BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A....

31
15 BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. Tanggung Jawab Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam Anak 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan unit pertama dalam masyarakat. Dalam keluarga pulalah proses sosialisasi dan perkembangan individu mulai terbentuk. 1 Menurut Thohari Musnamar dalam bukunya Dasar- dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami mendefinisiakan keluarga adalah “komunitas terkecil dalam masyarakat”. 2 Definisi ini sesuai dengan pendapat William J. Goode yang mengatakan bahwa keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar (masyarakat). Melalui keluarga, masyarakat dapat memperoleh dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya, keluarga hanya dapat terus berjalan jika didukung oleh masyarakat yang lebih luas. Jika masyarakat itu sebagai sistem kelompok sosial yang lebih besar, maka keluarga adalah suatu sistem terkecil dari masyarakat. 3 Pada lingkungan ini, pembentukan kepribadian anak mulai dibangun. Selain itu, keluarga adalah sebagai proses pendidikan orang tua untuk penanaman nilai-nilai moral. Berkaitan dengan hal di atas, Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama mengatakan, bahwa keluarga memiliki peran pendidikan, yaitu dalam menanamkan rasa dan sikap keberagamaan pada anak. Dengan kata lain, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam usaha menanamkan rasa keagamaan pada anak dan melalui pendidikan dilakukan pembentukan sikap keagamaan tersebut. 4 1 Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 1. 2 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 55. 3 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 4 4 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 201

Transcript of BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A....

Page 1: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

15

BAB II

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA

A. Tanggung Jawab Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam Anak

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan manusia

sebagai makhluk sosial dan merupakan unit pertama dalam masyarakat.

Dalam keluarga pulalah proses sosialisasi dan perkembangan individu

mulai terbentuk.1 Menurut Thohari Musnamar dalam bukunya Dasar-

dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami mendefinisiakan

keluarga adalah “komunitas terkecil dalam masyarakat”.2 Definisi ini

sesuai dengan pendapat William J. Goode yang mengatakan bahwa

keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

(masyarakat). Melalui keluarga, masyarakat dapat memperoleh dukungan

yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya, keluarga hanya dapat

terus berjalan jika didukung oleh masyarakat yang lebih luas. Jika

masyarakat itu sebagai sistem kelompok sosial yang lebih besar, maka

keluarga adalah suatu sistem terkecil dari masyarakat.3 Pada lingkungan

ini, pembentukan kepribadian anak mulai dibangun. Selain itu, keluarga

adalah sebagai proses pendidikan orang tua untuk penanaman nilai-nilai

moral.

Berkaitan dengan hal di atas, Jalaluddin dalam bukunya Psikologi

Agama mengatakan, bahwa keluarga memiliki peran pendidikan, yaitu

dalam menanamkan rasa dan sikap keberagamaan pada anak. Dengan kata

lain, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam usaha

menanamkan rasa keagamaan pada anak dan melalui pendidikan dilakukan

pembentukan sikap keagamaan tersebut.4

1Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2001), hlm. 1. 2Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,

(Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 55. 3William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 4 4Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 201

Page 2: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Menurut A.M. Rose “A family is a group of interacting persons

who recognize a relationship with each other based on common

parentage, marriage, and or adoption”.5 Menurut beliau keluarga adalah

kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai

ikatan darah, perkawinan atau adopsi.

Pengertian keluarga menurut A.M. Rose tersebut hampir sama

dengan pengertian keluarga menurut George S. Morrison, yang

menyatakan bahwa: “A family is defined as two or more persons living

together who are related by birth, marriage or adoption”.6 Jadi, keluarga

adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama yang mempunyai

hubungan kelahiran, perkawinan, ataupun adopsi.

Menurut Emory S. Bogardus, “The family is a small social group,

normally composed of a father, a mother and one or more children, in

which affection and responsibility are equitably shared and in which the

children are reared to become self-controlled and socially-motivated

persons”.7 Dengan kata lain, keluarga adalah suatu kelompok sosial

terkecil yang biasanya terdiri dari ayah, ibu, satu anak atau lebih, di mana

cinta/kasih sayang dan tanggung jawab dibagi secara adil agar anak

mampu mengendalikan diri dan menjadi orang yang berjiwa sosial.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga

secara umum adalah merupakan lembaga terkecil yang unsurnya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang mana hubungan sosialnya relatif tetap yang

didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan dijiwai oleh

suasana afeksi dan rasa tanggung jawab.

2. Orang Tua Sebagai Pendidik

5St. Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 33. 6George S. Morrison, Early Childhood Education Today, (London: Merrill Publishing

Company, 1988), hlm. 414. 7St. Vembriarto, loc. cit.

Page 3: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Pendidikan merupakan suatu keharusan yang diberikan kepada

anak. Anak sebagai manusia kecil yang berpotensi perlu dibina dan

dibimbing. Potensi anak yang bersifat laten ini perlu diaktualisasikan agar

anak tidak lagi dikatakan sebagai animal educable, yaitu sejenis binatang

yang memungkinkan untuk dididik. Namun lebih dianggap sebagai

manusia secara mutlak, sebab anak adalah manusia yang memiliki potensi

akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia susila.

Anak-anak semenjak dilahirkan sampai menjadi manusia dewasa,

menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri dan dapat bertanggung jawab

sendiri harus mengalami perkembangan. Oleh karena itu, baik buruknya

hasil perkembangn anak juga sangat ditentukan oleh pendidikan

(pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu dari berbagai lingkungan

pendidikan yang dialaminya, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat.8

Atas dasar inilah, maka keluarga terutama orang tua memelihara

dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Orang tua sebagai

kepala dan pemimpin dalam keluarganya bertangung jawab dan

berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api nereka. Hal ini

sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat al-Tahrim ayat 6 sebagai

berikut:

و اسا النهقودا وارن ليكمأهو كمفسوا قوا أننءام ا الذينهاأية يارالحجعليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون

)6: التحرمي(Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-Tahrim: 6)9

8Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002), hlm. 123. 9Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 951.

Page 4: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk

mendidik anak-anak pada dasarnya timbul dengan sendirinya secara alami,

tidak karena dipaksa dan disuruh oleh orang lain. Demikian pula

sebaliknya, kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya adalah kasih

sayang sejati yang timbul dengan spontan, tidak dibuat-buat. Di rumah

anak menerima kasih sayang yang besar dari orang tuanya. Anak masih

mengantungkan sepenuhnya kepada orang tuanya dan menjadi bagian dari

keluarga di mana ia tinggal, sehingga ini berbeda dengan pendidikan yang

ia peroleh dari sekolah maupun masyarakat.

