BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB...

20
BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIAL Ritus dan integrasi sosial dalam perspektif antropologi merupakan bagian esensial dari agama dan kebudayaan. Oleh karena itu pada bagian awal bab ini akan dipaparkan secara singkat konsepsi tentang agama dan kebudayaan. Hal ini dipandang penting untuk memahami esensi ritus dan integrasi sosial dalam jalilan kebudayaan dan agama. Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian dan makna ritus. Bagian ketiga dari bab ini adalah pemaparan konsep integrasi sosial. Guna membatasi referensi yang sangat banyak dan luas, pemikiran Clifford Geertz dan Viktor Turner akan dijadikan rujukan utama terkait dengan makna dan simbol religius dalam kehidupan keagamaan dan budaya. 2.1. Berawal Dari Interpretasi Kebudayaan dan Agama Tradisi antropologi masa lalu dipandang sebagai disiplin ilmu yang memiliki kemampuan untuk generalisasi dan menjelaskan apa saja yang dilakukan oleh manusia dalam masyarakatnya. Tradisi itu dibangun atas dasar keinginan untuk menjadikan antropologi sebagai bagian yang sah dari seluruh bangunan ilmu pengetahuan dengan memahami budaya dengan model pendekatan explanation of behavior (penjelasan perilaku). Namun Clifford Geertz berpendapat bahwa paradigma tersebut tidak dapat menjelaskan manusia secara utuh. Gagasan tentang kebudayaan tidak bisa diperlakukan seperti hukum gravitasi untuk bidang humaniora dengan daya penjelas tentang apa saja yang hendak diusahakan manusia untuk dilakukan, 17

Transcript of BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB...

Page 1: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

BAB II

RITUS DAN INTEGRASI SOSIAL

Ritus dan integrasi sosial dalam perspektif antropologi merupakan bagian

esensial dari agama dan kebudayaan. Oleh karena itu pada bagian awal bab ini

akan dipaparkan secara singkat konsepsi tentang agama dan kebudayaan. Hal ini

dipandang penting untuk memahami esensi ritus dan integrasi sosial dalam jalilan

kebudayaan dan agama. Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian

dan makna ritus. Bagian ketiga dari bab ini adalah pemaparan konsep integrasi

sosial.

Guna membatasi referensi yang sangat banyak dan luas, pemikiran

Clifford Geertz dan Viktor Turner akan dijadikan rujukan utama terkait dengan

makna dan simbol religius dalam kehidupan keagamaan dan budaya.

2.1. Berawal Dari Interpretasi Kebudayaan dan Agama

Tradisi antropologi masa lalu dipandang sebagai disiplin ilmu yang

memiliki kemampuan untuk generalisasi dan menjelaskan apa saja yang dilakukan

oleh manusia dalam masyarakatnya. Tradisi itu dibangun atas dasar keinginan

untuk menjadikan antropologi sebagai bagian yang sah dari seluruh bangunan

ilmu pengetahuan dengan memahami budaya dengan model pendekatan

explanation of behavior (penjelasan perilaku).

Namun Clifford Geertz berpendapat bahwa paradigma tersebut tidak

dapat menjelaskan manusia secara utuh. Gagasan tentang kebudayaan tidak bisa

diperlakukan seperti hukum gravitasi untuk bidang humaniora dengan daya

penjelas tentang apa saja yang hendak diusahakan manusia untuk dilakukan,

17

Page 2: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

dibayangkan, dikatakan atau dipercayainya. Apabila menggunakan teori seperti

yang digunakan oleh para ilmuwan sains, maka tidak akan bisa mendapatkan

sesuatu dari manusia, karena manusia hidup dalam suatu sistem yang kompleks

yang disebut budaya. Model pendekatan tersebut menurut Geertz lebih sesuai

diterapkan untuk penelitian saintis semisal meneliti sekelompok ikan atau lebah.1

Pendekatan fungsional struktural yang menekankan segi-segi fungsional adat atau

kebiasaan suatu masyarakat sebatas untuk menyelaraskan dan menciptakan

harmonisasi, dapat mereduksi banyak aspek fungsinal yang secara nyata terjadi

dalam konteks kebudayaan dan keagamaan manusia:

Tekanan pada keseimbangan sistem-sistem, pada homeostasis sosial, dan

pada gambaran-gambaran struktural yang abadi, menghasilkan prasangka

demi kepentingan masyarakat-masyarakat yang “terintegrasi baik” di dalam

sebuah equilibrium yang stabil dan menghasilkan sebuah kecenderungan

untuk lebih menekankan segi-segi fungsional dari adat dan kebiasaan suatu

masyarakat daripada menekankan implikasi-implikasi disfungsional adat

dan kebiasaan itu.2

Dalam analisis terhadap agama, pendekatan fungsional struktural diatas

cenderung statis dan ahistoris serta menghasilkan pandangan-pandangan yang

konservatif mengenai peranan ritus serta kepercayaan dalam kehidupan sosial.

