BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan...

36
15 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Wisma Atlet Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 , wisma adalah bangunan tempat tinggal, kantor, dsb ; kumpulan rumah, kompleks perumahan, permukiman. Sedangkan atlet adalah olahragawan, terutama yg mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan). Maka, dapat dikatakan wisma atlet adalah sarana hunian yang diperuntukkan bagi para atlet untuk dapat beristirahat dan mengikuti kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan keatletan, seperti pembinaan, pemusatan latihan, dan sebagainya, sebelum menjalani pertandingan untuk lebih fokus menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya. Fasilitas yang ada dan biasa direncanakan, antara lain : hunian atlet, hunian pelatih, kantor pengelola, ruang makan, ruang serbaguna, hall of fame, lapangan pemanasan, ruang fisik, ruang rekreasi serta beberapa fasilitas pendukung dan servis. Gambar II-1 Kampung Atlet di Surabaya Sumber : [email protected]

Transcript of BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan...

Page 1: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  15 

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Wisma Atlet

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 , wisma adalah bangunan

tempat tinggal, kantor, dsb ; kumpulan rumah, kompleks perumahan, permukiman.

Sedangkan atlet adalah olahragawan, terutama yg mengikuti perlombaan atau

pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).

Maka, dapat dikatakan wisma atlet adalah sarana hunian yang

diperuntukkan bagi para atlet untuk dapat beristirahat dan mengikuti kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan keatletan, seperti pembinaan, pemusatan

latihan, dan sebagainya, sebelum menjalani pertandingan untuk lebih fokus

menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya.

Fasilitas yang ada dan biasa direncanakan, antara lain : hunian atlet, hunian

pelatih, kantor pengelola, ruang makan, ruang serbaguna, hall of fame, lapangan

pemanasan, ruang fisik, ruang rekreasi serta beberapa fasilitas pendukung dan

servis.

Gambar II-1

Kampung Atlet di Surabaya

Sumber : [email protected]

Page 2: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  16 

II.1.2 Perilaku Atlet

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2005). Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan

dapat dipelajari (dikutip dari Notoatmodjo, 2003). Drs. Leonard F. Polhaupessy,

Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar,

seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk

aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus

diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Sekalipun

pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh,

di dalam tubuh manusia.

Menurut Monty P.Satiadarma, 2007, seorang atlet adalah individu yang

memiliki keunikan tersendiri, yaitu kegiatan, bakat, pola perilaku, dan kepribadian

serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya.

Beliau menambahkan bahwa salah satu faktor yang mendukung

pembentukan perilaku para atlet adalah faktor kegiatan. Kegiatan yang dilakukan

oleh para atlet sangatlah berbeda dengan seseorang pada umumnya karena

kegiatan dari atlet ini sangatlah terorganisir sesuai jadwal dengan rapi dan baik.

Pencapaian dari suatu kegiatan yang baik dapat berdampak positif bagi para atlet,

khususnya dalam pembentukan perilaku mereka.

II.1.3 Latihan 

Latihan dalam lingkup ini lebih diarahkan pada pemusatan latihan dari

atlet, yang tidak dapat terlepas dari lingkungan tempatnya berada. Latihan

merupakan sebuah perilaku/behaviour yang dilakukan berulang-ulang sehingga

atlet menjadi terlatih fisik dan mentalnya. Latihan menjadi pemusatan kegiatan

harian dari seorang atlet. Pemusatan latihan atlet antara satu lingkungan dengan

lingkungan lainnya akan berbeda.

Untuk atlet tingkat nasional, dikenal periodisasi penyelengggaraan suatu

pemusatan latihan, yang terdiri dari : periode persiapan pertandingan, periode

pertandingan, dan periode pemulihan. Ketiga periode tersebut memiliki hubungan

kegiatan yang berbeda sehingga mempengaruhi mobilitas kegiatan harian dari

para atlet. Pada periode persiapan pertandingan, dilakukan briefing dengan pelatih

Page 3: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  17 

sebelum berlatih. Pada periode pemulihan terdapat hubungan kegiatan antara

latihan dengan kegiatan pemulihan (sumber : Clarke, K. S. 1984. The USOC

sports psychology registry: A clarification.Journal of Sport Psychology).

Untuk mendapatkan hasil latihan yang optimal, prinsip belajar/latihan atlet

hendaknya disertai dengan adanya hubungan asosiatif antara kegiatan berlatih

dengan suasana yang menyenangkan. Jika atlet merasa senang dalam melakukan

latihan, maka pelatih akan mudah mendisiplinkan atlet.

II.1.4 Lingkungan

Menurut Monty P.Satiadarma, 2007, Lingkungan dalam lingkup ini adalah

lingkungan tempat atlet berada. Lingkungan mencakup situasi, kondisi, keadaan

luar, interaksi atlet dengan atlet lain, dengan pelatih, dengan lawan tanding,

penonton, peliput olahraga, serta juga terkait dengan kondisi fisik perlengkapan,

fasilitas dan lain-lain. Dalam berbagai jenis olahraga, lingkungan juga terkait

dengan masalah cuaca dan medan pertandingan. Di samping itu, lingkungan juga

mencakup keutuhan kelompok, kebersamaan kelompok, sifat saling membantu di

antara anggota kelompok, perasaan bangga, dan lain-lain. Lingkungan memiliki

aspek cakupan yang luas, karenanya sejumlah aspek penting seringkali luput dari

pengamatan.

Penting untuk ditelaah besarnya peran lingkungan terhadap performa atlet,

dan tangguh serta tanggapnya atlet terhadap kondisi lingkungan. Atlet yang

kurang tanggap bisa kehilangan kewaspadaan, atlet yang kurang tangguh bisa

mudah terpengaruh. Selanjutnya, dukungan lingkungan yang besar mungkin dapat

memberi dampak positif bagi performa atlet; sebaliknya kondisi lingkungan yang

terlalu menekan cenderung memberi dampak negatif pada atlet.

II.1.5 Ruang

Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang diperlukan

untuk mendukung suatu pergerakan kegiatan manusia. Ruang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional (persepsi),

maupun dimensional.

Immanuel Kant, berpendapat bahwa ruang bukanlah sesuatu yang objektif

atau nyata, tetapi merupakan sesuatu yang subjektif sebagai hasil pikiran dan

Page 4: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  18 

perasaan manusia. Sedangkan Plato berpendapat bahwa ruang adalah suatu

kerangka atau wadah di mana objek dan kejadian tertentu berada.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ruang adalah suatu wadah

yang tidak nyata tetapi dapat dirasakan oleh manusia. Perasaan persepsi masing-

masing individu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, dan

penafsirannya.