Sehubungan dengan hal di atas, maka keluarga sebagai lembaga

pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam pendidikan anak. Oleh

karena itu, orang tua (ayah dan ibu) memiliki pengaruh yang kuat dalam

perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Kewajiban itu meliputi

pendidikan jasmani dan rohani. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua

terhadap pendidikan anak tidak dapat dipikulkan kepada orang lain,

misalnya guru. Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan yang dipikul

oleh pendidik selain orang tua merupakan pelimpahan tanggung jawab

orang tua yang karena satu hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan

anak secara sempurna.10

Orang tua mendidik anak dengan memperhatikan potensi yang

dimiliki anak. Karena itu, peran orang tua dalam mendidik anak dilakukan

dengan cara membimbing, membantu/mengarahkannya agar ia mengenal

norma dan tujuan hidup yang hendak dicapainya.11

Dari uraian di atas, jelas bahwa peran orang tua dalam mendidik

anak adalah sangat penting sebagai upaya untuk membimbing dan

membina keberagamaan anak, sehingga kelak mereka mampu

melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa baik sebagai pribadi

maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat yang taat

terhadap agama yang dianutnya.

10Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 38. 11Muslim Nurdin, dkk., Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993), hlm. 262.

Page 5: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

3. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Agama Islam Anak

Dalam konsep Islam, anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu

kondisi awal yang suci yaitu berkecenderungan kepada kebaikan tetapi

secara pengetahuan ia belum tahu apa-apa. Kendatipun demikian, modal

dasar bagi pengembangan pengetahuan dan sikapnya telah diberikan Allah

yaitu berupa alat indera, akal dan hati. Berkaitan dengan hal ini, orang tua

mendidik anak dengan memperhatikan potensi yang dimiliki anak. Karena

itu, peran orang tua dalam mendidik anak dilakukan dengan cara

membimbing, membantu/mengarahkannya agar ia mengenal norma dan

tujuan hidup yang hendak dicapainya.12

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan

amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir,

ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru

perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya.

Apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik, pengaruh ayah

terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi

gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah

itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan

anaknya.13 Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Majid yang mengatakan

sebagai berikut:

فيؤثر ىف سلوكه وتفكريه ونظرته –سرته وتقاليدها والطفل يعتنق دين ا 14ىف احلياة

Artinya: “Seorang anak itu bergantung pada agama keluarganya dan mengikutinya. Oleh karena itu, ia akan membekas dalam perilakunya, pemikirannya dan pandangan hidupnya”

Dalam lingkungan keluarga ini, orang tua bertanggung jawab

untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak, sehingga mereka

12Muslim Nurdin, dkk., loc. cit., hlm. 262. 13Zakiah Daradjat, loc. cit. 14Abdul Majid, “Awamil al-Tarbiyah” dalam Shalih Abdul Aziz dan Abdul Majid, al-

Tarbiyah wa Thuruq al-Tadris, Juz 1, (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.), hlm. 87.

Page 6: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

dapat menyiapkan anak-anak shaleh yang didalam hatinya tertanam iman

dan Islam. Penciptaan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak ini akan

membawa nikmat dan penyejuk bagi keluarga.15

Perbuatan orang tua sehari-hari dalam lingkungan keluarga

merupakan suatu metode yang paling efektif bagi pembinaan kepribadian

anak, karena apa yang disaksikan anak akan langsung diserap maknanya

oleh anak sebagai suatu yang seyogyanya ditiru. Di sinilah pentingnya

perilaku orang tua terkontrol, sehingga memberi dampak yang baik pada

anak-anak. Oleh karena itu, orang tua harus dapat memberikan

pengalaman-pengalaman yang baik dan bermanfaat bagi anak-anaknya.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw. sebagai berikut:

ما من : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم: عن ابي هريرة أنه كان يقولرواه . (وينصرانه او يمجسانهمولود إال يولد على الفطرة فابواه يهودانه ا

16)مسلمArtinya: Dari Abu Hurairah, beliau berkata: bahwasanya Rasulullah saw.

Bersabda: “Tiada seorang manusia dilahirkan kecuali dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nashrani atau Majusi”. (HR. Muslim)

Mencermati hadits di atas jelas, bahwa anak memulai mengenal

agama dengan mengikuti agama orang tuanya. Oleh karena itu, mendidik

anak dalam keluarga merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh

orang tua, karena di sinilah anak mulai bersosialisasi dan mulai

mentransfer segala informasi, kata-kata dan perbuatan serta

menginternalisasikannya ke dalam dirinya dan dijadikan rujukan utama

bagi perjalanan hidupnya.17

Dari uraian di atas, jelas bahwa peran orang tua dalam mendidik

anak lebih ditujukan ke arah pembinaan pribadi anak yang dilaksanakan

15Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan

Jiwa Anak, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 7. 16Imam ibn Husain Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisaburiy, Imam

Muslim, (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, t.th.), hlm. 458. 17Abdul Majid, loc. cit.

Page 7: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

dalam keluarga agar kelak mereka mampu melaksanakan kehidupannya

sebagai manusia dewasa baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

keluarga dan anggota masyarakat. Pelaksanaan dan penampilan kehidupan

dewasa tidak mungkin tanpa suatu landasan yang kuat yang tidak saja

melandasi kehidupan di dunia kini melainkan juga di akhirat kelak,

melalui pengidentifikasian tingkah laku orang tuanya sebab ia terbiasa

melihat, mendengar dan menyerap makna-makna dan tindakan orang

tuanya.

4. Tinjauan Psikologis Anak Usia 3-6 Tahun

Anak adalah amanat Allah yang harus dirawat, dipelihara dan

dididik dengan penuh kasih sayang. Mendidik anak adalah kewajiban

orang tua yang paling utama yang akan berpengaruh kuat dalam

perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Kewajiban itu meliputi

pendidikan jasmani dan rohani yang dimulai sedini mungkin.

Anak usia 3-6 tahun merupakan masa anak kecil dan masa

bermain. Pada periode ini disebut periode strokings periode I dan secara

fisik badan anak melansing. Pada umur ini, anak mulai mengenal

perbedaan dirinya dengan orang lain dan antara dirinya dengan benda-

benda di sekitarnya. Ia tidak lagi bersikap antropoformis. Ia mulai berani

menghadapi realita dan sifat-sifat egosentrisnya mulai berkurang.18 Masa

ini anak sudah siap untuk masuk sekolah dasar.19

Pendidikan anak pada masa ini lebih ditekankan untuk mendidik

anak agar memiliki rasa harga diri yang sehat, misalnya dengan jalan

membiarkan anak berfikir sendiri, berbuat sendiri. Dengan perlakuan yang

adil, dengan memberikan penghargaan yang setimpal setiap menunjukkaan

kemampuannya, dengan membimbing anak yang sedang mengalami

18Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta: 1996), hlm. 54. 19Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2000), hlm. 24.

Page 8: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

kesulitan, tidak selalu melarang, menghukum, mencemooh, menghina dan

lain sebagainya.20

Melihat pentingnya pendidikan dalam usia ini, maka orang tua

memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan

anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di

sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya

seorang anak lebih cinta kepada ibunya. Apabila ibu itu menjalankan

tugasnya dengan baik, pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di

mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara

orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya

sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya.21

Sikap orang tua sehari-hari dalam lingkungan keluarga merupakan

suatu metode yang paling efektif bagi pembinaan keagamaan anak, karena

apa yang disaksikan anak akan langsung diserap maknanya oleh anak

sebagai suatu yang seyogyanya ditiru. Di sinilah pentingnya perilaku

orang tua terkontrol, sehingga memberi dampak yang baik pada anak-

anak. Oleh karena itu, orang tua harus dapat memberikan pengalaman-

pengalaman yang baik dan bermanfaat bagi anak-anaknya.

