BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

58

Transcript of BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Page 1: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)
Page 2: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Waktu : 6 x 45 Menit(Keseluruhan KD)

Standar Kompetensi :Menampilkan sikap positif ter-hadap sistem hu-kum dan pera-dilan nasional

Kompetensi Dasar :2.1. Mendeskripsikan pengertian sistem hukum dan peradilan nasional.2.2. Menganalisis peranan lembaga- lembaga peradilan.2.3. Menunjukkan sikap yang sesuai de- ngan ketentuan hukum yang berlaku2.4. Menganalisis upaya pemberantasan korupsi di Indonesia2.5. Menampilkan peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Page 3: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Waktu : 4 x 45 MenitWaktu : 4 x 45 Menit

Standar Kompetensi :Standar Kompetensi :Menampilkan sikap positif terhadap sistem Menampilkan sikap positif terhadap sistem

hukum dan peradilan nasionalhukum dan peradilan nasional

Kompetensi Dasar :Kompetensi Dasar :2.1. 2.1. Mendeskripsikan Mendeskripsikan penger-penger- tian sistem hukum dan tian sistem hukum dan peradilan nasional.peradilan nasional.

Page 4: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

(Indikator)Hasil Yang Diharapkan :

• Menguraikan pengertian sistem, hukum dan sistem hukum.

• Mendeskripsikan tujuan hukum dan sumber hukum.• Menganalisis penggolongan hukum dan sanksi

hukum • Menganalisis sistem peradilan nasional.

Page 5: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL

Page 6: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Kata “sistem” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengandung arti susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri-

sendiri, tetapi berfungsi membentuk kesatuan secara keseluruhan.

1.1. SISTEM HUKUM & PERADILAN INTERNASIONALSISTEM HUKUM & PERADILAN INTERNASIONAL

a. PENGERTIAN SISTEM

Unsur-unsur dalam sistem mencakup : • Seperangkat komponen, elemen, bagian.• Saling berkaitan dan tergantung.• Kesatuan yang terintergrasi.• Memiliki peranan dan tujuan tertentu.• Interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih

besar.

Page 7: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

b. PENGERTIAN HUKUM

1. Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.

2. Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama & yang pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.

3. Drs. E. Utrecht, S.H., hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karenya harus ditaati oleh masyarakat itu.

Page 8: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

UNSUR-UNSUR DALAM PENGERTIAN HUKUM : • Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam

pergaulan masyarakat ;• Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang

berwenang; • Peraturan itu bersifat memaksa;dan• Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran

peraturan tersebut.

Bertolak dari pengertian sistem & hukum yang telah dikemukakan di atas, yang dimaksudkan dengan sistem

hukum adalah satu kesatuan hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu yang dipatuhi dan ditaati oleh setiap

warganya.

Page 9: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

c. TUJUAN HUKUM

No Tokoh/ Pakar Pendapat Yang Dikemukakan

1. Subekti, S.H. Hukum itu mengabdi pada tujuan negara, yang mendatangkan atau ingin mencapai kemakmu-ran dan kebahagiaan pada rakyatnya.

2. Van Apeeldoorn

Mengatur pergaulan oleh hukum dengan melin-dungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, (kehormatan, kemerdekaan jiwa, harta benda) dari pihak yang merugikan.

3. Y. Van Kant Tujuan hukum adalah untuk menjaga agar kepentingan tiap-tiap manusia tidak diganggu.

4. Geny Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Sebagai unsur keadilan, ada kepenti-ngan daya guna dan kemanfaatan.

Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Tujuan dibuatnya hukum menurut sebagian pakar adalah sbb :

Page 10: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempu-nyai kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya dikenai sanki yang tegas dan nyata. Sumber hukum dibedakan antara sumber hukum “material” dan sumber hukum “formal” .

d. SUMBER HUKUM

MACAM-MACAM SUMBER HUKUM :

1. Undang-undang,

2. Traktat,

3. Kebiasaan (hk tidak tertulis),

4. Doktrin, dan

5. Yurisprudensi,

Page 11: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, merupakan pedoman pembuatan aturan hukum di bawahnya. Tata urutan peraturan perundang-undangan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Dasar 1945 2. Ketetapan MPR-RI 3. Undang-undang 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) 5. Peraturan Pemerintah 6. Keputusan Presiden ; dan7. Peraturan Daerah.

TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANTATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN(TAP MPR No. III/MPR/2003)(TAP MPR No. III/MPR/2003)

Page 12: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

1. Tuliskan pengertian hukum berdasarkan pendapat para ahli yang anda ketahui dan berikan intisari pendapatnya !

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Sistem Hukum, dilanjutkan Penugasan dengan menjawab pertanyaan sbb :

2. Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa, oleh sebab itu perlu dibuat tujuan hukum. Berikan pendapat dari tokoh ybs. !

Prof. Subekti, S.H. Prov. Y. Van Kant

No Tokoh Hukum Intisari Pendapat

1 ………………………………………………… ……………………………………………………

2 ………………………………………………… ……………………………………………………

3 ………………………………………………… ……………………………………………………

3. Berikan tanggapan penjelasan, mengapa setiap warga negara di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus berpedoman pada hukum/aturan ! ................................................................................

Page 13: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

e. PENGGOLONGAN HUKUM

Hukum

WujudTertilis

Tidak Tertulis

Ruang

Waktu

Pribadi

Lokal

Nasional

InternasionalIus Contitutum

Ius Contituendum

Hukum Antar Waktu Satu Golongan

Semua GolonganAntar Gol.

I s i

Publik

Privat/Perdata

Hk. Tata NegaraHk. Adm. NegaraHk. Pidana

Hk. Acara Hk. Perorangn

Hk. Keluarga

Hk. Kekayaan

Hk. WarisTugas dan

Fungsi

Material

FormalPidana Formal

Perdata Formal

Page 14: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

f. SANKSI HUKUM

Macam-macam sanksi Pidana (Pasal 10 KUHP) :

1. Hukuman Pokok, yang terdiri dari : a. Hukuman Mati b. Hukuman Penjara, yang terdiri dari : 1) Hukuman seumur hidup 2) Hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun) c. Hukuman Kurungan (setinggi-tingginya 1 tahun dan sekurang- kurangnya 1 hari).

2. Hukuman Tambahan, yang terdiri dari :a. Pencabutan hak-hak tertentu.b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.c. Pengumuman keputusan hakim.

Page 15: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

g. PERBEDAAN HUKUM PIDANA DAN PERDATA

Page 16: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

1. Jelaskan, apa yang mendasari pemikiran penulis dengan judul “Hukuman Mati Bukan Solusi Tapi Problem” !

2. Menurut pendapat anda, sudah benarkah negara Indonesia menerapkan hukuman mati bagi mereka yang bersalah (seperti terhadap kasus Tibo Cs. di Poso). Berikan alasan !

3. Tuliskan bagaimana proses peninjauan kembali (PK) oleh Mahkamah Agung dan pemberian grasi oleh Presiden !

4. Berikan tanggapan, bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh Pengadilan di Indonesia dengan telah diratifikasinya penghor-matan terhadap hak asasi manusia terhadap kasus Tibo Cs. yang dihukum mati !.

Page 17: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

h.h. PERADILAN NASIONALPERADILAN NASIONALPasal 1 UU No. 4/2004, bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan ; Peradilan

Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Mahkamah Agung

Pengadilan Tinggi

Umum/Sipil

Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi Militer

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Pengadilan Negeri Umum/Sipil

Pengadilan Negeri

Pengadilan Militer

Pengadilan Tata Usaha Negara

Page 18: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Waktu : 2 x 45 Menit

Standar Kompetensi :Menampilkan sikap positif terhadap sistem hukum

dan peradilan nasional

Kompetensi Dasar :2.2. Menganalisis peranan lembaga-lembaga

Peradilan2.3. Menunjukkan sikap yg sesuai dengan keten-

tuan hukum yg berlaku

Page 19: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

(Indikator)Hasil Yang Diharapkan :