Untuk menyatakan bentuk dunianya, manusia menciptakan ruang

tersendiri dengan dasar fungsi dan keindahan yang disebut ruang arsitektur. Ruang

arsitektur menyangkut ruang dalam dan ruang luar. Pada umumnya dikatakan

bahwa ruang dalam (interior) dibatasi oleh tiga bidang, yaitu alas/lantai, dinding,

dan langit-langit/atap. Hanya perlu diingat bahwa beberapa hal, ruang dalam sukar

untuk dibedakan tiga bidang pembatas yang terjadi, misalnya pada konstruksi

shell karena dinding dan atap menjadi satu. Sedangkan ruang luar adalah ruang

yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan dindingnya,

sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas ; sebagai lingkungan luar buatan

manusia, yang mempunyai arti dan maksud tertentu dan sebagian bagian dari alam

; arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang : lantai dan dinding atau

ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas. Hal ini

menyebabkan bahwa lantai dan dinding menjadi elemen penting di dalam

merencanakan ruang luar.

Untuk memudahkan pencapaian terhadap suatu ruang, diperlukan

karakteristik dari ruang tersebut. Hal ini diperlukan untuk mendukung dan

membedakan kegiatan-kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya.

Karakteristik dari tempat dapat membuat seseorang untuk bersatu atau

berpisah. (Zeisel, 1991). Karakteristik ruang meliputi :

1. Bentuk ruang

Ruang selalu memiliki bentuk. Menurut Zeizel (1991), bentuk merupakan

bagian dari suatu keadaan yang dapat merubah pola interaksi manusia. Bentuk

memberikan pengaruh utama secara visual dan hubungan persepsi. Jika

diinginkan, bentuk dapat memberikan petunjuk yang menganggap area dalam

satu bagian menjadi bagian lain yang terpisah.

Page 5: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  19 

2. Orientasi ruang

Menurut Zeizel (1991), penggunaan ruang untuk suatu kegiatan tertentu sering

kali terkait dengan bagaimana ruang tersebut ditemukan. Orientasi ruang dapat

memberikan peluang agar ruang tersebut mudah ditemukan, dilihat, diawasi,

dan dicapai.

3. Ukurang ruang

Hubungan kedekatan sosial antar manusia menurut Zeizel, 1991 (dalam FX

Agus Jauhari, 1999) dpat terlihat sebagai jarak sosial. Jarak tersebut

diaransemen oleh ukuran ruang. Pada ruang dengan ukuran lebih besar, orang

– orang lebih mudah melakukan pemisahan diri sedangkan pada ruang ukuran

lebih kecil orang – orang akan berada dalam suatu kebersamaan.

4. Pembatas ruang

Zeizel (1991) menyatakan bahwa pembatas ruang adalah semua elemen fisik

yang dapat mempersatukan atau memisahkan manusia ke dalam suatu dimensi.

Pembatas juga menjelaskan perbedaan suatu kepemilikan, antara suatu tempat

yang diperbolehkan dan dilarang. Dengan demikian unsur pembatas ini sangat

menentukan pengambilan keputusan tentang ruang yang akan digunakan.

Elemen fisik yang dimaksud dapat berupa dinding, pagar, tanaman, atau

faslitas umum.

5. Komponen ruang

Di dalam ruang terdapat berbagai komponen yang memiliki kekuatan sebagai

penarik berlangsungnya suatu kegiatan (Arnold, 1972; dalam Djauhari, 1998).

Akibat dari komponen tersebut menimbulkan fungsi kegiatan lain yang disebut

sebagai kegiatan bawaan, sehingga akan meningkatkan frekuensi dan variasi

bentuk kegiatan di ruang tersebut.

6. Kondisi ruang

Kondisi ruang terkait dengan temperatur, polusi udara dan kebisingan. Pada

ruang dengan suhu atau kebisingan yang berlebihan, manusia cenderung

menghindar (Wirawan, 1992). Sebaliknya manusia akan memanfaatkan bila

kondisi ruang menunjukkan kondisi teduh, nyaman, dan tidak polusif.

Page 6: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  20 

II.1.6 Ruang, Perilaku, dan Lingkungan

Manusia mempunyai keunikan tersendiri yang dapat mempengaruhi

lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi

perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk

beraktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku keseharian

manusia.

Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik.

Pendekatan perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik antara ruang

dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang

tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat

yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda

(Rapoport. A, 1969), adanya interaksi antara manusia dan ruang, maka

pendekatannya cenderung menggunakan setting dari pada ruang. Istilah setting

lebih memberikan penekanan pada unsur-unsur kegiatan manusia yang

mengandung empat hal yaitu : pelaku, macam kegiatan, tempat, dan waktu

berlangsungnya kegiatan. Menurut Rapoport pula, kegiatan dapat terdiri dari sub-

sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem kegiatan.

Setting Perilaku (Behaviour Setting)

Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan

tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur

sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat di mana kegiatan tersebut

dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan.

Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :

∗ System of setting (sistem tempat atau ruang), sebagai rangkaian

unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu

dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.

∗ System of activity (sistem kegiatan), sebagai suatu rangkaian

perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa

orang.

Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur ruang atau

beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang menjadikan

suatu kegiatan dan pelakunya mempunyai makna.

Page 7: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  21 

Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain behaviour setting

yang baik dan tepat adalah yang sesuai dengan struktur perilaku penggunanya.

Dalam desain arsitektur hal tersebut disebut sebagai sebuah proses

argumentatif yang dilontarkan dalam membuat desain yang dapat

diadaptasikan, fleksibel atau terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola

perilakunya.

Edward Hall (dalam Laurens, 2004) mengidentifikasi tiga tipe dasar

dalam pola ruang :

∗ Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space), ruang berbatas tetap

dilingkupi oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser,

seperti dinding masif, jendela, pintu atau lantai.

∗ Ruang Berbatas Semi Tetap (SemiFixed- Feature Space), ruang yang

pembatasnya bisa berpindah, seperti ruang-ruang pameran yang dibatasi

oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan menurut setting

perilaku yang berbeda.

∗ Ruang Informal, ruang yang terbentuk hanya untuk waktu singkat, seperti

ruang yang terbentuk kedua orang atau lebih berkumpul. Ruang ini tidak

tetap dan terjadi di luar kesadaran. Desain behaviour setting tidak selalu perlu dibentuk ruang-ruang tetap,

baik yang berpembatas maupun semi tetap terlebih lagi dalam desain ruang

publik yang di dalamnya terdapat banyak pola perilaku yang beraneka ragam.

Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi dasar yang luas dalam

mempertimbangkan lingkungan daripada semata-mata tata guna lahan, tipe

bangunan, dan tipe ruangan secara fisik. Hal tersebut dapat membebaskan

desain ruang publik dari bentuk-bentuk klise, bentuk-bentuk prototip atau

memaksakan citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat

penggunanya. Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam desain

ruang publik karena dapat mengerti preferensi pengguna yang diekspresikan

dalam pola perilaku pengguna. Dari pembahasan ini jelas bahwa organisasi

ruang pada ruang publik dan perilaku pengguna mempunyai peran yang sangat

penting dalam suatu behaviour setting.