B. Pendidikan Agama Islam bagi Anak dalam Keluarga

1. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

a. Dasar Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Sebelum berbicara mengenai pendidikan agama Islam, maka

perlu dipahami terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan. Pada

dasarnya pendidikan tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia

sehari-hari, baik dalam kehidupan individu, keluarga, maupun

masyarakat. Pendidikan merupakan kata yang sudah umum. Boleh

dikatakan semua orang mengenal kata pendidikan walaupun dalam

pengertian yang berbeda-beda.

20Agus Sujanto, op. cit., hlm. 67. 21Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 35.

Page 9: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Orang awam misalnya, mempersepsikan bahwa pendidikan itu

identik dengan sekolah, memberikan pelajaran, melatih anak dan

sebagainya. Tapi ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan itu

mencakup aspek yang sangat luas, termasuk semua pengalaman yang

diperoleh anak dalam pembentukan dan pematangan pribadinya baik

yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.

Dalam bahasa Indonesia kata “pendidikan” berasal dari kata

“didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha

mendewasakan manusia.22

Pengertian pendidikan secara bahasa tersebut hampir sama

dengan pengertian pendidikan menurut Frederick J. Mc Donald yang

menyatakan bahwa: “Education is a process or an activity which is

directed at producing desirable changes in the behaviour of human

beings”.23 Artinya, Pendidikan adalah suatu proses atau aktivitas yang

ditujukan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku manusia sesuai

dengan yang diinginkan.

Menurut Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama.24 Sedangkan menurut al-Ghazali, pendidikan yaitu proses

memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya

melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk

pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi

tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri

kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.25

22Erwati Aziz, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hlm. 23. 23Frederick J. Mc Donald, Educational Psychology, (USA: Wadsworth Publishing, 1959),

hlm. 4. 24Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1994), hlm. 24. 25Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), hlm. 56.

Page 10: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

bimbingan, pengajaran dan latihan. Jadi, dapat diambil pengertian

bahwa pendidikan dapat dilaksanakan melalui bimbingan, pengajaran

kepada anak serta latihan-latihan yang sesuai dengan kemampuan

anak.

Setelah mengetahui arti pendidikan secara umum, maka penulis

akan menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam. Ada beberapa

pendapat yang mendefinisikan pendidikan agama Islam. Menurut

Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami

ajaran Islam secara menyeluruh lalu menghayati tujuan yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.26

Menurut Achmadi, bahwa pendidikan agama Islam adalah

usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah

keberagamaan (ireligiousitas) subyek didik agar lebih mampu

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.27

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan

yang esensial, yang berbeda hanya redaksinya. Pengertian lainnya juga

saling melengkapi. Maka dari pendapat di atas dapat diambil

pengertian bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu tindakan atau

usaha yang dilaksanakan oleh orang dewasa atau orang tua

berdasarkan kemauan sendiri untuk mendidik anak-anaknya demi

tercapainya kepribadian muslim yang baik dan sesuai dengan ajaran

Islam.

Pendidikan PAI bagi anak dalam keluarga merupakan hal

fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Artinya, hasil-

26Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 130.

27Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 29.

Page 11: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan

pendiidkan anak itu selanjutnya baik di sekolah maupun dalam

masyarakat.28

Dalam keluarga ada dua pemegang peran utama dalam

interaksi edukatif yaitu orang tua dan anak. Keduanya mempunyai

perananan masing-masing. Orang tua berperan sebagai pendidik

dengan mengasuh, membimbing, memberi teladan, dan

membelajarakan anak. Sedangkan anak sebagai peserta didik

melakukan kegiatan belajar mengajar dengan cara fikir, menghayati,

dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.29

Orang tua yang terdiri dari ibu dan bapak adalah manusia

dewasa yang sudah dibebani tanggung jawab terhadap keluarga. Dalam

pendidikan peran ibu lebih dominan daripada peran ayah, sebab ibu

lebih banyak menyertai anak. Ibu merupakan bagian dari diri anak,

selain itu naluri ibu lebih dekat dengan anak dibandingkan dengan

ayah.30

Meskipun peran ibu dalam pendidikan anak lebih dominan

daripada ayah, bukan berarti bahwa tanggung jawab mendidik anak

hanya terletak pada ibu saja. Selain memenuhi kebutuhan materi bagi

anak-anak dan istri, sebenarnya ayah juga sangat berperan dalam

mendidik anak.

Baik ayah maupun ibu berkewajiban mendidik anak agar

menjadi manusia saleh, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Ayah

dan ibu (orang tua) bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap

pendiidkananak-anaknya. Sebab anak adalah generasi yang akan

memegang tongkat estafet perjuangan agama dan khalifah di bumi.

Bila pendidikan terhadap anak baik, maka orang tua akan berbahagia

28M. Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 79. 29Subino Hadisubroto, dkk., Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moder, (Badung:

Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 23. 30Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual Anak, dalam

Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hlm. 17.

Page 12: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

baik di dunia maupun akhirat.31 Hal ini sesuai dengan Firman Allah

SWT. dalam surat at-Tahrim ayat 6:

اسا النهقودا وارن ليكمأهو كمفسوا قوا أننأم ا الذينهاأيي مهرا أمون اهللا مصعال ي ادالئكة غلاظ شدا مهلية عارالحجو

ون ورمؤا يلون مفع6: التحرمي(ي(

Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-Tahrim: 6)32

Ayat di atas menunjukkan, bahwa orang tua berkewajiban

memelihara diri dari hal-hal yang tidak pantas, serta lebih dahulu

menjalankan perintah agama secara baik. Sebab anak lebih cenderung

meniru dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam lingkungan hidupnya.

Jadi kalau orang tua memiliki kebiasaan melakukan hal-hal yang baik,

maka anak akan menjadi manusia saleh, karena sejak kecil sudah

ditempa hal-hal yang baik.

Dengan demikian keluarga merupakan ladang terbaik dalam

penyampaian nilai-nilai agama. Orang tua memiliki peranan yang

strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai

agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak. Kebiasaan orang tua

dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti: salat, puasa, infaq dan

sadaqah menjadi suri teladan bagi anak untuk mengikutinya.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Pada dasarnya anak lahir dalam keadaan fitrah. Keluarga dan

lingkungan anaklah yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian,

perilaku, dan kecenderungannya sesuai dengan bakat yang ada dalam

31A. Mudjab Mahalli, Kewajiban Timbal Balik Orang Tua-Anak, (Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 2003), hlm. 134. 32Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 951.

Page 13: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

dirinya. Akan tetapi pengaruh yang kuat dan cukup langgeng adalah

kegiatan dan pengalaman pada masa kecil sang anak tumbuh dari

suasana keluarga yang ia tempati.33 Dengan demikian, keluarga

mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan

masyarakat Islam maupun non Islam, karena keluarga merupakan

tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapat

pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan

paling kritis dalam pendidikan anak yaitu tahun-tahun pertama dalam

kehidupannya (usia pra sekolah). Sebab pada masa pra sekolah apa

yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga

tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya.

