BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan...

49
25 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambangan Pertambangan merupakan bentuk dari sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. 15 Kegiatan pelaksanaan usaha pertambangan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan industri dasar, yangberfungsi sebagai penyedia bahan baku bagi keperluan industri lainnya. Mengingat bahwa diperlukan waktu yang sangat lama (dalam ukuran waktu geologi) berkaitan dengan endapan yang dihasilkan, maka pemanfaatan dan pengelolaannya harus benar-benar optimal. Oleh karena itu penyajian informasi data, seperti peta topografi, peta geologi, penyelidikan eksplorasi serta studi kelayakan dan AMDAL (Analisis mengenai dampak lingkungan) berkaitan dengan suatu kegiatan usaha pertambangan sangat besar peranannya dalam menunjang keberhasilan kegiatan tersebut. 16 Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat diperbaharui (non-renewable), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umunya. Pada 15 Frida Rissamasu, Pengelolaan Penambangan Bahan Galian Golongan C Di Kabupaten Merauke, Jurnal, Hal. 48. 16 Ibid. Hal. 49.

Transcript of BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan...

Page 1: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

25

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Pertambangan

Pertambangan merupakan bentuk dari sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan

batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,

konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan

penjualan, serta kegiatan pascatambang.15

Kegiatan pelaksanaan usaha pertambangan pada hakikatnya merupakan

suatu kegiatan industri dasar, yangberfungsi sebagai penyedia bahan baku bagi

keperluan industri lainnya. Mengingat bahwa diperlukan waktu yang sangat lama

(dalam ukuran waktu geologi) berkaitan dengan endapan yang dihasilkan, maka

pemanfaatan dan pengelolaannya harus benar-benar optimal. Oleh karena itu

penyajian informasi data, seperti peta topografi, peta geologi, penyelidikan

eksplorasi serta studi kelayakan dan AMDAL (Analisis mengenai dampak

lingkungan) berkaitan dengan suatu kegiatan usaha pertambangan sangat besar

peranannya dalam menunjang keberhasilan kegiatan tersebut.16

Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat

diperbaharui (non-renewable), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan

pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang

relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umunya. Pada

15Frida Rissamasu, Pengelolaan Penambangan Bahan Galian Golongan C Di Kabupaten

Merauke, Jurnal, Hal. 48. 16Ibid. Hal. 49.

Page 2: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

26

dasarnya, karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui tersebut pengusaha

pertambangan selalu mencari cadangan terbukti (proven reserves) baru.17

Konsep dalam pertambangan umum adalah dimana segala ongkos/biaya

praproduksi-produksi-pascaproduksi yang dikeluarkan oleh kontraktor atau

pengusaha pertambangan sama sekali tidak diganti oleh pemerintah, hal ini

berbeda dari pertambangan minyak dan gas yang dijamin pemerintah. Pemberian

izin terkait kuasa pertambangan umum, dikaitkan dengan kuasa pertambangan

yang dibedakan berdasarkan jenis bahan mineral dan dikaitkan dengan luasnya

lahan serta kapasitas kemampuan finansial dari pihak kontraktor (badan usaha

dan/atau BUMN/BUMD), koperasi maupun perorangan yang akan melakukan

atau melaksanakan kegiatan pertambangan.18

Terkait dengan pertambangan umum, terdapat pengelompokan dimana

pengelompokan tersebut dilihat dari bahan galiannya, terdapat perbedaan

pengelompokan dimana ada pertambangan mineral yang terdiri dari radioaktif,

logam, non-logam dan batuan, dan ada pengelompokan batubara.Dalam

penggolongan hasil bahan tambang menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara, sesungguhnya tidak secara

tegas mengatur tentang pembagian golongan bahan galian sebagaimana dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967.19

Penggolongan bahan galian diatur berdasarkan pada kelompok usaha

pertambangan, sesuai pasal 4 yaitu:20

17Adrian Sutedi, 2011, Hukum Pertambangan, Jakarta: Sinar Grafika. hal 43. 18Ibid. hal 107. 19D Sonata, 2017, Pertambangan, Hal. 24, Jurnal: eprints.umm.ac.id. 20Ibid.

Page 3: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

27

a. Usaha pertambangan dikelompokan atas:

1) Pertambangan mineral;

2) Pertambangan batu bara;

b. Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud digolongkan atas:

1) Pertambangan mineral radio aktif;

2) Pertambangan mineral logam;

3) Pertambangan mineral bukan logam;

4) Pertambangan batuan.

1. Pertambangan Bahan Galian

Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan bahan galian, baik yang

dilakukan oleh rakyat secara tradisional, maupun oleh pihak swasta diatur

dalam hukum pertambangan. Pengertian hukum pertambangan ialah

ketentuan yang khusus mengatur hak menambang (bagian dari tanah yang

mengandung logam berharga di dalam tanah atau bebatuan) yang harus

dilaksanakan menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan. Secara ringkas

hukum pertambangan mencakup keseluruhan kaidah hukum yang mengatur

kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur

hubungan hukum antara negara dengan orang dan/atau badan hukum dalam

pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).21

Dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, menyatakan

“Bahan-bahan galian dibagi atas tiga golongan: a) golongan bahan galian

21Ibid. hal. 660-661.

Page 4: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

28

strategis, b) golongan bahan galian vital, c) golongan bahan galian yang tidak

termasuk dalam golongan a atau b.”

Berkaitan dengan bahan galian tambang ini merupakan salah satu

kekayaan alam yang terkandung dalam bumi dan dalam air. Dalam bumi

diartikan sebagai dipermukaan atau dibawah bumi. Di dalam air diartikan

berada dibawah air, yaitu diatas atau dibawah bumi yang berumber atau

mengeluarkan air (sungai, danau, laut, dan rawa). Bahan galian tambang

untuk sebagian ada diatas permukaan bumi atau bagian permukaan bumi yang

berada dibawah air. Oleh karena itu, pengertian terkait bahan galian harus

diartikan baik yang diperoleh dengan menggali maupun dengan cara-cara

mengambil di bagian permukaan bumi termasuk permukaan bumi yang ada

dibawah air.22

Bahan galian tambang sebagian besar ditemukan di daerah-daerah

terpencil dengan hutan yang lebat, berupa daerah perbukitan ataupun

pegunungan dan dataran dengan kondisi lingkungan yang belum terganggu,

bahkan mungkin kehidupan sosial pada daerah tersebut masih belum

tersentuh oleh perkembangan kemajuan teknologi. Jadi, interaksi antara

komponen-komponen lingkungan di daerah-daerah tersebut berdasar pada

keseimbangan, maka keseimbangan alam tersebut akan terganggu dan

menimbulkan perubahan yang mendasar atau yang biasa disebut dampak.23

Kedaulatan Negara atas Bahan Tambang dapat dilihat dalam

ketentuan UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan, “Bumi dan air dan

22Laode M. Syarif, Andri G. Wibisana, Teori, Legislasi dan Studi Kasus oleh USAID,

Kemitraan, The Asia Founsation. hal. 125. 23Frida Rissamasu, Op.Cit. Hal. 50.

Page 5: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

29

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Hal ini juga

disebutkan di dalam ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (UUPA)

telah disebutkan bahwa pelaksanaan penugasan negara atas bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dapat dikuasakan kepada daerah

otonom. Dimana, ketentuan tersebut memungkinkan daerah turut serta

menyelenggrakan hak menguasai oleh negara atas bumi, air dan kekayaan

alam di dalamnya, akan tetapi belum cukup jelas mengenai makna yang

“dikuasakan” itu berkaitan dengan kepentingan apa saja.24

Secara ringkas hukum pertambangan mencakup keseluruhan kaidah

hukum yang mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galian

(tambang) dan mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang dan

atau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian

(tambang).25

2. Pertambangan Galian C

Ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf (d) PP No. 23 Tahun 2010 terkait

dengan batuan yang termasuk dalam bahan galian tambang golongan C,

antara lain: batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit,

tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit,

gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal,

kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet,

giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit,

24Ibid. 25Laode M. Syarif, Andri G. Wibisana, Op.Cit. hal. 660-661.

Page 6: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

30

kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir

pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan

tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir

yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam

dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Ketentuan dari Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, menyatakan

“Pelaksanaan Penguasaan Negara dan pengaturan usaha pertambangan bahan

galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf c dilakukan oleh Pemerintah

Daerah Tingkat I tempat terdapatnya bahan galian itu.”

Mengenai hal yang dikuasakan, apakah bisa diartikan diserahkan

sebagai urusan rumah tangga daerah atau sebagai tugas pembantuan atau

dapat juga sebagai tugas dekonsentrasi?. Hal ini dapat dilihat dalam UU No.

