Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

24
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN A. Kerangka Tinjauan Kebijakan B. UU No. 26 Tahun 2007 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.(Bab 1, Pasal 1, angka 5). Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang (Bab 1, Pasal 1, angka 6). Pasal 2 menyatakan bahwa : Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas: a. Keterpaduan; b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. Keberlanjutan; d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. Keterbukaan; f. Kebersamaan dan kemitraan; g. Pelindungan kepentingan umum; h. Kepastian hukum dan keadilan; dan i. Akuntabilitas. Pasal 3 menyatakan bahwa :

description

tinjauan kebijakan

Transcript of Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

Page 1: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

BAB IITINJAUAN KEBIJAKAN

A. Kerangka Tinjauan Kebijakan

B. UU No. 26 Tahun 2007Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.(Bab 1, Pasal 1, angka 5). Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang (Bab 1, Pasal 1, angka 6).Pasal 2 menyatakan bahwa :Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Keterpaduan;b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;c. Keberlanjutan;d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;e. Keterbukaan;f. Kebersamaan dan kemitraan;g. Pelindungan kepentingan umum;h. Kepastian hukum dan keadilan; dani. Akuntabilitas.

Pasal 3 menyatakan bahwa :Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

Page 2: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi

utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan (pasal 4)

Pasal 5 menyatakan bahwa :1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem

wilayah dan sistem internal perkotaan.2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri

atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrative terdiri

atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasanterdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasanterdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategiskabupaten/kota.

Sedangkan pada pasal 6 berisi tentang penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan :

1. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;

Page 3: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

2. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan

3. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.Tugas dari penataan ruang yaitu pada pasal 7 ayat 1 : Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pasal 8 :1. Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan

penataan ruang meliputi:a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap

pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis

nasional; dand. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan

pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarprovinsi.

Pasal 9 :1. Penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh

seorang Menteri.2. Tugas dan tanggung jawab Menteri dalam

penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

Page 4: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang;

b. Pelaksanaan penataan ruang nasional; danc. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas

sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

C. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang KesehatanKesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Bab I, Pasal 1, angka 1). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama (Bab II, Pasal 2). Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan sebagai berikut:1. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan

kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

2. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan sipiritual.

3. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

4. Asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan

5. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum

Page 5: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

6. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau

7. Asas gender dan non diskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki

8. Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan bertujuan untuk

Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Bab II, Pasal 3).

Pengaturan Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dalam Pasal 30, di mana menurut jenis pelayanan terdiri dari:1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik.3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh fasilitaspelayanankesehatansubspesialistik.Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan (Pasal 35 Ayat 2):

1. Luas wilayah;2. Kebutuhan kesehatan;3. Jumlah dan persebaran penduduk; 4. Pola penyakit;5. Pemanfaatannya;6. Fungsi sosial;7. Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.

Page 6: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah, di mana fasilitas pelayanan kesehatan wajib:

1. Memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan; dan

2. Mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah ataumenteri.

Pada pasal 32 dinyatakan bahwa:1. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik

pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan ke cacatan terlebih dahulu.

2. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka

D. KEPMENKES Nomor 129 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

SakitStandar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.Jenis-jenis pelayanan rumah sakit

Jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi:

1. Pelayanan gawat darurat2. Pelayanan rawat jalan3. Pelayanan rawat inap4. Pelayanan bedah5. Pelayanan persalinan dan perinatologi6. Pelayanan intensif7. Pelayanan radiologi

Page 7: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

8. Pelayanan laboratorium patologi klinik9. Pelayanan rehabilitasi medik10.Pelayanan farmasi11.Pelayanan gizi12.Pelayanan transfusi darah13.Pelayanan keluarga miskin14.Pelayanan rekam medis15.Pengelolaan limbah16.Pelayanan administrasi manajemen17.Pelayanan ambulans/kereta jenazah18.Pelayanan pemulasaraan jenazah19.Pelayanan laundry20.Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit21.Pencegah Pengendalian Infeksi

Standar pelayanan minimal setiap jenis pelayanan, Indikator dan Standar

No Jenis Pelayanan Indikator Standar1. Gawat Darurat 1. Kemampuan

menangani life saving anak dan dewasa

2. Jam buka Pelayanan Gawat Darurat

3. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku BLS/PPGD/GELS/ALS

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana

5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat

6. Kepuasan Pelanggan

7. Kematian pasien< 24 Jam

1. 100 %

2. 24 Jam

3. 100 %

4. Satu tim

5. ≤ lima menit terlayani, setelah pasien datang

6. ≥ 70 %

7. ≤ dua per seribu (pindah ke pelayanan rawat inap setelah 8 jam)

