Bab 1 Pendahuluan (Print)
-
Upload
syahrul-anwar -
Category
Documents
-
view
30 -
download
3
description
Transcript of Bab 1 Pendahuluan (Print)
Laporan Akhir
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Hukum Penyusunan RTRW
Dasar hukum yang mendasari penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bone Bolango adalah:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3) Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1992, tentang Benda Cagar Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3470);
4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3477);
5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4411);
6) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 200 tentang Pembentukan Kabupaten Bone
Bolango dan Kabupaten Pohuwato (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4269);
9) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 1
Laporan Akhir
10) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 444);
12) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4722);
13) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
14) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
15) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
16) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4746 );
17) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
18) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
19) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
20) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
21) Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
22) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149):
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 2
Laporan Akhir
23) Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2009, tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009, Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
24) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, tentang Sungai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3435);
25) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998, tentang Kawasan Suaka Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);
26) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
27) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
dan Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);
28) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000, tentang Ketelitian Peta dalam Rangka
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3934);
29) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
30) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4655);
31) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696);
32) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 3
Laporan Akhir
33) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
34) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
1.2 Profil Tata Ruang Kabupaten
1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten
Perubahan Undang-Undang tentang Penataan Ruang dari Undang-Undang Nomor
24 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, berimplikasi pada
perubahan paradigma dan kebijakan penataan ruang. Disamping itu, adanya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menggeser paradigma
pembangunan di Indonesia. Paradigma pembangunan telah bergeser dari sentralistik ke
arah desentralistik. Paradigma baru ini memberikan spirit terhadap pemerintah daerah
untuk mampu melakukan perencanaan pembangunan secara mandiri. Pesan substansif
dari perundangan tersebut ialah menggeser pola pembangunan top down menjadi bottom
up dan memperbesar ruang partisipasi publik dalam setiap proses pembangunan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap
kabupaten dan kota perlu menyusun rencana tata ruangnya sebagai arahan
pembangunannya. Landasan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pelaksanaan perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten dan kota berada pada kewenangan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota.
Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Kabupaten dan Provinsi sebagai Daerah Otonom, maka
pemerintah kabupaten dan kota bertanggung jawab terhadap kegiatan penataan ruang di
wilayahnya masing-masing.
Pengalaman menunjukkan bahwa rencana tata ruang wilayah di beberapa tempat
hanya menjadi master plan syndrome. Hal tersebut ditunjukkan tidak sinkronnya antara
implementasi pembangunan dengan dokumen perencanaan tata ruang. Implikasinya
sering terjadi konflik ruang, backwash effect dan ketimpangan wilayah. Bahkan kegiatan
pembangunan tersebut sering menimbulkan eksternalitas negatif seperti banjir, longsor,
pencemaran dan terancamnya keanekaragaman hayati.
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa rencana tata ruang wilayah merupakan
sesuatu yang fundamental dalam pembangunan daerah. Oleh karena itu proses
penyusunannya harus dilakukan secara komprehensif, holistik dan terpadu. Keterpaduan
tersebut mencakup aspek geografis, sektor, stake holder dan ilmu pengetahuan. Selain
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 4
Laporan Akhir
itu, ruang dalam perspektif RTRW domain ruang publik yang bersifat common pool
resources. Sifat dari sumberdaya tersebut adalah open access sehingga berpotensi tinggi
terjadinya tragedy of the common. Oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan peran
masyarakat sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1996.
Perkembangan Kabupaten Bone Bolango ditunjukkan dengan peningkatan
akselerasi pembangunan dan pemekaran wilayah administrasi kecamatan serta desa.
Kondisi ini menyebabkan rencana tata ruang wilayah kabupaten tidak mampu lagi
mengakomodasi tuntutan kebutuhan pembangunan di wilayah ini.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango memuat berbagai
arahan dan strategi dalam memaksimalkan keunggulan wilayah serta meminimalisir
masalah yang ada. Untuk itu, model dan usulan perencanaan yang dituangkan nantinya,
merupakan hasil pemikiran perencanaan yang telah mempertimbangkan dan
memperhitungkan semua aspek yang berkaitan dengan nilai-nilai sinergisitas wilayah
dari rencana pembangunan dan pengembangan ruang-ruang sekitarnya. di samping
juga tetap mempertimbangkan semua hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk
keterbatasan alam dan kondisi fisik lingkungan yang mengemuka dari wilayah
perencanaan. pertimbangan ini sangat mendasar selain nantinya diharapkan produk
tata ruang ini bisa lebih sustainable dengan wilayah sekitarnya, juga diharapkan bisa
berfungsi sebagai pusat pembangunan dan pengembangan kawasan dalam suatu sistem
hubungan yang lebih terintegrasi dengan struktur perencanaan ruang-ruang sekitarnya.
Selain itu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango akan menjadi
pedoman untuk penyusunan berbagai kebijakan selanjutnya.