Kecenderungannya selalu menekankan keselarasan, mengintegrasikan, dan secara

psikologis bersifat mendukung pola-pola religius daripada segi-segi yang

memecah-belah, disintegratif, dan yang secara psikologis mengacaukan. Agama

cenderung dilihat sebagai yang memelihara struktur sosial dan psikologis daripada

sebagai sebuah kekuatan untuk mengubah.

234.

1 Daniels L.Pals, Seven Theories of Religion, (Oxford: Oxford University Press, 1996),

2 Geertz, Kebudayaan dan Agama, 72.

18

Page 3: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

Geertz mengembangkan analisa-analisa sebagai bentuk revisi terhadap

teori-teori fungsional dan menekankan perlunya suatu usaha untuk membedakan

secara analitis antara segi-segi kultural dan sosial kehidupan manusia dan

membahas hal-hal tersebut sebagai faktor-faktor yang berubah secara independen

namun saling tergantung satu sama lain. Dalam konteks inilah pendekatan

”interpretasi budaya” diperlukan sebagai upaya memahami kebudayaan manusia.

Dengan percaya pada Max Webber, bahwa manusia adalah seekor binatang yang bergantung pada jaringan-jaringan makna yang ditenunnya sendiri, saya mengganggap bahwa kebudayaan sebagai jaringan-jaringan itu, dan analisis atasnya lantas tidak merupakan sebuah ilmu eksperimental untuk mencari hukum, melainkan sebuah ilmu yang bersifat interpretatif untuk mencari makna.3

Dapat dikatakan bahwa Geertz memahami analisis budaya bukanlah

sebuah sains eksperimental yang mencari suatu kaidah, tapi sebuah sains

interpretative yang mencari makna. Sekalipun budaya cenderung memiliki

berbagai arti dari para antropolog, namun kata kunci yang sebenarnya adalah

“makna”. Ringkasan konsep Cliford Geertz dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1: Skema Berpikir Cliford Gertz Dalam Interpretasi Budaya dan Agama.

3 Geertz, The Interpretation of Cultures, 5.

19

Page 4: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

Geertz menggambarkan kebudayaan sebagai sebuah pola makna-makna

(pattern of meaning) atau ide-ide yang termuat dalam simbol-simbol yang

dengannya masyarakat menjalani pengetahuan mereka tentang kehidupan dan

mengekspresikan kesadaran mereka melalui simbol-simbol itu.4 Kebudayaan

adalah seperangkat mekanisme-mekanisme kontrol, yaitu rencana-rencana, resep-

resep, aturan-aturan, instruksi-instruksi dalam hal mana manusia tergantung pada

mekanisme-mekanisme kontrol atau program-program kultural tersebut untuk

mengatur tingkah lakunya.5 Berkaitan dengan agama, Geertz mendefinisikan

kedalam lima kalimat, yang masing-masing saling mempunyai keterkaitan:

Agama sebagai sebuah sistem budaya berawal dari sebuah kalimat tunggal

yang mendefinisikan sebagai: 1) Sebuah sistem simbol yang bertujuan; 2)

Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan

tidak mudah hilang dalam diri seseorang dengan cara; 3) Merumuskan

tatanan konsepsi kehidupan yang umum; 4) Melekatkan konsepsi tersebut

pada pancaran yang factual; 5) Yang pada akhirnya konsepsi tersebut akan

terlihat sebagai suatu realitas yang unik.6

Definisi diatas cukup menjelaskan secara runtut keseluruhan keterlibatan

antara agama dan budaya. Pertama, sistem simbol adalah segala sesuatu yang

membawa dan menyampaikan ide kepada seseorang. Ide dan simbol tersebut

bersifat publik, dalam arti bahwa pikiran pribadi individu yang memikirkan

simbol tersebut, mengikuti kesepakatan dan kehendak kolektif. Kedua, dengan

adanya simbol, agama dapat menyebabkan seseorang merasakan, melakukan atau

termotivasi untuk tujuan- tujuan tertentu. Orang yang termotivasi tersebut akan

dibimbing oleh seperangkat nilai yang penting, baik dan buruk maupun benar dan

salah bagi dirinya. Ketiga, agama bisa membentuk konsep-konsep tentang tatanan

4 Clifford Geertz, Religion as a Cultural system, 89; Geertz, Kebudayaan & Agama, 89. 5 Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 55. 6 Geertz, The Interpretation of Cultures, 87-125.

