BAB II probiotik vs Obesitas
description
Transcript of BAB II probiotik vs Obesitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
1. Definisi
Definisi obesitas sangat bervariasi bergantung pada sumber informasi yang
diperoleh. Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka
dan fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Kriteria obesitas
paling umum ditentukan berdasarkan data antropometri. Tiga metode pengukuran
antropometri dibawah ini dapat digunakan dalam penentuan obesitas.1
a. Berat badan/tinggi badan diatas persentil 90 atau 120% diatas berat badan ideal.
Berat badan lebih besar dari 140% didefinisikan sebagai superobesitas. Dengan
pengukuran ini, mencerminkan proporsi atau penampilan namun tidak
mencerminkan massa lemak tubuh.
b. Indeks masa tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan dalam kilogram
dibagi kuadrat tinggi dalam meter, bila nilai IMT pada anak adalah lebih besar
sama dengan persentil 95 maka termasuk kedalam obeistas. WHO mengeluarkan
kurva klasifikasi IMT terbaru yang berdasarkan z-score, digunakan untuk usia 0-
5 tahun. Usia >5- 18 tahn menggunakan kurva CDC.
3
4
Dibawah ini tabel penentuan kriteria status gizi menurut Waterlow, WHO 2006
dan CDC 2000.
Tabel 1. Penentuan status gizi menurut WHO dan CDC6
Status gizi BB/TB BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000
Obesitas
Overweight
Normal
Gizi kurang
Gizi buruk
>120
>110
>90
70-90
<70
>+3SD
>+2SD hingga +3SD
+2SD hingga -2 SD
-2SD hingga -3 SD
<-3 SD
>P95
P85-P95
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) diatas
persentil 85 merupakan indikator obesitas. Tebal lipatan kulit dapat biseps,
triceps, subskapular, dan suprailiaka.
2. Epidemiologi
Obesitas pada anak dewasa ini merupakan masalah global yang ditemukan
tidak hanya di negara maju namun banyak juga ditemukan di negara berkembang.
Menurut berbagai penelitian epidemiologi, prevalensi obesitas pada anak meningkat
tiap tahunnya.1
Bertambahnya produk makanan cepat saji, perkembangan teknologi,
penggunaan kendaraan bermotor dan berbagai media elektronik, memberi dampak
ketidakseimbangan energi. Berkurangnya aktivitas fisik diikuti asupan kalori tinggi,
membuat status keseimbangan anak mengarah positif.1
5
Menurut data RISKESDAS tahun 2010 disebutkan prevalensi anak
kegemukan dan obesitas pada usia 6-12 tahun ialah sebesar 9,2%. Penelitian lain
menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas meningkat dua
kali lipat setiap tahun, terutama pada usia anak sekolah.3,7
Pada tahun 2010 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia adalah
14,0 persen Terjadi peningkatan prevalensi kegemukan yaitu dari 12,2 persen tahun
2007 menjadi 14,0 persen tahun 2010. Dua belas provinsi memiliki masalah
kegemukan di atas angka nasional. Urutan ke 12 provinsi dari prevalensi tertinggi
sampai terendah adalah: (1) DKI Jakarta, (2) Sumatera Utara, (3) Sulawesi Tenggara,
(4) Bali, (5) Jawa Timur, 6) Sumatera Selatan, (7) Lampung, (8) Aceh, (9) Riau, (10)
Bengkulu, (11) Papua Barat dan (12) Jawa Barat.7
Prevalensi obesitas di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir pada usia 6-
17 tahun meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi di Rusia pada usia 6-
18 tahun adalah 6% - 10%, di Cina adalah 3,4% - 3,6%, dan di Ingrirs adalah 22-31%
dan 10-17%. Prevalensi obesitas anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9%
menjadi 19%.1
3. Etiologi dan Faktor Resiko Obesitas
Gangguan homeostatis energi yang menjadi penyebab obesitas 90% kasusnya
disebabkan oleh faktor idiopatik atau disebut pula obesitas primer atau nutritional,
sementara 10% kasus disebabkan oleh faktor idiopatik atau obesitas sekunder atau
non nutrisional, yang disebakan kelainan hormonal, sindrom atau genetik.1,6
6
Sebagian besar kasus dengan penyebab endogen dapat didiagnosis dengan
anamnesis riwayat serta pemeriksaan fisik yang teliti. Etiologi obesitas endogen dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Penyebab endogen obesitas pada anak (ganggguan hormonal)1
Penyebab Hormonal Bukti Diagnostik
Hipotiroidism
Hiperkortikolism
Hiperinsulinisme primer
Pseudohipoparatiroidism
Lesi hipotalamus didapat
Kadar TSH ↑, kadar thyroxine ↓
Uji supresi deksametason abnormal;
Kadar kortisol bebas urin 24 jam ↑
Kadar insulin plasma ↑, kadar C-
peptide ↑
Hipokalsemia, hiperfosfatemia, kadar
PTH ↑
Adanya tumor, infeksi, sindrom,
trauma, lesi vaskualar hipotalamus.
