BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori – Teori Dasar /...

24
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori – Teori Dasar / Umum Teori dasar atau umum ini akan membahas mengenai kerangka – kerangka teori yang bersangkutan dengan topik skripsi yakni content analysist program siaran televisi / radio. Jadi pembahasan dari teori dasar atau umum hanyalah teori yang mendasari dari penelitian ini, anatara lain : teori komunikasi, teori komunikasi massa, dan teori media massa. 2.1.1 Teori Komunikasi Definisi komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi defenisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”. (Mulyana, 2001: 41-42)

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori – Teori Dasar /...

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori – Teori Dasar / Umum

Teori dasar atau umum ini akan membahas mengenai kerangka –

kerangka teori yang bersangkutan dengan topik skripsi yakni content analysist

program siaran televisi / radio. Jadi pembahasan dari teori dasar atau umum

hanyalah teori yang mendasari dari penelitian ini, anatara lain : teori komunikasi,

teori komunikasi massa, dan teori media massa.

2.1.1 Teori Komunikasi

Definisi komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris

berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico,

communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make

common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering

disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari

kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa

suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan

tetapi defenisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk

pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi

pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”.

(Mulyana, 2001: 41-42)

11  

Pada abad ke-19 para ilmuwan mengira bahwa apa yang

ditangkap pancaindera kita sebagai sesuatu yang nyata dan akurat. Para

psikolog menyebut mata dan retina sebagai film yang merekam pola-pola

cahaya yang jatuh di atasnya. Para ilmuwan modern menantang asumsi

itu; kebanyakan percaya bahwa apa yang kita amati dipengaruhi sebagian

oleh citra retina mata dan terutama oleh kondisi pikiran pengamat. Oleh

karena itu, kita biasanya mempunyai kesan yang berlainan mengenai

lingkungan kita: benda, situasi, orang, ataupun peristiwa di sekitar kita,

meskipun kita memiliki informasi yang sama mengenai hal-hal itu.

Sebabnya kita sebenarnya tidak mengetahui dunia sekeliling kita

sesederhana yang kita duga. Alih – alih, kita mengkonstruksi suatu

“gambar” mengenai dunia tersebut melalui suatu proses aktif dan kreatif

yang kita sebut persepsi. Persepsi adalah proses internal yang

memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan

rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi

perilaku kita. (Mulyana, 2000: 167)

Proses Komunikasi

Proses komunikasi terdiri dari 6 komponen yaitu :

1. Pengirim Pesan (Sender) : orang yang mempunyai ide

untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan

dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai

dengan yang dimaksudkannya.

12  

2. Pesan : informasi yang akan disampaikan atau

diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal

atau nonverbal dan pesan akan efektif bila diorganisir

secara baik dan jelas. Materi pesan bisa berupa informasi,

ajakan, rencana kerja, ataupun pertanyaan dan sebagainya.

3. Penerima Pesan : orang yang dapat memahami pesan dari

si pengirim meskipun dalam bentuk kode / isyarat tanpa

mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.

4. Saluran (Channel) : media dimana pesan disampaikan

kepada komunikan dalam komunikasi antar-pribadi (tatap

muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan

getaran nada / suara.

5. Umpan Balik (feedback) : tanggapan dari penerimaan

pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

6. Simbol atau Isyarat : kode atau simbol bisa dalam bentuk

berupa kata – kata atau gerakan anggota badan yang

dikirim oleh pengirim pesan sehingga pesan tersebut dapat

dipahami oleh orang lain.

Jenis – Jenis Komunikasi

Jenis – jenis komunikasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu komunikasi

verbal dan non verbal.

13  

1. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang pesannya

disampaikan melalui kata – kata. Dan kata tersebut

disampaikan secara jelas, singkat, tepat waktu, sesuai

dengan pembendaharaan kata – kata.

2. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang dimana

penyampaian pesannya tanpa melalui kata – kata, jadi

komunikasi ini dilakukan melalui gerak atau bahasa tubuh.

