2009-1-00381-MNTI Bab 2

download 2009-1-00381-MNTI Bab 2

of 31

Transcript of 2009-1-00381-MNTI Bab 2

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    1/31

    11

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Peramalan

    2.1.1 Definisi Peramalan

    Peramalan adalah prediksi, proyeksi, atau perkiraan yang akan terjadi di masa

    depan. Karena masa depan itu tidak bisa dipastikan, dibutuhkan beberapa sistem

     peramalan baik implisit maupun eksplisit. Tujuannya adalah untuk menggunakan

    informasi yang ada sekarang ini sebagai arahan aktifitas di masa depan untuk mencapai

    tujuan organisasi. (Tersine et al. 1994, p35)

    Peramalan ( forecasting) merupakan nilai-nilai sebuah peubah kepada nilai yang

    diketahui dari peubah tersebut atau peubah yang berhubungan. Meramal juga dapat

    didasarkan pada keahlian penilaian, yang pada gilirannya didasarkan pada data historis

    dan pengalaman. (Makridakis et al. 1999,p519)

    6 faktor utama yang dapat diidentifikasikan sebagai teknik dan metode

     peramalan, yaitu:

    1.  Horison waktu (time horizon). Ada dua aspek dari horizon waktu yang

     berhubungan dengan masing-masing metode peramalan. Pertama adalah cakupan

    waktu dimasa yang akan dating, untuk mana perbedaan dari metode peramalan

    yang digunakan sebaiknya disesuaikan. Aspek kedua adalah jumlah periode

    untuk mana ramalan diinginkan. Beberapa teknik dan metode hanya dapat sesuai

    untuk peramalan satu atau dua periode di muka, sedangkan teknik dan metode

    lain dapat dipergunakan untuk peramalan beberapa periode di masa depan.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    2/31

    12

    2.  Pola dari data. Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa

    macam dari pola yang didapati di dalam data yang diramalkan akan

     berkelanjutan. Sebagai contoh, beberapa deret yang melukiskan suatu pola

    musiman, demikian pula halnya dengan suatu pola trend. MJetode peramalan

    yang lain mungkin lebih sederhana, terdiri dari suatu nilai rata-rata, dengan

    fluktuasi yang acakan atau random  yang terkandung. oleh karena adanya

     perbedaan kemampuan metode peramalan untuk mengidentifikasi pola-pola data,

    maka perlu adanya usaha penyesuaian antara pola data yang telah diperkirakan

    terlebih dahulu dengan teknik dan metode peramalan yang akan digunakan.

    3.  Jenis dari model. Sebagai tambahan perlu diperhatikan anggapan beberapa pola

    dasar yang penting dalam data. Banyak metode peramalan telah menganggap

    adanya beberapa model dari keadaan yang diramalkan. Model-model ini

    merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur yang penting

    untuk menentukan perubahan-perubahan dalam pola, yang mungkin secara

    sistematik dapat dijelaskan dengan analisa regresi atau korelasi. Model yang lain

    adalah model sebab akibat atau “causal model”, yang menggambarkan bahwa

    ramalan yang dilakukan sangat tergantung pada terjadinya sejumlah peristiwa

    yang lain, atau sifatnya merupakan campuran dari model-model yang telah

    disebutkan diatas. Model-model tersebut sangat penting diperhatikan, karena

    masing-masing model tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

    analisa keadaan untuk pengambilan keputusan.

    4.  Biaya. Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu

     produser ramalan, yaitu biaya-biaya pengembangan, penyimpanan (storage) data,

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    3/31

    13

    operasi pelaksanaan dan kesempatan dalam penggunaan teknik-teknik dan

    metode lainnya. Adanya perbedaan yang nyata dalam jumlah biaya, mempunyai

     pengaruh atas dapat menarik tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu

    keadaan yang dihadapi. 

    5.  Ketepatan (accuracy). Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat

    hubungannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan.

    untuk beberapa pengambilan keputusan mengharapkan variasi atau

     penyimpangan atas ramalan yang dilakukan antara 10% sampai dengan 15% bagi

    maksud-maksud yang mereka harapkan, sedangkan untuk hal atau kasus lain

    mungkin menganggap bahwa adanya variasi atau penyimpangan atas ramalan

    sebesar 5% adalah cukup berbahaya.

    6.  Mudah tidaknya penggunaan atau aplikasinya. Satu prinsip umum dalam

     penggunaan metode ilmiah dari peramalan untuk manajemen dan analisis adalah

    metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan yang akan

    dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa. Prinsip ini didasarkan

     pada alasan bahwa, bila seorang manager atau analis bertanggung jawab atas

    keputusan yang diambilnya atau hasil analisa yang dilakukan, maka ia sudah

    tentu tidak menggunakan dasar yang tidak diketahuinya atau tidak diyakininya.

     jadi, sebagai ciri tambahan dari teknik dan metode peramalan adalah bahwa yang

    diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari keadaan ialah teknik dan metode

     peramalan yang disesuaikan dengan kemampuan dari manager atau analis yang

    akan menggunakan metode ramalan tersebut.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    4/31

    14

    2.1.2 Tahapan Dalam Melakukan Peramalan

    Ada 8 tahap dalam melakukan peramalan : (Render et al. 2006, p150)

    1) 

    Menentukan penggunaan dari peramalan tersebut – tujuan apakah yang

    ingin dicapai?

