Referat Obesitas

28
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Referat Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman OBESITAS PADA ANAK oleh: Harry Hamyasa (0808015017) Muhammad Taufik Adhyatma (0808015046) Pembimbing dr. William S. Tjeng, Sp. A 1

description

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupabercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin,Auspitz dan Kobner.Penyebab soriasis hingga saat ini belum diketahui, tetapiyang pasti pembentukan epidermis dipercepat. Penyakit ini tidak menyebabkankematian, tidak menular, tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuhmana saja sehingga dapat menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitashidup, gangguan psikologis (mental), sosial, dan finansial

Transcript of Referat Obesitas

Page 1: Referat Obesitas

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Referat

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

OBESITAS PADA ANAK

oleh:

Harry Hamyasa (0808015017)

Muhammad Taufik Adhyatma (0808015046)

Pembimbing

dr. William S. Tjeng, Sp. A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie

2013

1

Page 2: Referat Obesitas

BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO

menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas

sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonesia,

terutama dikota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke

westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan / konsumsi

masyarakat yang merujuk padapola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol,

terutama terhadap penawaran makanansiap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan

risiko obesitas.

Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun

negara yang sedang berkembang. Berdasarkan SUSENAS, prevalensi obesitas (>120%

medianbaku WHO/NCHS) pada balita mengalami peningkatan baik di perkotaan maupun

pedesaan. Diperkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% laki-laki dan 5,9% perempuan,

meningkat menjadi 6,3% laki-laki dan 8% perempuan pada tahun 1992 dan di pedesaan pada

tahun 1989 didapatkan 2,3% laki-laki dan 3,8% perempuan, meningkat menjadi 3,9% laki-

laki dan 4,7% perempuan pada tahun 1992.

Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan

berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif di kemudian hari.

Profillipid darah pada anak obesitas menyerupai profil lipid pada penyakit kardiovaskuler

dan anak yang obesitas mempunyai risiko hipertensi lebih besar. Penelitian Syarif

menemukan hipertensi pada 20 – 30% anak yang obesitas, terutama obesitas tipe abdominal.

Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan

yang sedini mungkin, dengan melibatkan peran serta orang tua.

2

Page 3: Referat Obesitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Kriteri Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.1 Untuk menentukan obesitas

diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan

laboratorik, pada umumnya digunakan:

a. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut

obesitas bila BB > 120% BB standar.4

b. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas

bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-score = + 2 SD.1

c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan

kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.6

d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb.

yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode

yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.4

e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.6

B. Indeks Massa Tubuh (BMI)

Perawatan kesehatan profesional mendefinisikan obesitas atau kelebihan berat badan

dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI), yang merupakan metode yang sangat baik

untuk pengukuran langsung lemak tubuh. BMI = berat badan dalam kg / (tinggi dalam meter)

2. Orang dewasa dengan BMI ≥ 30 memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang

dengan BMI antara 25-30 mengalami kelebihan berat badan. Selama masa kanak-kanak,

tingkat perubahan lemak tubuh dimulai dengan penyimpanan jaringan adiposa yang tinggi

selama masa kanak-kanak. Kadar lemak tubuh menurun menjelang usia 5,5 tahun sampai

periode yang disebut "adiposity rebound", ketika lemak tubuh biasanya berada pada tingkat

terendah. Adipositas kemudian meningkat sampai awal masa dewasa (Gbr. 44-1). Akibatnya,

obesitas dan kelebihan berat badan didefinisikan menggunakan persentil BMI, anak usia

diatas 2 tahun dengan persentil BMI ≥ 95 memenuhi kriteria untuk obesitas, dan orang-orang

dengan BMI antara persentil ke-85 dan ke-95 mengalami kelebihan berat badan.

3

Page 4: Referat Obesitas

Gambar 1. Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak Wanita

Gambar 1. Kurva CDC Persentil Indeks Massa Tubuh per Umur Untuk Anak Laki-Laki

4

Page 5: Referat Obesitas

C. Perjalanan Perkembangan Obesitas

Menurut Dietz terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam

kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama trimester 3

kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6 – 7 tahun dan periode adolescence.6 Pada

bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas untuk 2 dekade berikutnya

dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.7 Menurut Taitz, 50%

remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas sejak bayi.4 Sedang penelitian di Jepang

menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi obesitas dimasa dewasa1 dan risiko

obesitas ini diperkirakan sangat tinggi, dengan OR 2,0 – 6,7.8

Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia 1-2 tahun dengan

orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14

tahun dengan salah satu orang tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.9

D. Faktor-faktor Penyebab Obesitas.

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan

energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran

energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.3,4

Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor

eksogen/nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat

kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10%.5

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit

multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi

antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial

ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini

pada bayi.3,4

Faktor Genetik .

