BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00378-MNTI Bab...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00378-MNTI Bab...
19
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
2.1.1 Pengertian dan Tujuan Ergonomi
Menurut Nurmianto (2003, h1), Ergonomi, istilah ini berasal dari Bahasa Latin yaitu
Ergon (kerja) dan Nomos (peraturan, hukum alam). Ergonomi adalah suatu studi mengenai
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau dari fisiologi, anatomi, psikologi,
manajemen dan perancangan. Ergonomi berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah dan tempat
rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja
dan lingkungan saling berinteraksi.
Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan factor keselamatan dan
kesehatan kerja. Misalnya, rancangan suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan
ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia. Hal ini untuk mengurangi ketidaknyamanan
visual dan postur kerja, rancangan suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja dan
sitem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya
suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kelelahan (Nurmianto, 2003, h2)
.
2.1.2 Tujuan Ergonomi
Tujuan utama dari ergonomi adalah mempelajari batasan-batasan pada tubuh manusia
dalam berinteraksi dengan lingkungan kerjanya baik secara jasmani maupun psikologis. Selain
itu juga untuk mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan menghasilkan suatu
20
produk yang nyaman, enak dipakai oleh pemakainya. Menurut Tarwaka (2004, h7), secara
umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
- Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja.
- Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah produktif.
- Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekonomis, dan
budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi.
2.1.3 Aspek-aspek Ergonomi
Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan keterbatasan
yang berkaitan dengan aspke pengamatan, fisik maupun psikis. Demikian juga peranan atau
fungsi mesin/peralatan yang menunjang operator dalam melakukan tugas yang ditentukan.
Mesin/peralatan kerja berfungsi menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress
tambahan akibat beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang
dibutuhkan tetapi berada diatas kapasaitas atau kemampuan yang dimiliki manusia (Sritomo,
2003, h75).
• Sikap dan posisi kerja meliputi :
Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.
21
Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa
dilakukan.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang
lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi miring.
Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu
yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang
normal.
• Anthropometri dan dimensi ruang kerja.
Data anthropometri sangat berpengaruh bagi perancangan peralatan maupun fasilitas
dalam sistem kerja. Anthropometri pada dasarnya menyangkut ukuran fisik atau fungsi
dari tubuh manusia saja tetapi juga dapat memiliki karakteristik lain seperti berat,
umur, suku bangsa, dan lain-lain.
• Kondisi lingkungan kerja.
Faktor ini merupakan faktor dimana memperhitungakan kemampuan seorang operator
untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan tertentu. Mungkin saja
seorang operator mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ada, tetapi pasti terdapat
beban yang berlebih yang bisa terakumulasi dengan mengakibatkan stress yang
berkepanjangan. Kondisi lingkungan kerja ini biasanya meliputi, hal temperatur
ruangan, getaran, kelembaban udara, kebisingan, polusi udara, pencahayaan, dan lain
lain.
• Energi kerja yang dikonsumsikan.
Aspek ini seringkali kurang diperhatikan oleh perancangan sebuah sistem kerja.
Semakin besar energi yang dikeluarkan maka akan semakin cepat operator merasa
22
lelah. Pada umumnya jenis kelelahan yang mengganggu adalah kelelahan mental. Hal
ini dapat membuat operator merasa tidak nyaman pada lingkungan kerjanya dan tidak
mampu lagi berpikir jernih.
• Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja.
Perancangan sebuah fasilitas kerja harus diatur sedemikian rupa agar operator yang
bekerja merasa enak dalam melakukan pekerjaannya. Maksud dari pengaturan dan
perancangan fasilitas kerja ini adalah untuk jangka waktu yang cukup lama, maka
sebelum operator mulai mampu beradaptasi pada lingkungan kerja yang efisien
tersebut haruslah diberi pelatihan dan keterampilan tertentu agar pekerjaan yang
dilakukan benar-benar efisien.
• Energi kerja yang dikonsumsikan.
Aplikasi prinsip ergonomi dan ekonomi gerakan dalam tahap perancangan dan
pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalkan energi yang harus
dikonsumsikan dan meningkatkan efisiensi output kerja itu sendiri. Dengan pendekatan
yang ergonomis maka diharapkan bisa menghasilkan rancangan yang “fit to the user”
dan bukan sebaliknya.