Tabel 3. Penyebab endogen obesitas pada anak (sindrom genetik) 1
Sindrom Genetik Karakteristik Klinis
Prader-Willi
Laurence Moon/Bardet-Bield
Alstrom
Borjeson-Forssman-Lehmann
Cohen
Turner
Obesitas, hiperfagia, retardasi mental,
hipogonadism, strabismus
Obestias, retardasi mental, retinopati
pigmentosa, hipogonadism,
paraplegia spastik
Obesitas, retinitis pigmentosa, tuli,
diabetes melitus
Obesitas, retardasi mental,
hipogonadism, hipermetabolisme,
7
epilepsi
Obesitas trunkal, retardasi mental,
hipotonia, hipogonadism
Perawakan pendek, ambiguous
genitalia, kelainan jantung bawaan,
webbed neck, obesitas, genotipe
45,XO
Obesitas idiopatik terjadi akibat interaksi multifaktorial. Secara umum fakor-
faktor tesebut dikelompokkan dalam faktor genetik dan faktor lingkungan.1
Faktor genetik yang diketahui berperan utama adalah parental fatness, anak
yang obesitas biasanya berasal dari keluarga dengan obesitas. Gen-gen yang bekerja
pada kontrol asupan makan dan keluaran energi, mengalami mutasi sehingga fungsi
kontrol pun tidak ada. Selain gen dengan efek sentral, beberapa penelitian
menemukan beberapa gen perifer yang juga mempengaruhi kejadian obesitas.
Faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab obesitas dikelompokkan
menjadi lima, yaitu nutrisional, aktivitas fisik, trauma (neurologis atau psikologis),
medikasi (steroid) dan sosial ekonomi.1
a. Nutrisional/perilaku makan
Peranan faktor nutrisional dimulai sejak masa gestasi. Jumlah lemak tubuh dan
pertumbuhan bayi sangat dipengaruhi oleh berat badan maternal dan kenaikan berat
badan selama antenatal. Selanjutnya kebiasaan orang tua memberikan susu formula
dalam jumlah berlebih membuat anak terbiasa mengkonsumsi makanan melebihi
8
kebutuhan, dan berlanjut hingga usia pra sekolah, usia sekolah, sampai pada masa
remaja.
Selain itu anak usia sekolah memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji,
yang umumnya berenegi tinggi dengan kandungan lemak yang banyak. Kebiasaan
lain yang juga tidak sehat adalah mengkonsumsi camilan yang banyak mengandung
gula.
b. Aktivitas
Aktivitas fisik anak dewasa ini cenderung rendah dan menurun. Anak-anak lebih
banyak bermain didalam rumah dibanding diluar rumah, misalnya bermain games
komputer maupun media elektronik lain, menonton televisi, dan sebagainya.
c. Sosial-ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku gaya hidup dan pola makan, serta faktor
peningkatan pendapatan, mampu mempengaruhi perubahan dalam pemilihan jenis
dan jumlah makanan. 8
4. Patofisiologi Obesitas
Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme obesitas.