    2)  Memilih items atau kuantitas yang akan diramalkan.

    3)  Menentukan horison waktu dari peramalan – apakah 1 sampai 30 hari

    (jangka pendek), 1 bulan sampai 1 tahun (jangka menengah), atau lebih

    dari 1 tahun (jangka panjang) ?

    4) 

    Memilih metode peramalan.

    5)  Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat ramalan.

    6)  Menentukan metode peramalan yang tepat.

    7)  Membuat peramalan.

    8)  Mengimplementasikan hasil dari peramalan.

    Tahap-tahap diatas merepresentasikan sebuah cara sistematik untuk mengawali,

    merancang, dan mengimplementasikan sebuah sistem peramalan. Ketika sistem

     peramalan tersebut digunakan untuk meramalkan secara berkala, data juga harus

    dikumpulkan secara rutin, dan perhitungan yang dibutuhkan atau prosedur yang

     biasanya dilakukan untuk membuat peramalan dapat secara otomatis dijalankan.

    2.1.3 Time Series Analysis 

    2.1.3.1 Pola-Pola Umum Deret Waktu

    Menurut Render (2006, p156) analisis time series berarti membedah data historis

    dalam komponen-komponen kemudian memproyeksikan data tersebut ke depan.  Time

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    5/31

    15

    series  biasanya mempunyai empat komponen: trend, seasonality, cycles dan random

    variation. 

    1. 

     Random variaton 

    Pola ini terjadi jika data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata secara acak

    tanpa membentuk pola yang jelas seperti pola musiman, trend ataupun

    siklus.

    2.  Trend  

    Pola data trend   menunjukkan pergerakan data secara lambat/bertahap

    yang cenderung meningkat atau menurun dalam jangka waktu yang

     panjang. Pola data trend   terdiri dari beberapa tipe, seperti:  Linear   trend ,

    S -Curve  Trend   atau Growth  curve,  Asymptotic  trend   dan  Exponential 

    trend .

    3.  Seasonality

    Pola data musiman terbentuk jika sekumpulan data dipengaruhi faktor

    musiman, seperti cuaca dan liburan. Dengan kata lain pola yang sama

    akan terbentuk pada jangka waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan,

    atau kuartalan/perempat tahunan).

    Pada dasarnya pola musiman yang umum terjadi dibedakan menjadi dua

    model yaitu, additive seasonality dan multiplicative seasonality.

    4. 

    Cycles 

    Pola data siklis terjadi jika variasi data bergelombang pada durasi lebih

    dari satu tahun. Data cenderung berulang setiap dua tahun, tiga tahun,

    atau lebih. Fluktuasi siklis biasanya dipengaruhi oleh faktor politik,

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    6/31

    16

     perubahan ekonomi (ekspansi atau kontraksi) yang dikenal dengan siklus

    usaha (business cycle).

    2.3.1.2 Autocorrelation Analysis 

    “ Autocorrelation is the correlation between a variable lagged one or more

     periods and itself.” (Hanke et al. 2005 p60)

    Autokorelasi merupakan korelasi antara variabel satu atau lebih periode

    terdahulu dan variabel itu sendiri. Persamaan 3.1 mengandung rumus untuk menghitung

    lag k koefisien korelasi (r k ) antara Y t  dan Yt-k , yang terpisah sebanyak k  periode.

    Dimana :

    r k  = koefisien autokorelasi untuk lag dari periode k  

    = rata-rata dari data

    Y t  = observasi di periode t  

    Y t-k  = observasi periode k sebelumnya atau periode t-k

    Jika suatu data merupakan data random  maka autokorelasi antara Y t   dan Y t-k  

    untuk setiap lag dari k   mendekati nol. Jika suata data merupakan data trend   maka

    koefisien autokorelasi secara tipikal sangat berbeda dari nol pada beberapa lag awal dan

    secara perlahan menurun seiring dengan penambahan lag. Jika data tersebut mempunyai

     pola musiman, maka akan terdapat sebuah pola yang akan terus berulang setiap sekian

    interval waktu dan juga lag awal tidak mendekati nol.

    2.1.4 Metode Peramalan

    k = 0, 1, 2,... (3.1)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    7/31

    17

    Tabel 2.1 menunjukkan beberapa teknik peramalan yang dapat digunakan

     berdasarkan pola datanya. 