2.1.4 Dasar Keilmuan dari Ergonomi
Menurut Nurmianto (2003, h5), banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan
sekedar “common sense” (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika
sekiranya suatu keuntungan yang besar bias didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu
prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat
23
diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses design, akan tetapi masih banyak aspek
ergonomic yang jauh dari kesadaran manusia. Karakteristik fungsional dari manusia seperti
kemampuan pengideraan, waktu tanggapan, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk
efisiensi kerja otot dan lain-lain adalah merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya dipahami
oleh masyarakat awam.
2.2 Anthropometri
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Anthropometri
Menurut Nurmianto (2003, h50), istilah anthropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu
anthropos yang berarti manusia dan metricos yang berarti pengukuran. Anthropometri merupakan
bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier,
berat, isi, meliputi juga daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.
Anthropometri berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia.
2.2.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya
Menurut Sritomo (2003, h61), manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal
bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi
ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus
memperhatikan faktor-faktor tersebut antara lain;
a. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh bertambah besar seiring dengan
bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai engan umur sekitar 20
tahunan.
24
b. Jenis kelamin (sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan
wanita, terkecuali bagian tubuh tertentu seperti pinggul.
c. Suku/bangsa (ethnic)
Setiap suku, bangsa, atau etnik akan memiliki karakteristik yang berbeda.
d. Posisi tubuh
Dalam kaitannya dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran, yaitu :
- Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)
Tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak
sempurna). Hal ini dikenal sebagai static anthropometry. Dari data yang diperoleh
diadakan pengolahan statistik. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap
antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,
ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan
sebagainya.
- Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension)
Pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan
gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.
Hal ini dikenal sebagai dynamic anthropometry. Anthropometri dalam posisi tubuh
melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses
perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
Pengukuran anthropometrik pada hakekatnya adalah pengukuran jarak antara dua titik
pada tubuh manusia yang ditentukan jarak-jarak tersebut mungkin berupa garis penghubung
terpendek atau mungkin berupa garis penghubung di permukaan kulit atau lebih besar dari itu.
25
2.3 Penelitian Cara Kerja
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, seseorang dapat memilih berbagai cara
melakukannya. Cara kerja yang terbaik adalah yang memerlukan waktu, tenaga, akibat
psikologis dan akibat sosiologis yang paling kecil.
Untuk mengembangkan dan menerapkan cara kerja yang lebih mudah dan dengan
biaya yang lebih murah dilakukan dengan penelitian cara kerja. Penelitian cara kerja
merupakan kegiatan pencatatan secara sistematik dan pemeriksaan seksama mengenai cara
kerja yang berlaku atau yang diusulkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Sasaran yang ingin dicapai dengan penelitian cara kerja ini adalah untuk mendapatkan
cara kerja yang lebih baik guna peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja.
Usaha ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Melakukan perbaikan tata letak tempat kerja.
2. Melakukan analisa dan perbaikan elemen gerakan.
3. Desain tempat kerja dan peralatan.
2.4 Biomekanika Kerja
Biomekanika adalah aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisa sistem kerangka otot
manusia. Biomekanika mempelajari manusia dari segi kemampuan-kemampuannya seperti
kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan ketelitian. Hubungan antara manusia, pekerja dengan
mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang
unik karena interaksi antara hal-hal diatas yang membentuk suatu sistem kerja tidak terlampau
sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu (Nurmianto, 2003, h5).