20

Page 5: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

seluruh eksistensi. Dalam hal ini agama terpusat pada makna akhir (ultimate

meaning), atau suatu tujuan pasti bagi dunia. Keempat, konsepsi–konsepsi dan

motivasi tersebut membentuk pancaran faktual yang oleh Geertz diringkas

menjadi dua, yaitu agama sebagai “etos” dan agam a seba gai “pandangan

hidu p ” . Kelima, pancaran faktual tersebut akan memunculkan ritual unik yang

memiliki posisi istimewa dalam tatanan tersebut, yang oleh manusia dianggap lebih

penting dari apapun.7

Geertz memberi contoh upacara ritual di Bali sebagai pencampuran

antara etos dan pandangan dunia. Pertempuran besar antara dukun sihir Rangda

dan Monster Barong aneh. Penonton terhipnotis masuk dalam tontonan tersebut

dan mengambil posisi mendukung salah satu karakter, yang pada akhirnya ada

beberapa yang jatuh tidak sadarkan diri. Drama tersebut bukan sekedar tontonan,

melainkan kegiatan ritual yang harus diperankan. Agama di Bali sangat khas

dan spesifik hingga tatanan tersebut tidak bisa diubah menjadi suatu kaidah umum

bagi semua agama. Dengan demikian Geertz menyimpulkan bahwa pertama,

orang harus menganalisa serangkaian makna yang terdapat dalam simbol-simbol

agama itu sendiri, dan ini adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Tahap kedua

adalah, karena simbol berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi

individu para anggotanya, maka jika dibuat tranfigurasi segitiga, yang satu

memiliki arti simbol, yang satunya masyarakat dan satu lagi psikologi individual,

7 Pals, Seven Theories of Religion, 343-346.

21

Page 6: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

merupakan arus pengaruh dan efek terus menerus yang lewat dari dan diantara

ketiganya di dalam sistem budaya agama.8

2.2. Memahami Ritus

2.2.1. Pengertian, Fungsi dan Makna

Pada umumnya para penganut teori rasionalis menganggap ritus hanya

sebagai suatu terjemahan lahiriah dari inti agama yaitu konsepsi dan keyakinan.

Konsepsi dan keyakinan itulah yang terpenting dari suatu kehidupan keagamaan

dalam masyarakat tradisional. Namun dalam banyak pandangan antropologi

sosial, pendapat rasionalis diatas tidak dapat dibenarkan. Mengutip pendapat

Durkheim, Evans Pritchard mengatakan bahwa untuk memahami agama primitif

kita harus mencarinya dalam ritus.9 Dengan kata lain untuk memahami

keberadaan dan kehidupan suatu masyarakat beragama, maka harus memahami

ritus yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

Secara global ritus-ritus yang terdapat dalam masyarakat dapat

dikategorikan berdasarkan musim yang terdiri atas: Pertama, ritual musiman yaitu

jenis-jenis ritual peralihan musim atau fase, yang dilaksanakan secara bulanan,

masa tanam, buah pertama, panen maupun pasca panen. Kedua, ritual bukan

musiman seperti ritus-ritus kelahiran, ritus inisiasi, ritus perkawinan, dan ritus

kematian10.

Bagi Clifford Geertz sejalan dengan pemahamannya tentang kebudayaan

dan agama, ritus merupakan pancaran faktual dari agama itu sendiri sebagai

bagian dari sistim kebudayaan. Ritus merupakan perwujudan suasana hati dan

8 Geertz, Religion as a Cultural Sistem, 114-117 9 Pritchard, Teori-Teori Tentang Agama Primitif, 69. 10 Dhavamony, Fenomenologi Agama, 178.

22

Page 7: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

motivasi, konsepsi kehidupan yang umum, dan menjadi suatu realitas yang unik

serta penting. Ritus mengekspresikan etos dan pandangan hidup suatu

masyarakat.11 Dapat dikatakan bahwa ritus merupakan pertunjukan makna (Etos,

pandangan hidup, suasana hati, motivasi, nilai estetika) serta simbol religi yang

merupakan perwujudan pengetahuan, pengakuan dan kesadarannya tentang

kehidupan. Dengan demikian ritual disini bukan sekedar acara seremonial tanpa

makna, namun menjadi sebuah jalinan dan tenunan makna yang terekspresikan

melalui simbol-simbol religius dan perilaku sosial religiusnya.

Hal ini juga menjadi penekanan bagi Victor Turner yang memberikan

pengertian ritual sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam

waktu tertentu secara berkala, bukan sekedar rutinitas yang bersifat teknis,

melainkan menunjuk pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius

terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis.12 Lebih jauh Turner

menegaskan ritus merupakan penampakan dari keyakinan religius dan praktek-

prakteknya. Ritus mendorong orang-orang untuk melakukan dan menaati tatanan

sosial tertentu. Ritus-ritus memberikan motivasi dan nilai-nilai pada tingkat yang

paling dalam. Dalam ritus, manusia mengungkapkan nilai-nilai yang dianutnya.13

Penekanan Turner menggambarkan bahwa ritus merupakan tindakan atau perilaku

religius yang terus dilakukan berulang-ulang untuk mengungkapkan nilai-nilai

yang dianut suatu masyarakat secara kolektif. Ritus memiliki peranan dalam

masyarakat antara lain menghilangkan konflik, mengatasi perpecahan, serta

11 Geertz, Kebudayaan & Agama, 5. 12 Victor Turner, The Forest of Symbol, Aspects of Ndembu Ritual (Ithaca and London:

Cornel University Press, 1966), 19 13 Pritchard, Teori-Teori Tentang Agama Primitif, 67.

