ASI & Obesitas

32
Tinjauan Pustaka HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK Oleh : M. Firdaus, S.Ked NIM. I1A003017 Pembimbing : dr. Arief B, Sp.A BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK

description

hubungan pemberian asi eklusif terhadap angka kejadian obesitas

Transcript of ASI & Obesitas

Page 1: ASI & Obesitas

Tinjauan Pustaka

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK

Oleh :

M. Firdaus, S.Ked

NIM. I1A003017

Pembimbing :

dr. Arief B, Sp.A

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK

FK UNLAM – RSUD ULIN

BANJARMASIN

Agustus, 2014

Page 2: ASI & Obesitas

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu...................................................................... 3

B. Obesitas Pada Anak.......................................................... 11

C. Hubungan ASI Dengan Obesitas...................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 3: ASI & Obesitas

BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Prevalensi

overweight dan obesitas pada anak di dunia adalah 6,7% pada tahun 2010. Di

Afrika prevalensi anak overweight dan obesitas sebesar 8,5% sedangkan di Asia

prevalensi anak overweight dan obesitas sebesar 4,9% tetapi jumlah anak yang

terpapar lebih tinggi daripada Afrika yaitu sebanyak 18 juta jiwa. Di Amerika.

66% orang dewasa mengalami overweight, 32% obesitas dan 17% anak dan

remaja usia 2-19 tahun mengalami overweight1. Prevalensi obesitas meningkat

dari tahun ke tahun. Menurut Riskesdas tahun 2007 prevalensi overweight dan

obesitas pada anak 12,2% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 14,0%. Usia

yang rentan terhadap kejadian obesitas adalah masa prapubertas. Namun, pada

usia prasekolah di dunia sebesar 33%. Anak di Asia dan Afrika termasuk

Indonesia memiliki risiko 2,5-3,5 kali lebih besar untuk obesitas2.

Obesitas pada anak berisiko 1,8 kali menjadi obesitas pada masa dewasa.

Obesitas pada anak berdampak pada penurunan prestasi belajar dan dampak

psikososial seperti kurang percaya diri dan menarik diri dari sosial.Terdapat

beberapa faktor yang berperan terhadap kejadian obesitas pada anak.Faktor

tersebut antara lain keturunan/genetik; asupan makanan; aktifitas fisik; riwayat

makan seperti pemberian ASI, berat badan lahir dan parental obesity2.

Pemberian ASI eksklusif adalah tindakan memberikan ASI kepada bayi

tanpa memberikan cairan atau makanan lain sejak lahir sampai usia 6 bulan. WHO

1

Page 4: ASI & Obesitas

telah merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan

sampai usia 2 tahun. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena

mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang sesuai dan

zat immunologic yang melindungi bayi dari infeksi.Pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit termasuk gangguan

lambung dan gangguan pernapasan.Hal ini disebabkan adanya antibodi yang

terkandung dalam kolostrum ASI.Pemberian ASI juga dapat mencegah kejadian

obesitas pada anak.Bayi yang diberi ASI dapat mengatur asupan energi

berhubungan dengan respon internal dalam menyadari rasa kenyang.Kadar insulin

dan hormone leptin lebih seimbang pada bayi yang diberikan ASI sehingga dapat

mencegah obesitas3.

Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Data Survei

Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa cakupan

pemberian ASI eksklusif pada bayi di Indonesia sebesar 40%, sedangkan pada

tahun 2007 menaglami penurunan menjadi 32%. Menurut Riskesdas tahun 2010,

bayi usia 5 bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 15,3%. Berdasarkan

hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2011, pemberian ASI

eksklusif di Semarang hanya 24,19%. Hal ini berbanding terbalik dengan kejadian

overweight dan obesitas pada anak yang dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan2.

2

Page 5: ASI & Obesitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu

1. Definisi

Air Susu Ibu atau sering disingkat dengan ASI adalah susu yang diproduksi

oleh kelenjar payudara ibu sebagai sumber nutrisi utama untuk bayi baru lahir

sebelum bayi mendapatkan makanan dan minuman dari luar3.

