Bab 1 Pendahuluan (Print)

35
Laporan Akhir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Dasar Hukum Penyusunan RTRW Dasar hukum yang mendasari penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango adalah: 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 3) Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1992, tentang Benda Cagar Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470); 4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477); 5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 6) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 1

description

pendahuluan

Transcript of Bab 1 Pendahuluan (Print)

Page 1: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Hukum Penyusunan RTRW

Dasar hukum yang mendasari penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bone Bolango adalah:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3) Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1992, tentang Benda Cagar Alam (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3470);

4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3477);

5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4411);

6) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4412);

7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

8) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 200 tentang Pembentukan Kabupaten Bone

Bolango dan Kabupaten Pohuwato (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269);

9) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 1

Page 2: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

10) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 444);

12) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4722);

13) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

14) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

15) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

16) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4746 );

17) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849);

18) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4851);

19) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4966);

20) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

21) Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

22) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 149):

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 2

Page 3: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

23) Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2009, tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009, Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5073);

24) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, tentang Sungai (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3435);

25) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998, tentang Kawasan Suaka Alam

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

26) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

27) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran

dan Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

28) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000, tentang Ketelitian Peta dalam Rangka

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3934);

29) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4624);

30) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4655);

31) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4696);

32) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 3

Page 4: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

33) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

34) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan

Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

1.2 Profil Tata Ruang Kabupaten

1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten

Perubahan Undang-Undang tentang Penataan Ruang dari Undang-Undang Nomor

24 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, berimplikasi pada

perubahan paradigma dan kebijakan penataan ruang. Disamping itu, adanya Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menggeser paradigma

pembangunan di Indonesia. Paradigma pembangunan telah bergeser dari sentralistik ke

arah desentralistik. Paradigma baru ini memberikan spirit terhadap pemerintah daerah

untuk mampu melakukan perencanaan pembangunan secara mandiri. Pesan substansif

dari perundangan tersebut ialah menggeser pola pembangunan top down menjadi bottom

up dan memperbesar ruang partisipasi publik dalam setiap proses pembangunan.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap

kabupaten dan kota perlu menyusun rencana tata ruangnya sebagai arahan

pembangunannya. Landasan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah

kabupaten dan kota berada pada kewenangan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota.

Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah Kabupaten dan Provinsi sebagai Daerah Otonom, maka

pemerintah kabupaten dan kota bertanggung jawab terhadap kegiatan penataan ruang di

wilayahnya masing-masing.

Pengalaman menunjukkan bahwa rencana tata ruang wilayah di beberapa tempat

hanya menjadi master plan syndrome. Hal tersebut ditunjukkan tidak sinkronnya antara

implementasi pembangunan dengan dokumen perencanaan tata ruang. Implikasinya

sering terjadi konflik ruang, backwash effect dan ketimpangan wilayah. Bahkan kegiatan

pembangunan tersebut sering menimbulkan eksternalitas negatif seperti banjir, longsor,

pencemaran dan terancamnya keanekaragaman hayati.

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa rencana tata ruang wilayah merupakan

sesuatu yang fundamental dalam pembangunan daerah. Oleh karena itu proses

penyusunannya harus dilakukan secara komprehensif, holistik dan terpadu. Keterpaduan

tersebut mencakup aspek geografis, sektor, stake holder dan ilmu pengetahuan. Selain

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 4

Page 5: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

itu, ruang dalam perspektif RTRW domain ruang publik yang bersifat common pool

resources. Sifat dari sumberdaya tersebut adalah open access sehingga berpotensi tinggi

terjadinya tragedy of the common. Oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan peran

masyarakat sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun

1996.

Perkembangan Kabupaten Bone Bolango ditunjukkan dengan peningkatan

akselerasi pembangunan dan pemekaran wilayah administrasi kecamatan serta desa.

Kondisi ini menyebabkan rencana tata ruang wilayah kabupaten tidak mampu lagi

mengakomodasi tuntutan kebutuhan pembangunan di wilayah ini.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango memuat berbagai

arahan dan strategi dalam memaksimalkan keunggulan wilayah serta meminimalisir

masalah yang ada. Untuk itu, model dan usulan perencanaan yang dituangkan nantinya,

merupakan hasil pemikiran perencanaan yang telah mempertimbangkan dan

memperhitungkan semua aspek yang berkaitan dengan nilai-nilai sinergisitas wilayah

dari rencana pembangunan dan pengembangan ruang-ruang sekitarnya. di samping

juga tetap mempertimbangkan semua hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk

keterbatasan alam dan kondisi fisik lingkungan yang mengemuka dari wilayah

perencanaan. pertimbangan ini sangat mendasar selain nantinya diharapkan produk

tata ruang ini bisa lebih sustainable dengan wilayah sekitarnya, juga diharapkan bisa

berfungsi sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kawasan dalam suatu sistem

hubungan yang lebih terintegrasi dengan struktur perencanaan ruang-ruang sekitarnya.

Selain itu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango akan menjadi

pedoman untuk penyusunan berbagai kebijakan selanjutnya.