Page 8: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  22 

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Mobilitas Kegiatan 

Kata mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah

dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, mobilitas adalah

kesiapsiagaan untuk bergerak ; gerakan berpindah-pindah ; antar gerak perubahan

yang terjadi di antara warga masyarakat, baik secara fisik maupun secara sosial.

Sedangkan kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan ; kekuatan dan ketangkasan

dalam berusaha ; kegairahan.

Maka dapat disimpulkan mobilitas kegiatan adalah suatu rangkaian

perilaku yang mengalami pergerakan (perubahan, pergeseran, peningkatan,

ataupun penurunan) baik dilakukan secara fisik (individu) maupun secara sosial

(kelompok/bersama) dalam melakukan suatu aktivitas/usaha/pekerjaan.

Menurut Rapoport. A (1986), mobilitas kegiatan ini erat kaitannya dengan

interaksi antara manusia dan ruang, maka pendekatannya cenderung menggunakan

setting dari pada ruang yang penekannya pada unsur-unsur kegiatan manusia dan

mengandung empat hal yaitu : pelaku, macam kegiatan, tempat, dan waktu

berlangsungnya kegiatan. Pemetaan mobilitas dari berbagai kegiatan

menghasilkan pola/sistem kegiatan yang di mana terbentuk dari sub-sub kegiatan

yang saling berhubungan (dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih).

Menurut Monty P.Satiadarma (2007), kecenderungan mobilitas harian atlet

sangatlah berbeda dengan pergerakan orang pada umumnya sehingga

kecenderungan fokus pergerakan seorang atlet perlu dibedakan dengan yang

lainnya. Salah satu hal yang dapat membedakan adalah faktor kegiatan.

Kriteria Desain Berdasarkan Mobilitas 

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah

dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Mobilitas

adalah kemampuan, kesiapan, dan mudahnya bergerak dan berpindah tempat.

Mobilitas juga berarti kemampuan bergerak dan berpindah dalam suatu

lingkungan. Tema ini dibuat berdasarkan pengamatan pada bangunan-bangunan

Page 9: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  23 

umum yang cenderung tidak memperhatikan kenyamanan, keamanan dalam

menggunakan bangunan maupun berinteraksi dengan lingkungan.

Menurut Rasy Janatunissa (2005), kriteria desain berdasarkan mobilitas

haruslah memperhatikan beberapa aspek, antara lain kenyamanan, keamanan,

kecepatan, dan kemudahan.

Aspek yang pertama adalah aspek kenyamanan. Kenyamanan yang

dimaksud meliputi :

a. Pergerakan pola sirkulasi yang mudah diingat.

b. Signage sebagai penanda perbedaan zona, seperti taman atau plaza sebagai

penanda memasuki area privat atau penanda-penanda lain yang dapat

membedakan zona.

c. Material yang digunakan haruslah nyaman digunakan.

Aspek yang kedua yaitu aspek keamanan erat kaitannya dengan aspek

kenyamanan. Keamanan yang dimaksud meliputi :

a. Pembedaan sirkulasi berdasarkan pengguna, zoning, peruntukkan, fungsi, dan

sebagainya. Hal ini diupayakan untuk membedakan alur sirkulasi yang jelas

dan memberikan keamanan di dalamnya agar tidak terjadi meeting point

danvsituasi crowded yang tidak diinginkan.

b. Material yang digunakan selain nyaman haruslah aman bagi penggunanya agar

mobilitas menjadi lebih baik dan terarah.

Aspek berikutnya yaitu aspek kecepatan. Kecepatan di dalam desain

berdasarkan mobilitas yang dimaksud meliputi :

a. Kecepatan berpindah dari satu titik ke titik lain.

b. Kecepatan memahami perbedaan untuk menciptakan mobilitas yang teratur,

contoh apabila perbedaan satu tempat dengan tempat lainnya tidak memiliki

signage yang jelas, tetapi dapat dirasakan dengan perbedaan yang dibuat,

seperti suasana berbeda, peil lantai berbeda, material berbeda, dan sebagainya.

Aspek yang terakhir yaitu aspek kemudahan. Kemudahan yang dimaksud

meliputi :

a. Kejelasan hubungan ruang dan organisasi ruang sehingga mampu mengatur

pola sirkulasi di dalam bangunan dengan mudah dan jelas.

Page 10: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  24 

b. Integrasi ruang yang jelas untuk memudahkan pencapaian kegiatan-kegiatan

pengguna di dalam bangunan.

c. Akses pencapaian dari satu titik ke titik lain yang mudah, contoh dari tempat A

ingin menuju B akan lebih mudah menggunakan tangga daripada lift.

Menurut Rasy Janatunissa (2005), kriteria desain berdasarkan mobilitas

akan baik jika tidak luput dari keempat aspek umum tersebut dan memperhatikan

beberapa aspek arsitektural lainnya. Produk dari desain berdasarkan mobilitas

biasanya berupa programming yang jelas dan terperinci, seperti contoh :

Guggeinhem Museum karya arsitek Frank Lloyd Wright, dengan konsep berbasis

mobilitas, pergerakan pengunjung museum dimulai dari atas dan berakhir ke

bawah. Hal ini jelas mengubah hierarki ruang pada umumnya, namun yang

dicapai dalam desain ini adalah integrasi ruang yang jelas dan programming yang

terperinci. Pengunjung diajak naik ke lantai paling atas dengan lift dan memulai

pengalaman mereka dengan berputar menuruni ramp yang disediakan sebagai

akses pencapaian untuk melihat karya-karya yang ditampilkan di dalam museum

dan berakhir pada lantai paling dasar sebagai akses keluar.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kriteria desain berdasarkan

mobilitas ini diaplikasikan dalam rancangan wisma atlet di Senayan. Hal ini

terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda antara atlet dengan orang pada

umumnya terutama yang membedakan adalah kegiatan hariannya, serta

dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan Kawasan Gelora Bung

Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan) sehingga diperlukan

integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun dengan luar bangunan.