    Tabel 2.1 Berbagai Metode PeramalanPola Data MetodeStationary Naive Methods

    Simple Averaging Methods

     Moving Averages

     Autoregressive Moving Average (ARIMA) models / Box-Jenkins Methods

    Trend Holt's Linear Exponential Smoothing

    Simple Regression

    Growth Curves

     Exponential models

     Autoregressive Moving Average (ARIMA) models / Box-Jenkins Methods

    Seasonal Classical Decomposition

    Censux X-12Winter's Exponential Smoothing

     Multiple Regression

     Autoregressive Moving Average (ARIMA) models / Box-Jenkins Methods

    Cyclical Classical Decomposition

     Economic Indicators

     Econometric models

     Multiple Regression

     Autoregressive Moving Average (ARIMA) models / Box-Jenkins Methods

    Sumber: Hanke (2005, p75-76)

    2.1.4.1 Exponential Smoothing 

     Exponential smoothing memberikan bobot secara eksponential kepada data yang

    diobservasi. Data yang paling baru mendapatkan bobot paling besar α (alpha) (dimana 0

    < α < 1), data sebelumnya mendapatkan bobot lebih sedikit α(1- α), dua data sebelumnya

    mendapatkan bobot lebih sedikit lagi α(1- α)2 dan seterusnya.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    8/31

    18

    Dimana :

    = ramalan baru

    α = konstanta pemulusan

    Yt = data aktual

    = data hasil pemulusan pada periode t  

    2.1.4.2 Holt’s Exponential Smoothing 

    Metode ini menggunakan koefisien pemulusan kedua. Sama seperti α (alpha), β 

    (beta) juga memiliki nilai antara nol dan satu, untuk secara berbeda memuluskan trend .

    Beta digunakan untuk merata-ratakan trend   yang terdapat di persamaan. Hal ini

    mengeliminasi kesalahan yang muncuk karena faktor trend tidak dimuluskan.

    Model Holt’s dapat dilihat di persamaan 3.3 berikut:

    Lt = αYt + (1- α)(Lt-1 + Tt-1)

    Tt = β(Lt-Lt-1) + (1- β) Tt-1

    = Lt + pTt

    Dimana :

    Lt = nilai penghalusan yang baru

    (3.2)

    (3.3)

    (3.4)

    (3.5)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    9/31

    19

    α = konstanta pemulusan tingkat

    Yt = data aktual pada periode t  

    β = konstanta pemulusan trend  

    Tt = estimasi trend  

     p = periode yang akan diramalkan

    = peramalan untuk periode p

    2.1.4.3 Winters’ Exponential Smoothing

    Sama seperti metode Holt’s, metode Winters menambahkan konstanta γ (gamma)

    untuk menghitung pola data musiman. Metode winters dapat dilihat pada persamaan 3.6.

    Lt = α  + (1- α)(Lt-1 + Tt-1)

    Tt = β(Lt – Lt-1) + (1- β) Tt-1 

    St = γ  + (1- γ)St-s 

    = (Lt + pTt)St-s+p 

    Dimana :

    Lt = nilai penghalusan yang baru

    α = konstanta pemulusan tingkat

    Yt = data aktual pada periode t  

    β = konstanta pemulusan trend  

    Tt = estimasi trend

    γ = konstanta pemulusan musiman

    St = estimasi musiman

    (3.6)

    (3.7)

    (3.8)

    (3.9)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    10/31

    20

     p = periode yang akan diramalkan

    = peramalan untuk periode p

    2.1.4.4 Decomposition Methods

    Metode dekomposisi memisahkan tiga komponen (trend, musiman, siklus) dari

     pola dasar yang cenderung mencirikan deret data. Metode komposisi menggunakan

    asumsi bahwa data yang ada merupakan gabungan dari 3 komponen tersebut dengan

    error .

    Data = pola + error  

    = f (trend, siklus, musiman) + error  

    Bentuk dekomposisi klasik dapat dilihat pada persamaan 3.10

    Yt = f(It, Tt, Ct, Et)

    Dimana :

    Yt = data aktual pada periode t

    It = indeks musiman pada periode t  

    Tt = Komponen trend  pada periode t  

    Ct = komponen siklus pada periode t

    Et = Komponen error  pada periode t  

    Dekomposisi model additive dapat dilihat di persamaan 3.11

    Yt = It + Tt + Ct + Et 

    Untuk penyelesaian persamaan 3.1 dapat digunakan langkah-langkah sebagai

     berikut:

    (3.10)

    (3.11)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    11/31

    21

    1.  Pada data aktual (Yt) hitung rata-rata bergerak yang mempunyai panjang ( p)

    sama dengan panjang musiman (misalnya 12 bulan, 4 kuartal atau 7 hari).

    tujuannya adalah untuk mendapatkan dugaan dari pengaruh trend   dan siklus.

    Dengan begitu maka akan mendapatkan persamaan 3.12

    Mt = Tt + Ct 

    2.  Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), maka kurangkan persamaan 3.11

    terhadap fungsi 3.12.

    (Yt - Mt) = It + Et 

    3. 

