Bab II (Print)

19
5/14/2018 BabII(Print)-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 1/19 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Identifikasi Wilayah Sumber Brantas Identifikasi wilayah mata air Sumber Brantas ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik dasar dan karakteristik sosial-ekonomi masyarakat di sekitar wilayah Arboretum Sumber Brantas. 2.1.1 Kondisi fisik dasar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sumber daya air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Sumber air permukaan biasanya berupa mata air, empang, waduk dan telaga. Di dalam studi ini sumber air permukaan yang menjadi fokus penelitian adalah sumber air yang berupa mata air Sumber Brantas. Sumber Brantas merupakan mata air Sungai Brantas yang terletak di Dukuh Sumber Brantas Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Mata air Sumber Brantas wilayah Daerah Aliran Sungai Brantas. Sumber Brantas membentang di Provinsi Jawa Timur yang melewati tujuh Kabupaten/Kota dan merupakan pemasok air terbesar bagi kehidupan 56 % dari penduduk Jawa Timur . Berdasarkan studi terdahulu, Sumber Brantas memiliki debit air 12 liter/detik pada tahu 1997. Namun debit air yang dihasilkan Sumber Brantas terus mengalami penurunan sampai saat ini hanya 2,5 liter/detik. Selain itu pada tahun 2007 pada 20 tahun yang lalu tumpahan air yang ada di Sumber Brantas mencapai 20 cm sementara hari ini kurang dari 5 cm. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanah longsor di sekitar mata air Sumber Brantas dan mengakibatkan hilangnya vegetasi pelindung. Sebagai upaya konservasi Sumber Brantas telah dibuat sebuah taman perlindungan yang berupa Arboretum di sekitar wilayah Sumber Brantas. Arboretum Sumber Brantas berada 18 km sebelah utara Kota Batu tepatnya di sebelah timur kaki Gunung Anjasmoro pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Letak astronomis wilayah tersebut berada pada 07 0  45’ 798” LS dan 112 0  32’ 102’’ BT, 

Transcript of Bab II (Print)

Page 1: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 1/19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Wilayah Sumber Brantas

Identifikasi wilayah mata air Sumber Brantas ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik fisik dasar dan karakteristik sosial-ekonomi masyarakat di sekitar

wilayah Arboretum Sumber Brantas.

2.1.1 Kondisi fisik dasar

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

sumber daya air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya.

Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah. Sumber air permukaan biasanya berupa

mata air, empang, waduk dan telaga. Di dalam studi ini sumber air permukaan yang

menjadi fokus penelitian adalah sumber air yang berupa mata air Sumber Brantas.

Sumber Brantas merupakan mata air Sungai Brantas yang terletak di Dukuh

Sumber Brantas Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Mata air Sumber

Brantas wilayah Daerah Aliran Sungai Brantas. Sumber Brantas membentang di

Provinsi Jawa Timur yang melewati tujuh Kabupaten/Kota dan merupakan pemasok 

air terbesar bagi kehidupan 56 % dari penduduk Jawa Timur .

Berdasarkan studi terdahulu, Sumber Brantas memiliki debit air 12 liter/detik 

pada tahu 1997. Namun debit air yang dihasilkan Sumber Brantas terus mengalami

penurunan sampai saat ini hanya 2,5 liter/detik. Selain itu pada tahun 2007 pada 20

tahun yang lalu tumpahan air yang ada di Sumber Brantas mencapai 20 cm sementara

hari ini kurang dari 5 cm.  Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanah longsor di

sekitar mata air Sumber Brantas dan mengakibatkan hilangnya vegetasi pelindung.

Sebagai upaya konservasi Sumber Brantas telah dibuat sebuah taman

perlindungan yang berupa Arboretum di sekitar wilayah Sumber Brantas. Arboretum

Sumber Brantas berada 18 km sebelah utara Kota Batu tepatnya di sebelah timur kaki

Gunung Anjasmoro pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Letak 

astronomis wilayah tersebut berada pada 070 45’ 798” LS dan 1120  32’ 102’’ BT, 

Page 2: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 2/19

Luas wilayah Arboretum mencapai 12 Ha dengan suhu rata-rata 10,22 0C. Curah

hujan rata-rata di wilayah ini 2.500 mm/tahun.