Di sisi lain, keluarga juga mempunyai peranan yang sangat

besar dalam pembangunan masyarakat, karena keluarga merupakan

batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama

untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.34 Dengan

demikian, dalam pendidikan keluarga menempati posisi sentral, hal ini

berdasarkan atas berbagai pertimbangan, di antaranya:

1) Keluarga lebih banyak mengalokasikan waktu dibanding lingkungan pendidikan lainnya, sehingga pola penanaman nilai-nilai kehidupan besar peluangnya.

2) Keluarga dijadikan sandaran anak dalam menumpahkan segala problematiaka kehidupan

3) Usia muda masih mudah diarahkan karena dala masa pembinaan dan juga karena belum banyak berpengaruh lingkungan asing baru.

4) Keluarga adalah segala-galanya dan merupakan sumber ketergantungan hidup bagi anak.

5) Keluarga merupakan insitusi yang mengenalkan anak pada alam raya dan lingkungan sehingga berperan utama dan pertama dalam mendidik anak menjadi generasi yang siap menuju lingkungan pendiidkan sekolah dan pendidikan masyarakat.35

33Ma’ruf Zurayk, Aku dan Anakku, (Bandung: al-Bayan, t.th.,), hlm. 21. 34Muhammad Yusuf Harun, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Yayasan al-Sofwa,

1997), hlm. 10. 35Moh. Rasyid, Ilmu Pendidikan Menuju Hidup Prospektif, (Semarang: UPT Unnes Press,

2004), hlm. 176.

Page 14: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Dalam keluarga ayah sebagai pemimpin keluarga (rumah tangga)

dan pemberi nafkah, sedangkan ibu mengurus rumah, memelihara dan

mendidik anak, ketika bapak tidak ada di rumah.36 Ayah dan ibu (orang

tua) memiliki kedudukan yang istimewa di mata anak-anaknya. Orang tua

memiliki tanggung jawab yang besar untuk mempersiapkan dan

mewujudkan kecerahan hidup masa depan anak, maka mereka dituntut

untuk berperan aktif dalam membimbing anak-anaknya dalam

kehidupannya di dunia yang penuh dnegan cobaan dan godaan.37

Ibu telah diberi prioritas yang besar untuk menjaga dan memelihara

anak-anak pada saat balita. Penjagaan dan pemeliharaan para ibulah yang

akan membentuk cara berfikir anak dan mewarnai hati nuraninya. Hal ini

secara tegas telah dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 233 sebagai

berikut:

والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة و نقهرز لود لهولى المعا وهعسإلا و فسن كلفوف لا ترعبالم نهتوكس

لا تضار والدة بولدها ولا مولود له بولده وعلى الوارث مثل ذلك فإن ا وهمليع احنر فلا جاوشتا ومهاض منرت نالا عا فصادأن أر متدإن أر

تسترضعوا أولادكم فلا جناح عليكم إذا سلمتم ما ءاتيتم بالمعروف صريلون بمعا تبم وا أن اللهلماعو قوا اللهات233: البقرة( و(

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan

36Mujiyo, Jatidiri Wanita, (Bandung: al-Bayan, 1994), hlm. 138. 37Bakir Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak, (Semarang:

Toha Putra, 1993), hlm. 16.

Page 15: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Baqarah: 233) 38

Ibu merupakan pendidik dan pengasuh bagi anak-anaknya. Ibu

pulalah yang akan senantiasa menjaga dan memelihara kerusakan fitrah,

kemampuan dasar, karekter, dan sifat yang diturunkan kepada anak-

anaknya.39 Jika para ibu mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik,

berarti mereka telah menemukan jalan yang mudah menuju syurga. Dan

jika para ibu keliru dalam mengarahkan anak-anak mereka, maka para

anak akan meniti jalan yang sesat menuju neraka.

2. Materi Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam

pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan

pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan

hidup sehari-hari dari keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang diberikan

keluarga akan mempengaruhi jiwa anak.40 Untuk membina anak agar

mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan

pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang

baik yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu, dan

menjauhi sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat anak

melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik.41 Dengan

demikian maka fungsi keluarga dalam konteks pendidikan anak adalah

memberi bimbingan/pimpinan belajar melalui pembiasaan dan

keteladanan yang dapat dicontoh oleh anak. Sebagaimana disebutkan

dalam al-Qur’an:

مواليو اهللا وجركان ي نة لمنسة حوول اهللا أسسفي ر كان لكم لقد ) 21 :االحزاب( الآخر وذكر اهللا كثريا

38Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 57. 39Muhammad al-Zuhaili, Menciptakan Remaja Dambaan Allah, (Bandung: al-Bayan,

2004) , hlm. 52. 40Ibid., hlm. 24-25. 41Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 78.

Page 16: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Qiyamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzab: 21)”.42

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pendidikan dalam

keluarga merupakan pembentukan landasan kepribadian anak. Itulah

fungsi utama keluarga yang penjabarannya telah diungkapkan dalam al-

Qur’an surat Luqman ayat 13-19 sebagai berikut:

a. Menanamkan iman dan tauhid; b. Menumbuhkan sikap hormat dan bakti pada orang tua; c. Menumbuhkan semangat bekerja dengan penuh kejujuran; d. Mendorong anak untuk taat beribadah (terutama shalat); e. Menanamkan cinta kebenaran (ma’ruf) dan menjauhi yang buruk

(mungkar); f. Menanamkan jiwa sabar dalam menghadapi cobaan; g. Menumbuhkan sikap rendah hati, tidak angkuh dan sombong

dalam pergaulan; h. Menanamkan sikap hidup sederhana.43

Untuk menanamkan fungsi tersebut di atas tidak mungkin hanya

dengan perintah atau nasehat, larangan atau hukuman, tetapi akan lebih

berhasil apabila dilakukan dengan memberi contoh dan iklim keluarga

yang kondusif, karena anak suka meniru dan suka mencoba sendiri

sebagai naluri kreatifitasnya.44 Dengan demikian pembiasaan dalam

pendidikan anak sangat penting terutama dalam pembentukan pribadi,

akhlak dan agama pada umumnya. Karena pembiasaan-pembiasaan agama

itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang

tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat melalui

pembiasaan-pembiasaan itu akan semakin banyaklah unsur agama dalam

pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama yang akan

dijelaskanoleh guru agama dibelakang hari.45

42Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 670. 43Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

1992), hlm. 93-94. 44Ibid., hlm. 94. 45Zakiyah Daradjat, op. cit, hlm. 81.

