BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POKOK … NK dan RUU APBN 2011...Perkembangan Ekonomi dan...

70
Bab II Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011 II-1 Nota Keuangan dan RAPBN 2011 BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL RAPBN 2011 2.1 Pendahuluan Periode awal masa kerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II merupakan periode pemulihan perekonomian dunia pasca krisis global tahun 2008. Peran negara-negara Asia, seperti China dan India, dalam memimpin kebangkitan ekonomi dunia semakin dominan. Indonesia sebagai salah satu negara besar di Asia turut berperan serta mendorong terciptanya kondisi ekonomi kawasan yang semakin kondusif dan stabil. Goncangan ekonomi yang terjadi di Eropa tidak sampai menyurutkan laju perdagangan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat di kawasan tersebut. Dengan demikian, Pemerintah mempunyai modal kuat untuk mengakselerasi sektor-sektor ekonomi agar dapat bergerak lebih cepat, efektif, dan efisien. Hingga memasuki pertengahan tahun 2010, tanda-tanda membaiknya perekonomian dunia semakin terlihat dan jauh lebih optimis. Kinerja beberapa negara pilar perekonomian dunia seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, China, dan India terus menunjukkan perbaikan. Penguatan ekonomi AS antara lain ditandai dengan tingkat ekspansi ekonomi yang mampu melaju pada level 2,4 persen (y-o-y) di kuartal I tahun 2010. Kondisi senada juga terjadi di Jepang dan India, dimana aktivitas produksi dan konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Untuk China, laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I tahun 2010 mencapai 11,9 persen (y-o-y) dan merupakan pertumbuhan tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Indikator lainnya yang mengalami perbaikan hingga kuartal II tahun 2010 dapat terlihat jelas dari peningkatan aktivitas perdagangan global, seperti Baltic Dry Index/BDI (indikator distribusi barang antarnegara melalui angkutan laut). Sejalan dengan itu, aktivitas produksi global juga cukup baik. Hal ini terindikasi dari pergerakan Industrial Production Index (IPI) dan Purchasing Managers Index (PMI) yang juga terus meningkat. Langkah Uni Eropa yang mengeluarkan paket penyelamatan atas krisis yang terjadi di kawasan tersebut, telah memberikan dampak positif sehingga kinerja ekonominya berangsur- angsur kembali membaik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator seperti menguatnya konsumsi rumah tangga, membaiknya indeks penjualan retail, dan survei keyakinan konsumen yang mencerminkan optimisme akan terjadinya pemulihan di kawasan tersebut. Dari sisi industri, perbaikan kinerja ekonomi Eropa tercermin dari PMI baik sektor manufaktur maupun jasa yang sudah berada pada fase ekspansi, sejalan dengan kinerja ekspor yang telah memasuki pertumbuhan positif. Pada kuartal I tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Eropa sudah mampu berekspansi sebesar 0,6 persen (y-o-y). Kondisi tersebut telah meningkatkan optimisme akan segera pulihnya ekonomi dunia, walaupun sempat diwarnai dengan turbulensi ekonomi di Eropa. Menurut World Economic Outlook (WEO) Juli 2010, pertumbuhan ekonomi dunia selama tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 4,6 persen (y-o-y) atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya dalam WEO April 2010 yang hanya sebesar 4,2 persen (y-o-y). Perkiraan volume perdagangan dunia tahun 2010 juga lebih tinggi 2,0 persen hingga mencapai 9,0 persen

Transcript of BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POKOK … NK dan RUU APBN 2011...Perkembangan Ekonomi dan...

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-1Nota Keuangan dan RAPBN 2011

BAB II

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POKOK-POKOKKEBIJAKAN FISKAL RAPBN 2011

2.1 PendahuluanPeriode awal masa kerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II merupakan periode pemulihanperekonomian dunia pasca krisis global tahun 2008. Peran negara-negara Asia, seperti Chinadan India, dalam memimpin kebangkitan ekonomi dunia semakin dominan. Indonesiasebagai salah satu negara besar di Asia turut berperan serta mendorong terciptanya kondisiekonomi kawasan yang semakin kondusif dan stabil. Goncangan ekonomi yang terjadi diEropa tidak sampai menyurutkan laju perdagangan dan pertumbuhan ekonomi yangsemakin meningkat di kawasan tersebut. Dengan demikian, Pemerintah mempunyai modalkuat untuk mengakselerasi sektor-sektor ekonomi agar dapat bergerak lebih cepat, efektif,dan efisien.

Hingga memasuki pertengahan tahun 2010, tanda-tanda membaiknya perekonomian duniasemakin terlihat dan jauh lebih optimis. Kinerja beberapa negara pilar perekonomian duniaseperti Amerika Serikat (AS), Jepang, China, dan India terus menunjukkan perbaikan.Penguatan ekonomi AS antara lain ditandai dengan tingkat ekspansi ekonomi yang mampumelaju pada level 2,4 persen (y-o-y) di kuartal I tahun 2010. Kondisi senada juga terjadi diJepang dan India, dimana aktivitas produksi dan konsumsi masyarakat cenderungmeningkat. Untuk China, laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal Itahun 2010 mencapai 11,9 persen (y-o-y) dan merupakan pertumbuhan tertinggi dalamtiga tahun terakhir. Indikator lainnya yang mengalami perbaikan hingga kuartal II tahun2010 dapat terlihat jelas dari peningkatan aktivitas perdagangan global, seperti Baltic DryIndex/BDI (indikator distribusi barang antarnegara melalui angkutan laut). Sejalan denganitu, aktivitas produksi global juga cukup baik. Hal ini terindikasi dari pergerakan IndustrialProduction Index (IPI) dan Purchasing Managers Index (PMI) yang juga terus meningkat.

Langkah Uni Eropa yang mengeluarkan paket penyelamatan atas krisis yang terjadi dikawasan tersebut, telah memberikan dampak positif sehingga kinerja ekonominya berangsur-angsur kembali membaik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator seperti menguatnyakonsumsi rumah tangga, membaiknya indeks penjualan retail, dan survei keyakinankonsumen yang mencerminkan optimisme akan terjadinya pemulihan di kawasan tersebut.Dari sisi industri, perbaikan kinerja ekonomi Eropa tercermin dari PMI baik sektormanufaktur maupun jasa yang sudah berada pada fase ekspansi, sejalan dengan kinerjaekspor yang telah memasuki pertumbuhan positif. Pada kuartal I tahun 2010, pertumbuhanekonomi Eropa sudah mampu berekspansi sebesar 0,6 persen (y-o-y).

Kondisi tersebut telah meningkatkan optimisme akan segera pulihnya ekonomi dunia,walaupun sempat diwarnai dengan turbulensi ekonomi di Eropa. Menurut World EconomicOutlook (WEO) Juli 2010, pertumbuhan ekonomi dunia selama tahun 2010 diperkirakanakan mencapai 4,6 persen (y-o-y) atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan proyeksisebelumnya dalam WEO April 2010 yang hanya sebesar 4,2 persen (y-o-y). Perkiraan volumeperdagangan dunia tahun 2010 juga lebih tinggi 2,0 persen hingga mencapai 9,0 persen

Bab II

II-2 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

(y-o-y), dengan perkiraan pertumbuhan ekspor sebesar 8,2 persen (y-o-y) dan impor7,2 persen (y-o-y) untuk negara maju. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor dan impor untukemerging market diperkirakan lebih tinggi, yang masing-masing mencapai 10,5 persen dan12,5 persen.

Untuk tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia diproyeksikansedikit melambat, yaitu menjadi 4,3 persen dan 6,3 persen. Perlambatan tersebut terutamadisebabkan oleh kontraksi aktivitas perdagangan yang cukup dalam di tahun 2009, sehinggaterjadi laju pertumbuhan yang sangat tinggi di tahun 2010. Dengan demikian, memasukitahun 2011 aktivitas perekonomian dapat dikatakan akan kembali berjalan normal.

Sejalan dengan perkembangan positif ekonomi global, kinerja perekonomian domestik jugaterus menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Dari sisi ekonomi makro, stabilitasberbagai indikator ekonomi relatif terjaga dengan kecenderungan semakin menguat.Sepanjang Januari—Juli 2010 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menguat.Penguatan rupiah yang telah berlangsung sejak awal 2010 sempat tertahan di bulan Mei2010 karena tekanan arus keluar modal portofolio asing terkait dengan krisis Eropa yangtelah memicu perilaku risk aversion terhadap aset negara emerging markets termasukIndonesia. Pada bulan Juni dan Juli, rupiah kembali menguat. Selama periode Januari—Juli tahun 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.172, menguat16,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pergerakan nilaitukar rupiah terhadap dolar AS hingga akhir tahun diperkirakan relatif stabil sehinggasepanjang tahun 2010 rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada kisaranRp9.200/USD.

Sementara itu, laju inflasi pada bulan Juli 2010 tercatat sebesar 1,57 persen (m-t-m) lebihtinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada pada level 0,97 persen. Dengan demikian,laju inflasi selama periode Januari—Juli 2010 sebesar 6,22 persen (y-o-y) atau 4,02 persen(y-t-d). Tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat pada beberapa bulan ke depan sebagaidampak kebijakan kenaikan TDL serta faktor musiman seperti hari besar keagamaan nasional(puasa, lebaran, natal, dan tahun baru). Namun dengan koordinasi antara Pemerintah danBank Indonesia yang semakin baik, laju inflasi sampai akhir tahun 2010 diharapkan masihdalam rentang sasaran inflasi tahun 2010. Dengan perkembangan laju inflasi tersebut, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan tahun 2010 diperkirakan sekitar 6,5 persen.

Kinerja sektor riil dalam periode Januari hingga Juni 2010 juga terus menunjukkanpenguatan. Kinerja ekspor-impor barang dan jasa dalam semester I tahun 2010 mengalamipeningkatan cukup signifikan, masing-masing sebesar 17,2 persen dan 20,1 persen. Hal initerutama didukung oleh penguatan kinerja sektor komoditas manufaktur yang semakinmembaik, sejalan dengan pulihnya kondisi ekonomi global. Beberapa industri yang tumbuhsignifikan antara lain tekstil, pakaian, alat angkut, dan kimia. Sejalan dengan penguatankinerja ekspor impor tersebut, neraca pembayaran di semester I tahun 2010 diperkirakanmengalami surplus sebesar USD10,8 miliar dan cadangan devisa menguat hingga mencapaiposisi USD78,8 miliar di akhir Juli 2010.

Dari sisi konsumsi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang Januari-Juni 2010masih cukup kuat, yang diindikasikan dengan peningkatan konsumsi barang tahan lama(durable goods), seperti mobil, sepeda motor, dan barang elektronik. Selain itu, penjualanretail dalam periode tersebut juga cukup tinggi, khususnya dari kelompok komoditas seperti

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-3Nota Keuangan dan RAPBN 2011

makanan dan tembakau, pakaian dan perlengkapan, serta peralatan tulis. Pertumbuhankonsumsi rumah tangga dan perbaikan daya beli masyarakat di sepanjang semester I tahun2010 antara lain didukung oleh realisasi kenaikan gaji PNS, TNI, dan Polri sebesar 5,0 persen,serta kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) 2010. Penyelenggaraan Pilkada jugamemberikan sentimen positif terhadap pertumbuhan konsumsi.

Dari sisi investasi, penguatan kinerja investasi di sepanjang semester I tahun 2010 terutamadidukung oleh realisasi investasi bangunan dan infrastruktur, sebagaimana ditunjukkanoleh tingginya konsumsi semen dan membaiknya impor barang modal dan bahan baku.Selain itu, berbagai penyempurnaan peraturan di bidang infrastruktur dan terobosan programPemerintah di bidang infrastruktur telah ikut mendorong terbentuknya iklim investasi kearah yang semakin kondusif. Iklim investasi yang semakin baik dan pulihnya likuiditas dipasar keuangan global diperkirakan mendorong masuknya penanaman modal asing sehinggakinerja neraca sektor swasta mengalami perbaikan, dari defisit USD7,6 miliar pada tahun2009 menjadi surplus USD0,8 miliar pada tahun 2010. Indikasi tersebut terlihat dari neracamodal dan finansial yang hingga akhir tahun 2010 diperkirakan mengalami surplus sebesarUSD12,9 miliar, lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus tahun 2009 sebesarUSD3,5 miliar. Pada akhirnya, masuknya modal asing menjadi salah satu faktor peningkatancadangan devisa yang diperkirakan mencapai USD83,2 miliar di tahun 2010.

Dengan memperhatikan berbagai perkembangan ekonomi di atas, kinerja perekonomianpada semester I tahun 2010 mencapai 5,9 persen, dan semester II tahun 2010 diperkirakanakan mampu tumbuh sebesar 6,0 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi sepanjangtahun 2010 diperkirakan mencapai sekitar 5,9 persen atau lebih tinggi bila dibandingkandengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang sebesar 4,5 persen.

Perkembangan positif kinerja ekonomi global maupun domestik tersebut, perlu dijadikanmomentum untuk melangkah lebih optimis lagi di tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi tahun2011 diharapkan mampu berakselerasi pada tingkat yang lebih tinggi dari pencapaian selamaini. Selain itu, pertumbuhan ekonomi tahun 2011 juga harus lebih berkualitas, dalam artianharus bisa memenuhi tiga syarat, yaitu: (a) mampu membuka lapangan kerja sehinggabisa menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan; (b) bersifat inklusif dan berdimensipemerataan; serta (c) strukturnya harus ditopang secara proporsional oleh berbagai sektorpendukungnya baik dari pendekatan permintaan agregat maupun penawaran agregat.

Dengan memperhatikan perkembangan perekonomian terkini baik global maupun domestik,Pemerintah memperkirakan kinerja perekonomian Indonesia tahun 2011 adalah sebagaiberikut: (1) pertumbuhan ekonomi akan meningkat mencapai 6,3 persen; (2) tingkat inflasiakan terkendali pada tingkat 5,3 persen; (3) suku bunga SBI 3 bulan stabil pada kisaran6,5 persen; (4) nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran Rp9.300/USD; (5) harga minyakmentah Indonesia (ICP) rata-rata mencapai USD80,0 per barel; serta (6) lifting minyakmentah Indonesia mencapai 0,970 juta barel per hari.

Program pembangunan tahun 2011 akan mengacu pada tema yang tertuang dalam RencanaKerja Pemerintah (RKP), yaitu “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang BerkeadilanDidukung oleh Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat Daerah”. Program tersebutmerupakan dasar pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dengan menitikberatkan pada tiga sasaranpembangunan, yakni: (1) Sasaran pembangunan kesejahteraan; (2) Sasaran pembangunandemokrasi; dan (3) Sasaran penegakan hukum.

Bab II

II-4 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Dalam rangka mendukung penciptaan akselerasi kinerja ekonomi sekaligus pencapaiansasaran pembangunan di tahun 2011, Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan fiskaltahun 2011 yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dengan tetapmelanjutkan tiga sasaran utama kebijakannya, yaitu (a) meningkatkan laju pertumbuhanekonomi yang tinggi dan berkualitas (pro growth); (b) menciptakan dan memperluaslapangan kerja (pro job); dan (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program-program jaring pengaman sosial yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro poor).

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2011 sebagai instrumen utamakebijakan fiskal akan didesain sesuai dengan fungsinya baik sebagai alat stabilisasi ekonomi,dan alat alokasi dana masyarakat, maupun sebagai alat distribusi pendapatan. Selain itu,kebijakan alokasi anggaran dalam APBN akan diarahkan kepada upaya untuk mendukungkegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan ekonomi, memantapkanpengelolaan keuangan negara, serta mendukung pelaksanaan otonomi daerah dandesentralisasi fiskal sesuai dengan tema RKP tahun 2011.

Dari sisi postur, RAPBN 2011 disusun dengan prinsip dasar optimalisasi sumber-sumberpendapatan negara, terutama melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan perpajakan,dengan tetap memperhatikan pemberian insentif fiskal pada kegiatan dunia usaha, yangditopang dengan kebijakan reformasi birokrasi baik dalam bidang perpajakan maupunkepabeanan. Selain itu, berbagai upaya juga akan terus dilakukan untuk meningkatkanproduksi sumber daya alam, baik migas maupun nonmigas sebagai sektor pendorongpenerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Di sisi belanja negara, arah kebijakan alokasi anggaran dalam RAPBN 2011 akan berorientasipada pelaksanaan program-program pembangunan yang terfokus pada pembangunanpeningkatan kesejahteraan masyarakat, penguatan aspek demokrasi dan penciptaansupremasi hukum, serta penguatan sinergi antara pusat dan daerah.

Kebijakan alokasi belanja dalam RAPBN 2011 akan tetap didasarkan pada penganggaranberbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah, yang merupakan perubahanmendasar dalam proses penganggaran dalam beberapa waktu terakhir. Kebijakan belanjanegara juga akan menekankan pada outcome basis, yang selanjutnya diterjemahkan lebihlanjut ke dalam hasil (output) dan program, serta kegiatan, baik di tingkat pusat maupundaerah, dalam rangka menyukseskan program-program pembangunan nasional. Sebagianbesar porsi belanja dalam RAPBN 2011 atau sekitar 70 persennya akan dialokasikan untukbelanja Pemerintah pusat dan digunakan untuk mendukung 11 prioritas pembangunan,yaitu: (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola; (2) Pendidikan; (3) Kesehatan;(4) Penanggulangan Kemiskinan; (5) Ketahanan Pangan; (6) Infrastruktur; (7) IklimInvestasi dan Iklim Usaha; (8) Energi; (9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana;(10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik; serta (11) Kebudayaan,Kreativitas, dan Inovasi Teknologi.

Dalam RAPBN tahun 2011, penetapan besaran defisit anggaran mengacu pada upaya tetapterjaganya konsolidasi dan kesinambungan fiskal, serta memperhatikan kemampuankeuangan negara untuk dapat menutup defisit tersebut dari sumber-sumber pembiayaanyang tidak memberatkan di masa kini dan mendatang. Sementara itu, untuk menutup defisittersebut, Pemerintah akan mengupayakan melalui pengadaan utang domestik denganmenerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) sebagai sumber pembiayaan utama melalui

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-5Nota Keuangan dan RAPBN 2011

beberapa strategi, seperti: (1) Perumusan kebijakan yang sesuai dengan dinamika pasarSBN dan ekonomi makro; (2) Penerbitan SBN secara reguler dengan meminimalkan risikokeuangan yang berasal dari nilai tukar dan suku bunga; dan (3) Diversifikasi instrumen SBN.

Dengan memperhatikan berbagai strategi dan kebijakan di atas, pendapatan negara dalamRAPBN 2011 diperkirakan mencapai sebesar Rp1.086,4 triliun, yang berarti mengalamikenaikan 9,5 persen dari APBN-P tahun 2010. Sedangkan belanja negara direncanakanmenjadi Rp1.202,0 triliun, yang akan dialokasikan untuk belanja Pemerintah pusat sebesarRp823,6 triliun (68,5 persen), dan untuk anggaran transfer ke daerah sebesar Rp378,4 triliun(31,5 persen). Defisit anggaran direncanakan sebesar Rp115,7 triliun atau 1,7 persenterhadap PDB.

2.2 Perkembangan Ekonomi 2005 – 2010

2.2.1 Evaluasi dan Kinerja 2005 – 2009

2.2.1.1 Perekonomian Dunia dan Regional

Perkembangan ekonomi domestik tidak dapat lepas dari perkembangan kondisi ekonomiglobal dan regional. Keterkaitan antara hubungan perdagangan, arus modal, dan investasiyang terjadi saat ini merupakan beberapa faktor eksternal yang akan mempengaruhi kinerjaekonomi domestik. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan kondisi ekonomi global danregional perlu mendapat perhatian sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategipembangunan nasional.

Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian global.Gejolak krisis subprime mortgage di AS di tahun 2007 telah menular ke pasar keuangan diberbagai negara dan akhirnya membawa dampak cukup berat bagi kinerja perekonomiansecara menyeluruh di negara-negara tersebut. Gejolak pada pasar subprime mortgage padaawalnya mendorong penurunan nilai aset berbagai institusi keuangan global dan kejatuhanpasar modal, dan kemudian diiringi kebangkrutan berbagai perusahaan di negara-negaramaju. Tekanan-tekanan tersebut kemudian menjelma menjadi krisis ketenagakerjaan dandaya beli, sehingga berdampak pada pelemahan kinerja sektor riil dan ekonomi secaramenyeluruh.

Tekanan krisis pada perekonomian global terutama terlihat pada semester kedua tahun 2008hingga semester pertama 2009. Selama periode tersebut, perekonomian di berbagai negarapada umumnya mengalami perlambatan laju pertumbuhan hingga pertumbuhan ekonominegatif. Memburuknya kondisi tersebut terlihat dari kinerja perekonomian negara-negaramaju dan kemudian meluas ke negara-negara berkembang. Berbagai kebijakan untuk keluardari krisis telah dilakukan oleh negara-negara di dunia, baik secara bersama sama maupunindividual. Dalam hal ini, Pemerintah dan otoritas moneter di masing-masing negara telahmengadopsi kebijakan fiskal dan moneter ekspansif yang antara lain berupa peningkatandefisit dan belanja Pemerintah, penurunan suku bunga, dan bantuan likuiditas. Walaupuntampaknya langkah-langkah tersebut telah memberikan hasil yang cukup baik bagi prosespemulihan ekonomi global, namun kebijakan-kebijakan yang diambil menyisakantantangan-tantangan baru, khususnya bagi beberapa negara di kawasan Eropa.

Bab II

II-6 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Gejolak krisis subprime mortgage di AS juga memberi dampak terhadap pertumbuhanekonomi di negara-negara kawasan Eropa. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Eropaselama empat kuartal berturut-turut berada dalam teritori negatif, sehingga secarakeseluruhan pertumbuhan kawasan Eropa mencapai minus 4,1 persen, menurun biladibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 0,6 persen.

Kontraksi ekonomi di kawasan Eropa pada tahun 2009 terutama diakibatkan olehpertumbuhan negatif Jerman, Inggris, dan Perancis. Pada kuartal I tahun 2009,pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut mengalami penurunan tajam, masing-masingsebesar minus 6,7 persen, minus 5,5 persen, dan minus 3,9 persen. Pada kuartal-kuartalberikutnya, terjadi perbaikan ekonomi, kendati masih dalam pertumbuhan negatif. Secarakeseluruhan untuk tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Jerman, Inggris dan Perancis,masing-masing mencapai sebesar minus 4,9 persen, minus 4,9 persen, dan minus 2,5 persen(lihat Grafik II.1).

Tekanan perekonomian akibat krisis global yang dimulai pada tahun 2008 hingga 2009ikut dirasakan oleh negara-negara maju kawasan Asia-Pasifik. Pada kuartal I tahun 2009,pertumbuhan ekonomi Jepang dan Korea Selatan jatuh hingga mencapai angka terendahselama dua tahun terakhir, masing-masing mencapai minus 8,9 persen dan minus 4,3 persen.Sedangkan AS dan Kanada mengalami kontraksi dengan angka pertumbuhan terendah padakuartal II tahun 2009, masing-masing mencapai minus 4,1 persen dan minus 3,8 persen(lihat Grafik II.2).

Perekonomian AS dan Kanada mulai membaik pada kuartal III tahun 2009, sedangkanperekonomian Jepang, Korea Selatan, dan Australia telah membaik semenjak kuartal IItahun 2009. Perekonomian AS dan Kanada telah tumbuh positif pada kuartal IV, sedangkanJepang belum menunjukkan pertumbuhan yang positif. Perbaikan kondisi perekonomiannegara-negara tersebut termasuk Jepang terus berlanjut hingga kuartal I tahun 2010.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju kawasan Asia Pasifik cenderung melambat padatahun 2008 dan 2009. Selama tahun 2009, kondisi perekonomian Korea Selatan dan Australiarelatif lebih baik bila dibandingkan dengan Jepang, AS, dan Kanada. Australia masihmengalami pertumbuhan positif sebesar 1,3 persen, dan Korea Selatan tumbuh sebesar 0,2persen. Sedangkan AS, Kanada, dan Jepang justru mengalami pertumbuhan negatif.Penurunan paling tajam dialami oleh Jepang dengan kontraksi sebesar 5,2 persen, sedangkanAS dan Kanada mengalami kontraksi masing-masing sebesar 2,4 persen dan 2,5 persen.

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2008 2009 2010

GRAFIK II.2PERTUMBUHAN NEGARA-NEGARA MAJU

KAWASAN ASIA-PASIFIK (y-o-y, persen)

AS Kanada Australia Jepang Korea Selatan

Sumber : Bloomberg

-8

-6

-4

-2

0

2

4

Q1

'08

Q2

'08

Q3

'08

Q4

'08

Q1

'09

Q2

'09

Q3

'09

Q4

'09

GRAFIK II.1PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN EROPA

(y-o-y, persen)

Inggris Perancis Jerman

Sumber : Bloomberg

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-7Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Selama masa krisis 2008/2009, ekonomi di kawasan Asia telah menunjukkan performayang sangat baik dan dapat dipandang sebagai motor pemulihan ekonomi global. Kondisiini terutama didasarkan pada kinerja ekonomi dua negara besar, China dan India. Walaupuntidak luput dari perlambatan laju pertumbuhan, selama tahun 2009 ekonomi kedua negaratersebut masih mencatat pertumbuhan yang relatif tinggi bila dibandingkan denganpertumbuhan negara lain. China yang pada kuartal I tahun 2009 mencatat pertumbuhansebesar 6,2 persen (y-o-y), mampu bangkit dan kembali mencatat pertumbuhan 10,7 persenpada kuartal IV 2009. Secara total, laju pertumbuhan China untuk tahun 2009 mencapai8,7 persen.

Hal serupa juga ditunjukkan oleh India, yang telah mengalami pemulihan pertumbuhanekonomi dari 5,8 persen di kuartal I tahun 2009, hingga mencapai 8,6 persen dan 6,5 persendi kuartal III dan kuartal IV. Laju pertumbuhan ekonomi India untuk tahun 2009 secarakeseluruhan mencapai 5,7 persen (lihat Grafik II.3).

Di antara negara-negara ASEAN-5, tren pemulihan ekonomi juga terlihat di sepanjang tahun2009. Pada kuartal I tahun 2009, perekonomian Singapura, Malaysia, dan Thailandmengalami pertumbuhan negatif, masing-masing sebesar minus 8,9 persen, minus 6,2persen, dan minus 7,1 persen. Sementara itu, Indonesia dan Philipina juga mengalamiperlambatan pertumbuhan, namun masih mencatat pertumbuhan positif. Pada kuartal Itahun 2009, ekonomi Indonesia dan Philipina tumbuh masing-masing sebesar 4,5 persendan 0,5 persen. Di periode berikutnya, pertumbuhan ekonomi di masing masing negaraterus membaik, hingga pada kuartal terakhir 2009 mampu tumbuh positif. Secara umum,laju pertumbuhan negara-negara ASEAN-5 di tahun 2009 hanya mencapai 1,7 persen, lebihrendah dari tren pertumbuhan di tahun-tahun sebelum krisis, yaitu di atas 5 persen (lihatGrafik II.4).

Dampak krisis ekonomi global 2008/2009 mencapai puncaknya di tahun 2009. Pertumbuhanperekonomian dunia yang pada beberapa tahun sebelumnya mencapai kisaran 4-5 persen,melambat menjadi hanya 3,0 persen di tahun 2008, dan kemudian mengalami kontraksi ditahun 2009 dengan pertumbuhan minus 0,6 persen. Penurunan pertumbuhan tahun 2009terutama didorong oleh kontraksi yang dialami oleh negara-negara maju, khususnyaAmerika Serikat dan Eropa. Pada tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi negara-negaramaju yang biasanya mencapai sekitar 2,5 hingga 3,0 persen, melambat di tahun 2008 menjadi0,5 persen, dan kemudian mencapai minus 3,2 persen di tahun 2009. Di lain pihak, padatahun 2009 pertumbuhan negara-negara berkembang juga mengalami tren serupamelambat hingga 2,5 persen, namun tidak mencapai pertumbuhan negatif.