Tujuan didirikannya Arboretum Sumber Brantas selain untuk melestarikan

mata air Sumber Brantas juga bertujuan untuk:

1.  Mengkoleksi berbagai jenis pepohonan dalam bentuk arboretum;

2.  Menyediakan fasilitas penelitian dan pendidikan;

3.  Menyelenggarakan rekreasi edukatif.

Wilayah Arboretum merupakan wilayah konservasi mata air Sumber Brantas

yang terdiri dari 3200 pohon dengan berbagai jenis, diantaranya adalah:

1.  Kaju manis (Cinnanonum burmani)

2. 

Kayu Putih (Eucalyptussp)3.  Gagar (Fraxinus griffiti)

4.  Cemara duri (Araucariasp)

5.  Cemara gunung (Casuarinajunghuhniana)

6.  Cemara pine trees

7.  Kina ( Chinchona sp )

8.  Cempaka/Locari (Michelia champaka)

9.  Senaon (Albizziafalcata)

10. Pinus (Pinus merkusii)

Setiap vegetasi di atas dapat berkembang dengan baik karena iklim dan jenis

tanah yang sesuai. Jenis tanah di wilayah Arboretum Sumber Brantas adalah tanah

andosol dengan tekstur debu dan strukturnya remah, solum tebal yang bersifat agak 

asam. Penggunaan lahan di Desa Tulungrejo didominasi oleh lahan pertanian.

Sedangkan guna lahan di wilayah Arboretum Sumber Brantas hanya berupa kawasan

lindung.

Page 3: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 3/19

 Gambar 2. 1 Peta Jenis Penggunaan Lahan Desa Tulungrejo 

2.1.2 Kondisi sosial-ekonomi

Sebagai wilayah pegunungan, Arboretum Sumber Brantas memiliki sumber

daya alam yang sangat potensial, seperti sumber daya air dan tanah yang didukung

oleh kondisi iklim serta keberadaan flora maupun fauna di sekitar wilayah Arboretum

Sumebr Brantas. Adanya potensi yang melimpah tersebut memeberikan peluang bagi

masyarakat di sekitar wilayah Arboretum Sumber Brantas untuk memanfaatkan

sumber daya guna memenuhi kebutuhan hidup.

Kegiatan sosial-ekonomi yang paling banyak dilakukan di sekitar wilayah

Arboretum Sumber Brantas adalah kegiatan pertanian buah dan sayur. Secara umum

tidak hanya masyarakat di sekitar Arboretum Sumber Brantas saja yang bermata

pencaharian di bidang pertanian tetapi juga masyarakat Kecamatan Bumiaji.

Tabel 2. 1 Jumlah Penduduk Kota Batu Tahun 2002 

Kecamtan Jumlah Penduduk Prosentase (%)

Batu 74.878 45,83

Junrejo 37.633 3,14

Bumiaji 50.882 23,03

Jumlah 163.393 100

Sumber: Profil Kota Batu 2002

Tabel di atas menujukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Bumiaji

tergolong sedang atau sebesar 23,03% dari total penduduk Kota Batu. Berdasarkan

Profil Kota Batu tahun 2002, jumlah penduduk Kecamatan Bumiaji yang berprofesi

sebagai petani maupun buruh tani mencapai 23.195 jiwa.

Page 4: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 4/19

Secara topografis Kecamatan Bumiaji merupakan bagian tertinggi dari wilayah

Kota Batu dengan luas lahan diatas 50 Ha, jumlah penduduk 1500 orang yang

sebagian besar bekerja di sektor pertanian (apel, sayur, bunga).

Gambar 2. 2 Distribusi Kegiatan Ekonomi Kota Batu 2001 Sumber: Profil Kota Batu tahun 2002

Daerah hulu Sungai Brantas merupakan wilayah yang kepadatan penduduknya

sangat tinggi. Rata-rata kepadatan agraris penduduk sekitar 800-1100 jiwa/km2.