2.1.2 Teori Komunikasi Massa

Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri

Kwal Gamble dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Nurudin 2007:

8-9), komunikasi massa mencakup hal – hal sebagai berikut :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan

peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan

pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan

tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula

antara lain surat kabat, majalah, televisi, film, atau

gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam media massa dalam menyebarkan

pesan – pesannya bermaksud mencoba berbagai

pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal

14  

atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience

dalam berkomunikasi massa inilah yang membedakan pula

dengan jenis komunikasi lain. Bahkan pengirim dan

penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa

didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu,

diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya bersifat

organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau

perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak

berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun

biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi

suka rela atau nirlaba.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penampis

informasi). Artinya , pesan – pesan yang disebarkan atau

dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam

lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok

atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah

individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu

ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang

disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film,

15  

penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu

bisa berfungsi sebagai gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.

Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa

bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar-

persona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung

dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat

kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda

(delayed).

Dengan demikian, media massa adalah alat – alat dalam

komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada

audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding

dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang

dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir

seketika pada waktu yang tak terbatas. (Nurudin, 2007: 8-9)

2.1.3 Teori Media Massa

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai

dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang

secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.

Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi

media. (http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa)

16  

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki

ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi

daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan

mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi

memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk

bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan

informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa)

2.2 Teori Khusus

Pada teori khusus akan membahas tentang kerangka teori yang berkaitan

dengan judul yang dibahas, namun secara mendalam, lengkap, relevan, dan

berhubungan dengan pokok bahasan. Jadi keguanaan teori khusus ini lebih

mendalam untuk mengetahui teori dan aspek apa saja yang berkaitan didalam

pokok pembahasan. Pembahasan teori khusus antara lain : Televisi, Broadcasting

Televisi, Program Televisi, Audien Penyiaran, Perilaku Sosial, Teori Agenda

Setting, dan Teori Uses and Gratification.

2.2.1 Televisi

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang

berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu

yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi"

merupakan gabungan dari kata tele yang berarti (jauh) dari bahasa

Yunani dan visio yang berarti (penglihatan) dari bahasa Latin, sehingga

17  

televisi dapat diartikan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang

menggunakan media visual / penglihatan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi)

Fungsi Televisi

Memberikan informasi, menghibur dan memujuk. Tetapi fungsi

menghibur lebih dominan pada media televisi. Tujuan utama khalayak

menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk

memperoleh informasi.

Karakteristik Televisi

Ditinjau dari stimulasi alat indera, dalam radio siaran, surat kabar

dan majalah hanya satu alat indera yang mendapat stimulus, yaitu :

Audiovisual, Berpikir dalam Gambar, Pengoperasian lebih Kompleks.

2.2.2 Broadcasting Televisi

Definisi Broadcasting

Broadcasting adalah merupakan suatu kegiatan, di dalam cara

menyampaikan pesan, ide, hasrat, kepada khalayak dengan menggunakan

fasilitas frequency. Dengan kata lain broadcasting adalah merupakan

suatu kegiatan penyiaran yang dilakukan oleh seorang penyiar.\

18  

Broadcasting Televisi

Dalam buku Broadcasting: To Be Broadcaster (Eva Arifin, 2010:

9), lembaga penyiaran dari stasiun radio penyiaran bersifat audiorik dan

penyiaran broadcasting televisi bersifat audio dan video:

• Broadcasting merupakan dunia penyiaran, dan ini dapat

dikatakan suatu kegiatan yang senantiasa selalu menarik

perhatian khalayak masyarakat luas, baik secara audiotorik

dan visual.

• Martin Essin dalam Saktiyanti Jahya 2006 mengatakan era

sekarang ini adalah “The Age Of Televison” yang artinya

dimana broadcasting televisi menjadi sebuah kotak ajaib

yang dapat membius para penghuni gubuk – gubuk reyot

masyarakat di dunia ketiga (Cyber space).