0

2

4

6

8

10

12

Q1 '08 Q2 '08 Q3 '08 Q4 '08 Q1 '09 Q2 '09 Q3 '09 Q4 '09

GRAFIK II.3PERTUMBUHAN EKONOMI CHINA DAN INDIA

(y-o-y, persen)

China India

Sumber : Bloomberg

-11

-9

-7

-5

-3

-1

1

3

5

7

9

Q1 '08 Q2 '08 Q3 '08 Q4 '08 Q1 '09 Q2 '09 Q3 '09 Q4 '09

GRAFIK II.4PERTUMBUHAN EKONOMI ASEAN-5

(y-o-y, persen)

Singapura Malaysia Philipina Thailand Indonesia

Sumber : Bloomberg

Bab II

II-8 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

2.2.1.2 Perekonomian Nasional

Tekanan eksternal sebagai dampak dari terjadinya krisis global telah mempengaruhiperekonomian Indonesia pada kurun waktu tahun 2005-2009. Dalam kurun waktu tersebut,rata-rata perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,6 persen (y-o-y). Pada tahun 2005,ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,7 persen (y-o-y), yang kemudian sedikit melambatpada tahun berikutnya menjadi sebesar 5,5 persen (y-o-y). Perekonomian Indonesia kembalimembaik dan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 6,3 persen (y-o-y) padatahun 2007. Akibat dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008, perekonomian Indonesiamelambat menjadi 6,0 persen (y-o-y). Perlambatan tersebut terus berlangsung hingga tahun2009 dimana perekonomian Indonesia hanya tumbuh sebesar 4,5 persen (y-o-y)(lihat Grafik II.5).

Dari sisi penggunaan, yang menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009adalah konsumsi Pemerintah, diikuti oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (lihatGrafik II.6 dan Tabel II.1). Sedangkan dari sisi produksi, sektor yang mendominasipertumbuhan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan airbersih. Dua sektor tersebut mengalami pertumbuhan dua digit.

Konsumsi rumah tangga yangmempunyai peran sebesar 58,6persen dalam pembentukan PDBtahun 2009 tumbuh sebesar 4,9persen, sedikit melambat biladibandingkan dengan tahun 2008yang tumbuh sebesar 5,3 persen.Melemahnya daya beli masyarakatakibat imbas krisis global menjadisalah satu penyebab perlambatan ini.Melemahnya konsumsi rumah tangga antara lain ditunjukkan oleh menurunnya beberapaindikator konsumsi seperti penerimaan PPN dan penjualan kendaraan bermotor. Namun,perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga mampu ditahan oleh adanya kenaikangaji dan pemberian gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri/Pensiunan, stimulus fiskal berupa insentifpajak, penyaluran bantuan langsung tunai (BLT), serta bantuan sosial lainnya sepertiprogram subsidi pangan (raskin), program keluarga harapan (PKH), program peningkataninfrastruktur pedesaan (PPIP), program pelayanan kesehatan masyarakat (Yankesmas),bantuan operasional sekolah (BOS), dan program nasional pemberdayaan masyarakat

5,7 5,5

6,36,0

4,5

0

1

2

3

4

5

6

7

2005 2006 2007 2008 2009

GRAFIK II.5PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2005 - 2009

(y-o-y, persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

4,9

15,7

3,3

-9,7

-15

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

2005 2006 2007 2008 2009

GRAFIK II.6PERTUMBUHAN PDB PENGGUNAAN 2005 - 2009

(y-o-y, persen)

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah

PMTB Ekspor

Impor

Sumber: Badan Pusat Statistik

Penggunaan 2008 2009

Konsumsi Rumah Tangga 60,6 58,6

Konsumsi Pemerintah 8,4 9,6

PMTB (Investasi) 27,7 31,1

Ekspor 29,8 24,1

Impor 28,7 21,3Su m ber : Ba da n Pu sa t Sta t ist ik

TABEL II.1DISTRIBUSI PDB PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU

2008 - 2009 (persen)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-9Nota Keuangan dan RAPBN 2011

(PNPM). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga disumbangkan oleh konsumsi makanansebesar 3,6 persen dan konsumsi bukan makanan sebesar 6,0 persen, terkait denganpelaksanaan kampanye untuk Pemilu, seperti pencetakan kaos, spanduk, dan brosur.

Pengeluaran konsumsi Pemerintah selama tahun 2009 tumbuh sebesar 15,7 persen, lebihtinggi bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya tumbuh sebesar 10,4 persen.Peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya anggaran untuk keperluan pelaksanaanPemilu Legislatif dan Pemilu Presiden, serta stimulus fiskal. Pertumbuhan ini didorong olehkenaikan belanja barang yang meningkat sebesar 21,1 persen dan belanja pegawai sebesar5,1 persen. Meskipun pertumbuhannya relatif tinggi, peranan konsumsi Pemerintah terhadaptotal PDB relatif kecil, yaitu hanya sebesar 9,6 persen.

Selama tahun 2009, investasi mencatat pertumbuhan sebesar 3,3 persen, lebih rendah biladibandingkan dengan tahun 2008 yang tumbuh sebesar 11,9 persen sebagai akibatmenurunnya kegiatan produksi terkait dengan melemahnya aktivitas global dan menurunnyapermintaan domestik. Penurunan kinerja investasi ditunjukkan oleh perlambatanpertumbuhan beberapa indikator, seperti impor barang modal, realisasi PMA-PMDN, kreditinvestasi dan kredit modal kerja, serta penjualan semen. Pertumbuhan investasi didorongoleh investasi lainnya dari dalam negeri sebesar 7,4 persen dan investasi jenis bangunansebesar 7,1 persen. Sebaliknya, kontraksi terjadi pada investasi jenis mesin serta perlengkapanluar negeri dan investasi lainnya dari luar negeri yang turun masing-masing sebesar minus10,8 persen dan minus 11,7 persen. Peranan investasi dalam pembentukan PDB menempatiurutan kedua setelah konsumsi rumah tangga, yaitu sebesar 31,1 persen.

Sisi eksternal PDB selama tahun 2009 menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan.Ekspor mengalami kontraksi yang cukup dalam sebagai akibat lemahnya permintaan dunia,dan menurunnya harga minyak serta beberapa komoditas dunia. Meskipun mengalamipeningkatan sejak kuartal II tahun 2009, namun peningkatan tersebut masih belum mampumenyamai kinerja ekspor tahun 2008 yang sebesar 9,5 persen, sehingga pertumbuhan eksporselama tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 9,7 persen. Kontraksi tersebutdisumbangkan oleh ekspor barang dan jasa yang masing-masing tumbuh minus 10,6 persendan minus 2,1 persen. Penurunan kinerja ekspor tersebut karena adanya penurunan nilaiekspor migas dan nonmigas akibat turunnya produksi minyak dan nilai beberapa komoditasutama nonmigas, antara lain nikel, karet dan barang dari karet, kendaraan dan bagiannya,lemak dan minyak hewan, serta kayu dan barang dari kayu. Kinerja ekspor juga sejalandengan kinerja impor, dimana selama tahun 2009 impor mengalami kontraksi pertumbuhansebesar 15,0 persen, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebesar 10,0persen. Impor barang dan jasa tumbuh masing-masing minus 18,6 persen dan minus 1,5persen. Penurunan kinerja impor karena adanya penurunan nilai beberapa komoditas antaralain pupuk, besi dan baja, alumunium, bahan kimia anorganik, gandum-ganduman,perangkat musik, serta kendaraan dan bagiannya. Peranan ekspor dan impor terhadap totalPDB masing-masing mencapai 24,1 persen dan 21,3 persen.

Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi pada tahun 2009 mengalami pertumbuhanpositif, bahkan tiga di antaranya tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan denganpertumbuhannya pada tahun 2008, yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik,gas dan air bersih; serta sektor jasa. Penurunan pertumbuhan yang cukup tajam terjadipada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (lihat Grafik II.7 dan Tabel II.2).

Bab II

II-10 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 4,4 persen, jauh melampauipertumbuhan tahun 2008 yang hanya mencapai 0,7 persen. Peningkatan harga barangtambang nonmigas seperti batu bara, bijih tembaga, bijih emas, bauksit, dan lain-lainnyamampu memacusubsektor pertambangannonmigas untuk tumbuhsebesar 10,6 persen. Sektorpertambangan danpenggalian memberikanperanan sebesar 10,5persen terhadap total PDB.

Sektor listrik, gas, dan airbersih tumbuh 13,8 persenpada tahun 2009meningkat bila di-bandingkan denganpertumbuhan tahun 2008yang sebesar 10,9 persen.M e n i n g k a t n y apertumbuhan sektor inidisumbangkan oleh subsektor gas kota dan subsektor listrik yang masing-masing tumbuhsebesar 41,0 persen dan 7,0 persen. Tingginya pertumbuhan subsektor gas kota karenalangkah substitusi bahan bakar yang dilakukan PT PLN kepada gas sehingga diperlukanketersediaan gas yang cukup besar. Peranan sektor ini terhadap total PDB adalah sebesar0,8 persen.

Sektor pengangkutan dan komunikasiselama tahun 2009 mampu tumbuhsebesar 15,5 persen, lebih rendah biladibandingkan dengan pertumbuhannyapada tahun sebelumnya yang sebesar 16,6persen. Pertumbuhan sektor ini terutamadidukung oleh subsektor komunikasi yangpertumbuhannya mencapai 23,8 persen,sebagai dampak dari maraknyapenggunaan telepon seluler dan internet.Sedangkan subsektor pengangkutantumbuh sebesar 5,5 persen, yang didorongoleh pertumbuhan angkutan udara sebesar11,7 persen, akibat meningkatnyapermintaan akan jasa angkutan udaraselama tahun 2009, khususnya pada musimlibur sekolah dan libur hari keagamaan. Walaupun pertumbuhannya tertinggi tetapi peranansektor ini dalam pembentukan total PDB relatif kecil, yaitu sebesar 6,3 persen.

Sektor perdagangan tahun 2009 tumbuh sebesar 1,1 persen, jauh lebih rendah biladibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 yang sebesar 6,9 persen. Melemahnya daya

Sektor 2008 2009

Pertanian 14,5 15,3

Pertambangan 10,9 10,5

Industri 27,9 26,4

Listrik, Gas, & Air bersih 0,8 0,8

Konstruksi 8,5 9,9

Perdagangan 14,0 13,4

Pengangkutan & Komunikasi 6,3 6,3

Keuangan 74,0 7,2

Jasa 9,7 10,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

TABEL II.2DISTRIBUSI PDB SEKTORAL TAHUN, 2008 - 2009

ATAS DASAR HARGA BERLAKU (persen)

0,0

4,0

8,0

12,0

16,0

20,0

Per

tan

ian

Per

tam

ban

gan

Man

ufa

ktu

r

Lis

trik

, Gas

, Air

B

ersi

h

Ko

nst

ruk

si

Per

dag

,H

ote

l,R

esto

.

Tra

ns

& T

el.

Keu

anga

n

Jasa

lain

nya

GRAFIK II.7 PERTUMBUHAN PDB SEKTORAL, 2005-2009

(y-o-y, persen)

2005 20062007 20082009

Sumber : Badan Pusat Statistik

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-11Nota Keuangan dan RAPBN 2011

beli masyarakat dan masih tingginya suku bunga ikut mendorong melambatnyapertumbuhan sektor ini. Menurunnya sektor ini dipicu oleh rendahnya pertumbuhansubsektor perdagangan besar dan eceran. Sektor perdagangan memberikan peranan terbesarketiga terhadap total PDB, yaitu sebesar 13,4 persen, yang disumbangkan oleh subsektorperdagangan besar dan eceran sebesar 10,6 persen, subsektor restoran sebesar 2,5 persen,dan subsektor hotel sebesar 0,4 persen.

Sektor pertanian pada tahun 2009 tumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 4,1 persen, namunlebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun 2008 yang mencapai4,8 persen. Pertumbuhan sektor ini dipicu oleh pertumbuhan subsektor tanaman bahanmakanan sebesar 4,7 persen, akibat dari meningkatnya produksi padi dan palawija, sebagaiupaya Pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan dalam negeri, dan subsektorperikanan sebesar 5,2 persen. Peningkatan pertumbuhan tanaman bahan makanan inidisebabkan oleh peningkatan penggunaan benih padi varietas tinggi, penurunan tanamanpadi yang kekeringan dan banjir, serta penurunan luas tanaman yang terserang hama.Sektor pertanian memberikan peranan terbesar kedua terhadap total PDB, yaitu sebesar15,3 persen.

Sektor industri pengolahan pada tahun 2009 tumbuh sebesar 2,1 persen, melambat biladibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,7persen. Melambatnya pertumbuhan sektor ini terkait belum pulihnya permintaan produk-produk domestik, terutama industri gas alam cair, industri logam dasar, besi dan baja, industrialat angkut, mesin dan peralatannya, serta industri barang dari kayu, dan hasil hutan lainnya.Perlambatan ini mampu ditahan oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada subsektorindustri makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai sebesar 11,3 persen, dansubsektor kertas dan barang cetakan sebesar 6,3 persen, sebagai pengaruh adanya kegiatankampanye dan pelaksanaan Pemilu legislatif dan Presiden. Sektor industri pengolahanmemberikan peranan tertinggi terhadap total PDB yaitu sebesar 26,4 persen, yang berasaldari subsektor industri bukan migas sebesar 22,6 persen, dan subsektor industri migassebesar 3,8 persen.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, Pemerintah telahmenetapkan tiga strategi pembangunan ekonomi, yaitu pro growth, pro job dan pro poor.Ketiga strategi ini merupakan pendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang dapatmemberikan lebih banyak kesempatan kerja sehingga makin banyak keluarga Indonesiayang dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dan keluar dari kemiskinan.

Pada dasarnya pengangguran dan kemiskinan merupakan dua masalah penting yang banyakdihadapi oleh negara-negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Setiap tahun,Pemerintah selalu memfokuskan program pembangunannya pada penanganan keduamasalah ini. Indikator-indikator sosial yang ada telah mencerminkan perbaikan dalampengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Kondisi perekonomian dunia yang terus membaik pasca krisis finansial global jugaberpengaruh terhadap kinerja perekonomian domestik yang terindikasi dari meningkatnyalaju pertumbuhan ekonomi. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang didukung olehkebijakan Pemerintah yang ekspansif mampu memperluas terciptanya lapangan kerja baru.Sejak tahun 2005, rata-rata tiap satu persen pertumbuhan ekonomi, dapat menyerap tenagakerja baru sekitar 400.000 orang. Penyerapan tenaga kerja ini diperkirakan akan semakin

Bab II

II-12 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

meningkat sejalan dengan program dan kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan investasimelalui perbaikan infrastruktur dan berbagai kebijakan lainnya.

Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan pengangguran tahun2005–2010 dapat dilihat pada Grafik II.8.

Selama kurun waktu 2005-2009, tercatat pertambahan angkatan kerja dari 105,86 jutaorang di tahun 2005 menjadi 113,83 juta orang di tahun 2009 atau naik 7,97 juta orang.Namun, pengangguran turun dari 11,20 persen di tahun 2005 menjadi 7,87 persen di tahun2009. Penurunan jumlah pengangguran tersebut sejalan dengan penurunan tingkatkemiskinan dari 15,97 persen di tahun 2005 menjadi 14,15 persen di tahun 2009 atau dari35,10 juta penduduk di tahun 2005 menjadi 32,53 juta penduduk di tahun 2009(lihat Grafik II.9).

Keberhasilan penanggulangan kemiskinan tersebut merupakan keberhasilan dari berbagaiprogram pemberdayaan masyarakat yang merupakan bagian dari pemenuhan hak dasarrakyat. Program-program tersebut terus dilakukan untuk memberikan akses yang lebihluas kepada kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah agar dapat menikmati hasil-hasil pembangunan. Langkah ini ditempuh antara lain melalui pemberian subsidi, bantuansosial dan PKH, PNPM Mandiri, dan dana penjaminan kredit/pembiayaan bagi usaha mikro,kecil, menengah (UMKM), dan koperasi melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).Program ini dilaksanakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak ataubelum mampu dipenuhi dari kemampuan sendiri.

Stabilitas ekonomi makro yang terjaga memberikan andil pada menguatnya nilai tukarrupiah. Hal ini didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang dijalankan secara konsistendan berhati-hati. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun 2005-2009 bergerakfluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2005, rata-rata nilai tukar rupiahsebesar Rp9.705/USD, terdepresiasi 8,57 persen bila dibandingkan dengan nilai tukar tahunsebelumnya. Pada tahun 2006 nilai tukar rupiah menguat sehingga rata-ratanya mencapaiRp9.164/USD dan relatif stabil hingga akhir tahun 2007 dengan rata-rata Rp9.140/USD.Nilai tukar rupiah mulai mengalami tekanan dengan volatilitas yang cenderung meningkatpada kuartal IV tahun 2008. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan krisis keuanganglobal, gejolak harga komoditas internasional, dan perlambatan ekonomi dunia. Rata-ratanilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun 2008 adalah sebesar Rp9.691/USD, melemahsekitar 6 persen bila dibandingkan dengan nilai tukar pada tahun sebelumnya.

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

Feb Nop Feb Agus Feb Agus Feb Agus Feb Agus Feb

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(persen)(juta orang)

GRAFIK II.8ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN

PENGANGGURAN, 2005 - 2010

Angkatan Kerja Penduduk Yang Bekerja Tingkat Pengangguran (RHS)

Sumber : Badan Pusat Statistik

10

12

14

16

18

20

20

25

30

35

40

45

2005 2006 2007 2008 2009

(persen)(juta orang)

GRAFIK II.9TINGKAT KEMISKINAN, 2005 - 2009

Kemiskinan (Juta) Tingkat Kemiskinan (RHS)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-13Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Depresiasi nilai tukar rupiah masih berlanjut pada kuartal I tahun 2009 sebagai dampakdari meluasnya krisis keuangan global. Selanjutnya, rupiah secara gradual terus mengalamipenguatan sampai akhir tahun 2009, meskipun secara rata-rata masih lebih rendah biladibandingkan dengan nilai tukar pada tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2009, rupiahmelemah sekitar 7,4 persen dengan rata-rata sebesar Rp10.408/USD. Pergerakan rupiahdalam tahun 2009 ditopang oleh keseimbangan permintaan dan penawaran valuta asing dipasar domestik dan kondisi fundamental perekonomian yang semakin membaik. Di sampingitu, imbal hasil rupiah yang tinggi dan jumlah cadangan devisa yang memadai telahmemberikan sinyal positif kepada investor mengenai ketahanan perekonomian domestikterhadap tekanan dari luar sehingga rupiah semakin menguat (lihat Grafik II.10).

Melemahnya nilai tukar rupiah dan meningkatnya harga minyak mentah dunia pada tahun2005 hingga mencapai level USD60 per barel, telah mendorong Pemerintah untukmengambil kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga dua kali, yaitupada bulan Maret 2005 dan Oktober 2005. Hal tersebut berdampak pada tingginya inflasipada tahun 2005 hingga mencapai 17,1 persen. Selanjutnya, laju inflasi relatif stabil danberada pada kisaran 6,6 persen di tahun 2006 dan 2007. Stabilnya nilai tukar rupiah, lancarnyadistribusi barang dan jasa, serta minimalnya dampak kebijakan administered price (harga-harga barang yang dikendalikan Pemerintah) telah berperan positif terhadap stabilnyainflasi tersebut.

Tekanan inflasi kembali terjadi pada tahun 2008, sebagai dampak naiknya komoditas panganinternasional dan harga minyak dunia. Meningkatnya harga minyak dunia hingga mencapailebih dari USD130 per barel pada awal tahun 2008, telah memaksa Pemerintah kembalimenaikkan harga BBM bersubsidi rata-rata sekitar 24 persen pada bulan Mei 2008. Dampakkenaikan harga komoditas pangan internasional dan harga minyak dunia telah memberikantekanan inflasi pada tahun 2008 hingga mencapai sebesar 11,1 persen.

Seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, pada akhir tahun 2008 Pemerintah telahmenurunkan harga premium sebanyak dua kali dan solar sebanyak satu kali. Penurunanharga premium dan solar tersebut kembali dilakukan Pemerintah pada Januari 2009.Kebijakan tersebut telah memberikan dampak positif terhadap rendahnya inflasi tahun 2009yang berada pada level 2,8 persen (lihat Grafik II.11). Berdasarkan disagregasinya,komponen inti mengalami inflasi sebesar 4,3 persen dan komponen harga bergejolak terjadiinflasi sebesar 3,9 persen, sedangkan komponen harga yang diatur Pemerintah terjadi deflasisebesar 3,3 persen. Kebijakan Pemerintah menurunkan harga BBM telah berperan signifikanterhadap rendahnya inflasi pada tahun 2009.

17,11%

6,60% 6,59%

11,06%

2,78%

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2005 2006 2007 2008 2009

GRAFIK II.11PERKEMBANGAN INFLASI, 2005 - 2009

(y-o-y, persen)

Umum IntiHarga Bergejolak Diatur Pemerintah

Sumber: Badan Pusat Statistik

9.705

9.164 9.140

9.69110.408

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

0

10

20

30

40

50

60

70

2005 2006 2007 2008 2009

Rp/USDmiliar USD

GRAFIK II.10PERKEMBANGAN KURS DAN CADANGAN DEVISA

2005 - 2009

Sumber : Bank Indonesia

Bab II

II-14 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Sejalan dengan penerapan Inflation Targeting Framework (ITF), kebijakan monetermengalami perubahan sejak Juli 2005, yang ditandai dengan digunakannya suku bungaBank Indonesia (BI rate) sebagai instrumen pengendalian moneter. BI rate merupakanjangkar dari penentuan suku bunga SBI 3 bulan, yang digunakan sebagai salah satu dasarpenghitungan APBN. BI rate ditetapkan sebesar 8,50 persen pada Juli 2005 dan terusmeningkat hingga mencapai 12,75 persen pada akhir tahun 2005. Peningkatan BI ratetersebut ditujukan untuk mengantisipasi tekanan dan ekspektasi inflasi yang meningkatakibat kenaikan harga BBM. Kenaikan BI rate pada tahun tersebut mendorong kenaikansuku bunga SBI 3 bulan dari 8,45 persen menjadi 12,83 persen.

Sejalan dengan relatif stabilnya laju inflasi, pada tahun 2006 dan 2007 BI melakukankebijakan moneter yang cenderung longgar dengan menurunkan BI rate secara bertahapyang diikuti dengan menurunnya suku bunga SBI 3 bulan. Rata-rata suku bunga SBI 3bulan pada tahun 2006 dan 2007 masing masing sebesar 11,73 persen dan 8,04 persen.

Meningkatnya laju inflasi pada pertengahan tahun 2008 telah mendorong BI untukmenaikkan BI rate hingga mencapai 9,25 persen pada akhir tahun. Kondisi tersebutmenyebabkan suku bunga SBI 3 bulan terus meningkat hingga mencapai rata-rata9,34 persen.

Selama tahun 2009, laju inflasi yang relatif terkendali memberikan peluang bagi penurunanBI rate hingga mencapai 6,50 persen pada bulan Agustus. Tingkat suku bunga tersebutterus dipertahankan hingga akhir tahun 2009. Rata-rata BI rate dan suku bunga SBI 3bulan pada tahun 2009 masing-masing sebesar 7,15 persen dan 7,59 persen(lihat Grafik II.12).

Semakin membaiknya kinerja perekonomian yang diiringi dengan tetap terjaganya stabilitasekonomi makro turut mempengaruhi optimisme dan kepercayaan investor. Hal inimendorong investor untuk meningkatkan portofolio dalam bentuk saham dan obligasi,khususnya Surat Utang Negara (SUN). Sejak awal tahun 2005 hingga akhir tahun 2007,pasar modal di Indonesia terus berkembang dengan pesat. Hal tersebut tercermin dari

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2005 2006 2007 2008 2009

persen

GRAFIK II.12PERKEMBANGAN SUKU BUNGA BI RATE, SBI 3 BULAN & DEPOSITO, PUAB O/N

2005 - 2009

BI Rate SBI 3 bulan Deposito PUAB O/NSumber: Bank Indonesia

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-15Nota Keuangan dan RAPBN 2011

meningkatnya IHSG dan nilai kapitalisasi pasar saham. Selama tahun 2005-2007, IHSGmeningkat 174,5 persen, yaitu dari 1.000,2 poin pada penutupan tahun 2004 menjadi 2.745,8pada akhir 2007 (lihat Grafik II.13). Demikian pula, kapitalisasi pasar saham telahmeningkat dari Rp679,9 triliun pada penutupan tahun 2004 menjadi Rp1.988,3 triliun padapenutupan tahun 2007 (lihat Grafik II.14).

Pada tahun 2007, bursa saham secara global mengalami gejolak dan berfluktuasi secaratajam sebagai dampak krisis subprime mortgage menjelang akhir bulan Juli. Indeks bursasaham utama dunia termasuk bursa saham Indonesia berguguran. Setelah sempatmenyentuh level tertinggi 2830,26 poin pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG terkoreksi hingga60,73 persen ke level terendahnya di 1.111,39 poin pada 28 Oktober 2008. Pada akhir tahun2008, IHSG ditutup pada posisi 1.355,41 poin.

Penurunan IHSG selama tahun 2008 merupakan yang ketiga terbesar setelah China danIndia. Sejalan dengan penurunan IHSG, indeks LQ45 dan Jakarta Islamic Index jugaterkoreksi masing-masing sebesar 55 persen dan 56 persen. Jika dilihat per sektor, penurunanterbesar terjadi pada sektor pertambangan sebesar 73 persen, disusul sektor pertanian 66persen. Penurunan IHSG pada kedua sektor ini merupakan faktor dominan atas kejatuhanIHSG. Kondisi fundamental pasar saham domestik sebenarnya cukup kuat. Namun karenaketerkaitan (interlink) pasar keuangan antar negara yang cukup kuat, tekanan di pasarglobal berdampak pada kejatuhan pasar modal domestik di tahun 2008. Ketika munculgoncangan finansial di pasar keuangan AS, terjadi penarikan dana-dana dari bursa domestik(sebagaimana halnya di emerging market lainnya), dan kembali mengalir ke negara-negaramaju guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan di negaranya. Seiring denganterjadinya arus modal keluar, IHSG dan aset finansial mengalami penurunan. Pelemahanini juga terjadi pada bursa lain di kawasan regional. Indeks STI Singapura, PCOMP Philipina,dan SET Thailand masing-masing turun sebesar 49,2 persen, 48,3 persen, dan 47,6 persen.Sementara itu, indeks KLCI Malaysia sedikit lebih baik, yaitu turun 39,3 persen.

Kondisi bursa yang masih bergejolak juga membuat beberapa perusahaan menundamelakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO), sehingga selama tahun2008 hanya terdapat 17 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, dengandana yang berhasil dihimpun mencapai Rp23,4 triliun. Jumlah perusahaan tersebut lebihrendah bila dibandingkan dengan jumlah perdagangan pada tahun 2007 yang mencapai 24perusahaan namun dengan jumlah dana yang dihimpun lebih rendah, yaitu Rp17,2 triliun.

Sedangkan untuk tahun 2009, nilai emisi saham pada 2009 tercatat Rp16,15 triliun, denganjumlah emiten sebanyak 19 perusahaan, atau turun 5,26 persen dari posisi 2008 sebanyak

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

04‐Jan

‐05

18‐M

ar‐05

01‐Jun

‐05

09‐Aug

‐05

19‐Oct‐05

05‐Jan

‐06

17‐M

ar‐06

02‐Jun

‐06

10‐Aug

‐06

30‐Oct‐06

10‐Jan

‐07

21‐M

ar‐07

04‐Jun

‐07

10‐Aug

‐07

24‐Oct‐07

09‐Jan

‐08

27‐M

ar‐08

06‐Jun

‐08

15‐Aug

‐08

03‐Nov

‐08

19‐Jan

‐09

01‐Apr‐09

12‐Jun

‐09

25‐Aug

‐09

06‐Nov

‐09

poinGRAFIK II.13

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

Sumber: Bloomberg

0,0

500.000,0

1.000.000,0

1.500.000,0

2.000.000,0

2.500.000,0

Des 2005 Des 2006 Des 2007 Des 2008 Des 2009

GRAFIK II.14KAPITALISASI PASAR

(Miliar Rupiah)

Bab II

II-16 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

18 emiten. Emisi saham baru (IPO) 2005 disumbang oleh 13 perusahaan senilaiRp3,85 triliun, anjlok 84 persen dari IPO 2008 sebesar Rp24,0 triliun.

Pada periode 2009, pergerakan IHSG kembali normal dan berangsur-angsur pulih. Selamatahun 2009, bursa saham Indonesia menunjukkan perkembangan yang membaik jikadibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2009, IHSG telah naiksebesar 86,98 persen dan merupakan salah satu bursa saham dunia yang mencatatkankenaikan indeks saham tertinggi. Kenaikan IHSG 2009 ini disebabkan oleh derasnya capitalinflow asing ke pasar saham Indonesia.

Dalam pasar obligasi, selama periode 2005-2007 menunjukkan kinerja yang sangat baik.Pasar obligasi swasta telah berkembang dengan sangat pesat, yang ditunjukkan olehmeningkatnya kapitalisasi pasar dari Rp61,3 triliun pada penutupan tahun 2004, menjadiRp84,9 triliun pada penutupan tahun 2007. Pada periode yang sama, kapitalisasi pasar obligasinegara meningkat dari Rp399,3 triliun menjadi Rp475,6 triliun. Hal ini menunjukkan adanyakepercayaan pasar terhadap kemampuan pengelolaan utang Pemerintah dankesinambungan APBN.