Sedangkan rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun sekitar 1.06 % yang

didominasi oleh petani maupun buruh tani.

Banyaknya penduduk yang bekerja di bidang pertanian menyebabkan banyak 

dilakukan pembukaan lahan menjadi lahan pertanian baik di Kecamatan Bumiaji

secara umum maupun di sekitar wilayah Arboretum Sumebr Brantas. Selain

memanfaatkan lahan di sekitar Arboretum Sumber Brantas sebagai lahan pertanian,

masyarakat juga mengambil air dari mata air Sumber Brantas untuk irigasi lahan.

Page 5: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 5/19

 Gambar 2. 3 Lahan Pertanian disekitar kawasan Arboretum Sumber Brantas 

Lahan pertanian di sekitar kawasan Arboretum Sumber Brantas lebih banyak 

terletak pada lereng bukit. Hal tersebut menyebabkan kawasan arboretum Sumber

Brantas sangat rawan mengalami tanah longsor.

Berdasarkan hasil survei primer diketahui bahwa pengambilan air untuk irigasi

dari mata air Sumber Brantas hanya dilakukan pada musim kemarau melalui pipa

yang dipompa menuju kolam penampungan dengan luas 40 m2. Sedangkan pada

musim hujan lahan pertanian akan mendapatkan air irigasi dari air hujan. Proses

pengambilan air dari mata air Sumber Brantas dilakukan dengan menggunakan mesin

pompa pada pagi dan sore hari.

Gambar 2. 4 Penggunaan Mesin Pompa untuk Pengambilan Air 

Page 6: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 6/19

Selain pemanfaatan sumber daya air dari kawasan Arboretum sumber Brantas,

masyarakat juga memanfaatkan sumebr daya lainnya untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi seperti kayu bakar yang terdapat di kawasan arboretum Sumber Brantas.

2.2 Potensi dan Masalah

Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia sebagai akibat pertambahan

penduduk, kebutuhan lahan untuk pertanian juga bertambah. Di lain pihak lahan yang

cocok untuk pertanian dapat dikatakan sudah semuanya digunakan. Akibatnya petani

membuka/menggunakan lahan yang kurang sesuai untuk pertanian, termasuk di

daerah hulu yang merupakan area hutan lindung. Kawasan daerah hulu sungai

Brantas merupakan kawasan lindung yang seharusnya bebas dari aktivitas manusia,

kini hanya berupa kawasan pertanian dan perkebunan. Kawasan daerah hulu sungaiBrantas saat ini berupa aktivitas ekonomi tidak hanya dibidang usaha tani berskala

kecil yang dilakukan oleh petani akan tetapi terdapat pula aktifitas pertanian berskala

besar maupun usaha lainnya seperti industri jamur.

Para petani yang mengusahakan tanaman, membuka lahan miring yang

sebelumnya merupakan kawasan hutan maupun lahan milik sendiri. Mereka tidak 

melakukan pengelolaan lahan berdasarkan berdasarkan prinsip konservasi, seperti

bentuk teras yang tidak sesuai dengan kontur, guludan1 yang searah dengan

kemiringan lahan dan tidak adanya penguat teras. Aktivitas pengelolaan DAS yang

diselenggarakan di daerah hulu yang tidak memperhatikan sistem konservasi,

sehingga menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan antara lain dalam

bentuk penurunan produktivitas tanah, dan longsor selain itu akan menimbulkan

dampak di daerah hilirnya dalam bentuk pendangkalan sungai atau saluran irigasi

karena pengendapan sedimen yang berasal dari erosi di daerah hulu.

1 Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong

lereng. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25  –  30 cm dengan lebar dasar sekitar 30  –  40 cm. Jarak 

antara guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan.

Semakin curam lereng, semakin pendek jarak guludan; semakin peka tanah terhadap erosi semakin

pendek jarak lereng; dan semakin tinggi erosivitas hujan, semakin pendek jarak lereng.  