23

Page 8: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

membangun solidaritas. Oleh karena itu ritus haruslah dipandang sebagai bagian

dari masyarakat dan merupakan suatu proses yang terus terjadi karena ritus

mengiringi setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik secara sosial

yang nampak, maupun aspek moral dan bathiniahnya. 14

2.2.2. Simbol Dalam Ritual

Pentingnya simbol dalam ritual bahkan kebudayaan manusia, telah

menjadi perhatian para antropolog sosial. Emile Durkheim misalnya menekankan

bahwa keyakinan religius suatu masyarakat diwujudkan dalam bentuk totem yang

menjadi benda-benda suci yang disembah dan ritus merupakan aturan-aturan

tingkah-laku yang menentukan bagaimana seorang hendaknya bersikap terhadap

kehadiran benda-benda suci.15 Demikian pula bagi Clifford Geertz dan Victor

Turner. Keduanya sama memiliki pandangan tentang simbol (benda maupun

perilaku) sebagai bagian yang esensial dan substansial dalam kehidupan suatu

masyarakat budaya dan agama. Secara umum berpandangan bahwa sistem simbol

adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan ide kepada seseorang.

Bagi Geertz , agama merupakan sistim simbol yang menyampaikan ide

atau pengetahuan pada seseorang dan menyebabkan seseorang merasakan,

melakukan atau termotivasi untuk tujuan- tujuan tertentu. ide dan simbol bersifat

publik, dalam arti meskipun masuk dalam pikiran pribadi individu, namun dapat

dipegang terlepas dari otak individu yang memikirkan simbol tersebut. Simbol

dalam agama memiliki makna yang harus dikaji dan dinalisa untuk memahami

14 Y.W. Wartaya Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas

Menurut Victor Turner, (Yogyakarta :Kanisius, 1990), 68; Dalam Penelitiannya terhadap

masyarakat Ndembu, ritus krisis hidup menggambarkan bahwa proses ritus melewati tiga tahap

yaitu pemihasan, transisi (liminalitas), dan pengintegrasian kembali. 15 Pritchard, Teori-Teori Tentang Agama Primitif, 72-73.

24

Page 9: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

kehidupan suatu masyarakat beragama. Simbol berhubungan dengan struktur

masyarakat dan psikologi individu para anggotanya. Dalam transfigurasi

hubungan antara makna simbol, masyarakat dan individu anggota masyarakat,

terjadi arus pengaruh dan efek terus menerus yang lewat dari dan diantara

ketiganya di dalam sistem budaya agama.16

Sedangkan Victor Turner melihat simbol sebagai kesatuan terkecil dari

ritus yang masih mempertahankan sifat-sifat spesifik tingkah lakunya dalam

ritual. Simbol merupakan kesatuan paling fundamental dari ritus. Simbol

merupakan manifestasi yang tampak dari ritus. Melalui simbol-simbol orang dapat

mengungkapkan dan mengalami sesuatu yang transenden. Simbol ritual bagi

Turner adalah sesuatu yang hidup, terlibat dalam proses hidup sosial, kultural dan

religius.17 Hakekat bentuk simbol yang mendasar dan kuat serta tersebar luas

dalam kehidupan manusia adalah karena simbol-simbol tersebut bersumber pada

hakekat awal mula manusia itu sendiri yang dinamakan sebagai dan berasal dari

dalam “pengalaman biologi yang primordial”.18 Ciri khas simbol menurut Turner

terbagi atas tiga yaitu multivokal (banyak arti), polarisasi simbol dalam dua kutub

yaitu fisik dan ideologis atau normatif, serta unifikasi atau penyatuan dari arti-arti

yang terpisah. Turner juga menekankan tiga dimensi arti simbol: Pertama,

dimensi eksegetik yaitu mencakup penafsiran yang diberikan oleh informan asli

kepada peneliti. Penafsiran ini mencakup apa yang dikatakan tentang simbol-

simbol ritual mereka. Kedua, Dimensi operasional yang mencakup tidak hanya

penafsiran yang diucapkan secara verbal, tetapi juga apa yang ditunjukkan kepada

16 Geertz, Religion as a Cultural Sistem, 114-117. 17 Turner, The Forest of Symbol, Aspects of Ndembu Ritual, 68. 18 Turner, The Forest of Symbol, Aspects of Ndembu Ritual, 90

25

Page 10: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

peneliti terkait penggunaan simbol-simbol tersebut. Ketiga, dimensi posisional

yang mencakup relasi dengan simbol-simbol lain. Dalam hal ini simbol-simbol

bersifat multivokal, maka terdapat relasi antara simbol-simbol yang ada.19

Prinsip mendasar dari pemahaman ini adalah bahwa simbol, ritual,

perilaku keagamaan, juga masyarakat harus dilihat sebagai suatu proses yang

terus berulang.