Kinerja obligasi negara juga menunjukkan perkembangan yang positif sepanjang tahun2007. Pemerintah telah menerbitkan SUN neto sebesar Rp57,1 triliun sesuai dengankebutuhan pembiayaan APBN dengan suku bunga yang cukup kompetitif. PenerbitanObligasi Ritel Indonesia (ORI) sebagai perluasan basis investor dilaksanakan sebanyak duakali pada tahun 2007. Pada pertengahan tahun 2007, gejolak keuangan global juga telahmemberikan tekanan yang cukup kuat pada pasar obligasi Pemerintah, namun pasar SUNtetap terjaga. Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2007, strategi yang dijalankan Pemerintahdalam pengelolaan utang telah berjalan dengan baik dengan berkurangnya persentase suratutang dengan tingkat bunga mengambang. Instrumen ini ke depan akan menjadi alat untukmengelola arus kas Pemerintah agar dapat lebih optimal.

Gejolak krisis global tahun 2008 memberikan dampak penurunan pada pasar obligasi.Tercatat nilai kapitalisasi pasar obligasi swasta pada akhir tahun 2008 mencapai sebesarRp72,9 triliun atau turun 13,8 persen bila dibandingkan dengan nilainya pada akhir tahun2007 yang berjumlah Rp84,6 triliun. Dalam upaya mencegah turunnya indeks bursadomestik ke level yang lebih dalam, Pemerintah bersama dengan otoritas moneter dan bursamelakukan berbagai upaya diantaranya: (1) menghentikan perdagangan (suspend) di bursauntuk sementara waktu; (2) menetapkan batas auto-rejection untuk perdagangan sahamdari simetris 10 persen menjadi batas atas sebesar 20 persen dan batas bawah sebesar 10persen; (3) memperlonggar aturan penilaian dan pencatatan efek bersifat utang;(4) menerbitkan pedoman yang memperkenankan penggunaan alternatif penilaian efekselain harga pasar (quoted market price); dan (5) memperlonggar ketentuan pembeliankembali saham (buyback) oleh emiten.

Kondisi yang sama juga dialami pasar surat utang negara (SUN). Terpuruknya lembaga-lembaga keuangan seperti Lehman Brothers, telah berimbas pada peningkatan yield SUN10 tahun dari 10,05 persen (2 Januari 2008) menjadi 20,96 persen (27 Oktober 2008), ataumeningkat 1.090 basis poin. Sejalan dengan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintahuntuk meredam gejolak pasar dan meningkatkan kembali kepercayaan investor, pada akhirtahun 2008 yield SUN mengalami penurunan hingga ke level 11,89 persen(lihat Grafik II.15).

Bab II

II-18 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

memasuki semester kedua tahun 2008, harga minyak dunia telah menunjukkantren penurunan.

Sementara itu, pemulihan ekonomi dunia yang utamanya didorong oleh pemulihan ekonomidua raksasa ekonomi, yaitu China dan India, telah memberikan dampak pada naiknyapermintaan minyak dunia dalam tahun 2009. Permintaan minyak dunia berfluktuasi dengankecenderungan meningkat. Peningkatan yang cukup signifikan terutama terjadi dalam paruhkedua tahun 2009. Permintaan minyak mentah dunia turun dari sekitar 84,6 juta barel perhari pada bulan Desember 2008 menjadi 84,3 juta barel per hari pada bulan November 2009.

Peningkatan permintaan telah mendorong peningkatan harga minyak dunia (WTI), yaitudari USD42,1 per barel pada bulan Desember 2008 menjadi USD78,3 per barel pada bulanNovember tahun 2009. Seiring dengan tren pergerakan harga minyak internasional, hargaminyak mentah Indonesia (Indonesian Crude-oil Price/ICP) juga mengalami peningkatan.Dalam semester I tahun 2009 harga minyak ICP mencapai rata-rata sebesar USD51,6 perbarel, kemudian meningkat menjadi USD71,6 per barel dalam semester II tahun 2009,sehingga selama tahun 2009 harga rata-rata minyak ICP mencapai USD61,6 per barel.

Realisasi lifting minyak Indonesia mengalami penurunan secara gradual sejak tahun 2005dan mencapai titik terendah pada bulan Mei 2007 yaitu sebesar 0,802 juta barel per hari.Namun demikian, dengan berbagai langkah kebijakan di bidang perminyakan yang ditempuhpemerintah, lifting minyak kembali mengalami peningkatan. Realisasi rata-rata liftingminyak pada tahun 2009 (Desember 2008 – November 2009) adalah sebesar 0,944 jutabarel per hari. Masih terbatasnya volume lifting minyak disebabkan oleh berbagai kendalayang dihadapi antara lain (a) faktor penurunan produksi alamiah sebesar + 12 persen pertahun; (b) dampak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup; (c) masalah tata ruang dan tumpang tindih lahan kawasanhutan; dan (d) masalah perpanjangan kontrak KKKS dengan Pemerintah Indonesia yangakan berakhir dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.

Perkembangan harga minyak dan harga komoditi primer di pasar internasional selamatahun 2005 turut mempengaruhi kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2005.Meningkatnya permintaan beberapa komoditi nonmigas terutama produk primer dari

Rata-rata 2005 = 53.4Rata-rata 2006 =, 64.3

Rata-rata 2007 = 72.3

Rata-rata 2008 = 97.0

Rata-rata 2009 =, 61.6

30

50

70

90

110

130

150

78

80

82

84

86

88

90

D-0

4Ja

n-0

5 F M A M J J A S O N DJa

n-0

6 F M A M J J A S O N DJa

n-0

7 F M A M J J A S O N DJa

n-0

8 F M A M J J A S O N DJa

n-0

9 F M A M J J A S O N D

USD per bareljuta barel

Permintaan Penawaran WTI ICP

GRAFIK II.17PERKEMBANGAN PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA MINYAK DUNIA, 2005-2009

Sumber:Bloomberg

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-19Nota Keuangan dan RAPBN 2011

beberapa negara telah mendorong peningkatan harga di pasar dunia. Tingginya harga minyakdunia yang direspon dengan kenaikan harga BBM di dalam negeri telah menyebabkanberkurangnya konsumsi BBM domestik yang pada gilirannya telah mengurangi kebutuhanimpor BBM sehingga mengurangi defisit neraca perdagangan migas. Membaiknya indikatoreksternal dan internal tersebut telah mempengaruhi kinerja NPI 2005, transaksi berjalanmencatat surplus USD0,3 miliar diikuti transaksi modal dan keuangan yang surplus USD0,3miliar, mengakibatkan keseimbangan NPI tahun 2005 mencatat surplus sebesar USD0,4miliar, sehingga cadangan devisa mencapai USD34,7 miliar.

Memasuki tahun 2006, kinerja NPI terus membaik dengan surplus sebesar USD14,5 miliar.Tingginya surplus NPI ini didukung oleh surplus neraca berjalan yang mencapai USD10,9miliar, jauh meningkat dari surplus tahun sebelumnya sebesar USD0,3 miliar. Kinerja NPIyang membaik mendorong peningkatan cadangan devisa dan memungkinkan percepatanpelunasan pembayaran utang IMF sebesar USD7,6 miliar. Secara keseluruhan, cadangandevisa meningkat dari USD34,7 miliar pada tahun 2005 menjadi USD42,6 miliar padatahun 2006.

Pada tahun 2007, NPI mencatat surplus yang cukup besar yaitu mencapai USD12,7 miliar.Surplus NPI ini terkait dengan surplus transaksi berjalan yang mencapai USD10,5 miliar,sedikit lebih rendah dari surplus tahun 2006 (USD10,9 miliar), dan meningkatnya surplustransaksi modal dan finansial, yaitu dari USD3,0 miliar pada 2006 menjadi USD3,6 miliarpada 2007. Sebagai cerminan dari surplus NPI, cadangan devisa meningkat menjadiUSD56,9 miliar pada akhir tahun 2007.

Krisis keuangan global yang semakin dalam sejak September 2008 memberikan tekananyang cukup signifikan pada kinerja NPI. Selama 2008 NPI mengalami defisit sebesarUSD1,9 miliar, berbeda dari tahun 2007 yang mencatat surplus USD12,7 miliar. Namun,transaksi berjalan masih mampu mencatat surplus meskipun kecil (USD0,1 miliar), turunbila dibandingkan dengan surplus pada 2007 (USD10,5 miliar). Sementara itu, transaksimodal dan finansial mengalami defisit USD1,8 miliar, setelah pada tahun 2007 mencatat

Rata-rata 2005 = 1.006,99

Rata-rata 2006 = 951,82

Rata-rata 2007 = 904,01

Rata-rata 2008 = 870,98

Rata-rata 2009 = 943,89

680,0

730,0

780,0

830,0

880,0

930,0

980,0

1.030,0

1.080,0

1.130,0

1.180,0

D-04

F A J A O D F A J A O D F A J A O D F A J A O D F A J A O D

(Ribu barel/hari)GRAFIK II.18

LIFTING MINYAK INDONESIA, 2005 - 2009

Sumber: Kemen ESDM, Kemenkeu

Bab II

II-20 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

surplus sebesar USD3,6 miliar. Sejalan dengan perkembangan di atas, jumlah cadangandevisa pada akhir periode turun menjadi USD51,6 miliar.

Seiring dengan membaiknya prospek ekonomi global dan domestik, kinerja neracapembayaran tahun 2009, baik dari sisi transaksi berjalan maupun transaksi modal danfinansial, mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya. Membaiknya kinerja neracapembayaran tersebut antara lain disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan ekspordan masuknya arus modal, baik berupa investasi langsung maupun portofolio.

Neraca transaksi berjalan pada tahun 2009 mencatat surplus USD10,7 miliar, yang didorongoleh kenaikan surplus pada neraca perdagangan. Neraca perdagangan dalam tahun 2009mengalami surplus USD35,1 miliar, lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus pada tahun2008 sebesar USD22,9 miliar. Sementara itu, neraca jasa defisit sebesar USD14,1 miliar,neraca pendapatan defisit sebesar USD15,1 miliar dan transfer surplus sebesar USD4,9 miliar.

Neraca transaksi modal dan finansial pada tahun 2009 mencatat surplus sebesar USD3,5miliar. Surplus tersebut terutama bersumber dari tingginya surplus pada investasi langsungdan investasi portofolio, sejalan dengan meningkatnya investasi langsung di sektor industripengolahan dan perdagangan, serta membaiknya persepsi risiko terhadap pasar domestik.Surplus pada investasi portofolio ditopang oleh adanya penerbitan obligasi global, sukukvalas, dan obligasi shibosai oleh Pemerintah. Kinerja investasi lainnya terbantu oleh adanyatambahan alokasi hak penarikan khusus atau Special Drawing Rights (SDR) sebesar USD2,8miliar. Tambahan alokasi SDR tersebut ditujukan untuk memperkuat cadangan devisaIndonesia.

Berdasarkan perkembangan besaran-besaran neraca pembayaran tersebut, dalam tahun2009 keseimbangan umum mengalami surplus USD12,5 miliar sehingga cadangan devisamencapai USD66,1 miliar. Ringkasan neraca pembayaran Indonesia tahun 2005–2009 dapatdicermati pada Tabel II.3.

2005 2006 2007 2008 2009

A. TRANSAKSI BERJALAN 278 10.860 10.493 126 10.746

1. Neraca Perdagangan 17.534 29.660 32.754 22.916 35.133

2. Jasa-jasa -9.122 -9.874 -11.841 -12.998 -14.108

3. Pendapatan -12.927 -13.790 -15.525 -15.155 -15.140

4. Transfer 4.793 4.863 5.104 5.364 4.861

B. NERACA MODAL DAN FINANSIAL 345 3.025 3.591 -1.876 3.548

1. Sektor Publik 4.005 2.108 2.988 1.903 11.113

- Neraca modal 27 89 81 21 11

- Neraca finansial 3.978 2.019 2.907 1.882 11.103

2. Sektor Swasta -3.659 917 603 -3.778 -7.565

- Neraca modal 307 261 465 273 85

- Neraca finansial -3.966 656 138 -4.052 -7.650

C. TOTAL (A + B) 623 13.884 14.083 -1.750 14.294

D. SELISIH YANG BELUM DIPERHITUNGKAN -179 625 -1.369 -195 -1.788

E. KESEIMBANGAN UMUM (C + D) 444 14.510 12.715 -1.945 12.506

Cadangan devisa 34.724 42.586 56.920 51.639 66.105

Sumber: Bank Indonesia

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA, 2005 - 2009

ITEM

TABEL II.3

(juta USD)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-21Nota Keuangan dan RAPBN 2011

2.2.2 Proyeksi 2010

2.2.2.1 Perekonomian Dunia dan Regional

Di awal tahun 2010, pemulihan ekonomi di kawasan Eropa semakin nyata. Pada kuartal Itahun 2010 beberapa negara maju Eropa berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi positif,setelah di tahun 2009 mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Perekonomian Jermandan Perancis tumbuh masing-masing sebesar 1,6 persen dan 1,2 persen, sedangkan Inggrismasih mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus 0,2 persen. Namun, pertumbuhan Inggrisdi kuartal I tahun 2010 ini sudah jauh meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhannyadi kuartal IV tahun 2009 yang sebesar minus 2,9 persen. Untuk keseluruhan kawasan Eropa,laju pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun 2010 mencapai 0,6 persen.

Meskipun perekonomian Eropa sudah mulai membaik, namun masih terdapat tantangan,yaitu adanya gejolak ekonomi akibat membengkaknya defisit fiskal dan tingginya utangbeberapa negara Eropa. Akibat defisit dan utang yang sangat besar, perekonomian Portugal,Irlandia, Yunani, dan Spanyol (PIGS) mengalami kontraksi. Pada kuartal I tahun 2010,pertumbuhan ekonomi Portugal mencapai sebesar 1,8 persen, sedangkan Irlandia, Yunanidan Spanyol mencatatkan pertumbuhan negatif, masing-masing minus 0,7 persen, minus2,5 persen, dan minus 1,3 persen. Sepanjang tahun 2010 pertumbuhan ekonomi PIGSdiperkirakan masing-masing mencapai 0,3 persen, minus 1,5 persen, minus 2,0 persen, danminus 0,4 persen (lihat Grafik II.19 dan Grafik II.20).

Walaupun kawasan Eropa masih menghadapi tekanan krisis fiskal dan pertumbuhan negatifdi beberapa negara, namun dampaknya diperkirakan relatif kecil bagi kinerja perekonomiannegara maju utama di kawasan tersebut. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju Eropa diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2010. Perekonomian Jermanakan tumbuh sebesar 1,4 persen, Inggris 1,2 persen, dan Perancis 1,4 persen. Sedangkanuntuk pertumbuhan ekonomi Eropa secara keseluruhan di tahun 2010 diperkirakan sebesar1,0 persen (lihat Grafik II.21).

Pemulihan ekonomi juga terlihat di negara maju kawasan Asia Pasifik. Pada kuartal I tahun2010, kinerja perekonomian Korea Selatan membaik secara signifikan dengan pertumbuhanyang mencapai 8,1 persen. Setelah mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal sebelumnya,di kuartal I tahun 2010 perekonomian Jepang tumbuh positif sebesar 4,6 persen. Hal serupajuga dialami oleh AS yang tumbuh sebesar 2,4 persen, Kanada tumbuh 3,4 persen, danAustralia tumbuh 2,7 persen (lihat Grafik II.22).

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

Portugal Irlandia Yunani Spanyol

2006 2007 20082009 2010*

GRAFIK II.20PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUNAN PIGS

(y-o-y, persen)

Sumber : Bloomberg

-10%

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2008 2009 2010

Portugal Irlandia Yunani Spanyol

GRAFIK II.19PERTUMBUHAN EKONOMI KUARTALAN PIGS

(y-o-y, persen)

Sumber : Bloomberg

Bab II

II-22 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Untuk tahun 2010, perekonomian AS dan Kanada diperkirakan masing-masing tumbuhsebesar 3,3 persen dan 3,6 persen. Tren pertumbuhan yang positif ini juga dialami olehnegara maju lainnya seperti Australia, Jepang, dan Korea Selatan masing-masingdiperkirakan tumbuh sebesar 3,0 persen, 2,4 persen, dan 5,7 persen.

Perbaikan laju pertumbuhan ekonomi terlihat lebih jelas di negara-negara berkembang,khususnya di kawasan Asia. Pada kuartal I tahun 2010, pertumbuhan ekonomi China danIndia masing-masing mencapai 11,9 persen dan 8,6 persen. Pertumbuhan kedua negaratersebut diperkirakan akan mampu memberikan dorongan positif bagi negara-negaraberkembang lain di sekitarnya. Untuk tahun 2010 ekonomi China dan India diperkirakanmasing-masing mencapai 10,5 persen dan 9,4 persen (lihat Grafik II.23).

Pada kuartal I tahun 2010, Singapura, Malaysia, dan Thailand mencapai pertumbuhanyang sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 16,9 persen, 10,1 persen, dan 12,0 persen.Angka pertumbuhan yang sangat tinggi tersebut antara lain disebabkan oleh kejatuhanekonomi yang sangat dalam pada kuartal yang sama tahun sebelumnya dibandingkan dengankapasitas normalnya. Sementara itu, Indonesia dan Philipina pada kuartal I masing-masingtumbuh 5,7 persen dan 7,3 persen. Di akhir tahun 2010, diperkirakan ekonomi Singapuradan Malaysia masing-masing tumbuh 9,9 persen dan 6,7 persen, sementara Thailand tumbuh7,0 persen dan Philipina tumbuh sebesar 6,0 persen. Secara kumulatif, pertumbuhanASEAN-5 pada tahun 2010 diproyeksikan mencapai 6,4 persen, jauh lebih tinggi biladibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 1,7 persen(lihat Grafik II.24).

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010*

Kanada Amerika Serikat

Australia Jepang

Korea Selatan

GRAFIK II.22PERTUMBUHAN NEGARA-NEGARA MAJU ASIA PASIFIK

(y-o-y, persen)

* = Perkiraan

Sumber : IMF (WEO)

-6,0

-5,0

-4,0

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010*

GRAFIK II.21PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA MAJU EROPA

(y-o-y, persen)

Eropa Inggris

Perancis Jerman

Sumber : IMF (WEO)

10,411,6

13,0

9,68,7

10,59,2

9,8 9,4

7,36,7

9,4

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010*

GRAFIK II.23PERTUMBUHAN PDB CHINA DAN INDIA

(y-o-y, persen)

Cina India* Angka Perkiraan

5,5 5,7 6,3

4,7 1,7

6,4

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010*

GRAFIK II.24PERTUMBUHAN PDB ASEAN-5

(y-o-y, persen)

ASEAN-5 Malaysia Philipina

Singapura Thailand Indonesia

*Perkiraan

Sumber : IMF (WEO)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-23Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Sejalan dengan proses pemulihan yang terjadi, perekonomian global diperkirakan akankembali meningkat dan tumbuh sebesar 4,6 persen di tahun 2010 (WEO, Juli 2010). Lajupertumbuhan tersebut relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkiraan sebelumnyasebesar 4,2 persen (WEO, April 2010). Perubahan perkiraan laju pertumbuhan tersebutmengindikasikan optimisme yang lebih baik terhadap prospek perekonomian global ditahun 2010.

Pertumbuhan tersebut disumbang oleh pertumbuhan ekonomi negara maju sebesar 2,6persen dan negara berkembang sebesar 6,8 persen. Apabila disimak dari besarnyapertumbuhan di kedua kelompok negara, terlihat bahwa pada tahun tersebut peran negara-negara berkembang dalam perekonomian global semakin besar. Hal tersebut tentu akanmempengaruhi pola hubungan ekonomi global, khususnya pola perdagangan di periodemendatang (lihat Grafik II.25). Meningkatnya pangsa ekonomi negara berkembangmengisyaratkan potensi peningkatan hubungan kerjasama antarnegara berkembang yanglebih besar (lihat Grafik II.26). Seiring dengan mulai membaiknya kondisi perekonomianglobal, aktivitas perdagangan antarnegara juga terus meningkat. Hubungan perdagangantersebut merupakan salah satu karakteristik penting yang mendasari keterkaitan kondisisatu negara dengan negara lain, dan juga kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Krisisyang pada awalnya menerpa Amerika Serikat dan beberapa negara maju, menyebabkanpermintaan impor atas komoditas negara berkembang juga menurun. Hal tersebut padagilirannya menyebabkan perlambatan kinerja pertumbuhan negara-negara berkembang.Untuk Indonesia, perbaikan kondisi ekonomi dan pertumbuhan global merupakan sinyalpositif bagi perbaikan permintaan atas ekspor Indonesia yang mampu memberikan kontribusipositif bagi perekonomian domestik.

Pemulihan ekonomi yang terjadi selama tahun 2009, juga tercermin pada perbaikan indikatorkegiatan produksi dan perdagangan di berbagai negara. Indeks Produksi Industri beberapanegara dunia menunjukkan tren meningkat sepanjang tahun 2009 (lihat Grafik II.27),demikian pula halnya dengan Purchasing Managers Index (PMI) (lihat Grafik II.28).Perkembangan tersebut mengindikasikan adanya perbaikan permintaan pasar yang diikutiaktivitas produksi di berbagai negara sepanjang tahun 2009. Seiring dengan kondisi tersebut,Baltic Dry Index/BDI (dengan pergerakan pola musimannya) juga menunjukkan trenmeningkat. Meningkatnya BDI mengindikasikan adanya perbaikan aktivitas pengapalanantarnegara serta intensitas kegiatan perdagangan antarnegara. Memasuki tahun 2010,indikator-indikator di atas tetap menunjukkan tren positif. Berdasarkan hal tersebut,

7,7 8,87,2

2,8

-11,3

9,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010

GRAFIK II.25PERTUMBUHAN VOLUME PERDAGANGAN

BARANG DAN JASA(y-o-y, persen)

Dunia Negara Maju Neg. Berkembang

Sumber: IMF (WEO)

76,3% 74,2% 72,0% 69,0% 69,1% 67,3%

23,7% 25,8% 28,0% 31,0% 30,9% 32,7%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2005 2006 2007 2008 2009 2010Negara Maju Negara Berkembang

GRAFIK II.26KOMPOSISI PDB DUNIA

Sumber : IMF (WEO)

Bab II

II-24 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

diperkirakan peningkatan permintaan global dan aktivitas perdagangan akan terus membaikdi sepanjang tahun 2010.

Secara umum intensitas perdaganganinternasional bergerak seiring lajupertumbuhan ekonomi global.Perlambatan dan pertumbuhanekonomi negatif di tahun 2008 dan2009 diiringi tren pergerakanpertumbuhan volume perdaganganyang sama. Laju pertumbuhanvolume perdagangan barang dan jasamelambat di tahun 2008 danmengalami kontraksi di tahun 2009dengan laju pertumbuhan minus 11,3persen. Namun, seiring denganpemulihan ekonomi tahun 2010,permintaan global juga diperkirakan membaik dan mampu mendorong aktivitasperdagangan internasional dengan laju pertumbuhan 9,0 persen (lihat Grafik II.29). Darilaju pertumbuhan volume perdagangan global tersebut, 3,8 persen disumbang oleh negaraberkembang dan 5,2 persen oleh negara maju.

2.2.2.2 Perekonomian Nasional

Memasuki tahun 2010, perekonomian domestik menunjukkan kondisi yang semakinmembaik setelah melewati fase terendah pada pertengahan tahun 2009. Dalam APBN 2010,asumsi pertumbuhan PDB diperkirakan mencapai 5,5 persen (y-o-y), lebih tinggi biladibandingkan dengan realisasi tahun 2009 yang sebesar 4,5 persen (y-o-y). Seiring dengansemakin kuatnya fundamental kondisi ekonomi domestik dan didukung oleh membaiknyafaktor eksternal, perkiraan pertumbuhan PDB tahun 2010 mengalami koreksi menjadisebesar 5,8 persen (y-o-y) dalam APBN-P 2010. Dengan melihat kondisi terkini, pertumbuhanPDB diperkirakan dapat mencapai 5,9 persen (y-o-y), meskipun harus diwaspadai ancamanimbas dari krisis yang terjadi di Eropa saat ini (lihat Grafik II.30).

Pertumbuhan PDB pada kuartal I tahun 2010 mencapai 5,7 persen (y-o-y), lebih tinggi biladibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2009 yang hanya

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0

10

20

30

40

50

60

70

Jl-2

00

8 Ag S O N D

J-20

09 F M A

Me

Jn Jl Ag S O N D

J-20

10 F M AM

eJn

Ba

ltic

Dry

In

dex

Pu

rch

asi

ng

Ma

nag

er I

nd

ex (

PM

I)

GRAFIK II.28INDIKATOR PERDAGANGAN DAN PERMINTAAN

EKONOMI GLOBAL(poin)

Chicago Inggris Singapura Baltic Dry

Sumber : Bloomberg

70

80

90

100

110

120

130

140

150

Jul

Agu

st

Sep

Okt

Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

2008 2009 2010

poinGRAFIK II.27

INDEKS PRODUKSI INDUSTRI

Eropa Amerika Serikat Korea Singapura

Sumber : Bloomberg

4,8 6,04,0

0,9

-8,2

5,2

2,72,7

3,1

1,9

-2,6

3,87,6 8,8

7,1

2,8

-11,3

9,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010

GRAFIK II. 29PERTUMBUHAN NERACA PERDAGANGAN

(BARANG DAN JASA) DAN KONTRIBUSI(y-o-y, persen)

Negara Maju Negara Berkembang TOTAL

Sumber : IMF (WEO)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-25Nota Keuangan dan RAPBN 2011

mencapai 4,5 persen (y-o-y). Sumber-sumber pertumbuhan PDB pada kuartal I tahun 2010berasal dari konsumsi rumah tangga (3,9 persen), pembentukan modal tetap bruto(7,8 persen), ekspor dan impor (20,0 persen dan 22,6 persen). Sedangkan konsumsiPemerintah mengalami pertumbuhan negatif sebesar 8,8 persen (lihat Grafik II.31).

Konsumsi rumah tangga dan Pemerintah dalam kuartal I tahun 2010 tumbuh lebih rendahbila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada periode yang sama tahun sebelumnya,yaitu masing-masing dari 6,0 persen dan 19,2 persen menjadi 3,9 persen dan minus 8,8persen. Tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan Pemerintah pada kuartal Itahun 2009 terkait dengan penyelenggaraan Pemilu dan stimulus fiskal pada periode tersebut.Perlambatan konsumsi rumah tangga dan penurunan konsumsi Pemerintah pada kuartal Itahun 2010 disebabkan oleh tingginya basis perhitungan pada kuartal I tahun 2009.

Kinerja investasi pada kuartal I tahun 2010 mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitudari 3,5 persen pada kuartal I tahun 2009 menjadi 7,8 persen. Adapun komponen investasiyang mengalami peningkatan tajam antara lain investasi lainnya luar negeri (19,7 persen),alat angkutan luar negeri (24,2 persen), dan alat angkutan dalam negeri (16,2 persen).Sedangkan komponen investasi yang mengalami pertumbuhan negatif adalah investasilainnya dalam negeri (minus 4,8 persen).

Meningkatnya permintaan dunia seiring dengan pulihnya perekonomian global mendorongperbaikan pada kinerja ekspor dan impor Indonesia. Pada kuartal I tahun 2010, ekspor danimpor tumbuh positif masing-masing sebesar 20,0 persen dan 22,6 persen. Kondisi ini jauhlebih baik bila dibandingkan dengan kuartal I tahun 2009 yang mengalami pertumbuhannegatif, yaitu ekspor tumbuh minus 18,7 persen dan impor tumbuh minus 24,4 persen.

Perbaikan ekonomi terus berlanjut sehingga mampu tumbuh sebesar 6,2 persen (y-o-y)pada kuartal II tahun 2010, tertinggi setelah krisis pada akhir tahun 2008. Tingginyapertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2010 ditopang oleh konsumsi rumah tangga(5,0 persen), pembentukan modal tetap bruto (8,0 persen), ekspor dan impor (14,6 persendan 17,7 persen). Sedangkan konsumsi Pemerintah masih mengalami pertumbuhan negatifsebesar 9,0 persen.