Wilayah perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango
adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango yang meliputi wilayah
darat dan laut serta wilayah udara, dengan batas wilayah administratif, sebagai berikut:
- Di sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow
- Di sebelah Selatan : Kota Gorontalo
- Di sebelah Timur : Kabupaten Bolaang Mongondow
- Di sebelah Barat : Kota Gorontalo
Luas Wilayah Perencanaan yang mencakup 17 kecamatan secara keseluruhan adalah
1.984,58 km persegi dengan ketinggian antara 100 – 500 meter diatas permukaan
laut dengan luas wilayah masing-masing sebagai berikut:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 5
Laporan Akhir
Tabel 1.1. Luas Kabupaten Bone Bolango Dirinci menurut Kecamatan
Tahun 2010No. Kecamatan Luas (km
2) Persentase
1 Tapa 64,41 3,25
2 Bulango Utara 176,09 8,87
3 Bulango Selatan 9,87 0,50
4 Bulango Timur 10,82 0,55
5 Bulango Ulu 78,41 3,95
6 Kabila 193,45 9,75
7 Botupingge 47,11 2,37
8 Tilongkabila 79,74 4,02
9 Suwawa 33,51 1,69
10 Suwawa Selatan 184,09 9,28
11 Suwawa Timur 489,20 24,65
12 Suwawa Tengah 64,70 3,26
13 Bone Pantai 161,82 8,15
14 Kabila Bone 143,51 7,23
15 Bone Raya 64,12 3,23
16 Bone 72,71 3,66
17 Bulawa 111,01 5,59
Jumlah 1.984.58 100
Sumber data: Kabupaten dalam Angka 2010
Kabupaten Bone Bolango mempunyai karakter ruang yang cukup beragam
dimulai dari ruang pegunungan, dataran hingga ruang pesisir dengan segala kekhasan
dan keunggulannya yang berbeda-beda dan terhadap segala resistensi yang dimiliki
daerah ini sebagai kawasan yang rawan banjir dan bencana. Hal ini ikut menegaskan
bahwa daerah ini memang perlu direncanakan lebih baik dan lebih bermanfaat.
Sejauh perbedaannya mampu mendorong vitalitas daerah bisa berkembang lebih baik.
Untuk itu, klausal perencanaannya perlu terus ditingkatkan tidak terbatas dalam
lokalitasnya untuk kepentingan daerah dan regional saja, tetapi juga pada kepentingan
yang jauh lebih besar yaitu kepentingan nasional. Hal ini disebabkan terdapatnya
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang luasannya sekitar 53,5% dari luas wilayah
Kabupaten Bone Bolango.
1.2.2 Kependudukan
1.2.2.1 Jumlah Penduduk
Terdapat banyak aspek yang berpengaruh dalam perencanaan pembangunan
sebuah daerah, salah satu aspek yang penting adalah penduduk. Pentingnya masalah
penduduk ini dikarenakan penduduk merupakan sumber daya manusia yang berperan
dalam perencanaan. Peranan atau partisipasinya sangat diperlukan agar hasil-hasil
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 6
Laporan Akhir
perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Dalam
pembangunan daerah, peranan penduduk tidak dapat dipisahkan. Penduduk dapat
berperan sebagai pelaku dan juga sebagai sasaran dalam proses perencanaan
pembangunan.
Analisis kependudukan dilakukan untuk memahami aspek-aspek
kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan pertumbuhan
perkembangan sosial dan ekonomi. Selain itu, analisis penduduk juga dilakukan untuk
memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang mempengaruhi perkembangan
wilayah serta hubungan kausalitas di antara faktor-faktor tersebut. Dari hasil analisis
ini akan dapat diketahui sebaran / distribusi penduduk, struktur, kualitas, karakteristik
masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, serta kendala dalam pengembangan serta
potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan.
Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah
Provinsi Gorontalo yang terus berusaha meningkatkan sumberdaya manusia, karena
hanya SDM yang andal, tangguh, dan siap pakai yang akan memberi sumbangsih
penting terhadap sukses tidaknya penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah
dan kemasyarakatan.
Memperhatikan data yang diperoleh, dapat diketahui konsentrasi jumlah penduduk yang
paling tinggi terdapat di Kecamatan Kabila dengan jumlah penduduknya pada tahun
2009 sebesar 18.318 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di
Kecamatan Bulango Ulu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama hanya
sebesar 3.046 jiwa.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolangodirinci per Kecamatan Tahun 2005 s/d 2009
Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 7
Laporan Akhir
1.2.2.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menggambarkan tekanan penduduk terhadap luas
wilayah. Jumlah penduduk yang terus bertambah, sedangkan lahan yang ada tetap,
mengakibatkan kepadatan semakin bertambah tinggi. Kepadatan penduduk dapat
menjadi alat untuk mengukur kualitas dan daya tampung lingkungan.
Tabel 1.3Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009
di Kabupaten Bone Bolango
Sumber: Kabupaten Bone Bolango Dalam Angka, 2010
Kepadatan di Kabupaten Bone Bolango mengalami perubahan setiap tahunnya,
berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk, diketahui laju pertambahan
kepadatan penduduk di Kabupaten Bone Bolango meningkat sekitar 1 jiwa/km2 setiap
tahun. Dilihat dari data kepadatan yang ada, wilayah yang mengalami tingkat kepadatan
paling tinggi adalah Kecamatan Bulango Selatan dengan kepadatan penduduk pada
tahun 2009 adalah sebesar 889 jiwa per Km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan
paling rendah berada di Kecamatan Suwawa Timur dengan jumlah kepadatan penduduk
pada tahun 2009 sebesar 12 jiwa per Km2.
1.2.2.3 Proyeksi Penduduk
Untuk dapat merencanakan pembangunan di masa yang akan datang, maka
proyeksi jumlah penduduk sangat diperlukan dalam menghitung besaran kebutuhan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 8
Laporan Akhir
perencanaan kawasan. Dalam menentukan arahan pengembangan kawasan perencanaan
Kabupaten Bone Bolango dibuat proyeksi penduduk selama rentang waktu 2011-2031.