2.2.3. Beberapa catatan kritis

Berdasarkan pandangan Geertz dan Turner diatas, terdapat beberapa

catatan penting terkait pengertian dan makna ritus itu sendiri. Pertama, Ritus

dalam suatu masyarakat religius, merupakan jalinan makna yang termanifestasi

dalam bentuk simbol dan perilaku. Sebagai makna, ritus merupakan artikulasi dari

konsepsi–konsepsi tentang tatanan umum semua eksistensi dan motivasi yang

disebut “etos” serta “pandangan hidu p ” . Sebagai simbol, ritus merupakan

sumber pengetahuan karena membawa dan menyampaikan ide kepada seseorang,

dan ide-simbol tersebut bersifat kolektif, dalam arti bahwa meskipun masuk

dalam pikiran pribadi individu, namun dapat dipegang terlepas dari otak individu

yang memikirkan simbol tersebut. Pada tahap inilah simbol ritual dapat

menyebabkan seseorang merasakan, melakukan atau termotivasi untuk tujuan-

tujuan tertentu. Orang yang termotivasi tersebut akan dibimbing oleh seperangkat

nilai yang penting, baik dan buruk maupun benar dan salah bagi dirinya (makna).

Sebagai perilaku atau tindakan, ritus merupakan suatu aktivitas yang dilakukan

secara terus menerus dalam alokasi waktu yang sudah ditetapkan, dilakukan

19 Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor

Turner, 69.

26

Page 11: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

secara kolektif, dengan kesadaran atas ikatan kesepakatan bersama. Kedua, Ritus

haruslah dipandang sebagai suatu proses karena ritus selalu menjadi bagian dari

perubahan yang terjadi ditengah suatu masyarakat baik secara sosial maupun

moral atau bathiniah. Ketiga, eksistensi ritus-ritus dalam masyarakat beragama

dapat berfungsi sebagai wadah ekspresif, refleksif dan formatif. Dikatakan

ekspresif karena ritus merupakan penampakan keyakinan religius dan praktek-

prakteknya. Dalam ritus, tatanan nilai suatu kelompok diungkapkan.20 Ritus

merupakan pancaran faktualitas konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum

eksistensi. 21 Dengan demikian maka seluruh elemen pembentuk ritus seperti

simbol-simbol ritual, doa-doa, tari-tarian ataupun bentuk-bentuk pemujaan

haruslah dipahami sebagai ekspresi suatu keyakinan religius atau tatanan nilai dari

suatu masyarakat yang terbentuk melalui pengalaman hidup individu maupun

kelompok dalam masyarakat tersebut. Perilaku pemujaan dalam suatu masyarakat

atau kelompok misalnya merupakan upaya masyarakat tersebut untuk

menghadirkan kembali keyakinan dan pengalaman-pengalaman religius yang

pernah dialami. Fungsi reflektif terkait fungsi ritus yang dapat menghilangkan

konflik dan mengatasi perpecahan serta dapat membangun solidaritas kelompok

yang tinggi dikalangan masyarakat tersebut22. Dalam ritus, orang-orang yang

mengikuti ritus merasakan adanya kesamaan dan relasi antar pribadi yang baik.

Ritus dapat menjadi penyalur rasa cemburu, iri hati, kemarahan, dan ketakutan.

Jelaslah bahwa bahwa ritus berfungsi melakukan kontrol sosial terhadap individu

20 Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor

Turner, 67. 21 Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, 5. 22 Winangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor

Turner, 24.

27

Page 12: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

maupun kelompok. Evans Pritchard menegaskan bahwa ritual merupakan upaya

masyarakat untuk menyadari dirinya sendiri dan memelihara rasa solidaritas

bersama, oleh karena dengan adanya ritual, masyarakat akan dapat saling

mengontrol antar individu maupun kelompok, sehingga memungkinkan

terbentuknya solidaritas dan kohesi kelompok yang baik.

Dapat disimpulkan bahwa ritus merupakan sarana untuk menghilangkan

segala konflik dan perpecahan, baik antar individu maupun individu dengan

kelompok atau kelompok dengan kelompok. Ritus dapat pula berfungsi menjadi

sarana pengungkapan perasaan emosi, iri hati, ketakutan, kemarahan, dan segala

bentuk tekanan-tekanan psikologis yang dialami suatu masyarakat. Lebih dari itu

ritus juga membangun solidaritas bersama kelompok tersebut demi kelangsungan

eksistensi suatu kelompok atau masyarakat. Sedangkan fungsi formatif adalah

fungsi ritus yang dapat menawarkan nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat,

yang mana nilai-nilai tersebut mampu menggugah solidaritas bersama. Ritus juga

memperkuat kembali nilai-nilai utama dan prinsip-prinsip organisasi dalam suatu

masyarakat. Dengan ritus orang mendapatkan kekuatan dan motivasi baru untuk

hidup dalam masyarakat sehari-hari.