Selama tahun 2010 PDB menurut pengeluaran diperkirakan tetap tumbuh kuat (lihatGrafik II.32). Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 5,0 persen, yangdipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi ekonomi domestik dan terjaganya laju inflasi,sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Perkiraan ini juga didukung oleh membaiknyaindikator-indikator konsumsi rumah tangga seperti konsumsi listrik, penjualan mobil-motor,

5.5 (AP

BN

)

6,3 6,0

4,5

5.8 (AP

BN

-P)

5.9 (Ou

tlook)

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

2007 2008 2009 2010*

GRAFIK II.30PERTUMBUHAN PDB TAHUN, 2007-2010

(y-o-y, persen)

Sumber : BPS dan Kemenkeu

(25,0)

(20,0)

(15,0)

(10,0)

(5,0)

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2008 2009 2010

GRAFIK II.31SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN PDB TAHUN, 2008-2010

(y-o-y, persen)

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi PemerintahPMTB EksporImpor

Sumber : Badan Pusat Statistik

Bab II

II-26 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

dan penerimaan PPN, serta kreditkonsumsi. Konsumsi Pemerintahpada tahun 2010 diperkirakantumbuh melambat biladibandingkan denganpertumbuhannya pada tahunsebelumnya dari 15,7 persenmenjadi 2,1 persen. Perlambatanini disebabkan oleh besarnyapengeluaran Pemerintah padatahun 2009 untuk programstimulus fiskal dan belanja Pemilu.

Investasi tahun 2010 diperkirakantumbuh 8,0 persen meningkat biladibandingkan denganpertumbuhannya pada tahun 2009 yang hanya mencapai 3,3 persen. Peningkatan inididorong oleh membaiknya kondisi perekonomian global dan stabilnya ekonomi domestiksehingga meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Sejalan dengan investasi, laju pertumbuhan ekspor dan impor akan meningkat cukup tajam.Ekspor dan impor tahun 2010 diperkirakan tumbuh masing-masing 12,2 persen dan 15,0persen, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang mengalamipertumbuhan minus 9,7 persen dan minus 15,0 persen. Peningkatan ekspor dan impor initerjadi karena meningkatnya permintaan global dan aktivitas ekonomi domestik.

Dari sisi sektoral, pada kuartal I tahun 2010 sebagian sektor mengalami perlambatan ataupenurunan pertumbuhan (lihat Tabel II.4). Pertumbuhan tertinggi pada kuartal I tahun2010 dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 11,9 persen,menurun bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada periode yang sama tahunsebelumnya yang mencapai 16,8 persen. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasididorong oleh pertumbuhan subsektor komunikasi sebesar 17,0 persen, terkait dengan makinmeningkatnya jumlah pelanggan seluler dan penggunaan internet. Subsektor lain yang

5,0

(9,0)

8,0 14,6 17,7

(25,0)

(20,0)

(15,0)

(10,0)

(5,0)

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2008 2009 2010

GRAFIK II.31SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2008-2010

(y-o-y, persen)

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi PemerintahPMTB EksporImpor

Sumber : Badan Pusat Statistik

I II III IV I II III IV I II

PERTANIAN 6,4 4,8 3,2 5,1 5,9 2,9 3,3 4,6 3,0 3,1

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -1,6 -0,4 2,3 2,4 2,6 3,4 6,2 5,2 3,1 3,8

INDUSTRI PENGOLAHAN 4,3 4,2 4,3 1,8 1,5 1,5 1,3 4,2 3,7 4,3

LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 12,3 11,8 10,4 9,3 11,2 15,3 14,5 14,0 8,2 4,8

KONSTRUKSI 8,2 8,3 7,8 5,9 6,2 6,1 7,7 8,0 7,1 7,2

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 6,7 7,7 7,6 5,5 0,6 0,0 -0,2 4,2 9,4 9,6

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 18,1 16,6 15,6 16,1 16,8 17,0 16,4 12,2 11,9 12,9

KEUANGAN 8,3 8,7 8,6 7,4 6,3 5,3 4,9 3,8 5,3 6,1

JASA - JASA 5,5 6,5 7,0 5,9 6,7 7,2 6,0 5,7 4,6 5,3

Sumber: Badan Pusat Statistik

TABEL II.4

PERTUMBUHAN PDB MENURUT SEKTOR TAHUN 2008-2010(y-o-y, persen)

SEKTOR2008 2009 2010

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-27Nota Keuangan dan RAPBN 2011

meningkat tajam adalah angkutan udara, yaitu sebesar 20,5 persen, yang didorong olehmeningkatnya jumlah penumpang pesawat dan penambahan rute penerbangan. Di sisi lain,subsektor angkutan rel dan angkutan laut justru mengalami kontraksi, dimana masing-masing tumbuh sebesar minus 0,1 persen dan minus 10,4 persen.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 9,4 persen, jauh lebih tinggi biladibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,6 persen.Pertumbuhan ini terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan subsektor perdaganganbesar dan eceran sebesar 10,9 persen.

Sektor yang paling dominan selama kuartal I tahun 2010 yaitu sektor industri pengolahan,yang tumbuh sebesar 3,7 persen, lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhannyapada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,5 persen. Peningkatan pertumbuhan sektorindustri ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan barang industri di kawasanAsia dan Amerika. Sumber pendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan adalah dariindustri nonmigas yang meningkat signifikan sebesar 4,1 persen. Beberapa industri yangmendorong kenaikan industri nonmigas adalah industri alat angkut mesin dan industrisemen. Membaiknya kinerja di subsektor industri tersebut juga tercermin dari meningkatnyapenjualan kendaraan bermotor dan konsumsi semen.

Sektor pertanian yang merupakan sektor dominan kedua setelah industri pengolahan,tumbuh sebesar 3,0 persen, melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhannya padakuartal I tahun 2009 sebesar 5,9 persen. Hal ini didorong oleh melambatnya pertumbuhansubsektor tanaman bahan makanan yang hanya tumbuh 1,8 persen, jauh melambat biladibandingkan dengan pertumbuhannya pada kuartal I tahun 2009 sebesar 7,6 persen.Perlambatan tersebut disebabkan oleh pergeseran panen raya padi dari kuartal I ke kuartalII akibat terjadinya kerusakan pada tanaman padi yang dikarenakan banjir di beberapawilayah sentra produksi padi.

3,6 3,24,1

6,6 7,4 8

12,2

6,2 5,6

02468

1012141618

Per

tan

ian

Per

tam

ban

gan

Ind

ust

ri

Lis

trik

, gas

, dan

air

b

ersi

h

Kon

stru

ksi

Per

dag

anga

n

Pen

gan

gku

tan

dan

K

omu

nik

asi

Keu

anga

n

Jasa

-jas

a

GRAFIK II.33PERTUMBUHAN PDB SEKTORAL , 2009-2010

(y-o-y, persen)

2009 2010-APBN

2010-APBN-P 2010-Outlook

Sumber : BPS dan Kementerian Keuangan

Bab II

II-28 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Pada kuartal II tahun 2010, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian terus meningkatsehingga masing-masing tumbuh 4,3 persen dan 3,1 persen. Sektor pengangkutan dankomunikasi tumbuh sebesar 12,9 persen yang didukung oleh pertumbuhan subsektorkomunikasi sebesar 17,6 persen. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restorantetap tumbuh kuat sebesar 9,6 persen.

Hingga akhir tahun 2010, pertumbuhan ekonomi sektoral diperkirakan masih terusmengalami penguatan. Sektor-sektor dominan diperkirakan masih tumbuh kuat, yaitu sektorpertanian 3,6 persen, sektor industri pengolahan 4,1 persen, sektor bangunan 7,4 persen,serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,0 persen (lihat Grafik II.33). Berdasarkanperkembangan tersebut, laju pertumbuhan PDB hingga akhir tahun 2010 diperkirakanmencapai 5,9 persen (y-o-y).

Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9 persen pada tahun 2010, makapertumbuhan lapangan kerja baru diperkirakan mencapai lebih dari 2 persen. Sementaraitu, jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja setiap tahun diperkirakan juga akanmeningkat rata-rata sebesar 1,76 persen. Demikian juga, peningkatan lapangan kerja baruyang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja akan berdampakpada semakin menurunnya tingkat pengangguran. Penurunan tingkat pengangguran inijuga dikarenakan semakin tingginya angkatan kerja yang bekerja di luar negeri sebagaitenaga kerja indonesia (TKI).

Tingkat kemiskinan tahun 2010 diharapkan juga terus mengalami penurunan. Tercatatjumlah penduduk miskin tahun 2010 sebesar 31,02 juta orang atau sebesar 13,33 persendari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 1,51 juta orangbila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2009 yang sebesar 32,53 jutaorang atau sebesar 14,15 persen dari total penduduk. Sementara itu, di daerah perdesaanpenduduk miskin berkurang 0,69 juta orang, dari 20,62 juta orang menjadi 19,93 juta orangsedangkan di daerah perkotaan, penduduk miskin berkurang 0,81 juta orang, dari 11,91 jutaorang menjadi 11,10 juta orang.

Tekanan inflasi mulai terlihat seiring dengan membaiknya kegiatan ekonomi global dandomestik. Dari faktor luar negeri, imported inflation mulai meningkat sejalan denganmembaiknya perekonomian dunia. Sementara itu, dari dalam negeri, naiknya harga beras,terganggunya distribusi dan pasokan beberapa komoditas pangan khususnya bumbu-bumbuan, yang antara lain sebagai akibat pengaruh perubahan cuaca serta meningkatnyaekspektasi inflasi, telah memicu kenaikan laju inflasi.

Meskipun terjadi deflasi pada bulan Maret tahun 2010 sebesar 0,14 persen (m-t-m), inflasiselama periode Januari-Juli tahun 2010 cenderung meningkat. Dalam periode tersebut,inflasi bulanan tertinggi terjadi pada Juli tahun 2010 yaitu sebesar 1,57 persen (m-t-m).Dengan perkembangan tersebut, inflasi kumulatif dan inflasi tahunan sampai bulan Julitahun 2010 masing-masing menjadi sebesar 4,02 persen (y-t-d) dan 6,22 persen (y-o-y),jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya masing-masingsebesar 0,66 persen (y-t-d) dan 2,71 persen (y-o-y) (lihat Grafik II.34).

Bila dilihat dari komponen yang membentuk inflasi, kenaikan laju inflasi tahun 2010 secaratahunan terutama dipicu oleh meningkatnya harga bergejolak (volatile foods). Pada Juli2010, inflasi tahunan komponen volatile foods meningkat mencapai 16,18 persen (y-o-y),tertinggi sejak bulan November tahun 2008. Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-29Nota Keuangan dan RAPBN 2011

harga komoditas pangan seperti beras, cabe merah, cabe rawit dan lain-lain. Sementara itu,komponen inflasi inti (core inflation) juga mengalami kenaikan mencapai 4,15 persen(y-o-y), meskipun kenaikan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratahistorisnya. Komponen inflasi harga diatur Pemerintah (administered prices) jugamengalami peningkatan mencapai 3,74 persen (y-o-y), tertinggi sejak bulan Agustus 2008.Peningkatan inflasi komponen ini antara lain dipicu oleh pemberlakuan kebijakan kenaikanTDL dan pembayaran uang sekolah. Nilai tukar rupiah yang cenderung stabil dan minimnyakebijakan Pemerintah di bidang harga diharapkan dapat meredam tingginya laju inflasipada semester II tahun 2010 (lihat Grafik II.35).

Berdasarkan kelompok pengeluaran, sampai dengan bulan Juli tahun 2010 hampir seluruhkelompok pengeluaran memberikan kontribusi terhadap kenaikan inflasi tahunan, dengan

-0,5

0,5

1,5

2,5

3,5

4,5

5,5

6,5

7,5

8,5

9,5

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

20,0

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

o p Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

2005 2006 2007 2008 2009 2010

GRAFIK II.34PERKEMBANGAN INFLASI SAMPAI DENGAN JULI 2010

(y-o-y, persen)

Inflasi yoy inflasi mtm (RHS)

Sumber: Badan Pusat Statistik

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Ags

t

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

2009 2010

GRAFIK II.35PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN BERDASARKAN

KOMPONEN, 2009 - 2010(y-o-y, persen)

Inti Diatur Pemerintah BergejolakSumber: Badan Pusat Statistik

Bab II

II-30 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, dankelompok sandang mengalami kenaikan terbesar. Naiknya harga beberapa komoditas panganantara lain dipicu oleh terganggunya pasokan dan distribusi akibat perubahan cuaca, telahmemicu kenaikan kelompok bahan makanan sebesar 14,14 persen (y-o-y) dan kelompokmakanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 8,24 persen (y-o-y). Di sisi lain,kenaikan permintaan pakaian memasuki tahun ajaran baru telah memicu kenaikankelompok sandang sebesar 5,19 persen (y-o-y). Sementara itu, selama bulan Juli tahun2010, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, dan kelompok pendidikan,rekreasi, dan olahraga mengalami peningkatan cukup signifikan masing-masing sebesar1,51 persen dan 0,86 persen (m-t-m). Kenaikan kelompok transportasi sebagai dampakmeningkatnya tarif jasa perpanjangan STNK.

Kebijakan Pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) serta meningkatnya permintaanakan barang dan jasa terkait dengan faktor musiman seperti hari besar keagamaan nasional(puasa, lebaran, natal, dan tahun baru) kiranya patut diwaspadai karena dapat memicukenaikan laju inflasi pada beberapa bulan mendatang. Di sisi lain, kemungkinan penguatannilai tukar rupiah pada periode yang sama diharapkan dapat menghambat meningkatnyalaju inflasi. Di samping itu, kerja sama antara Pemerintah dan Bank Indonesia yang semakinbaik diharapkan dapat menjaga tersedianya pasokan dan terjaminnya distribusi kebutuhanpokok di tengah masyarakat. Dengan memperhatikan potensi risiko laju inflasi beberapabulan mendatang dan mempertimbangkan kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah danBank Indonesia, maka sampai akhir tahun 2010 laju inflasi diupayakan masih dalam batasrentang sasarannya.

Proses pemulihan ekonomi global dan semakin membaiknya fundamental ekonomi domestikyang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekspor dan investasi telah mendorongapresiasi rupiah pada tahun 2010. Sentimen positif penguatan rupiah juga ditopang oleh

Rata-rata S.I- 2009 = Rp11.082/USD

Rata-rata S.II-2009 = Rp9.733/USD

Rata-rata S.I- 2010 = Rp9.193/USD

8.000

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

11.000

11.500

12.000

35,0

40,0

45,0

50,0

55,0

60,0

65,0

70,0

75,0

80,0

85,0

(Rp/USD)(USD miliar)

GRAFIK II.36PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN CADANGAN

DEVISA, 2009 - 2010

Cadangan Devisa Nilai Tukar Rupiah (RHS)

Sumber : Bank Indonesia

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-31Nota Keuangan dan RAPBN 2011

meningkatnya arus modal masuk terkait dengan masih menariknya perbedaan suku bungadomestik dengan suku bunga internasional dan meningkatnya rating Indonesia satu notchdi bawah investment grade. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya cadangan devisahingga mencapai USD78,8 miliar pada Juli 2010. Selama periode Januari–Juli tahun 2010,rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai sebesar Rp9.172/USD, mengalamiapresiasi 16,19 persen bila dibandingkan dengan nilainya pada periode yang sama tahun2009 sebesar Rp10.944/USD. Hingga akhir tahun 2010, nilai tukar rupiah diperkirakanrelatif stabil yang didukung oleh surplus baik pada neraca transaksi berjalan (current account)maupun pada neraca transaksi modal dan finansial (capital and financial account). Denganperkembangan tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah pada sepanjang tahun 2010 diperkirakansekitar Rp9.200/USD.

Laju inflasi yang relatif terkendali pada bulan Januari-Juli tahun 2010 menjadi pertimbanganBank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga BI rate pada level 6,50 persen.Dengan perkembangan tersebut, selama bulan Januari-Juli tahun 2010 rata-rata suku bungaSBI 3 bulan adalah 6,58 persen, atau lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi rata-rata suku bunga SBI 3 bulan pada periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 8,29 persen.

Dengan memperhatikan proses pemulihan perekonomian dunia secara umum yang masihterus berlanjut serta mulai meningkatnya laju inflasi pada bulan Agustus-Desember tahun2010, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan dalam tahun 2010 diperkirakan akan dapatdipertahankan pada kisaran 6,5 persen.

Sementara itu, dalam upaya meningkatkan pendalaman pasar keuangan (financialdeepening) dan efektivitas operasi moneter, pada bulan Maret tahun 2010 Bank Indonesiamulai melakukan perubahan waktu jadwal lelang (profil jatuh tempo) SBI. Lelang SBIyang semula dilakukan setiap satu minggu sekali diubah menjadi sebulan sekali. Pelaksanaankebijakan ini efektif diberlakukan pada bulan Juni tahun 2010, sehingga dalam masa transisiselama tiga bulan dari bulan Maret-Juni tahun 2010, lelang SBI secara bertahap yang masihdilaksanakan mingguan akan menjadi dwi-mingguan dan kemudian menjadi bulanan.

Kebijakan Bank Indonesia untuk mengubah jadwal lelang SBI mulai berdampak terhadappergeseran dana dari SBI bertenor 1 dan 6 bulan ke SBI 3 bulan. Sampai dengan bulan Juni2010, dari total dana SBI sebesar Rp269,65 triliun dana yang ditempatkan pada SBI 3 bulansebesar 59,0 persen atau Rp159 triliun dan sisanya ditempatkan pada SBI 1 dan 6 bulan(lihat Grafik II.37).

Dilihat dari sisi kepemilikannya, porsi kepemilikan asing di SBI juga mengalami peningkatan.Sampai dengan bulan April tahun 2010, kepemilikan asing di SBI mencatat angka tertinggi,yaitu sebesar Rp82,9 triliun atau 24,14 persen dari total dana SBI. Namun, pada bulan Meitahun 2010, kepemilikan asing mengalami penurunan menjadi Rp36,35 triliun atau 12,16persen dari total dana SBI. Pada bulan Juni tahun 2010, porsi kepemilikan asing kembalimengalami peningkatan sebesar Rp5,4 triliun menjadi Rp41,81 triliun (lihat Grafik II.38).

Sebagai kelanjutan dari kebijakan perpanjangan profil jatuh tempo (maturity profile) SBI,pada tanggal 15 Juni 2010 Bank Indonesia kembali mengeluarkan kebijakan berupapenguatan manajemen moneter dan pengembangan pasar keuangan. Dalam kebijakantersebut, akan diterapkan minimum one month holding period SBI mulai tanggal 7 Juli2010, dan penerbitan SBI berjangka waktu 9 bulan dan 12 bulan, masing-masing mulaiminggu kedua bulan Agustus tahun 2010 dan minggu kedua bulan September tahun 2010.

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-33Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Dengan pelonggaran aturan tersebut, cost of capital dalam penerbitan obligasi korporasiakan semakin murah, dan partisipasi pembiayaan bank melalui pasar modal akan bertambah.Sedangkan bagi masyarakat, ketentuan ini akan meningkatkan akses dalam mendiversifikasipilihan investasi di pasar modal. Di sisi lain, dengan semakin beragamnya pilihan obligasiakan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memperkuat kondisi pasar finansial diIndonesia. Hal tersebut disebabkan dana yang terhimpun melalui obligasi merupakan danajangka panjang yang relatif tidak rentan terhadap berbagai risiko.

Salah satu yang mendukung tetap tingginya prospek emisi obligasi di Indonesia adalahdinaikkannya rating utang Pemerintah oleh Standard and Poors menjadi BB dengan outlookstabil pada bulan Februari tahun 2010. Dengan terus membaiknya perekonomian domestik,Indonesia berharap dapat menjadi investment grade dalam beberapa tahun ke depan,sehingga biaya bunga penerbitan surat utang negara dapat ditekan. Prospek obligasi jugamasih diuntungkan oleh kondisi perbankan yang dinilai belum maksimal dalam melakukanfungsinya sebagai institusi intermediasi karena masih tingginya tingkat bunga kredit yangdisalurkan, walaupun tingkat suku bunga SBI stabil di level 6,5 persen. Kondisi inilah yangmembuat perusahaan dan negara lebih memilih mencari sumber pembiayaan melalui pasarsurat utang.

Nilai emisi obligasi negara tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp175 triliun (gross), naik 21persen (y-o-y) dari tahun 2009 yang sebesar Rp144,54 triliun. Sementara itu, nilai emisiobligasi negara (net) tahun 2010 sebesar Rp104,37 triliun, meningkat 5 persen (y-o-y) daritahun 2009 yang sebesar Rp99,3 triliun. Obligasi Pemerintah yang jatuh tempo tahun 2010mencapai sekitar Rp61 triliun.

Meningkatnya ekspektasi inflasi dan suku bunga, serta meningkatnya emisi obligasiPemerintah akan memicu kenaikan yield obligasi pada tahun ini. Namun di lain pihak,seiring dengan terus membaiknya perekonomian global dan peringkat utang Indonesia,diperkirakan minat beli investor asing pada obligasi Pemerintah RI akan tetap terjaga. Sampaiakhir tahun 2010, dana asing diperkirakan masih akan mengalir masuk, yang disebabkanoleh adanya selisih imbal hasil US treasury bonds dan SUN Indonesia yang masih cukuplebar. Per 7 Juli 2010, selisih nilai imbal hasil (yield spread) antara US treasury bonds 10Ydengan SUN 10Yadalah sebesar 5,28persen.

Permintaan minyakdunia yang tinggi padatahun 2009diperkirakan akan terusberlangsung padatahun 2010. Sejalandengan meningkatnyapermintaan minyakdunia tersebut, hargaminyak mentah duniaWTI pada tahun 2010diperkirakan akanberada pada level

66,0

72,0

78,0

84,0

90,0

80

81

82

83

84

85

86

87

88

Jan-10 F M A M J J

US

D/b

arre

l

Ju

ta b

arr

el/

ha

ri

GRAFIK II.39PERKEMBANGAN PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN

HARGA MINYAK DUNIA, JANUARI-JULI 2010

Permintaan Penawaran WTI Brent ICP

Sumber : Blommberg

Bab II

II-34 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

USD79 per barel atau naik sekitar 28 persen dari rata-rata tahun 2009 yang sebesar USD61,7per barel. Harga minyak mentah Indonesia pada tahun 2010 juga diperkirakan akanmengalami peningkatan. Sampai dengan tujuh bulan pertama tahun 2010, rata-rata hargaminyak mentah Indonesia ICP sebesar USD77,4 per barel, lebih tinggi dibanding periodeyang sama tahun 2009 yangsebesar USD53,5 per barel.Dengan perkembangan tersebut,rata-rata harga minyak tahun2010 diperkirakan mencapaiUSD80 per barel.

Sementara itu, realisasi liftingminyak sampai bulan Juni 2010(periode Desember 2009 – Juni2010) sebesar 0,961 juta barel perhari, lebih tinggi bila dibandingkandengan lifting pada periode yangsama tahun sebelumnya yangsebesar 0,945 juta barel per hari. Lifting minyak dalam tahun 2010 (periode Desember 2009-November 2010) diperkirakan sebesar 0,965 juta barel per hari (lihat Grafik II.40).

Berbagai perkembangan ekonomi global dan harga komoditas internasional terutama minyakpada tahun 2010 dapat mempengaruhi besaran-besaran yang terdapat dalam neracapembayaran. Kinerja neraca pembayaran dalam tahun 2010 diperkirakan masih cukup baik,yang ditopang oleh perbaikan kinerja ekspor dan aliran modal masuk, walaupun pada saatyang sama, impor juga diperkirakan meningkat. Perbaikan kinerja ekspor terkait dengankembalinya ekonomi dan volume perdagangan dunia ke jalur pertumbuhan positif. Sejalandengan itu, ekspor diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 24,2 persen menjadiUSD148,7 miliar. Di sisi lain, meningkatnya kegiatan ekonomi dan investasi yang cukuptinggi akan mendorong peningkatan impor bahan baku dan barang modal. Dalam tahun2010, impor diperkirakan meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 35,2 persen menjadiUSD114,1 miliar. Dengan kondisi tersebut, neraca perdagangan diperkirakan mengalamisurplus USD34,6 miliar. Sementara itu, defisit neraca jasa-jasa diperkirakan mencapaiUSD16,0 miliar, lebih tinggi sekitar 13,1 persen bila dibandingkan dengan defisit tahun 2009,terutama akibat meningkatnya angkutan impor (freight) dan pengeluaran jasa-jasa lainnya.Defisit neraca pendapatan diperkirakan mencapai USD17,6 miliar, lebih tinggi 16,0 persenbila dibandingkan dengan defisit pada tahun 2009. Sedangkan neraca transfer diperkirakansurplus USD5,0 miliar atau naik 2,0 persen bila dibandingkan dengan surplusnya pada tahunsebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya transfer dari tenagakerja Indonesia (TKI). Dengan kondisi tersebut, transaksi berjalan pada tahun 2010diperkirakan mengalami surplus USD6,1 miliar.

Neraca modal dan finansial tahun 2010 diperkirakan mengalami surplus sebesar USD12,9miliar, lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus tahun 2009 sebesar USD3,5 miliar.Kenaikan surplus neraca modal dan finansial ini ditopang oleh kenaikan surplus neracasektor publik dan perbaikan kinerja pada sektor swasta yang berubah dari defisit menjadisurplus. Bertambahnya penarikan utang mengakibatkan neraca sektor publik tahun 2010naik 8,5 persen dari tahun 2009. Iklim investasi yang semakin baik dan pulihnya likuiditasdi pasar keuangan global diperkirakan mendorong masuknya penanaman modal asing

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

1.200

Des-09 Jan-10 F M A M J

GRAFIK II.40LIFTING MINYAK INDONESIA JANUARI-JUNI 2010

(ribu barel/hari)

Sumber : Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-35Nota Keuangan dan RAPBN 2011

sehingga kinerja neraca sektor swasta mengalami perbaikan dari defisit USD7,6 miliar padatahun 2009 menjadi surplus USD0,8 miliar pada tahun 2010.

Membaiknya kondisi neraca pembayaran yang tercermin pada peningkatan cadangan devisadiharapkan mampu mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi domestik. Cadangandevisa dalam tahun 2010 diperkirakan mencapai USD83,2 miliar.

2.3 Tantangan dan Sasaran Kebijakan Ekonomi Makro 2011

2.3.1 Tantangan Kebijakan Ekonomi Makro

2.3.1.1 Perekonomian Dunia dan Regional

Pemulihan ekonomi diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2011. Membaiknyapertumbuhan ekonomi dan daya beli yang berlangsung saat ini, serta masih berlanjutnyastimulus ekonomi akan mampu memberikan dorongan positif di sisi permintaan. Selanjutnya,aktivitas perdagangan antar negara juga akan terus meningkat, yang akan memberikandorongan tambahan bagi pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara yang bermitradagang. Di sisi lain, perbaikan arus likuiditas internasional serta peningkatan kepercayaanmasyarakat dan dunia usaha turut menciptakan iklim ekonomi yang lebih kondusif.

Apabila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun sebelumnya, perekonomiannegara-negara maju di kawasan Eropa pada tahun 2011 diperkirakan akan tumbuh lebihtinggi. Di kawasan Eropa, perekonomian Jerman akan tumbuh sebesar 1,6 persen, Inggris2,1 persen, dan Perancis 1,6 persen. Dengan dukungan pertumbuhan negara-negara majutersebut, kawasan Eropa secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh hingga 1,3 persen.Sementara itu, di kawasan Asia seperti, Jepang dan Korea, pada tahun tersebut diproyeksikanmasing masing tumbuh sebesar 1,8 persen dan 5,0 persen. Demikian pula, negara maju dibenua Amerika juga masih akan tumbuh walau tidak setinggi pada tahun 2010. AmerikaSerikat akan tumbuh sebesar 2,9 persen, sedangkan Kanada tumbuh sebesar 2,8 persen.Pertumbuhan tahun 2011 di negara-negara maju Asia dan Amerika tidak setinggipertumbuhan pada tahun 2010, lebih disebabkan oleh perhitungan landasan pertumbuhantahun 2010 terhadap periode kontraksi ekonomi tahun 2009.

Laju pemulihan ekonomi global tahun 2011 masih menghadapi beberapa tantangan, antaralain masih terdapat ancaman krisis baru yang dihadapi beberapa negara Eropa, sepertiPortugal, Italia, Yunani (Greece), dan Spanyol (PIGS). Berbagai upaya secara individualdan dalam kerja sama antarnegara telah dilaksanakan untuk mengantisipasi potensi krisistersebut, yang bersumber pada defisit anggaran dan peningkatan beban utang Pemerintahdi negara-negara tersebut. Dengan berbagai paket kebijakan yang telah dan akan dikeluarkandalam menghadapi krisis fiskal, negara PIGS diproyeksikan akan mulai bangkit di tahun2011. Terkecuali Yunani yang diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan negatifyaitu minus 1,1 persen di tahun 2011, tiga negara PIGS lainnya akan meraih pertumbuhanpositif. Portugal diperkirakan tumbuh 0,7 persen, Irlandia 1,9 persen, dan Spanyol 0,9 persen.