Biomekanika kerja adalah salah satu bagian dari ilmu ergonomi dimana kita
mempelajari dari segala aktivitas kita mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat, data-
26
data yang didapat digunakan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam menyusun suatu
perkerjaan manusia dengan memperhatikan kapan pekerja itu lelah, bagaimana keadaaan
tekanan darahnya pada saat sedang lelah, dan lain-lain dengan menggunakan beberapa metode
baik yang langsung (fisiologi) atau dengan menentukan waktu standar atau suatu cabang ilmu
yang berhubungan dengan lingungan fisik disekitar tempat kerja, yang bertujuan untuk
menyelidiki manusia dari segi kemampuan-kemampuannya, seperti kekuatan, daya tahan,
kecepatan dan ketelitian. Lingkungan fisik disini menunjukkan semua keadaan yang terdapat
disekitar tempat kerja yang akan mempengaruhi operator tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung
Disamping itu untuk mendapatkan inklinasi (kemiringan) sudut posisi kaki atau tangan
relatif terhadap horisontal agar gaya maksimum dapat diterapkan maka kondisi berikut
haruslah dapat dipenuhi:
A. Analisa biomekanika secara global dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing
otot.
B. Penyederhanaan model biomekanika yang berdasarkan pada sistem sambungan tulang
untuk memprediksi beban pada ruas tulang belakang untuk mengangkat benda kerja.
2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan dalam menjamin adanya
perlindungan terhadap pekerja/tenaga kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi
aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Berbagai jenis bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan kerja cara melakukan pekerjaan,
27
karakteristik fisik dan mental dari tenaga kerja sejauh mungkin dicegah dan atau dikendalikan
agar tenaga kerja dapat selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaannya. Pencegahan atau
pengendalian bahya pekerjaan di lingkungan kerja dengan upaya K3 bertujuan agar tenaga
kerja terhindar dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan akibat
pekerjaan atau lingkungan kerja. K3 tidak hanya sekedar bertujuan meraih tingkat keselamatan
dan kesehatan kerja yang tinggi, atau hanya untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja. Lebih jauh dari itu K3 memiliki visi dan misi
jauh kedepan yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif serta sejahtera dan
juga menciptakan perlindungan kepada pengusaha/perusahaan.
2.5.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan pekerja merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian
dalam perancangan tugas, baik dari manajemen, pekerja. Program keselamatan dan
pencegahan kecelakaan memerlukan kerjasama antara pekerja dan manajemen. Ini adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan
perencanaan, tanggung jawab, pelaksaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dnegan
kegaitan kerja (Santoso, 2004, h15).
2.5.2 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan
dan mengembangkan proses industrialisasi, terutama dalam mewujudkan kesejahteraan para
28
buruh. Tujuan dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah (Rudi, 2007,
h3):
- Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga jerja yang setinggi-tingginya,
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja bebas..
- Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,
merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta menikmatkan bekerja.
2.6 Sendi
Berdasarkan kutipan dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Sendi), pengertian
sendi adalah sebuah struktur yang menghubungkan dua buah tulang. Ada banyak jenis sendi
yang ada di tubuh manusia. Namun yang paling banyak adalah jenis sendi yang disebut Sendi
Synovial. Sendi ini termasuk jenis sendi yang paling besar pergerakkannya. Sendi Synovial
terdapat pada sendi bahu (Shoulder joint), sendi siku (Elbow joint), sendi panggul (Hip joint),
dan sendi lutut (Knee joint). Hubungan dua tulang disebut persendian.
Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling sering mendapat keluhan. Nyeri,
bengkak, kaku, bunyi ketika digerakkan, hingga posisi yang tidak stabil merupakan keluhan-
keluhan pada sendi lutut. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, keluhan-keluhan itu muncul
pada orang dewasa muda karena aktivitas yang berlebih dan tidak seimbang. Sedangkan
keluhan pada sendi di lutut yang timbul pada usia di atas 40 tahun, biasanya berhubungan
dengan keadaan degenerasi sendi dan peningkatan berat badan. Sendi lutut akan terbebani
dengan berat badan berlebih yang harus ditumpunya. Oleh karena itulah, kegemukan
sebaiknya dihindari terutama di usia lanjut.
29
Sendi lutut adalah sendi yang paling besar di tubuh manusia. Sendi jenis Synovial ini
dalam keadaan normal dapat bergerak dari nol derajat sampai lebih dari 135 derajat (naik-
turun). Selain itu, sendi ini dapat pula sedikit berputar (rotasi). Fungsi sendi lutut adalah
menghubungkan tulang paha (femur) dan tulang kering (tibia). Pada sendi lutut ini terdapat
pula tulang tempurung (patella).