Page 11: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  25 

Hubungan Ruang dan Organisasi Ruang

Menurut buku Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi 2), Francis

D.K. Ching, cara-cara dasar menghubungkan ruang-ruang suatu bangunan satu

sama lain, terdiri dari 4 cara, yakni :

a. Ruang di dalam ruang

b. Ruang-ruang yang saling berkaitan

c. Ruang-ruang yang bersebelahan

d. Ruang-ruang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama

Selanjutnya dari hubungan ruang tersebut diorganisir menjadi pola-pola

bentuk dan ruang yang saling terkait. Organisasi ruang tersebut dibagi menjadi 5

macam, yakni :

a. Organisasi terpusat

b. Organisasi linier

c. Organisasi radial

d. Organisasi cluster

e. Organisasi grid

Gambar II-2

Hubungan Ruang

Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan, 2000

a b c d

Gambar II-3

Organisasi Ruang

Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan, 2000

a b c d e

Page 12: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  26 

Teori Integrasi Ruang

Mobilitas kegiatan harian para atlet di Senayan, Jakarta khususnya terkait

dengan kegiatan pemusatan latihan perlu didukung juga oleh suatu rancangan

ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antara kegiatan dengan baik dan

kegiatan dengan lingkungan/kawasan berada. Teori integrasi ruang dari Roger

Trancyk (1973), dapat digunakan untuk menjawab rancangan ruang khususnya

yang terkait dengan mobilitas kegiatan harian para atlet.

Roger Trancyk (1973), memaparkan teori integrasi ruang dalam

pendekatan rancangan kawasan yang sifatnya erat dan saling mempengaruhi.

Teori tersebut selain dapat digunakan untuk integrasi bangunan dengan

lingkungan/kawasan dan integrasi ruang dengan ruang di dalam bangunan.

(sumber : Affan Satrio Nugroho, Agus Suryono dan Setiawan , Andhy. 2010.

Analisa Alun-Alun Kota Purworejo. Jurusan Desain Arsitektur, Universitas

Diponegoro)

11.. FFiigguurree GGrroouunndd TThheeoorryy ((SSoolliidd--VVooiidd PPllaann))

Berisi tentang ruang terbangun dan ruang terbuka. Pendekatan figure

ground adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah pola

existing figure ground dengan cara penambahan, pengurangan, atau

pengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan

antara massa bangunan dengan ruang terbuka dan ruang dengan ruang terbuka. Tipe Pola Solid-Void

∗ Grid

∗ Angular

∗ Curvalinear

∗ Radial concentric

∗ Axial

∗ Organic

22.. TTeeoorrii KKeetteerrkkaaiittaann ((LLiinnkkaaggee TThheeoorryy))

Linkage artinya garis semu yang menghubungkan antara elemen yang

satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik

Gambar II-4

Tipe Pola Solid-Void

Sumber : Trancyk, Finding Lost Space, 1973

Page 13: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  27 

yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur

pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya.

Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat

kota/kawasan yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan

seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu

kota/kawasan.

a. Linkage Visual

Dua atau lebih fragmen kota/kawasan dihubungkan menjadi satu

kesatuan secara visual. Pada dasarnya atau dua pokok perbedaan linkage

visual, yaitu yang menghubungkan dua daerah secara netral dan yang

menghubungkan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah. Terdapat

lima elemen visual :

- Garis (line)

Menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa

yang bisa berupa deretan bangunan atau pohon.

- Koridor (corridor)

Dibentuk oleh 2 deretan massa, membentuk suatu ruang.

- Sisi (edge)

Sama dengan elemen garis, menghubungkan dua kawasan dengan satu

massa. Perbedaannya dibuat melalui penampilan sebuah wajah yang

massanya kurang penting. Bersifat massif di belakang tampilannya

namun di depan bersifat spasial.

- Sumbu (axis)

Mirip dengan koridor yang bersifat spasial. Perbedaannya pada dua

daerah yang dihubungkan oleh elemen tersebut.

- Irama (rhythm)

Menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang.

b. Linkage Struktural

Beberapa kawasan mempunyai bentuk dan ciri khas yang mirip, tapi

ada juga kawasan yang sangat berbeda. Sering pula terjadi perbedaan antara

kawasan yang letaknya saling berdekatan sehingga terlihat agak terpisah

dan berdiri sendiri. Dalam linkage struktural, dua atau lebih struktur

Page 14: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  28 

kota/kawasan digabungkan menjadi satu kesatuan dalam tatanannya,

elemen-elemennya :

- Tambahan

Melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya. Bentuk-

bentuk massa dan ruang yang ditambah dapat berbeda, namun pola

kawasan tetap dapat dimengerti.

- Sambungan

Memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasannya. Diusahakan

menyambung dua atau lebih pola sekitarnya supaya keseluruhannya

dapat dimengerti sebagai satu kelompok yang memiliki kebersamaan

melalu sambungan itu.

- Tembusan

Memperkenalkan pola baru yang belum ada. Terdapat dua atau lebih

pola yang sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan sebagai pola-pola

yang sekaligus menembus di dalam satu kawasan.

Teori Elemen Perancangan Kawasan

Mobilitas kegiatan harian para atlet perlu didukung oleh pencapaian yang

mudah dan cepat. Hal ini perlu didukung oleh elemen-elemen perancangan suatu

kawasan. Hamid Shirvani, seorang pakar arsitektur kota, mencetuskan teori

tentang 8 elemen perancangan kawasan, yakni land use (tata guna lahan), building

form and massing (bentuk dan massa bangunan), circulation and parking

(sirkulasi dan parker), open space (ruang terbuka), pedestrian ways (jalur

pedestrian), activity support (kegiatan pendukung), signage (penanda), dan

preservation (konservasi terhadap bangunan bersejarah). Kedelapan elemen

perancangan kawasan ini tidak dapat terlepas dari teori integrasi ruang dan analisis

tapak/lingkungan pada saat perancangan.

Gambar II-5

Linkage Struktural

Sumber : Trancyk, Finding Lost Space, 1973

Page 15: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  29 

II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung

II.3.1 Kerangka Konsep

Berikut ini adalah kerangka konsep yang didapatkan berdasarkan latar

belakang, metodologi, tinjauan umum, dan tinjauan khusus untuk dijadikan

acuan/arah konsep agar lebih jelas dan tepat yang selanjutnya akan didapatkan

pemetaan mengenai permasalahan arsitektural yang sebenarnya.

II.3.2 Studi Lapangan

WWiissmmaa AAttlleett FFaajjaarr,, SSeennaayyaann

Gambar II-6

Kerangka Konsep

- Ruang dengan ruang dalam bangunan

- Bangunan dengan lingkungan (dalam & luar)

Lobby Fasilitas

Unit 

Hubungan Langsung

Hubungan Tidak Langsung

Foto II-1

Wisma Fajar, Senayan

Gambar II-7

Hubungan Ruang di Wisma Fajar, Senayan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 16: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  30 

Wisma Fajar, Senayan didirikan pada tahun 1974 dan mulai beroperasi

pada tahun 1980. Pada awalnya Wisma Fajar ini diperuntukkan sebagai mess

bagi pegawai Singapura di Jakarta. Namun sejalan berjalannya waktu, pada

tahun 2004, mess tersebut akhirnya berpindah tangan ke pengelola Gelora

Senayan, sehingga susunan ruang dan layout denahnya pun tidak seperti

wisma atlet pada umumnya. Tahun 1985-1995, Wisma Fajar masih sempat

ditinggal oleh atlet Pelatnas sekitar 6 unit untuk ± 50 atlet, bahkan 1 unit dapat

dihuni oleh 15 atlet.