11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan/UUPP – yang telah

diganti dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, dimana dalam Undang-Undang ini disebutkan:26

a. Terhadap bahan galian golongan c, pelaksanaan, penguasaan negara,

dan pengaturannya dilakukan oleh pemerintah provinsi;

b. Terhadap bahan galian golongan b dapat diserahkan kepada pemerintah

kabupaten/kota.

Dimana ketentuan diatas menunjukkan:27

26Ibid. hal 125. 27Ibid. hal 126.

Page 7: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

31

1) Pengaturan, pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian golongan c

sepenuhnya diserahkan kepada daerah (dalam hal ini Daerah Tingkat I);

2) Pengaturan, pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian golongan b dapat

dilakukan pusat atau daerah. Wewenang daerah tergantung pada

kebijakan pusat.

Dalam ketentuan Pasal 14 UU No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-

ketentuan Pokok Pertambangan menyatakan, “Usaha Pertambangan bahan-

bahan galian dapat meliputi: a) Penyelidikan umum; b) Eksplorasi; c)

Eksploitasi; d) Pengolahan dan Pemurnian; e) Pengagkutan; f) Penjualan.”28

B. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Perlindungan Lingkungan Hidup terkait Pertambangan Pasir

Menurut Salim (1989:13) sebagaimana dikutip oleh Yuherman

menyatakan bahwa sumber alam kita umumnya terbagi atas sumber alam

yang bisa di perbaharui (seperti hutan, perikanan, dan lain-lain) dan sumber

alam yang tidak bisa di perbaharui harus di pakai secara bijaksana. Sumber

daya alam yang bisa di perbaharui harus di kelola menurut pola yang

mengindahkan kelestarian sumber daya alam.29

Kegiatan atau aktivitas pertambangan juga harus memperhatikan alam

dan lingkungan sekitar, hal ini dapat dilihat dari tata cara pengelolahan bahan

28Daud Silalahi, 2003, Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Pengolahan Sumber Daya

Alam yang Berwawasan Lingkungan di Bidang Pertambangan, Badan Pembinaan Hukum

Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI. Hal. 25. 29

Rival Amrinaldo, dkk, Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C Bagi Sosial

Ekonomi Masyarakat Di Kawasan Aliran Batang Bayang Kecamatan Bayang, Jurnal.

Hal. 2.

Page 8: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

32

tambang seperti yang telah ditentukan dalam ketentuan Pasal 2 UU No. 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menyatakan:

“Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan:

a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;

b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;

c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;

d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.”

Salim menjelaskan sebagaimana dikutip dari pendapat Joseph F.

Castrilli mengemukakan pengertian hukum tambang. Dimana hukum

pertambangan adalah:

“also may provide a basis for implementing some envinronmentally

protective measures in relation to mining operation at the exploration,

development, reclamation, and rehabilitation stages”. Dari penjelasan

tersebut memiliki artian dimana hukum pertambangan sebagai dasar

pelaksanaan perlindungan lingkungan dalam kaitannya dengan kegiatan

pertambangan, yang meliputi kegiatan eksplorasi, konstruksi, reklamasi dan

rehabilitasi.30

Hannah Owusu-Koranteng At sebagaimana dikutip oleh Salim dalam

bukunya mengemukakan pengertian hukum pertambangan atau yang biasa

disebut mining law, adalah:

“surface mining is one of the most polluting investmnet and mining

laws that regulate the activities of mining companies should have the

30Salim HS., 2012, Hukum Pertambangan dan Mineral Batubara, Jakarta: Sinar Grafika.

Hal. 13.

Page 9: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

33

objective of providing adequate protection for the right of mining

communities, the envinroment as well as ensure equal benefit to the host

countries and the investor. An important characteristic of the mining and

mineral law in Ghana (example countries, pen.) is the clear protection of the

interest of multinational mining companies whilst the protection of

community rights and environment is fluid.” Menurut pengertian diatas

dimana artinya ialah dalam definisi tersebut, hukum pertambangan

merupakan kaidah hukum yang mengatur tentang kegiatan pertambangan.

Tujuannya, yaitu:31

1) Melindungi kepentingan masyarakat lokal;

2) Perlindungan lingkungan hidup;

3) Menjamin keuntungan yang sama besar antara negara tuan rumah

dengan investor; dan menjamin pelaksanan kegiatan pertambangan oleh

perusahaan multinasional.

Pasal 47 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara juga menyatakan, “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang

berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup,

ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan

keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.”

Mengenai perlindungan Lingkungan Hidup, telah dijelaskan dalam

ketentuan Pasal 1 angka (2) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan “Perlindungan dan

31Ibid. Hal 13-14.

Page 10: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

34

pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.”

Lingkungan atau berkaitan dengan lingkungan hidup (environment,

milieu, alam sekitar, atau kapaligiran) didefinisikan sebagai kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di

dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun makhluk hidup lainnya.

Maka dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup merupakan konsep holistik

yang meliputi: (a) lingkungan hidup fisik (physicalenvironment); (b)

lingkungan hayati atau biotis (biological environment); dan c) lingkungan

sosial termasuk lingkungan-lingkungan binaan (social/culturalenvironment).

Sering pula disebut sebagai ABC lingkungan (Abiotic, Biotic, and Culture

environment).32

Lingkungan hidup dapat dilihat sebagai sistem yang dinamis,

keberadaannya sangat ditentukan oleh komponen-komponen lingkungan yang

membentuknya, lingkungan hidup senantiasa berlangsung serta berinteraksi,

hubungan saling bergantung atau interdependensi, dan saling mempengaruhi

antara komponen lingkungan yang satu dengan komponenlainnya. Segala

sesuatu di dunia ini erat hubungannya, satu dengan yang lain. Antara

32Harry Supriyono, 2003, Hukum Lingkungan, Jogjakarta: Jurnal oleh UGM,

http://elisa.ugm.ac.id, hal 1.

Page 11: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

35

manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, bahkan dengan benda-benda mati di

sekelilingnya sekalipun. Pengaruh antara satu komponen dengan lain

komponen ini bermacam-macam bentuk dan sifatnya. Begitu pula reaksi

suatu golongan atas pengaruh dari yang lainnya juga berbeda.33

2. Dampak Pertambangan Pasir Terhadap Lingkungan Hidup

Permasalahan lingkungan hidup semakin hari semakin menunjukan

peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan yang berkiatan

tentang lingkungan hidup belum berhasil. Eksploitasi sumberdaya alam dan

lingkungan hidup memberikan dampak yang signifikan sehingga

menyebabkan semakin buruknya kualitas lingkungan sumberdaya alam,

khususnya dalam masalah pengawasan dan pengembangan mekanisme hidup.

Berkaitan dengan adanya Otonomi Daerah, terkait pelimpahan wewenang

kepada pemerintah daerah di bidang pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian lingkungan mengandung maksud untuk meningkatkan peran

masyarakat lokal dalam Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Peran serta masyarakat inilah yang dapat menjamin dinamisme dalam

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sehingga kegiatan ini

mampu menjawab tantangan tersebut, mekanisme peran serta masyarakat ini

melalui mekanisme demokrasi. Sehingga salah satu strategi pengelolaan

lingkungan hidup yang efektif di daerah dalam kerangka otonomi daerah

33Ibid.

Page 12: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

36

adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam Perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.34

Sumberdaya alam juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan

waktu, diperlukan adanya pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan

bijaksana antara lingkungan dan manusia agar mempunyai kaitan yang erat.

Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di

sekitarnya, sehingga aktivitas dari manusia itu sendiri banyak ditentukan oleh

keadaan lingkungan di sekitarnya.35

Melihat dalam ketentuan Pasal 28H ayat (1) : “Setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”. Dan dalam ketentuan Pasal 33 ayat (4) : “Perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional”.

Aktivitas pertambangan yang semakin hari merugikan masyarakat dan

mengurangi Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang

lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Manusia tidak akan dapat

hidup tanpa udara dan air, sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat

mempengaruhikeberadaan sumberdaya alam dan lingkungan di sekitarnya.

Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia.

34Risno Mina, 2016, Desentralisasi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sebagai Alternatif Menyelesaikan Permasalahan Lingkungan Hidup, Jurnal. Hal. 149. 35Ibid. Hal. 150.