Telah disebutkan sebelumnya, faktor lingkungan merupakan faktor utama dalam
obesitas, dan faktor lain yang berperan adalah kelainan dan mutasi genetik.1
Menurut Andrew J Walley, patofisiologi obesitas dapat terjadi karena
gangguan pada keseimbangan energi, adiposit, dan neurobehavior.8
9
a. Obesitas dan keseimbangan energi
Obesitas telah lama dipandang sebagai penyakit dari keseimbangan energi. Dapat
terjadi karena masukan energi yang berlebihan ataupun kurangnya energi yang
dikeluarkan.1,8
Leptin merupakan adipokin yang dibebaskan dari jaringan adiposa, berfungsi
menekan nafsu makan dan sebagai regulator utama keseimbangan energi dan berat
badan. Leptin selain bekerja di sinyal kenyang, juga bekerja dalam pengeluaran
energi. Kadar leptin yang tinggi akan menyebabkan penurunan kadar uncoupling
protein (UCP1). Protein ini berfungsi sebagai termogenesis dan penentuan basal
metabolic rate dengan cara meningkatkan kerja simpatis pada jaringan lemak
coklat.4,8
b. Obesitas dan kelainan adiposit
Abnormalitas penyimpanan dan mobilisasi lemak adalah mekanisme lain yang juga
berpotensi dalam patofisiologi obesitas. Ketika kelebihan makronutrient terutama
glukosa dalam darah, akan terjadi perubahan glukosa menjadi glikogen. Bila
simpanan dalam hati dan otot telah memenuhi kapasitas, makan glukosa akan dirubah
menjadi asam lemak dan selanjutnya disimpan dalam adiposit.4,8
Penyimpanan lemak yang terus menerus akan membuat hipertrofi atau pembesaran
adiposit. Pada orang dewasa, adiposit akan mengalami pembesaran namun tidak
bertambah jumlahnya. Berbeda dengan obesitas yang terjadi pada anak-anak, adiposit
tidak hanya mengalami hipertrofi namun juga hiperplasia. Hal inilah yang
menyebabkan 75% anak yang mengalami obesitas akan berlanjut hingga dewasa.8 9
10
c. Obesitas dan kelainan neurobehavior
Defek neurologis pada kontrol rasa lapar dan asupan makanan, menjadi bagian
penting dari patogenesis obesitas. Beberapa penelitan mendapatkan bahwa mutasi gen
yang berperan dalam obesitas monogenik ialah gen-gen yang termasuk dalam kontrol
rasa lapar pada jalur leptin-melanocortin.
5. Manifestasi Klinis Obesitas
Obesitas secara klinis jelas pada setiap umur, namun paling sering pada usia 1
tahun, 5-6 tahun dan masa remaja. Tanda dan gejala yang khas dari obesitas adalah
wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada
membusung, payudara membesar akibat jaringan lemak, perut membuncit dengan
dinding perut berlipat, dapat tampak striae berwarna putih atau merah lembayung,
ekstremitas biasanya besar dikedua paha atau lengan atas, jari tangan relatif kecil,
kedua tungkai umumnya berbentuk X, kedua pangkal paha bagian dalam menempel
dan bergesekan, menyebabkan laserasi dan ulserasi yang menimbulkan bau tidak
enak. Pada anak lelaki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak
suprapubic (burried penis).1,2
Bentuk fisik obesitas menurut distribusi lemak dibedakan dalam apple shape
body atau android bila lebih banyak lemak di bagian atas tubuh dan pear shape body
atau gynoid bila lebih banyak lemak terdistribusi di bagian bawah tubuh (pinggul dan
paha). Bentuk yang pertengahan adalah intermediate. Apple shape body cenderung
lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes.1
11
Anak dengan obesitas dapat mengalami stress dan kesukaran sosial dan