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-

garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai

makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari

waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium

laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu. ASI menyediakan semua vitamin, nutrisi

dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama, tidak

ada cairan atau makanan lain yang diperlukan. ASI terus tersedia hingga setengah

atau lebih dari kebutuhan gizi anak pada tahun pertama, dan sampai tahun kedua

kehidupan. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang membantu

memerangi penyakit.1,2,3

Air susu ibu atau disingkat ASI adalah gold standard untuk nutrisi bayi dan

merupakan satu-satunya makanan yang diperlukan dalam 6 bulan pertama

kehidupan bayi. Tidak ada satu makanan pun yang dapat menyaingi ASI dalam

hal memberikan nutrisi yang paling tepat untuk bayi. ASI memberikan

perlindungan terhadap bayi dengan mengurangi kemungkinan penyakit infeksi,

3

Page 6: ASI & Obesitas

sudden infant death syndrome (SIDS), beberapa penyakit kronik, noninfeksi dan

kematian postneonatal. Menyusui juga memberikan manfaat baik saat post partum

maupun kesehatan jangka panjang.4

ASI merupakan rekomendasi terbaik untuk nutrisi enteral untuk seluruh bayi,

termasuk juga bayi yang terlahir premature.ASI donor bisa juga menjadi alternatif

jika ASI orang tua asli bayi tidak tersedia atau hanya menghasilkan sedikit

ASI.ASI donor ini bisa diberikan setelah dilakukan metode pasteurisasi kepada

ASI tersebut5.

2. Produksi ASI

ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi

(menyusui)3,4. Perkembangan payudara seorang wanita dimulai pada masa

pubertas, kemudian pada trisemester kedua kehamilan payudara mengalami

pembesaran akibat pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel

epitel payudara. Pada perkembangan payudara ini hormon laktogen dan prolaktin

plasenta menjadi aktif, khususnya dalam memproduksi ASI3.

Pengeluaran ASI dirangsang oleh hisapan mulut bayi pada puting payudara

ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitari anterior untuk

memproduksi hormon prolaktin yang merupakan hormon utama untuk

mengendalikan pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu tergantung pada let

down reflex, di mana ikatan puting merangsang serabut otot halus di dalam

dinding saluran susu agar pengeluaran air susu dapat berjalan dengan lancar5.

Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama biasanya sekitar 450-

650 ml. Seorang bayi membutuhkan sekitar 600 ml/hari. Kebutuhan tersebut dapat

4

Page 7: ASI & Obesitas

dengan memberikan ASI pada enam bulan pertama. Oleh karena itu, selama kurun

waktu tersebut ASI dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan,

produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak dapat lagi dipenuhi dengan

ASI, maka dibutuhkan makanan tambahan5.

3. Macam-Macam ASI

ASI sesuai perkembangan bayi dibagi menjadi tiga, yaitu ASI kolostrum, ASI

transisi atau peralihan dan ASI matur. ASI kolostrum merupakan cairan pertama

yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari

keempat-ketujuh. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Kolostrum

merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning

dibanding susu matur dan merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan

zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein,

sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.

Selain itu kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI

matur. Total energinya lebih rendah bila dibandingkan ASI matur dan volumenya

berkisar antara 150-300 ml/24 jam5.

Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 nsampai

ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar

karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga semakin meningkat. ASI

matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusya. Komposisi

ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang

cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi

5

Page 8: ASI & Obesitas

sampai usia 6 bulan5,6.

4. Perbedaan Kandungan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula

Tabel 2.1 Perbedaan kandungan ASI., susu sapi dan susu formula5

Kandungan ASI Susu Sapi Susu FormulaKontaminan Bakteri Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada bila

dicampurkanFaktor antiinfeksi Ada Tidak ada Tidak adaFaktor pertumbuhan Ada Tidak ada Tidak adaProtein dan Lemak Jumlah sesuai dan

mudah dicernaTerlalu banyak dan sukar dicerna

Sebagian diperbaiki, disesuaikan dengan ASI

Zat Besi Jumlah kecil tapi mudah dicerna

Jumlah lebih banyak tapi tidak diserap dengan baik

Ditambahkan ekstra, tidak diserap dengan baik

Vitamin Cukup Tidak cukup vitamin A dan C

Vitamin ditambahkan

Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu tambahan

5. ASI Eksklusif

Definisi dari istilah ASI eksklusif adalah menyusui bayi dan tidak memberi

bayi makanan dan minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan

vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan. Menurut program

pemerintah, ASI eksklusif sebaiknya diberikan hingga bayi berumur enam bulan.