• Broadcasting suatu kehidupan dunia yang penuh dengan

kegemerlapan, dimana dalam penyajian informasi, ide,

gagasan yang sifat penyampaiannya divisualisasikan di

layar kaca dalam bentuk program yang dikemas secara

apik, tematis, edukasi penuh pesona dengan satu tujuan

agar informasi dan berita tersebut bisa sampai kehadapan

khalayak serta bisa diterima dan dipahami secara baik.

• Televisi broadcasting memiliki suatu keunggulan yang

sangat potensial, dimana masyarakat harus tetap terpaku,

menatap layar kaca bahkan tidak bergerak sampai lebih

19  

kurang enam jam lamanya (terhipnotis) terutama pada

anak – anak dimana program – program bervariatif

(beragam) ternyata kehadiran televisi mempunyai dampak

yang kuat terhadap perkembangan jiwa anak – anak,

misalnya sampai ada perubahan dari sikap perilakui dari

seorang anak yang menjadi malas belajar, sulit disuruh

orang tua.

• Broadcasting televisi suatu kegiatan penyiaran dimana

penyampaian berita dan informasi yang dikerjakan dalam

bentuk team, dan dituntut suatu kreativitas yang tinggi

didalam penyajian program acara yang akan disajikan di

layar kaca, dengan suatu perpaduan yang harmonis antara

signal suara dan signal gambar yang dilakukan secara

bersamaan.

• Menurut Dominick tahun 2004 kekuatan yang dominat

pada broadcasting televisi sebagai media hiburan, oleh

sebab itu dalam melakukan suatu produksi program acara

broadcasting televisi dan penyiaran radio lebih pada

sebuah hiburan yang dapat menyenangkan dan

menentramkan suasana hati.

2.2.3 Program Televisi

Suguhan acara televisi memang sangat variatif untuk memenuhi

selera pemirsanya yang beragam namun demikian semua mata acara

20  

tersebut dikemas dalam bentuk acara hiburan, karena menurut Dominick

yang dikutip oleh Tommy Suprapto (2006:18) kekuatan yang dominan

pada televisi adalah sebagai medium hiburan. Sehingga semua sugguhan

mata acara di televisi diharapkan dapat diterima oleh seluruh lapisan

masyarakat, maka adalah wajar jika banyak muncul kemasan acara

berbasis hiburan guna menarik pangsa pasar seperti acara talk show,

eduteinment, infoteinment, dan sebagainya.

Program Jika Aku Menjadi menurut peneliti merupakan gabungan

antara tiga genre program diantaranya yakni reality show, feature dan

magazine. Karena program Jika Aku Menjadi merupakan tayangan yang

real tanpa skenario maka dapat disebut reality show. Bisa juga feature

karena Jika Aku Menjadi menyoroti satu bidang kehidupan narasumber

disajikan dengan berbagai format. Namun juga dapat disebut magazine

karena Jika Aku Menjadi mempunyai tampilan rubik yang sama pada

setiap segmen empat merupakan akhir cerita dari program tersebut

dimana crew telah menyiapkan barang – barang (solusi) yang untuk

diberikan kepada narasumber sebagai ucapan terima kasih dan juga

harapan dari pemberian barang tersebut dapat menjadi manfaat bagi

narasumber untuk kehidupan setelah proses liputan tersebut selesai.

Program Reality Show

Program realitas adalah genre acara televise yang

menggambarkan adegan yang seakan – akan benar – benar berlangsung

21  

tanpa scenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa,

bukan pemeran. Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti

persaingan, problema hidup, kehidupan sehari – hari seorang selebritis,

pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan

diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak atau yang

meperbaiki kondisi barang kepemilikan seperti rumah atau perbaikan

mobil.

Program Feature

Feature adalah suatu program yang membahas suatu pokok

bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling

melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan

berbagai format. Dalam satu feature, satu pokok bahasan boleh disajikan

dengan merangkai beberapa format program sekaligus. Misalnya,

wawancara (interview), show, vox-pop, puisi, musik, nyanyian, sandiwara

pendek atau fragmen.