psikologis. Stigmatisasi sosial anak obesitas di lingkungan dan sekolah sering kali
terjadi. Anak sekolah sering kali digoda, diintimidasi, dan dikeluarkan dari aktivitas
lain.2
Selain menilai dari tanda dan gejala klinis, tetap dibutuhkan pengukuran yang
lebih obyektif untuk menegakkan diagnosis. Pengukuran obyektif dapat dilakukan
dengan antropometri dan laboratorik.1,10
6. Diagnosis dan Diagnosis Banding Obesitas
Bila datang seorang anak dengan keluhan obesitas, maka perlu dipastikan
apakah kriteria obesitas terpenuhi secara klinis maupun antropometris. Selanjutnya
perlu ditelusuri faktor resiko obesitas serta dampak yang mungkin akan terjadi. Pola
makan serta aktifitas fisik penting untuk ditelusuri.1
Bila kriteria obesitas sudah terpenuhi, perlu dilakukan skrining kelanjutan
meliputi lima area risiko kesehatan sebagai berikut. 1) riwayat keluarga, menelusuri
riwayat penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, hiperlipidemia, atau riwayat
obesitas kedua orangtua. 2) tekanan darah, dengan menggunakan metode dan kriteria
tekanan darah anak-anak. 3) kadar kolesterol total, kenaikan diatas 200 mg/dL. 4)
tambahan kenaikan tahunan IMT, yaitu kenaikan melebihi dua unit dari tahun
sebelumnya. 5) penilaian keprihatinan, emosional, dan psikologik.2
12
Saat satu atau lebih dari lima hal tersebut positif, maka anak perlu mendapat
evaluasi medik yang diteliti untuk memikirkan patologis medik primer seperti
terdaftar pada diagnosis banding.2
Diagnosis banding obesitas biasanya berkaitan dengan gangguan endokrin
atau sindrom genetik.
Berikut dibawah ini alur diagnosis obesitas menurut The Endocrine Society’s
Clinical Guideline:9
Gambar 3. Diagnosis dan manajemen obesitas pada anak9
13
7. Pengobatan Obesitas
Tatalaksana obesitas harus komprehensif mencakup penanganan obesitas itu
sendiri dan dampak yang terjadi. Prinsip tatalaksana obesitas didasarkan
patofisiologinya yaitu mengurangi asupan dan meningkatkan pengeluaran energi.1
Teknik yang digunakan dalam terapi obesitas anak berbeda dengan dewasa.
Pembedahan dan balon lambung merupakan kontraindikasi untuk anak. Terapi
farmakologi tidak dapat dengan mudah diterapkan pada anak. Diet amat rendah kalori
tidak tepat karena dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan.2
Secara umum terapi obesitas dibagi atas modifikasi gaya hidup dan terapi
intensif. Modifikasi gaya hidup harus dilakukan berkelanjutan sebelum memilih
terapi intensif.1,9
Modifikasi gaya hidup diantaranya adalah pengaturan diet, peningkatan
aktifitas fisik, perubahan perilaku serta yang terpenting adalah dukungan dan
keterlibatan keluarga dalam proses terapi yang dilakukan. Tabel dibawah ini
merupakan rencana penurunan berat badan pada pasien obesitas.1,10
B. PROBIOTIK
1. Definisi
Probiotik adalah mikroorganisme yang memberikan manfaat pada sistem
gastrointestinal dengan cara menyeimbangkan mikroorganisme yang ada di sana.
Probiotik awalnya didapatkan dari susu yang difermentasi, berdasarkan pengalaman
memiliki manfaat untuk kesehatan, menurut Metchnikoff. Kemudian tergambarkan
14
tentang efek samping dari mikroorganisme yang terdapat di usus, namun dengan
adanya probiotik dapat menyeimbangkan efek mikroorganisme yang merugikan
tersebut, hal ini disebut “auto-intoksikasi”. Kemudian pada 1965, Lilley dan Stillwell
menggunakan istilah probiotik ini sebagai mikroorganisme yang menguntungkan.