Untuk lebih jelasnya, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.4Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2011 – Tahun 2031
No KECAMATANPROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
2009 2011 2016 2021 2026 2031
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Tapa 6.575 6.835 7.486 8.137 8.788 9.439
2 Bulango Utara 6.537 6.796 7.443 8.090 8.737 9.385
3 Bulango Selatan 8.775 9.122 9.991 10.860 11.729 12.597
4 Bulango Timur 5.325 5.536 6.063 6.590 7.117 7.645
5 Bulango Ulu 3.046 3.167 3.468 3.770 4.071 4.373
6 Kabila 18.795 19.539 21.400 23.261 25.121 26.982
7 Botupingge 5.462 5.678 6.219 6.760 7.301 7.841
8 Tilongkabila 15.375 15.984 17.506 19.028 20.550 22.072
9 Suwawa 9.881 10.272 11.251 12.229 13.207 14.185
10 Suwawa Selatan 4.510 4.689 5.135 5.582 6.028 6.475
11 Suwawa Timur 5.815 6,045 6.621 7.197 7.772 8.348
12 Suwawa Tengah 5.201 5.407 5.922 6.437 6.952 7.467
13 Bone Pantai 9.331 9.701 10.642 11.548 12.472 13.396
14 Kabila Bone 9.176 9.539 10.448 11.356 12.265 13.173
15 Bone Raya 4.979 5.176 5.669 6.162 6.655 7.148
16 Bone 8.307 8.636 9.458 10.281 11.103 11.926
17 Bulawa 4.707 4.893 5.359 5.825 6.291 6.757
Total 131.797 137.016 150.064 163.112 176.160 189.208 Sumber : Diolah dari Data BPS Bone Bolango,Tahun 2010
Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango
dari tahun 2005-2009 hanya sebesar 0,98%, sementara untuk tahun rencana yaitu antara
tahun 2011-2031 rata-rata pertumbuhannya sebesar 1,98%.
Salah satu faktor pendorong tingginya proyeksi laju pertumbuhan penduduk di
kabupaten ini adalah karena Kabupaten Bone Bolango merupakan Kabupaten yang
belum lama ini terbentuk dan masih akan terus berkembang dan letaknya
yang bersebelahan dengan Kota Gorontalo sehingga berpotensi untuk
menarik migrasi penduduk dari daerah lainnya (kota Gorontalo).
1.2.3 Potensi Ekonomi Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 9
Laporan Akhir
Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang
sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang
lebih luas. Dalam pengertian tersebut, analisis ekonomi diarahkan untuk menciptakan
keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan
ekonomi antar wilayah kabupaten.
Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik
perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis
ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan
dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten. Selain itu penilaian
terhadap tingkat pertumbuhan perekonomian juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan penduduk yang ada di wilayah rencana dengan
melihat dominasi kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh mayoritas penduduk.
Laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/daerah dapat dilihat dari income
riil perkapitan dan laju perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Di dalam
perhitungan nilai PDRB dapat dilihat kontribusi atau sumbangan tiap-tiap sektor
ekonomi yang ada di daerah.
Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan sektor ekonomi di Kabupaten Bone Bolango
maka hal ini akan membantu dalam upaya mengenali kekayaan dan potensi yang
dimiliki untuk menunjang kemajuan pembangunan secara umum maupun secara
sektoral.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto
seluruh kegiatan ekonomi di wilayah tertentu pada periode waktu tertentu, tanpa
memperhatikan kepemilikan faktor produksi. Dalam penyajian PDRB dapat dibuat dalam
dua bentuk, yaitu PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan.
PDRB Kabupaten Bone Bolango berdasarkan harga berlaku dan harga konstan mulai
tahun 2005-2009 dapat dilihat pada dibawah ini.
Tabel 1.5Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2009(Dalam Juta Rupiah)
No SektorTahun
2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 183.529 221.732 253.122 290.984 349.473
2 Pertambangan & Penggalian 2.901 3.045 3.300 3.983 6.746
3 Industri Pengolahan 68.668 77.794 86.176 95.055 103.262
4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.853 2.154 2.751 2.773 2.873
5 Bangunan 25.602 28.594 30.283 34.404 45.958
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 60.667 69.026 72.982 96.460 111.291
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 10
Laporan Akhir
7 Pengangkutan & Komunikasi 18.731 20.956 26.847 29.427 43.722
8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 43.361 48.632 63.285 76.485 82.218
9 Jasa-Jasa 54.275 63.891 72.523 87.817 103.719
PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) 459.585 535.822 611.269 717.387 849.263Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2010
Berdasarkan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Bone Bolango (Atas Dasar
Harga Berlaku) tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dari total jumlah PDRB 459,585 juta rupiah di tahun 2005 menjadi 849,263
juta rupiah pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,6% per
tahun. PDRB Bone Bolango (Atas Dasar Harga Berlaku) masih didominasi oleh sektor
pertanian, sektor lain yang turut berperan besar dalam pembentukan PDRB adalah sektor
perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor jasa.
Sedangkan hasil perhitungan untuk nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango
(Atas Dasar Harga Konstan) pada rentang waktu yang sama, rata-rata per tahunnya
mengalami kenaikan sebesar 6,09%. Di mana jumlah PDRB pada tahun 2005 sebesar
208,386 juta rupiah dan pada tahun 2009 PDRB sebesar 264,028.
