Bab ii terbaru

16
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konsep dan Konsepsi Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik. Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat.

Transcript of Bab ii terbaru

Page 1: Bab ii terbaru

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep dan Konsepsi

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang

dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan

bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan

ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide

atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep

dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai

macam kharakteristik.

Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep

didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi

dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan

memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah

sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi,

obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu

konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat.

Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala

sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep

adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap

extensinya.

Sebelum siswa mempelajari suatu konsep, siswa sudah memiliki

konsepsi terhadap konsep yang akan dipelajari. Konsepsi tersebut terus

berkembang dari pengalaman belajar mereka sehari-hari dalam memahami

gejala atau fenomena alam, maupun dari pengalaman belajar mereka pada

jenjang pendidikan sebelumnya. Menurut Duit, konsepsi adalah representasi

mental mengenai ciri-ciri dunia luar atau domain-domain teoritik. Konsepsi

merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu obyek yang

diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran, sehingga

Page 2: Bab ii terbaru

sering diistilahkan konsepsi prapembelajaran. Konsepsi prapembelajaran dapat

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu prakonsepsi (preconception) dan

miskonsepsi (misconception). Prakonsepsi adalah konsepsi yang berdasarkan

pengalaman formal dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan miskonsepsi

adalah salah pemahaman yang disebabkan oleh pembelajaran sebelumnya dan

kesalahan yang berkaitan dengan prakonsepsi pada umumnya. Prakonsepsi ini

bersumber dari pikiran siswa sendiri atas pemahamannya yang masih terbatas

pada alam sekitarnya atau sumber-sumber lain yang dianggapnya lebih tahu

akan tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

B. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep merupakan konsep yang tidak sesuai

dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuwan pada

bidang yang bersangkutan. Novak, menyatakan bahwa prakonsepsi yang tidak

sesuai dengan konsepsi ilmiah disebut dengan miskonsepsi. Brown,

memandang miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan

mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan

konsepsi ilmiah. Fowler memandang miskonsepsi sebagai suatu pengertian

yang tidak akurat terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi

contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan

hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa

kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan

intuitif atau pandangan yang naif.

Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus menerus dapat

mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Pembelajaran yang tidak

memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan

bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka. Pandangan tradisional yang

menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran

guru ke pikiran siswa perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang

berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri siswa.

Secara khusus diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai

landasan pendidikan. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar lebih

Page 3: Bab ii terbaru

menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Pembelajaran diartikan

sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif

permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Pola pikir

pembelajaran pun perlu diubah dari sekedar memahami menuju pada

penerapan konsep dan prinsip keilmuwan. Dalam pilar-pilar pembelajaran dari

UNESCO, selain terjadi learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga

harus terjadi learning to do (kemampuan untuk berbuat). Pembelajaran

terfokus pada siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran,

pada saat munculnya miskonsepsi, guru menyajikan konflik kognitif sehingga

terjadi ketidakseimbangan (disekualibrasi) pada diri siswa. Konflik kognitif

yang disajikan guru, diharapkan dapat menyadarkan siswa atas kekeliruan

konsepsinya dan pada akhirnya mereka merekonstruksi konsepsinya menuju

konsepsi ilmiah.

Miskonsepsi yang dialami siswa secara umum bersifat resisten dalam

pembelajaran, sedangkan di sisi lain anak-anak memiliki penalaran formal

yang berbeda-beda.

C. Analisis sumber-sumber miskonsepsi

Suparno menjelaskan ada lima faktor yang merupakan penyebab

miskonsepsi pada siswa, yaitu : 1) siswa, 2) guru, 3) buku teks, 4) konteks, dan

5) metode mengajar.

1. Siswa

Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam 8

kategori, sebagai berikut:

Prakonsepsi atau konsep awal siswa. Banyak siswa sudah mempunyai

konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran di sekolah.

Prakonsepsi sering bersifat miskonsepsi karena penalaran seseorang

terhadap suatu fenomena berbeda-beda

Pemikiran asosiatif yaitu jenis pemikiran yang mengasosiasikan atau

menganggap suatu konsep selalu sama dengan konsep yang lain. Asosiasi

Page 4: Bab ii terbaru

siswa terhadap istilah yang ditemukan dalam pembelajaran dan

kehidupan sehari-hari sering menimbulkan salah penafsiran.

Pemikiran humanistik yaitu memandang semua benda dari pandangan

manusiawi. Tingkah laku benda dipahami sebagai tingkah laku makhluk

hidup, sehingga tidak cocok.

Reasoning atau penalaran yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang

tidak lengkap diperoleh dari informasi yang tidak lengkap pula.

Akibatnya siswa akan menarik kesimpulan yang salah dan menimbulkan

miskonsepsi.

Intuisi yang salah, yaitu suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara

spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu tanpa

penelitian secara obyektif dan rasional. Pola pikir intuitif sering dikenal

dengan pola pikir yang spontan.