Page 17: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Pelaksanaan pendidikan agama itu dapat dilakukan dalam empat

tempat yaitu di rumah, di masyarakat, di rumah ibadah dan di sekolah. Di

antara empat tempat pendidikan agama Islam tersebut, yang paling penting

adalah pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di rumah (dalam

keluarga). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah:

a. Pendidikan agama Islam di masyarakat, rumah ibadah dan sekolah

frekuensinya rendah, dalam arti waktunya sebentar (kurang).

b. Inti dari pendidikan agama Islam adalah penanaman iman. Dan

penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakans ecara maksimal

dalam kehidupan sehari-hari dan hanya mungkin dilakukan di rumah

(dalam lingkungan keluarga).46

Pelaksanaan pendidikan agama di rumah sangat penting karena

pada dasarnya seseorang/anak mengenal lingkungan yang pertama adalah

lingkungan keluarga. Selain itu, menurut M. Nipan Abdul Halim, bahwa

pada hakekatnya anak adalah:

a. Sumber kebahagiaan keluarga b. Karunia Allah c. Penerus garis keturunan d. Pelestari pahala orang tua e. Anamat Allah f. Makhluk independen g. Batu ujian keimanan orang tua.47

Dengan menyadari hakikat anak tersebut, maka orang tua

diharapkan akan menyadari kewajiban dan tanggung jawabnya untuk

merawat, mengasuh, membimbing dan mendidik dengan benar sehingga

anak tetap menjadi sumber kebahagiaan, mampu menjadi penerus garis

keturunan yang baik, mampu menjadi pelestari pahala setelah orang tua

meninggal, dan mampu menjadi manusia yang mandiri.

Pada dasarnya setiap anak yang lahir ke dunia ini menurut

pandangan Islam telah membawa fitrah Islamiyah. Semenjak belum lahir

46Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 134.

47M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 2.

Page 18: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

ke dunia, setiap calon bayi telah berjanji kepada Allah SWT. hendak

menjadiklan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan.48 Hal ini dijelaskan oleh

Allah SWT. dalam Firman-Nya:

وإذ أخذ ربك من بني ءادم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على تقولوا يوم القيامة إنا كنا أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن

ذا غافلنيه ن172األعراف(ع( Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukanlah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. al-A’raf: 172)49

Selain dilahirkan berbekal fitrah Islamiah, manusia ditakdirkan

menjadi makhluk pelupa, sesuai dengan namanya “al-Insan” yang berarti

makhluk yang banyak lupanya. Maka agar anak didik lupa setelah

kelahirannya, orang tua wajib mengingatkan dengan usaha yang sungguh-

sungguh. Dimulai dengan mengumandangkan adzan di telinga kanan dan

iqamat di telinga kirinya ketika lahir dan menanamkan akidah Islamiyah

secara terus menerus dari hari ke hari anak tumbuh.

Menurut Daud Ali, bahwa materi pendidikan agama Islam dapat

dibagi menjadi 3 bidang sebagai berikut:

a. Aspek akidah

Akidah merupakan hal yang sentral dalam kehidupan seseorang,

karena akidah menyangkut keyakinan seseorang. Oleh karena itu, pada

aspek akidah, pendidikan agama Islam lebih memfokuskan tentang

rukun iman, baik iman kepada Allah beserta sifat-sifatnya, iman

kepada malaikat, iman kepada kitab yang diturunkan Allah, iman

kepada utusannya, iman kepada qadha dan qadar dan iman kepada hari

48Ibid., hlm. 48. 49Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 250.

Page 19: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

akhir. Sekarang ini, ilmu yang membicarkan masalah akidah

dikelompokkan dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu ilmu tauhid.

b. Aspek ibadah

Aspek ibadah (syari’ah) ditetapkan Allah menjadi patokan

hidup. Dimensi ini merujuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim

dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana diajarkan

agamanya, misalnya shalat, haji, puasa dan lain sebagainya. Dalam

Islam, dimensi peribadatan merupakan pusat ajaran agama dan jalan

hidup Islam yang berupa berbagai kewajiban beribadah dan seringkali

disebut dengan rukun Islam.

c. Aspek akhlak

Banyak sekali akhlak (terpuji) yang harus diterapakan manusia

dalam kaitannya dengan sesama manusia. Hal ini mengingat manusia

sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.

Apalagi manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat, yang

segalanya saling bergantung satu sama lainnya.

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk saling

menghormati dan saling tolong-menolong antara satu sama lain.

Akhlak karimah yang harus diterapkan antara lain saling hormat-

menghormati, saling menolong, menepati janji, berkata sopan, berlaku

adil.50

Berbeda dengan pendapat di atas, Nipan Abdul Halim, bahwa

materi pokok pendidikan anak menyangkut lima aspek sebagai berikut:

a. Aspek akidah

Materi pendidikan ibadah saat sudah dikemas dalam disiplin

ilmu, yaitu ilmu tauhid. Ilmu tauhid adalah disiplin ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana cara mentauhidkan (meng-Esakan)

Allah dengan dalil-dalil yang meyakinkan. Oleh karena itu, sedimikian

mendasarnya pendidikan akidah ini bagi anak-anak, maka dengan

50Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Wali Press, 2004), hlm.

179.

Page 20: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

pendidikan akidah ini, anak akan mengenali siapa Tuhannya,

bagaimana bersikap terhadap Tuhannya dan apa saja yang mesti

mereka perbuat dalam hidup ini.

b. Aspek ibadah

Materi pendidikan ibadah pada anak tidak hanya membicarakan

hukum dan tata cara melakukan shalat belaka, melainkan membahas

tentang puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Oleh karena itu,

pengenalan anak terhadap aspek ibadah juga diawali dengan

pengenalan ilmu fikih, sehingga pengamalan ibadahnya kelak menjadi

baik dan benar.

c. Aspek Akhlak

Selain akidah dan ibadah, materi lain yang sangat penting dalam

pendidikan agama Islam adalah akhlak. Materi akhlak ini sebagai

upaya untuk mengukir pribadi anak dengan akhlak-akhlak mahmudah,

sehingga kelak ketika dewasa, anak tidak mudah terpengaruh dengan

kebiasan-kebiasan buruk lingkungan sekitarnya.

d. Aspek ekonomi

Dalam fikih Islam atau dalam pokok-pokok pendidikan ibadah

sebenarnya telah tercakup masalah tata ekonomi Islam. Namun dalam

rangkan mendidik anak demi terbentuknya pribadi yang benar-benar

saleh, maka perlu kiranya masalah ekonomi ini mendapat perhatian

secara khusus dari orang tua. Hal di atas didasarkan pada kenyataan,

bahwa anak tidak luput dari kebutuhan yang ekonomis, misalnya anak

didik untuk hemat dengan cara menabung.

e. Aspek kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kunci bagi terlaksananya

peribadatan. Mengingat pentingnya kesehatan bagi seseorang, maka

anak didik untuk menjaga kesehatan. Misalnya dengan olah raga,

kebersihan yang dibiasakan sejak kecil, sehingga ketika anak beranjak

Page 21: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

dewasa, pengertian tentang pentingnya kesehatan sudah cukup baik

dan dapat hidup secara sehat.51

3. Metode Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Metode merupakan salah satu unsur terpenting dalam pendidikan,

karena dalam realitasnya, materi pendidikan tidak akan dapat dipelajari

dan diterima secara efektif dan efesien oleh anak didik, kecuali

disampaikan dengan cara-cara tertentu. Ketiadaan metode pendidikan

yang efektif akan menghambat dan membuang secara sia-sia waktu dan

upaya pendidikan.