Sendi tak dapat berfungsi maksimal bila tidak disokong otot-otot. Pada sekitar sendi
lutut juga didapati banyak otot. Pada sendi lutut terdapat otot-otot terpenting di bagian depan
(extensor). Otot ini berfungsi untuk meluruskan lutut sedangkan otot di bagian belakang
(flexor) berfungsi untuk melipat lutut. Selain otot, terdapat pula dua buah urat (ligament) yang
terletak di pinggir sendi lutut bagian dalam (ligament collateral medial) dan bagian luar
(ligament collateral lateral). Kedua struktur ini – otot dan urat - berfungsi untuk menjaga
stabilitas sendi lutut.
Sendi lutut dibungkus oleh kapsul sendi dan berisi cairan sendi di dalamnya. Ada
beberapa struktur lain yang sangat penting keberadaannya pada sendi, yaitu tulang rawan
sendi (cartilage), meniscus, urat silang (ligament crutiate). Tulang rawan sendi melapisi
permukaan tulang di dalam sendi dan berfungsi melindungi tulang-tulang di sendi agar tidak
berbenturan secara langsung. Meniscus bila dilihat sepintas akan terlihat seperti cincin yang
berfungsi sebagai peredam-kejut. Sedangkan urat silang (ligament crutiate) berfungsi untuk
menjaga kestabilan sendi lutut. Agar sendi lutut berada pada posisi stabil, terdapat dua buah
urat silang, yaitu yang ke arah depan (ligament cruciate anterior/ACL) dan yang ke arah
belakang (ligament cruciate posterior/PCL).
30
2.6.1 Siku
Menurut kutipan dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Siku), siku merupakan
salah satu bagian dari lutut. Gangguan fungsi siku ini, bisa diakibatkan oleh aktifitas/pekerjaan
yang pasif, yang bertumpu pada otot-otot lengan. Misalnya, pekerjaan yang monoton seperti
melukis, menulis, dan mengetik. Gangguan ini lebih bersumber pada lengan bawah, yakni sisi
luar di bawah sendi siku. Berdasarkan catatan saya selama 27 tahun bekerja sebagai juru pijat,
penyakit ini banyak menggangu pekerja wanita yang berusia antara 25-40 tahun. Tetapi, kaum
priapun dapat terganggu oleh penyakit ini, khususnya untuk mereka yang pekerjaannya
berkaitan dengan angkat berat, penggemar olahraga tenis dan golf, misalnya. Penyakit ini
ditandai dengan adanya rasa nyeri dan sakit pada siku lengan.
2.6.2 Lutut
Menurut kutipan dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Lutut), dalam anatomi
manusia, lutut adalah sendi yang menghubungkan tulang paha atau femur dan tulang kering
atau tibia. Karena pada manusia lutut menyokong hampir seluruh berat tubuh, lutut sangat
rentan baik terhadap cidera akut maupun timbulnya osteoarthritis.
Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh
manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Kata "femur" merupakan bahasa
latin untuk paha.
2.6.3 Pergelangan tangan
Dalam anatomi, pergelangan tangan adalah yang fleksibel dan sempit sambungan
antara lengan bawah dan telapak tangan. Pergelangan tangan yang pada dasarnya adalah dua
baris kecil pendek tulang, disebut carpals, untuk membentuk sebuah rumah sekitar engsel.
31
2.7 Canadian Society of Biomechanics (CSB)
Perhitungan sudut yang terdapat pada CSB digunakan untuk mengukur cara
pengambilan gambar serta sudut yang digunakan.
Gambar 2.1 Posisi Anatomi untuk Segment Angles dan Relative Angles dengan Right Sagital
View
Sumber: Canadian Society of Biomemchanics
2.8 Rapid Entire Body Assssment (REBA)
Metode ini mengevaluasi hampir pada seluruh tubuh.Metode ini dikembangkan oleh
Sue Hignett dan Lynn McAtamney pada tahun 2000. Pekerjaan yang melibatkan aktivitas
seluruh anggota badan bisa dievaluasi dengan menggunakan metode ini
(http://adipradana.wordpress.com/category/teknik-industri/)
Berikut ini merupakan tampilan dari software REBA, dan hasil pengolahan data
REBA.
32
Gambar 2.2 Tampilan Software REBA
Sumber: Software REBA
Gambar 2.3 Hasil Pengolahan Data REBA
Sumber: Software REBA
33
2.9 Ekonomi Gerakan
Ekonomi gerakan adalah studi mengenai kondisi pekerjaan yang memungkinkan
dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis yang dipengaruhi oleh (Sritomo, 2003,
h100):
• Penggunaan badan/anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakannya
• Pengaturan letak area kerja
• Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja
2.9.1 Prinsip Ekonomi Gerakan
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan menurut Marvin E. Mundel (Sritomo, 2003, h104-
105):
A) Eliminasi Kegiatan
• Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang memungkinkan, langkah-langkah atau
gerakan-gerakan.
• Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan. Letakkan segala
fasilitas kerja dan material/komponen pada lokasi yang tetap.
• Eliminasi penggunaan tangan sebagai ”holding device”, karena hal ini merupakan
aktivitas tidak produktif yang menyebabkan kerja kedua tangan tidak seimbang.
• Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dll. Hindari pula
gerakan-gerakan yang membahayakan dan melanggar prinsip-prinsip keselamatan
atau kesehatan kerja.
• Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis atau fixed
position.
• Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menungggu (delay time).
34
B) Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja
• Gantikan/kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek atau
terputus-putus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang
kontiniu, tidak patah-patah serta cenderung membentuk sebuah kurva.
• Kombinasikan beberapa aktivitas/fungsi yang mampu ditangani oleh sebuah
peralatan kerja dengan membuat design yang ”multy purpose”.
• Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara kedua tangan.
C) Penyederhanaan Kegiatan
• Laksanakan setiap aktivitas/kegiatan kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot
yang digunakan minimal.
• Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja dengan meletakkannya dalam tempat
yang tidak berubah-ubah.
2.10 Korelasi
Menurut Usman (2006, h197), korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat
hubungan linier antara dua variable atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal
1990. Oleh sebab itu terkenal dengan sebutan Korelasi Pearson Product Moment (PPM).
Korelasi Linier Sederhana Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antar dua variabel (atau lebih). Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positip (+)
atau negatip (-), sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi.
Hubungan dua variabel dinyatakan positip jika nilai suatu variabel ditingkatkan maka
akan meningkatkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai variabel tersebut diturunkan
maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Sebagai contoh adalah hubungan tinggi
35
tanaman dengan produksi. Semakin tinggi jagung maka berat tongkolnya akan semakin besar,
sebaliknya semakin pendek tanaman maka berat tongkol semakin kecil.
Hubungan dua variabel dinyatakan negatip jika nilai suatu variabel ditingkatkan maka
akan menurunkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai variabel tersebut diturunkan
maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Sebagai contoh adalah hubungan tingkat
serangan hama dengan produksi. Semakin tinggi tingkat serangan hama maka produksinya
akan semakin kecil, sebaliknya semakin kecil tingkat serangan hama maka produksinya
semakin besar.
Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi.
Koefisien korelasi memiliki rentang nilai antara -1 sampai 1. Jika hubungan antara 2 variabel
memiliki korelasi -1 atau 1 berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang sempurna,
sebaliknya jika hubungan antara 2 variabel memiliki korelasi 0 berarti tidak ada hubungan
antara kedua variabel tersebut (http://analistat.com/readarticle.php?article_id=26).
2.10.1 Korelasi Pearson Produk Momen (PPM)
Menurut Usman (2006, h200), korelasi PPM sering disingkat korelasi saja merupakan
salah satu teknik korelasi yang paling banyak digunakan dalam penelitian. Besarnya angka
korelasi disebut koefisien korelasi dinyatakan dalam lambang r. Kegunaan dari korelasi PPM
adalah untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu
dengan yang lainnya.