Beberapa catatan kritis ini menampilkan sejumlah unsur penting sebagai

bagian dari pembahasan tentang kebudayaan, agama, dan ritual, antara lain

makna, simbol, perilaku, proses, kohesi dan solidaritas sosial, multivokal,

polarisasi, serta penyatuan atau integrasi. Kajian terhadap unsur-unsur tersebut

senantiasa pula disertai kajian tentang konflik atau keutuhan, tentang ketegangan-

ketegangan atau integrasi, tentang mekanisme maupun proses, tentang perilaku

28

Page 13: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

maupun makna dan konsensus. Keseluruhan hal tersebut akan semakin menjadi

penting ketika berbicara tentang integrasi.

2.3. Integrasi Sosial

Integrasi berasal dari bahasa Inggris “integration” yang berarti

kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi dimaknai sebagai proses penyesuaian di

antara sistem-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga

menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi diartikan pembauran sesuatu yang

tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Model pendekatan

fungsional struktural (structural-functionalism) banyak dipakai untuk

menganalisis aspek integrasi dalam suatu masyarakat. Teori itu telah

dikembangkan oleh pakar antropologi. A.R Radlliffe-Brown23 dan Bronislaw

Malinowski.24 Pendekatan itu dikembangkan berdasarkan cara pandang yang

menyamakan masyarakat dengan organisme biologis. Pola yang sama juga

dipakai oleh Herbert Spencer dan Emile Durkheim. Durkheim sebagai peletak

dasar metode sosiologis memiliki perhatian yang sangat mendalam tentang

integrasi sosial sesuai definisinya tentang agama yaitu:

A Religion is a unfied system of beliefs and practices relative to sacred

things, that is to say, things set apart and forbidden-beliefs and practice

which unite into one singel moral community called a church, all those who

adhere to them ( agama adalah kesatuan sistim kepercayaan dan praktek-

praktek yang berkaitan dengan yang sakral, yaitu hal-hal yang disisihkan

23 W.E.H, Stanner, Radliffe-Brown, A.R” International Encyclopedia Of The Social

Sciences. David L Sills (ed), Vol. 3 (New York: MacMillan Company & The Free Press. 1972),

13-14, 285-289. 24 Bohannan dan Mark Glazer. High Points in Antropology (New York: Alfred A Knof.

1973), 272-275.

29

Page 14: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

dan terlarang. Kepercayaan dan praktek-praktek yang menyatukan semua orang yang menganut dan meyakini hal-hal tersebut kedalam satu komunitas moral yang disebut Gereja). 25

Selanjutnya pendekatan itu mencapai perkembangan yang sangat

berpengaruh dalam dunia sosiologi yang dimotori oleh Talcold Parsons.26

Radliffe-Brown menyatakan bahwa “the life of a society can be conceived of as a

dynamic fiduicary sytem of interdependent element, functionally consistent with

one another”.27 Hubungan di antara anggota dari satu group masyarakat selalu

disebutkan dalam pernyataan : “unity”, “harmony”, “consisteney”, atau

“solidarity”. Ia menegaskan pula bahwa “we may define it as a conditional in

which all parts of the social system work together with a sufficient degree

harmonyor internal consistency”.28 Dalam berbagai tulisannya, Malinowski juga

menyatakan bahwa menurut pandangan fungsional tentang element kebudayaan

di dalam suatu masyarakat: “ denotes a relationship or interdependence between

the parts of a large whole, in that if one the elements is changed or removed the

others will be affected”.29

Pola pandang kedua pakar antropologi tersebut mendasari cara pandang

aliran-aliran fungsional struktural lainnya dengan prinsip dasar bahwa masyarakat

harus dilihat sebagai satu sistem yang komponennya berhubungan, bergantung,

dalam saling mengait yang secara fungsional terintegrasi dalam bentuk

25 Durkheim, The Elementary Forms Of The Religious Life, Ed Trans.Inyiak Ridwan

Muzir, Bentuk-bentuk Agama Yang Paling Dasar, 80. 26 Alex Inkeles, What is Sociology: An Introduction to The Disciplinary and Profession

Foundation of Modern Sociology Series (New Jersey: Frentice Hall, Inc Englewood Cliffs, 1964),

34. 27 Stanner, Brown,”International Encyclopedia Of The Social Sciences, 13-14, 287. 28 Radeliffe, Brown A.R, Structure and Function in Primitive Society (London: Routledge

& Kegan Paul. 1952), 181 29 Elvin Hatch, Theories of Man and Culture (New York & London: Colombia University

Press. 1973), 315.

30

Page 15: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

equilibrium yang bersifat dinamis. Apabila ada pertentangan, akan muncul nilai

budaya yang akan mengintegrasikannya.