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang

5

Page 6: Referat Obesitas

tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian

obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.5

Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin

menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap

pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan pengaruh diet dan stress

lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari.

Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate,

thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang

jelek.10,11 Dengan demikian kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik

sedang lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.11

Faktor lingkungan.

1. Aktifitas fisik.

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar

20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan

antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik

yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg.10 Penelitian

di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang

mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan

berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim

dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.8

Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama

menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas

sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV = 2 jam setiap harinya.10

2. Faktor nutrisional.

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh

dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak

dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari

6

Page 7: Referat Obesitas

karbohidrat dan lemak5 serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung

energi tinggi.3,5

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan

tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok

dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan

konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.8 Keadaan ini

disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih

tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan

makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga

mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya

terjadi konsumsi yang berlebihan.10 Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga

menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai

protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat,

sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang

karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah

kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga

perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila

cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi

dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak

mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak

diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam

jaringan lemak.1

3. Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi.5 Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya

perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah

dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan

rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih

7

Page 8: Referat Obesitas

senang bermain komputer / games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas

fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau

akan berisiko menimbulkan obesitas.12

E. Mekanisme Regulasi Keseimbangan Energi dan Berat Badan 13,14

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses

fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran

energi dan regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam pengaturan penyimpanan energi,

melalui sinyal- sinyal efferent yang berpusat di hipotalamus setelah mendapatkan sinyal

afferent dari perifer terutama dari jaringan adipose tetapi juga dari usus dan jaringan otot.

Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan asupan makanan, menurunkan

pengeluaran energi) dan katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.

Sinyal pendek (situasional) yang mempengaruhi porsi makan dan waktu makan

serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yaitu

kolesistokinin (CCK) yang mempunyai peranan paling penting dalam menurunkan porsi

makan dibanding glukagon, bombesin dan somatostatin. Sinyal panjang yang diperankan

oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan

energi. Didalam system ini leptin memegang peran utama sebagai pengendali berat badan.

Sumber utama leptin adalah jaringan adiposa, yang disekresi langsung masuk ke peredaran

darah dan kemudian menembus sawar darah otak menuju ke hipotalamus. Apabila asupan

energi melebihi dari yang dibutuhkan maka massa jaringan adiposa meningkat, disertai

dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang

anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi NPY, sehingga terjadi

penurunan nafsu makan dan asupan makanan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan

energi lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan adiposa berkurang dan terjadi

rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu

makan dan asupan makanan. Pada sebagian besar orang obesitas, mekanisme ini tidak

berjalan walaupun kadar leptin didalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi leptin.

Beberapa neurotransmiter, yaitu norepineprin, dopamin, asetilkolin dan serotonin

8

Page 9: Referat Obesitas

berperan juga dalam regulasi keseimbangan energi, demikian juga dengan beberapa

neuropeptide dan hormon perifer yang juga mempengaruhi asupan makanan dan

berperan didalam pengendalian kebiasaan makan. Neuropeptide-neuropeptide ini meliputi

neuropeptide Y (NPY), melanin-concentrating hormone, corticotropin-releasing hormone

(CRH), bombesin dan somatostatin. NPY dan CRH terdapat di nukleus paraventrikuler

(PVN) yang terletak di bagian dorsal dan rostral ventromedial hypothalamic (VMH),

sehingga lesi pada daerah ini akan mempengaruhi kebiasaan makan dan keseimbangan

energi. NPY merupakan neuropeptida perangsang nafsu makan dan diduga berperan

didalam respon fisiologi terhadap starvasi dan obesitas.

Gambar 3. Regulasi Kontrol Rasa Lapar

Nukleus VMH merupakan satiety center / anorexigenic center . Stimulasi pada

nukleus VMH akan menghambat asupan makanan dan kerusakan nukleus ini akan

menyebabkan makan yang berlebihan (hiperfagia) dan obesitas. Sedang nukleus area

lateral hipotalamus (LHA) merupakan feeding center / orexigenic center dan memberikan

pengaruh yang berlawanan.