Page 8: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

8. Khusus untuk RS Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 Jam

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka

8. 100 %

9. 100%

2. Rawat jalan 1. Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis

2. Ketersediaan Pelayanan

3. Ketersediaan Pelayanan di RS Jiwa

4. Jam buka pelayanan

5. Waktu tunggu di rawat jalan

6. Kepuasan Pelanggan

7. a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskop TBb. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS

1. 100 % Dokter Spesialis

2. a. Klinik Anak b. Klinik Penyakit dalam

c. Klinik Kebidanan d. Klinik Bedah

3. a. Anak Remaja b. NAPZA c. Gangguan Psikotik d. Gangguan e. Neurotik f. Mental Retardasi g. MentalOrganik h. UsiaLanjut

4. 08.00 s/d 13.00 Setiap hari kerja kecuali Jumat : 08.00 - 11.00

5. ≤ 60 menit

6. ≥ 90 %

7. a. ≥ 60 % b. ≤ 60 %

3. Rawat Inap 1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap

2. Dokter penanggung jawab pasien rawat

1. a. Dr. Spesialisb. Perawat minimal pendidikan D3

2. 100 %

Page 9: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

inap

3. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap

4. Jam Visite Dokter Spesialis

5. Kejadian infeksi pasca operasi

6. Kejadian Infeksi Nosokomial

7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian

8. Kematian pasien > 48 jam

9. Kejadian pulang paksa

10. Kepuasan pelanggan

11. Rawat Inap TB a. Penegakan

diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB

b. Terlaksanana kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di Rumah Sakit

12. Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa

13. Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri

14. Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa

3. a. Anakb. Penyakit Dalamc. Kebidand. Bedah

4. 08.00 s/d 14.0setiap hari kerja

5. ≤ 1,5 %

6. ≤ 1,5 %

7. 100 %

8. ≤ 0.24 %

9. ≤ 5 %

10. ≥ 90 %

11. a. ≥ 60 % b. ≥ 60 %

12. NAPZA, Gangguan Psikotik, Gangguan Nerotik, dan Gangguan Mental Organik

13. 100 %

14. 100 %

15. ≤ 6 minggu

Page 10: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

dalam waktu ≤ 1 bulan

15. Lama hari perawatan Pasien gangguan jiwa

4. Bedah Sentral (Bedah saja)

1. Waktu tunggu operasi elektif

2. Kejadian Kematian di meja operasi

3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi

4. Tidak adanya kejadian opersi salah orang

5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi

6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah operasi

7. Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan anestesi endotracheal tube

1. ≤ 2 hari

2. ≤ 1 %

3. 100 %

4. 100 %

5. 100 %

6. 100 %

7. ≤ 6 %

5. Persalinan, perinatologi (kecuali rumah sakit khusus di luar rumah sakit ibu dan anak) dan KB

1. Kejadian kematian ibu karena persalinan

2. Pemberi pelayanan persalinan normal

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi

1.a. Perdarahan ≤ 1

%b. Pre-eklampsia ≤

30 % c. Sepsis ≤ 0,2 %

2.a. Dokter Sp.OG b. Dokter umum

terlatih (Asuhan Persalinan Normal)

c. Bidan

3. Tim PONEK yang terlatih

4.a. Dokter Sp.OG b. Dokter Sp.A

Page 11: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

5. Kemampuan menangani BBLR 1500 gr – 2500 gr

6. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria

7. Keluarga Berencana a. Presentase KB (vasektomi & tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga Kompeten dr.Sp.Og, dr.Sp.B, dr.Sp.U, dr.umum terlatih b. Presentse peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap bidan terlatih

8. Kepuasan Pelanggan

c. Dokter Sp.An

5. 100 %

6. ≤ 20 %

7. 100 %

8. ≥ 80 %

6. Intensif 1. Rata rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam

2. Pemberi pelayanan Unit Intensif

1. ≤ 3 %

2.a. Dokter

Sp.Anestesi dan dokter spesialis sesuai dengan kasus yang ditangani

b. 100 % Perawat minimal D3 dengan sertifikat Perawat mahir ICU / setara (D4)

7. Radiologi 1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto

2. pelaksana ekspertisi

3. Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen

4. Kepuasan pelanggan

1. ≤ 3 jam

2. Dokter Sp.Rad

3. Kerusakan foto ≤ 2 %

4. ≥ 80 % 8. Lab. Patologi

Klinik 1. Waktu tunggu hasil

pelayanan laboratorium.