Wilayah perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango

adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango yang meliputi wilayah

darat dan laut serta wilayah udara, dengan batas wilayah administratif, sebagai berikut:

- Di sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

- Di sebelah Selatan : Kota Gorontalo

- Di sebelah Timur : Kabupaten Bolaang Mongondow

- Di sebelah Barat : Kota Gorontalo

Luas Wilayah Perencanaan yang mencakup 17 kecamatan secara keseluruhan adalah

1.984,58 km persegi dengan ketinggian antara 100 – 500 meter diatas permukaan

laut dengan luas wilayah masing-masing sebagai berikut:

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 5

Page 6: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Tabel 1.1. Luas Kabupaten Bone Bolango Dirinci menurut Kecamatan

Tahun 2010No. Kecamatan Luas (km

2) Persentase

1 Tapa 64,41 3,25

2 Bulango Utara 176,09 8,87

3 Bulango Selatan 9,87 0,50

4 Bulango Timur 10,82 0,55

5 Bulango Ulu 78,41 3,95

6 Kabila 193,45 9,75

7 Botupingge 47,11 2,37

8 Tilongkabila 79,74 4,02

9 Suwawa 33,51 1,69

10 Suwawa Selatan 184,09 9,28

11 Suwawa Timur 489,20 24,65

12 Suwawa Tengah 64,70 3,26

13 Bone Pantai 161,82 8,15

14 Kabila Bone 143,51 7,23

15 Bone Raya 64,12 3,23

16 Bone 72,71 3,66

17 Bulawa 111,01 5,59

Jumlah 1.984.58 100

Sumber data: Kabupaten dalam Angka 2010

Kabupaten Bone Bolango mempunyai karakter ruang yang cukup beragam

dimulai dari ruang pegunungan, dataran hingga ruang pesisir dengan segala kekhasan

dan keunggulannya yang berbeda-beda dan terhadap segala resistensi yang dimiliki

daerah ini sebagai kawasan yang rawan banjir dan bencana. Hal ini ikut menegaskan

bahwa daerah ini memang perlu direncanakan lebih baik dan lebih bermanfaat.

Sejauh perbedaannya mampu mendorong vitalitas daerah bisa berkembang lebih baik.

Untuk itu, klausal perencanaannya perlu terus ditingkatkan tidak terbatas dalam

lokalitasnya untuk kepentingan daerah dan regional saja, tetapi juga pada kepentingan

yang jauh lebih besar yaitu kepentingan nasional. Hal ini disebabkan terdapatnya

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang luasannya sekitar 53,5% dari luas wilayah

Kabupaten Bone Bolango.

1.2.2 Kependudukan

1.2.2.1 Jumlah Penduduk

Terdapat banyak aspek yang berpengaruh dalam perencanaan pembangunan

sebuah daerah, salah satu aspek yang penting adalah penduduk. Pentingnya masalah

penduduk ini dikarenakan penduduk merupakan sumber daya manusia yang berperan

dalam perencanaan. Peranan atau partisipasinya sangat diperlukan agar hasil-hasil

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 6

Page 7: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Dalam

pembangunan daerah, peranan penduduk tidak dapat dipisahkan. Penduduk dapat

berperan sebagai pelaku dan juga sebagai sasaran dalam proses perencanaan

pembangunan.

Analisis kependudukan dilakukan untuk memahami aspek-aspek

kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan

perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, analisis penduduk juga dilakukan untuk

memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang mempengaruhi perkembangan

wilayah serta hubungan kausalitas di antara faktor-faktor tersebut. Dari hasil analisis

ini akan dapat diketahui sebaran / distribusi penduduk, struktur, kualitas, karakteristik

masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, serta kendala dalam pengembangan serta

potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan.

Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah

Provinsi Gorontalo yang terus berusaha meningkatkan sumberdaya manusia, karena

hanya SDM yang andal, tangguh, dan siap pakai yang akan memberi sumbangsih

penting terhadap sukses tidaknya penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah

dan kemasyarakatan.

Memperhatikan data yang diperoleh, dapat diketahui konsentrasi jumlah penduduk yang

paling tinggi terdapat di Kecamatan Kabila dengan jumlah penduduknya pada tahun

2009 sebesar 18.318 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di

Kecamatan Bulango Ulu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama hanya

sebesar 3.046 jiwa.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolangodirinci per Kecamatan Tahun 2005 s/d 2009

Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 7

Page 8: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

1.2.2.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk menggambarkan tekanan penduduk terhadap luas

wilayah. Jumlah penduduk yang terus bertambah, sedangkan lahan yang ada tetap,

mengakibatkan kepadatan semakin bertambah tinggi. Kepadatan penduduk dapat

menjadi alat untuk mengukur kualitas dan daya tampung lingkungan.

Tabel 1.3Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009

di Kabupaten Bone Bolango

Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010

Kepadatan di Kabupaten Bone Bolango mengalami perubahan setiap tahunnya,

berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk, diketahui laju pertambahan

kepadatan penduduk di Kabupaten Bone Bolango meningkat sekitar 1 jiwa/km2 setiap

tahun. Dilihat dari data kepadatan yang ada, wilayah yang mengalami tingkat kepadatan

paling tinggi adalah Kecamatan Bulango Selatan dengan kepadatan penduduk pada

tahun 2009 adalah sebesar 889 jiwa per Km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan

paling rendah berada di Kecamatan Suwawa Timur dengan jumlah kepadatan penduduk

pada tahun 2009 sebesar 12 jiwa per Km2.

1.2.2.3 Proyeksi Penduduk

Untuk dapat merencanakan pembangunan di masa yang akan datang, maka

proyeksi jumlah penduduk sangat diperlukan dalam menghitung besaran kebutuhan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 8

Page 9: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

perencanaan kawasan. Dalam menentukan arahan pengembangan kawasan perencanaan

Kabupaten Bone Bolango dibuat proyeksi penduduk selama rentang waktu 2011-2031.