Page 7: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 7/19

Sungai Brantas ini merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah

Sungai Bengawan Solo. Sungai kebanggaan masyarakat Jawa Timur ini memiliki

luas area sekitar 12.000 km persegi dan panjang sungai mencapai 320 km.

Penduduk yang tinggal di Wilayah Kali Brantas mencapai 13,70 juta orang

(1994) atau 43,2 % dari penduduk Jawa Timur dan mempunyai kepadatan rata-rata

989 orang/km2

atau 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa Timur (Anonim

1).

Dengan kepadatan yang tinggi tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa

daerah-daerah yang menjadi konservasi sungai dijarah untuk dijadikan permukiman

dan kegiatan lainnya. Pada daerah hulu, Dusun Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji,

sumber Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas dinilai paling kritis di antara 29 DASlainnya yang kondisinya juga memprihatinkan di Jawa Timur. Penyebabnya tidak lain

adalah karena adanya alih guna lahan dari hutan menjadi lahan pertanian sayur-

sayuran. Sehingga, berdampak pada terjadi degradasi lahan dan menurunnya kualitas

serta kuantitas air. 

Page 8: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 8/19

Gambar 2. 5 Peta Sub DAS Brantas Hulu (Nurfatriani 2005)

Pembukaan lahan menjadi hal yang lazim bagi masyarakat pedesaan yang

berada di daerah hulu sungai Brantas. Hal ini dikarenakan terbatasnya alternatif 

kesempatan kerja di luar sektor pertanian, sehingga pertambahan jumlah penduduk 

pedesaan (dan kebutuhan hidupnya) akan diikuti oleh meningkatnya tekanan atas

sumberdaya lahan. Di lain pihak, Kali Brantas mempunyai peran yang cukup besar

dalam menunjang Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional yang memberi

kontribusi lebih besar 30% dari stok pangan nasional. Jika di daerah hulu terjadi

pengundulan hutan besar-besaran maka akan merugikan bagi daerah hilirnya dan

secara tidak langsung akan berpengaruh pada kontribusi stok pangan nasional karenalahan-lahan pertanian di daerah hilir rusak akibat limpasan air yang tidak dapat

ditampung dan hal lainnya yang ikut membawa dampak negatif.

Page 9: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 9/19

2.2.1 Potensi

Secara topografis Kecamatan Bumiaji merupakan bagian tertinggi dari

wilayah Kota Batu dengan luas lahan diatas 50 Ha, jumlah penduduk 1.500 orang

yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian (apel, sayur, dan bunga). Kecamatan

Bumiaji merupakan daerah hulu. Terdapat sekitar 111 sumber air, yang hari ini tersisa

sekitar 57 sumber dengan rincian 20 sumber berada di wilayah perhutani dan 37

sumber tersebar di lahan milik penduduk (Nurfatriani 2005).

Penduduk yang mengandalkan sektor pertanian tersebut dikarenakan daerah

sekitar sungai secara langsung maupun tidak langsung mendatangkan sumber

penghasilan bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Hal ini disebabkan karena

tanah disekitar daerah sungai subur dan lahan-lahan yang berada di sekitar sungai(sempadan sungai) merupakan lahan kosong milik pemerintah yang sering di abaikan

sehingga dimanfaatkan oleh penduduk menengah ke bawah untuk lahan permukiman.

Pada awalnya daerah disekitar sungai digunakan untuk lahan pertanian maupun

perkebunan, lama kelamaan masyarakat membuka lahan untuk permukiman untuk 

menjaga ladang dan lahan pertanian mereka. Bangunan rumah tersebut awalnya

hanya semi permanen namun kelamaan menjadi bangunan permanen dan bertambah

banyak jumlahnya.

Sungai juga menjadi ruang sosial yang cukup representative bagi masyarakat

karena bisa digunakan untuk mandi, mencuci serta bahkan mencari ikan untuk 

kebutuhan rumah tangga dan sumber penghasilan dari material-material yang dibawa

oleh sungai.