Menguraikan fungsi pengadilan negeri, tinggi dan MA. Mendeskripsikan tugas dan kewenangan pengadilan

negeri, tinggi dan MA. Menganalisis wewenang dan kewajiban Mahkamah

Konstitusi. Mendeskripsikan dengan memberi contoh bentuk sikap

terbuka, objektif atau rasional, dan mengutamakan kepentingan umum

Page 20: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Pengadilan Negeri

Pengadilan Tinggi

Mahkamah Agung

Mahkamah Konstitusi

Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan

Fungsi

Tugas

WewenangFungsi

Tugas

Wewenang

Fungsi/Tugas

Wewenang

Kewajiban

Wewenang

Page 21: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

a.a. PENGADILAN NEGERI (TINGKAT PERTAMA)PENGADILAN NEGERI (TINGKAT PERTAMA)

Fungsi pengadilan negeri adalah memeriksa tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penaha-nan yg diajukan oleh

tersangka, keluarga atau kuasanya kpd Ketua Pengadilan dengan menyebutkan alasan-alasannya.

Tugas dan wewenang pengadilan negeri adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.

Tindak pidana yg pemeriksaannya hrs didahulukan, yaitu :Tindak pidana yg pemeriksaannya hrs didahulukan, yaitu :Korupsi, Terorisme, Narkotika/psikotropika, Pencucian uang, atau Korupsi, Terorisme, Narkotika/psikotropika, Pencucian uang, atau

yang ditentukan oleh UU dan perkara yang terdakwanya berada yang ditentukan oleh UU dan perkara yang terdakwanya berada di dalam Rumah Tahanan Negara.di dalam Rumah Tahanan Negara.

2.2. PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PERADILANPERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PERADILAN

Page 22: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Tugas dan kewenangannya, mencakup :• Menyatakan sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian

penyelidikan, atau penghentian tuntutan.• Tentang ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang

perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.• Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum

kepada instansi Pemerintah di daerahnya, apabila diminta.• Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku

Hakim, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita di daerah hukumnya.• Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan dan menjaga agar

peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.• Memberikan teguran dan peringatan yg dipandang perlu dng tidak

mengurangi kebebasan Hakim dlm memeriksa & memutus perkara.• Melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah hukumnya, dan

melaporkan hasil pengawasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Mahkamah Agung, dan Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris.

Page 23: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

b. PENGADILAN TINGGI (TINGKAT KEDUA)

Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota Provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi (Pengadilan Tingkat

Banding).Fungsi Pengadilan Tinggi adalah.• Menjadi pemimpin bagi pengadilan-pengadilan Negeri di dalam

daerah hukumnya.• Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam

daerah hukumnya dan menjaga supaya peradilan itu diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya.

• Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di daerah hukumnya.

• Untuk kepentingan negara dan keadilan, Pengadilan Tinggi dpt memberi peringatan, teguran, & petunjuk yg dipandang perlu kepada Pengadilan Negeri dalam daerah hukumnya.

Page 24: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Wewenang Pengadilan Tinggi adalah :

• Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.

• Berwenang untuk memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara dan surat-surat untuk diteliti dan memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan para hakim.

Page 25: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

3. Mahkamah Agung (Tingkat Kasasi)3. Mahkamah Agung (Tingkat Kasasi)

Daerah hukum MA meliputi seluruh Indonesia dan kewajiban utamanya adalah melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-

tindakan segala pengadilan lainnya diseluruh Indonesia, dan menjaga/menjamin agar hukum dilaksanakan dengan sepatutnya.

Tugas atau Fungsi Mahkamah Agung :• Melakukan pengawasan tertinggi thd penyelenggaraan peradilan di

semua lingkungan peradilan dlm menjalankan kekuasaan kehakiman.• Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim disemua lingku-

ngan peradilan dalam menjalankan tugasnya. • Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di

semua lingkungan peradilan.• Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi

peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan surat tersendiri, maupun dengan surat edaran.

