BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN...

22
14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu melakukan teologi adalah jalan untuk mendengar suara Tuhan yang seringkali berbisik, dan merasakan kehadiran Tuhan yang seringkali tersembunyi. 1 Dengan demikian teologi selalu terikat dengan konteks lokal tertentu di mana manusia mendengar suara Tuhan dan merasakan kehadiran Tuhan yang tersembuyi. Oleh sebab itu, teologi selalu berkaitan dengan respon orang percaya untuk menjelaskan iman mereka sesuai dengan realitas hidup mereka di dalam suatu konteks lokal tertentu. Sehingga teologi maupun proses berteologi selalu terikat dengan konteks lokal tertentu, konteks di mana iman manusia dibangun dan dibentuk dengan realitas hidup yang begitu kompleks. Karena teologi terikat dengan konteks lokal tertentu, maka proses berteologi atau konstruksi teologi harus dimulai dari konteks, dan tidak hanya dimulai dengan Alkitab atau tradisi gereja semata. Dengan demikian maka materi-materi lokal yang ada di dalam konteks lokal juga dapat dipakai untuk berteologi atau mengkonstruksikan sebuah teologi, 1 Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis Books, 2002), 6.

Transcript of BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN...

Page 1: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

14

BAB II

TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS

A. Pengantar

Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan.

Karena itu melakukan teologi adalah jalan untuk mendengar suara Tuhan

yang seringkali berbisik, dan merasakan kehadiran Tuhan yang seringkali

tersembunyi.1 Dengan demikian teologi selalu terikat dengan konteks

lokal tertentu di mana manusia mendengar suara Tuhan dan merasakan

kehadiran Tuhan yang tersembuyi.

Oleh sebab itu, teologi selalu berkaitan dengan respon orang

percaya untuk menjelaskan iman mereka sesuai dengan realitas hidup

mereka di dalam suatu konteks lokal tertentu. Sehingga teologi maupun

proses berteologi selalu terikat dengan konteks lokal tertentu, konteks di

mana iman manusia dibangun dan dibentuk dengan realitas hidup yang

begitu kompleks.

Karena teologi terikat dengan konteks lokal tertentu, maka proses

berteologi atau konstruksi teologi harus dimulai dari konteks, dan tidak

hanya dimulai dengan Alkitab atau tradisi gereja semata. Dengan

demikian maka materi-materi lokal yang ada di dalam konteks lokal juga

dapat dipakai untuk berteologi atau mengkonstruksikan sebuah teologi,

1 Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 6.

Page 2: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

15

karena di dalam materi-materi lokal tersebut manusia tidak hanya

mendengar suara Tuhan, tetapi juga berjumpa dengan Tuhan.

Oleh karena itu, untuk menolong manusia supaya dapat memahami

dan menghayati Tuhan sesuai dengan konteks lokal manusia tersebut,

maka teologi dan proses berteologi harus dibangun dari bawah, dari

konteks lokal manusia tersebut. Untuk membangun teologi dari konteks

lokal manusia tertentu, maka teologi lokal menjadi pilihan berteologi.

Karena itu dalam bab ini penulis akan menjelaskan apa itu teologi lokal,

siapa yang dapat berteologi lokal, bagaimana berteologi lokal, dan

bagaimana mengkonstruksikan sebuah teologi lokal.

B. Mengapa Teologi Lokal?

Sepanjang sejarah, manusia selalu berusaha untuk memahami dan

menghayati Tuhan. Proses pemahaman dan penghayatan tersebut

kemudian terbentuk di dalam terminologi iman. Untuk membantu manusia

memahami dan menghayati Tuhan dalam iman, para teolog kemudian

berusaha untuk mengkonstruksikan teologi yang sesuai. Dari proses

konstruksi tersebut, mula-mula lahirlah teologi tradisional.