   

Foto II-2

Kondisi Wisma Fajar, Senayan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 17: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  31 

Wisma Fajar, Senayan terdiri dari 3 tower, yang masing-masing

towernya terdapat 10 lantai dan berisi 20 unit. Dari tipikal bangunannya, setiap

1 lantai tipikal Wisma Fajar hanya memiliki 2 unit, kedua unit tersebut secara

desain sangat mirip dengan tipikal unit apartemen pada umumnya.

Masing-masing unit memiliki 3 kamar tidur, 3 kamar mandi/WC, 1

ruang bersama, dan 1 dapur. Beberapa kamar di masing-masing unit itu

dilengkapi dengan kipas angin dan beberapa lainnya dilengkapi dengan AC.

Pada beberapa kamar kondisi pengudaraan alaminya terasa kurang

lancar/sehat. Para atlet yang menginap di Wisma Fajar, Senayan ini biasanya

tidur di atas dua kasur yang dilipat menjadi satu. Di kamar sempit tersebut

hanya ada sebuah lemari pakaian. Di dinding bertempelan gambar-gambar

bintang film.

Situasi kantin dan fasilitas lainnya pun sering dikeluhkan oleh para

atlet. Mereka menganggap situasi sekarang kurang mengundang selera.

Sehingga selain kondiksi ini malah membuat beberapa atlet menjadi kurang

nyaman bahkan stress dan menyebabkan penurun berat badan pada beberapa

atlet. Situasi ini mencerminkan betapa fasilitas yang disediakan oleh negara

bagi para atlet selama ini belum memenuhi kriteria yang selayaknya.

Foto II-3

Denah Unit Tipikal & Kondisi Unit Wisma Fajar, Senayan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 18: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  32 

Desain Wisma Atlet Fajar, Senayan berdasarkan kriteria mobilitas

yang mencakup keempat aspek, seperti kenyamanan, keamanan, kecepatan,

dan kemudahan belum terlihat secara jelas. Pada aspek kenyamanan, pola

sirkulasi terlihat mudah diingat, namun penanda, material, dan suasana yang

ditawarkan belumlah sesuai dengan kriteria aspek kemudahan yang

mendukung mobilitas. Pada aspek keamanan, tidak adanya perbedaan sirkulasi

yang signifikan di dalam bangunan. Demikian juga pada aspek kecepatan dan

kemudahan, tidak adanya kejelasan hubungan ruang dan organisasi ruang yang

teratur, maka desain Wisma Atlet Fajar, Senayan ini secara garis besar belum

memenuhi kriteria desain berdasarkan mobilitas secara umum.

Foto II-4

Kondisi Sirkulasi Vertikal Wisma Fajar, Senayan

Balok

Floor To Plafond : ± 2,80 m

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Foto II-5

Kondisi yang Tidak Ideal untuk Aktivitas Para Atlet

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 19: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  33 

WWiissmmaa AAttlleett RRaagguunnaann

Wisma Atlet Ragunan merupakan perkampungan para atlet binaan dan

bagian dari Gelanggang Olahraga Ragunan yang didirikan pada tahun 1973.

Secara umum, Gelanggang Olahraga Ragunan ini diperuntukkan sebagai :

∗ Tempat penampungan para atlet DKI Jakarta dalam pembinaan prestasi

olahraga.

∗ Pusat pendidikan dan pembinaan olahraga bagi pelajar-pelajar berprestasi

dalam olahraga.

∗ Training centre bagi atlet-atlet nasional sebelum mengikuti pesta-pesta

internasional.

∗ Tempat penataran top-top organisasi olahraga serta badan-badan

fungsional lainnya pada waktu-waktu tertentu dalam peningkatan program

kerja olahraga.

Wisma Atlet Ragunan itu sendiri diperuntukkan untuk atlet-atlet junior

dari berbagai cabang olahraga yang dilihat memiliki potensi untuk dibina lebih

lanjut. Selain itu, Wisma Atlet Ragunan pun diperuntukkan sebagai tempat

tinggal sementara pelatih untuk atlet-atlet junior (baik laki-laki maupun

perempuan) yang akan dibina dan wisma atlet itu pun dapat disewakan sebagai

wisma umum untuk masyarakat pada umumnya. Wisma Atlet Ragunan terdiri

dari 3 lantai, yang memiliki total keseluruhan kamar berjumlah 72 kamar,

yang pada lantai 1 terdapat 20 kamar dan lantai 2 & 3 terdapat 26 kamar. 17

kamar di antaranya dapat disewa secara umum.

Berikut ini adalah pembagian zoning peruntukkan dari Wisma Atlet

Ragunan ini :

Atlet Laki‐Laki

Atlet Perempuan 

Disewa

Gambar II-8

Pembagian Zoning Peruntukkan Secara Horizontal Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 20: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  34 

Pelatnas (Saat Ini Pelatnas Taekwondo)

Atlet Binaan (Sepak Bola, Bulu Tangkis, Sepak Takraw, Silat, Tenis Meja, Dsb) 

Atlet Binaan (Sepak Bola, Bulu Tangkis, Sepak Takraw, Silat, Tenis Meja, Dsb) Lt.1

Lt.2

Lt.3

Gambar II-9

Pembagian Zoning Peruntukkan Secara Vertikal Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Foto II-6

Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Gambar II-10

Hubungan Ruang Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 21: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  35 

Fasilitas penunjang yang terdapat di Gelanggang Olahraga Ragunan

pada umumnya yang sekaligus sebagai fasilitas penunjang Wisma Atlet

Ragunan ini, antara lain :

∗ Auditorium

∗ Lapangan olahraga (lapangan sepak bola, lapangan tenis terbuka, lapangan

bola basket terbuka, dan lapangan panahan)

∗ Lintasan lari

∗ Gedung olahraga (GOR utama, GOR serba guna & senam, GOR

bulutangkis, GOR tenis meja, GOR tinju & gulat, dan GOR angkat besi)

∗ Kolam renang

∗ Kolam loncat indah

∗ Poliklinik

∗ Masjid

∗ Menza dan dapur

∗ Tempat parkir

Di dalam Wisma Atlet Ragunan itu sendiri hanya terdapat fasilitas

penunjang berupa laundry dan ruang serba guna dengan kapasitas 50-60 orang

yang dapat digunakan untuk briefing atlet dengan pelatih, ruang kumpul, dan

sebagainya.