Berdasarkan perkembangan hingga saat ini serta berbagai pertimbangan lainnya, lajupertumbuhan ekonomi global tahun 2011 diproyeksikan mencapai 4,3 persen. Peningkatanpertumbuhan tersebut bersumber dari pertumbuhan negara maju sebesar 2,4 persen dannegara berkembang sebesar 6,4 persen (lihat Tabel II.5).

Bab II

II-36 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Pola pertumbuhan ekonomi global ditahun 2011 diikuti oleh pergerakanaktivitas perdagangan. Sementara itu,pertumbuhan volume perdagangandunia tahun 2011 diproyeksikanmencapai 6,3 persen, lebih lambat biladibandingkan denganpertumbuhannya pada tahun 2010yaitu sebesar 9,0 persen. Pertumbuhanyang lebih rendah tersebut terutamadisebabkan kontraksi aktivitasperdagangan yang cukup dalam ditahun 2009, sehingga terjadi lajupertumbuhan volume perdaganganglobal yang sangat tinggi di tahun 2010.

Pemulihan ekonomi global yangdiperkirakan akan terus berlanjut padatahun 2011 dengan ditandai olehmembaiknya pertumbuhan ekonomi,turut mempengaruhi minyak duniabaik dari sisi permintaan maupun darisisi penawaran. Suplai minyak duniadiperkirakan akan terus meningkat, yang akan mempengaruhi harga minyak duniacenderung turun. Selain hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan naiknyaharga minyak dunia, antara lain faktor geo politik, yaitu adanya ketegangan dan konflik dinegara-negara produsen minyak dunia serta meningkatnya permintaan minyak dunia,sejalan mulai pulihnya perekonomian dunia. Sementara itu, faktor yang menyebabkanstabilnya harga minyak dunia dalam tahun 2011 antara lain cadangan minyak AmerikaSerikat dan dunia yang masih berada di atas rata-rata 5 tahun, dan kapasitas cadanganproduksi negara-negara OPEC yang turun namun tetap tinggi pada 6 juta barel perhari.Oleh karena itu, EIA (per Juli 2010) memperkirakan harga minyak WTI crude tahun 2011akan mencapai USD82,5 per barel. Berdasarkan berbagai faktor fundamental tersebut, hargaminyak ICP dalam tahun 2011 diperkirakan mencapai sekitar USD80 per barel.

2.3.1.2 Perekonomian Domestik

Sejalan dengan perkembangan positif ekonomi global, kinerja perekonomian domestik disepanjang 2010 juga menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Dari sisi ekonomimakro, stabilitas berbagai indikator ekonomi relatif terjaga dengan kecenderungan semakinmenguat. Sedangkan dari sisi sektor riil, kinerja berbagai indikator sektor riil seperti konsumsi,investasi, maupun ekspor dan impor juga terus menunjukkan perbaikan dan penguatanyang cukup signifikan.

Dengan memperhatikan berbagai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini baik secaraglobal maupun domestik, kinerja ekonomi Indonesia di tahun 2011 akan semakin baik dandiperkirakan mampu tumbuh 6,3 persen. Perkiraan ini jauh lebih tinggi bila dibandingkandengan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara ASEAN-5 yang sebesar 5,5 persen.

Pertum buhan GDP 2010* 2011**

Dunia 4,6 4,3

Negara Maju 2,6 2,4

Negara Berkembang 6,8 6,4

Eropa 1,0 1,3

Inggris 1 ,2 2,1

Perancis 1 ,4 1 ,6

Jerman 1,4 1 ,6

Amerika Serikat 3,3 2,9

Japan 2,4 1 ,8

Korea 5,7 5,0

China 10,5 9,6

India 9,4 8,4

ASEAN-5 6,4 5,5

Pertumbuhan Volume Perdagangan 2010* 2011**

Vol. Perdagangan Barang dan Jasa

Dunia 9,0 6,3

Negara Maju 7 ,7 4,8

Neg. Berkembang 11 ,5 9,2

*/ Angka Sementara**/ ProyeksiSumber: IMF (WEO)

T ABEL II.5

PERT UMBUHAN PDB & VOLUME PERDAGANGAN 2010 (persen)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-37Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Dalam rangka mempertahankan momentum penguatan ekonomi sekaligus meningkatkanperforma ekonomi di tahun 2011, Indonesia perlu mewaspadai dan mengantisipasi berbagaitantangan di tahun depan. Adapun tantangan mendasar yang mungkin muncul di tahun2011 antara lain adalah peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dan peningkatanpembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan serta terjaganya stabilitas ekonomi.

Terkait dengan tantangan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi danmendorong pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan, perluasan penyediaanlapangan pekerjaan menjadi sangat penting untuk mengurangi jumlah pengangguran danmenurunkan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahunterakhir sudah cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 5,6 persen. Bahkan, di tengahkontraksi global pada tahun 2008, Indonesia masih mampu berekspansi dengan baik.Namun, kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode tersebut dianggap masihbelum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat. Jumlah pengangguran per Februari2010 sebesar 8,59 juta orang (7,4 persen) dan tingkat kemiskinan per Maret 2010 mencapai31,02 juta orang (13,3 persen) perlu terus diturunkan. Untuk memenuhi harapan tersebut,pada tahun 2011 Pemerintah akan berusaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebihtinggi dan mampu membuka lapangan kerja baru, serta berdimensi pemerataan. Selain itu,Pemerintah terus berupaya mendorong terciptanya aktivitas ekonomi kreatif agar mampumenciptakan lapangan kerja baru yang lebih luas.

Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi, terdapat tantangan baik yang berasal dari sisieksternal maupun internal. Salah satu tantangan dari sisi eksternal adalah potensi gejolakmoneter internasional sebagai dampak ketidakseimbangan global (global imbalances) dankecenderungan terus meningkatnya harga minyak dunia. Hal ini pada gilirannya berpotensimengganggu stabilitas ekonomi dan kesinambungan fiskal. Sedangkan, dari sisi internal,tantangan yang dihadapi dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi adalah menjagaketersediaan bahan pokok kebutuhan masyarakat melalui peningkatan produksi danpenyempurnaan sistem distribusi.

Selain itu, tantangan lainnya yang berpotensi menghadang di tahun 2011 diantaranya adalahmenjamin kesinambungan pelaksanaan program reformasi birokrasi dan tata kelolapemerintahan yang baik, meningkatkan angka partisipasi masyarakat pada pendidikan,khususnya jenjang pendidikan tinggi, meningkatkan ketahanan pangan nasional, menjaminketersediaan dan keterjangkauan terhadap input dan sarana produksi di bidang pertanian,perikanan, dan kehutanan, serta meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah.

Tantangan lainnya yang juga tak kalah pentingnya di tahun 2011 mendatang adalahmeningkatkan penyediaan infrastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas, sertameningkatkan pemanfaatan, ketahanan dan kemandirian sumber energi selain minyakbumi, seperti gas, panas bumi, batubara, dan energi baru terbarukan (EBT) lainnya. Untukpemanfaatan, ketahanan, dan kemandirian sumber energi di tahun 2011, kebijakan umumyang akan dilakukan Pemerintah menyangkut tiga hal pokok, yaitu: (1) menjamin keamananpasokan energi melalui intensifikasi eksplorasi dan optimalisasi produksi minyak dan gasbumi, termasuk gas metana batubara; (2) mengurangi ketergantungan yang berlebihanterhadap minyak bumi dengan menganekaragamkan atau diversifikasi energi primer,termasuk memanfaatkan EBT serta energi bersih; dan (3) meningkatkan efisiensi dankonservasi (penghematan) pemanfaatan energi, serta pemerataan penyediaan energi sesuaidengan kebutuhan dan daya beli masyarakat.

Bab II

II-38 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Dengan terdeteksinya berbagai tantangan dan permasalahan di atas, diharapkan kemampuanPemerintah dalam merumuskan berbagai langkah dan kebijakan antisipatif dapat meningkat,sehingga akan tercipta akselerasi kinerja perekonomian nasional yang mampu memberikandaya dukung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2.3.2 Sasaran Kebijakan Ekonomi Makro

Sasaran kebijakan ekonomi makro dalam tahun 2011 meliputi: (1) meningkatnyapertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan (2) terjaganya stabilitas ekonomi yang kokoh.Dalam tahun 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai sebesar 6,3 persen, yangdidukung oleh meningkatnya investasi dan ekspor nonmigas, dan pulihnya sektor produksiterutama sektor industri dan pertanian. Selain itu, Pemerintah terus berusaha menjaga tingkatkonsumsi masyarakat, antara lain melalui terkendalinya laju inflasi dan pemberian subsidienergi (listrik dan BBM). Stabilitas ekonomi diupayakan melalui pengendalian laju inflasidan volatilitas nilai tukar rupiah. Melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitasekonomi yang terjaga, tingkat pengangguran dan kemiskinan diharapkan akan menurun.

2.3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)tahun 2011, Pemerintah telah menetapkansasaran pertumbuhan ekonomi di tahun 2011sebesar 6,3 persen, lebih tinggi biladibandingkan dengan perkiraan realisasi 2010yang sebesar 5,9 persen (lihat Grafik II.41).Sasaran tersebut mengacu pada pertumbuhanekonomi yang berkualitas denganmemperhatikan faktor eksternal yang pulihrelatif lebih cepat, yang ditandai olehmeningkatnya pertumbuhan ekonomi danvolume perdagangan global. Denganpertumbuhan ekonomi yang berkualitasdiharapkan mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan.Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan menjaga konsumsi rumah tangga,meningkatkan investasi dan ekspor, serta meningkatkan kinerja industri pengolahan danpertanian.

Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan

Pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi tahun 2011 diupayakan melalui kinerjapertumbuhan konsumsi rumah tangga dan Pemerintah, investasi (PMTB), serta perdaganganinternasional (lihat Tabel II.6).

Konsumsi Rumah Tangga

Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2011 dipengaruhi olehbeberapa faktor global dan domestik. Perbaikan kondisi ekonomi global secara umumdiperkirakan akan berimbas pada aktivitas dunia usaha dan pada gilirannya akanmeningkatkan konsumsi rumah tangga. Pemerintah menetapkan sasaran pertumbuhan

6,3 6,0

4,5

5,9 6,3

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

2007 2008 2009 2010* 2011*

GRAFIK II. 41PERTUMBUHAN PDB, 2007 - 2011

(y-o-y, persen)

* perkiraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-39Nota Keuangan dan RAPBN 2011

konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen,lebih tinggi bila dibandingkan denganpertumbuhannya pada tahun 2010 yangsebesar 5,0 persen. Konsumsi rumahtangga merupakan porsi terbesar dalamstruktur PDB Indonesia, tidak terlepas dariterjaganya laju inflasi, nilai tukar rupiah,dan rendahnya suku bunga perbankanyang berpengaruh pada peningkatan dayabeli riil masyarakat. Berbagai kebijakandan program pemberdayaan masyarakat,serta bantuan sosial bagi masyarakatmiskin masih terus diluncurkan olehPemerintah untuk mendorongpeningkatan daya beli masyarakat. Perbaikan kesejahteraan PNS dan pensiunan diberikanmelalui kenaikan gaji pokok dan gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri/Pensiunan. Selain itu, untukmembantu masyarakat miskin, Pemerintah masih tetap akan melanjutkan kebijakannya,antara lain subsidi pangan dalam bentuk raskin, Jamkesmas, PKH, BOS, dan berbagai subsidilainnya.

Konsumsi Pemerintah

Pada tahun 2011, konsumsi Pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 6,4 persen, lebih tinggibila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun sebelumnya sebesar 2,1 persen.Konsumsi Pemerintah diarahkan untuk tetap mendukung anggaran pendidikan, melanjutkanreformasi birokrasi, dan menjaga kesinambungan program kesejahteraan rakyat, yaitu BOS,PNPM, Jamkesmas, raskin dan PKH. Dari sisi belanja pegawai, adanya kelanjutan kebijakanremunerasi untuk beberapa K/L yang telah dan sedang melakukan reformasi birokrasi jugaberpengaruh pada konsumsi Pemerintah.

Investasi

Pada tahun 2011, laju investasi diperkirakan akan tumbuh sebesar 10,0 persen, lebih tinggibila dibandingkan dengan perkiraan realisasinya pada tahun 2010 yang sebesar 8,0 persen.Membaiknya likuiditas keuangan global akan mendorong masuknya aliran modal dari luarnegeri sehingga menggerakkan kinerja investasi domestik dan daya saing perekonomiannasional. Untuk meningkatkan investasi, akan dilakukan melalui perbaikan kepastian hukum(reformasi regulasi tingkat nasional dan daerah), penyederhanaan prosedur (penerapanSistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik/SPIPISE padaPelayanan Terpadu Satu Pintu/PTSP di beberapa kota), perbaikan logistik nasional(pengembangan dan penetapan Sistem Logistik Nasional untuk menjamin distribusi barangdan mengurangi ekonomi biaya tinggi), perbaikan sistem informasi (beroperasinya NationalSingle Window/NSW untuk ekspor-impor dan Custom Advanced Trade System/CATS didry port Cikarang), dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (pengembanganKEK di 5 lokasi melalui skema PPP sebelum tahun 2014).

Kebutuhan investasi nominal pada tahun 2011 diperkirakan mencapai sebesar Rp2.243,8triliun. Kebutuhan investasi tersebut akan bersumber dari PMA dan PMDN sebesar 26,8persen, kredit perbankan sebesar 17,4 persen, pasar modal 16,7 persen, belanja modalPemerintah 12,4 persen, dan sumber-sumber investasi lainnya (lihat Grafik II.42).

Penggunaan 2011

Total Konsumsi 5,3Konsumsi Rumah Tangga 5,1Konsumsi Pemerintah 6,4

PMTB 10,0Ekspor 8,3Impor 9,3PDB 6,3

Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel II.6

SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN PDB PENGGUNAAN, TAHUN 2011

(y-o-y, persen)

Bab II

II-40 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Investasi yang cukup besar tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan output nasional dengancara yang lebih efisien. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) merupakan ukuran yangdigunakan dalam menentukan tingkat efisiensi produksi suatu negara. Nilai ICOR yangrendah menunjukkan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan output menjadisemakin efisien. Dalam tahun 2010 dan 2011, nilai ICOR diperkirakan masing-masingsebesar 4,32 dan 4,25, yang berarti lebih efisien bila dibandingkan dengan nilai ICOR tahun2009 yaitu sebesar 5,32 (lihat Grafik II.43).

Ekspor-Impor

Laju pertumbuhan ekspor-impor pada tahun 2011 diperkirakan akan semakin membaikseiring dengan mulai pulihnya permintaan global dan meningkatnya kebutuhan domestik.Ekspor diperkirakan tumbuh sebesar 8,3 persen, melambat bila dibandingkan denganpertumbuhannya pada tahun 2010 yang sebesar 12,2 persen. Sementara itu, impordiperkirakan tumbuh 9,3 persen, lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhannyapada tahun sebelumnya yang sebesar 15,0 persen. Upaya untuk meningkatkan eksporditempuh melalui kebijakan perdagangan luar negeri yang diarahkan pada peningkatandaya saing produk ekspor nonmigas dan diversifikasi pasar. Strategi yang akan dilakukanantara lain: (1) meningkatkan ekspor nonmigas untuk produk-produk yang mempunyainilai tambah lebih besar, berbasis pada sumber daya alam, serta permintaan pasarnya yangbesar, (2) mendorong ekspor produk kreatif dan jasa terutama yang dihasilkan oleh UKM,(3) mendorong upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor, (4) menitikberatkan upaya perluasanakses pasar, promosi, dan fasilitasi ekspor nonmigas di kawasan Afrika dan Asia, dan(5) mendorong pemanfaatan berbagai skema perdagangan dan kerjasama perdaganganinternasional yang lebih menguntungkan kepentingan nasional.

Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor

Dalam tahun 2011 Pemerintah akan terus memperkuat daya saing ekonomi yang didukungoleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi. Dari sisi produksi, sektor yangdiharapkan menjadi pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah sektorindustri manufaktur. Hal ini dikarenakan sektor industri manufaktur dapat memberikannilai tambah yang besar. Di luar sektor industri manufaktur, sektor pertanian, perkebunan,peternakan, kehutanan, dan perikanan masih menjadi andalan dalam mendorongpeningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sektor-sektor lain juga diharapkan dapatmendukung peningkatan produksi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

26,8

9,8 12,4

17,4

8,8

16,7

8,20

5

10

15

20

25

30

PMA/PMDN Capex BUMN

Belanja Modal

Pemerintah

Kredit Perbankan

Laba Ditahan

Pasar Modal Lainnya

GRAFIK II.42SUMBER-SUMBER INVESTASI TAHUN, 2011

(persen)

Kebutuhan Investasi Rp2.203,9 T

Sumber : Kementerian Keuangan

3,77 4,18

5,39

4,29 4,17

0

1

2

3

4

5

6

2007 2008 2009 2010 * 2011 *

GRAFIK II.43PERKEMBANGAN INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO

(persen)

Sumber : Kementerian Keuangan

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-41Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Melalui Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional,Pemerintah telah menetapkan kebijakan industri nasional dengan pengelompokan/klasterindustri prioritas, yang meliputi: (1) Industri Agro; (2) Industri Alat Angkut; (3) IndustriElektronika dan Telematik; (4) Industri Berbasis Manufaktur; (5) Industri Penunjang IndustriKreatif dan Kreatif Tertentu; dan (6) Industri Kecil dan Menengah Tertentu.

Strategi pembangunan sektor industri manufaktur akan diupayakan melalui langkah-langkah peningkatan daya saing dan kebijakan peningkatan iklim usaha, restrukturisasipermesinan, pengembangan kawasan industri khusus, penggunaan produk dalam negeri,pengembangan industri bahan bakar nabati, dan pengembangan standardisasi industri.Dengan strategi dan kebijakan tersebut, laju pertumbuhan sektor industri manufaktur(pengolahan) tahun 2011 diharapkan akan meningkat dan diperkirakan mencapai 4,5 persen.

Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomiIndonesia. Pada tahun 2011, pembangunan sektor tersebut juga menjadi bagian dari strategipenting pembangunan ekonomi. Dengan kondisi iklim dan musim tanam yang baik sertadidukung oleh program peningkatan produksi pangan, produktivitas dan diversifikasipertanian secara luas, sektor pertanian (termasuk peternakan, perikanan, dan kehutanan)diproyeksikan mampu tumbuh sebesar 3,8 persen.

Strategi pembangunan sektor pertanian juga akan diarahkan untuk meningkatkanketahanan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas dan kualitas lahan pertanian,bantuan/subsidi bibit/benih dan pupuk, penanganan pasca panen, pendanaan bagi pertanian,pengembangan desa mandiri pangan dan penanganan rawan pangan, serta pembangunanirigasi. Strategi peningkatan produksi pangan tersebut akan didukung dengan penyempurnaanlangkah-langkah koordinasi, monitoring, dan evaluasi cadangan pangan dan penangananpangan strategis. Selain itu,peningkatan pertumbuhan subsektorperkebunan, perikanan, dan kehutananakan dilakukan melalui peremajaandan pengembangan perkebunan rakyat(termasuk sumber bahan baku energialternatif), perikanan, kehutanan,pengembangan hutan tanaman danhutan tanaman rakyat, sertapengembangan SDM.

Sektor lain yang menjadi prioritaspengembangan adalah sektorpengangkutan dan komunikasi yangdiperkirakan tumbuh sebesar 12,6persen pada tahun 2011. Pertumbuhan sektor ini terutama didukung oleh pengembanganindustri otomotif, perkapalan, kedirgantaraan, dan perkeretaapian serta berbagai prasaranaterkait. Pertumbuhan ekonomi menurut sektor secara rinci dapat dilihat pada Grafik II.44.

2.3.2.2 Nilai Tukar

Pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya menjaga volatilitas nilai tukar rupiah melaluipenguatan sinergi kebijakan moneter dan fiskal, penerapan kebijakan moneter yang berhati-

3,8 3,64,5

8,2 8,7 8,3

12,6

6,4 5,7

0

2

46

8

10

12

14

Pe

rtan

ian

Pe

rtam

ban

gan

Ind

ust

ri

Lis

trik

, gas

, d

an a

ir b

ers

ih

Ko

nst

ruks

i

Pe

rdag

anga

n

Pe

nga

ngk

uta

n d

an

Ko

mu

nik

asi

Ke

uan

gan

Jasa

-jas

a

GRAFIK II.44PERKIRAAN PERTUMBUHAN PDB SEKTORAL

TAHUN 2011 (y-o-y, persen)

Sumber : Kementerian Keuangan

Bab II

II-42 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

hati, serta pengawasan lalu lintas devisa. Kebijakan ini diharapkan mampu menjaga stabilitasnilai tukar dan mencegah volatilitas yang berlebihan, serta menjaga kecukupan cadangandevisa untuk memenuhi kebutuhan kegiatan ekonomi. Di samping itu, peningkatankoordinasi kebijakan, serta peningkatan efektivitas peraturan dan monitoring lalu lintas devisaterus dilakukan untuk menopang kebijakan moneter tersebut. Di tingkat internasional danregional, komitmen untuk mempercepat pemulihan ekonomi disertai dengan perjanjian kerjasama bidang keuangan seperti currency safety net oleh European Central Bank (ECB)semakin memperkuat upaya pemulihan ekonomi global dan regional. Berdasarkanperkembangan ekonomi domestik dan internasional tersebut, serta memperhatikan kebijakanyang akan ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar ASpada tahun 2011 diperkirakan mencapai rata-rata sebesar Rp9.300/USD.

2.3.2.3 Inflasi

Peningkatan kegiatan ekonomi diperkirakan dapat terus diimbangi oleh meningkatnyakapasitas produksi seiring dengan membaiknya investasi. Dengan terjaganya tekanan hargadari sisi permintaan dan penawaran, serta semakin baiknya infrastruktur dan lancarnyadistribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat, laju inflasi diharapkan dapat dikendalikan.

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat utama bagi tercapainya peningkatankesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Untukmencapai kondisi tersebut ditengah kuatnya tekanan inflasi yang bersumber dari berbagaifaktor eksternal dan faktor internal, diperlukan kebijakan yang tepat demi terjaganya stabilitasmakro ekonomi dan pengendalian inflasi ke depan.

Pemerintah senantiasa berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam melakukan sinkronisasikebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektoral untuk mengendalikan laju inflasi. Berbagaiupaya telah dan terus dilakukan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, untukmenjamin tersedianya pasokan dan lancarnya distribusi barang dan jasa. Koordinasi yangkomprehensif dan terpadu antara pusat dan daerah serta antara Pemerintah dan BankIndonesia tersebut diharapkan dapat menjaga kestabilan harga domestik, yang pada akhirnyadapat mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Dengan berbagai kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia tersebut, yang didukung dengankoordinasi yang semakin mantap, serta memperhatikan perkembangan ekonomi domestikdan dunia, inflasi tahun 2011 diperkirakan sebesar 5,3 persen.

2.3.2.4 Suku Bunga SBI 3 bulan

Relatif stabilnya suku bunga BI rate sepanjang tahun 2010 diperkirakan akan berlanjut ditahun 2011. Kondisi ini antara lain didukung oleh faktor internal berupa relatif terkendalinyalaju inflasi yang didukung oleh kebijakan fiskal, moneter, serta sektor riil yang terus semakinmembaik. Untuk mengendalikan inflasi dan menyerap kelebihan likuiditas, Bank Indonesiajuga akan menggunakan instrumen lainnya di luar suku bunga BI rate, yaitu Giro WajibMinimum perbankan nasional. Dari faktor eksternal, the Fed diperkirakan masih akan tetapmempertahankan suku bunganya yang relatif rendah. Dengan memperhatikan faktorinternal dan eksternal tersebut, serta mempertimbangkan berbagai kebijakan yang akandilakukan, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 6,5 persen.

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-43Nota Keuangan dan RAPBN 2011

2.3.2.5 Harga Minyak

Pergerakan harga minyak dunia dalam tahun 2011 diperkirakan akan dipengaruhi olehbeberapa faktor fundamental, baik di sisi permintaan maupun penawaran. Suplai minyakdunia dari negara-negara OPEC maupun non-OPEC diperkirakan masih akan meningkat.Hal ini merupakan faktor yang akan menurunkan harga minyak dunia pada tahun 2011.Cadangan minyak Amerika Serikat dan dunia yang diperkirakan masih berada di atas rata-rata 5 tahun, meskipun terdapat kecenderungan menurun, dan kapasitas cadangan produksinegara-negara OPEC yang turun namun tetap tinggi pada 6 juta barel per hari, diperkirakanmerupakan faktor yang akan menstabilkan harga minyak dunia pada tahun 2011. Faktorgeopolitik yaitu ketegangan dan konflik yang masih terjadi di beberapa negara produsenminyak serta peningkatan permintaan minyak dunia akibat perkiraan terus berlanjutnyapemulihan ekonomi dunia merupakan faktor yang dapat meningkatkan harga minyak dalamtahun 2011. Sementara itu, EIA (per Juli 2010) memperkirakan harga minyak WTI crudetahun 2011 sebesar USD 82,5 per barel. Berdasarkan perkiraan berbagai faktor fundamentaltersebut serta perkiraan harga minyak dunia oleh beberapa lembaga internasional hargaminyak mentah ICP dalam tahun 2011 diperkirakan rata-rata sebesar USD80 per barel.

2.3.2.6 Lifting Minyak

Lifting minyak dalam tahun 2011 diperkirakan akan mencapai 0,970 juta barel per hari,sedikit lebih tinggi dari perkiraan realisasinya dalam tahun 2010 sebesar 0,965 juta barel perhari. Dalam upaya mencapai target tersebut Pemerintah mengupayakan langkah antisipasiuntuk mencapai target produksi minyak diantaranya melalui ketentuan untuk tidakmematok cost recovery (biaya pengganti kegiatan eksplorasi dan produksi), pemberiankeringanan pajak untuk impor peralatan migas, pengoptimalan produksi dari sumur-sumurminyak yang ditelantarkan, dan komunikasi intensif dengan para kontraktor kontrak kerjasama dalam rangka perbaikan kinerja dalam pencapaian target produksi.

2.3.2.7 Neraca Pembayaran

Ekonomi global yang semakin pulih, baik di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju, berdampak positif terhadap kinerja Neraca Pembayaran Indonesia. Kondisiini akan mendorong kenaikan ekspor, tidak hanya ekspor produk berbasis sumber dayaalam tetapi juga ekspor produk manufaktur yang memiliki kandungan impor tinggi. Dalamperiode yang sama, permintaan domestik diperkirakan juga terus mengalami percepatansejalan dengan laju pemulihan ekonomi global. Akselerasi permintaan domestik dan pulihnyapermintaan dunia akan produk ekspor manufaktur Indonesia yang berkandungan importinggi mendorong impor tumbuh lebih cepat dibandingkan ekspor. Sementara itu, transaksijasa dan pendapatan masih diwarnai oleh defisit yang relatif tinggi sedangkan transaksitransfer berjalan akan mencatat surplus yang cukup tinggi karena pulihnya ekonomi negara-negara yang menjadi tujuan tenaga kerja Indonesia. Dengan kondisi tersebut, surplustransaksi berjalan pada tahun 2011 diperkirakan sebesar USD3,2 miliar.

Prospek ekonomi global dan iklim investasi domestik yang membaik akan mendorongkenaikan arus masuk modal berjangka panjang, termasuk PMA, sehingga memperkuatstruktur pembiayaan ekonomi dan mengurangi kerentanan terhadap risiko pembalikanmodal. Penanaman modal langsung neto akan terus meningkat dan diperkirakan mencapai

Bab II

II-44 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

USD8,1 miliar. Investasi portofolio diperkirakan surplus sebesar USD5,6 miliar. Di sisi lain,defisit komponen neraca modal dan finansial terjadi pada investasi lainnya yang diperkirakanmencapai USD5,6 miliar. Dengan berbagai perkiraan tersebut, untuk keseluruhan tahun2011 transaksi neraca modal dan finansial diperkirakan surplus sebesar USD8,3 miliar.

Dengan perkembangan tersebut, keseimbangan umum Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)tahun 2011 diperkirakan mencatat surplus USD11,4 miliar, sehingga jumlah cadangan devisapada akhir 2011 diperkirakan meningkat menjadi USD94,6 miliar. Proyeksi neracapembayaran tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel II.7.

2.3.2.8 Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran

Dari 11 prioritas pembangunan nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2010-2014, terdapatpenanggulangan kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Peningkatankesejahteraan rakyat menuntut tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namunjuga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (inklusif) dan berkeadilan. Tantangan utamapembangunan tahun 2011 adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan,yang mampu menciptakan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Oleh karenanya,pembangunan ekonomi yang pro growth, pro job, dan pro poor perlu terus dilaksanakan.Cara yang akan ditempuh antara lain memperluas cakupan program pembangunan berbasismasyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar sepertipendidikan, kesehatan, air bersih, dan juga lembaga keuangan.