Pada 1989, Fuller menyatakan bahwa makanan yang mengandung mikrobiota hidup
dapat memberikan efek positif terhadap keseimbangan mikroorganisme lain.12,14
Table 4. perbedaan antara probiotik, prebiotik, dan sinbiotik12
Jenis Definisi Contoh KeuntunganProbiotik Mikrobiota hidup
yang ditambahkan pada makanan berfungsi untukmeningkatkan keseimbangan mikroorganisme yang ada di usus
LactobaciliBifiodobacteriaEnterococciStreptococci
Beberapa strain dapat berguna untuk kesehatan.Berguna saat normal flora di usus mengalami kelemahan.
Prebiotik Kandungan makanan yang tidak dicerna, mempengaruhi aktivitas dan perkembangan bakteri di kolon dan juga bisa meningkatkan kesehatan tubuh.
FructooligosakaridaInulinGalaktooligosakarida
Mengubah ketahanan spesies bakteri di usus.
Sinbiotik Kombinasi pro dan prebiotik yang bekerja mempengaruhi tubuh agar meningkatkan ketahanan mikrobiota baik
Fruktooligosakarida + bifiodobacteriaLactobacil + lactilol
Memiliki manfaat keduanya (pre dan probiotik)
15
yang terkandung di dalam suplemen makanan tertentu untuk bisa bertahan di usus
2. Faktor yang Mempengaruhi Probiotik12
a. Fisik
Pada daerah yang kering, probiotik mampu bertahan lebih lama dalam
penyimpanan. Namun, jika keadaan basah maka metabolism dari mikrobiota
akan meningkat.
b. Temperatur
Pada temperatur yang rendah, bakteri yang terkandung di probiotik dapat
bertahan lebih lama, dibandingkan temperature tinggi. Sehingga pada proses
pembuatan tidak dianjurkan untuk dimasak, dibakar, dan dikukus.
c. pH
Bakteri Lactobacillus dan Bifidobacteria dapat bertahan pada pH yang
rendah. Dalam fermentasi susu dan yogurt, kisaran pH antara 3,7-4,3. Jika pH
di bawah 3,6 maka beberapa bakteri akan mudah mati.
d. Aktivitas air
Tingkat kelembaban yang tinggi akan mengahmbat keberlangsungan
probiotik.
16
e. Oksigen
Beberapa jenis probiotik dapat menghambat toksisitas oksigen dengan
bantuan enzim. Hal inilah yang dimanfaatkan para diet untuk mencegah efek
buruk makanan yang mengandung oksidan, karena probiotik dapat bekerja
sebagai antioksidan.
3. Mekanisme Kerja Probiotik
Berawal pada kasus diare, dimana jika laktosa hanya diserap sebagian oleh
usus, maka sisanya akan dikeluarkan. Pada probiotik yang mengandung Lactobacillus
yang banyak terkandung pada susu fermentasi, akan mengaktifkan beta-galaktosidase
untuk menurunkan konsentrasi laktosa dalam beberapa produk makanan. Asam laktat
yang dihasilkan bakteri tersebut akan memproduksi zat metabolit seperti asam lemak
bebas, hydrogen peroksida, dan bakteriosin. Zat ini mampu menghambat pertubuhan
bakteri patogen yang terkandung dalam makanan.12
Probiotik juga menggunakan mekanisme enzimatik untuk memodifikasi
toksin dan memblok reseptornya di usus. Probiotik dapat menurunkan kadar pH usus,
sehingga membunuh bakteri patogen yang merugikan, memproduksi metabolit yang
mampu melindungi usus, memperbaiki motilitas usus, dan meningkatkan produksi
mucus. 12
Mukosa gastrointestinal dilindungi oleh lapisan eksternal dan sistem imun.