Hal yang perlu diperhatikan dalam feature adalah setiap format

yang disusun harus membicarakan pokok bahasan yang sama, tetapi dari

sudut pandang dan tinjauan yang berbeda. Apabila dua format atau lebih

ternyata mengguraikan aspek tinjauan yang sama, program akan

menjemukan, karena over lapping. Oleh karena itu, dalam setiap format

harus jelas aspek mana dari pokok bahasan yang akan disoroti (Fred

Wibowo, 2009: 186).

22  

Program magazine

Program magazine dikenal di Indonesia sebagai majalah udara.

Contoh bentuk dari program itu, seperti acara Apresiasi Film dan

Spektrum di TVRI. Sebagaimana majalah cetak, program magazine

memiliki jangka waktu terbit, mingguan, bulanan, dwi bulanan,

tergantung dari kemauan produser. Dalam program itu juga terdapat rubik

– rubik tetap yang berisi bahasan – bahasan. Program magazine mirip

dengan program feature. Perbedaannya, kalau program feature satu

pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan disajikan lewat

berbagai format. Sementara itu, program magazine bukan hanya

menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang

kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan

dalam rubik – rubik tetap dan disajikan lewat berbagai format.

Sebagaimana dalam feature, sajian program magazine diantarkan

oleh satu atau dua presenter (penyaji) yang sekaligus menjadi link

(penghubung) antara rubik yang satu ke rubik yang lain. Penyaji akan

lebih bagus kalau dipilih mereka yang cukup mengenal bidang bahasan.

Program magazine bukan siaran berita. Oleh karena itu, gaya sajian,

penampilan dan kostum penyaji juga perlu menyesuaikan dengan

spesifikasi program itu.

Agar sajian program magazine tidak terasa berat, program musik

atau tarian pendek merupakan selingan yang menyegarkan. Dalam hal ini,

23  

perlu dipilih jenis musik atau tarian yang sesuai, ada kaitan atau tidak

terlalu menyimpang isi dengan jenis bidang kehidupan yang menjadi

pembahasan program magazine. Selingan yang terlalu berbeda akan

terasa mengganggu dalam program yang dikemas sebagai satu kesatuan

sebagaimana program magazine ini (Fred Wibowo, 2009: 196).

2.2.4 Audien Penyiaran

Mengetahui secara persis apa kebutuhan audien merupakan hal

yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau

kemasan baru tetapi isinya tetap yang lama. Pengelola program

membutuhkan pendapat dari khalayak. Banyak media penyiaran yang

sukses dijalankan oleh orang – orang yang justru tidak suka pada acara –

acara yang mereka tayangkan. Melakukan penelitian adalah cara terbaik

untuk mengetahui keinginan audien.

Karakteristik dari penghuni apartemen Mediterania Garden 2 ialah

orang – orang yang memiliki kesibukan yang padat dan mereka menyukai

kehidupan yang serba praktis karena semua fasilitas tersedia di apartemen

tersebut, yakni fasilitas olahraga adanya lapangan tennis, lapangan

basket, jogging track dan juga kolam renang. Fasilitas pendukung lainnya

adanya minimart dan tempat makan, ini semua fasilitas yang membuat

hidup di apartemen menjadi praktis. Dan kebanyakan karakteristik

mereka ialah pekerja dan pebisnis yang memiliki sebuah keluarga kecil

atau yang masih hidup lajang. Usia penghuni apartemen beragam dari

24  

anak – anak hingga manula namun lebih banyak pada kategori 25 – 44

Tahun. Maka peneliti menargetkan data sampel pada range usia 25 – 44

Tahun Pria dan Wanita.