Tabel 1.6Perkembangan PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2009(Dalam Juta Rupiah)
No SektorTahun
2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 63.373 68.342 70.801 75.286 85.607
2 Pertambangan & Penggalian 2.656 2.736 2.932 3.203 3.364
3 Industri Pengolahan 31.396 32.205 33.436 34.399 35.589
4 Listrik, Gas & Air Bersih 870 942 1.016 1.023 1.054
5 Bangunan 17.621 18.393 19.366 20.093 21.020
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 23.429 24.029 24.341 25.495 26.022
7 Pengangkutan & Komunikasi 20.116 21.762 22.103 22.747 23.342
8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 22.047 23.144 29.608 34.998 37.726
9 Jasa-Jasa 26.879 27.843 28.686 29.787 30.305
PDRB (Atas Dasar Harga Konstan) 208.386 219.396 232.300 247.031 264.028Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2010
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah proses laju kenaikan output dalam
suatu kurun waktu tertentu. Penekanan pada kenaikan proses karena mengandung unsur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 11
Laporan Akhir
dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemakaian indikator
pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan pada suatu proses waktu tertentu, misalnya
per lima tahun (Pelita), atau periode tahunan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bone Bolango selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 berdasarkan harga berlaku,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Dalam Persen)
di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 – Tahun 2009
No SektorTahun
2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 5,05 7,84 3,60 6,34 13,71
2 Pertambangan & Penggalian 4,94 3,00 7,19 9,23 5,03
3 Industri Pengolahan 4,87 2,58 3,85 2,85 3,46
4 Listrik, Gas & Air Bersih 7,07 8,19 7,85 0,73 3,00
5 Bangunan 5,18 4,38 5,29 3,75 4,61
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,01 2,56 1,30 4,74 2,07
7 Pengangkutan & Komunikasi 10,33 8,18 1,57 2,91 2,62
8Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,71 4,98 27,93 18,21 7,79
9 Jasa-Jasa 3,00 3,59 3,03 3,83 1,74
PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) 5,09 5,28 5,88 6,34 6,88 Sumber : BPS Bone Bolango,Tahun 2010
Tabel 1.7 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone
Bolango berdasarkan harga berlaku tahun 2005 sebesar 5,09% ; tahun 2006 sebesar
5,28% ; tahun 2007 sebesar 5,88% ; tahun 2008 sebesar 6,34% dan tahun 2009 sebesar
6,88%. Dilihat laju pertumbuhan antar sektor pada tahun 2009 nampak bahwa sektor
pertanian mengalami laju pertumbuhan yang sangat tinggi walaupun sempat mengalami
penurunan pada tahun 2007. Sektor lainnya yang mengalami penurunan di tahun 2009
adalah sektor pertambangan, perdagangan, pengangkutan, keuangan dan sektor jasa.
1.3 Karakteristik Wilayah
1.3.1 Topografi dan Kemiringan Lereng
Kondisi topografi dan kemiringan lereng di Kabupaten Bone Bolango cukup
variatif dengan didominasi oleh kelas lereng datar dengan kemiringan lereng 15 - 25 %,
disusul oleh kelas kemiringan lereng 25 - 40 % dan kelas-kelas lereng lainnya seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.2 dan Peta Kelas Kemiringan Lereng. Jadi, jika digunakan
kriteria yang dikeluarkan di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
837/Kpts/Um/1980, yang menyaratkan bahwa lahan dengan kemiringan lereng > 40 %
harus menjadi kawasan lindung, maka 17.078,6 ha (9.09 %) dari lahan di Kabupaten
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 12
Laporan Akhir
Bone Bolango tidak boleh dibudidayakan dengan kendalanya adalah bahaya erosi.
Keadaan bentangan alam seperti tersebut di atas sangat mempengaruhi karakteristik dasar
Kabupaten Bone Bolango khususnya pada kondisi fisik wilayah.
Secara umum kondisi topografi wilayah Kabupaten Bone Bolango
dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu kondisi lahan dengan permukaan dataran
tinggi (bergunung) atau berada pada kemiringan lereng diatas 40% dan bertekstur
morfologi yang kasar. Persebaran lahan dengan ciri tersebut berada di Kecamatan
Suwawa, Bonepantai, Kabila Bone, Bone, Bone Raya, Botupingge dan Tilongkabila.
Kondisi lahan dengan relief berbukit (bergelombang) dengan tekstur morfologi sedang.
Persebaran lahan hampir sebagian besar berada di setiap kecamatan di Kabupaten Bone
Bolango. Kondisi dengan relief permukaan rendah. Persebaran lahan berada di
Kecamatan Tapa, Suwawa dan Kabila.
Wilayah Kabupaten Bone Bolango berada pada ketinggian antara 0 sampai sedikit
di atas 1.500 m di atas permukaan air laut (dpal). Wilayah Kecamatan Kabila adalah yang
terletak pada elevasi yang paling rendah, dari 0 sampai 500 meter dpal. Sementara
kecamatan yang terletak di wilayah dataran dan pegunungan berada pada elevasi yang
lebih bervariasi, dari 0 sampai di atas 1.000 m dpal adalah Kecamatan Suwawa,
Tilongkabila dan Tapa. Kecamatan Bone, Bone Raya, Bone Pantai dan Kabila Bone yang
juga terletak pada wilayah dengan topografi datar sampai bergunung terletak pada
ketinggian lebih bervariasi, dari 0 sampai sedikit di atas 1.500 meter dpal.
Landform digunakan sebagai pembeda utama dalam satuan lahan, hal ini
mengingat terdapat keterkaitan antara landform dengan karakteristik tanahnya.
Berdasarkan analisis landform, daerah penelitian dikelompokan menjadi 3 Grup landform
utama, yaitu: aluvial (A), volkanik (V), dan karstik (K)
Landform aluvial (A) merupakan landform muda (resen dan subresen) yang
terbentuk dari proses fluvial (aktivitas sungai) ataupun gabungan dari proses fluvial dan
koluvial. Di daerah Bone Bolango grup landform ini dapat dipisahkan lagi menjadi: teras
sungai (A.12), dataran alluvial (A.13), jalur aliran (A.15), gabungan kipas aluvial
koluvial (A.214), dan dataran koluvial (A.221). Teras sungai dijumpai di sebelah kiri dan
kanan Sungai Bone dengan posisi lebih tinggi dari landform jalur aliran sungai.
Dataran aluvial dijumpai di sekitar dataran Tapa, Kabila dan Suwawa dengan jenis
penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan perkampungan, landform ini berpenyebaran
cukup luas. Jalur aliran dijumpai di kanan-kiri sungai dengan penyebaran sempit.