Untuk lebih jelasnya, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.4Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2011 – Tahun 2031

No KECAMATANPROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

2009 2011 2016 2021 2026 2031

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Tapa 6.575 6.835 7.486 8.137 8.788 9.439

2 Bulango Utara 6.537 6.796 7.443 8.090 8.737 9.385

3 Bulango Selatan 8.775 9.122 9.991 10.860 11.729 12.597

4 Bulango Timur 5.325 5.536 6.063 6.590 7.117 7.645

5 Bulango Ulu 3.046 3.167 3.468 3.770 4.071 4.373

6 Kabila 18.795 19.539 21.400 23.261 25.121 26.982

7 Botupingge 5.462 5.678 6.219 6.760 7.301 7.841

8 Tilongkabila 15.375 15.984 17.506 19.028 20.550 22.072

9 Suwawa 9.881 10.272 11.251 12.229 13.207 14.185

10 Suwawa Selatan 4.510 4.689 5.135 5.582 6.028 6.475

11 Suwawa Timur 5.815 6,045 6.621 7.197 7.772 8.348

12 Suwawa Tengah 5.201 5.407 5.922 6.437 6.952 7.467

13 Bone Pantai 9.331 9.701 10.642 11.548 12.472 13.396

14 Kabila Bone 9.176 9.539 10.448 11.356 12.265 13.173

15 Bone Raya 4.979 5.176 5.669 6.162 6.655 7.148

16 Bone 8.307 8.636 9.458 10.281 11.103 11.926

17 Bulawa 4.707 4.893 5.359 5.825 6.291 6.757

Total 131.797 137.016 150.064 163.112 176.160 189.208 Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010

Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan pada tabel di atas

menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango

dari tahun 2005-2009 hanya sebesar 0,98%, sementara untuk tahun rencana yaitu antara

tahun 2011-2031 rata-rata pertumbuhannya sebesar 1,98%.

Salah satu faktor pendorong tingginya proyeksi laju pertumbuhan penduduk di

kabupaten ini adalah karena Kabupaten Bone Bolango merupakan Kabupaten yang

belum lama ini terbentuk dan masih akan terus berkembang dan letaknya

yang bersebelahan dengan Kota Gorontalo sehingga berpotensi untuk

menarik migrasi penduduk dari daerah lainnya (kota Gorontalo).

1.2.3 Potensi Ekonomi Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 9

Page 10: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang

sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang

lebih luas. Dalam pengertian tersebut, analisis ekonomi diarahkan untuk menciptakan

keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan

ekonomi antar wilayah kabupaten.

Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik

perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis

ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan

dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten. Selain itu penilaian

terhadap tingkat pertumbuhan perekonomian juga dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kesejahteraan penduduk yang ada di wilayah rencana dengan

melihat dominasi kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh mayoritas penduduk.

Laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/daerah dapat dilihat dari income

riil perkapitan dan laju perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Di dalam

perhitungan nilai PDRB dapat dilihat kontribusi atau sumbangan tiap-tiap sektor

ekonomi yang ada di daerah.

Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango

maka hal ini akan membantu dalam upaya mengenali kekayaan dan potensi yang

dimiliki untuk menunjang kemajuan pembangunan secara umum maupun secara

sektoral.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto

seluruh kegiatan ekonomi di wilayah tertentu pada periode waktu tertentu, tanpa

memperhatikan kepemilikan faktor produksi. Dalam penyajian PDRB dapat dibuat dalam

dua bentuk, yaitu PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan.

PDRB Kabupaten Bone Bolango berdasarkan harga berlaku dan harga konstan mulai

tahun 2005-2009 dapat dilihat pada dibawah ini.

Tabel 1.5Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Menurut Lapangan Usaha

di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2009(Dalam Juta Rupiah)

No SektorTahun

2005 2006 2007 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 183.529 221.732 253.122 290.984 349.473

2 Pertambangan & Penggalian 2.901 3.045 3.300 3.983 6.746

3 Industri Pengolahan 68.668 77.794 86.176 95.055 103.262

4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.853 2.154 2.751 2.773 2.873

5 Bangunan 25.602 28.594 30.283 34.404 45.958

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 60.667 69.026 72.982 96.460 111.291

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 10

Page 11: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

7 Pengangkutan & Komunikasi 18.731 20.956 26.847 29.427 43.722

8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 43.361 48.632 63.285 76.485 82.218

9 Jasa-Jasa 54.275 63.891 72.523 87.817 103.719

PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) 459.585 535.822 611.269 717.387 849.263Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2010

Berdasarkan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Bone Bolango (Atas Dasar

Harga Berlaku) tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup

signifikan dari total jumlah PDRB 459,585 juta rupiah di tahun 2005 menjadi 849,263

juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,6% per

tahun. PDRB Bone Bolango (Atas Dasar Harga Berlaku) masih didominasi oleh sektor

pertanian, sektor lain yang turut berperan besar dalam pembentukan PDRB adalah sektor

perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa.

Sedangkan hasil perhitungan untuk nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango

(Atas Dasar Harga Konstan) pada rentang waktu yang sama, rata-rata per tahunnya

mengalami kenaikan sebesar 6,09%. Di mana jumlah PDRB pada tahun 2005 sebesar

208,386 juta rupiah dan pada tahun 2009 PDRB sebesar 264,028.

Tabel 1.6Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Lapangan Usaha

di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2009(Dalam Juta Rupiah)

No SektorTahun

2005 2006 2007 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 63.373 68.342 70.801 75.286 85.607

2 Pertambangan & Penggalian 2.656 2.736 2.932 3.203 3.364

3 Industri Pengolahan 31.396 32.205 33.436 34.399 35.589

4 Listrik, Gas & Air Bersih 870 942 1.016 1.023 1.054

5 Bangunan 17.621 18.393 19.366 20.093 21.020

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 23.429 24.029 24.341 25.495 26.022

7 Pengangkutan & Komunikasi 20.116 21.762 22.103 22.747 23.342

8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 22.047 23.144 29.608 34.998 37.726

9 Jasa-Jasa 26.879 27.843 28.686 29.787 30.305

PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) 208.386 219.396 232.300 247.031 264.028Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2010