Kemudian ASI tetap diteruskan hingga bayi berusia dua tahun dengan diberikan

makanan tambahan5,7.

Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam

bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di

Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia

bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 27- 42%

6

Page 9: ASI & Obesitas

bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007) menunjukkan rata-rata

balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami penurunan bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9 bulan.11

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,

ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.4

1. Aspek gizi.

Kolostrum dalam ASI mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.Jumlah kolostrum

yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama

kelahiran. Kolostrum mengandung protein, vitaminA yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan

gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.4

ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga

mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam

ASI tersebut.Selain itu ASI juga mengandung taurin, DHA dan AA pada ASI.

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang

berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel

otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan

berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.4Docosahexanoic Acid (DHA) dan

Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang

(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

7

Page 10: ASI & Obesitas

yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin

pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh

dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-

masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).4

2. Aspek Imunologik

ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi.Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup

tinggi.Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.

coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.Laktoferin yaitu sejenis protein

yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran

pencernaan.Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan

Salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada

susu sapi.4

Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.

Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)

antibody pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran

pernafasan, dan Mammary AsociatedLympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan

payudara ibu (Depkes RI, 2001). Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang

mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillusbifidus.

Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.4

3. Aspek Psikologik

8

Page 11: ASI & Obesitas

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan

meningkatkan produksi hormone terutama oksitosin yang pada akhirnya akan

meningkatkan produksi ASI. Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena

berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skincontact). Bayi akan merasa

aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar

denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.4 Ikatan

perasaan yang begitu kuat ini akhirnya membuat hubungan ibu dengan si bayi

terjalin secara alamiah. Selain itu, kondisi ini juga memungkinkan terjadinya rasa

saling memahami meski keduanya menggunakan ”bahasa” yang berbeda. Pada

tahap ini pula komunikasi antara ibu dan anak akan tercipta dengan lebih baik. 7

4. Aspek Kecerdasan

Interaksi antara ibu dengan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan

kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi

pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan

dengan bayi yang tidak diberi ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Angelsen etal

(2001) menemukan bahwa anak-anak yang mendapat ASI kurang dari 3 bulan

mempunyai risiko lebih tinggi memiliki skor IQ total yang rendah dibandingkan

anak-anak yang mendapat ASI setidaknya 6 bulan. Jadi lamanya pemberian ASI

memberikan manfaat bagi perkembangan kognitif anak.8

5. Aspek Neurologis

Bayi hendaknya disusui sedini mungkin bahkan ada yang menganjurkan

9

Page 12: ASI & Obesitas

saat ibu masih berada dalam kamar bersalin. Mungkin ASI belum keluar

akantetapi isapan bayi akan memberi rangsangan bagi produksi ASI.9 Dengan

mengisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang

terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan

menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan

peralatannya.4 Hasil analisis yang dilakukan oleh Weimen (2001) di Amerika

Serikat, negara dapat menyimpan setidaknya $3,6 billion jika persentasi

pemberian ASI Eksklusif dapat ditingkatkan dari 64% menjadi 75%. Simpanan ini

adalah hasil dari mengurangi biaya langsung yang dikeluarkan untuk pembelian

susu formula, biaya klinik, rumah sakit, laboratorium, dan biaya-biaya

administrasi dan biaya tidak langsung yang dikeluarkan seperti hilangnya waktu

dan penghasilan orang tua karena harus menunggui anak-anak mereka yang

sakit.10

7. Aspek Penundaan Kehamilan

Menyusui umumnya dapat meningkatkan periode tidak subur setelah

melahirkan.Kenyataannya menyusui mempunyai dampak pada jarak kelahiran

terutama di negara-negara sedang berkembang.Ibu-ibu yang menyusui rata-rata

mengalami haid terlambat beberapa bulan dibandingkan dengan ibu-ibu yang

tidak menyusui. Menurut Depkes RI (2001), dengan menyusui secara eksklusif

dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat

10

Page 13: ASI & Obesitas

kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi

(MAL).4

Keuntungan ASI eksklusif apabila diberikan selama enam bulan, yaitu5:

a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh

kembang sampai umur enam bulan. Sedangkan bayi yang mendapat makanan

lain, misalnya nasi lumat, atau pisang hanya akan mendapat banyak

karbohidrat, sehingga zat gizi tidak seimbang dan mudah menyebabkan

kegemukan pada anak.