Istilah metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jadi,

jalan itu bermacam-macam, begitu juga dengan metode.52 Metode

diartikan pula sebagai suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.53 Sedangkan menurut

Moh. Athiyah al-Abrasyi sebagaimana dikutip oleh Omar Muhammad al-

Thoumy al-Syaibani, bahwa metode adalah suatu jalan yang kita ikuti

untuk memberi faham kepada murid-murid segala macam pelajaran.54

Sementara itu, Muhammad Qutb berpendapat, bahwa dalam konteks

pendidikan Islam, tujuan metode adalah untuk mengembangkan sikap,

pengetahuan, daya cipta dan ketrampilan pada anak dapat dicapai melalui

berbagai metode, maka metode yang digunakan untuk pendidikan anak

dalam Islam adalah melalui metode teladan, teguran, cerita, pembiasaan

dan melalui pengalaman-pengalaman kongkrit.55

Akhir-akhir ini telah banyak metode mengajar yang dikemukakan

dan dikembangkan oleh para tokoh ahli pendidikan. Masing-masing

51Lihat, M. Nipan Abdul Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 91-123.

52Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989), hlm.183

53Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 19.

54Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani, “Falsafatut tarbiyah al-Islamiyah”, terj. Hasan Langgulung, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 551

55Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: al-Ma’arif, 1993), hlm. 324.

Page 22: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

metode itu dapat dipilih dan dipraktekkan untuk penyajian suatu bidang

atau materi pelajaran tertentu termasuk dalam pendidikan agama Islam.

Secara tegas perintah untuk menggunakan metode dalam pendidikan dapat

dilihat dari Firman Allah SWT. Dalam surat al-Nahl ayat 125 sebagai

berikut:

بالتي هي مادلهجة ونسعظة الحوالمة وبالحكم كببيل رإلى س عاد نس125: النحل... (أح(

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …. (QS. al-Nahl: 125).56

Melihat metode pendidikan ini sebagai bagian dari untuk

menyampaikan materi pelajaran, khususnya dalam menyampaikan materi

pendidikan agama Islam, maka orang tua harus dapat memilih metode

yang tepat yang sesuai dengan karakteristik anak. Oleh karena itu,

peranan metode pendidikan agama Islam dalam keluarga pada dasarnya

diawali dari kenyataan yang menunjukkan, bahwa materi pendidikan

agama Islam tidak mungkin akan tepat diajarkan, melainkan diberikan

dengan cara yang khusus, sebab ketidaktepatan dalam penerapan metode

pendidikan anak dalam keluarga dapat menghambat proses pembelajaran

yang berakibat membuang waktu dan tenaga.

Jadi, agar materi pendidikan agama Islam dalam keluarga dapat

dipahami dan diamalkan anak dengan baik, maka diperlukan metode

pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Karena metode

pendidikan merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik yang

digunakan untuk memberikan pelajaran kepada peserta didik. Metode

pendidikan adalah salah satu sarana yang amat penting untuk mencapai

tujuan pendidikan.57

Para ahli pendidikan (Islam) telah mengemukakan beberapa bentuk

metode yang umumnya mereka ambil dari petunjuk ayat-ayat al-Qur’an.

56Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 421. 57Erwati Aziz, op. cit., hlm. 13.

Page 23: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Menurut Muhammad Qutb mengatakan bahwa Islam melakukan

pendidikan melalui:

a. Metode teladan b. Metode teguran c. Metode hukuman d. Metode cerita e. Metode pembiasaan f. Melalui pengalaman-pengalaman konkrit.58

Sedangkan menurut Abdullah Nasih Ulwan, metode yang lebih

efektif dalam membentuk dan mempersiapkan anak adalah:

a. Pendidikan dengan keteladanan

b. Pendidikan dengan nasehat

c. Pendidikan dengan pengawasan

d. Pendidikan dengan memberikan hukuman (sanksi).59

Dari berbagai metode di atas, maka metode yang cocok untuk

diterapkan dalam pendidikan anak dalam keluarga, yang sesuai dengan

kondisi anak. Berkaitan dengan hal ini, Zakiah Daradjat berpendapat,

bahwa sikap anak-anak terhadap agama mengandung kekaguman dan

penghargaan. Bagi anak, ritual keagamaan (shalat, membaca al-Qur’an)

dan dekorasi (keindahan) rumah ibadah sangat menarik perhatian anak.

Dalam menggunakan metode pendidikan agama bagi anak, maka latihan-

latihan keagamaan hendaknya dilakukan dengan sedimikian rupa,

sehingga menumbuhkan nilai-nilai dan rasa aman, karena nilai-nilai

tersebut sangat diperlukan dalam pertumbuhan anak.60

Di samping menggunakan metode latihan sebagaimana di atas,

Ibnu Qayyim sebagaimana dikutip oleh al-Hijazy menambahkan, bahwa

dalam pendidikan anak, hendaknya orang tua memberikan nasehat dan

58Muhammad Quthb, loc. cit. 59Abdullah Nasih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar Pendidikan Anak menurut Islam,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 1-153. 60Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 40-41.

Page 24: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

keteladanan bagi putra-putrinya. Nasehat dan keteladanan yang diberikan

kepada anak, maka sedikit banyak akan mempengaruhi jiwa anak.61

C. Pendidikan Shalat bagi Anak dalam Keluarga

1. Dasar dan Tujuan Pendidikan Shalat

Prioritas utama untuk membina kehidupan beragama Islam pada

anak adalah pengajaran dan praktek mengerjakan shalat.62 Karena shalat

merupakan ibadah pertama yang diwajibkan dalam Islam. Kewajiban itu

diterima nabi Muhammad saw. langsung dari sidrat al-muntaha sewaktu

Isra’ Mi’raj. Shalat adalah ibadah pertama yang akan ditanyakan di hari

kiamat. Karena itu, tidak mengherankan, jika ibadah shalat itu merupakan

salah satu hal yang diwasiatkan sebelum rasul meninggal. Oleh karena itu,

shalat dikenal sebagai ibadah yang menjadi sendi dan tiang agama Islam.

Dari sini jelas, bahwa shalat adalah salah satu dari sendi-sendi

(arkan) Islam. Barangsiapa berani meninggalkan salah satu dari rukun

Islam berarti dia sengaja merobohkan agama (Islam).

Allah SWT. berfirman dalam QS. Thaha ayat 132 yang berbunyi:

ع طبراصلاة وبالص لكأه رأمة واقبالعو قكزرن نحقا نرز ألكسا لا نهلي )132: طه(للتقوى

Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizqi kepadamu, Kamilah yang memberi rizqi kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. Thaahaa: 132)63

Selain itu Rasulullah juga memerintahkan dalam sunnahnya:

61Hasan bin Ali Hasan al-Hijazy, “al-Fikrut Tarbawy Inda Ibni Qayyim”, terj. Muzaidi

Hasbullah, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), hlm. 223. 62Sidik Tono dkk., Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Prss, 1998), hlm.