Ini merupakan data dari AGB Nielsen pemirsa Jakarta

KATEGORY UNIVERSE JAKARTA SAMPLE 1% rating =

Total Individuals 30427347 2048 1485710.303Kid 5-9 M 1523875 114 1336732.456Kid 5-9 F 1719282 106 1621964.151Kid 10-14 M 1647509 129 1277138.76Kid 10-14 F 1412102 88 1604661.364Teen 15-19 M 1973423 106 1861719.811Teen 15-19 F 1763449 114 1546885.088Teen 20-24 M 1522353 80 1902941.25Teen 20-24 F 1567094 101 1551578.218Adult 25-29 M 1483465 90 1648294.444Adult 25-29 F 1843779 104 1772864.423Adult 30-34 M 1471554 89 1653431.461Adult 30-34 F 1571648 79 1989427.848Mature 35-39 M 1473989 79 1865808.861Mature 35-39 F 1392047 89 1564097.753Mature 40-44 M 1115925 80 1394906.25Mature 40-44 F 10007679 78 12830357.69Oldies 45-49 M 942123 69 1365395.652Oldies 45-49 F 839772 68 1234958.824Oldies 50-54 M 837102 71 1179016.901Oldies 50-54 F 712181 68 1047325Grand 55-59 M 475428 43 1105646.512Grand 55-59 F 590918 53 1114939.623Grand 60+ M 839732 80 1049665Grand 60+ F 700916 69 1015820.29

Jumlah populasi penonton program TV ini di jakarta adalah

30.427.347 orang. tapi yang diambil sebagai sample penelitian rating ini

adalah 2.048 orang saja (0.01% dari total populasi)

25  

2.2.5 Perilaku Sosial

Mengenai teori perilaku sosial Max Weber atau sering kita dengar

dengan Tindakan sosial, sebelumnya kita melihat apa yang disebut

dengan sosiologi menurut Max Weber. Max Weber mendefinisikan

sosiologi sebagai ilmu tentang institusi-institusi sosial, sosiologi Weber

adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi suatu pergeseran

tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri anggota

masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya.

Kata perikelakuan dipakai oleh Weber untuk perbuatan-perbuatan

yang bagi sipelaku mempunyai arti subyektif. Pelaku hendak mencapai

suatu tujuan, atau ia didorong oleh motivasi. Perikelakuan menjadi sosial

menurut Weber terjadi hanya kalau dan sejauh mana arti maksud

subyektif dari tingkahlaku membuat individu memikirkan dan

menunjukan suatu keseragaman yang kurang lebih tetap. Pelaku

individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan penetapan atau

harapan harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut

dengan tegas atau bahkan dibekukan dengan undang undang.

Weber berpendapat bahwa studi kehidupan sosial yang

mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-akan tidak

ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh

individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial

itu. Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan

26  

kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem

subyektif. (http://galihdanary.wordpress.com/2010/12/06/teori-perilaku-

sosial-max-weber-teori-sosiologi-klasik/).

Dalam buku Syaiful Rohim Teori Komunikasi (Perspektif, Ragam

& Aplikasi), perilaku sosial terdapat 3 aspek / efek yaitu :

1. Efek Kognitif yaitu efek yang berhubungan dengan pengetahuan

agar memotivasi dirinya terhadap lingkungan ataupun sesuatu hal.

Agar yang tadinya khalayak tidak tahu atau binggung menjadi merasa

jelas.

2. Efek Afektif yaitu efek yang berhubungan dengan emosi atau

perasaan tertentu terhadap khalayak. Misalnya menonton televisi, atau

mendengarkan radio, semua itu dapat menimbulkan emosi atau

perasaan tertentu kepada khalayak

3. Efek Konatif yaitu efek yang berhubungan dengan kecendrungan

khalayak untuk melakukan suatu perilaku dan tindakan dengan cara

tertentu terhadap suatu hal yang bermanfaat bagi dirinya ataupun

orang lain.

Teori Perilaku Sosial digunakan untuk menjadi sebuah landasan

untuk membuat variabel terkait dalam pembuatan kuesioner penelitian

yakni efek kognitif, efek afektif dan efek konatif.