    Identifikasi pengaruh trend   yang sesuai dengan data dengan menggunakan

    metode kuadrat terkecil dan regresi, maka akan diperoleh Tt.

    4.  Pengaruh siklus diperoleh dari selisih persamaan 3.13 terhadap Tt 

    (Mt - Tt) = Ct 

    5.  Untuk peramalan maka akan didapat:

    t = T

    t+ I

    t + C

    6.   Nilai residual yang didapatkan dari selisih antara data aktual pada periode t

    dengan data hasil peramalan pada periode t  dapat digunakan untuk mengetahui

    ketepatan peramalan.

    Dekomposisi model multiplicative dapat dilihat di persamaan 3.16

    Yt = It x Tt x Ct x Et

    Untuk penyelesaian persamaan 3.1 dapat digunakan langkah-langkah sebagai

     berikut:

    (3.16)

    (3.12)

    (3.13)

    (3.14)

    (3.15)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    12/31

    22

    1.  Pada data aktual (Yt) hitung rata-rata bergerak yang mempunyai panjang ( p)

    sama dengan panjang musiman (misalnya 12 bulan, 4 kuartal atau 7 hari).

    tujuannya adalah untuk mendapatkan dugaan dari pengaruh trend   dan siklus.

    Dengan begitu maka akan mendapatkan persamaan 3.17

    Mt = Tt x Ct 

    2.  Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), maka persamaan 3.16 dibagi dengan

    fungsi 3.17.

    (Yt / Mt) = It x Et 

    3. 

    Identifikasi pengaruh trend   yang sesuai dengan data dengan menggunakan

    metode kuadrat terkecil dan regresi, maka akan diperoleh Tt.

    4.  Pengaruh siklus diperoleh dari selisih persamaan 3.18 terhadap Tt 

    (Mt / Tt) = Ct 

    5.  Untuk peramalan maka akan didapat:

    t = T

    tx I

    t x C

     Nilai residual yang didapatkan dari selisih antara data aktual pada periode t

    dengan data hasil peramalan pada periode t  dapat digunakan untuk mengetahui ketepatan

     peramalan.

    2.1.5 Uji Ketepatan Ramalan

    Tidak ada metode peramalan yang sempurna di setiap kodisi. Bahkan ketika

    manajemen menemukan pendekatan yang memuaskan, permalan tersebut masih tetap

    harus terus dimonitori dan dikendalikan untuk memastikan kesalahan peramalan tidak

    terlalu tinggi. (Render 2006, p178).

    (3.17)

    (3.18)

    (3.19)

    (3.20)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    13/31

    23

    Ukuran akurasi peramalan menurut selain berdasarkan pola data, pemilihan

    teknik peramalan dapat juga didasarkan pada ukuran lainnya, yaitu error (E atau e) yang

    didapatkan dari selisih nilai dari data aktual dengan nilai ramalannya untuk tiap periode.

    Beberapa teknik mengukur kesalahan peramalan ditunjukkan pada tabel 3.2.

    Tabel 2.2 Teknik Pengujian Kesalahan Peramalan

    Teknik Rumus

     Mean absolute deviation (MAD)

     Mean squared error (MSE)

    Standard deviation of regression (S r )

     Mean absolute percent error (MAPE)

     Mean error (ME)

     Mean percent error (MPE)

    Tracking Signal (TS)

    Sumber: Tersine (1994, p42)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    14/31

    24

    MAPE merupakan ukuran ketepatan relatif yang digunakan untuk mengetahui

     persentase penyimpangan hasil peramalan. MAPE ini yang akan menentukan apakah

    metode peramalan yang dipilih ini sudah tepat atau belum. Semakin kecil nilai MAPE,

    maka peramalan tersebut semakin akurat. Tracking signal menghitung kesalahan dari

     peramalan dan menentukan batasnya kesalahannya.

    2.2 Persediaan

    Pengelolaan persediaan adalah masalah yang biasa dihadapi oleh setiap

     perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Tanpa adanya

     persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada

    suatu waktu tidak akan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Hal ini mungkin terjadi

    karena tidak selamanya barang atau jasa tersedia setiap saat, yang berarti pula bahwa

     pengusaha akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang seharusnya

    didapatkan.

    Persediaan (inventory) digunakan untuk mengidentifikasikan barang yang

    disimpan untuk kemudian dijual, digunakan atau ditransformasikan. (Tersine et al. 1994

     p3)

    2.2.1 Jenis-jenis persediaan

    Menurut Yamit (1999, p216) ada beberapa jenis persediaan, setiap jenis

     persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri. Menurut jenisnya, persediaan

    dapat dibedakan atas:

    1.  Persediaan bahan baku (raw materials) 

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    15/31

    25

    Yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.

    Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier  

    dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi

    selanjutnya.

    2.  Persediaan komponen – komponen rakitan (purchased part/components) 

    Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

    diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi satu

     produk.

    3. 

    Persediaan bahan pembantu atau penolong (suplly) 

    Yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak

    merupakan bagian atau komponen-komponen barang jadi.