b. Bayi di bawah usia enam bulan belum mempunyai enzim percernaan yang

sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI

mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan

selanjutnya.

c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan

tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang

dapat memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna pada bayi.

d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi

bayi, misalnya zat perwarna dan zat pengawet.

e. Makanan tambahan pada bayi yang muda mungkin menimbulkan alergi

B. Obesitas Pada Anak

1. Definisi

Obesitas adalah kondisi abnormal, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang

berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal sehingga mengganggu

kesehatan5,8.

11

Page 14: ASI & Obesitas

2. Patogenesis

Patogenesis obesitas adalah terjadi pembesaran/hipertrofi sel lemak,

peningkatan jumlah/hiperplasia sel lemak atau kedua-duanya. Penambahan jumlah

sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada masa

dewasa. Pada masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi

hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada anak selain hiperplasi

juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas pada masa dewasa pada umumnya

hanya terjadi hipertrofi sel lemak5.

Obesitas pada anak terjadi jika intake kalori berlebihan, terutama pada tahun

pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel berlanjut sampai

dewasa, setelah itu hanya terjadi pembesaran sel saja5.

3. Penyebab

Penyebab obesitas adalah masukan energi yang melebihi dari kebutuhan

tubuh dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor genetik dan lingkungan

memegang peranan yang paling penting. Faktor genetik yaitu penelitian yang

memperlihatkan bahwa masa lemak anak kembar yang diturunkan adalah sekitar

40-70%. Seorang anak mempunyai kemungkinan 40% menjadi gemuk jika salah

satu orang tuanya obesitas, dan kemungkinan 80% jika kedua orang tuanya

gemuk. Dan anak akan cenderung overweight (kelebihan berat badan atau

kegemukan) pada ibu yang memiliki kadar gula tinggi atau diabetes mellitus5,11.

Faktor-faktor lingkungan meliputi aktifitas fisik yang rendah, perubahan pola

makan siap saji yang berkalori tinggi, dan pandangan masyarakat yang salah

tentang bayi yang sehat adalah bayi yang gemuk5,9.

12

Page 15: ASI & Obesitas

Obesitas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras. Dari hasil penelitian di

beberapa negara, laki-laki lebih banyak mengalami obesitas dibanding wanita10.

Namun, hal ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Sedangkan

untuk ras, obesitas lebih banyak terjadi pada orang Afrika yang mayoritas berkulit

hitam dan paling sedikit di antara orang Asia Selatan5.

4. Dampak

Dampak yang dapat terjadi pada anak obesitas antara lain5:

a. Penyakit kardiovaskular

b. Gangguan metabolisme glukosa, seperti intoleransi glukosa.

c. Gangguan kedudukan dan pertumbuhan tulang yang harus menahan beban

yang lebih berat.

d. Asma dan gangguan pernafasan seperti sleep apnea.

e. Gangguan kulit, khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan.

f. Masalah psikososial seperti rendah diri, depresi dan menarik diri dari

lingkungan misalnya karena diolok-olok temannya.

5. Penatalaksanaan

Tujuan terapi obesitas pada anak buatan untuk menurunkan berat badannya,

tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Pencegahan dan

penatalaksanaan obesitas pada anak antara lain5:

a. Pencegahan yaitu dengan mengubah pandangan masyarakat bahwa sehat itu

tidak identik dengan gemuk, membiasakan anak mengonsumsi makanan

berserat, seperti sayuran dan buah-buahan serta mengurangi makanan berkalori

tinggi. Selain itu juga menghindari makanan cepat saji.

13

Page 16: ASI & Obesitas

b. Peningkatan aktivitas fisik pada anak merupakan komponen penitng penurunan

berat badan.