Gabungan kipas aluvial dan koluvial dijumpai di sekitar dataran Tapa yang berbatasan
langsung dengan dataran aluvial dengan posisi lebih tinggi, penggunaan lahan berupa
sawah tadah hujan dan tegalan. Dataran koluvial memiliki penyebaran sempit, merupakan
lereng bawah dari kaki lereng perbukitan, terbentuk dari bahan koluvial di atasnya
dengan relief datar agak melandai, penggunaan lahannya berupa kebun atau tegalan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 13
Laporan Akhir
Landform volkan (V) merupakan landform yang terbentuk akibat aktivitas
volkan/gunung berapi. Pada umumnya aktivitas volkan di daerah penelitian termasuk
aktivitas volkan tua yang sudah mengalami proses lebih lanjut seperti pelipatan,
pengangkatan dan pematahan. Grup ini menurunkan subgrup dataran volkan tua
berombak dan bergelombang (V.31), perbukitan volkan tua (V.32), pegunungan volkan
tua (V.33), dan intrusi volkan dengan relief berbukit sampai bergunung (V.4).
Penggunaan lahan pada landform ini berupa hutan, kebun campuran, semak belukar,
tegalan dan perladangan. Landform karstik (K) merupakan landform yang didominasi
oleh bahan batugamping, pada umumnya keadaan morfologi daerah ini tidak teratur.
Grup landform ini menurunkan subgrup puntuk perbukitan karst (K.31), dan puntuk
pegunungan karst (K.41). Penggunaan lahan landform ini umumnya berupa hutan.
Tabel 1.8 Sebaran Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Bone Bolango
Sum be r:
Analisis Tim Revisi RTRW Kabupaten Bone Bolang,2009
1.3.2 Kondisi Tanah
Berdasarkan laporan akhir kajian pewilayahan komoditas unggulan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Gorontalo telah dilakukan klasifikasi tanah
menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1999) sampai tingkat Subgroup. Klasifikasi
tanah ditetapkan di lapangan, berdasarkan sifat-sifat morfologi yang diamati dan
dimantapkan dengan data hasil analisis laboratorium, berikut di petakan dengan skala 1 :
50.000. Kabupaten Bone Bolango diklasifikasikan menjadi 4 Ordo, yaitu: Entisols,
Inceptisols, Alfisols, dan Mollisols. Keempat Ordo tersebut menurunkan 6 Sub Ordo, 7
Grup, dan 10 Sub Grup. Sifat-sifat umum tiap ordo tanah tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Entisols
Entisols merupakan tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan
struktur dengan susunan horison AC atau AR dan bersolum tipis. Tanah berkembang
dari bahan aluvium dan volkan. Penyebaran tanah ini terdapat pada landform jalur aliran,
perbukitan dan pegunungan volkan tua. Pada landform jalur aliran bahan induk tanah
berupa endapan pasir, pada landform volkan tanah terbentuk dari batuan granit, tuf
andesitik, batuan andesit dan basalt.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 14
Klasifikasi Lereng Kabupaten Bone Bolango Provinsi GorontaloKelas
LerengKemiringan
(%)Luas(ha)
Persentase(%)
Luas(ha)
Persentase(%)
A 0 – 8 28,379.43 15,11 123,596 10.3B 8 – 15 32,733.91 17,43 69,156 5.8C 15 – 25 56.274,11 29,96 61,572 5.1D 25 – 40 53.372,84 28,41 107,937 9.0E > 40 17.078,6 9,09 833,399 69.7
Jumlah 187.838,9 100 1,195,660 100
Laporan Akhir
Variasi sifat-sifat tanah dipengaruhi oleh relief, letak, dan macam bahan induk.
Pada landform aluvial, sifat tanah sangat ditentukan oleh proses pengendapan,
sedangkan pada landform volkan sifat tanah sangat dipengaruhi oleh posisi dan tingkat
erosi. Entisols di jalur aliran berdrainase baik dan umumnya masih memperlihatkan
pelapisan bahan endapan (fluvik). Tekstur tanah sedang sampai kasar, kedalaman tanah
sedang, reaksi tanah alkalis. Tanah-tanah ini diklasifikasikan ke dalam Sub Grup Typic
Ustipsamments.
Entisols yang ditemukan pada landform perbukitan dan pegunungan volkan tua,
memiliki sifat drainase baik dan umumnya mempunyai kedalaman tanah dangkal (<50
cm), tekstur tanah sedang sampai agak kasar, reaksi tanah agak masam-netral. Tanah-
tanah ini diklasifikasikan ke dalam Grup Ustorthents dan Sub Grup Typic Ustorthents
dan Lithic Ustorthents.
2. Inceptisols
Inceptisols adalah tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan struktur
yang dicirikan dengan terbentuknya horison kambik. Penyebaran ordo ini cukup luas
terutama pada landform aluvial dan volkan. Di daerah aluvial tanah berkembang dari
endapan halus dan kasar. Sedangkan di daerah dataran dan perbukitan/pegunungan
volkan tua, tanah berkembang dari batuan granit, tufa andesitik dan andesit basalt
Tabel 1.9 Klasifikasi tanah di daerah penelitian menurut SistemTaksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999)
Inceptisols pada dataran aluvial yang disawahkan mempunyai drainase
terhambat dengan memperlihatkan sifat aquik, tekstur tanah umumnya halus, reaksi
tanah agak masam sampai netral. Tanah ini diklasifikasikan ke dalam Typic
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 15
Laporan Akhir
Endoaquepts. Sedangkan pada lahan aluvial-koluvial dan teras sungai yang penggunaan
lahannya berupa tegalan dan kebun campuran, umumnya berdrainase baik dan sebagian
kecil agak terhambat, tekstur sedang sampai agak kasar, reaksi tanah agak masam
sampai netral. Tanah diklasifikasikan sebagai Fluventic Haplustepts, Aquic Haplustepts
dan Typic Haplustepts. Pada daerah atasan (upland) yang berkembang dari tuf dan
batuan volkan (granit, andesit dan basalt) mempunyai tekstur sedang sampai agak kasar,
lapisan atas tipis, sebagian kecil kedalaman dangkal dan reaksi tanah agak masam-netral.