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah proses laju kenaikan output dalam

suatu kurun waktu tertentu. Penekanan pada kenaikan proses karena mengandung unsur

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 11

Page 12: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemakaian indikator

pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan pada suatu proses waktu tertentu, misalnya

per lima tahun (Pelita), atau periode tahunan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bone Bolango selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 berdasarkan harga berlaku,

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Dalam Persen)

di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2009

No SektorTahun

2005 2006 2007 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 5,05 7,84 3,60 6,34 13,71

2 Pertambangan & Penggalian 4,94 3,00 7,19 9,23 5,03

3 Industri Pengolahan 4,87 2,58 3,85 2,85 3,46

4 Listrik, Gas & Air Bersih 7,07 8,19 7,85 0,73 3,00

5 Bangunan 5,18 4,38 5,29 3,75 4,61

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,01 2,56 1,30 4,74 2,07

7 Pengangkutan & Komunikasi 10,33 8,18 1,57 2,91 2,62

8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,71 4,98 27,93 18,21 7,79

9 Jasa-Jasa 3,00 3,59 3,03 3,83 1,74

PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) 5,09 5,28 5,88 6,34 6,88 Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2010

Tabel 1.7 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone

Bolango berdasarkan harga berlaku tahun 2005 sebesar 5,09% ; tahun 2006 sebesar

5,28% ; tahun 2007 sebesar 5,88% ; tahun 2008 sebesar 6,34% dan tahun 2009 sebesar

6,88%. Dilihat laju pertumbuhan antar sektor pada tahun 2009 nampak bahwa sektor

pertanian mengalami laju pertumbuhan yang sangat tinggi walaupun sempat mengalami

penurunan pada tahun 2007. Sektor lainnya yang mengalami penurunan di tahun 2009

adalah sektor pertambangan, perdagangan, pengangkutan, keuangan dan sektor jasa.

1.3 Karakteristik Wilayah

1.3.1 Topografi dan Kemiringan Lereng

Kondisi topografi dan kemiringan lereng di Kabupaten Bone Bolango cukup

variatif dengan didominasi oleh kelas lereng datar dengan kemiringan lereng 15 - 25 %,

disusul oleh kelas kemiringan lereng 25 - 40 % dan kelas-kelas lereng lainnya seperti

ditunjukkan pada Tabel 2.2 dan Peta Kelas Kemiringan Lereng. Jadi, jika digunakan

kriteria yang dikeluarkan di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

837/Kpts/Um/1980, yang menyaratkan bahwa lahan dengan kemiringan lereng > 40 %

harus menjadi kawasan lindung, maka 17.078,6 ha (9.09 %) dari lahan di Kabupaten

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 12

Page 13: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Bone Bolango tidak boleh dibudidayakan dengan kendalanya adalah bahaya erosi.

Keadaan bentangan alam seperti tersebut di atas sangat mempengaruhi karakteristik dasar

Kabupaten Bone Bolango khususnya pada kondisi fisik wilayah.

Secara umum kondisi topografi wilayah Kabupaten Bone Bolango

dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu kondisi lahan dengan permukaan dataran

tinggi (bergunung) atau berada pada kemiringan lereng diatas 40% dan bertekstur

morfologi yang kasar. Persebaran lahan dengan ciri tersebut berada di Kecamatan

Suwawa, Bonepantai, Kabila Bone, Bone, Bone Raya, Botupingge dan Tilongkabila.

Kondisi lahan dengan relief berbukit (bergelombang) dengan tekstur morfologi sedang.

Persebaran lahan hampir sebagian besar berada di setiap kecamatan di Kabupaten Bone

Bolango. Kondisi dengan relief permukaan rendah. Persebaran lahan berada di

Kecamatan Tapa, Suwawa dan Kabila.

Wilayah Kabupaten Bone Bolango berada pada ketinggian antara 0 sampai sedikit

di atas 1.500 m di atas permukaan air laut (dpal). Wilayah Kecamatan Kabila adalah yang

terletak pada elevasi yang paling rendah, dari 0 sampai 500 meter dpal. Sementara

kecamatan yang terletak di wilayah dataran dan pegunungan berada pada elevasi yang

lebih bervariasi, dari 0 sampai di atas 1.000 m dpal adalah Kecamatan Suwawa,

Tilongkabila dan Tapa. Kecamatan Bone, Bone Raya, Bone Pantai dan Kabila Bone yang

juga terletak pada wilayah dengan topografi datar sampai bergunung terletak pada

ketinggian lebih bervariasi, dari 0 sampai sedikit di atas 1.500 meter dpal.

Landform digunakan sebagai pembeda utama dalam satuan lahan, hal ini

mengingat terdapat keterkaitan antara landform dengan karakteristik tanahnya.

Berdasarkan analisis landform, daerah penelitian dikelompokan menjadi 3 Grup landform

utama, yaitu: aluvial (A), volkanik (V), dan karstik (K)

Landform aluvial (A) merupakan landform muda (resen dan subresen) yang

terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai) ataupun gabungan dari proses fluvial dan

koluvial. Di daerah Bone Bolango grup landform ini dapat dipisahkan lagi menjadi: teras

sungai (A.12), dataran alluvial (A.13), jalur aliran (A.15), gabungan kipas aluvial

koluvial (A.214), dan dataran koluvial (A.221). Teras sungai dijumpai di sebelah kiri dan

kanan Sungai Bone dengan posisi lebih tinggi dari landform jalur aliran sungai.

Dataran aluvial dijumpai di sekitar dataran Tapa, Kabila dan Suwawa dengan jenis

penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan perkampungan, landform ini berpenyebaran

cukup luas. Jalur aliran dijumpai di kanan-kiri sungai dengan penyebaran sempit.