9

Page 10: Referat Obesitas

Gambar 4. Kontrol Nafsu Makan

Leptin dan insulin yang bekerja pada nukleus arcuatus (ARC), merangsang neuron

proopimelanocortin / cocain and amphetamine-regulated transcript (POMC/ CART) dan

menimbulkan efek katabolik (menghambat nafsu makan, meningkatkan pengeluaran energi)

dan pada saat yang sama menghambat neuron NPY/AGRP (agouti related peptide) dan

menimbulkan efek anabolik (merangsang nafsu makan, menurunkan pengeluaran energi).

Pelepasan neuropeptida-neuropeptida NPY/AGRP dan POMC/CART oleh neuron-neuron

tersebut kedalam nukleus PVN dan LHA, yang selanjutnya akan memediasi efek insulin

dan leptin dengan cara mengatur respon neuron-neuron dalam nukleus traktus solitarius

(NTS) di otak belakang terhadap sinyal rasa kenyang (oleh kolesistokinin dan distensi

lambung) yang timbul setelah makan. Sinyal rasa kenyang ini menuju NTS terutama

melalui nervus vagus. Jalur descending anabolik dan katabolik diduga mempengaruhi

respon neuron di NTS yang mengatur penghentian makan. Jalur katabolik meningkatkan

dan jalur anabolik menurunkan efek sinyal kenyang jalur pendek, sehingga menyebabkan

penyesuaian porsi makan yang mempunyai efek jangka panjang pada perubahan asupan

makan dan berat badan.

F. Dampak Obesitas pada anak

1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-

kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol. Risiko

penyakit Kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7 - 2,6. IMT

mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT >

persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar

10

Page 11: Referat Obesitas

HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi.15 Anak

obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-

30% menderita hipertensi.5

2. Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.5,15 Prevalensi

penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes mellitus tipe-

2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT

> + 3SD atau > persentile ke 99. 16

3. Obstruktive sleep apnea

Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala

mengorok.5 Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut

yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan

volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan.

Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi

oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur

pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faring yang

mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah,

sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini

berkurang seiring dengan penurunan berat badan.5,10

4. Gangguan ortopedik

Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang

disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang

menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.5

5. Pseudotumor serebri

Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas

disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-2 yang menyebabkan peningkatan kadar CO2

11

Page 12: Referat Obesitas

dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang

perifer dan iritabilitas.5

G. Tatalaksana Obesitas Pada Anak

Kesuksesan dalam pengendalian obesitas paling baik dilakukan melalui pendekatan

multi dimensional untuk mencapai perubahan gaya hidup yang termodifikasi dengan baik.

Terapi kognitif untuk motivasi penurunan berat badan serta kombinasi gizi, aktivitas jasmani

serta kemauan akan menjadi hal terbaik.

Hal ini penting untuk memulai langkah-langkah yang direkomendasikan mengenai

asupan kalori yang tepat bagi anak yang obesitas. Makanan harus didasarkan pada buah-

buahan, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak, ikan, dan unggas. Makanan siap saji harus

dipilih sesuai dengan nilai gizi mereka, dengan mengatur kalori dan lemak. Makanan yang

memberikan kalori berlebihan dan nilai gizi yang rendah diberikan sesekali. Karena anak

obesitas menkonsumsi banyak kalori diluar kebutuhan mereka. Pendekatan bertahap

dianjurkan, seperti seorang anak usia 10 tahun yang membutuhkan 2000 kkal / hari dan

mengkonsumsi 3500 kkal / hari dapat mengurangi asupan sebanyak 280 kkal dengan

menghindari 2 kaleng minuman soda dan menggantinya dengan air minum. Meskipun

perubahan diet tidak akan mengakibatkan penurunan berat badan, mungkin akan

menghasilkan pertambahan berat badan sedikit lebih lambat. Setelah perubahan ini telah

berhasil dilakukan, anak bisa membuat perubahan lain seperti mengurangi camilan, sehingga

menghilangkan sebuah kkal 300 tambahan.

Tabel 2. Rekomendasi Intake Kalori Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (Nelson, 2011)

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas

12

Page 13: Referat Obesitas

seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam

proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi

serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas

fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup. 5,12

1. Menetapkan target penurunan berat badan

Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7

tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.

Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup

dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak

usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan

berat badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2

kg per bulan.5

2. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA,

hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.5 Intervensi diet

harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta.

Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori

dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97

persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah

(very low calorie diet ).12

Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang 5Menurunkan berat badan

dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal. Diet seimbang dengan komposisi

karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20%

energi total serta kolesterol < 300 mg per hari. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia

> 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram

per hari.