Tahap perkembangan kognitif siswa. Secara umum, siswa yang dalam

proses perkembangan kognitif akan sulit memahami konsep yang

abstrak. Dalam hal ini, siswa baru belajar pada hal-hal yang konkrit yang

dapat dilihat dengan indera.

Kemampuan siswa. Siswa yang kurang mampu dalam mempelajari fisika

akan menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang

diajarkan. Secara umum, siswa yang tingkat matematika-logisnya tinggi

akan mengalami kesulitan memahami konsep fisika, terlebih konsep yang

abstrak.

Minat belajar. Siswa yang memiliki minat belajar fisika yang besar akan

sedikit mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa yang tidak berminat.

2. Guru

Guru yang tidak menguasai bahan atau tidak memahami konsep fisika

dengan benar juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi siswa. Guru

terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara sederhana

dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa. Kadang-kadang

guru mengutamakan penyampaian rumusan matematis sedangkan

penyampaian konsep fisisnya dikesampingkan. Pola pengajaran guru masih

Page 5: Bab ii terbaru

terpaku pada papan tulis, jarang melakukan eksperimen dan penyampaian

masalah yang menantang proses berpikir siswa. Miskonsepsi siswa akan

semakin kuat apabila guru bersikap otoriter dan menerapkan metode

ceramah dalam mengajar. Hal ini mengakibatkan interaksi yang terjadi

hanya satu arah, sehingga semakin besar peluang miskonsepsi guru

ditransfer langsung pada siswa.

Penyampaian informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang

diterima oleh siswa dalam proses belajar juga diduga sebagai penyebab

terjadinya miskonsepsi.

3. Buku Teks

Buku teks yang dapat mengakibatkan munculnya miskonsepsi siswa

adalah buku teks yang bahasanya sulit dimengerti dan penjelasannya tidak

benar. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar

dapat menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit menangkap isinya.

4. Konteks

Konteks yang dimaksud di sini adalah pengalaman, bahasa sehari-hari,

teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Bahasa sebagai sumber

prakonsepsi pertama sangat potensial mempengaruhi miskonsepsi, karena

bahasa mengandung banyak penafsiran.

5. Metode Mengajar

Metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari

akan dapat menimbulkan miskonsepsi. Guru yang hanya menggunakan satu

metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar peluang siswa

terjangkit miskonsepsi. Metode ceramah yang tidak memberikan

kesempatan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan

gagasannya sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi.

Penggunaan analogi yang tidak tepat juga merupakan salah satu penyebab

timbulnya miskonsepsi. Metode praktikum yang sangat membantu dalam

proses pemahaman, juga dapat menimbulkan miskonsepsi karena siswa

hanya dapat menangkap konsep dari data-data yang diperoleh selama

praktikum. Metode diskusi juga dapat berperan dalam menciptakan

Page 6: Bab ii terbaru

miskonsepsi. Bila dalam diskusi semua siswa mengalami miskonsepsi,

maka miskonsepsi mereka semakin diperkuat. Bahkan pemilihan strategi

pengajaran yang kurang tepat, misalnya penggunaan analogi yang kurang

tepat, dapat juga mengganggu proses berpikir siswa dan mendapat kesulitan

dalam memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari.

Miskonsepsi merupakan bagian dari pengetahuan yang dimiliki siswa

dan bertentangan dengan pelajaran berikutnya, sedemikian sehingga

informasi yang baru tidak bisa terintegrasi sewajarnya dan pemahaman

siswa kurang serta miskonsepsi terhadap konsep baru tak bisa diabaikan.

Pengetahuan siswa yang miskonsepsi mendorong guru untuk menemukan

pertanyaan dan permasalahan yang bisa menciptakan ketidakpuasan ke

dalam diri siswa terhadap pandangan yang mereka miliki. Dengan demikian

akan memunculkan pengenalan gagasan ke arah situasi yang berlawanan. Ini

mampu memodifikasi siswa ke arah pandangan yang baru, yang akhirnya

menuju ke perubahan konseptual dan pemahaman konseptual.

Miskonsepsi terbentuk secara alami dan tidak terelakkan bagian dari

proses belajar. Miskonsepsi sering di bawa siswa dari tingkat sekolah dasar

sampai ke perguruan tinggi. Miskonsepsi bisa berasal dari hasil pengajaran

guru yang hanya mengulangi buku catatan dan tidak mengadakan percobaan

dengan kuantitas pengamatan.

Analisis sumber-sumber miskonsepsi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong:

1. Perangkat pembelajaran

Penyusunan perangkat pembelajaran untuk mata pelajaran fisika

dan matematika yang tidak sejalan, dapat menyebabkan terjadinya

miskonsepsi pada siswa. Dimana untuk materi vektor. Untuk

menentukan posisi dari fungsi kecepatan, ditentukan dengan

mengintegralkan fungsi kecepatan tersebut. Pada materi fisika kelas XI

ini sudah dipelajari tentang pengintegralan sedangkan untuk materi

matematika tentang pengintegralan nanti akan diajarkan pada kelas XII.