Perkembangan fungsionalisme struktural yang lebih dinamis memiliki

anggapan bahwa berbicara tentang integrasi sosial, tidak hanya berbicara tentang

penyatuan, unity, harmonisasi sejumlah unsur yang berbeda dan beragam dalam

masyarakat, namun juga berbicara tentang dasar pijak pembedaan yang tegas

tentang disatu sisi kebudayaan sebagai sistim makna dan simbol terorganisasi

yang menjadi dasar interaksi sosial, dan dipihak lain sistem sosial sebagai pola-

pola interaksi sosial itu sendiri. 30

Pandangan-pandangan Clifford Geertz serta Victor Turner cukup relevan

dengan cara pandang fungsionalisme dinamis. Clifford Geertz banyak

memperhatikan sisi interdependensi antara agama dan masyarakat. Baginya

terdapat korelasi yang erat antara agama dan masyarakat yang saling

mempengaruhi. Hal ini senada dengan Joacheim Wach, yang menunjukkan

adanya pengaruh timbal balik antara kedua faktor tesebut; pertama, pengaruh

agama terhadap masyarakat dan yang kedua, pengaruh masyarakat terhadap

agama.31 Agama Jawa dalam pandangan Clifford Geertz merupakan dampak

sosiologis dari adanya hubungan interdepedensi dimaksud. Clifford Geertz

membuat kerangka analisis dengan mengklasifikasikan masyarakat Islam-Jawa

ke dalam tiga varian yaitu; abangan, santri, dan priyayi. Geertz berasumsi

bahwa pandangan dunia Jawa adalah agama Jawa yang dihadapkan pada sistem

30 Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, 73-74; Lihat juga Amri Marzali (kata

pengantar) dalam Clifford Geertz, Mojokuto: Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa, ed.1

(Jakarta: PT Pustaka Grafiti Pers, 1986), XIII. 31 Dadang Kahma, Sosiologi Agama, cet.2 (Bandung: Penerbit PT Remajarosdakarya,

2002), 54.

31

Page 16: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

stratifikasi sosial di Jawa.32 Dalam hal ini ketiga varian keberagamaan

masyarakat Jawa dipengaruhi oleh tiga inti struktur sosial yaitu (desa,

pasar dan birokrasi pemerintah). Dalam pengamatannya, tiga lingkungan yang

berbeda (pedesaan, pasar dan kantor pemerintah) yang disertai latar belakang

sejarah kebudayaan yang berbeda (yang berkaitan dengan masuknya agama serta

peradaban Hindu dan Islam di Jawa) telah mewujudkan adanya; Abangan (yang

menekankan aspek-aspek animistik), Santri (yang menekankan aspek-aspek

Islam) dan Priyayi (yang menekankan aspek-aspek Hindu).33

Menurut Clifford Geertz bahwa pada masyarakat majemuk, agama dapat

menjadi faktor pemersatu (integrasi), serta juga dapat dengan mudah

disalahgunakan sebagai alat pemecah belah (konflik). Agama pada satu sisi

menciptakan ikatan bersama, baik antara anggota masyarakat maupun dalam

kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.34 Tetapi di

sisi lain, perasaan seagama saja tidak cukup untuk menciptakan perasaan

memiliki kelompok atau kesatuan sosial. Oleh karena itu perlu ada faktor-faktor

lain yang lebih memperkuat dan mempertahankan kohesi sosial. Dengan

demikian agama mempunyai dua efek sekaligus, yaitu efek pemersatu atau

integrasi, dan sekaligus pemecah belah atau konflik.35 Di Jawa, dalam

32 Clifford Gerrtz, The Religión of Java: Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat

Jawa, terj. Aswab Mahasin (Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 1981), 6. 33 Pasudi Suparlan (pengantar) Clifford Geertz, The Religión of Java,: Abangan, Santri,

Priyayi dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin (Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 1981), vii 34 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi,

(Jakarta: Rajawali Press, 1993), 42 35 Thomas F O’Dea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, (Jakarta: Rajawali Press,

1987), 139

32

Page 17: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

pengamatan Clifford Geertz, antara ketiga varian; abangan, santri dan priyayi, di

samping terjadi ketegangan juga sering terjadi kohesi sosial yang cukup intens.

Integrasi sosial bagi masyarakat Mojokuto terbentuk oleh karena

sejumlah faktor seperti: Pertama, tuntutan-tuntutan kerja sawah yang intensif dan

proses pertanian pada musim kering memerlukan ketetapan-ketetapan khusus

untuk kerja sama teknis dan memperkuat rasa kebersamaan. Kedua, acara

slametan bagi masyarakat Mojokuto juga menjadi wadah memperkuat rasa

kebersamaan sosial. Ketiga, reinterpretasi dan penyelarasan unsur konseptual dan

behavioral dari Hindu-Budha, Islam, dan animisme, untuk membentuk gaya

religius yang jelas dan hampir homogen, serta penyesuaian fungsional yang erat

antara pola perayaan bersama dan kondisi-kondisi kehidupan pedesaan Jawa.

Namun dalam kenyataan, teritorial sederhana basis integrasi desa maupun basis

sinkretis homogenitas kultural, perlahan terkikis dan memperlemah ikatan

tradisional struktural masyarakat petani karena berbagai faktor seperti

pertumbuhan penduduk, urbanisasi, penyebaran mata uang, dan diferensiasi kerja.