    4.  Persediaan barang dalam proses (work in process) 

    Yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian

    dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu

    diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

    5.  Persediaan barang jadi (finished goods) 

    Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik

    dan siap untuk dijual atau dikirimkan kepada konsumen.

    2.2.2 Jenis-Jenis Biaya Persediaan

    Menurut Tersine (1994, p13) tujuan dari manajemen persediaan adalah untuk

    mempunyai jumlah barang yang cukup di tempat yang tepat, di waktu yang tepat, dan

    dengan biaya yang rendah. Biaya persediaan berhubungan dengan operasi dari sistem

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    16/31

    26

     persediaan yang merupakan hasil dari perbuatan maupun kelalaian dalam menerapkan

    sistem tersebut. Biaya persediaan merupakan  parameter  dasar ekonomi di setiap model

     pengambilan keputusan persediaan. Berikut ini merupakan biaya-biaya persediaan:

    1.  Biaya pembelian ( purchase cost) 

    Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya

     produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan.

    2.  Biaya pemesanan (order/setup cost) 

    Biaya yang berasal dari dari pembelian pesanan dari supplier  atau biaya persiapan

    (setup cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. 

    3.  Biaya penyimpanan (holding cost) 

    Biasa disebut juga carrying cost , biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam

     persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan

     persediaan.

    4.  Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) 

    Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari

    luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan

    konsumen tidak dapat dipenuhi, sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila

    departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain.

    2.2.3 Tujuan Adanya Persediaan

    Menurut Render (2006, p191-192) ada lima tujuan penggunaan persediaan, yaitu:

    1.  Fungsi utamanya adalah untuk mendukung proses produksi dalam organisasi.

    2.  Sebagai persediaan sumber daya.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    17/31

    27

    3.  Jika persediaan dan permintaan tidak konsisten, maka dengan menyediakan

     persediaan maka kemungkinan kehilangan penjualan akan berkurang.

    4. 

    Untuk mendapatkan potongan harga karena membeli banyak.

    5.  Untuk menghindari kekurangan dan kehabisan persediaan.

    2.2.4  Economic Order Quantity (EOQ)

     Economic Order Quantity adalah jumlah pemesanan yang dapat meminimalkan

    total biaya persediaan. (Tersine et al. 1994 p.92)

    2.2.4.1 Asumsi-Asumsi EOQ Klasik

    EOQ klasik mempunyai asumsi-asumsi sebagai berikut: (Tersine 1994, p95)

    •  Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus menerus.

    • 

    Tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap. 

    •  Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, artinya setelah kebutuhan dan

    tenggang waktu dapat ditentukan dengan pasti berarti kekurangan persediaan dapat

    dihindari. 

    •  Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan. 

    •  Struktur biaya tidak berubah. Biaya pemesanan atau persiapan sama tanpa

    memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpan sesuai dengan fungsi linear

    terhadap rata-rata persediaan, dan harga beli atau biaya pembelian per unit tidak

    mendapatkan potongan harga. 

    •  Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.  

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    18/31

    28

    •  Pembelian hanya satu jenis item.

    2.2.4.2 Persamaan EOQ

    Dengan menggunakan variabel-variabel di bawah ini, maka dapat ditentukan

     biaya pemesanan dan penyimpanan, sehingga didapatkan nilai Q*:

    Q = Jumlah barang setiap pemesanan

    Q* = Jumlah optimal barang per pemesanan (EOQ)

    R = Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit

    C = Biaya pesanan atau pemesanan untuk setiap pesanan

    H = Biaya penahanan atau penyimpanan per unit per tahun

    2.2.4.3 Reorder Point

    Setelah mengetahui jumlah yang harus dipesan, yang harus diperhatikan

    sekarang adalah waktu yang tepat untuk memesan. Waktu yang ada antara memesan dan

    mendapatkan persediaan disebut dengan tenggang waktu ( Lead Time). Persediaan harus

    dapat memenuhi permintaan pada waktu tersebut. Persamaan 3.22 adalah untuk

    mengetahui titik pemesanan kembali ( Reorder Point).

    ROP = (demand per day) x (lead time)

    = d x L

    Dimana :

    d = permintaan per hari

    L = tenggang waktu

    (3.21)

    (3.22)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    19/31

    29

    2.2.4.4 Safety Stock

    Rumus EOQ yang sederhana tidak memperkirakan ketidakpastian dalam

     permintaan. Setiap kali pesanan dilakukan, ketidakpastian tersebut mengandung resiko

    kehabisan persediaan sebelum persediaan yang dipesan tiba. Untuk mengurangi

    kehabisan persediaan pada waktu tersebut, persediaan tambahan dapat disimpan untuk

    mengantisipasi permintaan pada waktu lead time. (Fitzsimmons 2006 p.529)

    Safety stocks  merupakan persediaan tambahan yang ada di gudang sebagai

    cadangan untuk mengatasi kekurangan persediaan karena permintaan yang berfluktuasi.

    (Tersine et al. 1994, p206)

    Gambar 2.1 menunjukkan posisi safety stock  dalam persediaan.

    Gambar 2.1 Safety Stock  

    Sumber: Tersine (1994, p206)

    Rumus safety stocks dapat dilihat pada persamaan 3.23

    ROP = d x L + SS

    Dimana :

    (3.23)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    20/31

    30

    SS = Safety stock  

    Untuk menentukan seberapa besar safety stock   bergantung kepada apakah data

     biaya tersedia atau tidak. Tujuannya adalah untuk menimalkan biaya total termasuk

     biaya akibat kurangnya persediaan. Jika data tidak tersedia, maka penting untuk

    menentukan service level.

    Umumnya, biaya akibat kekurangan persediaan menyangkut semua biaya yang

    muncul secara langsung maupun tidak langsung akibat kurangnya persediaan, misalnya

     biaya karena kehilangan pelangan, biaya backordering.

    Pendekatan lain untuk menentukan tingkat safety stock adalah dengan

    menentukan service level. Service level merupakan persentase dari waktu dimana

     perusahaan tidak akan kekurangan persediaan. Hubungannya dapat dilihat pada

     persamaan 3.24

    Service level = 1 – kemungkinan kekurangan persediaan

    Untuk tingkat service level dapat dilihat pada tabel 2.3

    Tabel 2.3 Tabel Service Level (distribusi normal)

    Service Level Service Factor Service Level Service Factor

    50.00% 0.00 90.00% 1.28

    55.00% 0.13 91.00% 1.34

    60.00% 0.25 92.00% 1.41

    65.00% 0.39 93.00% 1.48

    70.00% 0.52 94.00% 1.55

    75.00% 0.67 95.00% 1.64

    80.00% 0.84 96.00% 1.75

    81.00% 0.88 97.00% 1.88

    82.00% 0.92 98.00% 2.05

    83.00% 0.95 99.00% 2.33

    84.00% 0.99 99.50% 2.58

    85.00% 1.04 99.60% 2.65

    86.00% 1.08 99.70% 2.75

    87.00% 1.13 99.80% 2.88

    (3.24)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    21/31

    31

    88.00% 1.17 99.90% 3.09

    89.00% 1.23 99.99% 3.72

    Sumber : http://www.inventoryops.com/safety_stock.htm

    Dimana:

    Z = Service Factor  

    X = Mean dari permintaan + safety stock  

    = Standar deviasi

    = Mean dari permintaan

    2.3 Manajemen Strategis

    2.3.1 Tipe-tipe Strategi

    Menurut Rangkuti (2006, p6) strategi dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe

    strategi yaitu:

    1.  Strategi Manajemen

    Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen

    dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. misalnya, strategi

     pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

    2.  Strategi Investasi

    (3.25)

    (3.26)

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    22/31

    32

    Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya,

    apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau

     berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi

     pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diversifikasi dan

    sebagainya.

    3.  Strategi Bisnis

    Strategi bisnis sering disebut strategi bisnis fungsional karena strategi ini

     berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi

     pemasaran, strategi produksi atau profesional, strategi distribusi, strategi

    organisasi dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

    2.3.2 Pengertian Manajemen Strategis

    “Strategic management is that set of managerial decisions and actions that

    determines the long-run performance of a corporation. It includes environmental

    scanning (both external and internal), strategy formulation (strategic or long-range

     planing), strategy implementation, and evaluation and control.” (Wheelen et al. 2008,

     p3)

    Manajemen strategis adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang

    menentukan kinerja sebuah perusahaan. Manajemen strategi mencakup pengamatan

    lingkungan (baik eksternal maupun internal), formulasi strategi (strategi maupun

    rencana jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta kontrol.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    23/31

    33

    “Strategic management can be define as the art and science of formulating,

    implementing, and evaluating cross-functional decision that enable an organization to

    achieve its objectives.” (David et al. 2007, p5)

    Manajemen strategis merupakan aliran dari keputusan-keputusan dan tindakan

    yang berakhir pada perngembangan dari strategi yang efektif atau strategi yang

    membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya. (Jauch 1988, p5)

    Manajemen strategis dapat didefiniskan sebagai seni dan ilmu dari

    memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas

    fungsional yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.

    2.3.3 Proses Manajemen Strategis

    Proses manajemen strategis dapat dipelajari dan diaplikasikan dengan

    menggunakan model. Setiap model merepresentasikan suatu proses. Gambar 2.2

    menunjukkan suatu model proses yang telah banyak digunakan, model dari proses

    manajemen strategis yang meliputi banyak hal.

    Tiga tahapan dalam proses manajemen strategis tersebut adalah:

    1.  Perumusan Strategi

    Karena keterbatasan sumber daya, maka perusahaan harus memilih

    langkah strategis yang akan menghasilkan keuntungan dan manfaat yang

     paling besar. Perumusan strategi adalah kombinasi dari orientasi terhadap

     perspektif masa depan dengan kondisi eksternal dan internal perusahaan

    sekarang ini.

    2.  Pelaksanaan Strategi

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    24/31

    34

    Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari perumusan strategi yang

    telah diterapkan sebelumnya. Tantangan yang dihadapi adalah

    menstimulasi pihak manajemen untuk bekerja dengan baik dan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    3.  Evaluasi Strategi

    Di tahap ini, perusahaan mengevaluasi kembali apakah faktor-faktor

    eksternal dan internal masih bisa dijadikan acuan untuk

    memformulasikan strategi, mengukur kinerja perusahaan, dan

    mengevaluasi dan mengkoreksi tindakan yang dijalankan.

    Gambar 2.2 Proses Manjemen Strategis

    Sumber: David, Fred R (2007, p15)

    2.3.4 Analisis Lingkungan Perusahaan

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    25/31

    35

    2.3.4.1 Matriks Evaluasi Lingkungan Eksternal (EFE)

    Menurut David (2007, p104) dengan melakukan audit atau analisis lingkungan

    eksternal dapat diidentifikasi peluang dan ancaman. Jika peluang dan ancaman

    teridentifikasi maka dapat dirumuskan strategi yang akan memanfaatkan peluang yang

    ada dan menghindari atau jika tidak dapat dihindari diminimalisir ancaman-ancaman

    yang dihadapi perusahaan. Kekuatan-kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima

    kategori, yaitu:

    1.  Kekuatan ekonomi.

    2. 

    Kekuatan sosial budaya, demografi, dan lingkungan.

    3.  Kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum.

    4.  Kekuatan teknologi.

    5.  Kekuatan persaingan.

    Tabel 2.4 menunjukkan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE). Berikut tahapan

     penentuan faktor eksternal:

    1. 

    Susunlah dalam kolom peluang dan ancaman

    2.  Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 1. Mulai dari 0.0 (tidak penting)

    hingga 1.0 (sangat penting).

    3.  Berikan peringkar 1 sampai 4 pada masing-masing faktor eksternal kunci untuk

    menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan memberikan respon terhadap

    faktor tersebut saat itu. Dimana 4 = respon luar biasa, 3 = respon di atas rata-rata, 2

    = respon biasa saja, 1 = respon jelek.

    4.  Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menetukan nilai yang dibobot.

    5.  Jumlahkan nilai yang dibobot tersebut untuk mendapatkan nilai total bobot untuk

    organisasi.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    26/31

    36

    Tabel 2.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal 

    Faktor-Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Nilai yang dibobot

    Peluang

    Peluang 1 1,2,3, atau 4

    Peluang 2 1,2,3, atau 4Peluang 3 1,2,3, atau 4

    Peluang 4 1,2,3, atau 4

    Ancaman

    Ancaman 1 1,2,3, atau 4

    Ancaman 2 1,2,3, atau 4

    Ancaman 3 1,2,3, atau 4

    Ancaman 4 1,2,3, atau 4

    Jumlah 1.0 Minimal 1,0

    Maksimal 4,0

    Sumber: David, Fred R (2007, p105)

    2.3.4.2 Matriks Profil Persaingan

    Menurut David (2007, p105) matriks ini digunakan untuk mengidentifikasi

    kompetitor utama perusahaan, kekuatan dan kelemahannya dibandingkan dengan posisi

    strategis perusahaan. Tabel 2.5 menunjukkan matriks profil persaingan.

    Tabel 2.5 Matriks Profil Persaingan

    Perusahaan A Perusahaan B

    Faktor Penentu Keberhasilan Bobot Peringkat Nilai Peringkat NilaiFaktor 1

    Faktor 2

    Faktor 3

    Faktor 4

    Faktor 5

    Faktor 6

    Jumlah

    Sumber: David, Fred R (2007, p106)

    2.3.4.3 Matriks Evaluasi Lingkungan Internal (IFE)

    Menurut David (2007, p151) Alat formulasi strategi ini merangkum dan

    mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama perusahaan di arean fungsional suatu

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    27/31

    37

     bisnis, dan juga mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar area tersebut. Tabel

    2.6 menunjukkan matriks evaluasi faktor eksternal

    Berikut tahapan penentuan faktor internal:

    1.  Susunlah kunci faktor internal (kekuatan dan kelemahan) pada kolom satu.

    2.  Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 1. Mulai dari 0.0 (tidak penting)

    hingga 1.0 (sangat penting) dengan total jumlah 1.0.

    3.  Berikan peringkar 1 sampai 4 pada masing-masing faktor eksternal kunci untuk

    menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan memberikan respon terhadap

    faktor tersebut saat itu. Dimana 4 = kekuatan besar, 3 = kekuatan kecil, 2 =

    kelemahan kecil, 1 = kelemahan besar.

    4.  Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menetukan nilai yang dibobot.