2.2.6 Individual Difference Theory

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual), teori

yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan –

27  

perbedaan di antara individu – individu sebagai sasaran media massa

ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori

ini individu – individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa

secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama jika

berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya,

sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.

Sehingga tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh

tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu

tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda

satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat

bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini

sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini

dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang

dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi

titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan

yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan

kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing

pribadi yang membedakannya dari yang lain.

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-

rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan

watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat

perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu maka

28  

secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai

dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada

pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni mengganggap khalayak

memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan

memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika

variabel antara bersifat seragam). (Effendy, 2003: 275-276)

Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang

secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika

berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya,

kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan

komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya. (Effendy, 2003:

316)

Teori Individual Difference digunakan dalam penelitian ini karena

untuk mengetahui perbedaan – perbedaan motif seseorang dalam

menonton Jika Aku Menjadi. Teori ini berkaitan juga dengan teknik

sampling peneliti dalam meneliti, karena sampel responden harus

mengetahui program Jika Aku Menjadi dan pernah menonton program

Jika Aku Menjadi yang artinya ada kesamaan dari responden.

2.2.7 Uses and Gratification Theory

Uses and Gratification Theory adalah salah satu teori komunikasi

dimana titik-berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu

pemilihan pesan dan media.

29  

Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan,

mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka

gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu

kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya

menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak

menggunakan media dan memilih cara lain

(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_penggunaan_dan_pemenuhan_kepuas

an).

Dalam buku Teori Komunikasi Massa : Dasar, Pergolakan, dan

Masa Depan, Wildahl berpendapat bahwa gabungan antara penelitian

uses and gratification dengan tradisi efek sangat terlambat dan

menyarankan apa yang ia sebut sebagai “uses and effects”, sebuah model

memandang produk dari penggunaan konten media sebagai

“conseffects”. Dalam kerangka yang serupa, Philip Palmgreen, Lawrence

Wenner, dan Karl Rosengren menuliskan bahwa studi menunjukan bahwa

beragam kepuasan penonton (lagi – lagi, yang dicari dan didapatkan)

berhubungan dengan spektrum yang luas dari efek media, termasuk

pengetahuan, ketergantungan, sikap, persepsi terhadap realitas sosial,

diskusi agenda setting, dan beragam variabel efek polotik. (Stanley &

Dennis, 2010: 301-302)

Tahapan dalam Penelitian Kegunaan dan Gratifikasi

30  

Teori kegunaan dan gratifikasi adalah perluasan dari teori

kebutuhan dan motivasi (Maslow). Dalam teori kebutuhan dan motivasi,

Abraham Maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk

memenuhi hierarki, mereka dapat bergerak ke tahap berikutnya.

Gambaran mengenai manusia sebagai seseorang yang aktif, berusaha

untuk memuaskan kebutuhannya, sesuai dengan ide yang dibawa Katz,

Blumler, dan Grurevitch ke dalam kajian mereka mengenai bagaimana

manusia mengonsumsi komunikasi massa.

Menurut Herta Herzog dalam buku Pengantar Teori Komunikasi :

Analisis dan Aplikasi (Ricard & Lynn, 2008: 101) untuk memulai

tahapan awal penelitian kegunaan dan gratifikasi, dia berusaha membagi

alasan – alasan orang melakukan bentuk – bentuk yang berbeda mengenai

perilaku media, seperti membaca surat kabar dan mendengarkan radio,

Herzog mempelajari mengenai peran dari keinginan dan kebutuhan

khalayak, dan ia sering kali diasosikan sebagai pelopor asli teori

kegunaan dan gratifikasi. Karya Herzog sangat penting dalam

pengembangan kegunaan dan gratifikasi karena ia adalah peneliti pertama

yang karyanya diterbitkan yang memberikan kajian mendalam dari

kepuasan media.