2010* 2011*

A. TRANSAKSI BERJALAN 6.050 3.174

1. Neraca Perdagangan 34.609 34.221

2. Jasa-jasa (15.958) (18.009)

3. Pendapatan (17.561) (18.157)

4. Transfer 4.960 5.120

B. NERACA MODAL DAN FINANSIAL 12.889 8.263

1. Sektor Publik 12.059 4.071- Neraca modal 45 47- Neraca finansial 12.014 4.024

2. Sektor Swasta 830 4.192- Neraca modal 62 93

- Neraca finansial 767 4.099

C. TOTAL (A + B) 18.939 11.437

D. SELISIH YANG BELUM DIPERHITUNGKAN (263) -

E. KESEIMBANGAN UMUM (C + D) 18.676 11.437

Cadangan devisa 83.188 94.625

* Proyeksi

Sumber: Bank Indonesia

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA, 2010 - 2011

ITEM

TABEL II.7

(juta USD)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-45Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang berkualitas dan berkeadilan, diperlukanpenyempurnaan peraturan ketenagakerjaan, pelaksanaan negosiasi tripartit, sertapenyusunan standar kompetensi, penempatan, perlindungan, dan pembiayaan tenaga kerjake luar negeri. Di samping itu, juga perlu dilakukan program-program yang diarahkan untukmeningkatkan kegiatan ekonomi pro rakyat miskin.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 diperkirakan mencapai sebesar 6,3 persen, yang akanmemungkinkan terbukanya lapangan kerja baru, tidak saja bagi para pencari kerja, tetapijuga angkatan kerja baru. Angkatan kerja baru diperkirakan mencapai sebesar 1,8 jutapekerja. Untuk itu, sumber utama pertumbuhan diharapkan berasal dari kegiatan investasidi sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja. Dengan demikian, pengangguran terbukadapat diturunkan menjadi 7,0 persen tahun 2011. Sejalan dengan makin luasnya lapanganpekerjaan, pendapatan masyarakat diharapkan juga akan semakin meningkat dan jumlahpenduduk miskin akan semakin menurun. Dengan berbagai program dan kebijakan tersebut,tingkat kemiskinan tahun 2011 diperkirakan menurun pada kisaran 11,5–12,5 persen.

2.3.3 Kebijakan Ekonomi Makro

2.3.3.1 Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat yang digunakan oleh Pemerintah dalamrangka mencapai sasaran pembangunan nasional. Kebijakan fiskal mempunyai tiga fungsiutama, yaitu fungsi alokasi anggaran untuk tujuan pembangunan, fungsi distribusipendapatan dan subsidi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, dan juga fungsistabilisasi ekonomi makro dalam rangka mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi.Dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran Pemerintah yang bersifat ekspansif,khususnya belanja barang dan jasa serta belanja modal, dapat memberi stimulasi kepadapertumbuhan ekonomi. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi yang memanas akibat terlalutingginya permintaan agregat, kebijakan fiskal dapat berperan melalui kebijakan untukmenyeimbangkan kondisi permintaan dan penyediaan sumber-sumber perekonomian.

Sesuai dengan amanat perundang-undangan, penyusunan kebijakan fiskal (APBN) dalamtahun 2011 mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2011 yang membawatema “Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan Didukung oleh PemantapanTata kelola dan Sinergi Pusat Daerah”. Berdasarkan tema RKP tersebut, kebijakan fiskaltahun 2011 ini terutama ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yangberkualitas, mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan secaraoptimal. Selain itu, pembangunan tata kelola yang baik untuk dapat meningkatkan efektivitasdan efisiensi pengelolaan keuangan negara, serta adanya konsistensi kebijakan otonomidaerah dan desentralisasi fiskal, juga menjadi perhatian utama dalam penyusunan kebijakanfiskal di tahun 2011.

Penyusunan RAPBN tahun 2011 didasarkan pada langkah-langkah optimalisasi sumber-sumber pendapatan negara, antara lain melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaanperpajakan dengan tetap mempertimbangkan pemberian insentif pada kegiatan dunia usaha,serta ditopang dengan langkah-langkah reformasi birokrasi perpajakan, kepabeanan, dancukai. Selain itu, juga akan dilakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan produksisumber daya alam, baik migas maupun nonmigas guna meningkatkan penerimaan negara

Bab II

II-46 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

bukan pajak. Di sisi belanja negara, kebijakan alokasi anggaran akan diarahkan untukmelaksanakan program-program pembangunan, guna mencapai sasaran yang telahditetapkan dalam RKP 2011, yaitu pembangunan kesejahteraan, perkuatan pembangunandemokrasi, dan penegakan hukum.

Peranan terhadap kebijakan fiskal juga diwujudkan dengan menetapkan defisit tahun 2011pada tingkat 1,7 persen PDB. Kebijakan pengendalian defisit pada tahun 2011 tersebutmerupakan salah satu langkah pokok dalam melanjutkan langkah-langkah konsolidasi fiskaldalam mewujudkan APBN yang sehat dan berkelanjutan. Untuk menutup sasaran defisitdalam tahun 2011, akan diupayakan sumber pembiayaan dari dalam negeri yang didukungsumber pembiayaan luar negeri dengan tetap mempertahankan penurunan rasio utangterhadap PDB secara berkesinambungan (debt sustainability).

Untuk mendukung adanya sinergi antara pusat dan daerah, kebijakan transfer ke daerahakan dilakukan melalui penyempurnaan sistem yang lebih transparan dan akuntabel,penyempurnaan formulasi DAU yang dilakukan secara konsisten dan mengarah kepadafungsi pemerataan kemampuan keuangan daerah, serta penyempurnaan terhadappenerapan kriteria penentuan DAK. Dukungan pendanaan di daerah juga akan dilakukanoleh Pemerintah melalui kebijakan pengalihan dana dekonsentrasi secara bertahap, sertameningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi pendapatan asli daerah dengantetap mempertahankan iklim usaha yang kondusif bagi perekonomian daerah.

2.3.3.2 Sektor Riil

Perkembangan perekonomian global yang cepat dan dinamis telah mempengaruhi kondisiperekonomian nasional. Fluktuasi harga komoditi utama dan krisis ekonomi global turutmemberikan tekanan pada perekonomian nasional. Di tahun 2011 diperkirakan fase krusialdari krisis ekonomi global sudah terlewati, namun upaya pemulihan ekonomi global masihmenyisakan tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah.

Upaya menggerakkan sektor riil sebagai salah satu motor penggerak perekonomian jugamasih merupakan tantangan dan hambatan di tahun 2011. Kondisi perekonomian globalyang masih berada dalam ketidakpastian menyebabkan dukungan kepada sektor riilmerupakan hal yang mutlak dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi danmeningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian, Pemerintah telah dan terus akanmerancang berbagai program yang diharapkan mampu mendukung pencapaian targetpertumbuhan ekonomi 2011. Beberapa poin penting dari strategi ini dilakukan melalui:(1) peningkatan daya tarik investasi; (2) penguatan daya saing ekspor; (3) revitalisasi industrimanufaktur; (4) revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan; (5) peningkatanproduktivitas dan kompetensi tenaga kerja; dan (6) peningkatan produktivitas dan aksesUKM kepada sumber daya produktif. Selain itu, Pemerintah juga akan melanjutkan kebijakandi bidang infrastruktur melalui pembangunan infrastruktur berkelanjutan, kebijakan bidangusaha kecil dan menengah, kebijakan di bidang industri dan perdagangan, dan kebijakan dibidang energi.

Kebijakan bidang usaha kecil dan menengah juga akan dilakukan dengan meningkatkandan memajukan usaha kecil menengah melalui penambahan akses terhadap modal termasukperluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR), meningkatkan bantuan teknis di bidang

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-47Nota Keuangan dan RAPBN 2011

pengembangan produk, pemasaran, pelaksanaan kebijakan pemihakan untuk memberikanruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah, serta menjaga fungsi, keberadaan ,danefisiensi pasar tradisional.

Selain itu, melalui kebijakan industri dan perdagangan, Pemerintah juga akan berusahauntuk mendorong peningkatan daya saing industri nasional, melalui: (1) pembangunaninfrastruktur penunjang industri (energi dan pangan); (2) pembangunan industri manufakturberbasis UKM; (3) peningkatan akses pembiayaan untuk industri manufaktur; (4) pemberianinsentif fiskal dan non-fiskal pada industri pioner dan lokasi tertentu; (5) pembukaan KawasanEkonomi Khusus (KEK); dan (6) peningkatan kemampuan dan kapasitas SDM serta teknologiuntuk menunjang industri agar mampu berkembang dengan optimal.

2.4 Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

2.4.1 Kebijakan Fiskal 2005-2009

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah salah satu instrumen Pemerintahdalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terkait dengan perannya dalammenyelenggarakan kegiatan perekonomian. Peran tersebut dijabarkan ke dalam 3 fungsiutama, yaitu fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakanantara lain dengan mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan barang danjasa, serta menjaga stabilitas perekonomian. Dalam hal perekonomian nasional, Pemerintahberkewajiban menyelenggarakannya berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsipkebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional sesuaidengan amanat UUD 1945 Amendemen keempat pasal 33.

Sejak dilaksanakannya rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) pertama tahun2005, Pemerintah senantiasa berupaya menjalankan komitmen untuk mendorongpertumbuhan ekonomi (pro growth), mengurangi pengangguran (pro job), danmengentaskan kemiskinan (pro poor). Tiga pilar pembangunan tersebut menjadi strategiPemerintah dalam melaksanakan kebijakan fiskal yang mampu memacu pertumbuhansektor riil sekaligus menjaga kesinambungan fiskal dan stabilitas ekonomi makro sebagailandasan untuk menopang pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan. Stabilitasekonomi makro diupayakan di antaranya melalui pengendalian tingkat inflasi, nilai tukaryang stabil, suku bunga yang relatif rendah, dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Upaya untuk mencapai kesinambungan fiskal ditempuh melalui optimalisasi pendapatannegara, peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja negara, pengelolaan defisit anggaranmelalui pembiayaan yang manageable, serta penurunan rasio utang secara bertahap. Secaragaris besar ringkasan APBN periode 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel II.8.

Realisasi APBN periode 2005-2009 sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, baikdari dalam maupun luar negeri. Pengaruh dari dalam negeri di antaranya peningkatan lajupertumbuhan ekonomi hingga tahun 2008 dan pelambatan pertumbuhan ekonomi yangterjadi pada tahun 2009. Sedangkan dari luar negeri, faktor yang sangat berpengaruh adalahkrisis energi yang disebabkan oleh melonjaknya harga minyak mentah dunia di akhir tahun2007 hingga awal tahun 2008. Selain itu, di saat kondisi perekonomian dunia masih belum

Bab II

II-48 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

pulih sepenuhnya, di akhir tahun 2008 ekonomi dunia kembali mengalami tekanan akibatterjadinya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang menyebabkan perlambatanpertumbuhan ekonomi dan krisis keuangan global, terutama bagi negara-negara maju.Meskipun demikian, negara-negara berkembang, seperti Indonesia juga merasakan imbaskrisis tersebut. Volume ekspor negara berkembang ke negara maju mengalami penurunan,begitu pula dengan aktivitas investasi mengalami kelesuan. Hal tersebut menyebabkanturunnya produktifitas yang pada akhirnya berdampak pada banyaknya perusahaan yangmelakukan rasionalisasi, hingga tidak sedikit yang menghentikan kegiatan usahanya.

Krisis energi yang mengakibatkan melonjaknya harga minyak dunia sangat mempengaruhiperekonomian dalam negeri, sehingga Pemerintah perlu melakukan penyesuaian terhadapasumsi makro. Akibat perubahan asumsi makro tersebut, pemerintah mengajukanRancangan Perubahan APBN relatif lebih cepat pada beberapa tahun terakhir. Kondisitersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan beberapa pos belanja negara, terutama subsidibahan bakar minyak dan subsidi listrik. Beberapa parameter yang mendorong terjadinyalonjakan anggaran belanja subsidi, antara lain: (1) kenaikan harga minyak mentah;(2) peningkatan volume konsumsi BBM bersubsidi oleh masyarakat; dan (3) lebih rendahnyajumlah konversi minyak tanah ke LPG dari yang direncanakan. Namun peningkatan belanjatersebut dikompensasi dengan meningkatnya pendapatan negara terutama dari penerimaanpajak penghasilan (PPh) migas dan PNBP sumber daya alam migas. Di samping itu, terdapatpula beberapa pos yang mendapat windfall, diantaranya penerimaan dari laba BUMN danbea keluar CPO. Untuk mengatasi tekanan beban subsidi, Pemerintah melakukanpenyesuaian terhadap harga jual BBM di dalam negeri pada tahun 2008.

Sementara itu, dalam rangka mengurangi dampak krisis global yang disebabkan krisissubprime mortgage, Pemerintah telah menempuh kebijakan countercyclical berupapemberian stimulus fiskal pada tahun 2009, baik dari sisi pendapatan maupun dari sisibelanja melalui insentif perpajakan, kebijakan untuk penguatan sektor riil dan dukungan

2005 2006 2007 2008 2009

A. Pendapatan Negara dan Hibah 495,2 638,0 707,8 981,6 848,7

I. Penerimaan Dalam Negeri 493,9 636,2 706,1 979,3 847,1

1. Perpajakan 347,0 409,2 491,0 658,7 619,9

Tax Ratio (% thd PDB) 12,7 12,3 12,4 13,3 11,9

2. PNBP 146,9 226,9 215,1 320,6 227,1

II. Hibah 1,3 1,8 1,7 2,3 1,6

B. Belanja Negara 509,6 667,1 757,6 985,7 937,3

I. Belanja Pemerintah Pusat 359,2 440,0 504,6 693.4 628,8

II. Transfer ke Daerah 150,5 226,2 253,3 292,4 308,5

C. Surplus/(Defisit) Anggaran (14,4) (29,1) (49,8) (4,1) (88,6)

% thd PDB (0,5) (0,9) (1,3) (0,1) (1,6)

D. Pembiayaan 8,9 29,4 42,5 84,1 112,5

I. Pembiayaan Dalam Negeri 19,1 56,0 66,3 97,3 128,1

II. Pembiayaan Luar Negeri (10,3) (26,6) (23,9) (13,2) (15,5)

Sumber : Kementerian Keuangan

Tabel II.8PERKEMBANGAN REALISASI APBN 2005-2009

(triliun rupiah)

KETERANGAN

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-49Nota Keuangan dan RAPBN 2011

infrastruktur. Program stimulus fiskal tersebut ditujukan untuk: (a) memelihara daya belimasyarakat; (b) menjaga daya tahan perusahaan/sektor usaha dalam menghadapi krisisglobal; serta (c) meningkatkan daya serap tenaga kerja dan mengurangi PHK melaluikebijakan pembangunan infrastruktur padat karya. Kebijakan countercyclical tersebutdilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat defisit agar tidak melampaui batas defisitkumulatif 3 persen dari PDB, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003 tentang Keuangan Negara.

Dalam periode 2005-2009, defisit APBN dapat dijaga pada level kurang dari 2 persen terhadapPDB. Pada tahun 2007, defisit APBN mencapai Rp49,8 triliun atau 1,3 persen terhadapPDB. Sedangkan pada tahun 2008, defisit APBN mengalami penurunan menjadi Rp4,1 triliunatau 0,1 persen terhadap PDB. Penurunan defisit anggaran dalam tahun 2008 terutamadisebabkan oleh relatif rendahnya realisasi belanja Kementerian/Lembaga (K/L), sertaterjadinya lonjakan penerimaan perpajakan yang realisasinya mencapai 13,3 persen terhadapPDB. Selanjutnya, di tahun 2009 defisit APBN kembali mengalami kenaikan menjadi Rp88,6triliun atau 1,58 persen dari PDB. Di sisi kebijakan fiskal, Pemerintah berupaya untuk terusmemacu peningkatan pendapatan negarayang masih belum optimal, serta berupayamemantapkan basis perpajakan yang lebihbaik. Sejalan dengan hal tersebut, realisasipendapatan negara mulai dari tahun 2005terus mengalami peningkatan. Kinerja yangcukup baik terjadi pada tahun 2008, dimanarealisasi pendapatan negara dan hibahmeningkat 38,6 persen atau naik Rp273,8triliun. Sementara itu, realisasi pendapatannegara dan hibah pada tahun 2009mengalami penurunan sebesar 13,5 persenmenjadi Rp848,7 triliun. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh penurunan realisasipenerimaan perpajakan dan PNBP, terutama karena terjadinya pelambatan kegiatanperekonomian sebagai dampak dari krisis ekonomi dunia.

Sumber penerimaan terbesar dari pendapatan negara dan hibah berasal dari penerimaanperpajakan. Pada tahun 2009, kontribusi penerimaan perpajakan tersebut mencapai 73,0persen, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontribusinya pada tahun 2008 yang hanyasebesar 67,1 persen. Namun , secara nominal penerimaan perpajakan tahun 2009 mengalamipenurunan sebesar 5,9 persen.

Penurunan penerimaan perpajakan dalam tahun 2009 terutama berasal dari penurunanpenerimaan pajak perdagangan internasional sebesar 48,6 persen. Hal ini disebabkan olehterjadinya penurunan kegiatan ekspor dan impor sebesar 9,7 persen dan 15 persen akibatkrisis keuangan global. Di samping itu, krisis keuangan global juga sejalan dengan penurunanharga minyak di pasar internasional, yang pada gilirannya menyebabkan penurunanpenerimaan PPh migas sebesar 43,1 persen. Sebaliknya, penerimaan perpajakan nonmigastahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 4,4 persen. Peningkatan tersebut didukung olehkebijakan reformasi administrasi perpajakan, langkah-langkah intensifikasi dan ekstensifikasiperpajakan yang berkelanjutan. Realisasi PNBP dalam tahun 2009 mencapai Rp227,1 triliunatau mengalami penurunan 29,1 persen bila dibandingkan dengan realisasi dalam tahun

0

100

200

300

400

500

600

700

2005 2006 2007 2008 2009

Grafik II.45PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA

(triliun Rp)

PERPAJAKAN PNBP HIBAH

Sumber: Kementerian Keuangan

Bab II

II-50 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

2008. Penurunan penerimaan tersebutterutama disebabkan oleh lebih rendahnyapenerimaan SDA minyak bumi sebesar46,7 persen, sebagai dampak dariturunnya harga minyak mentah Indonesia(ICP) di tahun 2009, meskipun liftingminyak mentah mengalami peningkatan.Dalam tahun 2008, rata-rata ICP(Desember 2007 – November 2008)mencapai USD101,4 per barel, sedangkandalam tahun 2009 rata-rata ICP hanyamencapai USD58,5 per barel.

Pada sisi belanja, komitmen Pemerintah untuk mengimplementasikan tiga strategipembangunan, yaitu pertumbuhan yang tinggi, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangankemiskinan dilakukan secara komprehensif. Strategi pro growth ditempuh denganmeningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, di antaranya melalui upayamenarik investasi dan bisnis, serta peningkatan ekspor dengan didukung langkah perbaikaniklim investasi. Strategi pro job dilakukan guna menciptakan lapangan kerja yang lebihluas. Sementara itu, strategi pro poor diarahkan untuk melaksanakan program-programpengentasan kemiskinan, peningkatan daya beli masyarakat, dan perlindungan sosial.

Dalam upaya mendukung strategi pembangunan tersebut, pengelolaan belanja negaramemegang peranan yang cukup penting dalam rangka mencapai sasaran-sasaranpembangunan yang telah ditetapkan. Selama periode 2005-2009, kebijakan belanja negarautamanya diarahkan pada penajaman alokasi anggaran melalui pengalokasian belanja negarayang lebih produktif, terarah dan tepat sasaran, serta perumusan kebijakan alokasi transferke daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, baik dalam jangka pendek maupunjangka menengah. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi belanja negara terus mengalamipeningkatan secara nominal selama periode 2005-2009.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja, dilakukan kebijakanpenganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) dan kerangka pengeluaranjangka menengah (medium term expenditure framework) secara bertahap. Pada sisi lain,Pemerintah tetap menjaga anggaran pendidikan mencapai 20 persen dari APBN sesuai denganamanat UUD tahun 1945. Di samping itu, kebijakan fiskal juga diarahkan untukmengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan, baik dari utang maupun nonutang.

Di sisi belanja negara, pengelolaan fiskal juga diarahkan untuk mengentaskan kemiskinan,yaitu dengan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dasar.Pemerintah terus melanjutkan berbagai program pengentasan kemiskinan (povertyalleviation) melalui program-program prioritas diantaranya Askeskin/Jamkesmas,Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Subsidi Pangan, Program Nasional PemberdayaanMasyarakat (PNPM) Mandiri, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan Program KeluargaHarapan (PKH).

BOS diprioritaskan untuk program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Disisi lain, pemberian bantuan tunai bersyarat melalui PKH dilaksanakan denganmeningkatkan akses rumah tangga miskin terhadap layanan pendidikan dan kesehatan.

0

200

400

600

800

1000

1200

2005 2006 2007 2008 2009

Grafik II.46PERKEMBANGAN BELANJA NEGARA

(triliun Rp)

BELANJA NEGARA BELANJA PEMERINTAH PUSAT TRANSFER KE DAERAH

Sumber: Kementerian Keuangan

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-51Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Program ini pada tahun 2009 mencakup sekitar 720.000 RTS di 13 provinsi dengantotal dana sebesar Rp1,1 triliun.

Selain program-program rutin dalam pemberian bantuan dan perlindungan sosial, terdapatprogram BLT yang diluncurkan pada tahun 2006 dan 2008 untuk mengurangi bertambahnyabeban pengeluaran rumah tangga miskin akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Sasarandari penerima BLT adalah sekitar 18,5 juta RTS.

Berbagai program pemberdayaan masyarakat yang telah ditempuh tersebut diantaranyadiarahkan untuk mengurangi angka kemiskinan. Pada akhir tahun 2009, program initelah berhasil mengurangi jumlah masyarakat miskin di Indonesia hingga mencapaisekitar 14,2 persen dari total penduduk. Di tengah upaya untuk mengurangi kemiskinantersebut, Pemerintah juga tetap berupaya memberikan stimulus fiskal, sehinggapertumbuhan ekonomi tetap positif pada level 4,5 persen dalam tahun 2009.

Untuk mendukung strategi tersebut, Pemerintah menempuh kebijakan countercyclicalmelalui pemberian stimulus fiskal guna mengurangi dampak krisis yang berakibat padapelambatan pertumbuhan ekonomi. Stimulus fiskal dilakukan dengan menggunakaninstrumen pendapatan dan belanja negara yang antara lain diwujudkan dalam bentukpemberian insentif perpajakan dan tambahan belanja negara terutama untuk pembangunaninfrastruktur. Stimulus fiskal merupakan bagian dari kebijakan pemerintah yang ditujukanuntuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang diharapkan akanmempengaruhi aktivitas perekonomian dalam jangka pendek.

Pada tahun 2009, defisit APBN meningkat menjadi Rp88,6 triliun atau sekitar 1,6 persenterhadap PDB, yang berarti jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi defisit APBN2008 yang hanya mencapai 0,1 persen PDB. Peningkatan realisasi defisit APBN tahun 2009tersebut disebabkan oleh kebijakan ekspansi fiskal melalui program stimulus fiskal.

Untuk menutup defisit anggaran, kebijakan pembiayaan diprioritaskan pada pembiayaanyang bersumber dari dalam negeri guna mengurangi ketergantungan pada pembiayaanluar negeri. Kondisi ini terlihat dari proporsi pembiayaan dalam negeri terhadap totalpembiayaan yang cenderung meningkat, bahkan telah melebihi proporsi pembiayaan yangbersumber dari luar negeri sejak tahun 2006. Hal ini sejalan dengan strategi pemerintahuntuk secara konsisten mengembangkan pasar obligasi nasional. Dengan berkembangnyapasar Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri, maka pemerintah akan lebih fleksibeldalam mencari alternatif sumber pembiayaan yang relatif murah dan berisiko lebih rendah.Dalam lima tahun terakhir, pembiayaan luar negeri neto tercatat negatif, yang berarti bahwapenarikan pinjaman luar negeri lebih rendah dibandingkan dengan pembayaran cicilan pokokutang luar negeri. Hal ini menunjukkan komitmen Pemerintah untuk mengurangi bebanutang luar negeri melalui pembatasan pinjaman luar negeri.

2.4.2 Kebijakan Fiskal dan Perkiraan Realisasi APBN-P 2010

Tema RKP 2010 adalah “Pemulihan Perekonomian Nasional dan PemeliharaanKesejahteraan Rakyat”. Tema tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan anggaranpendapatan dan belanja negara sebagaimana yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2010,seperti yang ditunjukkan dalam Tabel II.9. Postur APBN-P 2010 tersebut disusunberdasarkan perkembangan pendapatan dan belanja negara, serta pokok-pokok kebijakanfiskal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah.

Bab II

II-52 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Seiring dengan meningkatnyaaktivitas perdagangan dunia,kondisi perekonomian domestikpada tahun 2010 mulaimenunjukkan adanya prosespemulihan. Dalam rangkamempercepat proses pemulihanekonomi tersebut, Pemerintahtetap memberikan dukunganinsentif perpajakan bagi duniausaha yang diberikan dalambentuk: (1) penurunan tarif PPhBadan dari 28 persen menjadi 25persen; (2) pemberian fasilitaspenurunan tarif PPh Badansebesar 5 persen dari tarif normal bagi perusahaan masuk bursa yang minimal 40 persensahamnya dimiliki oleh publik; dan (3)pemberian subsidi pajak dalam bentuk pajakditanggung Pemerintah (DTP) yaitu PPN DTP, PPh DTP, dan bea masuk DTP. Khusus dibidang kepabeanan, dukungan fiskal juga diberikan dalam bentuk pemberian insentif untuksektor perdagangan dan industri dan perbaikan fasilitas kepabeanan.

Dukungan fiskal yang diberikan Pemerintah dalam bentuk insentif perpajakan tersebutmerupakan bagian dari kebijakan penerimaan perpajakan. Secara umum, kebijakanperpajakan pada tahun 2010 adalah melanjutkan dan mempertahankan kebijakan-kebijakantahun sebelumnya antara lain dengan perbaikan administrasi perpajakan dan peraturanperundang-undangan. Selain itu, Pemerintah tetap melakukan berbagai upaya tambahan(extra effort) yang ditujukan untuk optimalisasi penerimaan perpajakan. Sebagai tindaklanjut dari kebijakan sunset policy yang telah diakhiri pada Februari 2009, Pemerintahmelakukan kegiatan yang menitikberatkan pada law enforcement dan pembinaan kepadawajib pajak. Di bidang kepabeanan cukai, pada tahun 2010 Pemerintah mengambil kebijakanuntuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau yang diikuti dengan penyederhanaan golonganbatasan produksi dan menaikkan tarif cukai Etil Alkohol (EA) dan Minuman MengandungEtil Alkohol (MMEA), serta pengenaan bea keluar atas biji kakao.

Dengan didukung berbagai kebijakan tersebut di atas, Pemerintah memperkirakanpenerimaan perpajakan dalam APBN-P tahun 2010 mencapai Rp743,3 triliun. Apabiladibandingkan dengan realisasi tahun 2009, perkiraan penerimaan tersebut mengalamipeningkatan sebesar Rp123,4 triliun atau 19,9 persen. Sumber utama peningkatanpenerimaan tersebut diharapkan dari pajak penghasilan (PPh) dan cukai, yaitu masing-masing sebesar 14,7 persen dan 8,0 persen. Dengan kenaikan penerimaan perpajakantersebut, tax ratio dalam tahun 2010 diperkirakan sebesar 11,9 persen.