    5.  Jumlahkan nilai yang dibobot tersebut untuk mendapatkan nilai total bobot untuk

    organisasi.

    Tabel 2.6 Matriks Evaluasi Faktor Internal

    Faktor-Faktor Internal Kunci Bobot Peringkat Nilai yang dibobot

    Peluang

    Kekuatan 1 4 atau 3

    Kekuatan 2 4 atau 3

    Kekuatan 3 4 atau 3

    Kekuatan 4 4 atau 3

    Ancaman

    Kelemahan 1 1 atau 2

    Kelemahan 2 1 atau 2

    Kelemahan 3 1 atau 2

    Kelemahan 4 1 atau 2Jumlah 1.0 Minimal 1,0

    Maksimal 4,0

    Sumber: David, Fred R (2007, p153)

    2.3.5 Pilihan dan Analisis Strategi

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    28/31

    38

    2.3.5.1 Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)

    Menurut David (2007, p215) matriks SWOT (gambar 2.3) merupakan matriks

     pencocokan yang penting yang membantu manajer untuk mengembangkan empat tipe

    strategi yaitu:

    1.  Strategi SO (Strengths-Opportunities)  

    Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mendapatkan

    keunggulan dari peluang diluar perusahaan.

    2.  Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)  

    Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan dengan

    memanfaatkan keunggulan dari peluang diluar perusahaan.

    3.  Strategi ST (Strengths-Threats) 

    Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi

    dampak dari ancaman dari luar perusahaan.

    4.  Strategi WT (Weaknesses-Threats) 

    Strategi ini merupakan taktik bertahan yang ditujukan untuk memperkecil

    kelemahan internal dan menghindari ancaman dari luar perusahaan.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    29/31

    39

    Gambar 2.3 Matriks SWOT

    Sumber: David, Fred R (2007, p216)

    2.3.5.2 Matrix Internal-External (IE)

    Matriks internal eksternal menempatkan berbagai divisi ke dalam sembilan sel

    seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi

    utama yaitu nilai total IFE pada sumbu X dan EFE pada sumbu Y. Matriks IE dapat

    dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda.

    Pertama, divisi yang termasuk dalam sel I, II, IV disebut tumbuh dan membangun.

    Strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembagan produk) atau

    integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horisontal) mungkin

    merupakan strategi yang paling tepat untuk divisi-divisi tersebut. Kedua, divisi yang

    termasuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan baik dengan menggunakan

    strategi mempertahankan dan mengatur; penetrasi pasar dan pengembangan produk

    merupakan strategi umum untuk divisi tersebut. Untuk divisi yang terdapat di sel VI,

    VIII, atau IX, paling tepat dikelola dengan strategi panen atau divestasi.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    30/31

    40

    Gambar 2.4 Matriks Internal EksternalSumber: David, Fred R (2007, p229)

    2.3.5.3 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

    Matriks perencanaan strategis kuantitatif atau QSPM merupakan suatu teknik

    analisis yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang

    tersedia. Matriks ini secara objektif menunjukkan alternatif strategi yang paling baik.

    Kolom pertama matriks QSPM terdiri dari faktor-faktor eksternal dan internal (dari EFE

    dan IFE), baris paling atas terdiri dari strategi-strategi alternatif yang tersedia. Strategi

    dapat diambil dari matriks SWOT, matriks SPACE, matriks BCG, matriks IE dan

    matriks Grand Strategy. Tidak semua strategi yang tersedia harus dinilai dalam QSPM.

    Langkah-langkah menyusun matriks QSPM:

    1.  Buatlah daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal di

    kolom kiri dari QSPM.

    2.  Berikanlah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal tersebut.

  • 8/17/2019 2009-1-00381-MNTI Bab 2

    31/31

    41

    3.  Periksalah matriks-matriksdi tahap 2, dan kenalilah strategi-strategi alternatif

    yang harus dipertimbangkan oleh organisasi untuk diimplementasikan.

    4. 

    Tentukanlah  Attractiveness Scores (AS), dimana 1= tidak tertarik, 2 = sedikit

    tertarik, 3 = cukup tertarik dan 4 = sangat tertarik.

    5.  Hitung Total Attractiveness Scores dengan cara mengalikan bobot dengan nilai

    AS.

    6.  Hitung Sum Total Attractivesess Score dengan cara menjumlahkan nilai TAS.

    Tabel 2.7 Matriks QSPM

    Alternatif StrategiStrategi 1 Strategi 2 Strategi 3

    Faktor-Faktor kunci Bobot AS TAS AS TAS AS TAS

    Kunci Faktor Eksternal

    Ekonomi

    Politik/Hukum/Pemerintah

    Sosial/Budaya/Demografi/Lingkungan

    Teknologi

    Kompetitif

    Kunci Faktor Internal

    Manajemen

    Pemasaran

    Keuangan

    Produksi/Operasi

     Research and Developnent

    Sistem Informasi Komputer

    Total TAS

    Sumber: David, Fred R (2007, p236)