Keadaan yang sama juga terjadi di Dusun Sumber Brantas (Daerah sekitar

Arboretum) Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Daerah sekitar Arboretum merupakan

daerah hulu dari sungai Brantas yang dijadikan masyarakat sebagai tempat untuk 

menghasilkan uang dan memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kebutuhan akan air

masyarakat juga bersumber dari mata air sumber Sungai Brantas. Debit yang ada

mencapai 100  –  500 l/dtk, namun rata-ratanya mencapai 2,5 l/dtk. Pada musim

kemarau masyarakat di sekitar mata air sumber Brantas memanfaatkan sumber mata

air tersebut untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan yang ada. Dengan

Page 10: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 10/19

menggunakan pompa (dinamo) dan menyalurkan air melalui pipa-pipa yang sudah

disambung-sambungkan kemudian di tampung dalam wadah berukuran 5 X 8 meter.

Usaha ini diketuai oleh ketua dusun setempat (kamituo).

Gambar 2. 6 Masyarakat Memanfaatkan Sumber Mata Air Sungai Brantas Untuk di

Aliri Ke Lahan Pertanian dan Perkebunan

Manfaat lain dari sungai yang dimanfaatkan penduduk sekitar adalah batu-

batu yang ada disungai digunakan untuk mensuplai sebagian besar bahan bangunan

bagi rumah penduduk di sekitar daerah aliran sungai. Potensi lain dari keberadaan

sungai antara lain juga dapat dijadikan sebagai tempat pariwisata. Daerah sekitar

Page 11: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 11/19

sumber Brantas khususnya daerah Arboretum

pada saat ini dijadikan sebagai tempat

pariwisata oleh Perum Jasa Tirta dan

Pemerintah Kota Batu, namun jumlah

pengunjung di tempat ini tidak sebanyak di

tempat wisata pemandian air panas di Dusun

Cangar, yang berjarak 5 kilometer dari

Arboretum.

Pengunjung yang datang ke tempat ini

kebanyakan adalah peneliti, mahasiswa dan

pelajar. Pengunjung yang hanya berasal dari

kalangan tertentu tersebut dikarenakan

aktivitas yang hanya dapat dilakukan di

tempat ini adalah observasi dan kegiatan

konservasi seperti menanam pohon. Hal ini

  juga dikarenakan pembangunan Arboretum2 ditujukan untuk melestarikan mata air

Sungai Brantas, mengoleksi berbagai jenis pepohonan, menyediakan fasilitas

penelitian dan pendidikan, serta menyelenggarakan rekreasi edukatif (Purnomo,

2009). Dengan adanya kegiatan tambahan (pariwisata) ini dapat mengikutsertakan

masyarakat sekitar untuk ikut dalam pelestarian kawasan sekitar dan pemerintah

terkait dapat mensosialiasikan bahaya longsor akibat pembukaan lahan yang dapat

menyebabkan bencana bagi masyarakat sekitar. 

2 Arboretum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat berbagai pohon ditanam dan

dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.

Gambar 2. 7 Keadaan di Dalam

Arboretum

Page 12: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 12/19

 

Gambar 2. 8 Papan Informasi Menuju Ke Arboretum 

Kegiatan pelestarian sebenarnya telah diupayakan oleh pemerintah sejak lama.

Hal ini dilakukan mengingat kondisi debit mata air yang semakin menurun drastis, 20

tahun yang lalu tumpahan air yang ada di Sumber Brantas mencapai 20 cm sementara

pada kondisi sekarang ini kurang dari 5 cm, maka jika dalam waktu 5 tahun

mendatang Kecamatan Bumiaji tidak diselamatkan dari pengundulan hutan maka

Jawa Timur akan kekeringan. Kondisi ini diperparah dengan 1997 sampai tahun

2001, telah terjadi deforestasi di DAS Sumber Brantas seluas 1.597 hektar yang

dialihgunakan sebawai kawasan pertanian tanaman semusim dari luas total DAS

Sumber Brantas yang luasnya 17.344 hektar atau 9,6 persen dan daerah ini merupaka

kawasan resapan sistem kali Brantas di Jawa Timur DAS. (Anonim 2). Hal ini

menunjukan bahwa, pembangunan perekonomian justru tidak memperhatikan

kepekaan terhadap keberlangsungan fungsi pepohonan sebagai penopang stabilitas

lingkungan dalam menyimpan kandungan air sekaligus penyangga tanah.