Pada sisi lain, kebijakan di bidang PNBP yang ditempuh dalam tahun 2010 antara lainadalah optimalisasi penerimaan SDA terutama dari migas, peningkatan kinerja BUMN, danoptimalisasi PNBP dari K/L. Kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan untuk mengamankantarget PNBP yang diperkirakan mencapai Rp247,2 triliun. Apabila dibandingkan denganpencapaian di tahun 2009, perkiraan PNBP pada dalam APBN-P 2010 mengalami kenaikansebesar Rp20,0 triliun atau 8,8 persen. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan

APBN APBN-P% thd

APBN-P

A. Pendapatan Negara dan Hibah 949.656,1 992.398,8 104,5

I. Penerimaan Dalam Negeri 948.149,3 990.502,3 104,5 1. Penerimaan Perpajakan 742.738,0 743.325,9 100,1 2. PenerimaanNegara Bukan Pajak 205.411,3 247.176,4 120,3

II. Hibah 1.506,8 1.896,5 125,9

B. Belanja Negara 1.047.666,1 1.126.146,4 107,5 I. Belanja Pemerintah Pusat 725.243,1 781.533,5 107,8 II. Transfer ke Daerah 322.423,0 344.612,9 106,9

C. Surplus / (Defisit Anggaran) (98.010,0) (133.747,7) 136,5

D. Pembiayaan 98.009,9 133.747,7 136,5 I. Pembiayaan Dalam Negeri 107.891,5 133.903,2 124,1 II. Pembiayaan Luar Negeri (9.881,5) (155,5) 1,6

Sumber : Kementerian Keuangan

U r a i a n

Tabel II.9RINGKASAN APBN TAHUN 2010

(triliun rupiah)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-53Nota Keuangan dan RAPBN 2011

penerimaan SDA minyak dan gas bumi sebesar 20,7 persen, yaitu dari Rp125,8 triliun menjadiRp151,7 triliun sebagai akibat kenaikan harga ICP dari USD61,6 per barel menjadiUSD80 per barel.

Di sisi belanja negara, kebijakan belanja negara merupakan salah satu transmisi untukmelaksanakan program-program prioritas pembangunan, baik di pusat maupun di daerah.Pada tahun 2010, kebijakan belanja negara terutama diprioritaskan pada (1) peningkatankesejahteraan pegawai; (2) mendukung operasional pemerintahan dalam rangkapeningkatan kualitas pelayanan publik; (3) mendukung peningkatan infrastruktur;(4) perlindungan sosial bagi masyarakat miskin; dan (5) mengurangi kesenjangan fiskalantara pusat dan daerah dan antardaerah. Sesuai dengan tujuan tersebut, belanja negaradalam APBN-P 2010 diperkirakan akan mencapai Rp1.126,1 triliun. Apabila dibandingkandengan realisasi belanja di tahun 2009, perkiraan di tahun 2010 tersebut mengalamipeningkatan sebesar Rp188,8 triliun atau 18,0 persen. Peningkatan tersebut terutamaditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa, serta mempercepat pelaksanaanprogram prioritas pembangunan nasional sebagai bentuk komitmen Pemerintah untukmeningkatkan kesejahteraan rakyat, mengurangi pengangguran, serta menjaga momentumpemulihan ekonomi nasional yang lebih baik.

Peningkatan pada belanja negara terutama berasal dari kenaikan belanja Pemerintah pusatyang diperkirakan mencapai Rp781,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasinya di2009, belanja Pemerintah pusat mengalami kenaikan Rp152,7 triliun atau 24,3 persen.Perkiraan kenaikan tersebut dipengaruhi antara lain: (1) kebijakan Pemerintah untukmenjaga stabilitas harga barang dan jasa, yaitu dengan mempertahankan harga BBM,penyesuaian yang lebih rendah terhadap rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET)pupuk dan tarif daya listrik; (2) kenaikan subsidi harga beras akibat penyesuaian hargapembelian pemerintah (HPP) beras serta penambahan volume alokasi beras bersubsidi kepadarumah tangga sasaran; dan (3) penambahan anggaran belanja untuk program-programprioritas dan mendesak.

Sementara itu, dalam APBN-P tahun 2010 transfer ke daerah diperkirakan mencapai sebesarRp344,6 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasi 2009, jumlah tersebut mengalamipeningkatan sebesar Rp36,0 triliun atau 11,7 persen. Peningkatan tersebut terutamadisebabkan oleh kenaikan dana bagi hasil (DBH) ke daerah dalam rangka mendukungpenguatan desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah. Langkah strategistersebut ditempuh guna mendukung percepatan pemerataan pembangunan dan perluasankesempatan kerja di daerah, serta mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan desentralisasifiskal.

Berdasarkan pendapatan dan belanja negara tersebut, defisit anggaran diperkirakan akanmencapai 2,1 persen terhadap PDB, lebih tinggi dari realisasinya dalam tahun 2009 sebesar1,6 persen terhadap PDB. Lebih tingginya defisit tersebut terutama disebabkan oleh ekspansifiskal Pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

Guna menutup defisit APBN tersebut, Pemerintah memprioritaskan pembiayaan yangbersumber dari dalam negeri. Dalam APBN-P tahun 2010, pembiayaan diperkirakanmencapai Rp133,7 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2009,APBN-P tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp21,2 triliun atau 18,8 persen. Penyesuaianpembiayaan dalam tahun 2010 dilakukan untuk mengantisipasi perubahan defisit di tahun

Bab II

II-54 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

2010. Dalam rangka mendorong semangat kemandirian dalam pembiayaan defisit,pemerintah berupaya menurunkan rasio utang terhadap PDB hingga menjadi sekitar 27,8persen di akhir tahun 2010.

2.4.3 Asumsi Dasar RAPBN Tahun 2011

Proyeksi perekonomian nasional pada tahun 2011 akan sangat dipengaruhi oleh percepatanperbaikan ekonomi global dan kemampuan dalam mengelola perekonomian nasional kedepan. Proyeksi indikator perekonomian Indonesia dalam tahun 2011 sebagai basisperhitungan RAPBN 2011 dapat dilihat pada Tabel II.10.

2.4.4 Kebijakan RAPBN 2011

Tema yang ditetapkan dalam RKPtahun 2011 adalah “PercepatanPertumbuhan Ekonomi yangBerkeadilan Didukung olehPemantapan Tata Kelola dan SinergiPusat Daerah”. Untuk mendukungperencanaan tersebut, pemerintahakan memfokuskan pada tigalangkah utama, yaitu:(a) melanjutkan pembangunanmenuju Indonesia yang sejahtera,(b) memperkuat pilar-pilardemokrasi, dan (c) memperkuatdimensi keadilan di semua bidang.

Seiring membaiknya perekonomian dunia, berbagai masalah dan tantangan baru akandihadapi Pemerintah. Tantangan pokok pembangunan tahun 2011 adalah menciptakanpertumbuhan ekonomi yang berkualitas, serta mampu menciptakan lapangan pekerjaandan mengurangi kemiskinan secara optimal. Tantangan lainnya yang juga dinilai pentingadalah membangun tata kelola yang baik untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensipengelolaan keuangan negara. Selain itu, untuk menjaga konsistensi kebijakan otonomidaerah dan desentralisasi fiskal, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan sinergi antarapusat dan daerah. Hal ini sangat penting, dalam rangka mengelola pembangunan daerahdan menyediakan pelayanan umum yang terbaik bagi masyarakat di daerah.

Arah kebijakan fiskal dalam tahun 2011 adalah untuk mendukung sasaran pembangunan2011 dalam bentuk: (a) pembangunan kesejahteraan; (b) pembangunan demokrasi; dan(c) penegakan hukum. Ketiga sasaran pembangunan tersebut dapat dijabarkan sebagaiberikut: Pertama, melanjutkan pembangunan menuju Indonesia sejahtera, sasaran dibidang ekonomi akan ditujukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan pada kisaran6,3 persen, pengendalian tingkat inflasi pada kisaran 5,3 persen, serta penurunan tingkatpengangguran menjadi sekitar 7,0 persen dan kemiskinan menjadi 11,5 sampai 12,5 persen.Sementara itu, sasaran di bidang pendidikan akan ditujukan untuk menurunkan angkabuta aksara, meningkatkan angka partisipasi sekolah mulai tingkat SD sampai perguruantinggi, serta mengurangi disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan. Pada

2011

APBN-PPerk. Real

RAPBN

1 . Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,8 5,9 6,3

2. Inflasi (%) 5,3 5,3 5,3

3. Nilai Tukar (Rp/USD) 9.200 9.200 9.300

4. Suku Bunga SBI-3 Bulan (%) 6,5 6,5 6,5

5. Harga Miny ak ICP (USD) 80 80 80

6. Lifting Miny ak (juta barel/hari) 0,965 0,965 0,97 0

Sumber : Kementerian Keuangan

Indikator Ekonomi2010

TABEL II.10 ASUMSI EKONOMI MAKRO 2010-2011

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-55Nota Keuangan dan RAPBN 2011

bidang lainnya, sasaran pembangunan akan ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan,meningkatkan produksi energi dan listrik, serta pembangunan infrastruktur jalan sertajaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi; Kedua, sasaran penguatanpembangunan demokrasi akan ditujukan pada peningkatan kualitas demokrasi Indonesia;Ketiga, sasaran penegakan hukum ditujukan pada tercapainya suasana dan kepastiankeadilan melalui penegakan hukum dan terjaganya ketertiban umum.

Untuk mencapai sasaran pembangunan dalam tahun 2011 tersebut, peran kebijakan fiskalsangat dibutuhkan dengan memanfaatkan secara optimal sumber-sumber pendapatannegara, pengalokasian belanja negara secara efisien dan efektif dalam melaksanakanprogram-program pembangunan, serta memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yanglayak dan berisiko rendah. Peran kebijakan fiskal tersebut diwujudkan dengan menetapkandefisit RAPBN 2011 pada tingkat 1,7 persen terhadap PDB. Hal tersebut didasarkan padaupaya optimalisasi sumber-sumber pendapatan negara, terutama melalui ekstensifikasi danintensifikasi penerimaan perpajakan serta ditopang langkah-langkah reformasi birokrasi dibidang perpajakan. Selain kebijakan perpajakan, Pemerintah juga melakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan produksi sumber daya alam, baik migas maupunnonmigas, guna meningkatkan PNBP. Di samping itu, dalam rangka menutup defisit dalamtahun 2011, Pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan dari dalam negeri danmengurangi sumber pembiayaan luar negeri dengan tetap mempertahankan penurunanrasio utang terhadap PDB secara bertahap untuk menjaga kesinambungan fiskal.

Dalam tahun 2011, pendapatan negara dan hibah diperkirakan mencapai Rp1.086,4 triliunmeningkat sebesar Rp94,0 triliun atau 9,5 persen jika dibandingkan dengan perkiraan diAPBN-P 2010 yang sebagian besar didukung oleh penerimaan perpajakan. Penerimaanperpajakan dalam tahun 2011 diperkirakan akan mencapai Rp839,5 triliun (12,0 persenterhadap PDB), yang berarti mengalami kenaikan sebesar 12,9 persen dari target APBN-P2010. Untuk mencapai target perpajakan dalam tahun 2011 tersebut, Pemerintah akan tetapmelanjutkan upaya perbaikan administrasi perpajakan, melanjutkan program reformasiperpajakan jilid II dan melakukan berbagai upaya tambahan (extra effort). Dalam rangkaperbaikan administrasi perpajakan, dilakukan pula pengalihan BPHTB serta PBB sektorperkotaan dan pedesaan menjadi pajak daerah sesuai dengan amanat Undang-undangNomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

Dalam tahun 2011, PNBP diperkirakan akan mencapai Rp243,1 triliun, yang berartimengalami penurunan 1,7 persen dari perkiraan realisasinya di APBN-P 2010. Kondisi tersebutsangat dipengaruhi oleh penurunan PNBP sumber daya alam (SDA) yang berasal dari migasdan nonmigas. PNBP SDA Migas diperkirakan sebesar Rp145,3 triliun dan PNBP SDA non-migas diperkirakan sebesar Rp12,9 triliun. Untuk mencapai target PNBP di tahun 2011,Pemerintah akan mengambil beberapa kebijakan, diantaranya: Pertama, peningkatanpengusahaan migas nasional, penyediaan pasokan migas dan penerapan efisiensi costrecovery migas berdasarkan ketentuan yang ada. Kedua, peningkatan inventarisasi kuasapertambangan, pengawasan produksi dan penjualan mineral dan batubara secara terpadu,pembuatan patokan harga batubara sebagai acuan oleh KP dan PKP2B, penatausahaanhasil hutan berbasis teknologi informasi, pelaksanaan skema kemitraan antara perusahaanperikanan asing dengan pelaku perikanan domestik, dan peningkatan investasipengembangan panas bumi dengan dukungan kebijakan fiskal dan nonfiskal. Ketiga,peningkatan kinerja BUMN dan penerapan pay-out ratio yang disesuaikan dengan kondisimasing-masing BUMN.

Bab II

II-56 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan nasional, belanja negara tahun 2011diproyeksikan akan mencapai Rp1.202,0 triliun atau meningkat 6,7 persen dari APBN-P2010. Peningkatan belanja negara ini utamanya dipengaruhi oleh peningkatan belanjaPemerintah pusat sebesar 5,4 persen menjadi Rp823,6 triliun, serta peningkatan transfer kedaerah 9,8 persen menjadi Rp378,4 triliun, yang utamanya bersumber dari peningkatandana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

Alokasi belanja Pemerintah pusat dalam tahun 2011 akan diarahkan antara lain untuk:(1) perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan; (2) pemantapan pelaksanaanreformasi birokrasi; (3) penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintah yang lancarsambil terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat; (4) pencapaian pertumbuhanekonomi yang berkualitas melalui pembangunan infrastruktur untuk domestic connectivitydan pengembangan KEK serta kelancaran distribusi barang, jasa dan informasi;(5) pengalokasian anggaran subsidi yang lebih tepat sasaran; (6) perlindungan sosial kepadamasyarakat berpenghasilan menengah ke bawah; dan (7) pemberdayaan masyarakat.

Sejalan dengan meningkatnya belanja pusat, transfer ke daerah juga mengalamipeningkatan. Peningkatan tersebut ditujukan untuk: (i) meningkatkan kapasitas fiskaldaerah; (ii) mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta antar daerah;(iii) menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuai pembagian urusan pemerintahan;(iv) meningkatkan kualitas pelayanan publik; (v) mendukung kesinambungan fiskalnasional; (vi) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;(vii) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan (viii) meningkatkansinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah.

Dalam rangka membiayai defisitRAPBN 2011 sebesar 1,7 persen dariPDB, sumber pembiayaan utamadiharapkan berasal dari dalam negeri,baik melalui utang maupun nonutang.Pembiayaan nonutang direncanakanbersumber dari rekening dana investasidan hasil pengelolaan aset yangdikombinasikan dengan kebijakandukungan investasi pemerintah,terutama untuk infrastruktur danpembiayaan UMKM. Pembiayaan utangbersumber dari penerbitan SBN danpinjaman luar negeri yang terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek. Pembiayaandalam negeri dalam tahun 2011 diperkirakan sebesar Rp118,7 triliun, sedangkan pembiayaanluar negeri diperkirakan sebesar minus Rp3,0 triliun. Perkembangan defisit periode 2004-2011 dapat dilihat pada Grafik II.47.

Meskipun terbatas, Pemerintah terus mengupayakan sumber pembiayaan nonutang,terutama dari rekening dana investasi (RDI) dan hasil pengelolaan aset. Di sisi lain,Pemerintah juga akan terus mendukung pembiayaan infrastruktur dalam bentuk investasiPemerintah dan fasilitas likuiditas perumahan, serta penjaminan infrastruktur. Selain ituPemerintah juga akan melanjutkan pembiayaan untuk revitalisasi program kredit usaharakyat (KUR) guna meningkatkan kapasitas penjaminan.

‐2,5

‐2,0

‐1,5

‐1,0

‐0,5

0,0

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

APBN-P RAPBN

Sumber : Kementerian Keuangan

GRAFIK II.47PERKEMBANGAN DEFISIT APBN, 2005 - 2011

(persen terhadap PDB)

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-57Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Strategi pengelolaan utang dalam tahun 2011 akan diarahkan melalui: (a) penerapan front-loading strategy secara terukur dalam penerbitan SBN untuk memanfaatkan momentumpasar di awal tahun; (b) penerbitan SBN secara reguler untuk meningkatkan likuiditas pasarsekunder, memberikan certainty dan predictability di pasar keuangan, serta pengembanganpasar; (c) diversifikasi instrumen SBN untuk meningkatkan basis investor dan daya serappasar; (d) penerapan crisis management protocol dalam rangka menjaga stabilitas pasarsurat berharga; serta (e) pengelolaan risiko fiskal utang untuk menurunkan tekanan(exposure) terhadap risiko suku bunga, nilai tukar, dan risiko pembiayaan kembali.

Kebijakan fiskal dalam pengelolaan APBN pada dasarnya mempunyai fungsi sebagaiinstrumen kebijakan Pemerintah dalam melakukan alokasi, distribusi, dan stabilisasiperekonomian nasional. Kebijakan keuangan negara yang tertuang dalam APBN padadasarnya memuat rencana kerja dan anggaran Pemerintah dalam menyelenggarakanpemerintahan, mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan barang dan jasa,serta menjaga stabilisasi dan akselerasi kinerja ekonomi. Oleh karena itu, strategi danpengelolaan APBN memegang peranan yang cukup penting dalam rangka mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Dalam Tabel II.11 dapat dilihat secaramenyeluruh RAPBN 2011.

2.4.5 Kebijakan Fiskal 2011

2.4.5.1 Kebijakan Alokasi

Kebijakan alokasi dalam RAPBN 2011 diarahkan untuk mendukung terwujudnya efisiensidan efektivitas dalam perekonomian. Kebijakan tersebut dilakukan Pemerintah terutamamelalui pengalokasian anggaran belanja negara untuk mendukung penyediaan barang danjasa secara langsung dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pelaksanaankebijakan alokasi tersebut dilakukan Pemerintah dengan mendukung program-programpembangunan antara lain reformasi birokrasi dan tata kelola, peningkatan sarana danprasarana pendidikan dan kesehatan, peningkatan infrastruktur, tersedianya sumber energiyang memadai, konservasi lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, serta mendorongterwujudnya inovasi teknologi.

Guna mendukung program-program pembangunan tersebut, pengalokasian pengeluarandi bidang reformasi birokrasi dan tata kelola akan difokuskan terutama untuk:(a) meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;(b) meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi; dan (c) meningkatkankualitas pelayanan publik melalui sinergi pusat dan daerah dan pengembangan datakependudukan yang akurat. Sementara itu kebijakan pengalokasian pengeluaran di bidangpendidikan akan dipusatkan pada upaya: (a) meningkatkan rata-rata lama sekolah pendudukberusia 15 tahun ke atas; (b) menurunkan angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun keatas; dan (c) meningkatkan angka partisipasi siswa dari tingkat sekolah dasar hinggaperguruan tinggi.

Di bidang kesehatan, kebijakan pengalokasian pengeluaran akan difokuskan pada upayauntuk: (a) meningkatkan pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat preventif yang terpadu;(b) meningkatkan jumlah kota yang memiliki rumah sakit standar kelas dunia (world class);(c) meningkatkan persentase ketersediaan obat dan vaksin; serta (d) meningkatkanpersentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan.

Bab II

II-58 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

APBN-P RAPBN

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 992,4 1.086,4

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 990,5 1 .082,6

1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 7 43,3 839,5

Tax Ratio (% thd PDB) 11 ,9 12,0

a. Pajak Dalam Negeri 7 20,8 816,4

b. Pajak Perdagangan Internasional 22,6 23,1

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 247 ,2 243,1

a. Penerimaan SDA 164,7 158,2

b. Bagian Laba BUMN 29,5 26,6

c. PNBP Lainny a 43,5 43,4

d. Pendapatan BLU 9,5 14,9

II. HIBAH 1,9 3,7

B. BELANJA NEGARA 1.126,1 1 .202,0

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 7 81,5 823,6

1. Belanja K/L 366,1 410,4

2. Belanja Non K/L 415,4 413,2

II. TRANSFER KE DAERAH 344,6 37 8,4

1. Dana Perimbangan 314,4 329,1

a. Dana Bagi Hasil 89,6 82,0

b. Dana Alokasi Umum 203,6 221,9

c. Dana Alokasi Khusus 21,1 25,2

2. Dana Otonomi Khusus dan Peny esuaian 30,2 49,3

C. KESEIMBANGAN PRIMER (28,1) 0,7

D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (133,7 ) (115,7 )

% Defisit Terhadap PDB (2,1) (1 ,7)

E. PEMBIAY AAN (I + II) 133,7 115,7

I. PEMBIAY AAN DALAM NEGERI 133,9 118,7

II. PEMBIAY AAN LUAR NEGERI (neto) (0,2) (3,0)

Sumber : Kementerian Keuangan

2010

Tabel II.11RINGKASAN APBN 2010 - 2011

(dalam triliun rupiah)

2011

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-59Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Sementara itu untuk bidang infrastruktur, pemerintah akan mengalokasikan pengeluarandalam rangka: (a) mendukung ketahanan pangan nasional; (b) mengoptimalkan layananirigasi dan rawa; dan (c) meningkatkan keterhubungan antarwilayah (domesticconnectivity).

2.4.5.2 Kebijakan Distribusi

Kebijakan distribusi dalam RAPBN 2011 diarahkan untuk pemerataan pendapatan sertapemerataan barang dan jasa pada masyarakat, mendistribusikan kemakmuran danmewujudkan keadilan guna mengurangi kesenjangan ekonomi dan pembangunan.

Di sisi belanja negara, fungsi distribusi dalam RAPBN 2011 ditempuh antara lain melaluiprogram perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, program nasional pemberdayaanmasyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

Dalam tahun 2011, perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dilakukan antara lainmelalui: (1) peningkatan pelayanan sosial dasar bagi masyarakat; (2) pemberian beasiswauntuk siswa miskin; dan (3) subsidi beras untuk rumah tangga sasaran.

Untuk mendukung kebijakan distribusi, program nasional pemberdayaan masyarakat(PNPM) akan lebih ditujukan untuk: (1) peningkatan keberdayaan masyarakat dan PNPMperdesaan; (2) penanggulangan kemiskinan perkotaan (PNPM perkotaan); (3) percepatanpembangunan infrastruktur perdesaan; (4) pengembangan usaha agribisnis perdesaan(PUAP); (5) percepatan pembangunan daerah tertinggal; dan (6) pemberdayaan keluargadan fakir miskin melalui peningkatan keterampilan usaha.

Dalam pemberdayaan usaha mikro dan kecil, kebijakan distribusi dilakukan antara laindengan: (1) penyediaan skema penjaminan kredit UMKM, termasuk KUR; (2) penyediaandana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro; (3) pemberdayaan ekonomi,sosial dan budaya pelaku usaha perikanan dan masyarakat pesisir; (4) pengembanganagroindustri perdesaan; (5) pengembangan kawasan trasmigrasi kota terpadu mandiri; dan(6) percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Sementara itu, kebijakan transfer ke daerah dalam tahun 2011 diarahkan untuk:(a) meningkatkan kapasitas fiskal daerah; (b) mengurangi kesenjangan fiskal antara pusatdan daerah serta antar daerah; (c) menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sesuaipembagian urusan pemerintahan; (d) meningkatkan kualitas pelayanan publik:(e) mendukung kesinambungan fiskal nasional; (f) meningkatkan kemampuan daerah dalammenggali potensi ekonomi daerah; (g) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber dayanasional; dan (h) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional denganrencana pembangunan daerah.

2.4.5.3 Kebijakan Stabilisasi

Kebijakan stabilisasi diarahkan untuk menjaga dan mengupayakan keseimbanganfundamental perekonomian sesuai peran pemerintah sebagai stabilisator perekonomian. Darisisi makro, Pemerintah sebagai otoritas fiskal dalam rangka menjaga stabilitas perekonomiandilakukan dengan menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada level yang cukup tinggi melaluipeningkatan kualitas belanja negara. Pada sisi pendapatan, Pemerintah senantiasamengupayakan peningkatan penerimaan perpajakan untuk membiayai program-program

Bab II

II-60 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

pembangunan. Hal ini dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dengantetap menjaga iklim investasi dan kesinambungan dunia usaha.

Sementara itu pada sisi belanja, Pemerintah mengupayakan alokasi anggaran untukmendukung ketahanan pangan dengan: (a) memelihara swasembada beras danmeningkatkan tingkat swasembada bahan pangan utama lainnya untuk mengurangi impor;(b) membangun dan meningkatkan luas layanan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;(c) menurunkan jumlah penduduk dan daerah yang rawan pangan; dan (d) menjagastabilitas harga pangan dalam negeri tetap terjangkau. Sedangkan kebijakan stabilisasi melaluisubsidi diarahkan antara lain untuk: (1) menjaga stabilitas harga barang dan jasa,(2) memberikan perlindungan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah,(3) menjaga daya beli konsumen, dan (4) menjaga ketersediaan barang dan jasa.

Adapun pada sisi pembiayaan ditempuh dengan pengelolaan pembiayaan dalam batas yangmanageable melalui upaya (a) mencari sumber pembiayaan yang berisiko rendah;(b) menggali sumber pembiayaan dari dalam negeri dan pengurangan pinjaman luar negerisecara bertahap; (c) pemanfaatan pinjaman untuk kegiatan produktif.

2.4.6 Dampak Makro APBN

2.4.6.1 Pengendalian Defisit Gabungan RAPBN dan RAPBD

Dalam melaksanakan fungsi stabilisasi, distribusi, dan alokasi, Pemerintah senantiasamengarahkan kebijakan fiskal yang ekspansif dan sekaligus melakukan konsolidasi fiskal.Krisis ekonomi global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir telah berpengaruh padaaktivitas sektor swasta dalam perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan Pemerintahperlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjamin proses pemulihan dan menjagamomentum pertumbuhan ekonomi agar dapat terus berjalan, diantaranya denganmendukung pembangunan infrastruktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi,menggerakkan sektor riil, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Pada RAPBN 2011, dengan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.086,4 triliun atau15,5 persen PDB dan belanja negara sebesar Rp 1.202,0 triliun atau sebesar 17,2 persenPDB, defisit anggaran diperkirakan sebesar Rp115,7 triliun atau 1,7 persen PDB. Rencanadefisit anggaran tahun 2011 tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan defisitanggaran pada APBN-P 2010. Sejak tahun 2006, besaran defisit mulai agak diperlonggardengan memberikan ruang fiskal (fiscal space) untuk melakukan ekspansi. Sedangkan padasisi lain, upaya untuk mengadakan pengendalian defisit tetap dilakukan guna mewujudkanketahanan fiskal yang berkesinambungan. Adapun upaya Pemerintah untuk melakukanpengendalian dan pemantauan defisit anggaran secara nasional dilakukan melaluipembatasan defisit APBD dan pinjaman daerah setiap tahun oleh Kementerian Keuangan.

Sejalan dengan target defisit RAPBN 2011 sebesar 1,7 persen PDB, anggaran transfer kedaerah pada tahun 2011 diperkirakan akan meningkat 9,8 persen menjadi Rp378,4 triliunbila dibandingkan dengan anggarannya pada APBN-P tahun 2010. Dengan meningkatnyaalokasi transfer ke daerah diharapkan sumber-sumber pendapatan daerah juga akanmeningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan daerah dalam APBD, pada tahun 2011pemerintah daerah juga diharapkan lebih memprioritaskan belanja daerah untuk mendorongpeningkatan pembangunan, peningkatan kualitas pelayanan publik serta perbaikan tingkat

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-61Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Boks II.1

Ruang Fiskal (Fiscal Space)

Ruang fiskal (fiscal space) merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengukurfleksibilitas yang dimiliki oleh Pemerintah dalam mengalokasikan APBN bagi kegiatan-kegiatanyang menjadi prioritas pembangunan nasional. Dengan demikian semakin besar fiscal spaceyang tersedia, makin besar pula fleksibilitas yang dimiliki oleh Pemerintah untuk meningkatkanalokasi belanja negara pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas nasional sepertipembangunan proyek-proyek infrastruktur. Fiscal space dapat diperoleh dengan mengurangitotal pengeluaran belanja non-discretionary/terikat seperti belanja pegawai, pembayaranbunga, subsidi, dan pengeluaran yang dialokasikan untuk daerah.

Penciptaan ruang fiskal (fiscal space), dapat ditempuh melalui beberapa langkah diantaranyasebagai berikut: (a) meningkatkan pendapatan negara baik yang berasal dari penerimaanperpajakan maupun bukan pajak (PNBP); (b) melakukan penajaman prioritas belanja negara,dengan melakukan pemotongan belanja negara yang kurang menjadi prioritas, penurunanbelanja subsidi, dan penurunan berkala pembayaran bunga utang; dan (c) meningkatkanefisiensi, dengan melakukan pemberantasan korupsi, peningkatan kualitas SDM PNS,peningkatan tata kelola yang baik, dan pengurangan biaya-biaya overhead administratif.Fiscal space Indonesia dari tahun 2005-2011 dapat dilihat pada grafik berikut.

Sebagaimana terlihat pada grafik di atas, fiscal space Indonesia terus mengalami peningkatanselama periode 2005-2011. Fiscal space meningkat dari 4,34 persen dari GDP pada tahun2005 menjadi 4,88 persen pada tahun 2011, atau rata-rata kenaikan tiap tahun sebesar 0,09persen terhadap GDP. Peningkatan fiscal space tersebut tidak lepas dari kebijakan fiskalyang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara serta pengendalianbelanja negara.