3. Pengaturan aktifitas fisik

Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.

13

Page 14: Referat Obesitas

Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,

kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat

yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.

Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.5

Tabel 1 Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

Jenis kegiatan

Kalori yang digunakan/jam

Jalan kaki 3 km/jam

Jalan kaki 6 km/jam

Joging 8

km/jam Lari

12 km/jam

Tenis tunggal

Tenis ganda

Golf

Berenang

150

300

480

600

360

240

180

350

660Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

4. Mengubah pola hidup/perilaku

Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen

intervensi, dengan cara: Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan

aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya. Mengontrol rangsangan untuk makan.

Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu

keinginan untuk makan. Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis

makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan. Memberikan penghargaan

dan hukuman. Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi

yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.5

14

Page 15: Referat Obesitas

5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru

Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli

gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet,

mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.12

6. Terapi Intensif 5,12

Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai

komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet

berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah. Indikasi

terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal atau IMT > 97

persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5

gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari.

Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.

Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi

dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi

dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan

metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan

untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.

Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini

adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung

dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat

gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak

penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

H. Pencegahan

Pencegahan obesitas anak dan remaja sangat penting bagi kesehatan masyarakat di

Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara lain (Tabel 44-7 dan 44-8). National

Institutes of Health (NIH) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)

merekomendasikan berbagai inisiatif untuk memerangi lingkungan obesigenic saat ini,

termasuk promosi menyusui, akses ke buah dan sayuran, dan 60 menit / hari aktivitas untuk

anak-anak. USDA mensponsori program 5,5 cangkir buah-buahan dan sayuran per hari.

15

Page 16: Referat Obesitas

Insentif bagi industri makanan untuk mempromosikan konsumsi makanan sehat harus

dipertimbangkan. Pemasaran makanan sehat kepada anak-anak sudah mulai diatur.

Tabel 2 - Saran Untuk Mencegah Usulan Obesitas

Fase Saran

Kehamilan Menormalkan indeks massa tubuh sebelum hamil.

Jangan merokok.

Melakukan olahraga ringan yang dapat ditolerir

Pada penderita diabetes gestasional, mengontrol glukosa dengan

teliti.

Postpartum Dan

Bayi

Menyusui minimal 3 bulan.

Menunda pengenalan makanan padat dan cairan manis.

Keluarga Makan bersama keluarga di tempat yang tetap dan waktu yang

tetap.

Jangan melewatkan makan, khususnya sarapan.

Jangan menonton televisi selama makan.

Gunakan piring kecil.

Hindari makanan manis atau berlemak yang tidak perlu dan

minuman ringan.

Jangan menaruh televise di kamar tidur anak-anak, membatasi

waktu menonton televisi, permainan dan video

Sekolah Hilangkan penjual permen dan kue.

Tinjau isi mesin penjual otomatis dan mengganti dengan pilihan

makanan sehat.

Mendidik guru tentang gizi dasar dan manfaat dari aktivitas fisik.

Mendidik anak dari prasekolah sampai SMA mengenai diet yang

tepat dan gaya hidup yang sehat.

Olahraga 30-45 menit, 2-3 kali seminggu.

Masyarakat Meningkatkan fasilitas bermain untuk anak-anak dari segala usia.

Mencegah penggunaan lift dan eskalator.

Penyedia Layanan

Kesehatan

Jelaskan pengaruh biologis dan kontribusi genetik untuk obesitas.

Jelaskan berat badan idela sesuai usia pada anak-anak.

Bekerja kearah mengklasifikasikan obesitas sebagai penyakit

untuk meningkatkan pengakuan, penggantian untuk perawatan,

16

Page 17: Referat Obesitas

dan kemauan dan kemampuan untuk memberikan pengobatan.

Industri Mandat sesuai usia nutrisi pelabelan untuk produk yang ditujukan

untuk anak-anak (misalnya, lampu merah / lampu hijau makanan,

dengan ukuran porsi).

Mendorong pemasaran video game interaktif di mana anak-anak

harus berolahraga dalam bermain.

Gunakan iklan yang mengarahkan anak-anak untuk makanan

sehat untuk mempromosikan sarapan dan makan secara teratur.

.Dari Speiser PW, Rudolf MCJ, Anhalt H, et al: Konsensus Pernyataan: obesitas, J Clin

Endocrinol Metabol 90:1871-1887, 2005.