Page 13: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

37

Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh aktivitas manusia khususnya dalam bidang pertambangan

adapun berbagai kasus pencemaran yang ada ialah pencemaran udara,

pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya

adalah sebagai akibat dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan

merugikan manusia itu sendiri.36

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 1

angka (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum.37

Mengingat kompleksnya Perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup dan permasalahannya yang bersifat lintas sektor dan wilayah, maka

dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan perencanaan dan pelaksanaan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsip

pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya,

lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung

dan saling memperkuat satu sama lain. Di dalam pelaksanaannya melibatkan

berbagai pihak, serta ketegasan dalam penaatan hukum lingkungan.

Diharapkan dengan adanya partisipasi barbagai pihak dan pengawasan serta

36Ibid. Hal. 151. 37Ibid.

Page 14: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

38

penaatan hukum yang betul-betul dapat ditegakkan, dapat dijadikan acuan

bersama untuk mengelola lingkungan hidup dengan cara yang bijaksana

sehingga tujuan dari adanya pembangunan berkelanjutan adalah agar dapat

diimplementasikan secara benar dan nyata di lapangan dan tidak terhenti

hanya pada slogan semata.38

Drupsteen mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Harry

Supriyono, bahwa Hukum Lingkungan (Milieurecht) adalah hukum yang

berhubungan dan berkaitan erat dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu)

dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya ditentukan oleh ruang lingkup

pengelolaan lingkungan, dengan demikian terkait hukum lingkungan dapat

didefinisikan sebagai berikut, yakni berupainstrumentarium yuridisbagi

pengelolaan lingkungan. Selain itu, terdapat hukum lingkungan keperdataan

(privaatrechielijk milieurecht), hukum lingkungan ketatanegaraan

(strafrechtelijk milieurecht), hukum lingkungan kepidanaan (strafrechtelijk

milieurecht), yang mana bidang-bidang hukum ini memuat ketentuan-

ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.39

Menurut Koesnadi sebagaimana dikutip oleh Risno Mina, Hukum

Tata Lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi penataan

lingkungan hidup, mencakup segi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

budaya. Hukum tata lingkungan ini mengatur terkait tatanan kegunaan dan

penggunaan lingkungan untuk berbagai keperluan melalui tata cara

38Ibid. Hal. 160-161. 39Harry Supriyono, Op.Cit. hal. 7.

Page 15: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

39

konkritatau jelas dan tepat dalam rangka melestarikan kemampuan

lingkungan yang serasi agar memperoleh hasil yang seimbang.40

Dalam penjelasan yang terdapat dalam ketentuan Pasal 34 ayat (1)

UUPLH dinyatakan bahwa terdapat tindakan tertentu agar lingkungan hidup

tetap terjaga, meliputi misalnya:

a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah

sesuai dengan baku mutu lingkungan hidup yang ditentukan;

b. memulihkan fungsi lingkungan hidup;

c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi manusia

sebagaimana tertera dalam berbagai konstitusi di negara lain selalu dikaitkan

dengan kewajiban untuk melindungi lingkungan hidup. Hal ini memiliki

artian bahwa lingkungan hidup dengan sumber-sumber dayanya merupakan

hasil kekayaan bersama yang dapat digunakan oleh setiap orang atau semua

makhluk hidup, yang harus tetap dijaga untuk kepentingan masyarakat

banyak pada saat ini danuntuk generasi-generasi mendatang. Dengan

demikian perlindungan berkaitan dengan lingkungan hidup dan sumber daya

alamnya mempunyai tujuan ganda, adalah melayani kepentingan masyarakat

secara keseluruhan dalam segi umum dan melayani kepentingan individu-

individu dalam segi khususnya.41

40Risno Mina, Op.Cit. hal 151. 41Harry Supriyono, Op.Cit. hal. 26

Page 16: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

40

Pada ketentuan pasal 5 ayat (1) UUPLH berbunyi: "Setiap orang

mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat", sedangkan

dalam ketentuan pasal 5 ayat (1) UUPLH dipertegas menjadi "hak yang sama

atas lingkungan hidup yang baik dan sehat".

Pengendalian dampak lingkungan hidup merupakan upaya untuk

melakukan tindakan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh

setiap orang terutama perusahaan-perusahaan yang pada hakikatnya terkait

dengan pelaksanaan kegiatan perusahaan dapat dipastikan menimbulkan

dampak yang besar terhadap lingkungan. Berkaitan dengan dampak

lingkungan hidup dapat diartikan sebagai pengaruh perubahan lingkungan

hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Sehingga

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi kewajiban bagi

negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksananya

di berbagai bidang yang berkaitan secara langsung dengan lingkungan hidup

agar lingkungan hidup di Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan

penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.42

Kinerja aparat pemerintah daerahdirasa belum cukup optimal terkait

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, masih terdapat beberapa

permasalahan di dalamnya. Salah satu strategi pengelolaan lingkungan hidup

yang dirasa efektif di daerah ialah dengan melibatkan masyarakat agar ikut

berperan serta dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.43

42Ibid. 43Ibid.

Page 17: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

41

Bagi Indonesia, kontribusi terbesar yang dapat diandalkan dalam

menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal

pembangunan, terdapat dalam sumberdaya alam, dikatakan bahwa

sumberdaya alam berperan penting dalam perekonomian Indonesia baik pada

masa lalu, saat ini maupun dimasa mendatang, sehingga dalam penerapannya

harus memperhatikan kesepakatan dalam dunia internasional. Selain itu,

sumber daya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain

pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan aturan yang

harus ditaati oleh pelaksana kegiatan usaha atau perusahaan sebagai landasan

melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan penyumbang

terbesar dari sektor ekonomi kurang diperhatikan. Sehingga ada

kecenderungan penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya

ketersediaan sumberdaya alam serta penurunan kualitas lingkungan hidup.44

2.1 Dampak Lingkungan dalam Kaitannya dengan Pertambangan

Pasir

Salah satu contoh permasalahan lingkungan yang terjadi akibat

dari adanya pertambangan galian C yang terjadi di Desa Tanjung

Kecamatan Koto Kampar Hulu menimbulkan beberapa dampak terhadap

ekonomi masyarakat diantaranya:

a. Hilangnya mata Pencaharian Masyarakat Setempat

Sejak dulu masyarakat tempatan/ masyarakat sekitar Desa

Tanjung salah satu sumber kehidupan ekonominya adalah dengan

mencari batu, kerikil, dan pasir di pulau-pulau sepanjang aliran

44Risno Mina, Op.Cit. hal. 154.

Page 18: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

42

sungai Kampar yang masuk dalam wilayah Desa Tanjung

Kecamatan koto Kampar Hulu. Peralatan yang digunakan oleh

masyarakat untuk mengambil batu dan kerikil tersebut dengan

menggunakan alat secara tradisional seperti cangkul, skop dan

menggunakan sampan atau perahu. Batu, kerikil dan pasir tersebut

setelah terkumpul mereka jual ke masyarakat untuk membuat

bangunan rumah.45

b. Sebagai Sumber Pendapatan Ekonomi oleh sebagian Masyarakat

Kegiatan Pertambangan Galian C di kawasan Desa tanjung

Kecamatan Koto kampar Hulu dansekitarnya sangat banyak

membantu ekonomi sebagian masyarakat karena bisa menciptakan

lapangan kerja baru bagi masyarakat dan bisa mengurangi angka

pengangguran di wilayah tersebut. Artinya masyarakat yang tidak

bekerja bisa menambah penghasilan uang masuk dari usaha atau

kegiatan tambang tersebut seperti menjaga pintu masuk dan keluar

dari jalan raya menuju area galian C di kawasan sungai tempat di

mana batu tersebut di ambil atau digali. Di samping itu ada

masyarakat yang bisa buka warung kecil-kecilan di sekitar lokasi

galian C.46

c. Hilangnya sebagian Tempat Mata Pencaharian Para Nelayan

Sebagian masyarakat Desa Tanjung Kecamatan Koto

Kampar Hulu sejak dulu ada yang berprofesi sebagai nelayan.

45Asril, Dampak Pertambangan Galian C Terhadap Kehidupan Masyarakat Kecamatan

Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar, Jurnal. Hal. 26-27. 46Ibid.

