkat konsumsi ransum juga

mendekati sama.

2.6 Upaya Peningkatan Nilai Nutrien Kulit Buah Naga

Pemanfaatan kulit buah naga sebagai pakan ternak terutama unggas

memiliki keterbatasan, hal tersebut karena kulit buah naga memiliki kandungan

serat kasar tinggi dan protein yang rendah. Salah satu proses yang banyak

dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrien suatu bahan berserat tinggi adalah

melalui fermentasi (Ghanem et al., 1991). Fermentasi adalah segala macam proses

metabolisme dengan bantuan enzim dari mikroba untuk melakukan oksidasi,

reduksi, hidrolisis dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia

pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu atau proses

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

17

fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam

amino secara anaerob, yaitu tanpa memerlukan oksigen (Fardiaz, 1998).

Proses fermentasi bahan pakan oleh mikroorganisme menyebabkan

perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu pakan baik dari aspek

nutrien maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya (Supriatna,

2005). Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrien yang lebih tinggi dari

bahan aslinya, hal ini disebabkan mikroba bersifat katabolik yang mempunyai

kemampuan merubah komponen kompleks yang terkandung dalam bahan pakan

asal menjadi zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna (Winarno dan

Fardiaz, 1979). Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim tertentu

terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya seluosa dan hemiselulsa

menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang,

selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil

metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983).

Salah satu mikroba yang dapat digunakan adalah Aspergillus niger yang

termasuk dalam kelompok jamur (kapang), kapang ini sangat baik dikembangkan

karena tumbuh cepat (Winarno, 1983). Klasifikasi Aspergillus niger menurut

Hardjo et al. (1989) sebagai berikut: genus Aspergillus, famili Euritaceae, ordo

Eutiales, kelas Asomycotina, divisi Asmatgmycota. Hidayat (2007) Aspergillus

niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan

konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna

hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian yang lebih longgar dengan

bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus dan berwarna

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

18

coklat (Hidayat, 2007). Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35ºC - 37ºC

(optimum), 6ºC - 8ºC (minimum), 45ºC - 47ºC (maksimum) (Hidayat, 2007).

Penggunaan Aspergillus niger sudah banyak dilakukan karena

pertumbuhannya relatif mudah, cepat, menghasilkan enzim selulolitik, dan juga

enzim amilolitik seperti amylase dan glukoamilase (Ratanaphadit et al., 2010).

Kapang Aspergillus niger merupakan salah satu jenis Aspergillus yang tidak

menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan (Supriatna, 2005).

Selain itu, penggunaannya mudah karena banyak digunakan secara komersial

sehingga banyak digunakan untuk memproduksi asam sitrat, asam glukonat, dan

beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amilo-glukosidase, dan selulase

(Hardjo et al., 1989). Enzim selulase yang dihasilkan Aspergillus niger mampu

merombak struktur serat kasar yang sulit dicerna menjadi lebih sederhana

sehingga mudah dicerna (Lunar, 2012). Hasil analisis proksimat yang dilakukan di

Balai Penelitian Ternak (BALITNAK) dan Balai Pemeriksaan Mutu Pakan Ternak

(BPMPT) bahwa komposisi nutrien kulit buah naga difermentasi Aspergillus niger

didapatkan protein 10,71%, serat kasar 21,78%, abu 17,95%, lemak 1,23%, energi

2975 Kkal/kg, kalsium 1,75%, dan posfor 0,35%.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian dan diketahui bahwa terdapat

perubahan kandungan nilai nutrien pada substrat melalui proses fermentasi

dengan menggunakan Aspergillus niger. Fermentasi bungkil kelapa dengan

Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan asam amino

serta menurunkan kandungan serat kasar (Sinurat et al., 1998). Fermentasi kulit

umbi ketela pohon oleh Aspergillus niger selama 96 jam menurunkan serat kasar

dari 32,07% menjadi 23,66% (Gushairiyanto, 2004). Fermentasi limbah sawit

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

19

dengan kandungan serat kasar 48,88% oleh Aspergillus niger menghasilkan

kandungan serat kasar 27,31% (Mirwandhono et al., 2004). Fermentasi kulit buah

markisa dengan Aspergillus niger meningkatkan protein dari 13,12% menjadi

18,13% dan menurunkan serat kasar dari 29,9% menjadi 22,1% (Supriatna, 2005)