C. Hubungan ASI dengan Obesitas

1. Kandungan lemak ada ASI3,5

Bayi belum dapat mencerna lemak dengan baik. Untuk mencerna lemak

dibutuhkan enzim lipase. ASI mengandung enzim lipase, sedangkan pada susu

formula tidak mengandung enzim ini. Susu formula yang mengandung lemak

tinggi tanpa adanya enzim lipase ini merupakan salah satu faktor pencetus

tejadinya obesitas karena adanya penimbunan lemak.

2. Teori menghisap ASI2,5

Bayi yang mendapat ASI cenderung menghisap puting susu secara aktif, dan

akan berhenti menghisap jika bayi telah merasa kenyang. Sebaliknya, bayi yang

mendapat susu formula yang diberikan menggunakan botol, cenderung

mendapatkan tetesan-tetesan susu secara pasif dari botol dan akan berhenti

meminum susu jika botol telah kosog. Jadi bayi yang mendapat susu formula

lebih mudah mengalami kegemukan dan obesitas.

3. Hormon pada ASI5

Beberapa hormon dalam ASI berperan dalam pengaturan asupan makanan

dan keseimbangan energi, sehingga dapat mencegah risiko obesitas dikemdian

hari.

a. Leptin

Leptin ini berfungsi dalam regulasi metabolisme, asupan makanan,

penggunaan energi, serta memiliki faktor metabolik dan endokrin. Beberapa

14

Page 17: ASI & Obesitas

penelitian membuktikan bahwa ASI manusia mengandung leptin. Bayi yang

mendapatkan ASI memiliki kadar leptin yang lebih tinggi daripada bayi yang

mendapatkan susu formula. Kadar leptin semakin menurun dengan durasi

pemberian ASI. Dari hasil penelitian Mirales et.al. (2006) berat badan bayi yang

menyusui selama 2 tahun pertama dipengaruhi oleh kadar leptin dalam ASI. Hal

ini menunjukkan bahwa leptin ASI merupakan faktor penting dalam memberikan

perlindungan terhadap kelebihan berat badan pada bayi.

b. Adinopektin

Adinopektin adalah protein spesifik terbesar dalam jaringan adiposa. Hormon

ini dapat engikat asam lemak yang dihasilkan oleh jaringan adiposa dan

berhubunggan dengan metabolisme lipid. Hormon ini ditemukan dalam ASI.

Kadar hormon ini menurun dengan durasi laktasi. Penurunan berat molekul

adinopektin atau penurunan konsentrasi adinopektin memegang peranan yang

cukup penting sebagai penanda obesitas dengan resistensi insulin dan sindroma

metabolik.

Reseptor adinopektin adalah AdipoR1 dan Adipor2. Adipor1 mengaktifkan

jalur AMP kinase dan AdipoR2, kemudian mengaktifkan jalur peroxisome

proliferator activated recptor alpha (PPAR alpha) di liver yang berakibat

meningkatnya sensitivitas insulin dan penurunan infkamasi. Penurunan

adinopektin dan peningkatan monocyte chemoattractan protein-1 (MCP-1)

membentuk jaringan adipokin yang menyebabkan obesitas dengan resistensi

insulin dan metabolik sindrom. PPAR gamma mengatur berat molekul adinopektin

dan PPAR alpha mengaur reseptor adinopektin. Dalam kondisi lapar, adinopektin

15

Page 18: ASI & Obesitas

mengaktifkan AMPK di hipotalamus dan meningkatkan asupan makan. Pada saat

yang sama, adinopektin mengaktifkan AMPK di jaringan perifer, seperti otot

rangka dan menstimulasi penimbunan lemak.

Konsentrasi hormon ini berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa

dan meningka terkait sensitivitas insulin. Bayi yang tidak mendapat ASI menjadi

lebih rendah kadar adinopektinnya, sedangkan konsentrasi plasma adinopektin

yang rendah lebih cnderung mengalami obesitas dan diabetes tipe-2.

c. Resistin

Resistin disekresi oleh jaringan adiposa dan terdapat dalam ASI. Konsentrasi

resistin lebih tinggi dalam serum bayi yang diberi ASI. Kadar resistin berbanding

terbalik dengan berat badan bayi baru lahir. Hal ini membuktikan bahwa resistin

memiliki peran dalam mengendalikan pertumbuhan janin. Selain itujuga terlibat

dalam pengaturan nafsu makan dan metabolisme dalam perkembangan bayi.

d. Grelin

Grelin adalah peptide 28-asam amino yang terutama diproduksi di lambung.