Saat mikroflora usus menurun , antigen transport akan dirilis sebagai indikasi bahwa
keadaan normal flora disana sedang menurun. Probiotik yang mengandung bakteri
non-patogen berinteraksi dengan sel epitel usus dan sel imunitas untuk merangsang
17
sinyal pelindung dari imunitas tubuh. Bakteri ini kemudian akan berinteraksi dengan
sel “M” di plak Peyeri, beserta sel epitel, dan sel imun. Kemudian sat berikatan, akan
terjadi modulasi immunoglobulin A untuk melindungi mukosa usus dari serangan
bakteri pathogen dan virus. Immunoglobulin A yang berinteraksi dengan bakteri
pathogen, akan merangsang pengeluaran sitokin pro inflamasi sebagai tanda
perlawanan (TNF-α, IFN-γ, IL-10). Saat sitokin ini muncul, maka terjadi regulasi
imunitas secara kontinyu untuk hemostasis saluran cerna.12
4. Jenis Probiotik
a. Bakteri
Lactobacillus: acidophilus, sporogenes, plantarum, rhamnosum,
delbrueck, reuteri, fermentum, lactus, cellobiosus, brevis
Bifidobacterium: bifidum, infantis, longum, thermophilum, animalis
Streptococcus: lactis, cremoris, alivarius, intermedius
Leuconostoc
Pediococcus
Propionibacterium
Bacillus
Enterococcus
E. faecium
b. Ragi and Jamur
A. cerevisiae, A. niger, A. oryzue, C. Pintolopesii, Sacharomyces boulardii.
18
C. PROBIOTIK UNTUK TERAPI OBESITAS
Beberapa teori menyatakan bahwa mikroorganisme usus yang terdapat pada
orang obesitas mengganggu keseimbangan penyerapan dan meningkatkan
penyimpanan lemak. Pada usus orang obesitas lebih banyak ditemukan Firmicutes
dan Bacteroidetes. Berikut gambar mekanisme yang menghubungkan antara
terjadinya obesitas dengan mikroorganisme yang ada di usus.11
Gambar 1. Mekanisme hubungan antara mikroorganisme usus dengan obesitas.11,15
19
Beberapa mekanisme mikroorganisme usus diduga dapat berefek pada berat
badan. Miroorganisme usus pada orang obes dapat lebih efesien dalam pengambilan
energi dan meningkatkan penyimpanan lemak yang didapat dari makanan.
Mikroorganisme ini juga memodulasi pengambilan energy dan metabolisme melalui
Short chai fatty acid (SCFs) dari polisakarida yang tidak dicerna.13
Tubuh yang besar mengindiasikan adanya eksistensi mikroorganisme usus
yang berfungsi dengan sangat baik dalam proses metabolisme. Hal ini sangat
berkaitan erat dengan obesitas. Menurut Ley et al pada 2006, menyatakan bahwa
untuk menyeimbangkan kinerja yang berlebihan pada usus orang obesitas, maka
digunakanlah probiotik sebagai salah satu tatalaksananya.13,15
Obesitas itu sendiri terjadi karena adanya status inflamasi kronis dengan
adanya kompliasi metabolik. Orang yang mengonsumsi banyak lemak akan
merangsang peningkatan permeabilitas plasma (lipopolisakarida). Lipopolisakarida
juga merupakan bagian dari membrane sel bakteri Gram negative, sehingga bakteri
ini juga akan merangsang terjadinya inflamasi pada mukosa usus, dan mengeluarkan
endotoksin dalam dosis rendah. Hal ini memicu terjadinya uptake berlebihan setiap
kali ada nutrisi yang dikonsumsi, meningkatkan resistensi insulin. Probiotik berfungsi
sebagai penyeimbang kinerja mikroorganisme yang berlebihan tersebut, sehingga
proses inflamasi kronis yang ada pada usus dapat ditekan.13,14
20
Tabel 5. Beberapa Hasil Penelitian Probiotik13
Penelitian Probiotik HasilYoe et al. 2013 Lactobacilus curvatus
HY7601 dengan atau tanpa kombinasi Lactobacillus plantarum KY1032
BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)
Park et al. 2013 Lactobacilus curvatus HY7601 dan Lactobacillus plantarum KY1032