2.7 Kulit Buah Naga untuk Pakan Ternak

Sadarman (2013) melaporkan mengenai pemberian ekstrak kulit buah naga

dalam air minum sebagai antioksidan terhadap status kesehatan ayam pedaging

memberikan peningkatan eritrosit (sel darah) dengan perlakuan tertinggi

ditunjukan oleh T4 (penambahan ekstrak kulit buah naga 53,25 g/5 ml/ekor)

2,22±0,26; T1 (kontrol) 2,21±0,09; T2 (penambahan ekstrak kulit buah naga

17,75 g/5 ml/ekor) dan T3 (penambahan ekstrak kulit buah naga 35,50 g/5

ml/ekor) menghasilkan nilai yang sama yaitu 2,11±0,14 dan 2,11±0,11. Hasil

analisis menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata. Hal ini diduga bahwa zat

yang terkandung dalam kulit buah naga belum mampu menyebabkan perubahan

jumlah eritrosit pada ayam pedaging, karena eritrosit pada semua perlakuan tidak

mampu bertahan lebih lama dalam sistem transportasi.

Nilai hematokrit pada penelitian ini dari tertinggi hingga terendah yaitu

perlakuan T4 (27,66±2,90%); T1 (26,94±0,76%); T2 (25,84±2,04%) dan T3

(25,74±1,86%). Nilai hematokrit masih berada dalam kisaran normal sekitar 22,0-

35,0%. Hemoglobin penting untuk kelangsungan hidup karena membawa dan

mengantarkan oksigen ke jaringan tubuh. Hemoglobin perlakuan T1 (7,28 g/dl)

cenderung lebih tinggi dari T2 (6,76 g/dl), T3 (6,92 g/dl) dan cenderung lebih

rendah dari T4 (7,50 g/dl). Pada penelitian ini menunjukan kadar hemoglobin

masih berada dalam kisaran normal yaitu 7,0-13,0 g/ml.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

20

Nilai leukosit perlakuan T1 (703,64) cenderung lebih tinggi dari perlakuan

T3 (692,04) dan cenderung lebih rendah dari perlakuan T4 (721,16) dan T3

(751,64). Namun demikian, tidak menunjukan perbedaan yang nyata dengan

kontrol. Peningkatan jumlah leukosit ayam pedaging dalam penelitian ini diduga

karena kondisi terinfeksi atau terjadinya radang selama pemeliharaan berlangsung

atau karena kondisi stress pada saat pengambilan darah. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kulit buah naga dalam air minum

menunjukan peningkatan eritrosit, hemoglobin dan nilai hematokrit ayam

pedaging dan peningkatan tersebut masih berada dalam batas normal, sedangkan

leukositnya meningkat tajam. Namun demikian, pemberian ekstrak kulit buah

naga dalam air minum sebagai antioksidan tersebut dapat meningkatkan status

kesehatan ayam pedaging.

Wulandari (2011) menyatakan mengenai efektifitas penggunaan limbah

kulit buah naga dalam ransum sebagai alternatif suplemen alami hingga 6% dapat

meningkatkan warna kuning telur yang lebih pekat, terlihat pada perlakuan P4

(penambahan kulit buah naga 6% dalam ransum) sebesar 10; P3 (penambahan

kulit buah naga 3% dalam ransum); P2 (penambahan kontrol+ekstrak air minum

buah naga 10%) dan P1 (kontrol) sebesar 9. Berdasarkan analisis, tidak berbeda

nyata. Rataan produksi perlakuan P4 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1, P2,

dan P3. Produksi telur mengalami puncak produksi pada minggu ke-3 dengan

produksi telur terbanyak pada perlakuan P4 (75,80); P2 (63,52); P1 (57,01) dan

P3 (42,04). Indeks telur pada P4 menunjukan hasil tertinggi sebesar (63,01), P1

(62,27), P3 (61,15); dan P2 (61,10).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

21

Haugh Unit (HU) tertinggi penelitian ini ditunjukan pada perlakuan P2

(78,27); P3 (76,57); P4 (76,00); dan P1 (67,75). Menurut USDA (1964) HU lebih

dari 72 termasuk dalam kualitas AA, bila HU 60-72 termasuk kualitas A, dan HU

31-60 termasuk kualitas B, serta HU kurang dari 31 termasuk kualitas C. Kualitas

telur hasil penelitian pada penambahan buah naga pada air minum atau

penambahan kulit buah naga pada ransum dapat dikelompokkan pada telur

berkualitas AA, sedangkan kontrol termasuk dalam telur kualitas A. Dari data

penelitian ini, konversi ransum yang baik terlihat pada P1 (2,26); P3 (2,3); P2

(2,45) dan P4 (2,54). Penggunaan kulit buah naga cenderung meningkatkan

konversi ransum. Disimpulkan bahwa pemberian tepung kulit buah naga dapat

diberikan pada ayam petelur dan tidak mempengaruhi kualitas telur ayam.

Mustika et al. (2014) menunjukan bahwa penambahan tepung kulit buah

naga merah pada ransum puyuh dapat diberikan 1% tanpa berpengaruh buruk.

Selanjutnya pemberian 1% menyebabkan penurunan terhadap konsumsi ransum,

secara numerik konsumsi ransum tertinggi yaitu P2 (penambahan 0,50% tepung

kulit buah naga merah) 27,12±0,10 g/ekor/hari; P1 (penambahan 0,25% tepung

kulit buah naga merah) 26,85±0,77 g/ekor/hari; P3 (penambahan 0,75% tepung

kulit buah naga merah) 26,68±0,98 g/ekor/hari); P0 (kontrol) sebesar 26,46±1,09

g/ekor/hari dan P4 (penambahan 1% tepung kulit buah naga merah) 26,29±1,22

g/ekor/hari dan menunjukan perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Nilai Hen Day Production (HDP) tertinggi hingga terendah berturut P2

(87,77±5,30%); P0 (87,57±9,53%); P1 (85,99±5,28%); P4 (85,57±7,86%) dan P3

(81,75±7,36%). Selanjutnya data FCR (Feed Convertion Ratio) berturut P1

(2,41±0,07); P2 (2,39±0,03); P0 (2,38±0,17); P3 (2,35±0,08); dan P4 (2,35±0,13).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

22

Secara numerik nilai FCR terendah diperoleh perlakuan P4, hal ini menunjukan

penambahan tepung kulit buah naga merah dapat meningkatkan efisiensi

penggunaan pakan dan menurunkan nilai FCR. Dijelaskan pula bahwa nilai

Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi hingga terendah antara lain perlakuan P2

(120,84±20,66); P0 (119,96±26,42); P1 (119,41±26,42); P4 (115,69±16,94); dan

P3 (103,08±18,52). secara numerik nilai IOFC tertinggi didapatkan pada

perlakuan P2. Disimpulkan bahwa pemberian 1% kulit buah naga merah tidak

memberikan efek negatif pada tubuh ternak dan tidak mempengaruhi

produktivitas ternak puyuh.

Penelitian lain oleh Rosa et al. (2013) menyatakan pemberian tepung kulit

buah naga sebagai suplemen dalam ransum guna menghasilkan telur puyuh yang

kaya vitamin A dan rendah kolesterol sampai level 4% dapat memberikan

peningkatan terhadap persentase produksi telur dan mengalami puncak produksi

pada minggu ke-4 dengan produksi telur terbanyak pada P3 (penambahan 4%

tepung kulit buah naga) 16,30, P1 (penambahan 1% tepung kulit buah naga)

15,60, P0 (kontrol) 14,35 dan P2 (penambahan 2% tepung kulit buah naga) 11,90.

Warna kuning telur pada penelitian ini berkisar 6,44-7,67. Warna kuning

telur tertinggi sampai terendah berturut P3 (7,67±0,50); P2 (7,44±0,53), P1

(6,67±0,71) dan P0 (6,44±0,73). Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan

karotenoid pada tepung kulit buah naga yang tinggi sehingga meningkatkan skor

warna pada kuning telur. Sedangkan konsumsi tertinggi terjadi pada perlakuan P2

(17,465 g/ekor/hari), P3 (17,055 g/ekor/hari), P0 (16,730 g/ekor/hari) dan P1

(16,680 g/ekor/hari). Dijelaskan pula bahwa bobot telur selama penelitian berkisar

9,25-9,60 g/butir. Bobot telur tersebut masih dalam batas normal yaitu 7-11

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

23

g/butir dan hasil analisis menunjukan tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Perlakuan tertinggi ditunjukan pada P1 (9,60±0,40 g/butir); P2 (9,40±0,51

g/butir); P0 (9,32±0,46 g/butir); dan P3 (9,25±0,47 g/butir).

Haugh Unit (HU) pada penelitian ini berkisar 62,02-63,84%. HU tertinggi

terdapat pada P0 (63,84±1,76); P1 (63,29±0,77); P2 (62,02±1,15); dan P3 (62,19).