Foto II-7

Denah Unit Tipikal Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 22: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  36 

Foto II-8

Kondisi Salah Satu Unit Tipikal Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Foto II-9

Denah Ruang Serba Guna Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Foto II-10

Kondisi Ruang Serba Guna Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 23: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  37 

Berikut ini adalah rutinitas aktifitas sehari-hari (kecuali Sabtu dan

Minggu) yang biasa dilakukan oleh atlet yang menetap/menginap di Wisma

Atlet Ragunan :

05.00 – 07.00 = Pemanasan

07.00 – 08.00 = Sarapan (di luar wisma, yaitu di menza)

08.00 – 12.00 = Sekolah (kecuali Jumat sampai pukul 11.00)

12.00 – 13.00 = Makan siang (di luar wisma, yaitu di menza)

13.00 – 17.30 = Latihan

17.30 – 19.30 = Istirahat, makan malam (di luar wisma, yaitu di menza)

19.30 – 21.00 = Sekolah malam (briefing,dsb)

21.00 – 05.00 = Tidur

Untuk hari Sabtu dan Minggu merupakan hari libur, ada yang pulang

ke rumah, ada yang latihan, dan sebagainya.

Secara garis besar, desain Wisma Atlet Ragunan pun belum memenuhi

kriteria desain mobilitas secara umum. Hal yang paling mendasar di dalam

desain berdasarkan mobilitas adalah pengaturan pola sirkulasi di dalamnya,

meskipun pola sirkulasi di dalamnya rata-rata menggunakan koridor single

loaded, namun dinilai masih kurang karena tidak adanya pembeda antara atlet,

pengelola, pelatih, dan pengguna lainnya. Selain itu, hubungan ruang dan

organisasi ruang di dalam bangunan masih belum jelas untuk mengakomodasi

mobilitas kegiatan harian atlet yang sudah terjadwal.

Foto II-11

Interior Wisma Atlet Ragunan

Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011

Page 24: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  38 

II.3.3 Studi Literatur Terkait Proyek

WWiissmmaa AAttlleett JJaakkaabbaarriinngg,, PPaalleemmbbaanngg

Saat ini, Palembang tengah serius mempersiapkan venue untuk kancah

SEA Games XXVI tahun 2011. Salah satunya, pembangunan wisma atlet

(athelete village) yang lokasinya direncanakan di kawasan olahraga terpadu,

Jakabaring. Pembangunannya sendiri ditargetkan akan selesai sebelum

pelaksanaan SEA Games yang akan berlangsung pada November 2011 tahun

depan.

Wisma atlet itu menyediakan 5 tower. Estimasi jumlah kapasitas atlet 1

tower sama dengan 738 orang, sehingga total 5 tower wisma atlet dikali 738

orang sama dengan 3690 orang. Perhitungan 1 tower terdiri dari lantai dasar

21 unit kamar (x) 6 orang total 126 orang, lantai 1 dengan 34 unit kamar (x) 6

orang total 204 orang, lantai 2 dengan 34 unit kamar (x) 6 orang total 204

orang, dan lantai 3 dengan 34 unit kamar (x) 6 orang sehingga totalnya 204

orang. Luas total seluruh blok mencapai 9.179 m2 terdiri dari luas groundfloor

2.333 m2, luas lantai tipikal 6.846 m2, sehingga capaian luasan wisma atlet itu

45.895 m2. Lokasi wisma atlet seluas 45.895 m2 itu menempati lahan di

seberang Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang.

Gambar II-11

Master Plan Kawasan Olahraga Jakabaring

Sumber : http://www.infoseagames-sumsel.com

Wisma Atlet

Page 25: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  39 

Fasilitas yang terdapat di Wisma Atlet ini, antara lain : hunian atlet,

hunian pelatih, kantor pengelola, ruang makan, ruang serbaguna, hall of fame,

lapangan pemanasan, ruang fisik, poliklinik serta beberapa fasilitas servis.

WWiissmmaa AAttlleett OOlliimmppiiaaddee LLoonnddoonn 22001122

Wisma atlet ini lokasinya berdekatan dengan Taman Olimpiade dengan

konsep berkelanjutan dengan pendekatan berbasis kesehatan dan akan

meninggalkan warisan 2.818 unit rumah baru untuk London. 1.380 unit di

antaranya akan menjadi rumah yang sangat terjangkau oleh masyarakat.

Tujuannya adalah untuk menciptakan rumah terjangkau, rumah berkualitas

tinggi bagi masyarakat lokal dan memajukan pembangunan di kawasan

Stratford dan masyarakat luas timur London setelah olimpiade.

Gambar II-12

Wisma Atlet Jakabaring

Sumber : http://www.infoseagames-sumsel.com

Wisma Atlet

Foto II-12

Wisma Atlet Jakabaring – Under Construction

Sumber : http://www.infoseagames-sumsel.com

Kolom & balok menggunakan konstruksi baja WF

Page 26: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  40 

Perencanaan fasilitas wisma atlet yang dilengkapi dengan pusat

kesehatan masyarakat dan atlet telah diresmikan oleh Olimpiade Delivery

Authority (ODA), sebagai panitia pengelola kegiatan Olimpiade London 2012.

Pusat kesehatan ini berupa poliklinik yang menyediakan layanan kesehatan

oleh negara dan merupakan fasilitas masyarakat yang menjadi warisan jangka

panjang bagi masyarakat lokal.

Gambar II-13

Master Plan Kawasan Olimpiade London 2012

Sumber : http://insidelondon2012.blogspot.com

Gambar II-14

Site Plan Wisma Atlet Olimpiade London 2012

Sumber : http://insidelondon2012.blogspot.com

Page 27: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  41 

Poliklinik akan berada di jantung fasilitas wisma atlet yang

direncanakan. Fasilitas awalnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan

atlet olimpiade dan pra-olimpiade pada Olimpiade London 2012. Selanjutnya

fasilitas ini dapat menjadi fasilitas untuk rumah masyarakat baru di kota

London.

Pengembangan dan perencanaan wisma atlet difokuskan di tepi timur

pemukiman di kota London untuk mengaktifkan akses mudah bagi penduduk

setempat, hal ini memainkan peran kunci dalam mengintegrasikan pemukiman

masyarakat dalam komunitas yang lebih luas. Ini akan meliputi :

- Komunitas sarana dan prasarana kesehatan (poliklinik) co- terletak di

sebuah bangunan 5.000 m2 dengan kondisi empat lantai dan dilengkapi

dengan parkir mobil dan ruang sirkulasi.

- Berbagai layanan kesehatan primer dijalankan oleh NHS Newham

termasuk operasi beberapa kegiatan rawat jalan, pelayanan fisioterapi,

klinik anak-anak, dan fasilitas diagnostik termasuk X-ray dan USG.

- Fasilitas kesehatan lainnya termasuk kedokteran gigi, optometri, dan

layanan tambahan lainnya.