Tanah diklasifikasikan ke dalam Typic Haplustepts.
3. Alfisols
Alfisols adalah tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan lebih lanjut
dari pada Inceptisols, dicirikan oleh adanya horison argilik dengan nilai kejenuhan basa
>35%. Tanah ini memiliki penyebaran paling luas di Kabupaten Bone Bolango, terutama
pada landform volkan. Tanah terbentuk dari batuan granit, andesit-basalt dan tuf
andesitik. Pada umumnya memiliki tekstur halus sampai kasar, drainase baik dan reksi
tanah agak masam sampai netral. Pada dataran volkan umumnya memiliki lapisan atas
agak tebal, dan kedalaman efektif dalam, sedangkan pada perbukitan dan pegunungan
volkan tua umumnya memiliki lapisan atas tipis, dan sebagian memiliki kedalaman
efektif dangkal. Tanah diklasifikasikan ke dalam Typic Paleustalfs, Typic Haplustalfs,
dan Lithic Haplustalfs.
4. Mollisols
Mollisols merupakan tanah-tanah yang sudah mengalami perkembangan,
mempunyai epipedon molik dan horison bawah argilik atau kambik serta kejenuhan basa
>50%. Tanah ini ditemukan pada landform karstik terbentuk dari bahan induk
batugamping, dan pada landform perbukitan dan pegunungan volkan tua terbentuk dari
bahan tuf andesitik dan batuan andesit-basalt. Tanah ini memiliki lapisan atas agak tebal
sampai tebal, tekstur sedang dan sebagian berfragmental, drainase baik sampai agak
cepat, kedalaman efektif dangkal sampai dalam. Tanah ini diklasifikasikan ke dalam
Typic Haplustolls.
1.3.3 Kondisi Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi, skala 1:250.000,
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1997) formasi geologi Kabupaten Bone
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 16
Laporan Akhir
Bolango dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) formasi, yaitu: aluvium endapan pantai (Qal),
aluvium endapan danau (Qvl), Molasa Selebes (Qts), Batuan Gunung Api Pinogu
(TQpv), Diorit Bone (Tmb), Batuan Gunung Api Bilungala (Tmbv), dan Anggota
Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl).
1. Aluvium Endapan Pantai (Qal) merupakan endapan sungai dan marin, yang
menempati lahan dengan ketinggian <50 m dpal. Bahan aluvium berupa endapan
pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal. Bahan ini membentuk landform
aluvial (jalur aliran Sungai Bone).
2. Endapan Danau (Qpl), merupakan bahan hasil pengendapan Danau Limboto yang
tersusun oleh batulempung kelabu, setempat mengandung sisa tumbuhan dan
lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai di beberapa
tempat. Bahan ini membentuk landform dataran aluvial koluvial. Jenis vegetasi dan
penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan sebagian tegalan. Satuan formasi ini
terdapat di sekitar Ibukota Kecamatan Tapa dan Kabila.
3. Molasa Selebes (Qts), merupakan endapan pasca orogen yang terbentuk di
cekungan-cekungan kecil, terdiri atas konglomerat, breksi, serta batupasir.
Konglomerat dan breksi tersusun oleh aneka bahan berupa kepingan andesit,
basalt, granit, granodiorit, batugamping, batupasir maupun kuarsa. Di lapangan
ditemukan bahan andesitik yang bertekstur kasar. Bahan ini membentuk landform
dataran volkan tua dengan relief berombak sampai bergelombang.
4. Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), merupakan bahan hasil letusan Gunungapi
berupa tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi Gunungapi di Pegunungan Bone,
Gunung Mongadalia dan Pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf dan tuf
lapili di sekitar Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda
hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Membentuk
landform perbukitan dan pegunungan volkan tua. Satuan ini terdapat di sebelah
kiri dan kanan Sungai Bone memanjang ke arah timur Kabupaten Bone Bolango.
5. Diorit Bone (Tmb), merupakan batuan terobosan yang menerobos Batuan
Gunungapi Bilungala maupun formasi Tinombo. Tersusun dari diorit kuarsa,
diorit, granodiorit, dan granit. Diorit kuat ditemukan Sungai Taludaa, dengan
keragaman diorit, granodiorit dan granit. Granit banyak di temukan di daerah
Sungai Bone. Batuan granit yang di temukan di Kabupaten Bone Bolango
memiliki sisipan batukapur yang mengisi bagian retakan-retakannya, proses ini
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 17
Laporan Akhir
terjadi pada lingkungan marin, sehingga membentuk tanah yang memiliki reaksi
tanah agak masam sampai netral. Terdapat di bagian utara Kabupaten Bone
Bolango memanjang ke timur.
6. Anggota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl), merupakan batuan sedimen dan
endapan permukaan. Formasi ini berupa batugamping kelabu terang, pejal,
mengandung pecahan batuan gunungapi hijau. Batugamping ini sebagian
membentuk lensa-lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat berganti
fasies ke arah samping menjadi batupasir. Satuan ini terdapat di bagian tengah
Bone Bolango.
7. Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), merupakan batuan hasil Gunungapi
Bilungala. Batuan ini terdiri dari breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan
riolit. Ziolit dan kalsit banyak dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi.