23. 63Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 492.

Page 25: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

ال رسول اهللا ق: عن عمربن سعيب عن أبيه عن جده رضى اهللا عنه قاللمسه وليلى اهللا عص : نع سنيباء سناب مهالة وبالص كمالدا اوورم

رواه . (وفرقوا بينهم ىف المضاجع. واضربوهم عليها وهم ابناء عشر 64)ابو داوود

Artinya: “Diriwayatkan Amru bin Syu’aib bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Suruhlah anak-anak kamu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat jika telah berumur sepuluh tahun. Dan pisahkan anak laki-laki dari anak perempuan dalam tempat tidur mereka”. (HR. Abu Dawud)

Dengan demikian, orang tua harus memperhatikan dan mendidik

masalah ibadah, terutama ibadah shalat pada anak-anaknya sejak dini agar

anak menjadi orang yang bertakwa dan beriman pada Allah SWT. Hal ini

secara tegas telah dijelaskan dalam surat Ibrahim ayat 31 sebagai berikut:

قل لعبادي الذين ءامنوا يقيموا الصلاة وينفقوا مما رزقناهم سرا )31: ابراهيم(خلال وعلانية من قبل أن يأتي يوم لا بيع فيه ولا

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (QS. Ibrahim: 31)65

Atas dasar inillah, maka seorang mukmin yang melalaikan

kewajiban shalat telah diperingatkan Allah SWT. dalam surat al-Maun

ayat 4-5 sebagai berikut:

فولنيصل للم4(ي(وناهس لاتهمص نع مه الذين)5- 4: املاعون) (5(

(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS. al-Maun: 4-5)66

64M. Nipan Abdul Halim, loc. cit. 65Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 384-385. 66Ibid., hlm. 108.

Page 26: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Sementara itu, dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu

Daud Rasulullah saw. bersabda:

67)رواه ابو داود(اذا عرف ميينه من مشال فمروه بالصالة Artinya: Jika seorang anak telah mampu membedakan antara yang kanan

dan dari yang kiri, maka hendaklah mengerjakan shalat (Sunan Abi Daud)

Secara etimologis shalat (صالة) bentuk-bentuk jamaknya adalah

shalawat (صلوات) berarti do’a.68 Menurut syara’ “shalat” yaitu

menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa hamba kepada

Tuhannya dengan khusu’ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan

perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.69 Dan

secara terminologis menurut ahli fiqih “shalat” adalah suatu tindakan

ibadah disertai bacaan doa-doa yang diawali dengan takbir dan diakhiri

dengan salam sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.70 Serta

menurut Syamsul Rijal Hamid, shalat berarti tindakan khusus seseorang

muslim dalam rangka memuliakan Allah, yang berisi kata-kata (bacaan-

bacaan) dan perbuatan-perbuatan (gerakan-gerakan), yang dimulai dengan

takbir dan diakhiri dengan salam dengan memenuhi syarat-syarat

tertentu.71

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa shalat

adalah menghadapkan jiwa dan raga yang dilakukan oleh seorang muslim

dalam rangka memuliakan Allah, yang berisi kata-kata (bacaan-bacaan)

dan perbuatan-perbuatan (gerakan-gerakan), yang dimulai dengan takbir

dan diakhiri dengan salam dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-

rukunnya. Oleh karena itu, materi pendidikan ibadah (shalat) secara

menyeluruh oleh para ulama telah dikemas dalam sebuah disiplin ilmu

67Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz 1, (Dar al-Fikr, 1992), hlm. 134. 68Bustanuddin Agus, Al-Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 105. 69Muhammad Baghir al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Mizan, 1999) , hlm. 105. 70Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Jakarta: Penebar Salam, 1998), hlm.

321. 71Muslim Nurdin dkk, op. cit., hlm. 106.

Page 27: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

yang dinamakan ilmu fikih dan fikih Islam. Karena seluruh tata

peribadatan telah dijelaskan di dalamnya, sehingga perlu diperkenalkan

sejak dini dan sedikit demi sedikit dibiasakan dalam diri anak, agar kelak

mereka tumbuh menjadi insan-insan yang bertakwa.72 Pendidikan ibadah

di sini, khususnya pada pendidikan shalat yang merupakan tiang dari

segala amal ibadah sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah dalam

surat Luqman ayat 17 sebagai berikut:

أصابك يابني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما )17: لقمان(. إن ذلك من عزم الأمور

Hai anakku! Dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. (QS. Luqman: 17)73

Pendidikan shalat dalam konteks ayat tersebut tidak hanya terbatas

tentang tata cara untuk menjalankan shalat yang lebih bersifat fi’liyah,

melainkan termasuk menanamkan nilai-nilai dibalik ibadah shalat. Anak

harus mampu tampil sebagai pelopor amar ma’ruf nahi mungkar serta

jiwanya teruji menjadi orang yang sabar.

Melihat pentingnya pendidikan shalat dalam keluarga, maka di

dalam sebuah keluarga harus mempunyai kegiatan yang bersifat mendidik

secara perlahan tetapi pasti bagi anggota keluarga lainnya, termasuk di

dalamnya anak. Sehingga di kemudian hari anak-anak akan terbiasa

melakukan hal-hal yang telah ditradisikan dalam keluarga tersebut, secara

otomatis (sadar) walaupun tanpa disuruh ataupun dipaksa oleh orang

tuanya. Dan hal ini akan membekas selamanya dalam diri anak, karena

perilaku anak cenderung dipengaruhi oleh suasana dan kebiasaan dalam

keluarga dan lingkungannya. Bila lingkungannya baik, maka ia akan

bertingkah laku baik pula sesuai dengan pengaruh lingkungannya yang

telah mengintegrasikan nilai-nilai luhur yang telah didapat dan diajarkan

72M. Nipan Abdul Halim, op. cit., hlm. 102. 73Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 655.

Page 28: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

oleh lingkungannya, sejak ia masih kecil sampai ia memasuki usia

kedewasaannya, dan begitu pula sebaliknya.

2. Metode Pendidikan Shalat

Pendidikan shalat bagi anak pada hakikatnya hanyalah sekedar

menumbuhkan bibit (fitrah Islamiyah) yang telah ada. Oleh karena itu,

selamat tidaknya fitrah Islamiyah anak sangat tergantung pada kepedulian

orang tua dalam memberikan pendidikan.

Orang tua memiliki tanggung jawab secara langsung terhadap anak

sejak anak lahir ke dunia hingga mencapai usia dewasa (+ 21 tahun).74

Periode pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama)

merupakan periode kehidupan yang amat kritis dan paling penting. Periode

ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan

pribadi anak. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periode ini

nanti akan tampak pengaruhnya dengan nyata pada kepribadian ketika

menjadi dewasa.75 Karena itulah para pendidik perlu memberikan banyak

perhatian pada pendidikan anak dalam periode ini.