Hal ini menunjukan bahwa pemberian tepung kulit buah naga dapat menurunkan

HU pada telur puyuh. Tebal kerabang berkisar 0,14-0,16 mm dan perlakuan

tertinggi terjadi pada P0 (0,16±0,01 mm); P1 (0,16±0,01 mm); P2 (0,15±0,01

mm) dan P3 (0,14±0,01 mm). Dijelaskan, penurunan tebal kerabang

dimungkinkan karena rasio Ca:P dalam ransum yang ditambahkan tepung kulit

buah naga menjadi berubah sehingga mempengaruhi imbangan tersebut.

Kandungan Vitamin A pada telur puyuh dengan perlakuan P2 merupakan

kandungan tertinggi (2090,90 IU/100g) cenderung lebih tinggi dari perlakuan P3

(1668,32 IU/100g), P0 (1667,55 IU/100g) dan P1 (1613,52 IU/100g). Kondisi ini

dapat dipengaruhi oleh proses pembuatan suplemen yang menggunakan panas.

Vitamin A sangat rentan terhadap panas dan menyebabkan vitamin A rusak

sehingga kandungan vitamin A pada telur puyuh tidak meningkat. Hasil analisis

kandungan kolesterol pada penelitian ini diketahui kolesterol pada telur puyuh

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Perlakuan tertinggi pada P1 (27,68 mg/g); P2 (27,05

mg/g); P3 (26,83 mg/g) dan P0 (26,63 mg/g). Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa pemakaian atau pemberian kulit buah naga masih sangat

terbatas dan secara umum memberikan dampak positif.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

24

2.8 Bahan atau Limbah lain yang Difermentasi

Bahan pakan konvensional dari limbah pertanian telah banyak diteliti

dan umumnya mempunyai nilai nutrien rendah, sehingga membutuhkan teknologi

pengolahan (Stephanie dan Purwadaria, 2013). Kemajuan teknologi diberbagai

sektor seperti bidang pertanian dan peternakan merupakan suatu terobosan yang

dapat memecahkan atau menghasilkan jawaban terhadap perubahan kebutuhan

(Atdmadilaga, 1991). Upaya untuk memperbaiki kualitas nilai nutrien,

mengurangi atau menghilangkan pengaruh negatif dari bahan pakan tertentu dapat

dilakukan dengan penggunaan mikroorganisme melalui proses fermentasi

(Widjastuti et al., 2007).

Beberapa penelitian melaporkan adanya perubahan komposisi nilai nutrien

bahan pakan dalam substrat melalui fermentasi. Menurut Supriatna (2005)

fermentasi kulit buah markisa dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan

kandungan protein kasar dari 13,12% menjadi 18,13%, energi dari 4495 Kkal/kg

menjadi 4972 Kkal/kg serta kandungan nutrien lainya yang essensial bagi ternak

dan menurunkan serat kasar dari 29,9% menjadi 22,1%. Hasil penelitian

Sembiring dan Wahyuni (2005) menunjukan bahwa pemanfaatan kulit buah

markisa hingga level 16% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot

potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler.

Hasil fermentasi kulit pisang oleh probiotik meningkatkan protein 127%.

Sebelum fermentasi protein 6,65% dan setelah difermentasi meningkat sebesar

14,88% (Udjianto et al., 2005). Sedangkan menurut Koni et al. (2013) kulit

pisang yang difermentasi Rhyzopus oligosporus mengalami peningkatan dari

3,63% menjadi 22,15%. Dijelaskan pula bahwa penggunaan kulit pisang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

25

fermentasi Rhyzopus oligosporus hingga 15% tidak mempengaruhi konsumsi

ransum tetapi nyata menurunkan pertambahan bobot badan dan meningkatkan

konversi ransum, dari hasil penelitan tersebut penggunaan 10% kulit pisang

fermentasi dalam ransum ayam pedaging memberikan hasil terbaik.

Ibrahim et al. (2015) menjelaskan penggunaan kulit nanas mengandung

gulma yang difermentasi dengan youghurt hingga level 22,5% dalam ransum

memberikan pengaruh yang baik terhadap lemak dan kolesterol ayam broiler.

Selanjutnya, Aro (2008) melaporkan bahwa protein kulit singkong tanpa

fermentasi sebesar 8,2% dan setelah fermentasi menjadi 14%. Hasil penelitian

Stephanie dan Purwadaria (2013) menunjukan fermentasi kulit singkong

menggunakan fungi merupakan salah satu metode pengolahan yang baik, karena

dapat meningkatkan kandungan protein atau asam amino esensial, menurunkan

serat kasar dan senyawa sianogenik yang berbahaya. Selain itu, nilai kecernaan

karbohidrat maupun protein pada kulit singkong fermentasi juga lebih tinggi

dibandingkan tanpa fermentasi. Kulit singkong terfermentasi berpotensi

mensubstitusi jagung pada ransum unggas sampai 10%.