Gabungan kipas aluvial dan koluvial dijumpai di sekitar dataran Tapa yang berbatasan

langsung dengan dataran aluvial dengan posisi lebih tinggi, penggunaan lahan berupa

sawah tadah hujan dan tegalan. Dataran koluvial memiliki penyebaran sempit, merupakan

lereng bawah dari kaki lereng perbukitan, terbentuk dari bahan koluvial di atasnya

dengan relief datar agak melandai, penggunaan lahannya berupa kebun atau tegalan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 13

Page 14: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Landform volkan (V) merupakan landform yang terbentuk akibat aktivitas

volkan/gunung berapi. Pada umumnya aktivitas volkan di daerah penelitian termasuk

aktivitas volkan tua yang sudah mengalami proses lebih lanjut seperti pelipatan,

pengangkatan dan pematahan. Grup ini menurunkan subgrup dataran volkan tua

berombak dan bergelombang (V.31), perbukitan volkan tua (V.32), pegunungan volkan

tua (V.33), dan intrusi volkan dengan relief berbukit sampai bergunung (V.4).

Penggunaan lahan pada landform ini berupa hutan, kebun campuran, semak belukar,

tegalan dan perladangan. Landform karstik (K) merupakan landform yang didominasi

oleh bahan batugamping, pada umumnya keadaan morfologi daerah ini tidak teratur.

Grup landform ini menurunkan subgrup puntuk perbukitan karst (K.31), dan puntuk

pegunungan karst (K.41). Penggunaan lahan landform ini umumnya berupa hutan.

Tabel 1.8 Sebaran Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Bone Bolango

Sum be r:

Analisis Tim Revisi RTRW Kabupaten Bone Bolang,2009

1.3.2 Kondisi Tanah

Berdasarkan laporan akhir kajian pewilayahan komoditas unggulan oleh Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Gorontalo telah dilakukan klasifikasi tanah

menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1999) sampai tingkat Subgroup. Klasifikasi

tanah ditetapkan di lapangan, berdasarkan sifat-sifat morfologi yang diamati dan

dimantapkan dengan data hasil analisis laboratorium, berikut di petakan dengan skala 1 :

50.000. Kabupaten Bone Bolango diklasifikasikan menjadi 4 Ordo, yaitu: Entisols,

Inceptisols, Alfisols, dan Mollisols. Keempat Ordo tersebut menurunkan 6 Sub Ordo, 7

Grup, dan 10 Sub Grup. Sifat-sifat umum tiap ordo tanah tersebut diuraikan sebagai

berikut:

1. Entisols

Entisols merupakan tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan

struktur dengan susunan horison AC atau AR dan bersolum tipis. Tanah berkembang

dari bahan aluvium dan volkan. Penyebaran tanah ini terdapat pada landform jalur aliran,

perbukitan dan pegunungan volkan tua. Pada landform jalur aliran bahan induk tanah

berupa endapan pasir, pada landform volkan tanah terbentuk dari batuan granit, tuf

andesitik, batuan andesit dan basalt.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 14

Klasifikasi Lereng Kabupaten Bone Bolango Provinsi GorontaloKelas

LerengKemiringan

(%)Luas(ha)

Persentase(%)

Luas(ha)

Persentase(%)

A 0 – 8 28,379.43 15,11 123,596 10.3B 8 – 15 32,733.91 17,43 69,156 5.8C 15 – 25 56.274,11 29,96 61,572 5.1D 25 – 40 53.372,84 28,41 107,937 9.0E > 40 17.078,6 9,09 833,399 69.7

Jumlah 187.838,9 100 1,195,660 100

Page 15: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Variasi sifat-sifat tanah dipengaruhi oleh relief, letak, dan macam bahan induk.

Pada landform aluvial, sifat tanah sangat ditentukan oleh proses pengendapan,

sedangkan pada landform volkan sifat tanah sangat dipengaruhi oleh posisi dan tingkat

erosi. Entisols di jalur aliran berdrainase baik dan umumnya masih memperlihatkan

pelapisan bahan endapan (fluvik). Tekstur tanah sedang sampai kasar, kedalaman tanah

sedang, reaksi tanah alkalis. Tanah-tanah ini diklasifikasikan ke dalam Sub Grup Typic

Ustipsamments.

Entisols yang ditemukan pada landform perbukitan dan pegunungan volkan tua,

memiliki sifat drainase baik dan umumnya mempunyai kedalaman tanah dangkal (<50

cm), tekstur tanah sedang sampai agak kasar, reaksi tanah agak masam-netral. Tanah-

tanah ini diklasifikasikan ke dalam Grup Ustorthents dan Sub Grup Typic Ustorthents

dan Lithic Ustorthents.

2. Inceptisols

Inceptisols adalah tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan struktur

yang dicirikan dengan terbentuknya horison kambik. Penyebaran ordo ini cukup luas

terutama pada landform aluvial dan volkan. Di daerah aluvial tanah berkembang dari

endapan halus dan kasar. Sedangkan di daerah dataran dan perbukitan/pegunungan

volkan tua, tanah berkembang dari batuan granit, tufa andesitik dan andesit basalt

Tabel 1.9 Klasifikasi tanah di daerah penelitian menurut SistemTaksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999)

Inceptisols pada dataran aluvial yang disawahkan mempunyai drainase

terhambat dengan memperlihatkan sifat aquik, tekstur tanah umumnya halus, reaksi

tanah agak masam sampai netral. Tanah ini diklasifikasikan ke dalam Typic

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 15

Page 16: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Endoaquepts. Sedangkan pada lahan aluvial-koluvial dan teras sungai yang penggunaan

lahannya berupa tegalan dan kebun campuran, umumnya berdrainase baik dan sebagian

kecil agak terhambat, tekstur sedang sampai agak kasar, reaksi tanah agak masam

sampai netral. Tanah diklasifikasikan sebagai Fluventic Haplustepts, Aquic Haplustepts

dan Typic Haplustepts. Pada daerah atasan (upland) yang berkembang dari tuf dan

batuan volkan (granit, andesit dan basalt) mempunyai tekstur sedang sampai agak kasar,

lapisan atas tipis, sebagian kecil kedalaman dangkal dan reaksi tanah agak masam-netral.