Periode kanak-kanak (usia 3-6 tahun) merupakan masa yang paling

strategis untuk menanamkan nilai keagamaan pada anak.76 Pada usia ini

anak paling suka meniru segala perilaku, terutama yang dilakukan oleh

orang tuanya. Untuk mendidik agama pada anak tidak mungkin hanya

dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi harus dilakukan dengan

kebiasaan-kebiasaan ataupun latihan-latihan. Karena pada usia ini anak

belum bisa berfikir logis, kemampuan berfikir logispun baru tumbuh, tapi

tetap terkait pada fakta yang dapat dijangkaunya dengan panca indera.77

Masa kanak-kanak bukan masa pembebanan atau menanggung

kewajiban, tapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan.

74Ali Qaimi, Mengajarkan Keberanian dan Kejujuran pada Anak, (Bogor: Cahaya, 2003),

hlm. 104. 75Muhammad Yusuf Harun, op. cit., hlm. 31. 76Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan dalam Konteks Pendidikan Islam, (Surabaya:

Bina Ilmu, 1990), hlm. 106. 77Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, op. cit., hlm. 109.

Page 29: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

Karena itu anak harus dilatih dan dibiasakan melaksanakan ibadah sebagai

bekal mereka ketika sudah memasuki usia baligh (dewasa) di mana pada

masa baligh mereka sudah mendapatkan kewajiban dalam beribadah

sehingga pelaksanaan ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT bukan

menjadi beban yang memberatkan bagi kehidupan mereka sehari-hari.78

Agar materi pendidikan ibadah shalat dapat dipahami dan

diamalkan anak-anak dengan baik, maka diperlukan metode pendidikan

ibadah shalat yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Hal ini karena

metode pendidikan merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik

yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada peserta didik. Metode

pendidikan adalah salah satu sarana yang amat penting untuk mencapai

tujuan pendidikan.79 Di antara metode pendidikan agama Islam yang

digunakan dalam pendidikan ibadah shalat adalah metode keteladanan dan

metode pembiasaan.

Metode keteladanan adalah metode dengan memberi contoh, baik

berupa tingkah laku sifat cara berfikir dan sebagainya.80 Keteladanan

memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada omelan atau nasehat.81

Ini sejalan dengan pendapat Nashih Ulwan, sebagaimana dikutip oleh

Raharjo yang menyatakan, bahwa metode keteladanan adalah metode

yang paling menentukan keberhasilan dalam menentukan, mempersiapkan

dan membentuk sikap dan prilaku moral, spiritual dan sosial anak.82

Metode keteladanan dalam pendidikan shalat adalah metode yang

influitif yang paling meyakinkan keberhasilan dalam mempersiapkan dan

membentuk anak di dalam moral spiritual dan sosial. hal ini karena

pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan

ditirunya dalam tindak tanduknya dan tata santunnya, didasari atau tidak

78Mohammad Nur Abdul Hafid, Mendidik Anak Usia Dua Tahun Hingga Baligh Versi

Rasulullah saw., (Yogyakarta: Darussalam, 2004), hlm. 125. 79Erwati Aziz, loc. cit. 80Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1991), hlm. 178. 81Jaudah Muhammad Awwat, Manhaj Islam fi al-Tarbiyah al-Athfal, terj. Shihabuddin,

Mendidik Anak secara Islami, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hlm. 13. 82Raharjo, op. cit., hlm. 66.

Page 30: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik, baik

dalam ucapan dan perbuatan yang bersifat material dan spiritual, yang

diketahui atau tidak.83 Dengan demikian, bahwa pendidikan dengan

metode keteladanan merupakan metode yang berhasil guna.

Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat yang menunjukkan

kepentingan penggunaan bentuk keteladanan dalam pendidikan. Di

antaranya terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut:

سفي ر كان لكم لقد مواليو و اللهجركان ي نة لمنسة حوول الله أس )21: األحزاب. (الآخر وذكر الله كثريا

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullh itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. al-Ahzab: 21)84

Di antara faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dalam

pendidikan dan dalam kehidupan manusia sehari-hari adalah uswah

hasanah (suri tauladan) yang diikuti oleh anak-anak dan orang dewasa.85

Ini menunjukkan pentingnya contoh teladan pergaulan yang baik dalam

usaha membentuk kepribadian seseorang. Dan di sini, peran seorang guru

berperan di mana ia harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anak

didiknya, karena dalam prakteknya anak didik cenderung meneladani

pendidiknya.

Selain metode keteladanan, penanaman materi pendidikan ibadah

juga menggunakan metode pembiasaan dan latihan. Pembiasaan

merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama

bagi anak-anak. adapun pembiasaan yang harus dikembangkan dalam diri

anak mencakup tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan pola pikir

tertentu.86 Menurut Ahmad Tafsir, pembiasaan merupakan teknik

83Abdullah Nasih Ulwan, “Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam”, Juz 2, terj. Saifullah Kamali

dan Hery Noer Ali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: asy-Syifa’, 1981), hlm. 2. 84Soenarjo dkk., op. cit., hlm. 670. 85Muhammad Fadhil al-Jamaly, Meneraba Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta:

Golden Terayon Press, 1988), hlm. 135. 86Hery Noer Aly, op. cit., hlm. 185.

Page 31: BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA A. …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1...keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar

16

pendidikan yang jitu, walau ada kritik terhadap metode ini. Karena cara

ini tidak mendidik anak untuk menyadari dengan analisis apa yang

dilakukannya. Oleh karena itu, pembiasaan ini harus mengarah kepada

kebiasaan yang baik.87

Bentuk metode pembiasaan yang harus ditanamkan dalam diri

anak adalah pembiasaan akidah, ibadah dan akhlak al-karimah.88

Menanamkan kebiasaan itu sulit kadang-kadang memerlukan waktu yang

lama, kesulitan itu disebabkan pada mulanya seorang anak belum

mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakan.

Dalam pendidikan anak, metode ini dapat diterapkan dengan cara

orang tua/guru, memberi atau melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik,

seperti hidup rukun, tolong menolong, jujur dan lain-lain. Dengan sistem

pengajaran semacam ini anak secara otomatis menjadi terbiasa baik di

sekolah maupun di keluarga.

Sementara itu, secara khusus Zakiah Daradjat menjekaskan bahwa

untuk pembinaan ketaatan beribadah pada anak dalam keluarga dapat

dilakukan dengan pembiasaan dan pengalaman langsung. Oleh karena itu,

orang tua dituntut harus memberiakan teladan yang baik bagi anak-

anaknya, sehingga menjadi cermin ketika mereka telah beranjak menjadi

dewasa.89

Pendapat Zakiah di atas memang benar, sebab pendidikan ini

adalah bagi anak yang masih kecil. Karena anak belum bisa berbicara

dengan lancar dan hanya mengadakan imitasi terhadap apa yang

dilihatnya, maka pembiasaan dan pengalaman ini merupakan metode yang

sangat baik untuk diterapkan dalam pendidikan ibadah shalat bagi anak.

87Ahmad Tafsir, op. cit., hlm. 144 88M. Nipan Abdul Halim, op. cit., hlm. 187. 89Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,

1995), hlm. 47.