Degradasi lahan yang sangat signifikan tersebut, dikarekan masyarakat yang

berada di sekitar mata air Sungai Brantas yang umumnya masih berpendidikan SD

hingga SMA cenderung mengikuti kebiasaan yang sudah ada tanpa memperhatikan

kegiatan konservasi untuk daerah sungai yang notabenenya merupakan daerah tebing

rawan longsor. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi mengenai masalah ini dan

Page 13: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 13/19

menyiapkan lahan-lahan baru yang lebih cocok dan aman untuk lahan pertanian

maupun perkebunan untuk meminimumkan dampak negatif eksternalnya.

2.2.2 Masalah

Bagitu banyak manfaat sungai sehingga kehidupan di sekitar daerah sungai

turut berkembang. Namun hal ini tentu membawa dampak negatif tidak hanya bagi

masyarakat yang bermukim di daerah sekitar sempadan sungai ataupun di daerah

konservasi wilayah sungai namun juga berdampak bagi masyarakat global yang

berada pada satuan wilayah sungai tersebut. Keadaan di sekitar daerah sumber

Brantas berdasarkan hasil survei Jasa Tirta I dan Badan Lingkungan Hidup Kota

Batu, setengah dari 111 mata air di kawasan hulu Brantas rusak dan sebagian mati.

Lalu, dari 751 hektare luas Dusun Sumber Brantas, seluas 541 hektare atau 72 persentelah menjadi lahan permukiman dan pertanian. Dalam 10 tahun terakhir ini, kondisi

Sungai Brantas sangat memprihatinkan. Akibat tingginya pencemaran, penambangan

pasir, dan alih fungsi lahan di kawasan hulu, pada 2003, tingkat erosi Sungai Brantas

mencapai 2,2 ton per hektare per tahun atau naik 300 persen dibanding kondisi pada

1980-an (Anomim 3). Dampaknya dapat menimbulkan banjir bandang di musim

hujan dan kekeringan akut pada musim kemarau. Hal ini juga menyebabkan

peresapan air tanah pun menurun drastis.

Gambar 2. 9 Pemanfaan Lahan Oleh Masyarakat di Dusun Sumber Brantas 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penduduk di sekitar sumber air

Sungai Brantas bekerja di sektor pertanian karena terbatasnya kesempatan bekerja

dan rataan pertumbuhan penduduk setiap tahun sekitar 1.06 %. Penduduk yang rata-

Page 14: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 14/19

rata telah mengantungkan hidup pada lahan sekitar sumber air Sungai Brantas juga

mempengaruhi kondisi kualitas air, berdasarkan hasil penelitian di beberapa titik 

sejumlah parameter kualitas air telah mendekati ambang batas pencemaran

(Nurfatriani 2005).  Penelitian lanjut juga menyebutkan bahwa proses degradasi

sumberdaya alam dan lingkungan hidup di DAS Brantas Hulu menunjukkan

kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini terlihat dari semakin tingginya laju

sedimentasi dan pencemaran air sungai, serta semakin besarnya fluktuasi debit sungai

yang memasuki Waduk Karang-kates. Sejalan dengan bertambahnya jumlah

penduduk, maka semakin besar pula kebutuhan akan sumberdaya lahan dan air untuk 

keperluan pertanian dan pemukiman (Nurfatriani 2005).

Dari segi pendidikan dan ketrampilan maupun pengetahuan masih bersifattradisional, hal ini ditandai bahwa kebanyakan petani-petani tersebut berpendidikan

SD atau bahkan belum sempat tamat SD. Begitu juga halnya dengan pengetahuan

tentang budidaya tanaman maupun pengolahan tanah masih tradisional, mengingat

tanaman yang dibudidayakan tidak menunjukkan pertumbuhan maupun hasil yang

baik. Dalam hal pengolahan lahannya petani sudah tampak mulai berupaya

menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah untuk mengendalikan proses erosi dan

limpasan permukaan.