Panduan Antisipatif: Membangun Kebiasaan Makan Sehat Pada Anak (Diadaptasi

dari Benton D: Peran orang tua dalam penentuan preferensi makanan anak-anak dan

perkembangan obesitas, Int J OBEs Relat Metab Disord 28:858-869, 2004)

Jangan menghukum anak selama waktu makan dan berkaitan dengan makan. Suasana

emosional makan sangat penting. Interaksi saat makan harus menyenangkan dan

bahagia.

Jangan menggunakan makanan sebagai hadiah.

Orang tua, saudara, dan rekan-rekan harus memodelkan makan yang sehat, mencicipi

makanan baru, dan makan makanan yang seimbang.

Anak-anak harus terkena berbagai makanan, selera, dan tekstur.

Makanan harus ditawarkan beberapa kali. Paparan berulang untuk awalnya tidak

menyukai makanan akan memecah resistensi.

Menawarkan berbagai makanan dengan kepadatan energi yang rendah membantu

anak asupan keseimbangan energi.

Membatasi akses ke makanan akan meningkat ketimbang menurunkan preferensi

anak untuk makanan itu.

Memaksa anak untuk makan makanan tertentu akan menurunkan preferensi nya

untuk makanan itu. Kewaspadaan anak-anak makanan baru adalah normal dan harus

diharapkan.

17

Page 18: Referat Obesitas

Anak-anak cenderung lebih sadar kenyang dibandingkan orang dewasa, sehingga

memungkinkan anak-anak untuk merespon kenyang, dan membiarkan yang mendikte

porsi. Jangan memaksa anak-anak untuk "membersihkan piring mereka."

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO

Technical Report Series 2000; 894, Geneva.

2. Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Tjokroprawiro, A., Kodyat, BA. Kegemukan,

Obesitas dan Penyakit Degeneratif: Epidemiologi dan Strategi Penanggulangannya, Dalam:

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Jakarta: LIPI, hal. 787 – 808.

3. Heird, W.C. Parental Feeding Behavior and Children’s Fat Mass. Am J Clin Nutr,

2002; 75: 451 – 452.

4. Taitz, L.S. Obesity, Dalam Textbook Of Pediatric Nutrition, IIIrd ed, McLaren,

D.S., Burman, D., Belton, N.R., Williams A.F. (Eds). London: Churchill Livingstone, 1991;

485 – 509.

5. Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah

Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 – 139.

6. Dietz, W.,H. Childhood Obesity. Dalam Textbook of Pediatric Nutrition, IInd

ed, Suskind, R.,M., Suskind, L.,L. (Eds). New York: Raven Press,1993; 279-84.

7. Pi-Sunver, F.X. Obesity, Dalam Modern Nutrition In Health and Disease, VIIIth ed,

Shils, M.E., Olson, J.A., Shike, M. (Eds). Tokyo: Lea & Febiger,1994; 984 – 1006.

8. Fukuda, S., Takeshita, T., Morimoto,K. Obesity and Lifestyle. Asian Med.J.,

2001; 44: 97-102.

9. Whitaker,R.C.,et al. Predicting Obesity in Young Adulthood from Childhood and

18

Page 19: Referat Obesitas

Parental Obesity, N Engl J Med, 1997; 337: 869-73

10. Kopelman,G.D. Obesity as a Medical Problem, NATURE, 2000; 404: 635-43.

11. Newnham,J.,P. Nutrition and the early origins of adult disease, Asia Pacific J

Clin Nutr 2002;11(Suppl): S537-42.

12. Kiess W., et al. Multidisciplinary Management of Obesity in Children and

Adolescents-Why and How Should It Be Achieved?. Dalam Obesity in Childhood and

Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG, 2004; 194-206

13. Surasmo, R., Taufan H. Penanganan obesitas dahulu, sekarang dan masa depan.

Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium I, Editor: Tjokroprawiro A., dkk.

Surabaya, 2002; 53 – 65.

14. Candrawinata, J., (2003), When Your Patients Start To Do The Popular Diets. Dalam

Naskah Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Tjokroprawiro A., dkk. Surabaya,

2003; 29 – 39.

15. Freedman,D.,S. Childhood Obesity and Coronary Heart Disease. Dalam

Obesity in Childhood and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel:

Karger AG, 2004; 160-9.

16. Bluher, S., et al. Type 2 Diabetes Mellitus in Children and Adolescents: The

European Perspective, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG, 2004;

170-180

17. Nelson. 2011. Nelson Textbook of Pediatric 19th Edition. Philadelphia: Elsevier

Saunders.

19