Satuan ini terdapat di bagian utara daerah penelitian memanjang ke arah timur dan
sebagian kecil terdapat di bagian tengah areal penelitian. Berdasarkan pengamatan
di lapangan menunjukkan bahwa bahan pembentuk tanah daerah penelitian berasal
dari endapan pasir, lempung dan lumpur, tuf andesitik, batuan andesitik dan basalt,
granit, dan batugamping. Bahan endapan pasir, lempung, dan lumpur umumnya
mempunyai tekstur halus dan sedang, dan umumnya digunakan untuk persawahan
dan sebagian tegalan, tanah berwarna kekelabuan (reduksi). Batuan andesitik dan
basalt membentuk tanah dengan tekstur halus sampai sedang, tanahnya berwarna
kuning kecoklatan. Tuf andesitik umumnya membentuk tanah bertekstur sedang
sampai kasar. Batuan granit umumnya membentuk tanah bertekstur halus sampai
kasar. Sedangkan batugamping membentuk tanah bertekstur halus dan sedang, pH
tanah agak masam sampai netral.
1.3.4 Kondisi Iklim
Curah hujan bervariasi antara 1.200 – 1.438 mm. Bulan kering dengan curah
hujan < 60 mm per bulan bervariasi dari 3 bulan per tahun, sedangkan bulan basah (> 100
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 18
Laporan Akhir
mm per bulan) 5 sampai 7 bulan per tahun. Suhu rata-rata harian di Kabupaten Bone
Bolango adalah sekitar 26,8oC. Suhu rata-rata bulanan berkisar dari sekitar 24,6 sampai
27,6oC. Walaupun demikian, suhu udara rata-rata pada siang hari adalah 31,7oC,
sementara pada malam hari adalah 23,6oC. Dengan kisaran suhu seperti itu, banyak
tanaman tropika dapat dikembangkan.
Berkaitan kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya
hujan, suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Namun, karena keterbatasan
data yang diperoleh dari stasiun-stasiun yang ada di Kabupaten Bone Bolango, maka
uraian kondisi iklim (sebagai potensi dan pembatas) terutama hanya didasarkan pada
informasi curah hujan. Klasifikasi iklim yang didasarkan atas data curah hujan diperoleh
dari sumber yang telah ada. Berdasarkan peta iklim menurut klasifikasi Oldeman
Kabupaten Bone Bolango secara rata-rata beriklim yang relatif kering. Kabupaten Bone
Bolango memiliki curah hujan tahunan rata-rata yang umumnya berkisar antara 1.200
sampai 1.438 mm dengan rata-rata 3 bulan bulan kering (< 60 mm per bulan) per tahun
dan 5 sampai 7 bulan basah (> 100 mm per bulan) per tahun. Dengan data tersebut,
Kabupaten Bone Bolango beriklim E1, E2, dan C2 menurut klasifikasi Oldeman. Yang
termasuk dalam wilayah dengan iklim tipe C2 adalah daerah sekitar Kecamatan Bulango
Utara. Menjadi jelas bahwa arah pengembangan kawasan Bulango Utara (bagian utara
kabupaten Bone Bolango) dengan bagian selatan kabupaten akan berbeda. Karena curah
hujan di daerah Kabupaten Bone Bolango (kecuali Bulango Utara) adalah cukup rendah,
menjadi jelas bahwa pengelolaan sumberdaya air di kawasan selatan, misalnya di daerah
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone menjadi sangat penting
1.4 Sumber Daya Alam
1.4.1 Sumber Daya Lahan
Sumberdaya lahan di Kabupaten Bone Bolango cukup besar dan potensial untuk
dikembangkan baik untuk pengembangan yang bersifat komersil (profit oriented)
maupun untuk kegiatan yang bersifat non komersil (non profit oriented). Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan dan analisis spasial, prosentase penggunaan lahan untuk
kawasan hutan kering sekunder di Kabupaten Bone Bolango masih dominan
dibandingkan penggunaan lahan kegiatan lain yaitu 42,43% atau seluas 79.906,02 Ha,
hutan kering primer yaitu 30,19% atau seluas 56.708,87. Sedangkan penggunaan lahan
untuk kegiatan pertanian lahan kering 8,89% atau seluas 16.706,89 Ha, kegiatan
pertanian lahan kering campuran semak 8,53% atau seluas 16.032,63Ha, penggunaan
lahan untuk permukiman sekitar 1,09% atau seluas 2.046,27 Ha., penggunaan lahan
untuk perkebunan sekitar 1.66% atau seluas 3.124,49 Ha. penggunaan lahan untuk
sawah sekitar 1,03% atau seluas 1.938,87 Ha, penggunaan lahan untuk semak belukar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 19
Laporan Akhir
sekitar 6,06% atau seluas 11.383,72 Ha. Sedangkan penggunaan lahan untuk tubuh air
(danau) sekitar 0,01% atau seluas 16,1 Ha.
Tabel 1.10Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009
No Jenis penggunaanLuas(ha)
Proporsi(%)
1. Hutan lahan kering primer 56.708,87 30,19
2. Hutan lahan kering sekunder 79.906,02 42.53
3. Permukiman 2.046,27 1,09
4. Perkebunan 3.124,49 1.66
5. Pertanian lahan kering 16.706,89 8,89
6. Pertanian lahan kering campur semak 16.032,63 8,537. Sawah 1.938,87 1,03
8. Semak belukar 11.383,72 6,06
9. Tubuh air/Danau Perintis 16,1 0,01
Jumlah 187.863,86 100
Sumber: Hasil Analisis Kabupaten Bone Bolango 2009
1.4.2 Sumber Daya Air
Suatu rencana tata ruang haruslah memadukan dan menyerasikan tata guna
tanah, air dan sumberdaya alam lainnya. Semua unsur itu dipadukan dalam satu kesatuan
tata lingkungan yang harmonis, dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi. Karena itu, rencana tata ruang disusun melalui pendekatan
wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Pengembangan tata ruang sangat berdampak terhadap siklus air yang ada di
wilayah tersebut. Siklus air yang dimaksud adalah siklus hidrologi yaitu siklus
kesetimbangan antara air hujan, air permukaan dan air tanah. Dampak yang secara
kualitatif terjadi antara lain:
Penataan ruang di daerah perkotaan : Perubahan fungsi lahan menjadi jalan, tempat
parkir dan bangunan lainnya akan mengakibatkan perubahan nilai evapotranspirasi
dan pola mikroklimat. Untuk air permukaan akan mengakibatkan penambahan aliran
permukaan (runoff), banjir di daerah hilir. Sedangkan untuk air tanah dapat
mengurangi besaran infiltrasi air ke dalam tanah, besaran air tanah dan aliran dasar di
sungai (base flow) yang berasal dari air tanah.