Page 26: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Wewenang Mahkamah Agung :• Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, (terhadap putusan

Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir dari semua Lingkungan Peradilan),

• Memeriksa dan memutus sengketa tentang kewenangan mengadili, • Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan

Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,• Menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan

di bawah undang-undang,• Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis

peradilan dari semua Lingkungan Peradilan,• Memberi teguran, atau peringatan yang dipandang perlu kepada

Pengadilan di semua Lingkungan Peradilan, dengan tidak mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.

• Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat pertama dan terakhir atas putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 27: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Permohonan kasasi, dapat dilakukan dalam perkara :• Perdata• Pidana

Dalam hal kasasi, yg menjadi wewenang MA,dikarenakan : • Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang,• Salah menerapkan atau karena melanggar hukum yang berlaku,• Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

Asas-asas penuntutan bagi seseorang yang dianggap bersalah, • Asas Opportunitas

• Asas Legalitas

Page 28: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Mahkamah Konstitusi sesuai UU No. 24/2003, memilikiwewenang dan kewajiban :

• Wewenang, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan Pemilihan Umum.

• Kewajiban, yaitu memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

d. MAHKAMAH KONSTITUSI

Page 29: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

– Sikap Terbuka

Contoh : Mau mengatakan benar atau salah, dan berupaya selalu jujur dalam memahami ketentuan hukum.

– Sikap Obyektif/Rasional

Contoh : sanggup menyatakan ya atau tidak dalam ketentuan hukum dengan segala konsekuensinya.

– Sikap Mengutamakan Kepentingan Umum

Contoh : Merelakan tanah atau bangunan diambil pemerintah untuk kepentingan sarana jalan atau jembatan.

e.e. SIKAP SESUAI KETENTUAN HUKUM SIKAP SESUAI KETENTUAN HUKUM

Page 30: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Penugasan Praktik KewarganegaraanPenugasan Praktik Kewarganegaraan 2

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Peradilan Nasional, lakukan Strategi Pembelajaran dengan Penugasan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.

Langkah-langkah :

1. Bentuk kelompok dengan anggotanya antara 3 – 4 orang.2. Diberikan “wacana” atau kliping sesuai dengan topik pem-belajaran.3. Setiap kelompok bekerja sama saling membacakan & menemukan ide

pokok serta memberi tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.

4. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.5. Buatlah kesimpulan bersama.6. Penutup.

Page 31: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Waktu : 2 x 45 Menit

Standar Kompetensi :Menampilkan sikap positif terhadap

sistem hukum dan peradilan nasional

Kompetensi Dasar :2.4. Menganalisis upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia2.5. Menampilkan peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi di

Indonesia

Page 32: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

(Indikator)Hasil Yang Diharapkan :

• Menguraikan pengertian korupsi dan persepsi masyarakat tentang korupsi.

• Menganalisis fenomena korupsi di Indonesia.• Mendeskripsikan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.• Menampilkan sikap peran serta masyarakat dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia.

Page 33: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Pengertian Korupsi

Gambaran Umum Korupsi

Persepsi Masyarakat

Peran Serta Upaya Pemberantasan

Korupsi DI Indonesia

Upaya Pencegahan

Fenomena Korupsi

Upaya Penindakan

Upaya Edukasi Masyarakat

Upaya Edukasi LSM

Page 34: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

a. Pengertian Korupsi

Kata “KORUPSI” mrpk penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) dsb. untuk keuntungan pribadi atau

orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau “ketidak jujuran”.

KOLUSI, adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar penyelenggaraan negara atau antara penyelenggara negara dan lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.

NEPOTISME, adalah setiap perbuatan penyelenggara

negara secara melawan hukum yang menguntungkan

kepentingan keluarga dan atau kroninya di atas kepentingan

masyarakat bangsa dan negara.

3. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Page 35: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Pengertian Gratifikasi Menurut Penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001

• Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

• Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

• Pengecualian, yaitu sesuai Pasal 12 C ayat (1) :– Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat

(1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Page 36: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

b. GAMBARAN UMUM KORUPSI

Tuntutan masyarakat untuk megakkan supremasi hukum dan pembe-rantasan KKN, dituangkan dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Beberapa contoh kasus :

Beberapa perusahaan dan pejabat Indonesia yang menerima suap dari perusahaan Jepang sehingga mampu memenangkan proyek milyaran yen (Media Indonesia, 15/10/1999),

Berdasarkan audit Price Waterhouse Cooper (PWC), terdapat in-efisiensi di Pertamina sejak 1 April 1996 s.d. 31 Maret 1998 sebesar US $ 6,1 milyar (Kompas, 20/7/1999).

Page 37: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)
Page 38: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)
Page 39: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)
Page 40: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Rank

Negara IPK Rank Negara IPK

1 Finlandia 9,7 47 Korea Selatan 4,5

2 New Zealand 9,6 50 Suriname 4,3

3 Denmark 9,5 66 Thailand 3,6

4 Islandia 9,5 70 Srilanka 3,5

5 Singapura 9,3 71 China 3,4

6 Swedia 9,2 72 Saudi Arabia 3,4

7 Swiss 9,1 92 India 2,8

8 Norwegia 8,9 103 Papua N. Guinea

2,6

9 Australia 8,8 104 Philipina 2,6

16 Hongkong 8,0 106 Vietnam 2,6

24 Jepang 6,9 132 Pakistan 2,1

30 Uni Emirat Arab

6,1 137 Indonesia 2,0

35 Taiwan 5,6 143 Myanmar 1,7

39 Malaysia 5,0 145 Bangladesh 1,5

INDEKS PERSEPSI KORUPSI (IPK) 2004 TRANSPARENCY INTERNATIONAL

Page 41: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Ijin-ijin usaha (ijin domisili, ijin usaha, ijin ekspor, angkut barang, ijin bongkar muat barang, dll.).

Pajak (restitusi pajak, penghitungan pajak, dispensasi pajak). Pengadaan barang dan jasa pemerintah (prosedur tender,

penunjukan langsung, mark up dll.). Proses pengeluaran dan pemasukan barang di pelabuhan (bea

cukai). Pungutan liar oleh oknum polisi, imigrasi, tenaga kerja. Proses pembayaran termin proyek dari KPPN.

PRAKTEK-PRAKTEK KORUPSI DALAM URUSAN BISNIS

Page 42: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Tidak kurang dari 2,7 triliun rupiah uang negara yang

dikorupsi pada tahun 2004

(Lap. Cawu II ICW).

AKTOR PELAKU KORUPSIKorupsi pada Januari - Agustus

2004

Page 43: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

1. Kelompok mahasiswa sering menanggapi masalah korupsi dengan protes-protes terbuka. Mereka sangat sensitif terhadap perbuatan korup dan yang merugikan negara dan masyarakat luas.

2. Pada umumnya, mereka masih memiliki idealisme tinggi dan berfikir jauh kedepan.

3. Kritik-kritik mahasiswa, pada umumnya karena faktor ketidak puasan dan kegelisahan psikologis (psychological insecurity). Tema-tema demonstrasi sering mengangkat permasalahan “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.

c. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KORUPSI

Page 44: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

d. FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA

Pada kehidupan masyarakat yang mengalami proses perubahan, selalu muncul kelompok kelompok sosial baru yang ingin berpartisipasi dalam bidang politik, namun sesungguhnya banyak diantara mereka yang tidak mampu.

Di lembaga-lembaga politik, mereka (politikus instan) sering hanya ingin

memuaskan ambisi pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”. Tapi tidak

jarang diantara mereka sering terjebak pada ambisi pribadi dan kepentingan

kelompok tertentu.