36
2.10.2 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi linier (Pearsoproduct moment correlation coefficient) antara dua
variabel dapat dicari dengan persamaan berikut:
Selain itu, untuk dapat memberikan penafsiran terkadap koefisien korelasi yang didapat, maka dapat berpedoman pada tabel berikut (http://analistat.com/readarticle.php?article_id=26)
Tabel 2.1 Interval Koefisien
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 sangat rendah
0,20 - 0,399 rendah
0,40 - 0,599 sedang
0,60 - 0,799 kuat
0,80 - 1,000 sangat kuat
Sumber : http://analistat.com/readarticle.php?article_id=26
2.11 Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Menurut Vincent Gaspersz (1998, h61), diagram sebab akibat adalah suatu diagram
yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses
statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor – faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor – faktor penyebab itu.
Diagram sebab-akibat sering disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena
37
bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa (Ishikawa`s diagram) karena pertama
kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953.
Diagram ini menyusun sebab-sebab variasi atau sebab-sebab permasalahan kualitas
kedalam kategori-kategori yang logis. Hal ini membantu tim untuk menentukan fokus yang
diambil dan merupakan alat yang sangat membantu dalam penyusunan usaha-usaha
pengembangan proses. Ini adalah satu-satunya alat bantu yang menggunakan data verbal
(nonnumerical) atau data kualitatif dalam penyajiannya. Alat bantu ini menggambarkan
tentang suatu kondisi ”penyimpangan mutu” yang dipengaruhi oleh bermacam-macam
penyebab yang saling berhubungan. Berbeda dengan alat-alat bantu lainnya, karena
penggunaannya akan lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok. Sehingga alat bantu ini
seringkali identik dengan kegiatan kelompok. Di samping itu, manfaat optimum diperoleh bila
Ishikawa Diagram mampu menampilkan akar-akar penyebab yang sesungguhnya dari suatu
penyimpangan (ketidakbermutuan).
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan
berikut:
- Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
- Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
- Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat:
1. Buatlah bersama tim
2. Buatlah sebuah daftar sebab-sebab potensial dengan penggalian ide (brain storming).
Brain storming mengizinkan setiap orang dalam tim untuk bicara dan mendorong
semua orang untuk mendengarkan. Semua ide dievaluasi kemudian.
3. Buat diagram sebab akibat
38
a. Tempatkan pernyataan permasalahan dalam kotak sebelah kanan (dalam kepala
ikan). Pastikan semua orang menyetujui pernyataan permasalahan tersebut dan
pernyataan tersebut dan statement tersebut terdefinisi dengan baik dan dapat diukur
(jika tak dapat diukur, maka anda tidak akan dapat mengembangkannya).
b. Gambar tiga sampai enam “tulang-tulang utama” (major bone) atau kategori-
kategori penyebab. Menamakan tulang-tulang tersebut mungkin lebih mudah jika
penyebab-penyebab dari hasil brain storming sebelumnya ditulis dalam catatan
sehingga mereka mungkin dapat dipindahkan atau dikelompokan oleh tim. Disaat
semua mengalami kegagalan, gunakan tulang-tulang utama yang sudah tersedia
sebelumnya: orang-orang, mesin, metode, material, lingkungan, namum biasanya
faktor-faktor ini menghasilkan yang paling baik
c. Tempatkan ide-ide hasil brain storming pada tulang-tulang utama yang paling
sesuai
d. Untuk masing-masing sebab, tanyakan “mengapa hal tersebut dapat terjadi?” dan
catat jawaban dalam sub tulang atau sub-sub tulang
4. Cari sebab-sebab yang muncul berulang. Data mungkin diperlukan untuk
menidentifikasikannya
5. Diskusikan masing-masing sebab yang terdaftar, seperti yang diinginkan oleh tim.
Manfaatkan keahlian tim terus pertanyaan “mengapa” untuk mengidentifikasikan
sebab yang paling mendasar.
6. Capailah kesepakatan tim, misalnya mengenai sebab-sebab yang berhak mendapatkan
perhatian lebih. Fokuskan pada proses yang memerlukan pengetahuan dan pemahaman
lebih ini, dengan maksud menghilangkan atau mengurangi penyebab-penyebab yang
jelas dalam pengaruh dalam permasalahan tersebut.
39
7. Perbaharui terus diagram sebab akibat tersebut setiap kali terdapatkan masukan-
masukan baru. Ini adalah dukumen kerja yang menjelaskan “otak” dari tim kedalam
lembaran kertas.