- Fasilitas gymnasium, kantor organisasi olahraga, ruang pelatihan yang

fleksibel/ruang pertemuan, kafe, dan sebagainya.

- Komunitas pengembangan untuk mengelola fasilitas masyarakat dan

menyediakan berbagai layanan untuk manfaat warga setempat.

Gambar II-15

Wisma Atlet Olimpiade London 2012

Sumber : http://insidelondon2012.blogspot.com

Page 28: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  42 

Chief Executive Olimpiade Delivery Authority (ODA), David Higgins

berkata : “rencana kami untuk sebuah poliklinik baru di wisma atlet akan

menempatkan warisan fasilitas kesehatan kelas dunia di jantung timur London.

Wisma atlet tidak hanya menciptakan rumah baru yang penting untuk London,

juga memberikan fasilitas masyarakat baru dan poliklinik yang akan menjamin

kesehatan kawasan serta memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar dan generasi

yang akan dating”. Wisma Atlet Olimpiade London 2012 secara umum belum

mewadahi desain berdasarkan mobilitas. Hal yang paling signifikan terlihat

adalah dari desain pola sirkulasinya, tidak ada hal yang membedakan antara

sirkulasi atlet dengan pengguna lainnya. Secara fleksibilitas ruang, desain

wisma atlet ini sudah cukup mewadahi, namun secara mobilitas masih tidak

tercermin dalam desain.

WWiissmmaa AAttlleett VVaannccoouuvveerr

Wisma atlet di Vancouver adalah desa/perkampungan olimpiade yang

terletak di tenggara False Creek yang dibangun untuk Olimpiade Musim

Dingin 2010 yang diselenggarakan di Vancouver Kanada . Luas wisma atlet

mencapai 56.000 m2 dengan lebih dari 600 unit, yang mampu menampung

lebih dari 2.800 atlet, pelatih, dan pejabat. Wisma atlet ini akan memiliki 16

bangunan yang dibangun di atas lahan seluas 1,4 juta kaki persegi, dan pusat

komunitas. Semua bangunan akan dibangun dengan standar Gold LEED dan

pusat komunitas akan dibangun untuk Platinum LEED. Fasilitas yang

ditawarkan oleh wisma atlet ini, antara lain : hunian atlet, hunian pelatih,

kantor pengelola, ruang makan, ruang serbaguna, lapangan pemanasan, ruang

fisik, poliklinik serta beberapa fasilitas pendukung lainnya.

Gambar II-16

Site Plan Wisma Atlet Vancouver

Sumber : inhabitat.com

Page 29: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  43 

Semua bangunan akan dilengkapi dengan panel surya dan fitur atap

hijau. Hujan air akan dipanen dan digunakan untuk irigasi atap hijau dan

lansekap. Sistem hydronic in-slab akan digunakan untuk pemanasan dan

pendinginan gedung-gedung dan panas laten pipa selokan akan dimanfaatkan

oleh sistem pertukaran panas inovatif. Parkir semua akan dialihkan di bawah

tanah dan rencana yang sedang terjadi untuk mencapai netralitas air karena

akan mengumpulkan air hujan sebanyak yang digunakannya. Untuk

memudahlan pencapaian dan aksesibilitas, rencana penggabungan dua wisma

atlet yakni Vancouver Olympic dan Whistler Olympic untuk Olimpiade 2010

di Kanda dengan menggunakan teknologi terbaru untuk memudahkan

perpindahan antara wisma atlet satu ke wisma atlet lain. Dengan adanya

kemampuan teknologi dan konsep arsitektur seperti ini, diharapkan dapat

menjadi model kehidupan yang berkelanjutan.

Wisma Atlet Vancouver mengadopsi konsep green architecture, tidak

terlihat adanya konsep mobilitas yang sesuai dengan tema terkait dengan

wisma atlet ini. Keempat kriteria desain berdasarkan mobilitas belum

tercermin di dalam wisma atlet ini, namun hal yang dapat dipelajari dan

digunakan sebagai referensi adalah fasilitas-fasilitas di dalam wisma atlet ini.

Salah satu tipe unit

Gambar II-17

Wisma Atlet Vancouver

Sumber : inhabitat.com

Page 30: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  44 

II.3.4 Studi Literatur Terkait Topik dan Tema

PPrraannaattaa,, WWiillllyy RRaahhaaddiiaann.. 22000033.. RRuummaahh SSuussuunn SSeeddeerrhhaannaa ddii SSuurraabbaayyaa

((PPeennddeekkaattaann PPeerriillaakkuu MMaannuussiiaa)).. OOtthheerr tthheessiiss,, JJuurruussaann AArrssiitteekkttuurr UUnniivveerrssiittaass

KKrriisstteenn PPeettrraa..

Desain Rumah Susun Sederhana Urip Sumohardjo merupakan desain

hunian berbasis perilaku, yang menekankan adanya kenyamanan untuk

memungkinkan terjadinya perilaku yang berproses ke arah positif.

Kenyamanan yang ada, dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu

kenyamanan fisik, kemudahan beraktivitas, serta fleksibilitas dalam

pengubahan tatanan ruang untuk berbagai aktifitas. Ketiga bagian tersebut

diterapkan dalam kenyamanan tingkat unit, ruang luar ("living street"), dan

massa bangunan yang akan berkembang menuju suatu proses penghunian yang

lebih baik dari kondisi awalnya.

Teknik pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan melakukan

analisis perilaku dan kegiatan apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut

di dalam rumah susun. Kemudian dengan teknik kuesioner, didapatkan

persentase ruang dan pembagian zona berdasarkan kegiatan yang

mempengaruhi perilaku manusia di dalamnya. Kemudian didapatkan program

ruang dan besaran ruang yang sesuai dengan kegiatan manusia di dalamnya.

Hubungan ruang pun berikutnya didapatkan berdasarkan analisis sebelumnya.

Gambar II-18

Rumah Susun Sederhana di Surabaya (Pendekatan Perilaku Manusia)

Sumber : [email protected]

Page 31: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  45 

Berikutnya didapatkan pola penataan massa bangunan dan pola

penataan ruang berdasarkan hasil hubungan ruang tersebut dan disesuaikan

dengan analisis perilaku sebelumnya yang menentukan kompleksitas

bangunan rumah susun sederhana tersebut.

GGuuggggeeiinnhheemm MMuusseeuumm,, FFrraannkk LLllooyydd WWrriigghhtt ((PPeennddeekkaattaann MMoobbiilliittaass))

Pada bagian tampak, museum ini menunjukan bentuk yang melingkar

seperti spiral. Demikian pula pada interior bangunan ini terdapat spiral berupa

ramp yang berkelok-kelok lembut dengan ceruk kecil dan lampiran, berisi

berbagai karya modern, kontemporer dan seni impresionis. Semua ini dibatasi

oleh sebuah skylight yang indah yang memungkinkan cahaya alami untuk

bersinar ke dalam museum.