Gambar 2. 10 Kondisi Permukiman di Dusun Sumber Brantas 

Berikut ini adalah akar masalah dari penyebab degradasi lahan terus berlanjut.

Page 15: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 15/19

Diagram dibawah ini merupakan lingkar sebab-akibat pengelolaan ekosistem lahan.

Ada enam komponen utama dalam pengelolaan ekosistem lahan. Keenam komponen

tersebut adalah pengelolaan, produktifitas, hasil tanaman, kesejahteraan petani,

sumber daya alam yang tersedia serta kesuburan dari lahan yang ada. Keenam

komponen utama ini saling berinteraksi secara dinamis, dimana keterlibatan manusia

di dalamnya akan sangat menetukan kelestarian dan perkembangan sistem. Secara

alamiah manusia dituntut untuk berupaya memenuhi kebutuhan biologisnya dengan

 jalan memanfaatkan sumberdaya lahan yang tersedia. Intensitas pemanfaatan sumber

daya lahan ini sangat ditentukan oleh tingkat teknologi dan kebutuhan hidup manusia.

Selanjutnya intensitas pemanfaatan ini juga akan menentukan besarnya manfaat yang

diperoleh dan perubahan daya dukung atau kualitas sumberdaya lahan. Pada giliranselanjutnya, manfaat-manfaat tersebut akan menentukan tingkat kesejahteraan

penduduk dan perubahan daya dukung akan mempengaruhi kelestarian sumber daya

lahan . Kedua kondisi ini secara bersama-sama akan ikut menentukan tingkat

investasi domestik dan eksternal. Peningkatan investasi ini pasti akan mendatangkan

dampak sosial ekonomi dan dampak lingkungan seperti erosi, sedimentasi,

pencemaran dan kemerosotan kualitas lahan. Peningkatan erosi dan sedimentasi yang

dapat berakibat pada berkurangnya tingkat kesuburan lahan serta potensi bencana

alam dan pencemaran dari air permukaan terhadap sungai.

Page 16: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 16/19

 Gambar 2. 11 Diagram Lingkar Sebab Akibat Pengelolaan Ekosistem Lahan 

Dengan demikian perlu segera dilakukan pengelolaan DAS yang tepat dan

efektif yaitu dengan pengembangan arboretum yang dikembangkan sebagai fasilitas

pendidikan dan penelitian botani (plant sciences) sekaligus rekreasi alam (Botanical

Gardens & Natural Habitat), sehingga pengembangan arboretum tersebut memiliki

nilai tambah disamping fungsi utamanya adalah pelestarian lingkungan termasuk 

tanah, air dan vegetasi aneka tanaman untuk mencegah terjadinya pengikisan erosi.

Pembangunan Arboretum ini merupakan salah satu langkah pelestarian daerah

sekitar sungai oleh pemerintah setempat dan Perum Jasa Tirta I. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi bahaya longsor akibat pembukaan lahan hutan menjadi pertanian

Page 17: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 17/19

dan perkebunan. Dulu lokasi arboretum diperuntukkan sebagai lahan pertanian

sayur-sayuran oleh penduduk setempat. Kegiatan ini ternyata melongsorkan tanah

yang merusak mata air sehingga dilakukan rehabilitasi pada 1982. Pembebasan lahan

11 hektare dilakukan oleh Proyek Brantas pada 1983 dan pada 1995 ditambah

sehektar lagi oleh Jasa Tirta I.

Pelibatan masyarakat mungkin bisa dilakukan dengan pengembangan

kampung-kampung atau desa-desa ramah Sungai Brantas yang memiliki kepedulian

untuk menjaga kualitas air Sungai Brantas. Komunitas dalam kampung atau desa ini

harus berperan aktif mengurangi tingkat pencemaran domestik sekaligus mengontrol

buangan limbah industri.