Page 19: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

43

Tempat mereka mencari ikan seperti memukat, menjala dan

memancing di sekitar pulau tersebut dan tidak jarang diantara

mereka yang menginap atau tidur bermalam di pulau tersebut.47

2.2 Dampak Lingkungan Pertambangan Pasir dalam Kaitannya

dengan Kehidupan Sosial

Adapun permasalahan lain yang terjadi akibat dari Pertambangan

Galian C Terhadap Kehidupan Sosial dimana secara teori dampak sosial

yang ditimbulkan oleh usaha pertambangan menimbulkan beberapa

dampak sosial, ialah sebagai berikut:

a. Terkorbankannya Pemilik lahan

Kegiatan usaha pertambangan merupkan kegiatan yang

banyak mengorbankan kepentingan pemegang hak atas lahan. Hal ini

sering terjadi karena kurangnya perhatian yang berkaitan dengan

administrasi pertanahan di tingkat bawah, juga karenafaktor budaya

serta adat setempat. Masyarakat adat di beberapa tempat berkaitan

dengan penguasaan hak atas tanah biasanya cukup dengan adanya

pengaturan intern/yang bertanggungjawab dalam segi pertanahan di

masyarakat adat mereka. Keadaan tersebut banyak dimanfaatkan

oleh sekelompok orang yang mengetahi kelemahan dari pemerintah

dalam ursan berikatan dengan masyarakat adat, sehingga dibuatlah

surat-surat tentang kepemilikan atas tanah dari desa setempat.48

47Ibid. 48Ibid. hal 27-28.

Page 20: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

44

b. Kerusakan Lingkungan

Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan dapatdipastikan

menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah suatu

hal yang tidak dapatdibantah. Karena untuk mengambil atau untuk

memperoleh bahan galian tertentu, adalah dengan melakukan

penggalian, yang berarti akan terjadi perombakan serta perubahan

permukaan bumi, karakteristik pembentukan dan keberadaan bahan

galian, yang secara ganesa atau geologis dalam pembentukannya

atau berkaitan dengan kondisi geologi tertentu di bawah permukaan

bumi, laut, sungai dan sebagainya.49

c. Ketimpangan Sosial

Kebanyakan kegiatan usaha pertambangan di daerah

terpencil, masyarakatnya masih hidup sangat sederhana, tingkat

pendidikan umumnya tamatan sekolah dasar, kondisi sosial ekonomi

umumnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Dilain pihak,

kegiatan usaha pertambangan membawa pendatang dengan tingkat

pendidikan cukup, menerapkan teknologi menengah-teknologi

tinggi, serta budaya dan kebiasaan yang terkadang bertolak belakang

dengan masyarakat setempat. Kondisi seperti ini yang menyebabkan

munculnya kesenjangan sosial antara lingkungan pertambangan

denganmasyarakat di sekitar usaha pertambangan berlangsung.50

49Ibid. 50Ibid.

Page 21: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

45

C. Tinjauan Tentang Dampak yang Ditimbulkan dalam Pelaksanaan Kegiatan

Pertambangan Pasir Galian C

1. Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Pasir Galian C

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan

pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan

devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi

daerahmerupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seperti yang

diketahui bahwa kegiatan pertambangan merupakan suatu kegiatan yang

meliputi: eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian, dan pengangkutan

mineral/bahan tambang. Industri pertambangan selain mendatangkan devisa

dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan.51

Kerusakan sumberdaya alam terus mengalami peningkatan, baik

dalam jumlah maupun sebaran wilayahnya. Secara fisik kerusakan tersebut

disebabkan oleh tingginya eksploitasi yang dilakukan, bukan hanya dalam

kawasan produksi yang dibatasi oleh daya dukung sumberdaya alam,

melainkan juga terjadi di dalam kawasan lindung dan konservasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Kerusakan tersebut disebabkan baik oleh usaha-usaha

komersial yang secara sah mendapat ijin maupun oleh individu-individu yang

tidak mendapat ijin.52

Kegiatan penambangan bahan galian C merupakan usaha yang telah

dilakukan sejak lama. Dahulu dilakukan secara tradisional dengan sampan

dilengkapi dengan sekop dan pengambilannya di tempat dangkal. Namun

51

Fadly Warisan Sitio dkk, 2015, Analisis Pengaruh Penambangan Galian C Terhadap

Lingkungan Perairan dan Sosial Ekonomi di Desa Kampung Pinang Kecamatan

Perhentian Raja Kabupaten Kampar, Jurnal. Hal. 12. 52Ibid. Hal. 13.

Page 22: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

46

sekarang telah berubah menjadi usaha tambang dengan kapal motor yang

memakai mesin hisap batu atau pasir. Kegiatan ini memberikan pengaruh

baik secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat. Apabila usaha ini

tidak dikelola dengan tepat akan memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan sekitar terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah seperti

sedimentasi dan gangguan kualitas air.53

Sektor pertambangan di Indonesia adalah sektor terbesar terait

pendapatan yang diterima devisa Negara, namun keberadaan kegiatan

dan/atau usaha pertambangan saat ini banyak dipersoalkan oleh berbagai

kalangan dalam implementasinya, Negara sering kali dihadapkan pada

kondisi dilematis antara pemanfaatan optimal dengan dampak atau kerugian

lingkungan dan sosial. Ini disebabkan oleh karena keberadaan kegiatan usaha

tambang menimbulkan dampak negatif dalam pengusahaan bahan galian.54

Berkaitan dengan hal tersebut pelaku Pertambangan dapat

dikelompokkan dari pertambangan skala besar, pertambangan skala

menengah dan juga pertambangan skala kecil dalam bentuk pertambangan

rakyat. Kegiatan pelaksanaan pertambangan banyak yang menimbulkan

persoalan baik terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat setempat.

Persoalan pertambangan tidak hanya ditimbulkan oleh pertambangan skala

besar saja tetapi juga akan tetapi pertambangan skala menengah pun juga

pertambangan skala kecil. Pertambangan skala kecil ini biasanya dilakukan

53Ibid.

54Meggi Okka Hadi Miharja dkk, 2015, Implikasi Hukum Terkait Pertambangan Rakyat

dalam Bidang Minerba di Indonesia, Jurnal. Hal 97.

Page 23: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

47

atau dapat juga disebut sebagai Pertambangan rakyat. Dalam melaksanakan

kegiatan pertambangan rakyat walaupun termasuk dalam pertambangan skala

kecil, dampak yang ditimbulkan cukup besar karena banyaknya kegiatan

pertambangan kecil yang beroprasi di seluruh wilayah Indonesia.55

Meskipun dilakukan secara tradisional, dengan cakupan wilayah yang

luas, karena dilaksanakan oleh masyarakat setempat sendiri serta pelaku

usaha yang tidak diimbangi dengan peralatan, fasilitas, pengetahuan, dan

pemodalan, dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih besar dan merugikan.

Disamping itu terdapat pertambangan yang sekalipun legal tetapi tidak

memenuhi persayaratan akan batas-batas maksimum bahan yang harus

ditambang agar tidak merugikan lingkungan.56

Sehingga hal ini rentan terhadap kerusakan lingkungan dan

menimbulkan pencemaran yang tidak terkendali. Kurangnya pengawasan dari

pemerintah dapat juga menjadi alasan mengapa dalam sektor pertambangan

rakyat khususnya galian C dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan

pencemaran yang tentu saja hal ini merugikan masyarakat setempat.

Kegiatan penambangan galian C cenderung berpengaruh terhadap

kualitas air perairan sungai di daerah setempat. Pengaruh tersebut adalah

kecerahan, kekeruhan, kedalaman dan total suspended solid (TSS) yang mana

parameter ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan,

55Ibid. 56Ibid.

Page 24: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

48

bahkan bagi masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk kegiatan

MCK.57

Selain itu penambangan Galain C juga mempengaruhi kesetimbangan

sungai yang menyebabkan terjadinya angkutan sedimen yang besar.

Angkutan sedimen pada dasar akan menyebabkan penurunan dasar sungai

sehingga berdampak pada stabilitas tebing sungai. Jika stabilitas sungai

semakin lemah, maka dapat mengakibatkan kelongsoran tebing. Kelongsoran

tebing ini akan mempengaruhi morfologi sungai, yang menyebabkan sungai

semakin lebar dan dalam juga berubahnya pola aliran arus sungai.58

1.1 Izin Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Galian C oleh Perusahaan

Komanditer (CV)

Dalam hal untuk memenuhi persyaratan pertambangan atas izin

usaha pertambangan, harus ada batas-batas dan ketentuan yang telah

ditetapkan menngenai hal tersebut, adapun dalam Pasal 23 Peraturan

Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menyatakan “Persyaratan IUP

Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi persyaratan:

a. administratif;

b. teknis;

c. lingkungan; dan

d. finansial.”

57Fadly Warisan Sitio dkk. Op.Cit. Hal. 20. 58Ibid.

Page 25: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

49

Berikut adalah penjelasan mengenai Persyaratan IUP Eksplorasi

dan IUP Operasi Produksi, yang mana dalam ketentuan Pasal 24 PP No.

23 Tahun 2010 menyatakan berbagia penjelasan terkait persyaratan apa

saja yang harus dipenuhi, dan dikarenakan sejak awal Pokok pembahasan

ini mengacu pada Perusahaan Komanditer atau CV (Commanditaire

Vennootschap) sehingga penjelasan terkait persyaratan CV terdapat

dalam ketentuan Pasal 24 ayat (4) yang menyatakan:

“Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a

untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan

batubara:

1) surat permohonan;

2) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

3) surat keterangan domisili.

b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan

logam dan batuan:

1) surat permohonan;

2) profil perusahaan;

3) akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha

pertambangan;

4) nomor pokok wajib pajak;

5) susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

6) surat keterangan domisili.”

Page 26: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

50

Terkait dengan persyaratan teknis dijelaskan secara menyuruh

tidak ada pembagian-pembagian terkait siapa yang mengadakan kegiatan

Pertambangan, berikut adalah ketentuan persyaratan teknis yang dimuat

dalam Pasal 25 PP No. 23 Tahun 2010 yang menyatakan:

“Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b

untuk:

a. IUP Eksplorasi, meliputi:

1) daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli

pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling

sedikit 3 (tiga) tahun;

2) peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis

lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi

geografi yang berlaku secara nasional.

b. IUP Operasi Produksi, meliputi:

1) peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis

lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi

geografi yang berlaku secara nasional;

2) laporan lengkap eksplorasi;

3) laporan studi kelayakan;

4) rencana reklamasi dan pascatambang;

5) rencana kerja dan anggaran biaya;

6) rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan

operasi produksi; dan

Page 27: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

51

7) tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang

berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.”

Selain itu terdapat persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi

terlebih dahulu, hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 26 PP No. 23 Tahun

2010, yang menyatakan:

“Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c

meliputi:

a. untuk IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

b. untuk IUP Operasi Produksi meliputi:

1) pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup; dan

2) persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.”

Penjelasan terakhir mengenai berbagai macam persyaratan yang

harus dipenuhi adalah terkait persyaratan finansial terdapat dalam

ketentuan Pasal 27 ayat (1) PP No. 23 Tahun 2010, yang menyatakan:

“Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d

untuk:

a. IUP Eksplorasi, meliputi:

Page 28: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

52

1) bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan

eksplorasi; dan

2) bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil

lelang WIUP mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai

penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan

wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan

logam atau batuan atas permohonan wilayah.

b. IUP Operasi Produksi, meliputi:

1) laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan

publik;

2) bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan

3) bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai

penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang telah

berakhir.”

1.2 Jaminan Kesungguhan

Melihat dari penjelasan diatas maka dapat dinyatakan terdapat

bebagai persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar dalam

pelaksanaannya tidak mengalami kerugian dan merugikan bagi

masyarakat pun lingkungan. Adapun terkait pemenuhan izin dari

berbagai persyaratan terdapat satu syarat lagi yang harus dipenuhi

sebelum usaha pertambangan dijalankan, persyaratan ini mengenai

Jaminan Kesungguhan yang diatur dalam Peraturan Menteri No. 34

Page 29: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

53

Tahun 2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan

Batubara.

Dalam ketentuan Pasal 8 ayat (2) Permen No. 34 Tahun 2017

dijelaskan tentang adanya suatu bukti terkait penempatan jaminan

kesungguhan khususunya dalam hal eksplorasi, sedangkan dalam

ketentuan Pasal 8 ayat (3) Permen No. 34 Tahun 2017 menjelaskan

terkait hal tersebut, yang antara lain:

“Jaminan kesungguhan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka pada bank

pemerintah atau pemerintah daerah atas nama Direktur Jenderal atau

gubernur qq pemohon IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi dengan

ketentuan:

a. jaminan kesungguhan yang ditempatkan ditentukan sebesar

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) apabila luas WIUP atau WIUPK-

nya kurang dari atau sama dengan 40 (empat puluh) hektare; atau

b. jaminan kesungguhan yang ditempatkan dihitung berdasarkan luas

wilayah per hektar dikalikan sebesar Rp150.000,00 (seratus lima

puluh ribu rupiah) apabila luas WIUP atau WIUPK-nya lebih dari 40

(empat puluh) hektare.”

Adanya jaminan kesungguhan ini adalah untuk menjamin

pelaksanaan kegiatan pertambangan jika sewaktu-waktu dapat

menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan jika perusahaan

Page 30: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

54

pertambangan tidak mengadakan reklamasi untuk membenahi kerusakan

lingkungan yang diakibatkan dari adanya kegiatan pertambangan.

Melihat hal itu, terkait dengan Pertambangan rakyat kemudian

diatur dalam UU Minerba mengenai wilayah dan perizinan

pertambangan, Pengaturan dimuat dalam ketentuan Bab V Bagian Ketiga

Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Pasal 20 hingga Pasal 26 dan Bab

IX Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Pasal 66 hingga Pasal 73.

Dalam ketentuan Pasal 66 disebutkan: “Kegiatan pertambangan

rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikelompokkan sebagai

berikut:

a. pertambangan mineral logam;

b. pertambangan mineral bukan logam;

c. pertambangan batuan; dan/ atau

d. pertambangan batubara.”

Meskipun UU Minerba menyebutkan bahwa penetapan wilayah

pertambangan dilaksanakan secara partisipasi, meperhatikan aspirasi

daerah, serta memperhatikan aspirasi masyarakat, namun pada

kenyataanya kawasan masyarakat secara sepihak dijadikan kawasan

pertambangan termasuk mengabaikan pertambangan rakyat yang

merupakan hak hidup masyarakat.59

Dalam pelaksanaannya, kegiatan pertambangan tentu perlu

diawasi, terkait pengawasan inilah terdapat Peraturan Menteri No. 26

59Fadly Warisan Sitio dkk. Op.Cit. hal 98.

Page 31: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

55

Tahun 2018 yang mengatur tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan

yang Baik Dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. Ruang

lingkup dalam Peraturan Menteri ini terkait dengan pengawasan usaha

pertambangan diatur dalam Ketentuan Pasal 2 yang menyatakan: “Ruang

lingkup Peraturan Menteri ini mengatur mengenai:

a. pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik;

b. pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan Usaha

Pertambangan; dan

c. pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan.”

Terkait bagaimana seharusnya pelaksanaan usaha pertambangan

yang termasuk dalam kaidah pelaksanaan yang baik ini diatur dalam

ketentuan Pasal 3 ayat (3) yang menyatakan:

“Kaidah teknik pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a meliputi pelaksanaan aspek:

a. teknis pertambangan;

b. konservasi Mineral dan Batubara;

c. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;

d. keselamatan operasi pertambangan;

e. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, Reklamasi, dan

Pascatambang, serta Pascaoperasi; dan

f. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun,

pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan.”

Page 32: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

56

Ruang lingkup dari Peraturan Menteri ini adalah terkait dengan

bagaimana kaidah yang baik yang seharusnya dilaksanakan dalam

pelaksanaan usaha pertambangan, terkhususnya Pertambangan Mineral

dan Batubara. Melihat dari penjelasan tersebut maka pertambangan

mineral batubara yang mempunyai berbagai macam kelompok atau

golongan yang diketahui terdapat penggolongan kelompok batuan dalam

ketetuan Pasal 2 ayat (2) huruf d Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun

2010 terkait macam penggolongan usaha pertambangan jenis batuan atau

yang termasuk dalam bahan galian golongan C. Sehingga dalam hal ini

pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mengacu dalam ketentuan

Peraturan Menteri No. 26 Tahun 2018 tentang tentang Pelaksanaan

Kaidah Pertambangan yang Baik Dan Pengawasan Pertambangan

Mineral dan Batubara.

Dari beberapa jenis bahan galian golongan C yang

penambangannya paling banyak di lakukan adalah pasir, kerikil, batu kali

dan tanah timbun. Usaha penambangan pasir, kerikil, batu kali dan tanah

timbun tersebut harus mendapat perhatian serius, karena sering kali usaha

penambangan tersebut di lakukan dengan kurang memperhatikan akibat

terhadap lahan pertanian masyarakat dan lingkungan hidup.60

Dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis

dan terpadu yang di lakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

60Rival Amrinaldo, dkk, Op.Cit. Hal. 2.

Page 33: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

57

dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup

yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum. Namun fungsi perencanaan,

pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan

hukum dalam pasal 1 undang-undang nomor 32 tahun 2009 tersebut

hingga kini tidak berjalan sebagaimana mestinya.61

Pemanfaatan bahan galian C sebagai bahan material dasar sangat

penting untuk mendukung pembangunan fisik di wilayah

Kabupaten/Kota. Tingkat kecepatan eksploitasi dan penggunaan material

ini dapat/telah mengakibatkan beberapa permasalahan kerusakan

lingkungan hidup, serta kurangnya tindakan rehabilitasi

pascapenambangan.62

2. Dampak Pertambangan Pasir Galian C

Kerusakan lingkungan karena penambangan dan pengerukan bahan

galian C sebagian besar diakibatkan dari kurangnya mempertimbangkan

masalah-masalah lingkungan dalam perencanaan, pengoperasian dan

perlakuan perbaikan pascapenambangan. Kerusakan lingkungan dapat

diakibatkan oleh operasi kecil, besar dan mekanisasi penambangan atau oleh

dampak kumulatif dari operasi kecil yang dilakukan secara terus menurus.63

Menurut ketnetuan pasal 2 huruf (n) Undang-undang Nomor 11

Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, dimana

61Ibid. 62Bakri., Op.Cit.

63Ibid.

Page 34: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

58

dijelaskan mengenai Pengertian Pertambangan Rakyat yang merupakan suatu

usaha pertambangan dengan bahan-bahan galian dari semua golongan A, B

dan C yang dilakukan dan dilaksanakan secara langsung oleh rakyat setempat

secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan peralatan yang

sederhana untuk pencaharian sendiri. Ketentaun pasal 20 dan pasal 66 sampai

dengan pasal 73 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tetang Mineral dan

Batubara berkaitan dengan akomodasi kepentingan tambang rakyat, selain

memecahkan persoalan yang selama ini terjadi, dilain pihak merupakan bukti

konkrit terhadap eksistensi keberadaan tambang rakyat, yang apabila

dilakukan pembinaan dengan baik, dapat menjadi salah satu potensi ekonomi

lokal, menggerakkan secara nyata adanya legalisasi dan pembinaan

pertambangan rakyat, maka sesungguhnya dapat mendatangkan keuntungan

dan dampak positif lain, seperti:64

a. Meanggulangi perosalan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah

bersangkutan;

b. Terbuka dan terciptanya lapangan kerja baru;

c. Membangkitkan jiwa-jiwa wirausaha di daerah;

d. Mencegah terjadinya urbanisasi; dan

e. Dapat menekan dan mengendalikan kerusakan lingkungan, karena

dilakukan pada wilayah yang sebelumnya telah ditetapkan

peruntukkannya sebagai WPR.

64Ibid. hal. 99.

Page 35: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

59

Adapun terdapat dampak negatif yang diakibatkan adanya kegiatan

pertambangan Pasir (Galian C) terhadap lingkungan. Hal ini dapat dipastikan

kerusakan lingkungan yang diakibatkan penambangan, dimana sektor

pertambangan berurusan langsung dengan media lingkungan yang sumber

daya alamnya tidak bisa diperbaharui lagi. Pengerukan lapisan tanah atau

pengeboran tanah akan dapat menghancurkan ekosistem yang ada

dipermukaan.Penambangan galian C memang kerap dianggap tambang kecil

dan kurang dipandang. Padahal tambang ini hampir terdapat di setiap daerah

di seluruh Indonesia, dan sebagian besar daerah yang terdapat tambang galian

C ini relatif mengalami kerusakan lingkungan ekologis yang cukup

signifikan.Sungai yang tercemar akan mempengaruhi kehidupan rakyat secara

langsung. Dimana sebagian besar hidup masyarakat sekitar bergantung pada

sungai, baik sebagai sarana transportasi, tempat mencari ikan, sumber air

untuk minum, memasak dan mencuci.65

Kegiatan pertambangan banyak menimbulkan dampak negatif yang

merugikan alam dan lingkungan hidup serta masyarakat, hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 1 angka (18) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2010

tentang Tata Cara Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan, yang menyatakan

“Perubahan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai

strategis adalah perubahan yang berpengaruh terhadap kondisi biofisik seperti

perubahan iklim, ekosistem, dan gangguan tata air, serta dampak sosial

65Bakri. Op.Cit.

Page 36: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

60

ekonomi masyarakat bagi kehidupan generasi sekarang dan generasi yang

akan datang.”

Pengaruh atau resiko yang dapat ditimbulkan pada kehidupan

masyarakat dan tata lingkungan serta fungsinya sebagai pendukung

pembangunan berkelanjutan, memerlukan pengaturan yang didukung oleh

metode pengumpulan informasi yang baik dan memadai, serta menuntut

mekanisme pengambilan keputusan dalam sistim perizinan yang menjamin

keterlibatan peran serta masyarakat.66

Amdal dalam hal ini diperlukan dalam menganalisis resiko dari

pertambangan pasir Galian C yang terjadi disuatu daerah. Hal ini

dimungkinkan adanya dampak yang diakibatkan pertambangan pasir galian C

baik terhadap lingkungan hidup maupun masyarakat, Amdal dianggap

mempunyai kemampuan untuk melakukan prediksi dan identifikasi terhadap

kemungkinan timbulnya dampak lingkungan. Dalam proses Amdal ini

analisis masalah dilakukan berdasarkan pendekatan antar berbagai disiplin

ilmu (scientific approach) dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah pula

untuk menerangkan hubungan kausal masalah lingkungan dan cara

pemecahannya.67

Adanya Amdal berguna untuk mencegah terjadinya dampak

lingkungan hidup yang merugikan masyarakat, juga demikian dapat

memperkirakan seberapa parah dampak yang terjadi akibat dari suatu

pertambangan khususnya dalam hal ini Galian C. Disini lah peran dari Dinas

66Daud Silalahi, 1995, AMDAL dalam Sistem Hukum Lingkungan di Indonesia,

Bandung: Mandar Maju. Hal. 1. 67Ibid. Hal 4.

Page 37: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

61

Lingkungan Hidup, yakni untuk menjaga stabilitas ekosistem yang akan

mengalami kerusakan diakibatkan adanya pertambangan serta untuk tetap

menjaga lingkungan hidup dan masyarakat yang berada di area sekitar

tambang.Amdal sebagai syarat dalam sistem perizinan, sebagai salah satu

syarat perizinan yang diperkirakan mempunyai dampak penting pada

lingkungan.68

Berkiatan dengan analisis resiko terhadap lingkungan, dalam hal ini

bahwa resiko merupakan perkiraan memungkinkanadanya konsekuensi pada

manusia atau lingkungan. Resiko pada manusia merupakan resiko terkait

kesehatan, sedangkan resiko pada lingkungan merupakan resiko ekologi.

Resiko lingkungan (ekologi) merupakan resiko terhadap kesehatanmanusia

yang disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,hayati,

maupun sosial ekonomi-budaya. Secara umum resikolingkungan merupakan

faktor yang terjadi dalam lingkungan tertentu sehingga menyebabkan

konsekuensi yangmerugikan manusia dan lingkungannya.69

2.1 Aspek-aspek Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan

Adapun aspek-aspek yang merupakan dampak dari kegiatan

pertambangan terhadap lingkungan, antara lain:

a. Aspek Fisik

Pembukaan lahan/penyiapan lahan seringkali mengakibatkan

hilangnyatanaman penutup tanah, baik pohon maupun cover crop.

Hilangnya tanamanpenutup ini menyebabkan permukaan tanah

68Ibid. Hal 36. 69Laode M. Syarif, Andri G. Wibisana, Op.Cit.

Page 38: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

62

rawan terhadap erosi oleh airmaupun angin. Hilangnya tanaman

tumbuhan pada area tersebut, perubahan nutrisilapisan tanah karena

pengaruh panas, dan terjadinya erosi oleh air permukaan

sertapenurunan kualitas tanah.70

b. Aspek Biologi

Pembukaan lahan dalam skala luas biasanya mengurangi

jumlah dan jenistumbuhan lokal, menimbulkan kepunahan terutama

jenis/spesies indemikdaerah. Spesies flora dan fauna indemik pada

umumnya rentanterhadap perubahan lingkungan, upaya untuk

mengembalikan keberadaanjenis tersebut seperti semula sebelum

adanya kegiatan pertambanga pada kondisi tertentu akan sulit

berhasil.71

c. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kegiatan pertambangan yang merupakan kegiatan padat

teknogi dan padatmodal, sebagai sumber terbesar devisa negara.