Menurut penelitian, konsentrasi ghrelin pada bayi yang mendapat susu formula

lebih tinggi daripada bayi yang mendapat ASI. Ghrelin ini merangsang asupan

makanan, mengurangi pemanfaatan lemak dan pengeluaran energi. Jadi bayi yang

tidak mendapatkan ASI lebih cenderung mengalami obesitas.

e. Obestatin

Obestatin adalah peptida 23 asam amino yang berasal dari prekoursor

reproghrelin dan diproduksi oleh lambung, usus kecil dan kelenjar ludah.

Obestatin ditemukan terdapat pada ASI. Hormon ini berperan mengurangi asupan

16

Page 19: ASI & Obesitas

makanan, menekan motilitas usus, mengatur pertambahan berat badan dan

pengosongan lambung. Jadi bayi yang mendapat ASI lebih jarang mengalai

obesitas.

f. Insulin Like Growth Factor-1

IGF-1 adalah rantai polipeptida dari 70-asam amino, yang merupakan

anggota dari hormon insulin, dimana berperan sebagai mediator utama efek dari

growth hormon (GH). Hormon ini 75% diproduksi oleh hati, yang setelah

kelahiran diatur oleh hormon hipofisis yaitu Growth Hormon (GH). Klasgsburn

adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa ASI menganding faktor

pertumbuhan sel-sel dalam kultur, sedangkan Baxter et.al. menunjukkan adanya

IGF-1 dalam ASI. Hormon ini lebih tinggi kadarnya pada kolostrum dibanding

ASI transisi dan matur. Berdasarkan hasil penelitian, insulin pada ASI

memilikikadar yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula yang

sebagian besar berasal dari susu sapi.

17

Page 20: ASI & Obesitas

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Air Susu Ibu atau sering disingkat dengan ASI adalah susu yang diproduksi

oleh kelenjar payudara ibu sebagai sumber nutrisi utama untuk bayi baru lahir

sebelum bayi mendapatkan makanan dan minuman dari luar

2. Obesitas adalah kondisi abnormal, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang

berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal sehingga

mengganggu kesehatan.

3. ASI dapat menurunkan risiko terjadinyanya obesitas pada anak melalui

kandungan lemak pada ASI, teori menghisap ASI dan kandungan hormon pada

ASI (Leptin, Adinopektin, Resistin, Grelin, Obestatin, IGF-1)

18

Page 21: ASI & Obesitas

DAFTAR PUSTAKA

1. Armstrong J, Reilly JJ. Breastfeeding and lowering the risk of childhood obesity. The Lancet 2002; 359: 2003-2004.

2. Saputri EL. Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dengan kejadian obesitas pada anak usia 4-5 tahun. Semarang : PSIG FK UNDIP, 2013.

3. Fitri DI, Chundrayeti E, Semiarty R. Hubungan pemberian asi dengan tumbuh kembang umur 6 bulan di puskesmas nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas 2014; 3(2): 136-140.

4. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC, 2012

5. Pratiwi DT. Perbedaan kejadian obesitas antara bayi yang mendapatkan dan tidak mendapatkan asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas banyuanyar kota surakarta. Surakarta : FK USM, 2011.

6. Arenz S, Ruckeri R, Koletzko B, et.al. Breast feeding and childhood obesity-a systematic review. International Journal of Obesity 2004; 28: 1247-1256.

7. Strong G, Lee S. Breastfeeding to combat childhood obesity. Clinical Lacatation 2012; 3-4: 143-146.

8. Metzger MW, McDade TW. Breastfeeding as obesity prevention in the united states: a siblingdifference model. American Journal of Human Biology 2010; 22: 291-296.

9. Mayer-Davis EJ, Rifas-Shiman S, Zhuo L, et.al. Breastfeeding and risk for childhood obesity. Diabetes Care 2006; 29(10): 2231-2238.

10. Ryan AS. Breastfeeding and the risk of childhood obesity. Coll. Antropol. 2007; 31(1): 19-28.

11. Saunders KL. Preventing obesity in pre-school children: a literature review. Jurnal of Public Health 2007; 29(4): 368-375.