Penataan ruang di daerah perdesaan : Peningkatan erosi dan sedimentasi yang dapat
berakibat pada berkurangnya tingkat kesuburan lahan serta potensi bencana alam. Dan
pencemaran dari air permukaan terhadap sungai, danau dan rawa.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 20
Laporan Akhir
Penataan ruang di daerah industri dan pertambangan : potensi terbesar pada masalah
pencemaran baik untuk air sungai maupun air tanah. Potensi permasalahan lainnya
adalah kerusakan pada daerah aliran sungai dan kawasan resapan mata air.
Penataan ruang untuk kawasan baru : Perencanaan wilayah pemukiman baru sangat
memerlukan perhitungan mengenai ketersediaan air yang akurat, secara kuantitas dan
kualitas.
a. Sumberdaya Air Permukaan
Kabupaten Bone Bolango mempunyai dua Daerah Aliran Sungai (DAS) besar,
yaitu DAS Bone dan DAS Bolango. Kedua DAS ini bermuara pada satu tempat yaitu
Teluk Tomini /Teluk Gorontalo. Di samping itu juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil
lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran
kawasan pantai.
DAS Bone jauh lebih luas daripada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS
Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 1.845.706 km2. DAS Bolango-Bone didominasi
(80 %) oleh wilayah dengan kemiringan lereng >40 %. Artinya, DAS ini juga rentan
terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola
secara tidak tepat.
DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat jelas pada seringnya kejadian
banjir di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi
kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak
berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah
berubah menjadi daratan.
b. Sumberdaya Air Tanah
Sumber air tanah di Kabupaten Bone Bolango umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kegiatan sehari-hari sebagai sumber air bersih berupa sumur.
Sedangkan air sumur bor sampai dengan saat ini terdapat 2 buah sumur bor yang telah
dibangun umumnya terdapat di Desa Pauwo dan Desa Moutong Kecamatan Kabila.
Sumur bor yang ada saat ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang dengan
kapasitas 25 liter/detik dan 10 liter/detik.
c. Danau Perintis
Sumber air baku potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih
penduduk dan kegiatan pertanian disamping Sungai Bone, Sungai Bolango dan beberapa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 21
Laporan Akhir
sungai kecil lainnya, di wilayah ini juga terdapat beberapa tempat/daerah genangan
dengan luasan bervariasi, salah satu yang terbesar adalah Danau Perintis dengan luas
genangan ± 4,0 H a yang berada di Kecamatan Suwawa.
Sumber air danau tersebut berasal dari aliran permukaan tanah dan suplai air dari Saluran
Sekunder Irigasi Alale dengan menggunakan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM
1.4.3 Sumber Daya Mineral
Sifat usaha pertambangan, khususnya tambang terbuka (open pit mining), selalu
merubah bentang alam sehingga mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam
skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak
buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini usaha pertambangan
cenderung ditolak masyarakat. Citra ini diperburuk oleh banyaknya pertambangan tanpa
ijin (PETI) yang sangat merusak lingkungan dimana masih seringnya terjadi penggunaan
bahan-bahan radiaktif yang tidak direkomendasikan dalam usaha pertambangan rakyat.
Untuk itu diperlukan kearifan lokal dalam pengambilan kebijakan pemberian izin
pengolahan hasil pertambangan dengan mempertimbangkan nilai hayati serta potensi
yang tersedia.
Tabel 1.11 Potensi Pertambangan Menurut JenisnyaDi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010
No Jenis Tambang Lokasi1 Pasir dan Batu Sungai Bone ; Sungai Bolango ; Sungai
Bilungala ; Sungai Taludaa ; Sungai Mamungaa ; Sungai Tapadaa dan Sungai Palanggua
2 Batu Gamping Kec. Kabila Bone ; Kec. Bone dan Kec. Botupingge
3 Batu Granit Kec. Suwawa Timur 4 Batuan Basal Kec. Suwawa Timur ; Kec. Bone ; Kec.
Bone Raya ; Kec. Bone Pantai ; Kec. Kabila Bone ; Kec.Suwawa Selatan ; Kec. Botupingge ; Kec. Suwawa Tengah ; Kec. Suwawa ; Kec. Kabila ; Kec. Bulango Utara ; Kec. Bulango Ulu ; Kec. Bulango Selatan dan Kec. Tapa
5 Emas Primer Kec. Bone Pantai ; Kec. Bulawa ; Kec. Bone Raya ; Kec. Suwawa Tengah dan Kec. Suwawa Timur
6 Perak Kec. Bone Pantai ; Kec. Bulawa dan Kec. Bone Raya
7 Tembaga Kec. Bone Pantai ; Kec. Bulawa ; Kec. Bone Raya ; Kec. Suwawa Tengah ; Kec. Suwawa Timur ; Kec. Botupingge ; Kec. Bulango Utara dan Kec. Bulango Ulu
Sumber : Dinas Pertambangan & Kehutanan Bone Bolango, 2010
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Bolango 2011-2031 I - 22