Kebijakan Pendapatan Negara. Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibahdalam periode 2005-2011 menunjukkan adanya tren kenaikan dengan rata-rata pertumbuhansebesar 14,0 persen. Pertumbuhan tersebut terjadi baik pada penerimaan dalam negerimaupun hibah yang masing-masing rata-rata tumbuh sebesar 14,0 persen dan 19,2 persen.Secara lebih rinci, dalam periode 2005-2011, pertumbuhan penerimaan dalam negerididukung oleh pertumbuhan penerimaan perpajakan yang rata-rata tumbuh sebesar15,9 persen dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) 8,8 persen. Peningkatan realisasi

4,34 5,40 4,65 4,38 4,80 5,00 4,88

0

5

10

15

20

25

2005 2006 2007 2008 2009 2010APBN-P

2011RAPBN

persen

Government Expenditure Non-Discretionary Spending Fiscal Space

Bab II

II-62 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

pendapatan negara dan hibah tersebut tidak lepas dari perkembangan kondisi makroekonomi,dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah selama periode 2005-2011 baik di bidang perpajakanmaupun PNBP.

Secara umum, kebijakan perpajakan diarahkan untuk terus meningkatkan penerimaan tanpamembebani perkembangan dunia usaha. Dalam hal ini, tiga strategi yang diterapkanPemerintah adalah dengan melakukan (a) reformasi di bidang administrasi; (b) reformasi dibidang peraturan dan perundang-undangan; (c) reformasi di bidang pengawasan danpenggalian potensi; dan (d) peningkatan manajemen sumber daya manusia serta peningkatanteknologi informasi dan komunikasi.

Sementara itu di bidang PNBP, kebijakan yang telah diambil lebih diarahkan untukmengoptimalkan penerimaan dengan menerapkan kebijakan antara lain: (1) peningkatanproduksi/lifting migas; (2) peningkatan kinerja BUMN; (3) melakukan penyempurnaanterhadap peraturan perundang-undangan; (4) identifikasi potensi PNBP; dan (5) peningkatanpengawasan PNBP kementerian negara/lembaga

Kebijakan Belanja Negara. Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (2005–2011),anggaran belanja Pemerintah pusat mengalami peningkatan rata-rata 14,7 persen per tahun,yaitu dari Rp361,2 triliun (13,0 persen terhadap PDB) dalam tahun 2005 menjadi sebesarRp823,6 triliun (11,8 persen terhadap PDB) dalam RAPBN tahun 2011. Perkembangan volumeanggaran belanja Pemerintah pusat dalam kurun waktu tersebut, di samping dipengaruhioleh perkembangan berbagai indikator ekonomi makro juga sangat dipengaruhi oleh berbagailangkah kebijakan fiskal di bidang belanja negara yang dilakukan oleh Pemerintah.

Beberapa kebijakan tersebut diantaranya: (1) penghematan belanja K/L dengan penajamanprioritas kegiatan dan penundaan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak prioritas;(2) penghematan anggaran belanja subsidi BBM dan subsidi listrik, melalui perbaikanparameter produksi dan berbagai parameter lainnya pada perhitungan subsidi BBM dansubsidi listrik, serta peningkatan efisiensi PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara(PLN). Kebijakan penghematan anggaran belanja subsidi ini telah berhasil menurunkan rasiosubsidi terhadap belanja Pemerintah pusat dari 33,4 persen dalam tahun 2005 menjadi sekitar22,4 persen dari rencana anggaran belanja Pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2011;(3) penghematan anggaran transfer ke daerah, khususnya untuk kegiatan-kegiatan yangdibiayai dengan dana infrastruktur sarana dan prasarana; (4) perbaikan proses pengadaanbarang/jasa Pemerintah, diutamakan melalui kompetisi dan persaingan sehat; (5) menaikkanalokasi pembiayaan infrastruktur, dari Rp26,1 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp139,4 triliunpada tahun 2011. Kebijakan-kebijakan di bidang belanja negara ini telah berhasil menurunkananggaran non-discretionary spending dan meningkatkan discretionary spending dari23,6 persen pada tahun 2005 menjadi 29,9 persen pada RAPBN tahun 2011.

Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam periode 2005-2011 menunjukkanadanya tren kenaikan dengan rata-rata sebesar 14,0 persen. Dalam periode tersebut, kenaikanpenerimaan dalam negeri didukung oleh penerimaan perpajakan yang rata-rata meningkatsebesar 15,9 persen dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar 8,8 persen.

Dalam kurun waktu yang sama, anggaran belanja Pemerintah pusat mengalami peningkatanrata-rata 14,7 persen per tahun, yaitu dari Rp361,2 triliun dalam tahun 2005 menjadi sebesarRp823,6 triliun dalam RAPBN tahun 2011. Perkembangan volume anggaran belanja negaradalam kurun waktu tersebut, di samping dipengaruhi oleh perkembangan berbagai indikatorekonomi makro, juga sangat dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan untuk pengendalian,penajaman, serta peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja negara. Kebijakan di bidangbelanja negara tersebut telah berhasil menurunkan anggaran non-discretionary spending

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-63Nota Keuangan dan RAPBN 2011

kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk mencapai target-target pembangunan di daerah,total defisit konsolidasi RAPBD tahun 2011 diperkirakan akan sebesar 0,3 persen terhadapPDB. Dengan target defisit RAPBD tahun 2011 tersebut serta target defisit RAPBN 2011sebesar 1,7 persen terhadap PDB, maka kumulatif defisit RAPBD dan RAPBN tahun 2011diperkirakan sebesar 2,0 persen terhadap PDB.

2.4.6.2 Dampak Ekonomi RAPBN Tahun 2011

APBN merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal Pemerintah untuk mengarahkanperekonomian nasional. Mengingat kebijakan fiskal melalui APBN merupakan bagianintegral dari perilaku perekonomian secara keseluruhan, besaran-besaran pada APBN secaralangsung maupun tak langsung akan mempunyai dampak yang sangat penting dalamperekonomian Indonesia. Secara umum, dampak kebijakan APBN terhadap ekonomi makrodapat diamati dari pengaruhnya terhadap tiga hal pokok yaitu: (a) sektor riil; (b) moneter;dan (c) cadangan devisa.

Dalam rangka mendorong aktivitas perekonomian, kebijakan anggaran negara mempunyaiperanan yang cukup penting terutama pada saat dunia usaha belum sepenuhnya pulih akibatkrisis ekonomi. Instrumen kebijakan yang dilakukan Pemerintah melalui APBN, dilakukanbaik dari sisi penerimaan maupun sisi belanja. Dari sisi penerimaan, Pemerintah dapatmendorong aktivitas perekonomian melalui kebijakan perpajakan. Sementara itu, dari sisibelanja, alokasi anggaran diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi,pengurangan pengangguran dan kemiskinan.

Untuk mengetahui dampak besaran APBN pada sektor riil, transaksi pengeluaran APBNdikelompokkan sebagai pengeluaran konsumsi Pemerintah dan pembentukan modal tetapbruto (PMTB). Dampak APBN terhadap sektor riil dapat dilihat dalam Grafik II.48.

Komponen konsumsi Pemerintah dalam RAPBN 2011 diperkirakan mencapai Rp610,1 triliunatau sekitar 8,7 persen terhadap PDB. Secara nominal, besarnya konsumsi Pemerintahmenunjukkan peningkatan 9,8 persen bila dibandingkan dengan konsumsi Pemerintah dalamAPBN-P 2010. Peningkatan terbesar terjadi pada komponen belanja barang sebesar

dan meningkatkan discretionary spending dari 23,6 persen pada tahun 2005 menjadi 29,9persen pada RAPBN tahun 2011.

226,0 320,5 340,5 399,5 443,6

555,7 610,1 68,2

100,2 119,6 133,8

170,1

178,6 209,0

294,2

420,7 460,1 533,3

613,7

734,3 819,2

-

250,0

500,0

750,0

1.000,0

2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 RAPBN 2011

GRAFIK II.48 DAMPAK PADA SEKTOR RIIL 2005-2011

(trliun rupiah)

Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap BrutoSumber : Kementerian Keuangan

Bab II

II-64 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

16,8 persen yang pada tahun 2011 sekitar Rp131,5 triliun (1,9 persen terhadap PDB), lebihtinggi bila dibandingkan dengan pengeluarannya di tahun 2010.

Sementara itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) Pemerintah dalam RAPBN 2011mencapai Rp209,0 triliun atau sekitar 3,0 persen terhadap PDB, lebih tinggi 17,0 persen biladibandingkan dengan APBN-P 2010 sebesar Rp178,6 triliun (2,9 persen terhadap PDB).Sumber utama PMTB Pemerintah dalam tahun 2010 berasal dari belanja modal Pemerintahpusat. Peningkatan belanja modal dalam tahun 2011, sejalan dengan upaya Pemerintahuntuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi 2011 yang lebih tinggi.

Transaksi keuangan Pemerintah dalam APBN juga berpengaruh terhadap sektor moneter.Transaksi dalam APBN dapat dikelompokkan berdasarkan transaksi keuangan dalam bentukrupiah dan valuta asing. Dengan mengelompokkan transaksi keuangan Pemerintah yangmenggunakan rupiah, diperkirakan akan berdampak pada ekspansi/kontraksi rupiah dalamperekonomian. Secara rinci dampak APBN terhadap rupiah dalam APBN 2007—2010 danRAPBN 2011 dapat dilihat dalam Grafik II.49.

Pada tahun 2011, total penerimaan rupiah Pemerintah diperkirakan mencapai sekitarRp1.020,6 triliun (14,6 persen terhadap PDB), lebih tinggi 7,1 persen bila dibandingkan dengantotal penerimaan rupiah dalam APBN-P 2010 sebesar Rp953,2 triliun (15,2 persen terhadapPDB). Sumber utama penerimaan rupiah Pemerintah dalam RAPBN 2011 diperkirakanberasal dari penerimaan nonmigas. Sebagian besar penerimaan nonmigas berasal daripenerimaan perpajakan dalam bentuk rupiah.

Secara keseluruhan, pengeluaran rupiah dalam RAPBN 2011 mencapai sekitar Rp1.169,4triliun (16,7 persen terhadap PDB), terutama dialokasikan untuk belanja operasional (pegawai,barang, bunga utang, subsidi, bantuan sosial, dan lainnya). Komponen pengeluaranoperasional mengalami penurunan bila dibandingkan dengan komponen pengeluaranoperasional pada APBN-P 2010, baik secara nominal maupun proporsinya terhadap PDB.Penurunan yang signifikan terjadi pada komponen subsidi dari sebesar Rp201,3 triliun padaAPBN-P 2010, turun menjadi Rp184,8 triliun pada RAPBN 2011. Hal yang sama terjadipada komponen belanja lainnya yang turun dari Rp32,9 triliun pada APBN-P 2010, menjadiRp26,3 triliun pada RAPBN 2011. Sementara itu, komponen belanja pegawai meningkatmenjadi Rp180,6 triliun atau sekitar 2,6 persen terhadap PDB. Hal ini sejalan dengan upayaPemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan PNS, TNI, Polri, dan Pensiunan melalui

386,1 491,7

575,3

811,8 816,4 953,2

1.020,6

490,3 637,6

730,7

956,7 916,1

1.100,1 1.169,1

(104,2) (146,0) (155,5) (144,9) (99,7) (146,9) (148,5)-400

-200

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 RAPBN 2011

GRAFIK II.49DAMPAK PADA RUPIAH, 2005 - 2011

(triliun rupiah)

Penerimaan Rupiah Pengeluaran Rupiah Kontraksi/(Ekspansi)Sumber : Kementerian Keuangan

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-65Nota Keuangan dan RAPBN 2011

pemberian gaji ke-13 dan kenaikan gaji pokok sebesar 10 persen serta pemberian remunerasiuntuk K/L yang telah siap melaksanakan reformasi birokrasi. Begitu juga komponen belanjabunga utang dalam negeri mengalami peningkatan menjadi Rp80,4 triliun (1,1 persenterhadap PDB), disebabkan oleh tambahan penerbitan SBN.

Transaksi keuangan Pemerintah dalam RAPBN 2011 secara total diperkirakan berdampakekspansif, yaitu sebesar Rp148,5 triliun (2,1 persen terhadap PDB), lebih tinggi biladibandingkan dengan dampaknya pada APBN-P 2010 sebesar Rp146,9 triliun (2,3 persenterhadap PDB).

Dampak APBN terhadap transaksi valuta asing (valas) dapat dilihat pada Grafik II.50.Pada tahun 2011, penerimaan valas Pemerintah dari transaksi berjalan diperkirakan mencapaisekitar Rp68,9 triliun yang diperkirakan mengalami penurunan 5,6 persen dari APBN-P2010, terutama dari turunnya penerimaan yang bersumber dari ekspor migas. Sementaraitu, transaksi modal Pemerintah di tahun 2011 diperkirakan sebesar 9,0 triliun atau mengalamipenurunan 46,0 persen bila dibandingkan dengan APBN-P 2010. Penurunan tersebutterutama disebabkan lebih rendahnya sumber pembiayaan pembangunan dari luar negeri.Dengan demikian, secara keseluruhan dampak valas pada tahun 2011 adalah positif sebesarRp77,9 triliun (1,1 persen terhadap PDB), lebih rendah bila dibandingkan dengan dampaknyapada APBN-P 2010 yang sebesar Rp89,6 triliun (1,4 persen terhadap PDB).

Dengan demikian, diperkirakan dampak APBN pada penambahan valas di tahun 2011 akanmengalami penurunan dibandingkan dari tahun sebelumnya.

2.4.7 Proyeksi Fiskal Jangka Menengah

2.4.7.1 Kerangka APBN Jangka Menengah

Kerangka APBN Jangka Menengah atau Medium Term Budget Framework (MTBF)merupakan kerangka penganggaran jangka menengah yang meliputi kerangka pendapatan,belanja, dan pembiayaan dalam jangka menengah yang disajikan secara terbuka kepadapublik. MTBF menyajikan ringkasan mengenai: (a) proyeksi indikator ekonomi makro yangmenjadi dasar penyusunan RAPBN; (b) prioritas APBN; (c) sasaran dan tujuan yang hendakdicapai pemerintah melalui kebijakan fiskal ke depan; dan (d) proyeksi mengenai sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dalam jangka waktu 3-5 tahun ke depan. Angka-angka

72.8 101.2 89.5

126.1

81.8 73.0 68.9

(10.3)(26.6) (23.9)

(13.2) (9.4)

16.6 9.0

62.5 74.6

65.6

112.9

72.4 89.6

77.9

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P 2010 RAPBN 2011

GRAFIK II.50 DAMPAK PADA VALAS, 2005-2011

(triliun rupiah)

Transaksi Berjalan Transaksi Modal Pemerintah Dampak ValasSumber : Kementerian Keuangan

Bab II

II-66 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

proyeksi yang termuat dalam MTBF, setiap tahun akan diperbaharui, dan disesuaikan denganperkembangan kondisi aktual ekonomi makro dan berbagai kebijakan fiskal yang ditempuhpemerintah.

Dengan adanya MTBF, Pemerintah diharapkan dapat menyelaraskan antara perencanaandengan penganggaran, termasuk juga antara kebutuhan dengan kebijakan belanja negaraserta alternatif pendanaannya, sehingga dalam pengalokasian anggaran diharapkanmemenuhi aspek efisiensi, efektivitas dan terjaminnya kesinambungan fiskal. PenyusunanMTBF dilakukan berdasarkan proyeksi asumsi makro jangka menengah dan kebijakan jangkamenengah di bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Dalam penetapan kerangka asumsi makro jangka menengah, Pemerintah senantiasamempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhikinerja ekonomi makro nasional dalam jangka menengah, antara lain: (a) tetap terkendalinyakonsolidasi fiskal guna mendukung fiscal sustainability; (b) penyerapan belanja negara yangdiupayakan semakin optimal; (c) rasio utang terhadap PDB yang cenderung menurun;(d) pembangunan infrastruktur semakin berkualitas; dan (e) penerapan target inflasi(inflation targeting) yang terkendali. Sedangkan faktor eksternal diperkirakan cukup kondusifbagi perkembangan ekonomi makro nasional, yaitu: (a) perekonomian global yangdiperkirakan tumbuh pada level yang moderat; (b) harga minyak mentah internasionalyang diperkirakan cenderung relatif stabil; dan (c) pemulihan perekonomian global.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, proyeksi asumsi makro jangka menengah dapatdilihat pada Tabel II.12. Di samping proyeksi asumsi makro jangka menengah, penyusunanMTBF juga dipengaruhi oleh kebijakan jangka menengah di bidang pendapatan, belanjadan pembiayaan. Kebijakan di bidang perpajakan meliputi: (a) ekstensifikasi dan intensifikasiperpajakan; (b) menggali dan memperbaiki basis pajak; (c) meningkatkan penyuluhan danpelayanan kepada wajib pajak; dan (d) melanjutkan penyempurnaan kelembagaan danreformasi perpajakan dan kepabeanan.

Sementara itu, kebijakan di bidang PNBP dilakukan antara lain dengan: (a) mendorongterciptanya iklim investasi yang kondusif; (b) mengevaluasi dan memperbaiki peraturan,sistem dan prosedur PNBP K/L; dan (c) meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaanpemungutan dan penyetoran PNBP ke kas negara.

Pada sisi belanja, kebijakan belanja pemerintah pusat diarahkan untuk: (a) meningkatkankesejahteraan pegawai; (b) meningkatkan kualitas pelayanan publik; (c) menjaga stabilitas

UraianAPBN-P

2010RAPBN

20112012 2013 2014

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,8 6,3 6,4 - 6,9 6,7 - 7,4 7,0 - 7,7Inflasi (%) 5,3 5,3 4,0 - 6,0 3,5 - 5,5 3,5 - 5,5SBI 3 Bulan (%) 6,5 6,5 6,0 - 7,5 5,5 - 7,0 5,5 - 6,5Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9.200 9.300 9.250 - 9.750 9.250 - 9.850 9.250 - 9.850Harga Minyak (US$) 80 80 65 - 85 70 - 90 80 - 100Produksi Minyak (MBCD) 0,965 0,970 0,990 1,000 1,010

Sumber : Kementerian Keuangan

Tabel II.12KERANGKA ASUMSI MAKRO JANGKA MENENGAH, 2010 - 2014

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-67Nota Keuangan dan RAPBN 2011

harga komoditas strategis; (d) memberikan perlindungan kepada masyarakat; dan(e) meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur.

Dalam perencanaan jangka menengah, kebijakan transfer ke daerah masih ditekankan untukmenjaga konsistensi dan kesinambungan proses konsolidasi desentralisasi fiskal sebagai upayapemantapan penyelenggaraan otonomi daerah. Kebijakan tersebut selain diprioritaskan untukmengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertical fiscal imbalance), danantardaerah (horizontal fiscal imbalance), juga untuk mengurangi kesenjangan pelayananpublik antardaerah (public service provision gap), serta meningkatkan kualitas alokasi belanjake daerah.

Arah kebijakan pembiayaan dalam jangka menengah dititikberatkan pada: (a) optimalisasisumber-sumber pembiayaan dalam negeri; (b) penurunan stok utang secara bertahap; dan(c) pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif. Upaya penurunan stok utang luar negeridilakukan dengan penurunan outstanding, baik secara persentase terhadap PDB maupunsecara nominal, terutama dari pinjaman luar negeri. Hal tersebut dimaksudkan untukmemperkokoh ketahanan fiskal dalam menghadapi dinamika perekonomian global.Perkiraan besaran APBN dalam kerangka jangka menengah dapat dilihatdalam Tabel II.13.

2.4.7.2 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) danPenganggaran Berbasis Kinerja (PBK)

Sesuai amanat paket perundang-undangan di bidang keuangan negara (Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004Tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 TentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara), pengelolaan keuangannegara sejak tahun anggaran 2005 mengalami perubahan cukup mendasar, terutama darisisi pendekatan penganggarannya, diantaranya adalah: (a) penerapan anggaran terpadu(unified budget); (b) pendekatan penyusunan pengeluaran jangka menengah-KPJM(medium term expenditure framework); dan (c) pendekatan penyusunan penganggaranberbasis kinerja (performance based budgeting). Pembaharuan sistem penganggaran inidiharapkan dapat mewujudkan pelaksanaan anggaran yang lebih efektif, efisien, transparan,dan akuntabel.

APBN-P 2010

RAPBN 2011

2012 2013 2014

A. Pendapatan Negara dan Hibah 16,9 15,5 16,0-16,2 16,4-16,6 16,9-17,1

B. Belanja Negara 20,1 17,2 17,5-17,7 17,8-18,0 18,1-18,3

C. Keseimbangan Primer 0,4 0,0 0,2-0,4 0,4-0,6 0,5-0,7

D. Surplus / (Defisit) (2,1) (1,7) (1,7) - (1,5) (1,5) - (1,3) (1,3) - (1,1)

E. Pembiayaan 2,1 1,7 1,5 - 1,7 1,3 -1,5 1,1 - 1,3

Sumber : Kementerian Keuangan

Tabel II.13KERANGKA APBN JANGKA MENENGAH, 2010 - 2014

Uraian

(persen thd PDB)

Bab II

II-68 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Boks II.2.

Penganggaran Berbasis Kinerja dan KPJM

Tujuan utama diterapkannya Pengganggaran Berbasis Kinerja (PBK) adalah mendorongterwujudnya efisiensi dan efektivitas pada serangkaian proses penganggaran. Hal tersebutdilakukan dengan cara menyelaraskan antara penganggaran dengan perencanaan, serta arahkebijakan fiskal yang ditetapkan Pemerintah. Dengan demikian, dalam penyusunan besaranalokasi anggaran senantiasa didasarkan pada analisis kebutuhan dalam rangka pencapaiantarget yang telah ditetapkan, sehingga akan tercipta adanya kesesuaian antara besaran alokasianggaran dengan target yang hendak dicapai. Dalam rangka mendukung implementasi PBKtersebut, langkah–langkah yang telah ditempuh antara lain:

1 . Penataan kembali struktur program dan kegiatan.

a. Penataan program dan kegiatan K/L dengan mengacu pada tugas dan fungsi K/L dansesuai dengan hakekat pelayanan publik yang dibebankan pada masing-masing K/L;

b. Program dan kegiatan ditata secara spesifik, sehingga masing-masing hanya merupakanrepresentasi satu unit organisasi saja. Pola proses penataan tersebut dilaksanakan dariatas ke bawah (top down) sesuai dengan prinsip penganggaran yang berorientasi padakebijakan. Dalam hal ini pelaksanaan program dan kegiatan pada level bawah merupakanrefleksi dari pelaksanaan kebijakan yang dirumuskan di level atas melalui penataansecara menurun (cascading) mulai dari tingkat K/L sampai dengan unit kerja terbawahdalam struktur organisasi K/L. Program dan kegiatan mencerminkan day to day

Dasar pertimbangan penerapan KPJM dilandasi hal-hal sebagai berikut: (a) perlunyamembangun sistem yang terintegrasi mencakup serangkaian proses perumusan kebijakan,perencanaan dan penganggaran; (b) perlunya mengembangkan sistem penganggaran yanglebih responsif sekaligus mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik sertapemanfaatan sumber daya yang efisien; dan (c) perlunya membangun sistem penganggaranyang mampu mengantisipasi dampak dimasa mendatang atas kebijakan yang ditempuhsaat ini.

KPJM dapat memberi manfaat berupa: (a) meningkatnya predictability dan kesinambunganpembiayaan suatu program/kegiatan; (b) mendorong peningkatan kinerja K/L dalammemberikan pelayanan kepada publik; dan (c) memudahkan penyusunan perencanaanK/L pada tahun-tahun berikutnya.

Penyusunan KPJM perlu mempertimbangkan sistem PBK yang merupakan suatu pendekatanyang menekankan pada pencapaian suatu hasil output dan outcome tertentu atas alokasianggaran yang disediakan kepada seluruh unit kerja pemerintah yang pendanaannya berasaldari dana publik dalam APBN. Paradigma PBK tidak hanya terfokus pada penggunaan biayasebagai input, melainkan juga pada hasil yang ingin dicapai atas alokasi anggaran tersebut.Dengan demikian, PBK dibutuhkan untuk mengintegrasikan antara perencanaan danpenganggaran. Dalam rangka implementasi penganggaran berbasis kinerja dan KPJM yangmulai diterapkan pada tahun 2009 dan 2010, walaupun masih terbatas pada 6 (enam) K/Lsebagai pilot project, namun hal tersebut diharapkan dapat semakin diperluas pada seluruhK/L di tahun 2011. Untuk mendukung implementasi hal tersebut, telah di tempuh langkah-langkah penyempurnaan yang tertuang dalam Boks II.2.

Bab IIPerkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

II-69Nota Keuangan dan RAPBN 2011

operation melalui struktur organisasi yang ada. Prinsip tersebut dimaksudkan untukmenghindari over lapping dalam pelaksanaan kegiatan dan memudahkan pengukurankinerja pada masing-masing unit organisasi;

c . Program dan kegiatan penunjang diintegrasikan dalam program dan kegiatan pokok.

d. Mengintegrasikan program untuk dapat menampung belanja rutin dan pembangunansecara terpadu.

2. Melakukan pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja dalam sistem penganggaran didasarkan pada hasil (outcomes-focusedbudgeting). Pengukuran kinerja tidak hanya dari sisi efektivitas dan efisiensi saja, tetapimencakup kualitas output atau outcome yang dihasilkan. Pengukuran efektivitas danefisiensi menekankan pada terwujudnya output yang optimal yang dipenuhi dengan hargayang wajar (efisien). Sementara itu, pada sisi lain cara pengukuran tersebut disertai denganpengukuran kualitas yang menekankan terwujudnya kualitas output atau outcome yangmemadai.

3. Penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).

KPJM adalah model penganggaran untuk menyelaraskan antara kebijakan, perencanaandan penganggaran. Model KPJM disusun sebagai instrumen perencanaan penganggaranuntuk mencapai suatu target/sasaran tertentu yang telah dirumuskan sebagai indikatorkinerja terukur yang akan dicapai dalam kurun waktu yang lebih dari satu tahun anggaran.Dengan demikian, KPJM merupakan instrumen untuk menjamin terciptanya konsistensiperencanaan penganggaran dalam periode 3 sampai dengan 5 tahun ke depan untuk menjagakesinambungan fiskal pada program-program prioritas. KPJM menggambarkankonsekuensi besaran pembiayaan anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai targetkebijakan tertentu. Hal yang paling krusial dalam penerapan KPJM pada tataranperencanaan penganggaran adalah kejelasan definisi tentang tugas pokok dan fungsiorganisasi serta program prioritas nasional yang tercantum dalam RPJM dan RKP. Hasilyang diharapkan dari program prioritas tersebut merupakan tanggung jawab organisasidalam pencapaiannya.

4. Penyempurnaan bentuk formulir RKA-KL beserta cara pengisiannya.

Berbagai penyempurnaan tersebut di atas akan diakomodasi dalam formulir RKA-KL,sehingga mencakup pendekatan anggaran terpadu, anggaran dalam kerangka jangkamenengah, dan anggaran berbasis kinerja secara lebih komprehensif.

Implementasi KPJM dalam sistem perencanaan penganggaran diharapkan akan mendorongupaya serius Pemerintah untuk:

a. Mendisiplinkan kebijakan pengeluaran,

b. Menjamin kesinambungan fiskal (fiscal sustainability),

c . Meningkatkan transparansi kebijakan pengeluaran,

d. Meningkatkan akuntabilitas kebijakan dan prediksi kebutuhan pendanaan dalambeberapa tahun ke depan,

e. Meningkatkan akurasi dan konsistensi guna mencapai target prioritas jangka menengah.

Mulai tahun 2009, Pemerintah telah menetapkan 6 (enam) K/L sebagai pilot project untukpenerapan KPJM secara penuh, yaitu meliputi: (a) Kementerian Keuangan; (b) Kementerian

Bab II

II-70 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Perkembangan Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN 2011

Pendidikan Nasional; (c) Kementerian Pekerjaan Umum; (d) Kementerian Kesehatan;(e) Kementerian Pertanian; dan (f) Bappenas. Sementara itu, untuk tahun 2011 diharapkandapat diimplementasikan pada seluruh K/L.

Sementara itu, beberapa kendala yang cukup mendasar dalam penerapan PBK dan KPJMantara lain sebagai berikut:

a. Perlunya upaya yang serius untuk menyelaraskan pemahaman mengenai perubahan polapikir baik dari K/L maupun pihak-pihak terkait dari input based ke performance baseddalam proses restrukturisasi program dan kegiatan;

b. Konsistensi dan kesinambungan dalam pendanaan program-program prioritas hanyadimungkinkan pada level internal pemerintah sedangkan proses penetapannya masihmemerlukan persetujuan DPR.