Penetrasi ideologi seperti masionalisme, Marxisme, dan pembaharuan Islam

sebagai ideologi-ideologi, juga mengiringi perubahan struktural masyarakat

Mojokuto dan berpengaruh terhadap keseragaman kepercayaan dan praktek

religius yang mencirikan masa yang lebih awal.36

Berdasarkan analisa dan pandangan Clifford Geertz diatas, nampak

bahwa secara konsisten Geertz menempatkan jenis-jenis integrasi sosial dalam

36 Geertz, Kebudayaan dan Agama, 78.

33

Page 18: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

kerangka makna (kebudayaan) dan simbol dan pola perilaku dalam struktur sosial.

Pola berpikir Geertz dapat dilihat pada skema berikut ini:

Skema 2:Integrasi Sosial Dalam Perspektif Clifford Geertz.

Geertz membagi integrasi sosial dalam dua jenis: Pertama, Integrasi

Sosial bermakna-logis (logico-meaningful integration) yang khas kebudayaan,

yaitu jenis integrasi yang merupakan kesatuan gaya, kesatuan implikasi logis,

kesatuan makna dan nilai. Kedua, Jenis integrasi fungsional-kausal (causal-

function integration) yang khas bagi sistim sosial, yaitu jenis integrasi yang

ditemukan dalam suatu organisme, dimana seluruh bagiannya terpadu dalam suatu

jaringan kausal. 37

Sementara Victor Turner melihat integrasi sosial terbentuk karena

dilatarbelakangi konflik dan ketegangan serta konsensus bersama bagi masyarakat

Ndembu. Sesungguhnya struktur sosial masyarakat Ndembu tidak stabil dan

penuh dengan perselisihan akibat prinsip-prinsip dominan organisasi sosial dan

kehidupan sekuler (non agama) yang mendominasi. Dalam hal ini terjadi

perselisihan akibat diferensiasi kerja berburu oleh kaum pria, dan bertani oleh

kaum perempuan. Studi Turner lebih terfokus pada konflik sosial dan mekanisme

menyelesaikan konflik tersebut. Sekalipun banyak perselisihan atau konflik,

37 Geertz, Kebudayaan dan Agama, 74.

34

Page 19: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

namun struktur sosial masyarakat Ndembu tetap utuh. Keutuhan ini terjadi oleh

karena ritual-ritual yang dilaksanakan masyarakat Ndembu telah berperan

mengintegrasikan masyarakat tersebut. Brian Morris mengatakan bahwa dalam

pandangan Turner, ritual tidak saja mengekspresikan kohesi dan menanamkan

nilai-nilai serta sentimen-sentimen sosial kepada penduduknya, namun juga

menempatkan konflik dalam aturan-aturan sosial. Konflik dalam struktur sosial

merupakan peristiwa endemik, tetapi terdapat mekanisme yang menekan konflik

tersebut agar berfungsi mengukuhkan kesatuan kelompok. Pola-pola ritual

Ndembu merupakan mekanisme primer untuk mencapai solidaritas.38 Sejumlah

ritual yang dilaksanakan masyarakat Ndembu, memberikan gambaran fungsi

sosial ritual yaitu: Pertama, Ritual mengurangi kebencian (perempuan kusta yang

diobati dalam ritual); Kedua, Ritual menuntut kerjasama semua pihak termasuk

anggota-anggota terkemuka dari faksi-faksi yang berbeda dalam desa; Ketiga,

Ritual memberikan prestise bagi desa penyelenggara dan meningkatkan

persahabatan dengan desa tetangga; Keempat, melalui ritual identitas masyarakat

Ndembu ditegaskan kembali.

Menjadi jelas bahwa secara politik ritual memiliki peran integratif dan

menjadi bagian dari mekanisme sosial yang memulihkan keseimbangan serta

solidaritas kelompok.

Kesimpulan singkat yang dapat dibuat dari uraian tentang integrasi sosial

adalah: Pertama, Secara leksikal integrasi sosial merupakan penyatuan unsur-

unsur yang beragam dalam kehidupan intra mapun antar masyarakat; Kedua,

38 Brian Morris, Antropologi Agama: Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer

(Jogyakarta: AK Group, 2003), 295.

35

Page 20: BAB II RITUS DAN INTEGRASI SOSIALrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13348/5/T2_752015030_BAB II...Bagian keduanya akan memaparkan konsep pengertian ... konservatif mengenai peranan

Guna memahami integrasi sosial secara komprehensif, perlu dianalisa pada dua

dimensi integrasi yaitu makna-logis dan fungsional kausal; Ketiga, Integrasi sosial

terbentuk melalui mekanisme konflik dan konsensus. Keempat, dalam perspektif

dialektika atau proses, integrasi sosial adalah suatu proses yang akan terus

terbentuk. Artinya bahwa disamping mengukuhkan dan menegaskan identitas

suatu masyarakat, integrasi sosial juga menjadi modal bagi proses perubahan

suatu masyarakat yang terus berproses.

36