Oleh para teolog, teologi tradisional dipahami sebagai sejenis ilmu

pengetahuan objektif tentang iman. Karena itu, sebagai sebuah

pengetahuan tentang iman, fokus teologi dalam teologi tradisional hanya

Page 3: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

16

menyangkut kitab suci dan tradisi yang isinya tidak bisa dan tidak pernah

berubah, dan berada di atas kebudayaan serta ungkapan yang dikondisikan

secara historis.2

Dengan memakai teologi tradisional sebagai pintu masuk untuk

berteologi, sang teolog melihat bahwa perjumpaan Tuhan dengan manusia

hanya terjadi melalui teks-teks di dalam kita suci dan tradisi di dalam teks

maupun tradisi gereja semata, dan menutup mata terhadap ruang-ruang

perjumpaan antara Tuhan dengan manusia yang terbentuk di dalam

konteks (sosial, budaya, suku, ras, sejarah, politik, dan ekonomi) tertentu

yang begitu kompleks dan bersifat lokal yang melekat pada identitas

manusia. Oleh sebab itu untuk kurun waktu yang begitu lama, proses

berteologi tidak melihat konteks tertentu sebagai salah satu unsur yang

harus dimasukan di dalam proses berteologi.

Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa iman Kekristenan

adalah iman yang telah dibangun di atas teologi tradisional yang adalah

warisan Barat, entah itu teologi, dogma, maupun tradisi. Iman Kekristenan

tersebut kemudian dilabelkan pada semua orang yang mengaku beragama

Kristen.

2 Stephen B. Bevans, Model-Model Teologi Kontekstual, (Maumere-Flores:

Penerbit Ledalero, 2002), 2.

Page 4: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

17

Pertanyaan yang timbul ialah, apakah ruang-ruang perjumpaan

antara Tuhan dan manusia hanya terjadi di dalam teks-teks kitab suci

maupun tradisi di dalam teks atau pun tradisi di dalam gereja semata?

Sehingga iman Kekristenan harus tetap dibangun di atas teks-teks kitab

suci, tradisi di dalam teks dan tradisi gereja semata? Tentu tidak.

Di dalam kehidupan manusia, manusia selalu terikat dengan

identitas konteks (sosial, budaya, suku, ras, sejarah, politik, dan ekonomi)

tertentu yang begitu kompleks dan bersifat lokal. Dalam konteks yang

begitu kompleks dan lokal tersebut, terjadi ruang-ruang perjumpaan antara

Tuhan dan manusia. Oleh sebab itu bagi teolog-teolog seperti Bevans,

Schreiter, Choan Seng Song, Eben Nuban Timo, dan Sedmark, melihat

bahwa konteks manusia yang begitu kompleks juga harus dimasukan

sebagai unsur untuk berteologi selain kitab suci dan tradisi yang dipegang

oleh teologi tradisional untuk berteologi, sehingga Sedmark misalnya

mengusulkan untuk memakai drama-drama dan patung-patung di dalam

budaya konteks lokal tertentu sebagai bahan untuk berteologi.3

Karena itu, iman Kekristenan mestilah iman yang dibangun

berdasarkan ruang-ruang perjumpaan antara Tuhan dan manusia yang

terbentuk di dalam konteks manusia yang begitu kompleks dan lokal

tersebut. Karena jika tidak demikian maka bagi Schreiter, iman kita adalah

3 Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 12.

Page 5: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

18

iman yang kita dengar dari orang lain (fidex ex auditu),4 dan iman tersebut

tidak dapat menolong manusia untuk memahami dan menghayati Tuhan

yang telah turun dan berjumpa dalam konteks manusia yang begitu

kompleks dan lokal dengan baik.

Setelah usulan untuk memasukan konteks manusia yang begitu

kompleks sebagai salah satu unsur untuk berteologi, maka terjadi sebuah

pergesaran yang sangat besar di dalam tradisi bergereja. Proses berteologi

yang mula-mula kaku dan hanya mementingkan kitab suci serta tradisi

sebagai unsur untuk berteologi, kini mulai membuka diri untuk melihat

konteks manusia yang begitu kompleks sebagai sebuah unsur berteologi.

Dengan wajah berteologi yang baru, yang lebih ramah terhadap

konteks yang begitu kompleks dari manusia, gereja-gereja mulai beramai-

ramai mengkonstruksi teologi gereja sesuai dengan konteks dari masing-

masing gereja. Oleh karena itu, untuk mengkonstruksikan teologi, teologi

lokal menjadi salah satu pilihan berteologi yang dapat digunakan untuk

mengusahakan suatu konstruksi teologi yang sesuai dengan konteks

manusia. Pertanyaannya mengapa teologi lokal dan bukan teologi

kontekstual?

4 Robert J. Schreiter, Rancang Bangun Teologi Lokal, (Jakarta: BPK gunung

mulia, 2006), 37.

Page 6: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

19

Teologi lokal dan teologi kontekstual memang pada dasarnya

sama-sama mengusahakan teologi yang sesuai dengan konteks tertentu,

namun teologi lokal lebih berusaha untuk membangun teologi dari bawah

dengan menggunakan sumber-sumber daya lokal yang terdapat di dalam

konteks tertentu, sedangkan teologi kontekstual hanya berusaha untuk

mengkontekskan warisan barat dengan konteks tertentu. Sederhananya

teologi kontekstual hanya memandang konteks sebagai ruang untuk

mengoperasikan teologi, namun teologi lokal memandang konteks sebagai

ruang untuk mengoperasikan teologi sekaligus sebagai teks untuk

mengkonstruksikan teologi. Sehingga, teologi kontekstual seperti

mengambil air dari luar dan menaruhnya di dalam wadah lokal supaya air

tersebut bercita rasa lokal, sedangkan teologi lokal mengambil air dari

dalam konteks lokal dan menaruhnya di dalam wadah lokal, sehingga air

tersebut benar-benar mempunyai cita rasa lokal. Perbedaan ini juga

ditegaskan oleh Preman Niles yang dikutip oleh Izak Lattu dalam tulisan

Kekristenan Poliponik.5

Namun di satu sisi, Bevans dengan model antropologinya6 dalam

usaha berteologi secara kontekstual, mencoba untuk mengkonstruksikan

teologi dari budaya yang pada dasarnya sejalan dengan langkah-langkah

5 Izak Lattu, Kekristenan Poliponik: Mendialogkan Teologi dan Budaya Lokal

dalam Theologia: Jurnal Teologi Interdisipliner (Volume IV, No 1, Bulan Agustus,

Tahun 2009), 97. 6 Stephen B. Bevans, Model-Model Teologi Kontekstual, (Maumere-Flores:

Penerbit Ledalero, 2002), 96.

Page 7: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

20

teologi lokal yang mengkonstruksikan teologi dari sumber daya lokal,

yaitu budaya. Kendati demikian, dalam model antropologinya Bevans

selalu merujuk pada pentingnya proses budaya untuk berdialog dengan

injil (firman ALLAH) yang merupakan identitas Kekristenan dalam suatu

proses kontruksi teologi kontekstual.

Apa yang disampaikan oleh Bevans di atas benar adanya, karena

tanpa injil teolog kehilangan bingkai untuk berteologi. Namun di sisi lain,

rujukan untuk selalu mendialogkan budaya dengan injil membuat teolog

seringkali tidak dapat mengeksplor budaya lokal lebih dalam, karena

kerapkali terhalangi dan bertentangan dengan dogma-dogma injil yang

juga berinkarnasi dalam budayanya sendiri (Timur Tengah/Israel). Oleh

sebab itu, sekuat apa pun teolog mengeksplor budaya lokal, nilai yang

didapat bukanlah murni dari budaya lokal, melainkan nilai di dalam injil

yang berinkarnasi di dalam budayanya yakni Timur Tengah/Israel.

Lebih jauh, dengan selalu merujuk kepada injil, teolog seolah-olah

disugesti bahwa injil (firman ALLAH) yang otentik hanya berinkarnasi di

dalam budaya injil itu ditemukan (Timur Tengah/Israel) dan tidak

berinkarnasi dalam budaya mana pun. Sugesti seperti ini membuat

sehingga semua teologi yang dikonstruksikan dari budaya, titik dasarnya

selalu berpusat pada karya keselamatan yang ALLAH lakukan di Israel,

Page 8: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

21

dan menutup mata terhadap karya keselamatan yang ALLAH lakukan

pada tiap-tiap budaya di luar Israel.

Sedikit berbeda dari model antropologi yang ditawarkan oleh

Bevans dalam kerangka teologi kontekstual, teologi lokal yang ditawarkan

oleh Sedmark justru memberikan keluasan kepada teolog untuk dapat

mengeksplor budaya lokal dengan lebih leluasa, karena di dalam budaya

lokal juga terdapat injil yang telah berinkarnasi. Oleh sebab itu, bagi

Sedmark penting untuk menemukan pesan Yesus (injil) di dalam budaya

lokal, dan pesan Yesus itu yang kemudian menjadi sebuah nilai untuk

mengkonstruksikan sebuah teologi lokal.7 Pada proses menemukan pesan

Yesus tersebut, Alkitab dipakai sebagai sebuah bingkai untuk melihat

apakah pesan Yesus yang ditemukan di dalam budaya lokal tersebut

benar-benar selaras dengan iman kristen.

Karena itu, teologi kontekstual, salah satunya termasuk model

antropologi yang ditawarkan oleh Bevans dalam usaha berteologi

kontekstual, pada dasarnya mengkonsepkan seorang teolog adalah seorang

yang turun dengan banyak prasangka, sehingga ketika mengkonstruksikan

sebuah teologi, prasangka itu menghalangi teolog tersebut untuk dapat

mendengarkan budaya lokal secara leluasa. Berbeda dengan teologi lokal

yang ditawarkan oleh Sedmark, yang memberikan keluasan bagi teolog

7 Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 44.

Page 9: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

22

untuk mendengar suara budaya lokal secara leluasa tanpa dipengaruhi oleh

banyak prasangka.

Dengan demikian, teologi lokal dapat menjadi pintu masuk untuk

merancang teologi yang sesuai dengan konteks tertentu. Sehingga iman

Kekristenan bukan lagi iman yamg kaku dan juga bukan iman yang

dibangun berdasarkan warisan Tmur Tengah/Israel yang kemudian

dibawa, dan diinterpretasi di Barat dan disebarluaskan pada zaman

kolonial oleh para misionaris atau zending, melainkan iman yang

dibangun berdasarkan ruang-ruang perjumpaan antara Tuhan dan manusia

yang terbentuk di dalam konteks manusia yang begitu kompleks dan lokal,

supaya manusia dapat memahami dan menghayati Tuhan dengan baik.

C. Apa Itu Teologi Lokal, Siapa Yang Dapat Melakukan Teologi

Lokal, dan Bagaimana Berteologi Lokal

Ada begitu banyak teolog yang berbicara tentang teologi lokal,8

salah satunya adalah Clemens Sedmark. Menurut Sedmark, teologi

berbicara tentang identitas manusia dalam terang yang adalah ALLAH itu

sendiri. Di samping itu, teologi juga harus berbicara tentang kehidupan

manusia yang adalah terang dari ciptaan Tuhan, dan membahas ciptaan

8 Robert J. Schreiter, Choan Seng Song dan Eben Nuban Timo misalnya.

Page 10: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

23

Tuhan dalam terang dari kehidupan Tuhan dengan manusia. Karena itu

teologi berbicara tentang hidup.9

Karena teologi berbicara tentang hidup, maka teologi juga harus

berbicara tentang konteks lokal tertentu di mana manusia hidup. Sebab tak

dapat dipungkiri bahwa hidup manusia, baik itu individu maupun

kelompok terbentuk dan terikat di dalam konteks lokal (sosial, budaya,

suku, ras, sejarah, ekonomi, dan politik) tertentu. Sehingga ketika manusia

diajak untuk berteologi, manusia tidak dapat menutup mata dari konteks

lokal manusia itu sendiri. Sehingga proses berteologi mesti berangkat dari

konteks lokal tersebut yang telah mengambil andil untuk membentuk

hidup manusia tersebut, baik itu individu maupun kelompok.

Di sisi lain, ketika melakukan teologi secara lokal, maka teologi

tersebut dapat menjadi sebuah respon iman dan juga dapat melayani iman

Kristen masyarakat lokal dan gereja lokal dengan konteks lokal tertentu.

Pertanyaan selanjutnya ialah, siapa yang dapat melakukan teologi lokal?

Apakah teologi lokal hanya dapat dilakukan oleh para teolog atau kaum

klerus saja?

Dalam kerangka teologi tradisional yang melihat bentuk teologi

sebagai yang diskursus dan akademis, tugas untuk melakukan teologi

9 Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 7.

Page 11: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

24

hanya dimiliki oleh seorang teolog yang pakar, seorang akademisi,

seorang spesialis yang berpendidikan tinggi, dengan pengetahuan yang

luas menyangkut tradisi Kristen, sejarah doktrin, serta sejumlah

ketrampilan Bahasa dan hermeneutika,10

atau dalam bahasa sederhananya

hanya kaum klerus (rohaniawan) yang dapat melakukan teologi. Dalam

kerangka pemahaman seperti ini, tanpa sadar gereja telah membentuk

sebuah hierarkhi di dalam tubuh teologi gereja.

Di satu sisi, ada kaum klerus yang bertugas untuk berteologi dan di

sisi lain ada kaum awam yang bertugas untuk mengikuti teologi yang

dikonstruksikan oleh kaum klerus. Padahal proses berteologi adalah suatu

bentuk proses beriman manusia kepada Tuhan. Bagaimana mungkin

proses beriman satu manusia harus ditentukan oleh proses beriman

manusia lain, bahkan benar dan salah iman satu manusia harus ditentukan

oleh manusia lain? Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan.

Di sisi lain, bagi Sedmark teologi adalah bagian alami dari

tindakan religius manusia untuk mengekspresikan imannya.11

Dengan

demikian jika bertolak dari pemikiran Sedmark, maka semua orang

beragama dapat melakukan teologi dan tidak hanya terbatas pada teolog

profesional. Oleh sebab itu teologi lokal membuka diri untuk dipakai oleh

10

Stephen B. Bevans, Model-Model Teologi Kontekstual, (Maumere-Flores:

Penerbit Ledalero, 2002), 30. 11

Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 14

Page 12: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

25

semua orang beragama di dalam kebutuhan mereka demi

mengkonstruksikan teologi yang tepat untuk merespon dan

mengekspresikan iman mereka kepada Tuhan dalam konteks lokal

mereka.

Kendati demikian, supaya tidak mengalami kekacauan karena

teologi lokal membuka diri untuk dapat dipakai oleh semua orang

beragama, maka Sedmark mengusulkan tujuh kriteria12

yang harus diikuti

ketika hendak melakukan teologi lokal, sama seperti menyiapkan makanan

lokal:

1. Bagi Sedmark, kita makan karena kita lapar, demikian juga

ketika melakukan teologi. Kita melakukan teologi karena kita

butuh.

2. Sama seperti makanan yang berfungsi untuk disajikan, teologi

yang dikonstruksikan juga harus memiliki fungsi untuk

melayani konteks tertentu.

3. Makanan itu penting, tetapi selalu temukan makanan dengan

konteks budaya, sama dengan melakukan teologi adalah alami,

tetapi selalu mengambil bentuk budaya tertentu.

12

Sedmark, Doing Local Theology, 19.

Page 13: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

26

4. Makanan memberi nutrisi dan energi, begitu juga dengan teologi

yang dikonstruksi.

5. Sama seperti berbagi makanan dapat berbagi tujuan, demikian

juga dengan berbagi teologi yang dikonstruksi.

6. Teologi adalah bangunan komunitas, sama seperti makanan

yang mengikat komunitas menjadi satu.

7. Setiap masakan memiliki resep favorit, demikian juga dengan

teologi lokal. Teologi lokal yang dikonstruksi juga memiliki

nuansa tersendiri dan rasa tersendiri.

Dengan tujuh kriteria di atas, maka semua orang yang melakukan

teologi lokal mendapat bingkai untuk bagaimana membangun sebuah

teologi lokal, sehingga walaupun teologi lokal membuka diri untuk dapat

dilakukan oleh semua orang, tidak akan terjadi kekacauan.

Pernyataan Sedmark di atas tentang semua orang beragama dapat

melakukan teologi, juga didukung oleh Schreiter yang menegaskan bahwa

teologi yang muncul dari konteks-konteks baru seperti teologi pembebasan

misalnya, juga menekankan peranan keseluruhan komunitas orang percaya

dalam pengembangan suatu teologi lokal.13

Bahkan bagi Schreiter

pengalaman komunitas-komunitas Kristen yang telah menyaksikan

13

Robert J. Schreiter, Rancang Bangun Teologi Lokal, (Jakarta: BPK gunung

mulia, 2006), 29.

Page 14: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

27

wawasan dan kuasa yang muncul dari refleksi rakyat terhadap pengalaman

mereka dan kitab suci, telah mendorong komunitas itu sendiri untuk

menjadi penyusun utama teologi dalam konteks-konteks lokal,14

sehingga

komunitas tersebut mempunyai peran untuk membentuk dan

mengembangkan sebuah teologi lokal.

Lebih jauh, karena teologi harus berangkat dari kelokalan tertentu,

maka Sedmark mengusulkan agar teologi lokal dilakukan dengan

menggunakan materi-materi dan juga sumber daya lokal yang terbentuk di

dalam konteks lokal masyarakat tertentu, seperti patung-patung, dan

drama-drama sebagai sebuah acuan membangun teologi.15

Usulan

Sedmark juga disetujui oleh Choan Seng Song yang adalah seorang teolog

Asia yang mengkonstruksi teologi dari sumber daya lokal seperti cerita-

cerita lokal di Asia. Bagi Choan Seng Song, cerita-cerita tentang rakyat

kaya akan makna, melampaui bahasanya yang sederhana, skenarionya

yang mengharukan, dan moralnya yang jelas. Bahkan cerita-cerita ini

merupakan sumber yang sangat berharga untuk berteologi.16

Setelah mendapatkan sumber daya lokal untuk mengkonstruksikan

teologi lokal, maka sang teolog perlu untuk menilai kembali sumber daya

14

Schreiter, Rancang Bangun Teologi Lokal, 29 15

Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 12. 16

C.S Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami “Teologi Cerita dari Perspektif

Asia”, prakata xi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989).

Page 15: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

28

lokal itu, baik itu tradisi maupun budaya, dan melihat apakah sumber daya

lokal tersebut dapat dipakai sebagai sumber untuk mengkonstruksikan

teologi lokal. Ada dua alasan yang mendasari Sedmark mengatakan untuk

menilai kembali sumber daya lokal di dalam lokalitas manusia sebagai

sumber untuk berteologi:

Pertama, karena tradisi manusia yang mengaku percaya kepada

Yesus terbentuk di dalam agama, maka sang teolog mesti menilai kembali

tradisi-tradisi tersebut. Karena tradisi-tradisi tersebut memberikan manusia

banyak ide dan konsep, bahkan beberapa tradisi terlihat sukar dan susah

dipahami. Karena itu bagi Sedmark, dari pada berbicara tentang tradisi

Kristen, lebih nyaman berbicara tentang banyak tradisi kecil yang

membentuk Kekristenan.17

Kedua, dengan menilai kembali sumber daya lokal, maka sang

teolog akan menemukan pesan Yesus di dalam tradisi dan budaya lokal

yang akan memberikan relevansi bagi manusia dengan konteks lokal

mereka.18

Dalam budaya Cina, anak-anak Cina sangat menghormati orang

tua mereka. Budaya anak-anak Cina yang sangat menghargai orang tua

17

Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis Books,

2002), 43. 18

Ibid, 44.

Page 16: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

29

mereka dapat digunakan untuk melakukan Cina teologi.19

Karena di dalam

budaya Cina, tersirat pesan Yesus untuk harus menghargai orang tua.

Dengan demikian, teologi dapat mempunyai makna lokal yang

mempunyai relevansi bagi masyarakat lokal yang membangun teologi

lokal tersebut berdasarkan materi-materi lokal dalam konteks mereka.

Karena itu berteologi lokal harus sama seperti memasak sebuah masakan

dengan bahan-bahan lokal di dalam kelokalan tertentu sehingga masakan

teologi itu terasa sesuai dengan lidah lokal tersebut, dan tepat pada hidup

dan dengan identitas kelokalan individu maupun kelompok.

Di sisi lain untuk mencontohkan sebuah proses teologi lokal,

Sedmark memakai hidup Yesus sebagai contohnya. bagi Sedmark Yesus

adalah guru teologi, karena dalam hidup-Nya, Yesus berbicara tentang

ALLAH.20

Di samping itu, dalam melakukan teologi, kategori lokal selalu

melekat di dalam diri Yesus. Bahkan di dalam kitab injil, Yesus secara

jelas digambarkan sebagai manusia yang hidup di dalam konteks lokal

tertentu, yang mana di dalam konteks lokal itu juga terdapat budaya lokal

tertentu.21

Oleh karena itu, di dalam hidup-Nya, Yesus selalu melakukan

teologi lokal, karena pada hakikatnya kehidupan Yesus sendiri adalah

sebuah kehidupan yang penuh dengan pertemuan lokal.

19

Sedmark, Doing Local Theology, 45. 20

Ibid, 21. 21

Ibid, 23.

Page 17: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

30

Teologi yang dilakukan Yesus adalah sebuah teologi pragmatis22

yang memberi manfaat yang baik secara langsung bagi orang yang

menerima teologi Yesus, dan tak dapat dipungkiri bahwa teologi Yesus

yang pragmatis itu bersumber pada sumber daya teologi lokal sesuai

dengan kelokalan Yesus. Kelokalan teologi Yesus dapat di lihat dalam

cerita ketika Yesus menyembuhkan mata seorang yang buta dengan

menggunakan tanah dan ludah.23

Bagi orang Yahudi yang adalah

keturunan Israel, memahami bahwa tanah dan air ludah itu mengandung

suatu kekuatan untuk menyembuhkan. Oleh sebab itu Yesus memakai

pemahaman lokal yang berada di dalam budaya lokal dalam konteks

Yesus untuk menyembuhkan orang yang buta tersebut.

Dengan bertolak dari kehidupan Yesus sebagai sebuah contoh

proses berteologi lokal, maka dapat terlihat dengan jelas bahwa teologi

lokal sangat berkaitan dengan sebuah konteks lokal tertentu dan selalu

menggunakan bahan-bahan dalam konteks lokal tertentu sebagai sebuah

acuan untuk membangun sebuah proses teologi, sehingga teologi yang

dibangun dapat menolong gereja dan juga komunitas orang percaya dalam

konteks lokal tertentu.

22

Sedmark, Doing Local Theology, 28. 23

Ibid, 30.

Page 18: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

31

D. Cara Mengkonstruksikan Teologi Lokal

Bertolak dari uraian di atas dapat terlihat bahwa konteks lokal

sangat berpengaruh terhadap sebuah teologi lokal tertentu, sehingga di

dalam proses konstruksi sebuah teologi lokal, para teolog sangat

menekankan konteks lokal tertentu, salah satunya Clemens Sedmark.

Karena itu, setelah menelaah dan menyerdehanakan pikiran Sedmark

tentang teologi lokal dan cara mengkonstruksikan teologi lokal, ada

beberapa poin penting menurut penulis yang diusulkan Sedmark untuk

bagaimana merancang sebuah teologi lokal:

Poin pertama, bagi Sedmark kapan pun teologi dilakukan, teologi

harus dilakukan dari suatu tempat,24

dan tempat itu adalah lingkungan

kerja teologi yang berkaitan dengan situasi manusia.25

Oleh sebab itu

dalam mengkostruksikan sebuah teologi lokal, maka sang teolog harus

berangkat dari suatu konteks (sosial, sejarah, budaya dan politik) lokal

tertentu yang merupakan situasi manusia tertentu, karena sang teolog tidak

dapat mengkonstruksikan sebuah teologi lokal di awan-awan atau tanpa

adanya konteks lokal sebagai wadah tempat teologi lokal dikonstruksi.

Usulan Sedmark di atas juga didukung oleh Schreiter dengan

menegaskan bahwa teologi jenis baru atau teologi lokal dimulai dengan

24

Sedmark, Doing Local Theology, 3. 25

Ibid, 7.

Page 19: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

32

suatu pengujian terhadap konteks, karena bagaimana mungkin gereja

dapat terlibat dalam refleksi teologis apa pun tanpa pertama-tama

mempelajari konteks terlebih dahulu.26

Dengan demikian, konteks lokal

menjadi salah satu poin yang berpengaruh dalam konstruksi sebuah

teologi lokal.

Poin kedua, menurut Sedmark untuk mengkonstruksikan sebuah

teologi lokal, maka teologi itu memerlukan sumber daya dan materi-materi

lokal yang terdapat di dalam kelokalan tertentu untuk membangun teologi

lokal, misalnya patung-patung dan drama-drama.27

Sehingga menurut

Sedmark, melakukan teologi lokal seperti memasak dengan bahan-bahan

lokal.28

Usulan Sedmark untuk mengkonstruksi sebuah teologi lokal

menggunakan sumber daya lokal juga didukung oleh C.S. Song. Bahkan

di dalam buku Sebutkanlah Nama-Nama Kami “Teologi Cerita dari

Perspektif Asia”, C.S. Song telah menawarkan sebuah paham berteologi

yang dikonstruksi dari cerita-cerita rakyat dan dongeng-dongeng,29

salah

satunya tawaran untuk mengkonstruksikan sebuah teologi lokal Cina

26

Robert J. Schreiter, Rancang Bangun Teologi Lokal, (Jakarta: BPK gunung

mulia, 2006), 9. 27

Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 12. 28

Ibid, 17. 29

C.S Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami “Teologi Cerita dari Perspektif

Asia”, prakata xi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989).

Page 20: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

33

dengan menggunakan cerita “cermin” yang merupakan sumber daya lokal

Cina.30

Dengan demikian, sumber daya lokal menjadi salah satu sumber

pengkonstruksian sebuah teologi lokal.

Poin ketiga, bagi Sedmark, setelah menemukan sumber daya dan

materi-materi lokal di dalam konteks lokal yang akan digunakan untuk

mengkonstruksikan teologi lokal, maka sang teolog perlu menilai kembali

sumber daya dan materi-materi lokal tersebut untuk menemukan pesan

Yesus yang terkandung di dalamnya, dan dari pesan Yesus tersebut, sang

teolog dapat mengkonstruksikan sebuah teologi lokal yang membawa

relevansi secara langsung bagi kehidupan masyarakat lokal tersebut.31

Disamping itu, nilai yang ditemukan tersebut harus sejalan dengan inti

dari ajaran agama Kristen.32

Sehingga pada tahap ini, Injil (Alkitab)

sebagai identitas Kekristenan menjadi bingkai untuk melihat apakah nilai

yang ditemukan selaras dengan iman Kristen.

Pernyataan Sedmark untuk menilai kembali sumber daya lokal dan

menemukan pesan Yesus yang mempunyai relevansi dalam proses

berteologi juga didukung oleh Choan Seng Song. Bagi C.S. Song, Yesus

sendiri sering menggunakan cerita-cerita untuk menyampaikan pesan

30

Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami, 47-48. 31

Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 44. 32

Ibid, 45.

Page 21: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

34

ALLAH kepada para pendengarnya.33

Dengan demikian, jika bertolak dari

pemikiran C.S. Song, maka para teolog perlu kembali menilai drama-

drama maupun cerita-cerita yang merupakan sumber daya lokal untuk

menemukan pesan Yesus yang dapat membawa relevansi dalam proses

berteologi.

Lebih jauh, C.S. Song menulis tentang sebuah cerita yang berjudul

“cermin”. Cerita ini terkenal di Cina sejak zaman dinasti T’ang (618-

906).34

Bagi C.S. Song, cerita “cermin” merupakan sebuah cerita rakyat

yang sederhana, namun mempunyai arti yang relevan untuk berteologi di

kawasan Asia, terutama Cina. Karena sebuah “cermin” yang bernama

teologi telah diberikan kepada masyarakat Cina untuk menggambarkan

gambar ALLAH sendiri yang terdapat di dalam diri masyarakat Cina.35

Berdasarkan uraian di atas, C.S. Song ingin mengatakan kepada

pembaca bahwa di dalam cerita “cermin” yang merupakan sumber daya

lokal, terdapat pesan Yesus bagi masyarakat Cina. Pesan Yesus tersebut

ialah masyarakat Cina itu adalah Gambar ALLAH itu sendiri, dan pesan

Yesus tersebut memberikan relevansi terhadap proses berteologi di Cina.

Oleh sebab itu, tugas para teolog ketika ingin mengkonstruksikan sebuah

33

C.S Song, Sebutkanlah Nama-Nama Kami “Teologi Cerita dari Perspektif

Asia”, prakata x, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989). 34

Ibid, 47-48. 35

Ibid, 48.

Page 22: BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar...14 BAB II TEOLOGI LOKAL: PENDEKATAN TEORITIS A. Pengantar Teologi selalu membawa manusia untuk dekat kepada Tuhan. Karena itu

35

teologi lokal ialah harus menilai kembali sumber daya lokal yang akan

dipakai untuk mengkonstruksikan sebuah teologi lokal.

Poin keempat, menurut Sedmark, teologi lokal dibentuk untuk

meresponi iman komunitas lokal dan gereja lokal tertentu.36

Dengan

demikian, teologi lokal yang dibangun bertujuan untuk dapat merespon

iman Kristen, dan dapat melayani iman Kristen, baik itu individu maupun

kelompok dalam konteks lokal tertentu.

E. Kesimpulan

Kesadaran bahwa bagaimana konteks lokal begitu berperan dalam

membentuk refleksi iman manusia terhadap Tuhan, maka konteks lokal

harus menjadi salah satu unsur yang dipakai dalam mengkonstruksikan

sebuah teologi, disamping Alkitab dan tradisi gereja. Oleh sebab itu para

teolog harus membuka diri untuk mendengar suara Tuhan dan berjumpa

dengan Tuhan di dalam ruang-ruang lokal yang begitu kompleks dalam

konteks tertentu, karena Tuhan telah lebih dulu menjumpakan diri dengan

manusia di dalam konteks lokal yang terbentuk di dalam ruang-ruang lokal

yang begitu kompleks.

36

Clemens Sedmark, Doing Local Theology, (Maryknoll, New York: Orbis

Books, 2002), 97.