Tanah diklasifikasikan ke dalam Typic Haplustepts.

3. Alfisols

Alfisols adalah tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan lebih lanjut

dari pada Inceptisols, dicirikan oleh adanya horison argilik dengan nilai kejenuhan basa

>35%. Tanah ini memiliki penyebaran paling luas di Kabupaten Bone Bolango, terutama

pada landform volkan. Tanah terbentuk dari batuan granit, andesit-basalt dan tuf

andesitik. Pada umumnya memiliki tekstur halus sampai kasar, drainase baik dan reksi

tanah agak masam sampai netral. Pada dataran volkan umumnya memiliki lapisan atas

agak tebal, dan kedalaman efektif dalam, sedangkan pada perbukitan dan pegunungan

volkan tua umumnya memiliki lapisan atas tipis, dan sebagian memiliki kedalaman

efektif dangkal. Tanah diklasifikasikan ke dalam Typic Paleustalfs, Typic Haplustalfs,

dan Lithic Haplustalfs.

4. Mollisols

Mollisols merupakan tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan,

mempunyai epipedon molik dan horison bawah argilik atau kambik serta kejenuhan basa

>50%. Tanah ini ditemukan pada landform karstik terbentuk dari bahan induk

batugamping, dan pada landform perbukitan dan pegunungan volkan tua terbentuk dari

bahan tuf andesitik dan batuan andesit-basalt. Tanah ini memiliki lapisan atas agak tebal

sampai tebal, tekstur sedang dan sebagian berfragmental, drainase baik sampai agak

cepat, kedalaman efektif dangkal sampai dalam. Tanah ini diklasifikasikan ke dalam

Typic Haplustolls.

1.3.3 Kondisi Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi, skala 1:250.000,

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1997) formasi geologi Kabupaten Bone

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 16

Page 17: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Bolango dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) formasi, yaitu: aluvium endapan pantai (Qal),

aluvium endapan danau (Qvl), Molasa Selebes (Qts), Batuan Gunung Api Pinogu

(TQpv), Diorit Bone (Tmb), Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv), dan Anggota

Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl).

1. Aluvium Endapan Pantai (Qal) merupakan endapan sungai dan marin, yang

menempati lahan dengan ketinggian <50 m dpal. Bahan aluvium berupa endapan

pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. Bahan ini membentuk landform

aluvial (jalur aliran Sungai Bone).

2. Endapan Danau (Qpl), merupakan bahan hasil pengendapan Danau Limboto yang

tersusun oleh batulempung kelabu, setempat mengandung sisa tumbuhan dan

lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai di beberapa

tempat. Bahan ini membentuk landform dataran aluvial koluvial. Jenis vegetasi dan

penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan sebagian tegalan. Satuan formasi ini

terdapat di sekitar Ibukota Kecamatan Tapa dan Kabila.

3. Molasa Selebes (Qts), merupakan endapan pasca orogen yang terbentuk di

cekungan-cekungan kecil, terdiri atas konglomerat, breksi, serta batupasir.

Konglomerat dan breksi tersusun oleh aneka bahan berupa kepingan andesit,

basalt, granit, granodiorit, batugamping, batupasir maupun kuarsa. Di lapangan

ditemukan bahan andesitik yang bertekstur kasar. Bahan ini membentuk landform

dataran volkan tua dengan relief berombak sampai bergelombang.

4. Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), merupakan bahan hasil letusan Gunungapi

berupa tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi Gunungapi di Pegunungan Bone,

Gunung Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf dan tuf

lapili di sekitar Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda

hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Membentuk

landform perbukitan dan pegunungan volkan tua. Satuan ini terdapat di sebelah

kiri dan kanan Sungai Bone memanjang ke arah timur Kabupaten Bone Bolango.

5. Diorit Bone (Tmb), merupakan batuan terobosan yang menerobos Batuan

Gunungapi Bilungala maupun formasi Tinombo. Tersusun dari diorit kuarsa,

diorit, granodiorit, dan granit. Diorit kuat ditemukan Sungai Taludaa, dengan

keragaman diorit, granodiorit dan granit. Granit banyak di temukan di daerah

Sungai Bone. Batuan granit yang di temukan di Kabupaten Bone Bolango

memiliki sisipan batukapur yang mengisi bagian retakan-retakannya, proses ini

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 17

Page 18: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

terjadi pada lingkungan marin, sehingga membentuk tanah yang memiliki reaksi

tanah agak masam sampai netral. Terdapat di bagian utara Kabupaten Bone

Bolango memanjang ke timur.

6. Anggota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl), merupakan batuan sedimen dan

endapan permukaan. Formasi ini berupa batugamping kelabu terang, pejal,

mengandung pecahan batuan gunungapi hijau. Batugamping ini sebagian

membentuk lensa-lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat berganti

fasies ke arah samping menjadi batupasir. Satuan ini terdapat di bagian tengah

Bone Bolango.

7. Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), merupakan batuan hasil Gunungapi

Bilungala. Batuan ini terdiri dari breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan

riolit. Ziolit dan kalsit banyak dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi.