Gambar II-19

Skema Hubungan Antar Ruang Rumah Susun Sederhana di Surabaya

Sumber : [email protected]

Gambar II-20

View Interior Guggeinhem Museum

Sumber : greatbuildings.com

Page 32: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  46 

Arsitektur organik adalah sebuah konsep arsitektur di mana ruang dan

bentuk dipadukan. Ruang menjadi pusat pemikiran Frank Lloyd Wright sejak

awal perancangan, dipandang sebagai media dari berbagai intensitas kegiatan,

mempunyai karakter psikologis, nilai dan bertujuan mengangkat harkat

aktivitas manusia. Guggeinhem Museum merupakan contoh sempurna dari

filsafat organik Frank Lloyd Wright, di mana denah, potongan, dan pandangan

dari luar secara bersamaan menyatu secara meyakinkan dalam bentuk tiga

dimensi dan ruang, diwujudkan dalam konstruksi beton spiral.

Dengan membalikkan hirarki ruang pada umumnya, pengunjung

museum diajak naik dahulu ke lantai paling atas dan kemudian menuruni ramp

berbentuk spiral untuk menikmati pameran di dalam museum dan berakhir

pada lantai dasar sebagai tempat keluar. Pergerakan maksimal untuk

mendukung karakter psikologis manusia yang ingin menikmati museum dinilai

cukup berhasil untuk menarik pengunjung ke dalam museum ini. Mobilitas

pengunjung menjadi maksimal dan cepat untuk berinteraksi dengan bangunan.

Yang menjadikan bangunan ini berhasil adalah bagaimana bangunan ini

mampu menciptakan pola sirkulasi yang mendukung pencapain mobilitas dari

kegiatan pengunjungnya.

Gambar II-21

Denah Guggeinhem Museum

Sumber : greatbuildings.com

Page 33: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  47 

PPuussaatt RReehhaabbiilliittaassii PPeennyyaannddaanngg CCaaccaatt TTuubbuuhh ddii LLaahhaann BBeerrkkoonnttuurr,, RRaassyy

JJaannaattuunnnniissaa,, 22000055 ((PPeennddeekkaattaann MMoobbiilliittaass))

Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur

komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi,

rawat inap, fasilitas penunjang beserta ruang-ruang luarnya. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan perilaku. Dengan mendalami perilaku

penyandang cacat diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan

bagi pengguna sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam aktivitas

dengan keterbatasan mereka. Dari studi perilaku berdasarkan survei dan data,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

- Penyandang cacat memiliki keterbatasan delam bergerak

- Berorientasi dengan sirkulasi yang tegak lurus dan pola yang teratur.

Fasilitas yang dibutuhkan oleh penyandang cacat tubuh didesain

dengan memudahkan mereka dalam mengenali lingkungannya.penggunaan

warna kontras untuk penanda adanya perbedaan zoning sehingga memudahkan

orientasi mobilitas mereka.

Gambar II-22

Potongan Guggeinhem Museum

Sumber : greatbuildings.com

Page 34: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  48 

Gambar II-23

Konsep Tapak Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh

Sumber : http://elib.unikom.ac.id

Gambar II-24

Denah dan Gubahan Massa Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh

Sumber : http://elib.unikom.ac.id

Page 35: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  49 

KKoonnsseepp ddaassaarr

Fasilitas ini ditujukan bagi penyandang cacat tubuh (Tuna daksa).

Dalam aktivitasnya perilaku tuna daksa agar aman dan nyaman dalam

beraktivitas maka dibutuhkan keteraturan. Konsep dasar dari pembangunan

pusat rehabilitasi ini adalah keteraturan. Konsep keteraturan dikaitkan dengan

pengidentifikasian lokasi. Dengan keteraturan maka mempermudah

pergerakan tuna daksa dalam lingkungannya. Keteraturan yang dimaksud

adalah keteraturan dalam ruang, sirkulasi, penataan zoning dan penataan

bangunan yang ditata dengan jarak yang berdekatan. Orientasi yang teratur

dan mudah diingat memberikan kemudahan orientasi mobilitas bagi para

penyandang cacat tubuh. Dengan konsep yang teratur diharapkan dapat

menciptakan tuna daksa yang mandiri baik secara orientasi mobilitas juga

secara perilaku mereka lebih percaya diri dan tidak mengandalkan orang lain.

II.3.5 Kesimpulan Studi Banding (Studi Lapangan dan Studi Literatur)

Wisma atlet adalah sarana hunian yang diperuntukkan bagi para atlet untuk

dapat beristirahat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

keatletan, seperti pembinaan, pemusatan latihan, dan sebagainya, sebelum

menjalani pertandingan untuk lebih fokus menyiapkan konsentrasi, mental,

tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil studi banding, baik studi lapangan maupun studi

literatur, untuk mengakomodasikan kegiatan-kegiatan dari para atlet ini diperlukan

ruang-ruang sebagai fasilitator. Fasilitas yang ada dan biasa direncanakan, antara

lain : hunian atlet, hunian pelatih, kantor pengelola, ruang makan, ruang

serbaguna, hall of fame, lapangan pemanasan, ruang fisik, ruang rekreasi serta

beberapa fasilitas pendukung dan servis.

Konsep arsitektur dari wisma atlet secara garis besar merupakan bangunan

bermassa tunggal dengan bentuk tower (tipikal untuk setiap lantainya). Bentuk

yang fungsional diikuti dengan tampilan fasade yang sesuai dengan fungsi wisma

pada umumnya. Konsep penataan ruang-ruang menjadi hal yang penting

diperhatikan dalam desain wisma atlet ini karena merupakan bangunan fungsional.

Page 36: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umumlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00140 AR Bab 2.pdflatihan, dan sebagainya ... Untuk atlet tingkat nasional, dikenal

  50 

Wisma atlet yang sudah ada secara garis besar belum memperlihatkan

desain terkait tema mobilitas. Beberapa di antaranya sudah ada yang

mengaplikasikan sebagian atau beberapa criteria di dalam wisma atlet tersebut,

namun secara garis besar belumlah mencerminkan kriteria secara mobilitas.

Berdasarkan studi literatur tema dan topik sejenis, kriteria sebuah desain

berdasarkan mobilitas adalah memiliki empat aspek, yakni kenyamanan,

keamanan, kecepatan, dan kemudahan.

Kriteria desain berdasarkan mobilitas akan baik jika tidak luput dari

keempat aspek umum tersebut dan memperhatikan beberapa aspek arsitektural

lainnya. Produk dari desain berdasarkan mobilitas biasanya berupa programming

yang jelas dan terperinci, seperti contoh : Guggeinhem Museum karya arsitek

Frank Lloyd Wright.