Menurunkan BB, akumulasi lemak Menurunkan insulin plasma, kolesterol total, biomarker toksin heparMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)Menurunkan oksidasi asam lemak
Wang et al. 2015 Lactobacillus paracasei CNCM I-4270, Lactobacillus rhamnosus I-3690 atau Bifidobacteriumanimalis subsp. lactis I-2494
Menurunkan BBMenurunkan infiltrasi makrofag di jaringan lemakMenurunkan stenosis heparMeningkatkan keseimbangan insulin
An et al. 2011 Lactic acid bacterium (LAB)supplement (B. pseudocatenulatumSPM 1204, B. longum SPM 1205,and B. longum SPM 1207;108 ~ 109 CFU)
Menurunkan BB dan akumulasi lemakMenurunkan koesterol total, TG, glukosa, leptin LDL-C, HDL-CMenurunkan biomarker toksin hepar
Chen et al. 2012 Bifidobacterium adolescentis Menurunkan BB dan akumulasi lemak
21
Meningkatkan sensitivitas insulin
Zhao et al. 2012 Pediococcus pentosaceus LP28 /Lactobacillus plantarum SN13Tas comparato
Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterolMenurunkan cadangan lemakMenurunkan gen pembentukan lipid
Gauffin et al. 2012 Bacteroides uniformis CECT 7771
Menurunkan BB dan akumulasi lemakMenurunkan koesterol total, TG, glukosa, leptin LDL-C, HDL-CMenurunkan biomarker toksin hepar
Everard et al. 2013 Akkermansia muciniphila(alive versus heat- killed)
Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterolMenurunkan cadangan lemakMenurunkan gen pembentukan lipid
Everard et al. 2014 Saccharomyces boulardii Biocodex
BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)
Kim et al. 2013 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan BB dan massa lemakMeningkatkan sensitivitas insulinMeningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosa
22
Meningkatkan adiponectin di jaringan lemak
Tabuchi et al. 2003 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan HbA1cMeningkatkan toleransi glukosa oral
Park et al. 2015 Lactobacillus rhamnosus GG Meningkatkan toleransi glukosaMeningkatkan stimulasi insulinMeningkatkan sensitivitas insulin
Yadav et al. 2006 Lactococcus lactis Menurunkan BBMenurunkan HbA1cMeningkatkan toleransi glukosa oral
Yadav et al. 2017 Lactobacillus casei/Lactobacillusacidophilus
Menurunkan BBMenurunkan HbA1cMeningkatkan toleransi glukosa oral
Ritze et al. 2014 Lactobacillus rhamnosus GG Menurunkan BB dan akumulasi lemak, TG dan kolesterolMenurunkan cadangan lemakMenurunkan gen pembentukan lipid
Yin et al. 2010 Bifidobacteria L66-5, L75-4, M13-4and FS31-12
BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)
Reichold A et al. 2014 Bifidobacteria adolescentis Menurunkan BB dan massa lemakMeningkatkan sensitivitas insulin
23
Meningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosaMeningkatkan adiponectin di jaringan lemak
Plaza-Diaz et al. 2014 Lactobacillus paracasei CNCMI-4034, Bifidobacterium breveCNCM I-4035 and Lactobacillusrhamnosus CNCM or mixtureof 3 strains
BB turunMenurunkan akumulasi lipid di hepar dan simpanan lemakMenurunkan kolesterol plasma dan heparMenurunkan aktivitas gen yang mengsintesis enzim lemakMenurunkan sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1b)
Savcheniuk O et al. 2014
14 alive probiotic strains(Lactobacillus, Lactococcus,Bifidobacterium,Propionibacterium, Acetobacter)
Menurunkan BB dan massa lemakMeningkatkan sensitivitas insulinMeningkatkan ekspresi gen untuk metabolism glukosaMeningkatkan adiponectin di jaringan lemak