Perputaran ekonomi pada saat proyek berlangsung akan merangsang

pertumbuhan disektor perekonomian.Tersedianya dan terbukanya

lapangan kerja bagi masyarakat setempatwalaupun kehadiran

masyarakat pendatang ikut berkompetisi tak dapat dihindari. Akan

tetapi, dengan masuknya berbagai ragam budaya dan pola hidup

setiap orang yang telibat dalam proyek pertambangan ini, secara

70Frida Rissamasu, Rahim Darma Dan Ambo Tuwo, Pengelolaan Penambangan Bahan

Galian Golongan C Di Kabupaten Merauke, Jurnal. Hal. 51-52. 71Ibid.

Page 39: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

63

bertahap akan mempengaruhipola kehidupan sosial dan budaya

masyarakat setempat.72

d. Aspek Kesehatan dan Keamanan

Beragamnya pola hidup serta status sosial masyarakat,

ditambah dengan kegiatan pertambangan yang berpotensi

menimbulkan dampak terhadap lingkungan, mengakibatkan

munculnya berbagai jenis penyakit pada masyarakat yang mungkin

sebelumnya tidak ada atau jarang terjadi. Perubahan kehidupan

sosial, sehingga tidak jarang timbul masalah akibat adanya

perbedaan yang mungkin tidak bisa diterima masyarakat setempat.

Hal tersebut sangat memungkinkan timbulnya kerawanan keamanan

yang dapat mengganggu kelancaran pertambangan itu sendiri.73

2.2 Contoh Dampak Negatif Pertambangan Terhadap Fasilitas Umum

di Kota Kampar Hulu Riau

Adapun dampak negatif lain dari pertambangan pasir Galian C

terhadap Fasilitas Umum yang ada di Kota Kampar, antara lain sebagai

berikut:

a. Rusaknya Jalan raya

Sejak diizinkannya beroperasi usaha tambang Galian C di

Kecamatan Koto Kampar Hulu sangat banyak menimbulkan

kerugian terhadap masyarakat. Salah satu kerugian yang

ditimbulkannya adalah rusaknya jalan raya yang menghubungkan

72Ibid. 73Ibid.

Page 40: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

64

antara desa yang satu ke desa yang lain. Jalan yang paling terparah

rusaknya seperti antara Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar

Hulu dengan Desa Gunung Bungsu Kecamatan XIII Koto Kampar.74

b. Retak dan Longsornya Jembatan penghubung antar Desa

Kerusakan yang ditimbulkan oleh mobil truk yang membawa

batu dan kerikil dari perusahaan galian C tidak hanya merusak dan

menghancurkan badan jalan, tetapi jembatan antar penghubung desa

juga retak, seperti jembatan penghubung antara Desa Sibiruang dan

desa Bandur Picak di Kecamatan Koto Kampar Hulu karena

disebabkan muatan mobil truk yang lewat membawa batu dan kerikil

diluar muatan maxsimum. Kerusakan jembatan juga terjadi antara

Desa Binamang Batu Bersurat dengan Desa Pongkai Istiqamah

menuju Kecamatan Koto Kampar Hulu. Sehingga masyarakat yang

lewat harus waspada dan hati-hati supaya tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan.75

c. Hilangnya tempat Taman Rekreasi dan Budaya Masyarakat

Sebelum tahun 2000 Pulau-pulau yang ada di wilayah sekitar

Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu digunakan oleh

sebagian masyarakat untuk tempat rekreasi pada waktu hari libur dan

disaat mandi sore sebelum waktu magrib. Misalnya pacu jalur dari

Pulau Tengah ke Pulau Sungai Rambai. Sekarang Pulau tengah

tinggal sedikit, sedangkan pulau Sungai Rambai hampir habis. Dan

74Ibid. 32-33. 75Ibid.

Page 41: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

65

pada akhirnya budaya Pacu sampan atau pacu jalur antar pemuda itu

hilang dengan berlalunya waktu.76

D. Tinjauan Tentang Ganti Kerugian dalam Pelaksanaan Pertambangan Pasir

Galian C

1. Subyek Hukum yang dapat Mengajukan Tuntutan Ganti Kerugian

Pada prinsipnya di tiap daerah terdapat kearifan lokal dalam

menggunakan teknologi yang ramah lingkungan secara turun-temurun.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masalah-masalah yang

ditimbulkan berkaitan dengan lingkungan hidup yang terjadi di daerah

otonom yang hampir tidak mungkin untuk diidentifakasi satu per

satu.Semuanya ini timbul akibat dari kurangnya pengawasan pemerintah

disektor pertambangan, akan tetapi adanya kegiatan pertambangan pasir

Galian C juga dapat memberikan dampak positif yakni pertumbuhan ekonomi

didaerah yang ingin mensejahterakan masyarakat, meskipun menimbulkan

berbagai dampak.77

Melihat dari ketentuan pasal 1365 BW, yang menganut konsep

“Tanggung gugat berdasarkan dari adanya kesalahan atau

(schulanprakelijkheid) yang dipersamakan dengan asas liability baseon fault

(tot liability) dalam sistem hukum Anglo-Amerika, sehingga timbul masalah

mengenai pembuktian tergugat atau pelakudari unsur kesalahan bagi

penggugat atau penderita. Siti Sundari mengemukakan, sebagaimana dikutip

oleh Risno Mina, dalam kasus yang berkiatan dengan pencemaran

76Ibid. 77Risno Mina. Op.Cit. hal 161.

Page 42: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

66

lingkungan, penderita/korban berada pada posisi sosial yang relatif lemah dan

awam terkait dengan hukum. Kekuatan para pihak yang tidak seimbang,

ketidakpastian akan berhasil dan resiko biaya yang tinggi, menimbulkan

keengganan bagi korban atau penderita untuk mengurus atau mengajukan

gugatan dipengadilan.78

Melihat ketentuan pasal 1 angka 14 UU No.32 Tahun 2009 tentang

UUPLH, pencemaran lingkungan adalah dimasukannya makhluk hidup, zat,

energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup yang ditetapkan.

Perusakan lingkungan hidup adalah kerusakan yang ditimbulkan dari

tindakan orang dengan perbuatan sceara langsung atau tidak langsung

terhadap sifak fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup, sehingga

melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang terdapat dalam

ketentuan pasal 1 angkat 16 UUPPLH). Akibat, pencemaran lingkungan dan

perusakan lingkungan hidup, inilah yang menjadi dasar adanya gugatan

dalam sengketa lingkungan. Tanpa adanya pencemaran/kerusakan lingkungan

hidup, tidak akan ada gugatan yang berkaitan dengan sengketa lingkungan.

Subjek yang termasuk dalam gugatan sengketa lingkungan adalah pelaku

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan atau pencemar dan/atau perusak

lingkungan sebagai pihak tergugat serta penderita atau korban pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan sebagai penggugat.79

Seperti yang telah dijelakan dalam ketentuan Pasal 87 ayat (1)

UUPLH dimana setiap penanggungjawab dari perusahaan pertambangan pasir

78Ibid. hal. 299. 79Ibid. hal. 298.

Page 43: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

67

yang dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan menimbulkan resiko

kerusakan dan kerugian baik lingkungan maupun masyarakat wajib

membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu untuk mengganti

kerugian tersebut. Peraturan ini merupakan dasar perlindungan dalam segala

aktivitas dan kegiatan yang mengancam lingkungan hidup serta masyarakat,

yang mana jika memang dalam pelaksanannya terjadi dampak negatif yang

menimbulkan kerugian, masyarakat berhak menuntut ganti kerugian pada

pelaksana kegiatan yang adalah perusahaan pertambangan pasir galian C.

Maka pihak yang tergugat disini adalah Perusahaan Pertambangan Pasir

Galian C yakni CV Mutiara Timur, terkait adanya kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh kegiatan pertambangan pasir.

Penggugat dalam hal ini berdasar pada ketentuan Pasal 87 ayat (1)

UUPLH, selain itu essensi dari isi pasal 87 ayat (2) UUPPLH, sudah

ditentukan pihak yang bertanggungjawab secara yuridis dalam gugatan

sengketa lingkungan, yaitu setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

dan setiap orang yang melakukan pemindahantangan, pengubahaan sifat dan

bentuk usaha, dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha yang menyebabkan

terjadinya pencemaran lingkungan.80

Perbuatan orang, antara lain perbuatan melanggar hukum, yang

merugikan orang lain, dan diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang sama

rumusanya dengan Pasal 1401 Burgerlijk Wetboek (BW). Menurut ketentuan

Pasal 1401 BW Belanda, setiap perbuatan melanggar hukum yang

80Ibid.

Page 44: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

68

mengakibatkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena

kesalahannya menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.81

Perbuatan melanggar hukum meliputi berbuat atau tidak berbuat

bertentangan dengan undang-undang, atau norma kesusilaan dan kepatutan

atau sikap hati-hati yang hidup dalam masyarakat, baik terhadap barang

maupun diri orang lain. Kesalahan meliputi, baik karena sengaja maupun

karena lalai. Kerugian merupakan bentuk akibat yang secara nyata timbul dari

perbuatan yang dilakukan serta disengaja, baik kerugian materiil maupun

immateriil. Pelaku perbuatan melanggar hukum bertanggung jawab

mengganti kerugian kepada pihak yang dirugikan, hal ini merupakan hal yang

wajib dilakukan oleh pelaku sebagai bentuk dari rusaknya alam sekitar serta

dampak yang dirasakan oleh masyarakat.82

2. Pelaksanaan Klaim Ganti Rugi

Selain tuntutan ganti kerugian yang dapat diajukan oleh masyarakat

terkait adanya permasalahan lingkungan yang mengakibatkan kerugian, pada

penjelasan pasal 87 ayat (1) UUPLH tersebut Perusahaan Pertambangan Pasir

Galian C mempunyai tanggungjawab dengan melakukan tindakan tertentu,

salah satu contohnya ialah Reklamasi.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batu Bara Pasal 1 ayat (26) menyebutkan “Reklamasi adalah kegiatan

yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,

memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat

81Fitriani, 2018, Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Tambang Terhadap

Pencemaran Sumber Air Untuk Pertanian, Jurnal: http://digilib.unhas.ac.id. hal. 19-20. 82Ibid.

Page 45: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

69

berfungsi kembali sesuai peruntukannya”. Reklamasi merupakan usaha

pelestarian kembali terhadap lingkungan pascatambang baik reboisasi atau

penanaman kembali pada lahan pascatambang. Dimana perusahaan tambang

bertanggung jawab memulihkan kembali lingkungan yang sempat rusak

akibat kegiatan pertambangan yang nantinya bisa saja dimanfaatkan kembali.

Contohnya wilayah bekas galian tambang dapat dimanfaatkan kembali

sebagai lahan yakni pertanian lahan basah. Hal ini secara tidak langsung

perusahaan dapat membantu pemerintah mewujudkan kesejahteraan rakyat

dengan telah memberikan bahkan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru

kepada masyarakat.83

Berdasarkan ketentuan Pasal 1401 BW, seseorang melakukan

perbuatan melanggar hukum yang merugikan orang lain dapat dituntut

pertanggungjawabannya apabila memenuhi empat unsur berikut:84

a. Perbuatan itu harus melanggar hukum (onrechtmatige, unlawful), artinya

berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan undang-undang,

atau norma kesusilaan dan kepatutan, atau sikap hati-hati yang hidup

dalam masyarakat.

b. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan (schuld,fault), artinya

baik karena sengaja atau lalai.

c. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian (schade, damage), baik

kerugian materiil atas benda/kekayaan orang lain karena rusak, hancur,

83Damopoli Dita N, 2013, Tanggungjawab Perusahaan Pertambangan Terhadap

Lingkungan Pasca Pertambangan, Jurnal: https://ejournal.unsrat.ac.id. 84Ibid. hal. 20.

Page 46: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

70

atau lenyap, maupun kerugian immateril atas diri orang lain (nama baik,

kehormatan) karena tercemar.

d. Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan langsung

secara kausalitas (causaliteit, causality). Menurut Von Kries dalam

teorinya adequate veroorzaking, yang dianggap sebab adalah perbuatan

yang menurut pengalaman manusia normal sepatutnya dapat diharapkan

menimbulkan akibat, dalam hal ini kerugian. Karena perbuatan itu,

timbul kerugian.

Terkait dengan adanya hukum lingkungan kepedataan, secara umum

hukum lingkungan keperdataan menurut Munadjad Danusaputro mengandung

ketentuan-ketentuan yang mengatur tatanan masyarakat orang-seorang

berikut badan-badan hukum perdata dan hubungan yang melandasi orang-

seorang berikut badan-badan hukum perdata satu sama lain, begitu pula yang

melandasi hubungan hukum orang-seorang berikut badan-badan hukum

perdata berhadapan dengan badan-badan negara, manakala badan-badan

negera tersebut bertindak sebagai badan hukum perdata dalam

menyelenggarakan hak dan kewajibannya.85

Pendapat ini masih bersifat umum, karena hanya menekankan pada

pengaturan tatanan hubungan keperdataan dalam bidang lingkungan hidup.

Hubungan keperdataan dalam bidang lingkungan akan terkait dengan

pemenuhan hak dan kewajiban antar individu atau kelompok mengenai

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jika hak salah satu pihak dirugikan,

85Ibid.

Page 47: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

71

maka ia dapat meminta segera dihentikannya perbuatan yang menimbulkan

kerugian itu dan sekaligus menuntut ganti kerugian serta pemulihan hak-hak

yang dirugikan.86

Hukum lingkungan keperdataan bertujuan untuk memberikan

perlindungan hukum bagi korban pencemaran lingkungan dengan cara

mengajukan gugatan sengketa lingkungan di peradilan umum untuk

mengganti kerugian. Penyelesaian sengketa lingkungan diartikan sebagai

gugatan ganti kerugian atas dasar perbuatan melawan hukum di bidang

lingkungan keperdataan oleh korban pencemaran lingkungan. Terjadi

sengketa (termasuk didalamnya sengketa lingkungan) merupakan suatu yang

tidak dikehendaki namun apabila terjadi maka harus diselesaikan dengan cara

yang memadai. Para pihak yang bersengketa dapat memilih berbagai

mekanisme penyelesaian sengketa lingkungan yang menguntungkan, yaitu

memilih cara penyelesaian sengketa lingkungan yang tepat, praktis, efektif,

efisien, pragmatis, kooperatif, serta prospektif.87

Terdapat beberapa alternatif cara penyelesaian sengketa lingkungan.

Pertama, melalui lembaga peradilan negara, kedua diluar lembaga peradilan.

Pada cara yang pertama lembaga peradilan sebagai institusi negara,

berwenang menjalankan kekuasaan kehakiman dalam menerima, memeriksa,

serta memutus perkara atau sengketa hukum yang diajukan kepadanya.

Sedangkan cara yang kedua, penyelesaian sengketa lingkungan di luar

pengadilan berdasarkan pilihan dan kesepakatan para pihak sebagai wujud

86Ibid. hal. 24-25. 87Ibid. hal. 34-35.

Page 48: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

72

aktualisasi peran serta masyarakat untuk menyelesaikan sengketa secara

kooperatif.88

Mengenai ganti kerugian diatur dalam peraturan terbaru yakni

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomer 7 Tahun 2014 tentang Kerugian

Lingkungan Hidup. Akan tetapi pada penjelasan dalam peraturan tersebut

tidak dinyatakan secara jelas siapa yang dapat menuntut ganti kerugian.

Sehingga tuntutan ganti kerugian yang terjadi akibat pertambangan pasir

galian C yang terjadi di Desa Kunjorowesi Kabupaten Mojokerto yang

dimiliki oleh CV Mutiara Timur tetap berdasar pada ketentuan Pasal 87 ayat

(1) UU PPLH dengan melihat pada ketentuan Pasal 1365 dan 1401 BW yang

mana terkait pertanggungjawaban perusahaan dalam hal ini jika perusahaan

tidak mau mengganti kerugian maka dapat dituntut ganti kerugian oleh

masyarakat yang secara nyata menerima dampak dari adanya pertambangan

pasir galian C di sekitar tempat kegiatan pertambangan pasir Galian C

berlangsung.

Mengenai adanya kerugian yang dapat terjadi dalam kegiatan

pertambangan pasir, baiknya instansi pemerintah selalu memantau dan

bekerjasama dengan dinas-dinas yang terkait agar selalu memperhatikan

adanya aktivitas pertambangan Galian C tersebut karena hal ini juga

merupakan upaya pencegahan agar kegiatan tersebut tidak menibulkan

dampak negatif yang besar dan mengakibatkan adanya kerugian baik bagi

Lingkungan pun masyarakat sekitar. Dalam hal ini Pemerintah harus selalu

88Ibid. hal. 35.

Page 49: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Pertambanganeprints.umm.ac.id/46248/3/BAB II.pdfatau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang).25 2. Pertambangan Galian

73

berhati-hati dalam memberi izin kepada perusahaan pertambangan, dan

dengan melihat contoh mengenai dampak yang diakibatkan maka peraturan

dan persyaratan harus dikaji ulang secara mendalam agar keadaan dalam

lingkungan hidup tidak mengalami kerusakan dan mencegah terjadinya

kerugian terhadap masyarakat sekitar aktivitas tambang Galian C.