1. ≤ 140 menit Kimia darah & darah rutin

2. Dokter Sp.PK

Page 12: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

2. Pelaksana ekspertisi

3. Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksa laboratorium

4. Kepuasan pelanggan

3. 100 %

4. ≥ 80 %

9. Rehabilitasi Medik 1. Kejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan Rehabilitasi Medik yang di rencanakan

2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik

3. Kepuasan Pelanggan

1. ≤ 50 %

2. 100 %

3. ≥ 80 %

10. Farmasi 1. waktu tunggu pelayanana. Obat Jadib. Racikan

2. Tidak adanya Kejadian kesalahan pernberian obat

3. Kepuasan pelanggan

4. Penulisan resep sesuai formularium

1. a. ≤ 30 menit b. ≤ 60 menit

2. 100 %

3. ≥ 80 %

4. 100 %

11. Gizi 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien

2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien

3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet

1. ≥ 90 %

2. ≤ 20 %

3. 100 %

12. Transfusi Darah 1. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfuse

2. Kejadian Reaksi transfusi

1. 100 % terpenuhi

2. ≤ 0,01 %

13. Pelayanan GAKIN Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan

100 % terlayani

Page 13: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

14. Rekam Medik 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan

2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas

3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan

4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap

1. 100 %

2. 100 %

3. ≤ 10 menit

4. ≤ 15 menit

15. Pengelolaan Limbah

1. Baku mutu limbah cair

2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan

1. a. BOD < 30 mg/l b. COD < 80 mg/l c. TSS < 30 mg/l d. PH 6-9

2. 100 %

16. Administrasi dan manajemen

1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi

2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja

3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat

4. Ketepan Waktu pengurusan gaji berkala

5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun

6. Cost recovery

7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan

1. 100 %

2. 100 %

3. 100 %

4. 100 %

5. ≥ 60 %

6. ≥ 40 %

7. 100 %

8. ≤ 2 jam

Page 14: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap

9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu

9. 100 %

17. Ambulance/Kereta Jenazah

1. Waktu pelayanan ambulance/Kereta jenazah

2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/Kereta jenazah di rumah sakit

3. Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan

1. 24 jam

2. ≤ 230menit

3. Sesuai ketentuan daerah

18. Pemulasaraan Jenazah

Waktu tanggap (response time) pelayanan pemulasaraan jenazah

≤ 2 Jam

19. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit

1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat

3. Peralatan laboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi

1. ≤ 80 %

2. 100 %

3. 100 %

20. Pelayanan Laundry

1. Tidak adanya kejadian linen yang hilang

2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap

1. 100 %

2. 100 %

21 Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

1. Ada anggota Tim PPI yang terlatih

2. Tersedia APD di setiap instalasi/ departemen

1. Anggota Tim PPI yang terlatih 75 %

2. 60 %

Page 15: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial / HAI (Health Care Associated Infection) di RS (min 1 parameter)

3. 75 %

E. UU RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah SakitRumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (bab I, pasal 1, angka 1). Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi social (bab II, pasal 2). Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan (pasal 3):a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan;b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.Untuk menjalankan tugas, Rumah Sakit mempunyai fungsi

sebagai berikut (pasal 5).a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

Page 16: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidangkesehatan;

Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan (pasal 7).

Pasal 8 menyatakan bahwa :Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (1) harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.Pasal 10 angka 2 menyatakan bahwa :

Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ruang:a. Rawat jalan;b. Ruang rawat inap;c. Ruang gawat darurat;d. Ruang operasi;e. Ruang tenaga kesehatan;f. Ruang radiologi;g. Ruang laboratorium;

Page 17: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

h. Ruang sterilisasi;i. Ruang farmasi;j. Ruang pendidikan dan latihan;k. Ruang kantor dan administrasi;l. Ruang ibadah, ruang tunggu;m. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;n. Ruang menyusui;o. Ruang mekanik;p. Ruang dapur;q. Laundry;r. Kamar jenazah;s. Taman;t. Pengolahan sampah; danu. Pelataran parkir yang mencukupi.

Pasal 11 angka 1 menyatakan bahwa : Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:a. Instalasi air;b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;c. Instalasi gas medik;d. Instalasi uap;e. Instalasi pengelolaan limbah;f. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;g. Petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi

keadaan darurat;h. Instalasi tata udara;i. Sistem informasi dan komunikasi; danj. Ambulan.

Page 18: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

Pasal 12 angka 1 menyatakan bahwa : Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (1) yaitu Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga non kesehatan.

Pasal 15 angka 1 menyatakan bahwa :Persyaratan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau.

Pasal 16 angka 1 menyatakan bahwa :Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.

Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya (Bab VI, pasal 18). Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus (bab VI pasal 19 angka 1). Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat (bab VI pasal 20 angka 1).Pasal 26 menyatakan bahwa :

Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat

Page 19: Bab II Tinjauan Kebijakan (Autosaved) - Copy

yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.

F. UU Tentang Standar Pelayanan Minimal

G. PERMENKES Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

H. Pedoman Sarana dan Prasarana Tipe BI. Pedoman Penyusunan FS Rumah Sakit