Satuan ini terdapat di bagian utara daerah penelitian memanjang ke arah timur dan

sebagian kecil terdapat di bagian tengah areal penelitian. Berdasarkan pengamatan

di lapangan menunjukkan bahwa bahan pembentuk tanah daerah penelitian berasal

dari endapan pasir, lempung dan lumpur, tuf andesitik, batuan andesitik dan basalt,

granit, dan batugamping. Bahan endapan pasir, lempung, dan lumpur umumnya

mempunyai tekstur halus dan sedang, dan umumnya digunakan untuk persawahan

dan sebagian tegalan, tanah berwarna kekelabuan (reduksi). Batuan andesitik dan

basalt membentuk tanah dengan tekstur halus sampai sedang, tanahnya berwarna

kuning kecoklatan. Tuf andesitik umumnya membentuk tanah bertekstur sedang

sampai kasar. Batuan granit umumnya membentuk tanah bertekstur halus sampai

kasar. Sedangkan batugamping membentuk tanah bertekstur halus dan sedang, pH

tanah agak masam sampai netral.

1.3.4 Kondisi Iklim

Curah hujan bervariasi antara 1.200 – 1.438 mm. Bulan kering dengan curah

hujan < 60 mm per bulan bervariasi dari 3 bulan per tahun, sedangkan bulan basah (> 100

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 18

Page 19: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

mm per bulan) 5 sampai 7 bulan per tahun. Suhu rata-rata harian di Kabupaten Bone

Bolango adalah sekitar 26,8oC. Suhu rata-rata bulanan berkisar dari sekitar 24,6 sampai

27,6oC. Walaupun demikian, suhu udara rata-rata pada siang hari adalah 31,7oC,

sementara pada malam hari adalah 23,6oC. Dengan kisaran suhu seperti itu, banyak

tanaman tropika dapat dikembangkan.

Berkaitan kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya

hujan, suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Namun, karena keterbatasan

data yang diperoleh dari stasiun-stasiun yang ada di Kabupaten Bone Bolango, maka

uraian kondisi iklim (sebagai potensi dan pembatas) terutama hanya didasarkan pada

informasi curah hujan. Klasifikasi iklim yang didasarkan atas data curah hujan diperoleh

dari sumber yang telah ada. Berdasarkan peta iklim menurut klasifikasi Oldeman

Kabupaten Bone Bolango secara rata-rata beriklim yang relatif kering. Kabupaten Bone

Bolango memiliki curah hujan tahunan rata-rata yang umumnya berkisar antara 1.200

sampai 1.438 mm dengan rata-rata 3 bulan bulan kering (< 60 mm per bulan) per tahun

dan 5 sampai 7 bulan basah (> 100 mm per bulan) per tahun. Dengan data tersebut,

Kabupaten Bone Bolango beriklim E1, E2, dan C2 menurut klasifikasi Oldeman. Yang

termasuk dalam wilayah dengan iklim tipe C2 adalah daerah sekitar Kecamatan Bulango

Utara. Menjadi jelas bahwa arah pengembangan kawasan Bulango Utara (bagian utara

kabupaten Bone Bolango) dengan bagian selatan kabupaten akan berbeda. Karena curah

hujan di daerah Kabupaten Bone Bolango (kecuali Bulango Utara) adalah cukup rendah,

menjadi jelas bahwa pengelolaan sumberdaya air di kawasan selatan, misalnya di daerah

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone menjadi sangat penting

1.4 Sumber Daya Alam

1.4.1 Sumber Daya Lahan

Sumberdaya lahan di Kabupaten Bone Bolango cukup besar dan potensial untuk

dikembangkan baik untuk pengembangan yang bersifat komersil (profit oriented)

maupun untuk kegiatan yang bersifat non komersil (non profit oriented). Berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan dan analisis spasial, prosentase penggunaan lahan untuk

kawasan hutan kering sekunder di Kabupaten Bone Bolango masih dominan

dibandingkan penggunaan lahan kegiatan lain yaitu 42,43% atau seluas 79.906,02 Ha,

hutan kering primer yaitu 30,19% atau seluas 56.708,87. Sedangkan penggunaan lahan

untuk kegiatan pertanian lahan kering 8,89% atau seluas 16.706,89 Ha, kegiatan

pertanian lahan kering campuran semak 8,53% atau seluas 16.032,63Ha, penggunaan

lahan untuk permukiman sekitar 1,09% atau seluas 2.046,27 Ha., penggunaan lahan

untuk perkebunan sekitar 1.66% atau seluas 3.124,49 Ha. penggunaan lahan untuk

sawah sekitar 1,03% atau seluas 1.938,87 Ha, penggunaan lahan untuk semak belukar

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 19

Page 20: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

sekitar 6,06% atau seluas 11.383,72 Ha. Sedangkan penggunaan lahan untuk tubuh air

(danau) sekitar 0,01% atau seluas 16,1 Ha.

Tabel 1.10Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009

No Jenis penggunaanLuas(ha)

Proporsi(%)

1. Hutan lahan kering primer 56.708,87 30,19

2. Hutan lahan kering sekunder 79.906,02 42.53

3. Permukiman 2.046,27 1,09

4. Perkebunan 3.124,49 1.66

5. Pertanian lahan kering 16.706,89 8,89

6. Pertanian lahan kering campur semak 16.032,63 8,537. Sawah 1.938,87 1,03

8. Semak belukar 11.383,72 6,06

9. Tubuh air/Danau Perintis 16,1 0,01

Jumlah 187.863,86 100

Sumber: Hasil Analisis Kabupaten Bone Bolango 2009

1.4.2 Sumber Daya Air

Suatu rencana tata ruang haruslah memadukan dan menyerasikan tata guna

tanah, air dan sumberdaya alam lainnya. Semua unsur itu dipadukan dalam satu kesatuan

tata lingkungan yang harmonis, dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan

kependudukan yang serasi. Karena itu, rencana tata ruang disusun melalui pendekatan

wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Pengembangan tata ruang sangat berdampak terhadap siklus air yang ada di

wilayah tersebut. Siklus air yang dimaksud adalah siklus hidrologi yaitu siklus

kesetimbangan antara air hujan, air permukaan dan air tanah. Dampak yang secara

kualitatif terjadi antara lain:

Penataan ruang di daerah perkotaan : Perubahan fungsi lahan menjadi jalan, tempat

parkir dan bangunan lainnya akan mengakibatkan perubahan nilai evapotranspirasi

dan pola mikroklimat. Untuk air permukaan akan mengakibatkan penambahan aliran

permukaan (runoff), banjir di daerah hilir. Sedangkan untuk air tanah dapat

mengurangi besaran infiltrasi air ke dalam tanah, besaran air tanah dan aliran dasar di

sungai (base flow) yang berasal dari air tanah.

Penataan ruang di daerah perdesaan : Peningkatan erosi dan sedimentasi yang dapat

berakibat pada berkurangnya tingkat kesuburan lahan serta potensi bencana alam. Dan

pencemaran dari air permukaan terhadap sungai, danau dan rawa.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 20

Page 21: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

Penataan ruang di daerah industri dan pertambangan : potensi terbesar pada masalah

pencemaran baik untuk air sungai maupun air tanah. Potensi permasalahan lainnya

adalah kerusakan pada daerah aliran sungai dan kawasan resapan mata air.

Penataan ruang untuk kawasan baru : Perencanaan wilayah pemukiman baru sangat

memerlukan perhitungan mengenai ketersediaan air yang akurat, secara kuantitas dan

kualitas.

a. Sumberdaya Air Permukaan

Kabupaten Bone Bolango mempunyai dua Daerah Aliran Sungai (DAS) besar,

yaitu DAS Bone dan DAS Bolango. Kedua DAS ini bermuara pada satu tempat yaitu

Teluk Tomini /Teluk Gorontalo. Di samping itu juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil

lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran

kawasan pantai.

DAS Bone jauh lebih luas daripada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS

Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 1.845.706 km2. DAS Bolango-Bone didominasi

(80 %) oleh wilayah dengan kemiringan lereng >40 %. Artinya, DAS ini juga rentan

terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola

secara tidak tepat.

DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat jelas pada seringnya kejadian

banjir di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi

kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak

berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah

berubah menjadi daratan.

b. Sumberdaya Air Tanah

Sumber air tanah di Kabupaten Bone Bolango umumnya dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk kegiatan sehari-hari sebagai sumber air bersih berupa sumur.

Sedangkan air sumur bor sampai dengan saat ini terdapat 2 buah sumur bor yang telah

dibangun umumnya terdapat di Desa Pauwo dan Desa Moutong Kecamatan Kabila.

Sumur bor yang ada saat ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang dengan

kapasitas 25 liter/detik dan 10 liter/detik.

c. Danau Perintis

Sumber air baku potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih

penduduk dan kegiatan pertanian disamping Sungai Bone, Sungai Bolango dan beberapa

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 21

Page 22: Bab 1 Pendahuluan (Print)

Laporan Akhir

sungai kecil lainnya, di wilayah ini juga terdapat beberapa tempat/daerah genangan

dengan luasan bervariasi, salah satu yang terbesar adalah Danau Perintis dengan luas

genangan ± 4,0 H a yang berada di Kecamatan Suwawa.

Sumber air danau tersebut berasal dari aliran permukaan tanah dan suplai air dari Saluran

Sekunder Irigasi Alale dengan menggunakan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM

1.4.3 Sumber Daya Mineral

Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu

merubah bentang alam sehingga mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam

skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak

buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan

cenderung ditolak masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa

ijin (PETI) yang sangat merusak lingkungan dimana masih seringnya terjadi penggunaan

bahan-bahan radiaktif yang tidak direkomendasikan dalam usaha pertambangan rakyat.

Untuk itu diperlukan kearifan lokal dalam pengambilan kebijakan pemberian izin

pengolahan hasil pertambangan dengan mempertimbangkan nilai hayati serta potensi

yang tersedia.

Tabel 1.11 Potensi Pertambangan Menurut JenisnyaDi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010

No Jenis Tambang Lokasi1 Pasir dan Batu Sungai Bone ; Sungai Bolango ; Sungai

Bilungala ; Sungai Taludaa ; Sungai Mamungaa ; Sungai Tapadaa dan Sungai Palanggua

2 Batu Gamping Kec. Kabila Bone ; Kec. Bone dan Kec. Botupingge

3 Batu Granit Kec. Suwawa Timur 4 Batuan Basal Kec. Suwawa Timur ; Kec. Bone ; Kec.

Bone Raya ; Kec. Bone Pantai ; Kec. Kabila Bone ; Kec.Suwawa Selatan ; Kec. Botupingge ; Kec. Suwawa Tengah ; Kec. Suwawa ; Kec. Kabila ; Kec. Bulango Utara ; Kec. Bulango Ulu ; Kec. Bulango Selatan dan Kec. Tapa

5 Emas Primer Kec. Bone Pantai ; Kec. Bulawa ; Kec. Bone Raya ; Kec. Suwawa Tengah dan Kec. Suwawa Timur

6 Perak Kec. Bone Pantai ; Kec. Bulawa dan Kec. Bone Raya

7 Tembaga Kec. Bone Pantai ; Kec. Bulawa ; Kec. Bone Raya ; Kec. Suwawa Tengah ; Kec. Suwawa Timur ; Kec. Botupingge ; Kec. Bulango Utara dan Kec. Bulango Ulu

Sumber : Dinas Pertambangan & Kehutanan Bone Bolango, 2010

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 22