Menurut Alan Rubin (Ricard & Lynn, 2008: 102) menemukan

bahwa motivasi untuk menggunakan televisi dikelompokan menjadi

beberapa kategori : untuk melewatkan waktu, untuk menemani,

31  

kesenangan, pelarian, kenikmatan, interaksi sosial, relaksasi, informasi,

dan untuk mempelajari muatan tertentu.

Teori Uses and Gratification digunakan dalam penelitian ini karena

mengacu pada tujuan penelitian yakni pemenuhan kebutuhan penonton

dikarenakan suatu motif seseorang dalam memenuhi kebutuhan mereka. Teori ini

merupakan landasan peneliti dalam membuat kuesioner penelitian yakni

pertanyaan yang diajukan menurut Alan Rubin yang menemukan motivasi dalam

menonton televisi.

2.3 Kerangka Pikir / Operasional Konsep

Variabel bebas

Variabel Terikat

Motif Pemirsa dalam menonton Program Jika Aku Menjadi di Trans TV

Perilaku Sosial (Studi kasus : Apartemen Mediterania Garden 2

Tower K) Dimensi

Indikator

Dimensi

Indikator

1. Pertanyaan

Umum Program “Jika Aku Menjadi” di Trans TV

Mengetahui program acara "Jika Aku Menjadi" di Trans TV Pernah menonton program acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV Seberapa besar frekuensi menonton program “Jika Aku Menjadi” Saat menonton program “Jika Aku

1. Kognitif

Seberapa besar menaruh perhatian menonton pada program “Jika Aku Menjadi” Program “Jika Aku Menjadi” tayang setiap hari dengan durasi 45 menit Jam tayang program “Jika Aku Menjadi” hari senin – jumat pukul 18:15 WIB Jam tayang program

32  

2. Motif pemirsa menonton program acara “Jika Aku Menjadi” di Trans TV

Menjadi” berkonsentrasi penuh saat penayangannya Menonton program “Jika Aku Menjadi” hanya untuk mengisi waktu luang Menonton program “Jika Aku Menjadi” hanya untuk hiburan Menonton program “Jika Aku Menjadi” sedang berkumpul bersama keluarga Menonton program “Jika Aku Menjadi” sedang berkumpul bersama teman Menonton program “Jika Aku Menjadi” sedang menonton sendirian Tertarik menoton program “Jika Aku Menjadi” dikarenakan talent yang cantik Tertarik menonton program “Jika Aku Menjadi” dikarenakan pekerjaan narasumber yang unik (jarang ditemukan) Program “Jika Aku Menjadi” dapat mengedukasi orang yang menontonnya

2. Afektif

3. Konatif

“Jika Aku Menjadi” hari sabtu – minggu pukul 17:30 WIB Program “Jika Aku Menjadi” menampilkan tentang realita kehidupan Program “Jika Aku Menjadi” merupakan tayangan real tanpa scenario dan dibuat – buat Menyukai program “Jika Aku Menjadi” Tayangan “Jika Aku Menjadi” membuat menangis saat menonton Tayangan “Jika Aku Menjadi” sudah memenuhi kebutuhan Tayangan “Jika Aku Menjadi” dapat memotivasi dalam meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat kalangan bawah Aktif dalam menonton program “Jika Aku Menjadi” Program “Jika Aku Menjadi” dapat meningkatkan rasa

33  

Dampak positif yang didapat setelah menonton program “Jika Aku Menjadi” Dampak negatif yang didapat setelah menonton program “Jika Aku Menjadi”

simpati & empati terhadap kalangan masyarakat kelas bawah Program “Jika Aku Menjadi” dapat meningkatkan rasa kepedulian sosial terhadap sesama Program “Jika Aku Menjadi” dapat dijadikan contoh motivasi kondisi sosial saat ini Program “Jika Aku Menjadi” dapat membuat lebih bersyukur atas apa yang telah dimiliki saat ini Setelah menonton program “Jika Aku Menjadi” dapat mempengaruhi pola perilaku sosial tindakan penonton