Pengelolaan sumberdaya alam di daerah hulu sungai juga melibatkan banyak pihak dengan kepentingannya masing-masing. Dalam kondisi seperti ini diperlukan

pendekatan sistematik untuk mengevaluasi keadaan yang optimal dengan

mengorbankan sebagian kepentingan beberapa pihak lainnya. Dalam hal sumberdaya

air, permasalahan yang ada berpangkal pada besarnya fluktuasi debit sungai antara

musim hujan dan musim kemarau. Konflik kepentingan tampaknya terjadi antara

sektor pertanian, sektor domestik (penggunaan rumah tangga) dan sektor kepentingan

pembuangan limbah. Perkembangan sektor-sektor ini di DAS Brantas Hulu telah ikut

mempertajam konflik kepentingan dalam menggunakan sumberdaya air, dan pada

gilirannya akan menentukan ketersediaan kualitas air dan semakin menurunnya

kualitas air di sepanjang aliran sungai Brantas bagian hulu.

2.3 Kelembagaan Pengelolaan Arboretum Sumber Brantas

Mata air Sumber Brantas merupakan salah satu sumber air bersih utama bagi

masyarakat di Jawa Timur. Keberadaan Sumber Brantas perlu dilestarikan tidak 

hanya melalui pembuatan taman Arboretum tetapi juga harus dikelola dengan baik 

melalui suatu kelembagaan yang sinergis.

Saat ini pihak pengelola kawasan arboretum Sumber Brantas adalah PT Jasa

Tirta Jawa Timur. Sedangkan kawasan Arboretum Sumber Brantas merupakan

lingkungan perhutani sehingga seringkali bentuk pengelolaan kawasan tersebut tidak 

sinergis dan tidak terintegerasi dengan baik. Padahal lingkungan sekitar arboretum

Page 18: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 18/19

adalah otoritas pihak perhutani, salah satunya adalah Taman Hutan Rakyat (Tahura)

R. Soerjo yang berbatasan langsung dengan kawasan Arboretum Sumber Brantas.

Tahura R. Soerjo yang berbatasan dengan kawasan hutan lindung milik 

Perhutani mengalami ancaman dari okupasi lahan hutan lindung dan atau hutan

produksi milik perhutani menjadi lahan pertanian. Padahal wilayah hutan Perhutani

tersebut merupakan daerah penyangga yang merupakan faktor penentu dalam

mencapai keberhasilan pembangunan dan pengelolaan hutan. Jika masyarakat

berinteraksi dengan hutan dan hasil hutan baik langsung maupun tidak langsung dan

hubungan tersebut saling menguntungkan maka sangat menunjang keberhasilan,

namun apabila hubungan tersebut terjadi sebaliknya maka akan menjadi ancaman

bagi kelestarian hutan. 

Gambar 2. 12 Keberadaan Tahura R.Soerjo di Perbatasan arboretum Sumber Brantas 

Pada tahun 2009 pihak PT Jasa Tirta akan melakukan MoU dengan Pemerintah

Kota Batu dalam pengelolaan dan pelestarian Arboretum. Langkah tersebut

dilakukan agar penyelamatan Arboretum bisa dilaksanakan secara optimal. Namun

sampai saat ini pihak PT Jasa Tirta Jatim belum juga mengajukan MoU kePemerintah Kota Batu. Sementara itu Pemerintah Kota Batu juga enggan terlibat

dalam upaya pelestarian kawasan arboretum Sumber Brantas.

Masalah lain yang muncul terkait dengan kelembagaan pengelola kawasan

arboretum Sumber Brantas adalah tidak adanya partisipasi masyarakat dalam

Page 19: Bab II (Print)

5/14/2018 Bab II (Print) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-print-55a822ff01b3e 19/19

pengelolaan kawasan arboretum Sumber Brantas. Hal tersebut menyebabkan

masyarakat tidak mengetahui pentingnya upaya pelestarian Sumber Brantas sehingga

terus terjadi alih fungsi lahan dan pemanfaatan sumber daya yang tidak berkelanjutan

oleh masyarakat sekitar.