Berdasarkan hal tersebut, guru fisika harus mengajarkan terlebih dahulu

Page 7: Bab ii terbaru

mengenai pengintegralan sebelum masuk pada materi vektor. Hal ini

menyebabkan jadwal yang telah disusun pada perangkat pembelajaran

akan rancuh.

Selain itu, terkadang pula perangkat pembelajaran (RPP) yang

telah disusun itu tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.

Misalnya saja kita telah mengalokasikan waktu untuk kegiatan awal 5

menit, kegiatan inti 35 menit dan kegiatan penutup 5 menit. Karena

terjadinya kegaduhan didalam kelas maka merubah apa yang telah kita

susun sebelumnya.

2. Siswa

Miskonsepsi dapat terjadi pada siswa, diakibatkan karena konsep

dasar atau konsep awal yang didapatkannya pada jenjang pendidikan

sebelumnya itu memang sudah salah.

Pada analisis miskonsepsi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong, kami

tidak menemukan adanya miskonsepsi untuk materi yang diajarkan

pada saat itu. Tapi ketika kami mewawancarai guru yang bersangkutan

beliau mengatakan bahwa untuk beberapa materi didapati peserta didik

mengalami miskonsepsi. Contoh, mereka mengatakan bahwa

berat=massa tapi pada kenyataannya berat merupakan massa yang

dipengaruhi oleh gravitasi (N) sedangkan massa merupakan banyaknya

zat yang terkandung dalam suatu materi (Kg).

3. Sumber Belajar

Jenis-jenis sumber belajar fisika yang digunakan di SMA Negeri 1

Tinggimoncong meliputi

Pemanfaatan internet

Kegiatan eksperimen yang dilakukan di laboratorium.

Berbagai buku/literature/referensi fisika yang telah memenuhi

Standar Isi KTSP 2006,

1. Buku teks

Bambang Haryadi

Ir. Marten Kanginan

Page 8: Bab ii terbaru

D. Cara mendeteksi miskonsepsi pada siswa

1. Menurut Katu, untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan sebagai

berikut.

a. Memberi tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir

pembahasan. Bentuknya dapat berupa tes obyektif pilihan ganda atau

bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik,

atau penjelasan dengan kata-kata.

b. Dengan memberikan tugas-tugas terstruktur misalnya tugas mandiri

atau kelompok sebagai tugas akhir pengajaran atau tugas pekerjaan

rumah.

c. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse

question) atau pertanyaan yang kaya konteks (context-rich problem).

d. Dengan mengoreksi langkah-langkah yang digunakan peserta didik

dalam menyelesaikan soal-soal esai.

e. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka secara lisan kepada

peserta didik.

f. Dengan mewawancarai misalnya dengan menggunakan kartu

pertanyaan

2. Menurut Novak diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi

salah konsep (miskonsepsi) tersebut yaitu melalui peta konsep, tes essai,

interview klinis dan diskusi kelas

Peta Konsep (Concept Maps)

Page 9: Bab ii terbaru

Novak mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis

untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan

dalam suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubungan-

hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-

gagasan pokok. Peta konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan

berada pada bagian atas peta. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan

melihat hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya

miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya

hubungan yang lengkap antar konsep. Pearsal menyatakan bahwa

dengan peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang

dimiliki siswa. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut

kita dapat mendeteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan

sekaligus perubahan konsepnya. Untuk lebih melihat latar belakang

susunan peta konsep tersebut ada baiknya peta konsep itu digabung

dengan interview klinis. Dalam interview itu siswa diminta

mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya.

Tes Esai Tertulis Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang

memuat beberapa konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang

sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang

dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah

ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat diwawancarai

untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan seperti itu. Dari

wawancara itulah akan kentara dari mana salah pengertian itu dibawa

Interview klink,Interview klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi

pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan

sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang essensial dari

bahan yang mau diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk

mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas.

Dari sini dapat dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang

ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh

miskonsepsi tersebut.

Page 10: Bab ii terbaru

Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan

gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau

diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah

gagasan/ide mereka tepat atau tidak. Dari diskusi tersebut, guru atau

seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai

siswa.

3. Hal yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Tinggimoncong dalam

mendeteksi miskonsepsi terhadap peserta didik yaitu memberikan tes awal

berupa tes lisan mengenai dasar-dasar materi yang akan dipelajari, dari

jawaban tersebutlah sehingga dapat diketahui apakah siswa tersebut salah

konsep dalam memahami materi tersebut atau tidak. Sama halnya ketika

dilakukan supervisi oleh pengawas kepada guru. Dari situlah diketahui

apakah guru tersebut salah konsep dalam memberikan materi pada peserta

didik.