Page 45: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Sebagai akibatnya, terjadilah hal-hal berikut :• Munculnya “oknum” pemimpin yang lebih mengedepankan

kepentingan-kepentingan pribadi daripada kepentingan umum, sehingga kesejahteraan umum mudah dikorbankan. Lembaga-lembaga politik cenderung dimanipulir oleh oknum-oknum pemimpinnya.

• Pada sebagian oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya, berlomba-lomba untuk mencapai “obyek politik” dalam bentuk keuntungan materiil, sehingga terjadi “kehampaan motivasi perjuangan”.

• Terjadilah erosi loyalitas kepada bangsa dan negara, karena lebih menonjolkan dorongan pemupukan harta kekayaan dan kekuasaan. Jadi, mulailah penampilan pola tingkah laku yang korup.

Page 46: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

PENYEBAB UTAMA KORUPSI DI INDONESIA

• Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum;

• Rendahnya integritas dan profesio-nalisme ;• Adanya peluang di lingkungan kerja, karena jabatan

dan lingkungan masyarakat; • Merasa selalu kurang dalam memperoleh penghasilan

(gaji PNS); • Sikap yang tamak, lemah iman, kejujuran dan rasa

malu.

Page 47: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

SEGITIGA KORUPSI

Page 48: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

e. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

1) Upaya Pencegahan, antara lain :

Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan keteladanan, dengan mematuhi pola hidup sederhana, dan memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi.

Menanamkan aspirasi, semangat dan spirit nasional yang positif dengan mengutamakan kepentingan nasional, kejujuran serta pengabdian pada bangsa dan negara melalui sistem pendidikan formal, non formal dan pendidikan agama.

Melakukan sistem penerimaan pegawai berdasarkan prinsip achievement atau keterampilan teknis dan tidak lagi berdasarkan norma ascription yang dapat membuka peluang berkembangnya nepotisme.

Page 49: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

RENCANA AKSI NASIONAL (RAN)PEMBERANTASAN KORUPSI

• Pencanangan sebuah Rencana Aksi Nasional yang efektif, terpadu, dan menyeluruh (national integrity system) dalam mencegah dan memberantas korupsi dengan melibatkan seluruh komponen bangsa (masyarakat madani, swasta, eksekutif, legislatif, yudikatif, media dan pemuka agama)

• RAN diharapkan dapat mengidentifikasi gap antara Konvensi PBB menentang Korupsi dan situasi dalam negeri saat ini.

• Dalam pencanangan RAN pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

Page 50: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

2) Upaya Penindakan, antara lain :

UU No. 30/2002 merupakan amanat dari UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 43 yang mengatakan

perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melalui Undang-Undang sehingga lahirlah …….

Page 51: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

a. Tahap Putusan Pengadilan Tipikor dan Sekarang Kasasi– Kasus pembelian tanah yang merugikan Keuangan Negara Rp10M lebih,

atas nama Tersangka M.H. (Kabag. Keu Ditjend Hubla) dan T.W. (mantan Sekditjen Hubla, masing-masing diputuskan 8 dan 7 tahun Penjara;

– Tahap Penuntutan – KPU (MWK)

b. Tahap Penyidikan– Kasus PLCC Pertamina– Kasus di KPU (Buku Panduan, Asuransi Kecelakaan)– Penjualan aset negara (indosat)

c. Dilimpahkan ke Kepolisian dan Kejaksaand. Dihentikan Penyelidikannyae. Pendingf. Tahap Penyelidikan – Pengumpulan alat bukti

Strategi Penindakan Kasus Ditangani Sendiri Oleh KPK & Yang & Dilimpahkan

Page 52: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

Beberapa contoh penanganan kasus & penindakan yg sudah dilakukan oleh pemerintah melalui KPK :• Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple

Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004). • Dugaan korupsi dalam pengadaan Buku dan Bacaan SD, SLTP,

yang dibiayai oleh Bank Dunia (2004), • Dugaan penyalahgunaan jabatan oleh Kepala Bagian Keuangan

Dirjen Perhubungan Laut dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp10 milyar lebih. (2004),

• Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui Bank BNI (2004).