Penelitian lain oleh Abun (2005) menunjukan bahwa fermentasi ampas

umbi garut menggunakan Aspergillus niger pada tingkat 15% dalam ransum nyata

menurunkan nilai kecernaan ransum yaitu bahan kering dan protein. Menurut

Yadyana et al. (2012) pemberian 10% ransum ubi jalar ungu terfermentasi

Aspergillus niger dapat meningkatkan kecernaan bahan kering, bahan organik,

lemak, protein, retensi protein dan pertambahan bobot badan pada itik Bali.

Hasil penelitian Nurhayati et al. (2006) menunjukan pengaruh yang sangat

nyata dari perlakuan berbagai campuran bungkil inti sawit dan onggok yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

26

difermentasi oleh Aspergillus niger terhadap kandungan nutrien. Kandungan abu,

protein, kalsium dan posfor mengalami peningkatan setelah dilakukan fermentasi.

Sebaliknya kandungan lemak pati, gula dan energi metabolis mengalami

penurunan. Selanjutnya, hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius

sp dapat menurunkan serat kasar dari 38,45% menjadi 23,29%, selulosa dari

22,90% menjadi 17,72%, dan lignin dari 15 ,54% menjadi 2,97% (Suhermiyati,

2003). Menurut Guntoro et al. (2002) kandungan gizi kulit buah kakao yang

difermentasi menggunakan Aspergillus niger menghasilkan protein 15-17% dan

serat kasar turun dari 21-23% menjadi 10-11%.

Noferdiman (2012) menjelaskan penggunaan Azolla microphylla

difermentasi menggunakan jamur Trichoderma Harzianum meningkatkan protein

kasar dari 26,67% menjadi 34,06% dan dapat dimanfaatkan hingga 50% sebagai

pengganti bungkil kedelai dalam ransum tanpa mengganggu organ pencernaan

ayam broiler.

Mulyani et al. (2013) ampas tahu yang difermentasi dengan Bacillus

amyloliquefaciens dan Trichoderma harzianum meningkatkan protein dari 3,61%

menjadi 13,65% dan serat kasar 4,74% menjadi 24,14%. Menurut hasil

penelitiannya bahwa pemberian ransum fermentasi ampas tahu berpengaruh nyata

untuk meningkatkan pertambahan bobot badan ternak itik alabio. Saputra et al.

(2013) menyatakan pemberian ampas tahu terfermentasi Bacillus

amyloliquefaciens dan Trichoderma harzianum tidak menunjukan pengaruh nyata

terhadap bobot potong, bobot karkas, bobot jeroan (hati, jantung dan usus).

Namun berpengaruh nyata terhadap bobot jantung itik alabio betina umur 6

minggu. Sedangkan penelitian Putri et al. (2013) penggunaan ampas tahu yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler II.pdf · pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat ... pemberian ransum, kesehatan ayam, besar tubuh ayam,

27

difermentasi menggunakan Bacillus amyloliquefaciens dan Trichoderma

harzianum tidak mempengaruhi analisis pH, keempukan, air bebas dan warna

pada daging itik alabio betina.

Hasil penelitian lain oleh Fransistika et al. (2012) menunjukan pengaruh

waktu fermentasi campuran Trichoderma reesei dan Aspergillus niger

meningkatkan kandungan protein ampas sagu, dan hasil terbaik diperoleh dengan

waktu 6 hari dengan kadar protein sebesar 16,27%, sedangkan kandungan serat

kasar dari ampas sagu cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya waktu

fermentasi. Selanjutnya, hasil penelitian Sandi et al. (2012) mengenai pengaruh

penambahan ampas tahu dan dedak fermentasi oleh EM-4 terhadap karkas, usus

dan lemak abdomen ayam broiler menunjukan hasil semakin tinggi level ampas

tahu dan dedak fermentasi dalam ransum memberi hasil yang relatif sama dengan

kontrol. Sukaryana (2010) menyatakan bahwa peningkatan energi metabolis

produk fermentasi campuran bungkil inti sawit (80%) dan dedak padi (20%) oleh

Trichoderma viridie menghasilkan nilai sebesar 2149,33±4,90 lebih tinggi dari

pada campuran bungkil inti sawit (80%) dan dedak padi (20%) tanpa fermentasi

sebesar 1836,04a±19,28 atau terjadi peningkatan sebesar 17,06%.