Page 53: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

• Kasus Pembelian Helikopter MI-2 merk PLC (Rusia) dgn terdakwa A.P. (Gub. NAD).

• Putusan

PN = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang pengganti Rp 3,683 M

PT = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang pengganti Rp 3,683M

MA = divonis 10 tahun, denda Rp 500 jt & membayar uang pengganti Rp 6,4 M

CONTOH KASUS KORUPSI CONTOH KASUS KORUPSI YANG TELAH DIPUTUSKAN PENGADILANYANG TELAH DIPUTUSKAN PENGADILAN

Page 54: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

3) Upaya Edukasi Masyarakat, antara lain :

1. Memiliki rasa tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, terkait dengan kepentingan-kepentingan publik,

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh, karena hal ini justru akan merugikan masyarakat itu sendiri,

3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan, terutama yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa, kecamatan dan seterusnya sampai tingkat pusat/nasional,

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyeleng-garaan pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya,

5. Mampu memposisikan diri sebagai subyek pembangunan dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

Page 55: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

4) UPAYA EDUKASI MASYARAKAT, antara lain :

INDONESIA CORRUPTION WATCH atau disingkat ICW adalah sebuah organisasi non-pemerintah (NGO) yang mempunyai misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia. ICW memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi.

TRANSPARENCY INTERNATIONAL (TI), adalah sebuah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi

politik. Publikasi tahunan terkenal yang diluncurkan TI adalah Laporan Korupsi Global. Survei Tahun 2005, IPK Indonesia

adalah 2,2, sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak dan Uzbekistan, Menurut hasil survei ini, Islandia adalah negara

paling bebas korupsi.

Page 56: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

• Makin meningkatnya beban masyarakat akibat badan usaha milik Negara kurang efisien dalam mengelola kebutuhan publik seperti telekomunikasi, bahan bakar minyak, listrik dan lain sebagainya.

• Rendahnya kualitas pelayanan publik;

• Rendahnya kualitas sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah,

Page 57: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

SOAL ESSAY/URAIANJawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !

1. Jelaskan perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata di tinjau dari Proses Hukumnya !

2. Apakah yg dimaksud dengan Yurisprudensi. Mengapa keputusan Hakim terdahulu dijadikan landasan hukum bagi Hakim dalam memutuskan suatu perkara. Jelaskan Jawaban Anda !

3. Mengapa suatu Perkara dilanjukan ke Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Hal apasajakah yang menyebabkan seseorang melakukan proses Kasasi di Mahkamah Agung !

4. Identifikasikan faktor-faktor apasajakah yang menyebabkan gejala korupsi tumbuh subur di dalam suatu negara !

5. Sebutkan upaya apasajakah yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam meminimalisir dampak korupsi di Indonesia !

Page 58: BAB II (Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional)

INQUIRIINQUIRI

Bagilah kelas anda ke dalam 8 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, kemudian kerjakan tugas-tugas sebagai berikut !

1. Susunlah daftar pertanyaan terbuka (10 pertanyaan) dengan topik bahasan sekitar perbuatan-perbuatan yang sesuai dan yang bertentangan dengan ketentuan hukum !

2. Tentukan sendiri lokasi atau tempat yang akan dijadikan obyek observasi dan wawancara (misalnya : sekitar pasar, sekolah, terminal atau masyarakat sekitar anada) !

3. Setelah wawancara, identifikasikanlah perbuatan-perbuatan yang sesuai dan yang bertentangan dengan hukum !

4. Buatlah kesimpulan dari hasil analisis kelompok anda, dan berikan tanggapan dengan berpedoman pada dua hal berikut :a. Cara meningkatkan kesadaran bagi masyarakat yang sudah

melaksanakan perbuatan yang sesuai dengan hukum !b. Cara membina/menertibkannya bagi masyarakat yang masih

melaksanakan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum !