STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR...

93
STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG) TEHADAP TANAH WAKAF SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) Dalam Ilmu Al Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas Syari’ah Oleh: AHMAD SHOFWAN NIM. 032111028 FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2007

Transcript of STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR...

Page 1: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN

TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG)

TEHADAP TANAH WAKAF

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI)

Dalam Ilmu Al Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas Syari’ah

Oleh:

AHMAD SHOFWAN NIM. 032111028

FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2007

Page 2: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

NOTA PEMBIMBING Lamp. : 4 (empat) eksemplar Hal : Naskah skipsi A.n. Ahmad Shofwan

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Di Semarang

Assalamu’alaikum War. Wab.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya. Maka dengan ini saya kirimkan skripsi saudara : Nama : Ahmad Shofwan NIM : 032111028 / 2103028 Jurusan : Al Ahwal Al Syakhshiyah Judul Skripsi : STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN

TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG) TERHADAP TANAH WAKAF

Dengan ini mohon kiranya skripsi saudara dapat segera untuk

munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum War. Wab.

Semarang, 25 Juli 2007

Pembimbing I,

Achmad Arief Budiman, M.Ag. NIP. 150 274615

Page 3: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

BERITA ACARA MUNAQOSYAH

Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang pada:

Hari : Senin

Tanggal : 14 Januari 2008

Jam : 08.00-selesai

Telah mengadakan Ujian Munaqosyah dengan judul:

“STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR

GULING (RUILSLAG) TERHADP TANAH WAKAF”

Atas Nama : Ahmad Shofwan

NIM. : 032111028 / 2103028

Jurusan : Al Ahwal Al Syakhsiyah

Keterangan : UTAMA / ULANG dari tanggal:

LULUS / TIDAK LULUS

Semarang, 14 Januari 2008

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H. Musahadi, M.Ag. Achmad Arief Budiman, M.Ag. NIP. 150 267 754 NIP. 150 274 615 Penguji I, Penguji II,

Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag. H. Abdul Ghofur, M.Ag. NIP. 150 231 628 NIP. 150 279 723

Pembimbing,

Achmad Arief Budiman, M.Ag. NIP. 150 274615

Page 4: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Ahmad Shofwan

NIM. : 032111028 / 2103028

Jurusan : Al Ahwal Al Syakhshiyah

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN

TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG)

TERHADP TANAH WAKAF”

Telah dimunaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus dengan predikat cumluade /

baik / cukup, pada tanggal 14 Januari 2007.

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Islam Strata 1

(S1) dalam ilmu Syari’ah.

Semarang, 2008

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H. Musahadi, M.Ag. Achmad Arief Budiman, M.Ag. NIP. 150 267 754 NIP. 150 274 615 Penguji I, Penguji II,

Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag. H. Abdul Ghofur, M.Ag. NIP. 150 231 628 NIP. 150 279 723

Pembimbing,

Achmad Arief Budiman, M.Ag. NIP. 150 274615

Page 5: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

MOTTO

1فما راى المسلمون حسناا فهو عندى اهللا حسن

Artinya :”Apa yang menurut orang-orang

muslim baik, maka baik juga menurut Allah.”

1 Ahmad Ibn Hanbal, al Musnad Juz I, Dar al Fikr, Beirut Libanon, t. th. hal. 379

Page 6: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

PERSEMBAHAN • Allah SWT beserta Rasul Nya dan seluruh Ahlul Bait yang ada di dunia dan

akhirat;

• Yang terhormat Ayahanda Ahmad Husnan beserta Ibunda Mufidah yang

selalu mengasihi, menyayangi mendoakan serta segalanya yang diberikan

kepada ananda

• Semua Masyayikhi dan Asatidzi al murobbi ruuhi;

• Yang tersayang adikku satu-satunya, M. Iklil Ma’ruf yang selalu

memberikan inspirasi;

• Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini.

Page 7: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau yang

diterbitkannya. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan

atau dikutip secara langsung dari sumbernya.

Semarang, 25 Juli

2007

Penulis

Ahmad Shofwan NIM. 032111028

Page 8: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi yang berjudul “ STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU

‘ABIDIN TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG) TERHADAP TANAH WAKAF “, ini memiliki dua tujuan yakni mengetahui metoda istinbat yang dipakai Ibnu ‘Abidin dan alasannya serta mengetahui analisisnya dari pendapat beliau tentang tukar guling terhadap tanah yang diwakafkan. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil sumber data yang berasal dari kitab-kitab, buku-buku atau sumber lain yang berkenaan dengan pembahasan pada skripsi ini. Sedangkan dalam tehnik analisis data menggunakan metode content analysis, deskriptif analitis, dan metode ushuliyah.

Dalam pandangan Ibnu ‘Abidin tukar guling terhadap tanah wakaf adalah boleh. Namun beliau mengisyaratkan bahwa hal tersebut dimungkinkan dalam tiga hal. Beliau beristinbat hukum dengan menggunakan akal pikiran (al Ra’yu) dalam memecahkan kasus-kasus yang tidak ada dalilnya, baik dari al Qur’an maupun dari al Hadits. Metode istinbat yang beliau pakai adalah membandingakan kasus yang tidak tedapat nashnya dengan kasus yang ada nashnya. Namun metode yang dipakai bukan qiyas jali melainkan qiyas khafi (istihsan). Inilah yang membedakan Ibnu ‘Abidin dengan Imam Madzhab yang lain seperti Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Ibnu Hanbal. Namun ketika dipertemukan dengan Imam Madzhab yang lain yakni Imam Abu Hanifah maka motode istinbatnya sama karena Ibnu ‘Abidin merupakan salah satu penerus dari Madzhab Hanafi, jadi tidak mengherankan jika corak pemikiran keduanya hampir mirip dan bahkan sama.

Dalam metode istinbat tersebut Ibnu ‘Abidin mendasarkan ada dalil yang menyebabkan dia berpaling dari qiyas menuju istihsan karena adanya maslahah. Karena jika tanah wakaf tersebut tidak ditukar guling maka akan mendatangkan mafsadah. Dari pendapat tersebut setidaknya dapat gunakan sebagai smart solution dari apa yang menjadi peraturan di negara kita melalui PP No 28 Tahun 1977 pasal 11 jo. pasal 218 dan 225 KHI jo. UU No. 40 Tahun 2004 pasal 41 ayat 1-4 yang menjelaskan tentang adanya kemungkinan diperbolehkannya ada tukar guling terhadap tanah wakaf namun dengan prosedur yang berbelit-belit dan melelahkan.

Oleh karenanya skripsi ini hadir sebagai solusi alternatif dari apa yang ditawarkan pemerintah kita yang penulis anggap terlalu prosedural. Dalam skripsi ini menawarkan bagaimana proses menukar guling tanah dengan baik dan cepat. Dengan begitu tanah wakaf bisa dengan cepat dapat dimanfaatkan kembali. Sehingga tujuan dari wakaf dapat terealisasikan dan terjaga, yang pada akhirnya tanah wakaf dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang.

Page 9: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehinggga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI ANALISIS PENDAPAT

IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG) TERHADAP

TANAH WAKAF“ yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna

memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Tidak lupa, penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW. beserta Ahli al Bait di serluruh dunia dan akhirat.

Semoga kita semua mendapat syafaat dari Beliau. Amin.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis telah berusaha dengan segala

daya dan upaya guna menyelesaikan skripsi ini. Namun tanpa bantuan dari

berbagai pihak, penyusunan ini tidak akan mungkin terwujud serta terselesaikan.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah banyak

memberikan segalanya kepada penulis baik bimbingan, saran dan arahan dalam

rangka penyusunan skripsi ini, mereka adalah:

1. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang beserta para Pembantu Dekan;

2. Bapak Achmad Arief Budiman, M. Ag., selaku pembimbing yang telah

dengan sabar dan tulus bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang tidak mengenal lelah dalam membimbing jiwa dan

raga penulis, semoga menjadi amal yang bermanfaat di dunia dan akhirat;

4. Segenap karyawan dan staf di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang yang telah memberikan pelayanan terhadap mahasiswa dengan

baik;

Page 10: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

5. Mubibbi yang selalu ada di hati, terima kasih atas spirit, inspirasi dan

segalanya yang telah tercurahkan sehingga penulis mengerti apa arti hidup ini;

6. Keluarga Besar Mbah Moh. Zuhdi Bahri Alm. dan Mbah Hanan Alm. Pak

Dhe Zahwan, Pak Dhe Azhar dan Pak Lik Parno, Pak Lik Slamet serta Bu Lik

Kun serta si kecil Difa (Adina Fathi al Ahyath) dan Ilham yang lagi lucu-

lucunya;

7. Komunitas Adem-ayem el Khos, Anas, Kecip, Ridho, Burhan, Om Kikin,

Babe, Chessyie beserta Bapak Joxer Notonegoro, Djenggot, Cepot, Fatih serta

Boss Mu, canda-tawa kalian selalu terngiang, buatlah alam selalu tersenyum;

8. Kawan-kawan yang sedang berproses di Badan Eksekutif Mahasiswa Institut

(BEM I), Pak Pres. Ali, Dullah, Asyhar, Topiq, Zamroni, Nur Hadi MD.

Maghfuron, Ismail, Boss Nia, Unatin, Elly, Lina, dkk. Jangan pernah lelah

membawa amanat mahasiswa;

9. Kawan-kawan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEM J) al Ahwal al

Syakhshiyah 2005-2006, Ning Rida, Ko2k, Amin Fauzi, Anam, Jaza’, Irdie,

Ninik, Syafiq dkk. Terima kasih telah menemani penulis menjalani proses

yang tak pernah terlupakan;

10. Kawan-kawan Aliansi BEM Kota Semarang Peduli Rakyat (SIBESPERA),

teruslah kalian beraksi, jangan pernah surut dan pantang

menyerah,”Mahasiswa bersatu tak dapat dikalahkan”;

11. Keluarga Mahasiswa dan Pelajar Pati (KMPP), Bang Nadzir, Bang Shoib, Ali

Masthuri, Sunardi, Call Is, Marqoni, Akrom W., M. Na’im, Nana Istafa dkk.

rekatkan tali silaturrahim jangan pernah putus;

12. Mbah Rono wa ahli baitihi, Mbak Asih, Mas As’ad serta Misbah,thanx for all

13. Alumni PP. Al Anwar, Me2k, Salempong, Darmen Fakhroni, Pak Dhe dan

seluruh penghuni Dar As Salam 05, tataplah masa depan dengan penuh

harapan;

14. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon

syari’ah IAIN Walisongo Semarang, Attan, Sutono, Suji’, Ghozalie, Arif M.

Najib al Rahman, Ikrom, Ing Q, Tiwik, Sofi, Etik Bita, Ika, Impong dan

Page 11: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

Sahabat-Sahabati yang ada di YPMI, tetaplah mengepalkan tangan dan maju

ke muka;

15. Teman-teman cangkruk, Mbhendhol, Gandhoz, Nghanyong dan Syakik,

jangan pernah lewatkan malam tanpa arti;

16. Temen-temen main Lilik, Luluk, Ella dan Hilya, waktu yang telah terlewati

takkan kembali jadi pergunakanlah waktu yang ada sebaik-baiknya;

17. Para Asatidz dan Asatidzah TPQ al Iman Kembangarum Semarang Barat,

Husain, Ikka dan Pak Yanto beserta talamidzihim, jangan pernah lelah untuk

mengamalkan ilmu;

18. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dalam wujud apapun demi

kelancaran sehingga terwujudnya skripsi ini semoga menjadi amal baik di dunia

dan akhirat, jazakumullah ahsanal jaza’.

Pada akhirnya penulis menyadari “ Tak ada gading yang tak retak” begitu

pula dalam penulisan skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,

karenanya saran dan kritik yang konstruktif dengan senang hati penulis harapkan

dan terima dengan baik, demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semuanya.

Semarang, 25 Juli

2007

Penulis,

Ahmad Shofwan NIM. 032111028

Page 12: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang tidak hanya mengajarkan ibadah yang

sifatnya hanya mengandung unsur ritual saja, tetapi juga mengajarkan ibadah

yang memiliki nilai kepedulian sosial yang luar biasa, sebagai buktinya adalah

ibadah puasa dan zakat serta ibadah lain yang berfungsi sosial. Hal tersebut

sebagai pengejawantahan tujuan islam diturunkan ke dunia ini adalah menjadi

Rahmatan lil ‘Alamin (rahmat bagi seluruh umat manusia).

Dalam Islam terdapat juga ajaran yang menganjurkan kepada umatnya

untuk meraih kehidupan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk

mencapai kebahagiaan tersebut manusia dituntut untuk mematuhi segala

aturan yang telah ditentukan oleh Allah baik yang berbentuk perintah maupun

larangan. Kehidupan manusia di alam dunia yang fana (sementara) ini, pada

hakekatnya merupakan jembatan untuk menuju ke alam akhirat yang kekal.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat al Qashash ayat 77:

الدارالاخرة ولاتنس نصيبك من الدنياواحسن وابتغ فيما اتك اهللا اليك ولاتبغ الفسادفى لايحب .الارض آمااحسن اهللا ان اهللا

)77:القصص(المفسدينArtinya: ”Dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Page 13: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

2

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.1

Di antara ibadah yang tidak hanya berfungsi sebagai ibadah saja adalah

wakaf. Kendatipun di dalam Al-Qur’an tidak jelas dan tegas menyebut wakaf,

namun oleh para ahli terdapat beberapa ayat yang dijadikan sebagai landasan

praktek perwakafan.2 Di antaranya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat

92:

لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء فإن اهللا به )92:ال عمران( عليم

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.3

Salah satu cara membelanjakan benda yang disenangi untuk kebaikan

adalah dengan cara berwakaf. Karena pahala wakaf akan terus mengalir

selama barang yang diwakafkan itu masih dimanfaatkan oleh manusia yang

masih hidup. Hal tersebut telah diterangkan oleh Nabi Muhammad bahwa

shodaqoh yang berkesinambungan (tidak habis dengan sekali pakai), maka

pahalanya akan berlanjut terus menerus meskipun shadiqnya (orang yang

bershadaqah) telah meninggal dunia.

Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw:

اذا مات : عن ابي هريرة ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قالاو علم ينتفع , صدقة جارية: انقطع عنه عمله اال من ثالثةاالنسان

4 ).رواه مسلم. (او ولد صالح يدعوله, به

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1989, hal. 623. 2 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, UI-Press, Jakarta,

1988, hal. 80. 3 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 91. 4 Imam Muslim, Shahih Muslim jilid II, Dar al-Fikr, Beirut Libanon, 1993, hal. 70.

Page 14: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

3

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Katanya, Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga (perkara): Shadaqah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh yang berdoa untuk orang tuanya. (HR. Muslim).

Istilah shadaqah jariyah dapat diartikan sebagai wakaf, ketika mauquf

(barang wakaf) masih bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kebaikan, maka

selama itu pula waqif mendapat pahala secara terus-menerus, meskipun telah

meninggal dunia.

Menurut riwayat, wakaf pertama kali dilakukan oleh Umar bin Khattab

r.a., sebagaimana yang diterangkan dalam Hadits Rasulullah saw.:

. م.فاتىالنبي ص, اصاب عمر ارضا بخيبر: عن ابن عمر قالاني اصبت ارضا بخيبر لم اصب . يا رسول اهللا: فقال, يستامره فيها

ان شئت حبست اصلها ( :قال. انفس عندي منه هو ماال قط , وال يورث, اانه اليباع اصله: فتصدق بها عمر: قال) وتصدقت بهاوفى , وفى الرقاب, وفى القرب, فتصدق بها في الفقراء, وال يوهبال جناح على من وليها ان ياآل . والضيف, وابن سبيل, سبيل اهللا

وللفظ . متفق عليه. ويطعم صديقا غير متمول ماال, منها بالمعروف 5 .لمسلم

Artinya: “Dari Ibnu Umar, ia berkata: Umar dapat satu tanah di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi saw. guna meminta instruksi sehubungan dengan tanah tersebut, Ia berkata: Ya Rasulullah sesungguhnya aku telah memperoleh tanah di Khaibar, yang aku tidak menyenanginya seperti padanya, apa yang engkau perintahkan kepadaku dengannya?. Beliau bersabda: “jika kamu menginginkan tahanlah aslinya dan shadaqahkan hasilnya. Maka bersadaqahlah Umar, tanah tersebut tidak bisa dijual, dihibahkan, dan diwariskan. Ia menshadaqahkannya kepada fakir, budak-budak, pejuang di jalan Allah, Ibnu Sabil dan tamu-tamu. Tidak berdosa orang yang mengelolanya, memakan hasil dari tanah tersebut dengan cara ma’ruf dan memakannya tanpa maksud memperkaya diri”. (Muttafaq ‘alaihi, tetapi lafal itu bagi Muslim)

5 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 3, Dar Fikr, Libanon, Beirut. t.th., hal. 196.

Page 15: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

4

Di Indonesia, persoalan perwakafan tanah diberi perhatian khusus

sebagaimana terlihat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang pokok

peraturan Agraria, Bab II, bagian XI, Pasal 49. Dalam pasal itu disebutkan

bahwa untuk melindungi berlangsungnya perwakafan tanah di Indonesia,

pemerintah memberikan pengaturan melalui Peraturan Pemerintah (PP). PP

tersebut baru dikeluarkan setelah 17 Tahun berlakunya UU Pokok Agraria itu,

yakni PP Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.

Permasalahan wakaf Juga dijelaskan dalam KHI pada buku III, serta UU

wakaf yang terbaru adalah UU No 41 Tahun 2004, yang kesemuanya itu

mengatur tatacara perwakafan dari awal hingga akhir, mulai permohonan,

pendaftaran, ikrar wakaf, perubahan status wakaf, penyelesaian sengketa dan

pengawasan wakaf.

Wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 215 jo. Pasal 1 (1) PP.

No. 28/1977: Wakaf adalah perbuatan Hukum seseorang atau kelompok orang

atau badan Hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.6

Harta wakaf adalah amanah Allah, yang kebaikannya terletak di

tangan nadzir, oleh sebab itu nadzir adalah orang yang paling bertanggung

jawab terhadap harta wakaf yang dipegangnya karena harta wakaf bukanlah

milik si nadzir. Nadzir hanya berhak sekedar jerih payahnya dalam mengurus

harta wakaf, penyimpangan dari itu berarti sudah mengkhianati amanah dari

6 Departemen Agama RI, Tanya Jawab Komplikasi Hukum Islam, Depag, Jakarta,

1997/1998, hal. 145.

Page 16: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

5

Allah, oleh karena itu begitu pentingnya kedudukan nadzir dalam perwakafan

maka pada diri nadzir perlu terdapat beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi.

Dalam perkembangannya ditemukan barang wakaf yang pada awalnya

berfungsi maksimal tetapi lambat laun karena berbagai faktor akan berkurang

manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya lagi. Seperti halnya tanah wakaf

yang dijadikan masjid, yang semula dapat dimanfaatkan dengan maksimal

namun kemudian menjadi tidak bermanfaat karena letaknya tidak strategis

disebabkan terkena proyek tata kota ataupun karena tanah wakaf yang

dijadikan masjid tadi menjadi labil sehingga dimungkinkan rawan terjadi

longsor.

Dari fenomena di atas diperlukan adanya pemindahan ataupun

penukaran (ruilslag) tanah wakaf yang sudah tidak bisa berfungsi maksimal

lagi guna memaksimalkan manfaat tanah wakaf sehingga esensi wakaf dapat

tercapai.

Dalam hal ini para Ulama’ Madzhab mempunyai pandangan

sebagaimana berikut:

Menurut Ibnu ‘Abidin sebagai salah satu penerus madzhab Hanafi

memperbolehkan adanya tukar guling terhadap tanah wakaf serta

memberikan banyak kelonggaran. Namun tukar guling juga harus memenuhi

beberapa syarat diantaranya: harus ada tanah pengganti yang baru atau tanah

yang lama dijual kemudian diganti dengan yang lain. Menurut Ibnu ‘Abidin

pergantian benda wakaf dimungkinkan terjadi dalam tiga hal, yakni: 1)

Page 17: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

6

Karena waqif mensyaratkan dengan memperbolehkan bagi dirinya atau orang

lain untuk menukar benda wakaf tersebut. 2) Karena waqif tidak menyatakan

hak untuk menjual dan mengganti benda wakaf, namun dikemudian hari

ternyata benda wakaf itu tidak bermanfaat lagi. Maka dalam hal ini benda

wakaf boleh dijual atau diganti dengan benda lain yang sama. 3) Karena waqif

juga tidak menyatakan dan benda wakaf masih berfungsi dengan maksimal.

Namun ada benda lain yang mendatangkan manfaat lebih baik dan lebih

banyak dari benda wakaf awal.7

Kemudian Imam Malik memperbolehkan adanya tukar guling dalam

keadaan darurat, namun juga didasarkan atas asas dari benda wakaf baik

bergerak ataupun tidak, yakni adanya manfaat pada masa yang akan datang.

Seperti halnya masjid yang telah rusak dan roboh sehingga sukar

memakmurkannya boleh dijual dan dibelikan perkara baru yang sama.8 Maka

demi keberlangsungannya dari manfaat benda wakaf, maka benda wakaf harus

dijual dan digantikan dengan barang yang baru, sehingga manfaat dari benda

wakaf masih bisa dirasakan di masa mendatang.

Iman Syafi’i pada dasarnya hampir sama dengan Imam Malik yakni

melarang adanya tukar guling tanah wakaf kecuali dalam keadaan darurat,

seperti telah rusaknya sebuah masjid dan diperlukan adanya pergantian seperti

juga adanya kepentingan umum yang menyebabkan tanah wakaf harus diganti

di tempat yang lain.9

7 Ibnu Abidin, Radd al-Muhtar, Juz 6, Dar al Kutub al ‘Amaliyah, Beirut Lebanon, t.th.,

hal. 583-584. 8 Muhammad Abu Zahrah, al-Waqfu, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1971, hal. 161. 9 Imam Syafi’i, al ‘Umm, Juz 5, Dar al Fikr, Beirut Libanon, t.th., hal. 65.

Page 18: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

7

Kemudian Imam Hambali memberikan sedikit kelonggaran tentang

diperbolehkannya menjual benda wakaf dan menggantinya dengan benda baru

yang sama karena benda wakaf tersebut tidak bisa berfungsi dengan

maksimal. Dicontohkan seperti terlalu kecilnya sebuah masjid dibanding

dengan jamaah yang ada. Karena itu perlu dicarikan tanah yang luas sehingga

seluruh jamaah dapat tertampung.10

Dari pendapat para Imam Madzhab mengenai tukar guling terhadap

tanah wakaf jelas membolehkan adanya tukar guling terhadap tanah wakaf

meskipun dengan berbagai persyaratan yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut dilatarbelakangi karena tidak adanya dalil yang

sharih (jelas) baik dari al-Hadits maupun dari al-Qur’an tentang pelarangan

serta diperbolehkannya tukar guling terhadap tanah wakaf.

Perbedaan dalam islam memang menjadi sebuah keniscayaan, itu

disebabkan karena dalil-dalil syari’at menurut dalalahnya (penunjukannya)

pada dasarnya terbagi dua, yakni qath’iyyah dan dhanniyyah. Qath’iyyah

adalah hukum-hukum yang sudah pasti, tegas dan jelas dan tidak membuka

kemungkinan bagi umat Islam untuk berbeda pendapat di dalamnya.

Sedangkan dhanniyyah adalah hukum-hukum yang belum pasti, belum tegas

dan masih mengandung kesamaran, sehingga membuka kemungkinan untuk

berbeda pendapat.11

Berdasarkan pendapat Ibnu ‘Abidin yang membolehkan adanya tukar

guling (ruilslag) tanah wakaf yang memberikan persyaratan paling longgar,

10 Imam Hambali, al Muqna’, Dar al Kutub al ‘Alamiyah, Beirut Lebanon, t.th., hal. 164. 11 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh, Dar al-Fikr, Beirut Libanon, t.th., hal. 43-46.

Page 19: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

8

maka penulis bermaksud mengangkat dan membahas pendapat Imam Abu

Hanifah tentang diperbolehkannya menukar-guling tanah yang sudah

diwakafkan dalam skripsi yang berjudul “STUDI ANALISIS PENDAPAT

IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG) TANAH

WAKAF”.

Dengan skripsi ini penulis berharap akan memperoleh informasi

hukum Islam yang sesuai untuk dijadikan pedoman bagi umat Islam dalam

melaksanakan wakaf, khususnya menukar-guling tanah wakaf mengingat

seringnya terjadi konflik dan polemik ketika tukar guling tanah wakaf

dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, setidaknya ada dua pokok

permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana pendapat Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling (ruilslag) tanah

wakaf ?

2. Bagaimana metode istinbat Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling (ruilslag)

tanah wakaf ?

C. Tujuan Penulisan Skripsi

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini

adalah:

1. Tujuan Fungsional :

a. Untuk mengetahui pendapat Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling

(ruilslag) tanah wakaf;

Page 20: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

9

b. Untuk mengetahui metode istinbat Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling

(ruilslag) tanah wakaf

2. Tujuan Formal

Untuk memenuhi syarat guna meraih gelar sarjana pada jenjang

strata satu (S1) di Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang.

D. Telaah Pustaka

Kajian dan penelitian tentang tanah wakaf pada dasarnya telah banyak

dilakukan, namun demikian kajian dan penelitian sebelumnya lebih umum dan

berbeda dengan penelitian ini. Oleh karena itu, agar tidak terjadi pengulangan

penelitian dan duplikasi penelitian, maka penulis memfokuskan penelitian ini

tentang pemikiran Ibnu ‘Abidin tentang tanah wakaf tukar guling (ruilslag).

Namun demikian kajian dan penelitian sebelumnya masih penulis gunakan

sebagai bahan acuan dan pembanding dalam penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian atau pembahasan yang memiliki relevansi dengan penelitian

ini adalah:

Pertama, Penelitian Noer Chasanah dengan judul Studi Analisis

terhadap Pendapat Imam Abu Hanifah Tentang Penarikan Kembali Harta

Wakaf. Hasil penelitian Chasanah menunjukkan bahwa wakaf adalah menahan

benda sebagai milik wakaf dan ditasharrufkan manfaatnya dan kedudukan

benda tersebut tidak lepas dari waqif. Waqif berhak untuk menariknya kembali

dan boleh menjualnya, karena menurut Imam Abu Hanifah tidak ada wakaf

yang bersifat abadi dan milk al-ain dari benda yang diwakafkan tetap berada

Page 21: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

10

pada milik waqif. Kecuali wakaf yang diperuntukkan bagi masjid, wakaf yang

telah diputuskan oleh hakim, wakaf yang dihubungkan dengan kematian waqif

dan wakaf yang telah dinyatakan oleh waqif untuk selama-lamanya. Dengan

berdasar istihsan penarikan kembali itu dapat dilakukan karena tujuan wakaf

adalah untuk memberikan manfaat kepada orang lain sedang milik tetap ada

pada waqif seperti halnya yang terjadi pada al ‘ariyah atau pinjaman.

Kedua, penelitian Juniyanto yang berjudul Studi Analisis Pendapat Ibnu

Abiding tentang Wakaf Barang yang digadaikan. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pendapat Ibnu Abidin tentang wakaf barang yang

digadaikan masih relefan dengan situasi dan kondisi masyarakat Indonesia

sekarang ini. Dimana banyak sekali barang yang digadaikan dibiarkan tidak

bermanfaat dan bahkan menjadi beban tanggungan penggadai karena

berkurangnya nilai suatu barang atau sebab rusaknya barang itu sendiri. Begitu

juga dalam hak pemanfaatan barang yang digadaikan maka yang lebih berhak

adalah penggadai yang dalam hal ini barang gadaian dimanfaatkan oleh

masyarakat umum sehingga penggadai dan pemegang barang gadai sama-

sama mendapatkan kebaikan. Kebaikan penggadai karena telah mewakafkan

barang miliknya dan kebaikan pemegang gadai adalah membantu penggadai

untuk melakukan kebaikan karena pada dasarnya orang yang membantu orang

lain dalam berbuat kebaikan juga mendapatkan pahala kebaikan.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Saeful ‘Ulum dengan judul

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pemerintah Kota Semarang No

90/2946 Tentang Tukar guling Tanah Wakaf Mushalla al-Makmur Kelurahan

Page 22: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

11

Tugurejo Kecamatan Tugu Semarang Kota. Hasil penelitian itu berisi

permohonan tukar guling tanah wakaf Mushalla Al-Makmur Tugurejo Tugu

yang ditolak oleh Depag. Kota Semarang dengan pertimbangan nilai jual tanah

penggantinya lebih rendah namun Pemkot. Semarang menyetujui permohonan

tersebut dengan pertimbangan nilai tanah penggantinya lebih produktif

sehingga tidak perlu berlarut-larut, karena alasan yang mendasari keduanya

sudah sesuai dengan ketentuan PMA No 1 Tahun 1978 pasal 18 ayat (3) jo.

UU No 41 Tahun 2004 pasal 41 ayat (3) yaitu Tanah atau benda wakaf

penggantinya mempunyai nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta

benda wakaf semula. Di dalam penelitian ini juga memasukkan pendapat para

Fuqaha’ termasuk Imam Abu Hanifah, tentang tukar guling tanah wakaf

namun lebih spesifik pada hukum tanah yang dijadikan masjid kemudian

ditukar guling.

Dari penelitian-penelitian tersebut jelas, bahwa penelitian Chasanah

lebih memfokuskan penarikan kembali harta yang sudah diwakafkan,

sedangkan penelitian Juniyanto lebih memfokuskan penggadaian barang yang

diwakafkan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Saiful ‘Ulum lebih

terfokus pada dikabulkannya permohonan tukar guling tanah wakaf Mushalla

al-Makmur Tugurejo Tugu oleh Pemkot. Semarang meskipun Depag. Kota

Semarang menolaknya serta membahas secara spesifik hokum tanah yang

dijadikan masjid kemudian ditukar guling. Dengan demikian, ada perbedaan

dengan penelitian ini yang lebih memfokuskan tentang tukar guling (ruilslag)

tanah wakaf secara umum dalam perspektif Ibnu ‘Abidin baik yang dijadikan

Page 23: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

12

masjid ataupun yang lain karena akan menimbulkan implikasi hukum yang

berbeda. Yang bertujuan mengkaji pengertian tukar guling (ruilslag) serta

implikasi dan manfaat yang ditimbulkan dari adanya tukar guling (ruilslag)

tanah wakaf, melalui pemikiran Ibnu ‘Abidin dengan merujuk kitab-kitab

yang secara langsung membahas pemikiran Ibnu ‘Abidin yakni Radd al

Muhtar yang merupakan karya Ibnu ‘Abidin sendiri.

E. Metode Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:

Dalam menganalisa data-data dalam skripsi ini, penulis

menggunakan metode analisis kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif

analitik, yaitu menjelaskan secara cermat dan tepat terhadap kajian

tersebut. Sedangkan pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah dalil dan istinbat yang digunakan oleh Ibnu ‘Abidin

tentang tukar guling terhadap tanah wakaf.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menitik-beratkan pada penelitian

kepustakaan (library research), maka penulis mengambil sumber data berasal

dari kitab-kitab, buku-buku, atau sumber bacaan lain yang berkenaan dengan

skripsi ini.

Dalam menganalisa data-data dalam skripsi ini, penulis menggunakan

metode analisis kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu

Page 24: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

13

menjelaskan secara cermat dan tepat terhadap kajian tersebut. Sedangkan

pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dalil dan

istinbat yang digunakan oleh Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling terhadap tanah

wakaf.

2. Sumber Data

Adapun datanya adalah sebagai berikut:

a. Data primer yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur

dan teknik pengambilan data yang berupa Kitab Radd al Muhtar

juz 6, karya Ibnu ‘Abidin tentang wakaf

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan

asli yang memuat data tersebut yang terdiri dari kitab:

1) Al Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu juz 8 bab wakaf karya

Wahbah al Zuhaili.

2) Al Waqfu karya Muhammad Abu Zahrah

3) Al Muqna’ karya Imam Hambali

4) Al Umm juz 5 karangan Imam Syafi’I tentang wakaf.

5) Raudhah al Thalibin jilid 4 tentang wakaf karya Abi

Zakaria Yahya bin Shirafi al Nawawi al Dimashaqi.

6) Hasyiyah al Syarqawi, Juz 2 karya Imam Syarqawi.

7) Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2004

tentang wakaf.

Dan kitab atau buku atau karya-karya yang lainnya, yang masih

berkenaan dengan judul skripsi penulis.

Page 25: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

14

3. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka

langkah selanjutnya adalah menganalisis data, melalui metode-metode

sebagai berikut:

a. Metode Deskriptif Analitis

Metode deskriptrif ini digunakan untuk menggambarkan sifat

suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penulisan dilakukan

dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.12 Untuk

selanjutnya dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara

konseptional atas suatu pernyataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan

arti yang terkandung dalam pernyataan tersebut.13

Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan pemikiran Ibnu

Abidin, kemudian dianalisis serta relevansi pemikirannya dengan

konteks sekarang.

b. Metode Ushuliyah

Metode ushuliyah yang dimaksudkan di sini adalah ushul fiqh,

yaitu pengetahuan tentang berbagai kaidah dan bahasan yang menjadi

sarana untuk mengambil hukum-hukum syara' mengenai perbuatan

manusia dari dalil-dalilnya yang terinci.14 Dengan kata lain, himpunan

12Consuelo G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, UI Press, Jakarta: 1993, hlm.

71 13Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1997, hlm. 60 14Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh , Alih Bahasa Oleh M. Zuhri dan Ahmad Qorib,

Dina Utama, Semarang: 1994, hlm. 2

Page 26: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

15

kaidah dan bahasan yang menjadi sarana untuk mengambil dalil

hukum-hukum syara' mengenai perbuatan

Metode ini digunakan untuk menganalisa dasar Istinbat yang

digunakan oleh Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling (ruilslag) terhadap

tanah wakaf.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mudah dalam memahami

skripsi ini, maka penulis akan membagi ke dalam lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah,

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka,

Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG WAKAF DAN TUKAR

GULING (RUILSLAG) TERHADAP TANAH WAKAF

Pada bab ini dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama

menjelaskan tentang Wakaf, meliputi: Pengertian Wakaf, Syarat-

syarat Wakaf. Sub bab kedua menjelaskan tentang Ruilslag

Terhadap Tanah Wakaf dengan memfokuskan pembahasannya

tentang Pengertian Ruilslag, Dasar Hukum Ruilslag dan Pandangan

Ulama’ tentang Ruilslag Terhadap Tanah Wakaf.

BAB III : PEMIKIRAN IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR

GULING (RUILSLAG) TERHADAP TANAH WAKAF

Page 27: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

16

Sub bab tiga dibagi menjadi tiga sub bahasan. Sub bab pertama

menjelaskan tentang Biografi Ibnu ‘Abidin dengan memfokuskan

pembahasannya tentang Latar Belakang Ibnu ‘Abidin, Setting

Sosial Kehidupan Ibnu ‘Abidin dan Karya-karya Ibnu ‘Abidin. Sub

bab kedua menjelaskan tentang Pendapat Ibnu ‘Abidin tentang

Ruilslag Terhadap Tanah Wakaf. Sub bab ketiga menjelaskan

tentang Dasar Hukum Ibnu ‘Abidin tentang Ruilslag Terhadap

Tanah Wakaf.

BAB IV : ANALISIS PEMIKIRAN IBNU ‘ABIDIN TENTANG

TUKAR GULING (RUILSLAG) TERHADAP TANAH

WAKAF

Pada Bab keempat ini merupakan bab analisis dengan

memfokuskan pembahasannya pada Analisis Pemikiran Ibnu

‘Abidin Tentang Ruilslag Terhadap Tanah Wakaf, Analisis Dasar

Istinbat Hukum Ibnu ‘Abidin Tentang Ruilslag Tanah Wakaf dan

Kontekstualisasi Pemikiran Ibnu ‘Abidin Tentang Ruilslag Tanah

Wakaf ke-Indonesian

BAB V : PENUTUP

Bab lima merupakan bagian akhir dari rangkaian penelitian. Bab

ini meliputi: Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup.

Page 28: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

17

Page 29: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

18

BAB II

TUKAR GULING (RUILSLAG) TERHADAP TANAH WAKAF

Sebelum berbicara tentang tukar guling terhadap tanah wakaf terlebih

dahulu penulis akan menjabarkan tentang apa yang disebut dengan wakaf serta

segala sesuatu akan yang berhubungan dengan wakaf meliputi pengertian dan

macam-macamnya serta rukun dan syarat wakaf yang memasukkan wakif (orang

yang wakaf), mauquf (benda wakaf), mauquf ‘alaih (tujuan wakaf) dan nadzir

(orang yang menerima wakaf) berikut persyaratannya serta pencatatan wakaf, baik

dalam perspektif fiqh maupun dalam Undang-Undang Wakaf serta Kompilasi

Hukum Islam (KHI) serta.

Penulis menganggap bahwa segala sesuatu di atas termasuk hal-hal yang

berhubungan dengan wakaf jadi perlu adanya penjabaran lebih lanjut

dimaksudkan agar penelitian ini lebih mendetail.

A. Tinjauan tentang Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Secara etimologis, kata wakaf berasal dari bahasa Arab, al Waqfu

bentuk mashdar dari susunan fi’il (kata kerja) وقفا- يقف –وقف kata al

Waqfu semakna dengan kata al Habs yang berasal dari bentuk mashdar

dari susunan fi’il حبس - يحبس - حبسا yang keduanya mempunyai arti yang

sama yakni menahan.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wakaf

1 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Al-‘Ishri, Multi Karya Grafika

Yogyakarta, 2000, hal. 2034 dan 733.

Page 30: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

19

diartikan “sesuatu yang diperuntukkan bagi kepentingan umum sebagai

derma atau untuk kepentingan umum yang berhubungan dengan agama”.2

Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam, wakaf didefinisikan: “Perpindahan

hak milik atas suatu harta yang bermanfaat dan tahan lama dengan cara

menyerahkan harta itu kepada pengelola baik perorangan, keluarga

maupun lembaga untuk digunakan bagi kepentingan umum di jalan

Allah”.3

Secara terminologi, banyak ahli atau pakar fiqh yang

mendefinisikan wakaf sebagai berikut:

a. Sayyid Sabiq

اى حبس المال وصرف منافعه فى حبس االصل وتسبيل الثمرة

4 .بسيل اهللاArtinya: “Wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya

dijalan Allah”

b. Imam Taqiyuddin Abi Bakr

ء عينه ممنوع من التصرف فى عينه يمكن االنتفاع به مع بقا 5حبس مال تصرف منافعه فى البر تقربا الي اهللا تعالى

Artinya: “Dengan wakaf dimungkinkan adanya pengambilan manfaat beserta menahan dan menghentikan harta yang dapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah”.

c. Ibnu ‘Abidin

2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 1006. 3Dewan Redaksi Islam, Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta1989 و, hal

168. 4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz 3, Maktabah Dar al Turas, Kairo, t.th., hal. 378. 5 Taqiyuddin Abi Bakr, Kifayah al Akhyar, Juz I Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, t.th., hal.

319.

Page 31: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

20

Menahan benda atas hukum kepemilikan dari orang yang

mewakafkan (wakif) dengan menshadaqahkan manfaatnya.6

Sedangkan pengertian wakaf dalam Undang-Undang sebagai

berikut:

a. Kompilasi Hukum Islam pasal 215 jo. Pasal 1 (1) pp. No. 28/1977

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.7

b. UU wakaf yang terbaru yaitu UU No. 41 Tahun 2004

Disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.8

Dari beberapa pengertian wakaf di atas, kiranya dapat ditarik

cakupan bahwa wakaf meliputi:

a. Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang

b. Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya atau tidak habis apabila

dipakai

c. Harta tersebut dilepaskan kepemilikannya oleh pemiliknya, kemudian

harta tersebut tidak bisa dihibahkan, diwariskan, ataupun

diperjualbelikan.

6 Ibnu ‘Abidin, Rad al-Muhtar, Juz 6, Dar al-Fikr Beirut, Lebanon, t. th., hal. 519. 7 KHI pasal 215, jo Pasal 1 (1) pp. No. 28/1977. 8 UU No. 41 Tahun 2004.

Page 32: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

21

d. Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai

dengan ajaran Islam.9

2. Dasar Hukum Wakaf

Wakaf yang dimaksud dalam kajian ini, tidak dijelaskan secara

eksplisit dalam Al-Qur’an namun demikian ditemukan petunjuk umum

tentang wakaf walaupun secara implisit. Misalnya firman Allah:

a. QS. al- Baqarah ayat 267

ياأيها الذين أمنوا أنفقوا من طيبات ما آسبتم ومما أخرجنا لكم من )267: البقرة.... (الأرض

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu..” (QS. al-Baqarah: 267)10

b. Kemudian dalam QS. Ali Imran ayat 92

إن اهللا لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شيء ف )92: ال عمران(به عليم

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Ali Imran: 92)11

c. Selain itu juga dalam QS. Al-Hajj ayat 77 sebagai berikut :

ياأيها الذين ءامنوا ارآعوا واسجدوا واعبدوا ربكم وافعلوا الخير )77 :الحج ( لعلكم تفلحون

9 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.

491. 10 Depag, op. cit, hal 46. 11Ibid., hal. 91.

Page 33: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

22

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan”. (QS. al-Hajj: 77)12

Kata-kata menafkahkan harta yang disebut dalam Al-Qur’an tidak

kurang dari 73 tempat, selain berkonotasi pada nafkah wajib, seperti zakat

atau memberi nafkah keluarga, juga menunjuk shodaqoh yang mempunyai

hukum sunnah, seperti sedekah, hibah, wakaf, serta shodaqoh yang lain.13

Menurut riwayat, wakaf pertama kali dilakukan oleh Umar Bin

Khattab r.a, yaitu mewakafkan tanah di Khaibar14. Pada dasarnya wakaf

merupakan tindakan sukarela (tabarru’) untuk mendermakan sebagian

kekayaan. Karena sifat harta benda yang diwakafkan tersebut bernilai

kekal, maka wakaf ini bernilai jariyah (kontinyu), artinya pahala akan

senantiasa diterima secara berkesinambungan selama harta wakaf tersebut

dimanfaatkan untuk kepentingan umum.15

Selain dalam Al-Qur’an di dalam beberapa Hadits juga dijelaskan

tentang shodaqoh secara umum yang dapat dipahami sebagai wakaf.

12Ibid., hal. 272. 13 Lihat penjelasan kata Yunfiquun, dalam al-Razi, Ahkam al-Qur’an, Kairo: Dar-Mushaf,

tt,hal 300.juga Ibnu ‘Araby, Ahkam Alqur’an, Mesir: Dar Ihya’ al-Kutub al-Araby, t.th., hal.10. 14 Dewan Redaksi Islam, loc. cit. 15 Ahmad Rofiq, op. cit., hal. 483.

Page 34: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

23

Diantaranya Sabda Nabi SAW:

اذا مات : عن ابي هريرة ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قالاوعلم ينتفع , صدقة جارية: االنسان انقطع عنه عمله اال من ثالثة

16).رواه مسلم. (او ولد صالح يدعوله, بهArtinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bahwa Rasulullah saw.

bersabda: Apabila manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga (perkara): Shadaqah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh yang berdoa untuk orang tuanya. (HR. Muslim).

Selain itu, juga Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan

Imam Muslim yang lebih sharih (jelas) menjelaskan tenang wakaf namun

menggunakan kata habsu:

فاتىالنبي صلى اهللا , اصاب عمر ارضا بخيبر: عن ابن عمر قالاني اصبت ارضا . ا رسول اهللاي: فقال, عليه وسلم يستامره فيها

ان شئت حبست (قال . بخيبر لم اصب ماال قط هو انفس عندي منهوال , انه اليباع اصلها: فتصدق بها عمر: قال) اصلها وتصدقت بها

وفى , وفى القرب, فتصدق بها في الفقراء, وال يوهب, يورثال جناح على من . والضيف, وابن سبيل, وفى سبيل اهللا, الرقاب

. ويطعم صديقا غير متمول ماال, يها ان ياآل منها بالمعروفول 17)متفق عليه وللفظ لمسلم(

Artinya: “Dari Ibnu Umar, Ia berkata: Umar dapat satu tanah di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW guna meminta instruksi sehubungan dengan tanah tersebut, Ia berkata: Ya Rasulullah sesungguhnya aku telah memperoleh tanah di Khaibar, yang aku tidak menyenanginya seperti padanya, apa yang engkau perintahkan kepadaku dengannya?. Beliau bersabda: “jika kamu menginginkan tahanlah aslinya dan shadaqahkan hasilnya. Maka bersadaqahlah Umar, tanah tersebut tidak bisa dijual, dihibahkan, dan diwariskan. Ia menshadaqahkannya kepada fakir, budak-budak, pejuang dijalan Allah, Ibnu Sabil dan tamu-tamu. Tidak berdosa orang yang mengelolanya, memakan hasil dari tanah tersebut dengan cara

16 Imam Muslim, Shahih Muslim Jilid II, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, hal. 70. 17 Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Juz 3, Dar Fikr Lebanon, Bairut, t.th, hal. 196.

Page 35: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

24

ma’ruf dan memakannya tanpa maksud memperkaya diri. (Muttafaq ‘alaihi, tetapi lafal itu bagi Muslim).

Itulah beberapa Hadits yang mengisyaratkan wakaf sebagai tindakan

hukum, dengan cara melepaskan hak kepemilikan atas asal barang dan

menyedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum, dengan maksud

memperoleh pahala dari Allah. Kepentingan tersebut bisa berupa kepentingan

sosial maupun keagamaan.

3. Macam-Macam Wakaf

Sejalan dengan tujuannya, wakaf terbagi menjadi dua, yaitu wakaf ahli

dan wakaf khairi.18

Wakaf ahli disebut juga wakaf keluarga, yaitu wakaf yang khusus

diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik ada ikatan

keluarga ataupun tidak. Karena wakaf ini diperuntukkan bagi orang-orang

khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini disebut pula dengan wakaf

khusus.

Yang berhak mengambil manfaat wakaf ahli ialah orang-orang tersebut

dalam sighat wakaf. Persoalan yang biasa timbul kemudian hari pada wakaf

ahli ini, ialah bila orang yang tersebut dalam sighat wakaf itu telah meninggal

dunia, atau ia tidak berketurunan dan jika dinyatakan bahwa keturunannya

berhak mengambil manfaat wakaf itu, atau orang tersebut tidak mengelola

atau mengambil manfaat harta wakaf itu.

18 Asyumi A. Rahman dkk. Ilmu Ushul Fiqh, Depag, Jakarta, 1986, hal. 220-222.

Page 36: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

25

Bila terjadi seperti yang demikian, maka biasanya harta wakaf itu

dikembalikan kepada tujuan wakaf pada umumnya, yaitu dimanfaatkan untuk

menegakkan agama Allah atau untuk keperluan sosial.

Hal ini dapat dipahami dari Hadits Ibnu Umar bahwa bila harta telah

diwakafkan berarti telah diserahkan kepada Allah SWT. Sedang manfaat harta

wakaf itu boleh digunakan untuk karib kerabat, untuk jalan Allah untuk fakir

miskin dan sebagainya. Bila karib kerabat atau orang tertentu tidak ada lagi

tentulah harta wakaf itu dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lain sesuai

dengan yang telah ditentukan Allah.19

Wakaf ahli banyak dipraktekkan di beberapa Negara Timur Tengah,

seperti Mesir, Syiria dan beberapa negara lain juga pernah mempraktekkannya

namun mengalami kesulitan-kesulitan di kemudian hari dalam menyelesaikan

perkara ataupun disebabkan munculnya persoalan yang timbul karenanya.20

Banyak di antara mereka yang menyalahgunakannya. Misalnya, 1)

Menjadikan wakaf ahli itu sebagai cara untuk menghindari pembagian atau

pemecahan harta kekayaan pada ahli waris yang berhak menerimanya, setelah

wakif meninggal dunia. 2) Wakaf ahli dijadikan alat untuk mengelak tuntutan

kreditor atas hutang-hutangnya yang dibuat si wakif sebelum mewakafkan

tanah kekayaannya.21 Oleh karena itu, di beberapa negara tersebut. Wakaf ahli

ini dibatasi dan bahkan dihapuskan seperti halnya di Mesir telah

menghapuskan Wakaf ahli ini dengan Undang-Undang No.180 Tahun 1952.

19 Proyek Pengembangan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam di

Jakarta, Ilmu Fiqh, Jilid 3, Depag, Jakarta, 1986, hal. 221. 20 Asyumi A. Rahman dkk. loc. cit. 21 Ahmad Rofiq, op. cit., hal. 492.

Page 37: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

26

Sedangkan di Syiria telah menghapus praktek wakaf ahli ini pada tahun

sebelumnya.22

Kedua wakaf khairi atau wakaf umum. Wakaf umum ini ditujukan

untuk kepentingan umum, seperti: masjid, mushalla, madrasah, pondok

pesantren maupun yang lainnya. Wakaf umum ini, sejalan dengan perintah

agama yang secara tegas menganjurkan untuk menafkahkan sebagian

kekayaan umat Islam, untuk kepentingan umum yang lebih besar dan

mempunyai nilai pahala jariyah yang tinggi, artinya meskipun si wakif telah

meninggal dunia, ia akan tetap menerima pahala wakaf, sepanjang benda

wakaf tersebut tetap dipergunakan untuk kepentingan umum.

Di Indonesia wakaf khairi inilah yang terkenal dan banyak dilakukan

kaum Muslimin. Hanya saja umat Islam di Indonesia belum mampu

mengelolanya secara baik sehingga harta wakaf itu belum dapat diambil

manfaatnya secara maksimal.23

4. Fungsi Wakaf

Fungsi wakaf menurut KHI pasal 215 adalah mengekalkan manfaat

benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf yaitu melembagakannya untuk

selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai

dengan ajaran Islam24.

Sedangkan fungsi wakaf menurut redaksi Pasal 5 UU No. 41 Tahun

2004 bahwa “wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis

22 Ibid. 23 Ibid., hal. 222. 24 Kompilasi Pasal 216 dan PP. No. 28/1997 Pasal 2.

Page 38: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

27

harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan

kesejahteraan umum”.25

Jadi fungsi wakaf menurut KHI pasal 215 dan Pasal 5 UU No. 41

Tahun 2004 dimaksudkan dengan adanya wakaf terciptanya sarana dan

prasarana bagi kepentingan umum sehingga terwujudnya kesejahteraan

bersama baik dalam hal ibadah ataupun dalam hal mu’amalah. Dengan

demikian orang yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan, dapat

tertolong kesejahteraannya dengan adanya wakaf. Kemudian pada umumnya

baik umat Islam pada khususnya ataupun umat lain yang hidup berdampingan

dengan umat Islam pada umumnya, dapat menggunakan benda wakaf sebagai

fasilitas umum sekaligus dapat mengambil manfaatnya.

Hal ini sebagai salah satu bukti bahwa keberadaan islam dan umatnya

menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-

Anbiya’ ayat 107 sebagaimana berikut:

)107: االنبياء(عالمين وما أرسلناك إلا رحمة لل Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiya’: 107)26

Sekaligus menepis anggapan bahwa Islam dan umatnya tidak

menghargai dan mengakui serta tidak mau hidup berdampingan dengan umat

non muslim lainnya.

25 Pasal 5 UU No. 41 Tahun 2004. 26 Departemen Agama RI, op. cit., hal. 508.

Page 39: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

28

5. Rukun dan Syarat Wakaf

Kendatipun para Mujtahid berbeda pendapat mengenai konsep wakaf

dan perbedaan pendapat itu tercermin dalam perumusan, namun semuanya

sependapat bahwa untuk pembentukan lembaga wakaf diperlukan beberapa

rukun. Unsur-unsur pembentuk yang juga merupakan rukun wakaf yaitu: 1)

orang yang berwakaf atau wakif, 2) harta yang diwakafkan atau mauquf, 3)

tujuan wakaf atau mauquf alaih dan, 4) sighat.

a. Wakif (orang yang berwakaf)

Wakif adalah orang atau orang-orang ataupun badan hukum yang

mewakafkan benda miliknya.27 Jadi wakif tidak hanya perorangan tetapi

juga bisa dalam bentuk organisasi dan badan hukum.28

Wakif atau orang yang mewakafkan amalan wakaf pada hakikatnya

adalah tindakan tabarru’ (melepaskan hak milik tanpa mengharap

imbalan), karena itu syarat seorang wakif adalah cakap melakukan

tindakan tabarru’.29 Mengenai kecakapan bertindak, dalam hukum fiqh

ada dua istilah yang perlu dipahami untuk membedakannya, yakni baligh

dan rasyid. Pengertian baligh menitikberatkan pada usia, dalam hal ini

umumnya ulama berpendapat umur 15 tahun. Adapun yang dimaksud

dengan rasyid adalah cerdas atau kematangan dalam bertindak. Oleh

27 Pasal 215 (2) KHI dan pasal 1 (2) PP No. 28 Tahun 1977. 28 Pasal 7 UU No. 41 Tahun 2004. 29 Muhammad Rawas Qal’ah Jay, Mausu’ah Fiqh Umar Ibn Al-Khatab, Dar Al Nafais,

Beirut, Libanon, 1409 H./1989 M, hal. 887.

Page 40: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

29

karena itu, menurut Jumhur Ulama’ tidak ada wakaf yang bisa dilakukan

oleh orang bodoh atau pailit (bangkrut).30

Adapun syarat-syaratnya dikemukakan pada pasal 8 UU No. 41

Tahun 2004 dikemukakan dalam pasal wakif perseorangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 huruf a hanya dapat melakukan wakaf apabila

memenuhi persyaratan:

1) Dewasa;

2) Berakal sehat;

3) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum;31 dan

4) Pemilik sah harta benda wakaf.

Sedangkan bagi wakif yang berasal dari organisasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 huruf b hanya dapat melakukan wakaf apabila

memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf

milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang

bersangkutan.

Kemudian bagi wakif yang berasal dari badan hukum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 huruf c hanya dapat melakukan wakaf apabila

memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf

milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang

bersangkutan. (lihat juga Pasal 3 PP. No 28/1977).

30 Said Agil Husin Al Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Penamadani, Jakarta

2004, hal. 136. 31 Maksud dari tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum adalah sudah

memenuhi kriteria selain baligh dan berakal sehat juga harus rasyid sebagaimana yang dijelaskan fuqaha’ serta Said Agil al-Munawar dalam bukunya Hukum Islam Dan Pluralitas Sosial hal. 136. Dengan demikian segala perbuatan dari wakif dapat dipertanggungjawabkan di depan hukum.

Page 41: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

30

Dalam kaitannya ini tidak ada ketentuan yang mengharuskan

seorang wakif haruslah seorang Muslim, oleh sebab itu, orang non muslim

pun dapat melakukan wakaf. Sepanjang ia melakukannya sesuai dengan

ketentuan ajaran Islam, dan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, wakaf yang tabarru’ (melepaskan hak milik tanpa

mengharap imbalan), dalam pelaksanaannya tidak diperlukan adanya

qabul (ucapan menerima) dari orang yang menerima wakaf. Namun

demikian ketentuan ini perlu dipahami, bahwa dalam pelaksanaannya

hendaknya diikuti dengan bukti-bukti tertulis, agar tindakan hukum wakaf

tersebut mempunyai kekuatan hukum sekaligus menciptakan tertib

administrasi. 32

Seorang wakif tidak boleh mencabut kembali benda yang sudah

diwakafkannya dan dilarang menuntut agar harta yang sudah diwakafkan

dikembalikan ke dalam bagian hak miliknya dalam keadaan apapun.33

b. Mauquf (benda yang diwakafkan)

Semua harta benda wakaf yang akan diwakafkan menjadi sah,

apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat dari benda yang

akan diwakafkan adalah sebagai berikut:

1) Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, tidak sekali

pakai. Hal ini karena watak wakaf yang lebih mementingkan manfaat

benda tersebut.

32 Ahmad Rofiq, op.cit., hal. 493. 33 Imam Syafi’i, al ‘Umm juz 4, Dar al Fikr, Beirut Libanon, t.th., hal. 62.

Page 42: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

31

2) Benda wakaf dapat berupa milik pribadi, kelompok atau badan hukum

(al masya’).

3) Hak milik wakif harus jelas batas-batas kepemilikannya, selain itu

benda wakaf merupakan benda milik yang bebas segala pembebanan,

ikatan, sitaan dan sengketa.

4) Harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batasan-

batasannya (misalnya tanah).34

5) Benda wakaf dapat dialihkan hanya jika jelas-jelas untuk maslahah

yang lebih besar.

6) Harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda yang bergerak dan yang

tidak bergerak.

7) Benda wakaf tidak dapat diperjualbelikan, dihibahkan atau diwariskan.

8) Bukan barang haram atau najis.35

Pada awal permulaan wakaf disyari’atkan yakni pada zaman Rasul.

Sedangkan sifat dari harta wakaf ialah harta yang tahan lama dan

bermanfaat, seperti tanah dan kebun. Tetapi kemudian para ulama

berpendapat bahwa harta selain tanah dan kebun pun dapat diwakafkan

asal bermanfaat dan tahan lama. Tetapi dalam perkembangannya banyak

pula yang mewakafkan harta yang bergerak seperti yang dikemukakan

dalam pasal 215 ayat (4) dari UU No. 41 Tahun 2006, dikemukakan

“Benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak

34 Said Agil Husin Al Munawar, op. cit., hal. 136-139. 35 Muhammad Rawas Qal’ah, op. cit., hal. 877.

Page 43: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

32

bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan

bernilai menurut ajaran Islam”.

Adapun benda yang tidak bergerak seperti yang tertera pada UU

No. 41 Tahun 2004 pada pasal 16 ayat (2) adalah:

1) Adalah tanah yang di dalamnya dilekati oleh hak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2) Bangunan atau bagian dari bangunan;

3) Tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah;

4) Hak milik atas satuan rumah susun di atas tanah hak milik;

Adapun benda yang bergerak meliputi:

1) Uang;

2) Logam mulia;

3) Surat berharga;

4) Kendaraan;

5) Hak atas kekayaan intelektual;

6) Hak sewa; dan

7) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari’ah dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sedang syarat benda-benda wakaf menurut versi Kompilasi

Hukum Islam (KHI) merupakan benda milik yang bebas segala

pembebanan, ikatan, sitaan dan sengketa (Pasal 217 ayat (3)).

Page 44: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

33

c. Mauquf ‘alaih (tujuan wakaf)

Dalam pelaksanaan wakaf seharusnya Wakif menentukan tujuan

dalam mewakafkan harta benda miliknya, seperti harta wakaf tersebut

digunakan untuk Masjid, pondok pesantren atau yang lainnya. Dalam

wakaf yang utama adalah wakaf itu diperuntukkan untuk kebaikan mencari

keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada Nya. Oleh karena itu tidak

diperbolehkan memberikan wakaf untuk kepentingan maksiat, atau

membantu, mendukung dan atau yang memungkinkan digunakan untuk

tujuan maksiat.

Untuk lebih konkritnya tujuan wakaf adalah sebagai berikut:

1) Untuk mencari keridhaan Allah, termasuk di dalamnya segala macam

usaha untuk menegakkan agama Islam, seperti: mendirikan tempat-

tempat ibadah kaum muslimin, kegiatan dakwah, pendidikan agama

Islam, penelitian ilmu-ilmu agama Islam dan sebagainya. Karena itu

seseorang tidak dapat mewakafkan hartanya, untuk kepentingan

maksiat, atau keperluan yang bertentangan dengan agama Islam,

seperti untuk mendirikan rumah ibadah agama lain, membantu

pendidikan selain Islam dan lain-lain. Demikian juga wakaf tidak

boleh dikelola dalam usaha yang bertentangan dengan agama Islam,

seperti untuk industri minuman keras, ternak babi dan sebagainya.

Page 45: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

34

2) Untuk kepentingan masyarakat, seperti: membantu fakir miskin,

orang-orang terlantar, kerabat, mendirikan sekolah, asrama anak yatim

piatu dan sebagainya.36

3) Tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah pada

umumnya, sekurang-kurangnya tujuannya harus merupakan hal yang

mubah menurut kaidah hukum Islam.37

d. Shigat wakaf ( ikrar wakaf)

Sighat wakaf adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk

mewakafkan tanah benda miliknya.38 Dalam sighat atau pernyataan wakaf

harus dinyatakan dengan tegas baik secara lisan maupun tulisan, dan

disebutkan dengan jelas benda yang diwakafkan, kepada siapa diwakafkan

dan untuk apa dimanfaatkan.39 Sighat tersebut biasanya menggunakan kata

“aku mewakafkan” atau “aku menahan” atau kalimat semakna lainnya.

Dengan pernyataan wakif tersebut, maka gugurlah hak wakif. Selanjutnya

benda itu menjadi milik mutlak Allah yang dimanfaatkan untuk

kepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf. Oleh karena itu, benda

yang telah diikrarkan untuk wakafnya, tidak bisa dihibahkan,

diperjualbelikan, maupun diwariskan.40

Mengenai masalah saksi dalam ikrar wakaf, tidak dibicarakan

dalam kitab-kitab hukum (fiqh) Islam, karena mungkin para ahli fiqh

36 Depag RI, Ilmu Fiqh, Ditjen Bimbingan Islam, Jakarta, 1986, hal. 216. 37 Muhammad Daud Ali, op. cit., hal 87. 38 KHI Pasal 215 (3) jo. Pasal 1 ayat (3) PP. No. 28 Tahun 1977. 39. Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta

2002, hal. 31 40 Drs. Ahmad Rofiq, op. cit., hal. 216.

Page 46: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

35

menggolongkan wakaf ke dalam aqad tabarru’ yakni janji untuk

melepaskan hak tanpa suatu imbalan kebendaan. Pelepasan hak itu

ditujukan kepada Allah dalam rangka beribadah untuk memperoleh

keridhaan-Nya. Namun, karena masalah ini termasuk ke dalam kategori

maslahah mursalah yakni untuk kemaslahatan umum, maka soal

kesaksian itu perlu juga diperhatikan. Juga pernyataan wakif harus jelas

yakni 1) melepaskan haknya atas pemilikan benda yang diwakafkan, dan

2) menentukan peruntukan benda itu apakah khusus untuk kepentingan

orang-orang tertentu ataukah umum untuk kepentingan masyarakat.41

Dalam pasal 5 PP Nomor 28 Tahun 1977 jo. Pasal 218 KHI jo.

Pasal 17 UU No 41 Tahun 2004.

1) Pihak yang mewakafkan tanahnya harus mengikrarkan kehendaknya

secara jelas dan tegas kepada Nadzir di hadapan Pejabat Pembuat Akta

Ikrar Wakaf (PPAIW) sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (2) yang

kemudian menuangkannya dalam bentuk akta ikrar wakaf, dengan

disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.

2) Dalam keadaan tertentu penyimpangan dari ketentuan dimaksud dalam

ayat (10) dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapat

persetujuan Menteri Agama.

e. Nadzir (orang yang memelihara benda wakaf)

Pada umumnya di dalam kitab-kitab fiqh tidak mencantumkan

nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf. Ini dapat dimengerti, karena

41 Muhammad Ali Daud, op. cit., hal. 88.

Page 47: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

36

wakaf adalah ibadah tabarru’. Namun demikian, dengan perkembangan

zaman serta memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat

dari benda wakaf, maka kehadiran nadzir sangat penting.

Nadzir adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk

memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan

wujud dan tujuannya.42

1) Ketentuan nadzir

Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi nadzir asal saja ia

berhak melakukan tindakan hukum. Adapun mengenai ketentuan

nadzir sebagaimana tercantum pada pasal 9-14 UU No. 41 Tahun 2004

meliputi:

Pasal 9 nadzir meliputi:

a) Perorangan;

b) Organisasi; atau

c) Badan hukum

Pasal 10

a) Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a hanya

dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan:

(1) Warga negara indonesia;

(2) Beragama islam;

(3) Dewasa;

42 Ibid.. hal 91

Page 48: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

37

(4) Sehat jasmani dan rohani; dan

(5) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.43

Sedangkan pada KHI pasal 215 ayat (4) syarat nadzir

perorangan ditambah dengan adanya ketentuan nadzir bertempat

tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkan.

b) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya

dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan :

(1) Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi

persyaratan nadzir perorangan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1); dan

(2) Organisasi yang bersangkutan bergerak dibidang sosial,

kemasyarakatan, dan atau keagamaan Islam.

c) Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c hanya

dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan :

(1) Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

(2) Badan hukum yang bersangkutan bergerak dibidang sosial,

kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

d) Pelaksanaan wakaf direalisasikan segera setelah ikrar. Hal ini

karena pemilikan benda telah lepas dari wakif. Karena itu wakaf

43 Terhalangnya melakukan perbuatan hukum bagi seorang nadzir sama halnya dengan

wakif. Jadi dalam hal ini seorang nadzir harus memenuhi syarat selain dan berakal sehat juga harus memiliki kecakapan yakni rasyid.

Page 49: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

38

tidak boleh digantungkan kepada suatu keadaan atau syarat

tertentu, misalnya pada kematian seseorang, atau kondisi tertentu.

d) Apabila seorang wakif menentukan syarat dalam pelaksanaan

pengelolaan benda wakaf, yang mana syarat tersebut tidak

bertentangan dengan tujuan wakaf, maka nadzir perlu

memperhatikannya. Tetapi apabila syarat tersebut bertentangan

dengan tujuan wakaf semula, seperti masjid yang jama’ahnya

terbatas golongan tertentu saja. Nadzir tidak perlu memperhatikan.

44

2) Kewajiban dan hak-hak nadzir atas benda wakaf

Nadzir sebagai pihak yang bertugas memelihara dan mengurusi

wakaf mempunyai kedudukan penting dalam perwakafan. Meskipun

demikian, tidak berarti nadzir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap

harta yang diamanatkan kepadanya. Pada umumnya ulama sepakat

bahwa kekuasaan nadzir hanya terbatas pada pengelolaan wakaf untuk

dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif.45

Kewajiban dan hak-hak nadzir diatur dalam pasal 220 KHI jo

pasal 7 PP No. 28 Tahun 977 sebagai berikut:

a) Nadzir berkewajiban untuk mengurus dan bertanggungjawab atas

kekayaan wakaf serta hasilnya, dan pelaksanaan perwakafan sesuai

44 Ahmad Rofiq, op. cit., hal. 501. 45 Said Agil, op. cit., hal. 157.

Page 50: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

39

dengan tujuannya menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh

Menteri Agama.

b) Nadzir diwajibkan membuat laporan secara berkala atas semua hal

yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana dimaksudkan

dalam ayat (1) kepada kepala Kantor Urusan Agama kecamatan

setempat dengan tembusan kepada Majelis Ulama’ Kecamatan dan

Camat setempat.

c) Tatacara pembuatan laporan seperti dimaksudkan dalam ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Agama,

Pada pasal 222 KHI dan pasal 8 PP No. 28/1977 dinyatakan:

“nadzir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang jenis dan

jumlahnya ditentukan berdasarkan kelayakan atas saran Majelis

Ulama’ Kecamatan dan Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan

setempat”.

Kemudian yang berhak menentukan nadzir wakaf adalah wakif.

Mungkin ia sendiri yang menjadi nadzir, mungkin pula diserahkannya

kepada orang lain, baik perorangan maupun organisasi. Namun agar

perwakafan dapat terselenggara dengan sebaik-baiknya, maka

pemerintah berhak campur tangan mengeluarkan berbagai peraturan

mengenai perwakafan, termasuk menentukan Nadzirnya yakni melalui

persetujuan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf).46

46 Daud Ali, op. cit., hal. 93.

Page 51: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

40

Pasal 13

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11, nadzir memperoleh pembinaan dari Pemerintah dan Badan

Wakaf Indonesia.

6. Pendaftaran Tanah Wakaf

Menurut pendapat Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Hambali

wakaf dianggap telah terlaksana dengan adanya lafal atau sighat, walaupun

tidak ditetapkan oleh hakim. Kepemilikan yang semula dari Wakif telah hilang

atau berpindah dengan terjadinya lafal, walaupun barang itu masih berada di

tangan wakif. Menurut beberapa pendapat Imam Madzhab di atas bahwa

dalam perwakafan tidak diperlukan banyak persyaratan menyangkut prosedur

atau tata cara pelaksanaan wakaf. Hanya saja Abu Hanifah yang berpendapat

bahwa benda wakaf belum terlepas dari milik wakif, sampai hakim

memberikan yaitu mengumumkan barang wakaf tersebut.47

Pendaftaran tanah wakaf diatur dalam pasal 10 ayat (1) s/d (5) PP No.

28 Tahun 1977 jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 jo. KHI

pasal 223, maka pelaksanaan wakaf itu dilakukan sebagai berikut:

Yakni wakif menghadap kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, yakni

Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan di mana tanah yang akan

diwakafkan itu berada, dengan dihadiri sekurang-kurangnya dua saksi. Setelah

selesai ikrar wakaf, maka PPAIW atas nama nadzir diharuskan mengajukan

permohonan, kepada Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah cq. Kepala Sub

47 Hasbi ash-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hal 179.

Page 52: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

41

Direktorat Agraria setempat untuk mendaftar perwakafan tanah milik tersebut

menurut ketentuan PP No. 10 Tahun 1961. selanjutnya Kepala Sub Direktorat

Agraria mencatatnya pada buku tanah dan sertifikatnya. Tapi kalau tanah

wakaf tersebut belum mempunyai sertifikat, maka pencatatannya dilakukan

setelah dibuatkan sertifikatnya. Setelah nadzir yang bersangkutan wajib

melaporkannya kepada pejabat yang ditunjuk oleh menteri agama dalam hal

ini pejabat tersebut seperti dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) huruf a Peraturan

Menteri Agama No. 1 Tahun 1978 adalah Kepala KUA.48

Dalam melaksanakan ikrar harus disertai dengan surat-surat sebagai

berikut :

a. Tanda bukti pemilikan harta benda.

b. Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harus

disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat oleh Camat

setempat yang menerangkan kepemilikan benda tidak bergerak dimaksud.

c. Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda tidak

bergerak yang bersangkutan.49

Sedangkan akta ikrar wakaf sendiri dibuat rangkap masing-masing

untuk:

a. PPAIW

b. Bupati/ Walikota Madya Kepala Daerah dalam hal ini Kepala Subdit

Agraria setempat

48 Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perwakafan Tanah Milik,

Proyek Pembinaan Zakat Dan Wakaf, Jakarta 1984/1985,hal. 124

49 Pasal 9 PP No 28 Tahun 1977.

Page 53: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

42

c. Pengadilan Agama yang mewilayahinya

Salinan dibuat rangkap empat untuk disampaikan kepada :

a. Wakif

b. Nadzir

c. Kandepag. Kabupaten/Kotamadya

d. Kepala Desa yang bersangkutan50

Khusus untuk perwakafan yang terjadi sebelum berlakunya PP No. 28

Tahun 1977, tatacara pendaftarannya diatur dalam pasal 15 dan 16 Peraturan

Menteri Agama No. 1/1978, dalam hal ini nadzirlah yang mendaftar kepada

KUA setempat. Apabila nadzir tidak ada lagi, pendaftarannya dilakukan oleh:

a. Wakif atau

b. Ahli warisnya, atau

c. Anak keturunan nadzir

d. Anggota masyarakat yang mengetahuinya.

Kalau tidak ada juga pihak seperti tersebut diatas, Kepala Desalah

yang berkewajiban mendaftarkannya kepada KUA setempat. Pendaftaran ini

disertai dengan:

a. Surat keterangan tentang tanah atau surat keterangan Kepala Desa tentang

perwakafan tanah tersebut.

b. Dua orang saksi ikrar wakaf atau dua orang saksi istifadah.

Dan untuk membuktikan pendaftaran tanah wakaf tersebut di atas,

ditetapkan akta pengganti akta ikrar wakaf.51

50 Pasal 3 Peraturan Menteri Agama No. 1/1978.

Page 54: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

43

Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang

tatacara perwakafan tanah mengenai perwakafan tanah milik menyebutkan

bahwa, “Untuk keperluan pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah, tidak

dikenakan biaya pendaftaran, kecuali biaya pengukuran dan materai”.52

B. Tukar Guling (Ruilslag) Terhadap Tanah Wakaf

1. Pengertian Tukar Guling

Kata tukar guling dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

disebut juga tukar lalu yang berarti bertukar barang dengan tidak menambah

uang.53 Kemudian dikarenakan hukum positif bangsa Indonesia masih

merupakan warisan dari kolonial Belanda maka tukar guling dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH.Per) disebut dengan kata ruilslag

yang berarti tukar guling yang didasarkan atas persetujuan pemerintah.54

Dalam KUH.Per. sebagaimana pasal 1541 kata tukar guling disebut

dengan tukar menukar yang mempunyai arti suatu persetujuan, dengan mana

kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberi suatu barang

secara bertimbal balik, sebagai gantinya atas suatu barang.55 Selanjutnya

dikarenakan penulis mengadakan penelitian yang berhubungan dengan bahasa

lain yakni bahasa Arab, maka dalam Arab kata tukar guling disebut dengan

kata istibdal (استبدل) yang berasal dari fi’il mujarrod (kata kerja murni) badala

51 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan … op. cit., hal. 129. 52 Ibid., hal. 121. 53 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 1217. 54 Ibid., hal. 966. 55 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992; hal. 509.

Page 55: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

44

kemudian mendapat tambahan alif, sin dan ta’ sebagai tanda dari fi’il , ( بدل )

tsulasi mazid (kata kerja dengan tambahan tiga huruf).56

Kata tukar guling menurut istilah fuqaha’ meskipun secara langsung

tidak terdefinisikan secara eksplisit, namun secara implisit tetap tersebutkan,

di antaranya adalah:

a. Menurut Imam Syarqawi kata istibdal (tukar guling) dalam masalah wakaf

adalah mengganti mauquf (barang wakaf) yang dinisbatkan dengan

kerusakan, yang kemudian diganti dengan benda lain yang lebih baik ini

didasarkan atas ungkapan beliau dalam kalimat:

وصورته عندهم ان يكون المحل قد ال الى السقوط فيبدله ... 57 ....بمحل اخر احسن منه

b. Sedangkan menurut salah satu penerus madzhab Hanafi yakni Ibnu

‘Abidin kata istibdal berarti mengganti suatu benda wakaf satu dengan

yang lain, hal ini didasarkan atas ungkapan berikut ini:

58حينئذ) شرط االستبدال به ارضا اخرى(جاز )و(

2. Dasar Hukum Tentang Tukar Guling (Ruilslag) Terhadap Tanah Wakaf

Pada dasarnya tidak ada nash yang sharih yang melarang dan

memperbolehkan adanya tukar guling terhadap tanah wakaf sehingga

menimbulkan berbagi perspektif hukum dari para mujtahid fiqh yang berbeda.

56 Atabik Ali, Zuhdi Muhdlor, op. cit., hal. 92. 57 Imam Syarqawi, Hasyiyah al-Syarqawi, Juz 2, Dar al-Fikr, Beirut, Lebanon, t.th., hal.

178. 58 Ibnu Abidin, op. cit., hal. 583-584.

Page 56: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

45

Walaupun pada dasarnya membolehkan namun harus dengan berbagai

ketentuan.59

Sedangkan tukar guling atas tanah wakaf dalam UU, dijelaskan bahwa

pada dasarnya .tanah wakaf dilarang dijadikan jaminan, disita, dihibahkan,

dijual, diwariskan, ditukar atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak

lainnya, seperti yang tercantum dalam Pasal 40 UU No 41 Tahun 2004.

Namun realitanya menunjukkan bahwa selalu ada kemungkinan tentang

berkurang atau habis manfaatnya atau tidak ada hasilnya benda wakaf di

kemudian hari. Hal tersebut dimungkinkan karena telah usangnya benda

wakaf ataupun karena letaknya tidak strategis lagi, meskipun pada awal benda

wakaf yang berupa tanah tersebut letaknya cukup strategis. Namun karena

bergesernya waktu maka letaknya tidak strategis lagi.

Oleh sebab itu walaupun pada dasarnya tanah wakaf tidak boleh

ditukar guling namun Pemerintah melalui PP No 28 Tahun 1977 pasal 11

dijelaskan tentang adanya kemungkinan diperbolehkannya hal tersebut,

sebagaimana berikut:

a. Pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat

dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan lain daripada yang

dimaksud dalam ikrar wakaf.

b. Penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan

terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan

tertulis dari Menteri Agama yakni;

59 Muhammad Abu Zahrah, al-Waqfu, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1971, hal. 161-170.

Page 57: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

46

1) Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh

wakif

2) Karena kepentingan umum.

c. Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan

penggunaannya sebagai akibat ketentuan tersebut dalam ayat (2) harus

dilaporkan kepada Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah, cq. Kepala sub

Direktorat Agraria untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.60 (lihat

juga KHI pasal 225).

3. Pandangan Ulama’ Tentang Tukar Guling (Ruilslag) terhadap Tanah

Wakaf

Dengan tidak adanya nash yang sharih (jelas) baik dari al-Hadits

ataupun dari al-Qur’an yang berisi larangan ataupun diperbolehkannya dari

adanya tukar guling terhadap tanah wakaf, maka dalam hal ini menjadi

wilayah ijtihad bagi para ulama’ fiqh untuk memberikan hukum sehingga

memunculkan hukum yang berbeda.

Dalam hal ini para Ulama’ Madzhab mempunyai pandangan

sebagaimana berikut: Ibnu ‘Abidin sebagai salah satu penerus madzhab

Hanafi memperbolehkan adanya tukar guling terhadap tanah wakaf. Bahkan

memberikan banyak kelonggaran dalam tukar guling tanah wakaf, dengan

mensyaratkan harus ada tanah pengganti yang baru atau tanah yang lama

dijual kemudian diganti dengan yang lain. Menurut Ibnu ‘Abidin pergantian

60 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perwakafan

Tanah Milik, Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Jakarta, 19984/1985, hal. 95.

Page 58: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

47

benda wakaf dimungkinkan terjadi dalam tiga hal, yakni: 1) Karena wakif

mensyaratkan dengan memperbolehkan bagi dirinya atau orang lain untuk

menukar benda wakaf tersebut. 2) Karena wakif tidak mensyaratkan hak untuk

menjual dan mengganti benda wakaf bagi dirinya sendiri ataupun orang lain,

namun dikemudian hari ternyata benda wakaf itu tidak bermanfaat lagi. Maka

dalam hal ini benda wakaf boleh dijual atau diganti dengan benda lain yang

sama. Namun terlebih dahulu disurvei oleh hakim dengan melihat adanya

mashlahah yang menyebabkan tanah tersebut harus ditukar guling 3) Karena

wakif juga tidak mensyaratkan bagi dirinya ataupun bagi orang lain untuk

menukar guling dan benda wakaf masih berfungsi dengan maksimal. Namun

ada benda lain yang mendatangkan manfaat lebih baik dan lebih banyak dari

benda wakaf awal.61

Kemudian Imam Malik memperbolehkan adanya tukar guling dalam

keadaan darurat, namun juga didasarkan atas asas dari benda wakaf baik

bergerak ataupun tidak, yakni adanya manfaat pada masa yang akan datang.

Seperti halnya masjid yang telah rusak dan roboh sehingga sukar

memakmurkannya boleh dijual dan dibelikan perkara baru yang sama.62 Demi

keberlangsungannya dari manfaat benda wakaf, maka harus dijual dan

digantikan dengan barang yang baru, sehingga manfaat dari benda wakaf

masih bisa dirasakan di masa mendatang.

Iman Syafi’i pada dasarnya hampir sama dengan Imam Malik yakni

melarang adanya tukar guling tanah wakaf kecuali dalam keadaan darurat,

61 Ibnu Abidin, Radd al-Muhtar, Juz 6, Dar al Kutub al ‘Amaliyah, Beirut Lebanon, t.th., hal. 583-584.

62 Muhammad Abu Zahroh, op. cit., hal. 161.

Page 59: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

48

seperti telah rusaknya sebuah masjid dan diperlukan adanya pergantian seperti

juga adanya kepentingan umum yang menyebabkan tanah wakaf harus diganti

di tempat yang lain.63

Kemudian Imam Hambali memberikan sedikit kelonggaran tentang

diperbolehkannya menjual benda wakaf dan menggantinya dengan benda baru

yang sama karena benda wakaf tersebut tidak bisa berfungsi dengan

maksimal. Dicontohkan seperti terlalu kecilnya sebuah masjid dibanding

dengan jamaah yang ada. Karena itu perlu dicarikan tanah yang luas sehingga

seluruh jamaah dapat tertampung.64

Dari pendapat para Imam Madzhab mengenai tukar guling terhadap

tanah wakaf jelas membolehkan adanya tukar guling terhadap tanah wakaf

meskipun dengan berbagai persyaratan yang berbeda-beda. Persyaratan dan

perbedaan tersebut dikarenakan mempertimbangkan banyak hal yang

kesemuanya akan bermuara pada mashlahah. Untuk selanjutnya, setidaknya

dapat diambil pemahaman bahwa tukar guling terhadap tanah wakaf tidak

dapat dilaksanakan dengan sembarangan. Artinya, harus mempertimbangkan

syarat, keadaan dan uji kelayakan adanya tukar guling tersebut.

63 Imam Syafi’i,op.cit. juz 5, hal. 65. 64 Imam Hambali, al Muqna’, Dar al Kutub al ‘Alamiyah, Beirut Lebanon, t.th., hal. 164.

Page 60: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

49

BAB III

PEMIKIRAN IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR GULING (RUILSLAG)

TERHADAP TANAH WAKAF

A. Biografi Ibnu ‘ Abidin

Muhammad Amin bin Umar bin Abdul Aziz bin Ahmad bin

‘Abdul Rakhim bin Najmuddin bin Muhammad Salahuddin, yang kemudian

dikenal dengan sebutan Ibnu ‘Abidin, dilahirkan di Damaskus Syam pada

tahun 1198 H. Beliau merupakan ahli fiqh di Syam, sekaligus pemuka

golongan Hanafiyah di masanya. Ibnu Abidin merupakan tokoh fiqh masa

keenam (658 H. akhir abad ke-13 H), yaitu pada masa pemerintahan Abdul

Hamid I (Dinasti Utsmaniyah) 1.

Muhammad Amin yang dikenal dengan nama Ibnu ‘Abidin,

sebagai menulis kitab Radd al Muhtar syarah Tanwir al-Absar yang ditulis

ketika terjadi pergolakan politik yang luar biasa, baik di dalam negeri maupun

di luar negeri. Rakyat memandang bahwasanya raja dan seluruh punggawanya

tidak bisa mencerminkan dan mewujudkan rasa keadilan. Sehingga muncullah

isu tentang ketidak percayaan masyarakat terhadap raja dan pemerintahannya.

Hal tersebut memunculkan statemen ulama’ dari madzhab Hanafi dengan

mengatakan “ Barang siapa mengatakan bahwa raja pada saat ini adalah

seorang yang adil maka dia adalah kafir.” Di sisi lain pada waktu itu terjadi

1 Ibnu Abidin, Radd al-Muhtar Juz I, Beirut Libanon. Daar al-Kitab al-Ilmiah, 1994,

hal. 53

Page 61: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

50

peperangan antara Dinasti Utsmaniyah dengan Bangsa Tartar2. Maka

muncullah kitab yang saat ini masih bisa kita baca yakni Radd al Muhtar yang

berarti penolakan terhadap orang yang dalam kebingungan. Kitab ini lahir

sebagai wujud perlawanan Ahli Fiqh terhadap pemerintah3.

Sejak kecil beliau sudah mengenal pendidikan agama secara

langsung dari ayahnya yang sekaligus gurunya, yaitu Umar ibnu Abdul Aziz.

Beliau menghafal Al-Qur'an pada usia yang masih relatif muda. Ayahnya

adalah seorang pedagang, sehingga Ibnu ‘Abidin sering diajak ayahnya untuk

berdagang sekaligus dilatih berdagang oleh ayahnya. Pada suatu hari, ketika

beliau sedang membaca Al-Qur'an di tempat ayahnya berdagang, tiba-tiba

lewatlah seorang laki-laki dari kalangan orang saleh dan ia (orang saleh)

mengomentari bacaan Al-Qur'an Ibnu ‘Abidin dengan dua komentar, yang

akhirnya menghantarkan Ibnu ‘Abidin menjadi ulama’ terkenal. Dua komentar

tersebut adalah:

1. Dia (Ibnu ‘Abidin) tidak tartil dalam membaca Al-Qur'an dan tidak

menggunakan tajwid sesuai dengan hukum-hukumnya.

2. Kebanyakan manusia tidak sempat untuk mendengarkan bacaan Al-Qur'an

karena kesibukannya dalam berdagang. Jika tidak mendengar bacaan Al-

Qur'an tersebut maka mereka berdosa. Begitu juga dengan Ibnu ‘Abidin

berdosa karena membuat mereka berdosa karena tidak mendengarkan

bacaan Al-Qur'an yang dia baca.4

2B. Lewis, The Ensiklopedia of Islam III, Jakarta: Ihtiar Baru Van House, 1996, hal.

695 3 Ibnu ‘Abidin Op.cit hal. 43 4Ibid, hal. 53-54

Page 62: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

51

Maka bangkitlah Ibnu ‘Abidin seketika dan langsung bertanya

kepada orang saleh tadi tentang ahli qira'ah yang paling tersohor di zamannya.

Maka orang tadi menunjukkan seorang ahli qira'ah saat itu, yaitu Syaikh al-

Hamawi, maka pergilah Ibnu ‘Abidin kepadanya dan meminta agar diajari

ilmu tajwid dan hukum-hukum qira'ati. Sejak saat itu Ibnu ‘Abidin tidak

pernah meluangkan waktunya kecuali untuk belajar. Maka imam al-Hamawi

memerintahkan untuk menghafal al Jazariyah dan al Syatibiyah, kemudian ia

belajar ilmu nahwu dan shorof dan tidak ketinggalan ilmu fiqh. Saat itu ia

pertama kali belajar fiqh adalah fiqh yang bermadzhab Syafi'i.5

Bermula dari seorang guru yang bernama al Hamawi, beliau

menjadi ulama yang sangat terkenal. Setelah ia menguasai dengan matang

ilmu tajwid dan hukum qira'ati serta ilmu fiqh terutama fiqh dari mazhab

Syafi'I pada imam al Hamawi, seorang ahli qira'ati. Pada saat itu Ibnu ‘Abidin

tidak berhenti sampai di situ saja, akan tetapi ia melanjutkan menuntut ilmu

dengan belajar Hadits, tafsir dan mantiq (logika) kepada seorang guru yaitu

Syaikh Muhammad al Salimi al Amiri al Aqad. Al Amiri yang merupakan

seorang hafidz. Dia menyarankan kepada Ibnu ‘Abidin untuk belajar ilmu fiqh

Abu Hanifah. Ibnu ‘Abidin mengikuti nasihat itu dan mempelajari kitab-kitab

fiqh dan ushul fiqh Mazhab Hanafi, ia terus menggali berbagai ilmu sampai

menjadi tokoh aliran saat itu. Tidak hanya sampai di situ kemudian ia pergi ke

Mesir dan belajar pada Syaikh al-Amir al Masiri sebagaimana beliau belajar

kepada Syaikh ahli Hadits dari Syam, yaitu Syaikh Muhammad al Kazbari,

5Ibid hal. 53

Page 63: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

52

beliau tak henti-hentinya meraih keluasan dalam mengembangkan ilmu

dengan mengkaji dan mengarang sampai pada suatu ketika ia ditunjukkan

kepada suatu daerah yaitu Bannan. Di daerah Bannan ini beliau mendapatkan

pelajaran dari para tokoh ulama seperti Syaikh Abdul Ghani al-Madani,

Syaikh Hasan al-Baitari, Ahmad Affandi al-Istanbuli dan lain-lain.6

Dasar yang melatarbelakangi kemasyhuran Ibnu Abidin adalah

pendidikan yang keras dan disiplin dari orang tuanya apalagi didukung oleh

sikap dan kemauannya yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu. Ulama pada

masa itu dilewatinya untuk belajar ilmu agama pada mereka dan diskusi-

diskusi dia lakukan dengan para ulama terkenal pada saat itu. Hal itulah yang

menjadikannya dia seorang tokoh ulama yang sangat terkenal pada masanya.

Beliau juga terkenal sebagai seorang yang kokoh agamanya, iffah (wira'i),

alim dan taqwa dalam beribadah karena kedalaman ilmunya terutama dalam

bidang ilmu fiqh. Dan di dalam ilmu fiqh ini ternyata ia lebih cocok dengan

fiqh Madzhab Hanafi sehingga ia menjadi ulama Hanafiyah yang sangat

disegani.7

Karena ketinggian ilmunya beliau banyak membuahkan karya-

karya ilmiah. Karangan-karangannya yang banyak dikoleksi oleh pustaka-

pustaka islam di dunia. Karangannya dapat diterima di berbagai peradaban,

karena karangan-karangannya mempunyai keistimewaan dalam

pembahasannya secara mendalam Keilmuan yang mendalam dan

menampakkan kefasihan bahasanya.

6 Ibid, hal. 54 7 Ibid, .

Page 64: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

53

Diantara karya-karya yang sampai kepada kita antara lain:

1. Kitab Fiqh

1. Radd al Muhtar syarah al Dur al Mukhtar, kitab tersebut adalah kitab

yang terkenal, kitab ini membahas masalah-masalah fiqh, yang

selanjutnya terkenal dengan nama Hasiyah Ibnu ,Abidin.8 Kitab ini

merupakan kitab fiqh populer yang disusun sesuai dengan mazhab

Hanafi oleh ulama Hanafi generasi mutaakhirrin. Buku ini banyak

sekali menguraikan permasalahan yang muncul di zamannya dengan

menggunakan metode yang berlaku pada mazhab Hanafi. Kitab ini

merupakan syarah dari kitab al Dur al Muhtar oleh al-Haskafi yang

merupakan syarah dari Tanwir al Absar. Tanwir al Absar adalah kitab

karya Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al Katib al Tamartasyi,

kitab ini sangat ringkas disusun dengan sistematika fiqh.9

2. Raf al Andhor, dari karangan yang ditulis dari al Halbi atas syarah al

Dar al Mukhtar

3. Al Uqud al Dariyah syarah dari kitab Tanfih al Fatawa al Hamidiyah

4. Nasmad al Ashar syarah al Manar

5. Ar Rahiq al Mahtum kitab yang membahas faraidh.

2. Kitab Tafsir

Kitab Hawasyi 'ala al Badawi, yang dalam hal ini terdapat hal-hal yang

tidak dijelaskan oleh para penafsir.

8Ibid. 9Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta. Ichtiar Baru Van House, 1996,

hal.347

Page 65: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

54

3. Kitab Hadits

Dalam karya ilmiahnya tentang Hadits beliau menulis kitab ‘Uqud al-Ali

yang berisi sanad-sanad Hadits yang bernilai tinggi.10

Setelah kehidupannya yang membawa berbagai aktifitas yang

luhur, pengabdian yang mulia dan perjuangan yang sangat berarti bagi umat

islam pada umumnya dan khususnya bagi Madzhab Hanafi, beliau wafat di

Damaskus pada tahun 1252 H dengan meninggalkan warisan yang sangat

berharga. Beliau di makamkan di pekuburan "Bab al Shaghir" Damaskus.11

B. Pemikiran Ibnu ‘ Abidin Tentang Tukar Guling (Ruilslag) Tanah Wakaf

Sebagaimana yang penulis paparkan dalam bab I dan bab II

bahwasanya Ibnu ‘ Abidin memperbolehkan untuk menukar guling tanah

wakaf dengan memberikan banyak kelonggaran, jika dibandingkan para

Imam Madzhab yang lain. Dalam hal tukar guling Ibnu ‘ Abidin mensyaratkan

harus dengan adanya tanah pengganti yang baru atau tanah yang lama dijual

kemudian diganti dengan yang lain. Hal tersebut dapat dipahami dari

perkataan beliau sebagai berikut :

بثمنه بيعه و يشتر ي(شر ط ) أو(حينئذ) شرط االستبدال به ارضا اخرى(جاز )و(...

فاذا فعل صا رت الثانية آاالولي في شرائطها وان لم يذ آر ها ثم ,ري اذا شاءارضا اخ

12 )...ال يستبدلها

Artinya : “ …Dan diperbolehkan menukar guling tanah wakaf dengan syarat adanya tanah yang lain, atau dengan menjualnya dan membelikan tanah yang baru sebagaimana harga tanah yang

10Ibnu ‘Abidin, Loc.Cit., hal. 54 11Ibid, hal. 55 12 Ibid. hal. 583-586

Page 66: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

55

pertama jika diinginkan, jika hal tersebut dilaksanakan maka jadilah tanah yang kedua sebagaimana tanah yang pertama dalam persyaratannya meskipun tidak disebutkan kemudian ditukar guling lagi dengan tanah ketiga.. “

Menurut Ibnu ‘Abidin pergantian benda wakaf dimungkinkan terjadi

dalam tiga hal, yakni:

1) Karena wakif mengisyaratkan dengan memperbolehkan bagi dirinya atau

orang lain untuk menukar benda wakaf tersebut. Pergantian pada

kemungkinan pertama inilah yang diperbolehkan menurut

qaul(perkataan) yang shahih, bahkan dikatakan telah menjadi

kesepakatan (ittifaq)dalam Madzhab Hanafi;

2) Karena wakif tidak menyatakan hak untuk menjual dan mengganti benda

wakaf, namun dikemudian hari ternyata benda wakaf itu tidak

bermanfaat lagi. Maka dalam hal ini benda wakaf boleh dijual atau

diganti dengan benda lain yang sama. Dalam kasus yang kedua ini

diperbolehkan jika terlebih dahulu mendapatkan ijin dari hakim yang

telah mengadakan observasi tentang kelayakan terhadap benda wakaf

untuk ditukar guling, dikarenakan adanya kemaslahatan;

3) Karena wakif juga tidak menyatakan dan benda wakaf masih berfungsi

dengan maksimal. Namun ada benda lain yang mendatangkan manfaat

lebih baik dan lebih banyak dari benda wakaf awal. Untuk kemungkinan

yang ketiga ini tidak diperkenankan menurut qaul yang mukhtar

(dipilih). 13

13 Ibid. hal. 583-585.

Page 67: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

56

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwasanya Ibnu ‘ Abidin

memperbolehkan adanya tukar guling terhadap tanah wakaf jika terdapat

berbagai kemungkinan sebagaimana di atas.

C. Dasar Istinbat Hukum Ibnu ‘ Abidin

Sebelum penulis memaparkan lebih lanjut mengenai dalil-dalil yang

digunakan oleh Ibnu ‘Abidin dalam menentukan hukum mengenai tukar

guling terhadap tanah wakaf, terlebih dahulu penulis akan memaparkan

tentang secara singkat mengenai metodologi yang dipakai oleh Ibnu ‘ Abidin

dalam menentukan hukum dari suatu masalah.

Seorang Faqih (ahli fiqh) baru melaksanakan ijtihad apabila dalam

suatu peristiwa atau masalah yang terjadi tidak ditemukan dasar hukum yang

jelas menerangkan hal tersebut, baik petunjuk melalui nash yang terdapat

dalam al Qur’an maupun dalam al Hadits. Hal ini dilakukan sebagai bukti

bahwa manusia secara kodrati dibekali kemampuan jasmani dan rohani.

Kemampuan rohani berfungsi untuk memahami terhadap apa yang dilihat oleh

panca indra manusia, dan dialami oleh pikiran, sekaligus juga berfungsi untuk

merespon terhadap hal yang terjadi tersebut, meskipun tidak ada petunjuk

yang jelas dari nash. Diharapkan dari respon yang diberikan oleh akal melalui

kemampuan rohani dan diwujudkan melalui tindakan, maka diharapkan

seorang manusia akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.14

14 Moh. Idris Ramulya, Asa-Asas Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hal. 139.

Page 68: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

57

Secara terperinci Ibnu ‘Abidin tidak menjelaskan dasar-dasar istinbat

yang dipakai beliau, tetapi karena beliau merupakan murid Imam Abu

Hanifah maka metodologi istinbatnya juga tidak lepas dari Imam Abu

Hanifah. Kemudian kaidah-kaidah umum (ushul kulliyah) yang menjadi dasar

pemikiran fiqhiyyah Imam Abu Hanifah tercermin dari perkataan beliau,

seperti yang ditulis oleh Thaha Jabir Fayadl al-‘Ulwani dan membagi

metodologi ijtihad Imam Abu Hanifah menjadi dua: yakni metodologi ijtihad

yang pokok dan metodologi ijtihad yang tambahan. Metodologi yang pokok

tercermin dari perkataan Imam Abu Hanifah sebagai berikut:

سنة ب ف أخذ بكتاب اهللا إذا وجدته فما لم اجد:ولقد روي عنه انه قال وال سنة رسول اهللا , بكتاب اهللا فا ن لم اجد في.م.رسول اهللا ص

منهم وادع من شئت ئتاخذ من ش..ول اصحابه ا خذت بق. م.صذاانتهى االمر الى ما فا. قولهم الى قول غيرهموالاخرج عن ثم منهم

وسعيد وعطاء الحسن اي النخعي و الشعبي وابن سيرين وابراهيم 15 .آما اجتهدوافاجتهد اوجتهدافقوم ..بن مسيب

Artinya: Dan diriwayatkan dari Imam Abu Hanifah. Dia berkata “Sesungguhnya saya berpegang pada Kitabullah jika saya menemukannya. Namun jika aku tidak menemukan maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah saw. Jika tidak aku temukan dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, maka aku akan berpegang pada pendapat Sahabat. Saya ambil pendapat-pendapat dari Sahabat yang saya kehendaki dan saya tinggalkan siapa yang saya kehendaki. Saya tidak menyimpang dari pendapat Sahabat kepada yang bukan Sahabat. Kalau urusan itu telah sampai kepada Ibrahim yakni al Nakhfi, al Sya’bi, Ibnu Sirin al Hasan, Atho’ dan Ibnu al Musayyab, dan kaum yang berijtihad maka saya akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad.

15 Ibnu ‘Abidin,Op.cit. hal. 33-34

Page 69: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

58

Sedangkan metodologi ijtihad dari Abu Hanifah yang bersifat tambahan

adalah:

a. Bahwa dilalah (penunjukan) lafal umum adalah qath’i , sebagaimana lafal

khas

b. Bahwa pendapat Sahabat “yang tidak sejalan” dengan pendapat umum

adalah bersifat khusus

c. Bahwa banyaknya yang meriwayatkan tidak berarti lebih kuat (rajih)

d. Adanya penolakan terhadap mafhum ( makna tersirat), syarat dan sifat

e. Bahwa apabila perbuatan rowi menyalahi periwayatnya, maka yang

dijadikan dalil adalah perbuatannya bukan periwayatannya

f. Mendahulukan qiyas jali dari khabar ahad yang dipertentangkan

g. Menggunakan istihsan dan meninggalkan qiyas apabila diperlukan16

Dalam penjelasan yang lain, diterangkan bahwa pegangan Imam Abu

Hanifah juga sebagaimana berikut:

آالم ابى حنيفة اخذ بالثقة وفرار من القبح والنظر فى معامالت الناس وما استقاموا عليه وصلح عليه امورهم بمضىاألمور على القياس فاذاقبح القياس بمضيه على االستحسان مادام بمضىله فاذالم

ديث يمض له رجع الى ما يتعامل المسلمون به وآان يوصل الحالمعروف الذى اجمع عليه ثم يقيس عليه مادام القياس ساثغا ثم

17 .يرجع الى القياس ايهما آان اوثق رجع عليهArtinya: “Perkataan Imam Abu Hanifah adalah mengambil dari

kepercayaan dan lari dari kerusakan, memperhatikan masalah mu’amalah manusia dan apa yang mendatangkan maslahah bagi urusan-urusan mereka, ia menjalankan urusan-urusan atas qiyas,18

16 Ibid. hal. 75 17 Muhammad Abu Zahrah, al-Waqfu, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1971, hal. 232. 18 Qiyas menurut ulama’ ushul adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada

nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash

Page 70: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

59

apabila qiyas tidak baik dilakukan, maka ia melakukan dengan istihsan19, selama dapat dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan iapun akan kembali pada ‘urf20 masyarakat muslim dan mengamalkan Hadits yang telah terkenal dan disepakati oleh ulama’. Kemudian ia mengqiyaskan sesuatu pada Hadits itu selama qiyas itu dapat dilakukan. Kemudian ia kembali kepada istihsan. Mana di antara keduanya yang lebih tepat, kembalilah ia kepadanya.

Dalam redaksi yang hampir sama, diterangkan juga oleh Sahal Ibnu

Muzahim mengenai metodologi Imam Abu Hanifah dalam menegakkan

fiqh, sebagaimana berikut: Imam Abu Hanifah memegangi riwayat orang

yang dipercayai dan menjauhkan diri dari keburukan serta memperhatikan

mu’amalah manusia dan adat serta ‘urf mereka itu. Beliau lebih memegangi

qiyas. Namun kalau dalam suatu masalah tidak baik didasarkan atas qiyas,

maka beliau memegangi istihsan, selama yang demikian itu dapat

dilakukan. Kalau tidak beliau berpegang pada adat dan ‘urf. 21

Ringkasnya, dasar Imam Abu Hanifah ialah: 1) kitabullah; 2) sunnah

rasul dan atsar-atsar yang sahih yang telah masyhur di antara para ulama’;

karena adanya kesamaan dua kejadian itu dalam illatnya Setiap qiyas juga harus terdiri dari empat sendi yaitu: 1. Al Ashlu yakni adanya hukum yang ada dalam nash. Disebut juga maqis ‘alaih (yang dijadikan ukuran); 2. Al Far’u yakni sesuatu yang tidak ada hukumnya dalam nash. Disebut juga al maqis (yang diukur); 3. Hukum asal yakni hukum syara’ yang ada nashnya menurut asal dan dimaksud dengan ini sebagai pangkal hukum bagi cabang; 4. Al ‘Illat yakni keadaan yang dijadikan dasar oleh hukum asal berdasarkan wujudnya cabang itu pada asal, maka disamakanlah cabang itu kepada asal, mengenai hukumnya., baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuait, t.th. hal. 19.

19 Istihsan menurut istilah ahli ushul adalah berpindahnya seorang Mujtahid dari tuntutan qiyas jali (qiyas nyata) kepada qiyas khafi(qiyas samar)atau dari hukum kulli (umum) kepada hukum pengecualian, baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuait, t.th. hal.67.

20 ‘Urf dalam perspektif ahli ushul adalah sesuatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah menjadi tradisinya, baik berupa ucapan ataupun perbuatannya. Dalam pandangan ahli ushul antara ‘urf dan adat adalah dua perkara yang sama serta mempunyai kesamaan dalam makna, baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuwait, t.th. hal.145.

21 TM. Hasbi al-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1953, hal. 100.

Page 71: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

60

3) fatwa-fatwa para shahabat; 4) qiyas; 5) istihsan; 6) adat dan ‘urf

masyarakat.22. Namun dalam penjelasan lain yakni dalam Radd al Muhtar

(Juz I hal. 35) Imam Abu Hanifah juga memakai ijma’23 dalam metodologi

istinbatnya.

Kemudian ada perbedaan dasar pemikiran Imam Abu Hanafi

mengenai al Sunnah dengan ulama lain, yakni: Imam Abu Hanifah

menerima Hadits yang masyhur di antara orang-orang kepercayaan dan

kadang-kadang beliau meninggalkan qiyas, karena suatu sebab atau suatu

atsar. Kemudian mengambil kaidah umum yang kemudian ini beliau

namakan istihsan.24

Selanjutnya karena Ibnu ‘Abidin adalah salah satu penerus dari

Madzhab Hanafi25 maka dasar ijtihad pendapat Ibnu ‘Abidin mengenai

bolehnya tukar guling terhadap tanah wakaf juga sama sebagaimana Imam

Abu Hanifah yakni dengan menggunakan istihsan26. Hal tersebut

dikarenakan beberapa kemungkinan:

1. Tidak adanya nash yang sharih dari al Qur’an maupun al Hadits yang

melarang ataupun membolehkan tentang adanya tukar guling terhadap

tanah wakaf;

22 Ibid. 23 Ijma’ dalam perspektif Ahli Ushul adalah kesepakatan semua Mujtahidin diri umat

Islam pada suatu masa setelah meninggalnya Rasulullah Saw atas hukum Syar’i mengenai suatu kejadian ataupun suatu kasus. Baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuwait, t.th. hal.45.

24 TM. Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam,

Bulan Bintang, Jakarta: t.th., 129-130. 25 Ibnu ‘Abidin,Op.cit. hal. 53 26 ‘Abdul Wahab Khalaf, Mashodir al Tasyri’ al Islami, Dar al Qolam, Kuait, t.th. hal.67.

Page 72: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

61

2. Tidak adanya qaul shahabi (fatwa-fatwa sahabat) yang menerangkan hal

tersebut;

3. Adanya dalil yang menyebabkan dialihkannya tukar guling terhadap

tanah wakaf dari qiyas jali menuju qiyas khafi (istihsan);

4. Dalil yang dimaksud adalah mashlahah yang mengharuskan hal tersebut

dilakukan demi tercapainya esensi dari wakaf. 27 Karena kalau tanah

wakaf tadi tidak ditukar guling maka tidak akan dapat dimanfaatkan

dengan maksimal sehingga akhirnya akan terbengkalai.

27 Ibid. hal. 25.

Page 73: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

62

BAB IV

ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR GULING

(RUILSLAG) TERHADAP TANAH WAKAF

A. Analisis Metode Istinbat Ibnu ‘Abidin Tentang Tukar Guling (Ruilslag)

Terhadap Tanah Wakaf

Ibnu ‘Abidin adalah sebagai penerus Madzhab Hanafi. Jadi dalam beristinbat

Ibnu ‘Abidin tidak lepas dari Imam Abu Hanifah dan pengikutnya.1 Secara

terperinci Ibnu ‘Abidin tidak menjelaskan dasar-dasar istinbat yang dipakai beliau,

tetapi karena beliau merupakan penerus Imam Abu Hanifah maka metodologi

istinbatnya juga tidak lepas dari Imam Abu Hanifah.

Kemudian kaidah-kaidah umum (ushul kulliyah) yang menjadi dasar

pemikiran fiqhiyyah Imam Abu Hanifah tercermin dari perkataan beliau, seperti yang

ditulis oleh Thaha Jabir Fayadl al-‘Ulwani dan membagi metodologi ijtihad Imam

Abu Hanifah menjadi dua: yakni metodologi ijtihad yang pokok dan metodologi

ijtihad yang tambahan. Metodologi yang pokok tercermin dari perkataan Imam Abu

Hanifah sebagai berikut:

بسنة رسول أخذ بكتاب اهللا إذا وجدته فما لم اجد ف: ولقد روي عنه انه قال ا خذت بقول . م.وال سنة رسول اهللا ص, فا ن لم اجد في بكتاب اهللا.م.اهللا ص

اخذ من شئت منهم وادع من شئت منهم ثم والاخرج عن قولهم ..اصحابه فاماذاانتهى االمر الى ابراهيم اي النخعي و الشعبي وابن . الى قول غيرهم

وا فاجتهدآما فقوم اجتهد..سيرين والحسن وعطاء وسعيد بن مسيب 2 .اجتهدوا

1 Ibnu ‘Abidin, Radd al-Muhtar Juz VI, Dar al-Kitab al-Ilmiah, Beirut Libanon, 1994, hal. 54-55. 2 Ibid. hal. 33-34

Page 74: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

63

Artinya: Dan diriwayatkan dari Imam Abu Hanifah. Dia berkata “Sesungguhnya saya berpegang pada Kitabullah jika saya menemukannya. Namun jika aku tidak menemukan maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah saw. Jika tidak aku temukan dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, maka aku akan berpegang pada pendapat Sahabat. Saya ambil pendapat-pendapat dari Sahabat yang saya kehendaki dan saya tinggalkan siapa yang saya kehendaki. Saya tidak menyimpang dari pendapat Sahabat kepada yang bukan Sahabat. Kalau urusan itu telah sampai kepada Ibrahim yakni al Nakhfi, al Sya’bi, Ibnu Sirin al Hasan, Atho’ dan Ibnu al Musayyab, dan kaum yang berijtihad maka saya akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad.

Sedangkan metodologi ijtihad dari Abu Hanifah yang bersifat tambahan

adalah:

a. Bahwa dilalah (penunjukan) lafal umum adalah qath’i , sebagaimana lafal khas

b. Bahwa pendapat Sahabat “yang tidak sejalan” dengan pendapat umum adalah

bersifat khusus

c. Bahwa banyaknya yang meriwayatkan tidak berarti lebih kuat (rajih)

d. Adanya penolakan terhadap mafhum ( makna tersirat), syarat dan sifat

e. Bahwa apabila perbuatan rowi menyalahi periwayatnya, maka yang dijadikan

dalil adalah perbuatannya bukan periwayatannya

f. Mendahulukan qiyas jali dari khabar ahad yang dipertentangkan

g. Menggunakan istihsan dan meninggalkan qiyas apabila diperlukan3

3 Ibid. hal. 75

Page 75: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

64

Dalam penjelasan yang lain, diterangkan bahwa pegangan Imam Abu Hanifah

juga sebagaimana berikut:

آالم ابى حنيفة اخذ بالثقة وفرار من القبح والنظر فى معامالت الناس وما استقاموا عليه وصلح عليه امورهم بمضىاألمور على القياس فاذاقبح

لى االستحسان مادام بمضىله فاذالم يمض له رجع الى ما القياس بمضيه عيتعامل المسلمون به وآان يوصل الحديث المعروف الذى اجمع عليه ثم يقيس عليه مادام القياس ساثغا ثم يرجع الى القياس ايهما آان اوثق رجع

4 .عليهArtinya: “Perkataan Imam Abu Hanifah adalah mengambil dari kepercayaan dan lari

dari kerusakan, memperhatikan masalah mu’amalah manusia dan apa yang mendatangkan maslahah bagi urusan-urusan mereka, ia menjalankan urusan-urusan atas qiyas,5 apabila qiyas tidak baik dilakukan, maka ia melakukan dengan istihsan6, selama dapat dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan iapun akan kembali pada ‘urf7 masyarakat muslim dan mengamalkan Hadits yang telah terkenal dan disepakati oleh ulama’. Kemudian ia mengqiyaskan sesuatu pada Hadits itu selama qiyas itu dapat dilakukan. Kemudian ia kembali kepada istihsan. Mana di antara keduanya yang lebih tepat, kembalilah ia kepadanya.

Dalam redaksi yang hampir sama, diterangkan juga oleh Sahal Ibnu Muzahim

mengenai metodologi Imam Abu Hanifah dalam menegakkan fiqh, sebagaimana

berikut: Imam Abu Hanifah memegangi riwayat orang yang dipercayai dan

menjauhkan diri dari keburukan serta memperhatikan mu’amalah manusia dan adat

serta ‘urf mereka itu. Beliau lebih memegangi qiyas. Namun kalau dalam suatu

4 Muhammad Abu Zahrah, al-Waqfu, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1971, hal. 232. 5 Qiyas menurut ulama’ ushul adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya

kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua kejadian itu dalam illatnya, baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuait, t.th. hal. 19.

6 Istihsan menurut istilah ahli ushul adalah berpindahnya seorang Mujtahid dari tuntutan qiyas jali (qiyas nyata) kepada qiyas khafi(qiyas samar)atau dari hukum kulli (umum) kepada hukum pengecualian, baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuait, t.th. hal.67.

7 ‘Urf dalam perspektif ahli ushul adalah sesuatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah menjadi tradisinya, baik berupa ucapan ataupun perbuatannya. Dalam pandangan ahli ushul antara ‘urf dan adat adalah dua perkara yang sama serta mempunyai kesamaan dalam makna, baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuwait, t.th. hal.145.

Page 76: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

65

masalah tidak baik didasarkan atas qiyas, maka beliau memegangi istihsan, selama

yang demikian itu dapat dilakukan. Kalau tidak beliau berpegang pada adat dan ‘urf.8

Ringkasnya, dasar Imam Abu Hanifah ialah: 1) kitabullah; 2) sunnah rasul dan

atsar-atsar yang shahih yang telah masyhur di antara para ulama’; 3) fatwa-fatwa

para shahabat; 4) qiyas; 5) istihsan; 6) adat dan ‘urf masyarakat.9. Namun dalam

penjelasan lain yakni dalam Radd al Muhtar (Juz I hal. 35) Imam Abu Hanifah juga

memakai ijma’10 dalam metodologi istinbatnya.

Kemudian ada perbedaan dasar pemikiran Imam Abu Hanafi mengenai al

Sunnah dengan ulama lain, yakni: Imam Abu Hanifah menerima Hadits yang

masyhur di antara orang-orang kepercayaan dan kadang-kadang beliau meninggalkan

qiyas, karena suatu sebab atau suatu atsar. Kemudian mengambil kaidah umum yang

kemudian ini beliau namakan istihsan.11

Menurut penulis, dasar ijtihad pendapat Ibnu ‘ Abidin mengenai bolehnya

tukar guling terhadap tanah wakaf menggunakan istihsan dikarenakan beberapa

kemungkinan:

1. Tidak adanya nash yang sharih dari al Qur’an maupun al Hadits yang melarang

ataupun membolehkan tentang adanya tukar guling terhadap tanah wakaf.

2. Tidak adanya qaul shahabi (fatwa-fatwa sahabat) yang menerangkan hal tersebut

8 TM. Hasbi al-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1953, hal. 100. 9 Ibid. 10 Ijma’ dalam perspektif Ahli Ushul adalah kesepakatan semua Mujtahidin diri umat Islam pada

suatu masa setelah meninggalnya Rasulullah Saw atas hukum Syar’i mengenai suatu kejadian ataupun suatu kasus. Baca lebih lanjut dalam Ilmu Ushul Fiqh karya ‘Abdul Wahab Khalaf, Dar al Qolam, Kuwait, t.th. hal.45.

11 TM. Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta:

Bulan Bintang, t.th., 129-130.

Page 77: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

66

3. Adanya dalil yang menyebabkan dialihkannya tukar guling terhadap tanah wakaf

dari qiyas jali menuju qiyas khafi (istihsan);

4. Adanya mashlahah yang mengharuskan hal tersebut dilakukan demi tercapainya

esensi dari wakaf.12

Fuqaha’ Madzhab yakni Maliki, Hambali dan Syafi’i berpendapat bahwa

wakaf diqiyaskan (qiyas jali) dengan jual beli (buyu’) karena didasarkan dengan

sama-sama mengeluarkan hak milik dari pemiliknya.13 Dengan menjual barang maka

ba’i’ (penjual) melepaskan kepemilikan barang yang dia jual kepada orang lain. Hal

tersebut sebagaimana wakaf yakni dengan adanya wakif mewakafkan barang yang

dia punya maka kepemilikan benda wakaf tersebut telah berpindah dari tangan wakif

menuju hak mutlak Allah.

Namun menurut Madzhab Hanafi (termasuk juga Ibnu ‘Abidin) wakaf

diistihsankan (qiyas khafi) dengan sewa-menyewa (‘ariyah), karena didasarkan atas,

dari masing-masing itu yang dimaksudkan adalah sama-sama mengambil manfaat.14

Dengan menyewa barang maka si penyewa dapat mengambil manfaat dari barang

yang ia sewa tersebut. Begitu juga dengan adanya wakaf maka setelah si wakif

menyerahkan benda yang ia wakafkan maka orang lain untuk dapat mengambil

manfaat dari benda wakaf tersebut.

Dalam hal ini kenapa Ibnu ‘Abidin lebih memilih menggunakan metode

istihsan karena adanya dalil yang menyebabkan berpalingnya Ibnu ‘Abidin dari qiyas

menuju istihsan yakni karena adanya maslahah15. Menurut penulis maslahah yang

12 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh Dar al Qolam, Kuait, t.th. hal. 80. 13 Ibid. 14 Ibid. 15 Ibid. hal. 79-80.

Page 78: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

67

ada di sini adalah dapat dimanfaatkanya tanah wakaf yakni dapat dimanfaatkan secara

berkesinambungan. Ketika tanah wakaf tidak ditukar guling maka tanah tadi akan

terbengkalai sekaligus mubadzir karena tidak berfungsi maksimal bahkan tidak

berfungsi sama sekali.

Dalam pandangan penulis kenapa tukar guling dianggap boleh karena segala

sesuatu pada awalnya adalah mubah (boleh) sehingga ada dalil yang melarangnya.

Hal ini sebagaimana kaidah fiqhiyyah :

16 حتي يدل عاي تحريمهاء االباحةاالصل في االشياArtinya : “ Asal dari segala sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang melarangnya“.

Sedangkan Allah dalam Al Qur’an telah melarang kita untuk memubadzirkan

sesuatu karena itu adalah perbuatan syaitan. Karena memubadzirkan segala sesuatu

adalah pemborosan. Sedangkan pemboros adalah teman Syaitan. Hal tersebut

sebagaimana firman Allah:

ه آفورا إن المبذرين آانوا إخوان الشياطين وآان الشيطان لرب )27:االسراء(

Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara Syaitan, sedang Syaitan itu adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya”

Selain itu tukar guling terhadap tanah wakaf sebagai juga solusi untuk

mencegah dari kerusakan sebagaimana kaidah fiqhiyyah :

17لحعلى جلب المصاسد المفاءردArtinya: "Menolak kerusakan (didahulukan) dari pada menarik kemaslahatan ".

16 Muhammad Yasin, Al-fawaid al-Jiniyyah, Beirut Libanon, 1997, hal. : 1991 17 Ibid. hal. : 260

Page 79: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

68

Dari dalil di atas baik al Qur’an maupun kaidah fiqhiyyah jelas menuntut

kepada kita untuk tidak memubadzirkan segala sesuatu karena akan menarik ke arah

mafsadah (kerusakan). Karena menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada

melaksanakan kemaslahatan. Oleh karenanya tanah wakaf yang tidak dapat berfungsi

maksimal dan bahkan tidak berfungsi sama sekali maka harus ditukar guling demi

terpenuhinya esensi dari wakaf.

B. Analisis Pendapat Ibnu ‘Abidin Tentang Tukar Guling (Ruilslag) Terhadap

Tanah Wakaf

Sebagaimana yang penulis jelaskan dalam bab III bahwasanya Ibnu ‘Abidin

memperbolehkan adanya tukar guling (ruilslag) terhadap tanah wakaf. Baik dengan

cara ditukar dengan langsung dengan tanah yang lain maupun dijual dahulu kemudian

hasil dari penjualannya (uangnya) dibelikan tanah yang baru sebagai pengganti dari

yang awal. Hal tersebut tercermin dari komentar beliau sebagai berikut :

بيعه و (شر ط ) أو(حينئذ) شرط االستبدال به ارضا اخرى(جاز )و...(ي فاذا فعل صا رت الثانية آاالولي ف, يشتر ي بثمنه ارضا اخري اذا شاء

...18) ثالثاشرائطها وان لم يذ آر ها ثم ال يستبدلهاArtinya : “ …dan diperbolehkan menukar guling tanah wakaf dengan syarat adanya

tanah yang lain, atau dengan menjualnya dan membelikan tanah yang baru sebagaimana harga tanah yang pertama jika diinginkan, jika hal tersebut dilaksanakan maka jadilah tanah yang kedua sebagaimana tanah yang pertama dalam persyaratannya meskipun tidak disebutkan kemudian ditukar guling lagi dengan tanah ketiga… “

18 Ibid. hal. 583

Page 80: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

69

Dari paparan di atas terlihat sharih (jelas) bahwasanya Ibnu ‘Abidin

memperbolehkan adanya tukar guling (ruilslag) terhadap tanah wakaf. Ibnu ‘Abidin

memperbolehkan adanya tukar guling dengan berbagai pertimbangan sebagaimana

dalam penjelasan berikutnya yakni:

1) Karena wakif mengisyaratkan dengan memperbolehkan bagi dirinya atau orang

lain untuk menukar benda wakaf tersebut. Pergantian pada kemungkinan pertama

inilah yang diperbolehkan menurut qaul (perkataan) yang shahih, bahkan

dikatakan telah menjadi kesepakatan (ittifaq) dalam Madzhab Hanafi;

2) Karena wakif tidak menyatakan hak untuk menjual dan mengganti benda wakaf,

namun dikemudian hari ternyata benda wakaf itu tidak bermanfaat lagi. Maka

dalam hal ini benda wakaf boleh dijual atau diganti dengan benda lain yang sama.

Dalam kasus yang kedua ini diperbolehkan jika terlebih dahulu mendapatkan ijin

dari hakim yang telah mengadakan observasi tentang kelayakan terhadap benda

wakaf untuk ditukar guling, dikarenakan adanya kemaslahatan;

3) Karena wakif juga tidak menyatakan dan benda wakaf masih berfungsi dengan

maksimal. Namun ada benda lain yang mendatangkan manfaat lebih baik dan

lebih banyak dari benda wakaf awal. Untuk kemungkinan yang ketiga ini tidak

diperkenankan menurut qaul yang mukhtar (dipilih). 19

Dari penjelasan di atas setidaknya memberi kemudahan bagi seorang wakif

ataupun bagi nadzir untuk mengadakan tukar guling terhadap benda wakaf karena

adanya maslahah. Hal tersebut dilakukan guna mengekalkan dari tanah wakaf

sekaligus mengekalkan manfaat dari wakaf yakni benda dapat digunakan dalam

19 Ibid. hal. 583-585.

Page 81: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

70

jangka panjang.20 Karena apabila tanah wakaf tersebut tidak ditukar guling maka

tanah wakaf tersebut akan sia-sia serta terbengkalai.

Misalnya sebuah bangunan sekolah yang berada di tengah pasar maka tidak

akan kondusif untuk difungsikan dengan maksimal. Karena siswa-siswa yang belajar

pasti akan terusik dengan hiruk-pikuk keramaian pasar serta bau sampah yang

ditimbulkan dari sekitarnya. Akan lebih baik lagi apabila bangunan sekolah tersebut

dipindahkan ke samping pasar ataupun tempat lain yang lebih kondusif dari tempat

yang pertama.

Dari analisa penulis terhadap pendapat Ibnu ‘Abidin dalam proses tukar

guling, maka tidak boleh dilakukan dengan sembarangan setidaknya ada beberapa

syarat yang harus dipenuhi yakni:

1. Adanya tanah baru sebagai pengganti. Jika tanah yang pertama dijual maka hasil

dari penjualan tanah pertama tadi, dibelikan tanah baru sebagai penggantinya;

2. Adanya isyarat atau izin dari wakif bagi dirinya ataupun untuk orang lain untuk

melakukan tukar guling;

3. Adanya maslahah yang memperbolehkan tukar guling dilaksanakan;

4. Untuk syarat yang kedua dari tiga kemungkinan yang dipaparkan Ibnu ‘Abidin,

maka harus didahului dengan adanya izin dari hakim setelah mengadakan survei

terhadap tanah yang akan ditukar guling.

Namun kiranya perlu dicermati bahwasanya syarat kedua yang diajukan oleh

Ibnu ‘Abidin ini bisa menjadi bumerang. Karena bisa dengan seenaknya saja seorang

20 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 493.

Page 82: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

71

wakif ataupun bagi orang yang diberi izin untuk mengadakan tukar guling tanpa harus

melihat maslahah. Misalnya seorang wakif yang mewakafkan sebidang tanahnya

untuk dijadikan sekolah. Untuk selanjutnya tanah tersebut dibangun oleh masyarakat

dengan dana swadaya menjadi bangunan sekolah yang bagus. Kemudian tanpa sebab

wakif ingin memindahkan bangunan tersebut ke tanah wakif yang lain. Meskipun

dengan ditukar dengan tanah yang lain tentunya ini bisa menjadi persoalan yang

rumit.

Tentunya masyarakat sekitar akan menolak hal tersebut karena belum tentu

wakif bersedia mengganti bangunan yang akan dipindahkan dan tentunya juga akan

memakan banyak biaya. Kemudian letak tanah yang baru juga belum tentu strategis

untuk dijadikan bangunan sekolah. Hal yang harus dipertimbangkan juga tentunya

adalah jarak sekolah dengan pemukiman penduduk. Tentunya sangat kasihan bagi

para siswa yang akan sekolah ataupun orang tua yang akan mengantar anaknya untuk

sekolah apabila letak sekolahan jauh dari pemukiman mereka.

Dalam hemat penulis tentunya tukar guling yang dilakukan oleh wakif atau

bagi orang yang mendapat izin dari dia, harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari

hakim. Kalau kemudian itu tidak mendapatkan izin dari hakim terlebih dahulu maka

akan terjadi kesemrawutan yang luar biasa.

Alasan yang penulis kemukakan kenapa wakif atau orang yang mendapat izin

dari wakif untuk melaksanakan tukar guling harus mendapatkan izin dari hakim

terlebih dahulu dikarenakan :

1. Agar tidak terjadi kesemrawutan dalam hal tukar guling tanah wakaf;

Page 83: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

72

2. Karena tanah yang sudah diwakafkan berarti kepemilikannya sudah berpindah

untuk selanjutnya adalah milik mutlak Allah dan gugurlah hak dari wakif21, jadi

tidak sembarangan untuk ditukar guling;

3. Karena tanah wakaf adalah milik umum yang selanjutnya digunakan untuk

kepentingan umum yang berfungsi ibadah. Maka apabila akan ditukar guling juga

harus mendapatkan izin secara umum minimal harus seizin hakim.

Dalam hal tukar guling tanah wakaf Ibnu ‘Abidin memang berbeda dengan dua

Imam Madzhab yakni Imam Malik Imam Syafi’i yang memperbolehkan adanya tukar

guling terhadap tanah wakaf hanya karena dalam keadaan darurat. Sedangkan Imam

Malik hampir sama dengan Ibnu ‘Abidin namun lebih longgar Ibnu ‘Abidin (baca

lebih lanjut dalam bab II hal. 46).

Menurut penulis ada beberapa hal yang menyebabkan pemikiran Ibnu ‘Abidin

beda dengan Imam Madzhab yang lain :

1. Ibnu ‘Abidin bukan keturunan Arab, namun merupakan keturunan Damaskus

Syam dan pernah menimba ilmu di Mesir yang merupakan pusat peradaban Islam

pada waktu itu;

2. Ibnu ‘Abidin tidak hanya memperdalam ilmu syari’ah saja namun juga ilmu-ilmu

yang lain seperti tajwid, nahwu dan shorof;

3. Radd al Muhtar yang memuat fatwa-fatwa Ibnu ‘Abidin muncul pada saat situasi

negara dalam keadaan guncang karena krisis kepercayaan rakyat dan fuqaha’

terhadap pemerintahan Murad IV dari Dinasti Utsmaniyah karena dinilai kurang

arif dan bijaksana;

21 Ibid. hal. 216.

Page 84: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

73

4. Radd al Muhtar muncul sebagai simbol perlawanan fuqaha’ terutama yang

bermadzhab Hanafi terhadap pemerintah yang terlalu banyak mengintervensi

masalah-masalah keagamaan;

5. Radd al Muhtar muncul sebagai pemberi solusi terhadap perkara-perkara yang

saat itu baru muncul.22

Kemudian ketika pemikiran Ibnu ‘Abidin ditarik ke ranah Indonesia maka ini

sebagai tawaran solusi dari apa yang telah diatur Pemerintah melalui PP No 28

Tahun 1977 pasal 11 jo. pasal 218 dan 225 KHI dijelaskan tentang adanya

kemungkinan diperbolehkannya ada tukar guling terhadap tanah wakaf, sebagaimana

berikut:

a. Pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan

perubahan peruntukan atau penggunaan lain daripada yang dimaksud dalam ikrar

wakaf.

b. Penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan

terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis

dari Menteri Agama yakni;

1) Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif

2) Karena kepentingan umum.

c. Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan

penggunaannya sebagai akibat ketentuan tersebut dalam ayat (2) harus dilaporkan

kepada Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah, cq. Kepala sub Direktorat

22 Ibid Juz I. hal. 43-44.

Page 85: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

74

Agraria untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.23 (lihat juga KHI pasal

225).

Apabila peraturan ini harus kita laksanakan yakni dengan melaporkannya

kepada Menteri Agama kemudian menunggu izin dari Menteri Agama dilanjutkan

harus dilaporkan kepada Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah, cq. Kepala sub

Direktorat Agraria untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Tentunya hal

tersebut akan menyulitkan kita karena harus melalui prosedur yang berbelit-belit dan

tentunya akan memakan waktu yang tidak sebentar. Padahal realita di lapangan

menuntut agar tanah wakaf segera ditukar guling agar tidak terlalu lama terbengkalai

dan secepatnya dapat dimanfaatkan agar pahala dari tanah wakaf tersebut dapat

mengalir kepada wakifnya sebagai shadaqah jariyah. Jika tanah wakaf tadi tidak

berfungsi lagi sebagaimana mestinya dan tidak secepatnya dilakukan tukar guling

maka tentunya pahalanyapun akan berhenti sampai di situ.

Maka setidaknya apa yang ditawarkan oleh Ibnu ‘Abidin melalui

pemikirannya setidaknya menjadi wacana awal bagi kita sekaligus pencerahan bagi

nalar kita bagaimana mencari smart solution guna memecahkan polemik tukar guling

terhadap tanah wakaf yang sering menjadi persoalan yang berlarut-larut dan bahkan

tidak selesai serta menyisakan banyak persoalan.

23 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perwakafan Tanah Milik,

Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Jakarta, 19984/1985, hal. 95.

Page 86: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

75

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penyusun mengkaji dan mengadakan penelitian tentang tukar

guling (ruilslag) terhadap tanah wakaf sebagaimana yang telah disampaikan Ibnu

‘Abidin melalui Radd al Muhtar, maka setelah menganalisa pendapat tersebut

akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwasanya Ibnu ‘Abidin memperbolehkan adanya tukar guling (ruilslag)

terhadap tanah wakaf. Baik dengan cara ditukar dengan langsung dengan

tanah yang lain maupun dijual dahulu kemudian hasil dari penjualannya

(uangnya) dibelikan tanah yang baru sebagai pengganti dari yang awal.

Selanjutnya dimungkinkan terjadinya tukar guling dengan:

a. Karena wakif mengisyaratkan dengan memperbolehkan bagi dirinya atau

orang lain untuk menukar benda wakaf tersebut. Pergantian pada

kemungkinan pertama inilah yang diperbolehkan menurut qaul

(perkataan) yang shahih, bahkan dikatakan telah menjadi kesepakatan

(ittifaq) dalam Madzhab Hanafi;

b. Karena wakif tidak menyatakan hak untuk menjual dan mengganti benda

wakaf, namun dikemudian hari ternyata benda wakaf itu tidak bermanfaat

lagi. Maka dalam hal ini benda wakaf boleh dijual atau diganti dengan

benda lain yang sama. Dalam kasus yang kedua ini diperbolehkan jika

Page 87: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

76

terlebih dahulu mendapatkan ijin dari hakim yang telah mengadakan

observasi tentang kelayakan terhadap benda wakaf untuk ditukar guling,

dikarenakan adanya kemaslahatan;

c. Karena wakif juga tidak menyatakan dan benda wakaf masih berfungsi

dengan maksimal. Namun ada benda lain yang mendatangkan manfaat

lebih baik dan lebih banyak dari benda wakaf awal. Untuk kemungkinan

yang ketiga ini tidak diperkenankan menurut qaul yang mukhtar (dipilih).

Namun kiranya perlu dicermati kemungkinan pertama yang diajukan

oleh Ibnu ‘Abidin ini bisa menjadi bumerang. Karena bisa dengan seenaknya

saja seorang wakif ataupun bagi orang yang diberi izin untuk mengadakan

tukar guling tanpa harus melihat maslahah. Jadi setidaknya ketika wakif

ataupun bagi orang yang mendapat izin dari dia, yang akan mengadakan tukar

guling tanah yang diwakafkan harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari

hakim yang tentunya dengan terlebih dahulu melihat adanya maslahah.

2. Istinbat hukum Ibnu ‘Abidin yang mendasar ialah dalam menarik kesimpulan

hukum, beliau selalu menyerukan penggunaan akal pikiran dalam

memecahkan kasus- kasus yang tidak ada nashnya, baik dalam al Qur’an

maupun al Hadist. Yaitu dengan membandingkan kasus-kasus yang telah

dinashkan ketentuan hukumnya. Dari hasil perbandingan itu beliau

menetapkan kesimpulan hukum sebatas hal tersebut dapat mendatangkan

kemaslahatan bagi umat, selaras dengan adat dan tradisi yang berlaku, selagi

Page 88: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

77

hal tersebut tidak menyalahi jiwa syariat dan ketetapan hukum yang telah

dinashkan oleh al Qur’an dan al Hadist. Maka kemudian dalam hal tukar

guling tanah wakaf Ibnu ‘Abidin lebih memilih istihsan (Qiyas Khafi) dari

pada qiyas (Qiyas Jali) inti dari hal tersebut didasarkan pada adanya maslahah

dalam memberikan kemudahan dalam ibadah dan mu’amalah mengutamakan

kemaslahatan umum serta memberikan kebebasan bertindak atas suatu hal.

3. Menurut penulis bahwa pendapat Ibnu ‘Abidin tentang tukar guling terhadap

tanah wakaf setidaknya menjadi wacana awal bagi kita sekaligus pencerahan

bagi nalar kita bagaimana mencari smart solution guna memecahkan polemik

tukar guling terhadap tanah wakaf di negeri ini yang sering menjadi persoalan

yang berlarut-larut bahkan tidak selesai sehingga menyisakan banyak

persoalan.

B. SARAN-SARAN

1. Agar tujuan pensyariatan wakaf ini tercapai diantaranya dengan masih dapat

dimanfaatkannya tanah yang diwakafkan, maka tanah yang masih belum

berfungsi dengan maksimal dan bahkan tidak berfungsi sama sekali harus

segera ditukar guling.

2. Kepada pihak pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh menteri agama

serta semua pihak yang terkait, untuk lebih memberi kemudahan dalam hal

tukar guling terhadap tanah wakaf tanpa harus melalui prosedur yang berbelit

Page 89: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

78

belit dan membutuhkan waktu yang lama tentunya juga dengan biaya yang

tidak sedikit pula.

3. Cita-cita ideal sebagaimana di atas tidak akan mungkin terwujud tanpa

dukungan dari adanya kesadaran dari diri sendiri dan dari semua pihak .

C. PENUTUP

Puji syukur kembali penulis haturkan dan panjatkan kehadirat sang

pemilik ruh kita Allah SWT. Tuhan yang telah menciptakan langit, bumi serta

alam seisinya yang diperuntukkan bagi kesejahteraan dan kemakmuran umat

manusia, dan juga telah menganugerahkan kepada penulis dengan memberi

kemudahan dalam penulisan skripsi ini hingga telah selesai tanpa aral serta

rintangan yang berarti.

Sebagai penutup penulis sadar bahwa pembahasan dalam bentuk skripsi

hanya sebuah kajian hukum Islam yang terkecil dan sederhana dari bahasan Islam

yang sangat komprehensif. karena itu kritik konstruktif dan saran yang

membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan di masa mendatang.

Karena tidak ada sesuatu yang sempurna selain Allah.

Dan pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi pembaca pada umumnya.

Amin……….

Wallahu a’lam bisshowab.

Page 90: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

PUSTAKA

‘Abidin, Ibnu Radd al-Muhtar Juz VI, Dar al-Kitab al-Ilmiah, Beirut Libanon, 1994.

____________, Radd al-Muhtar Juz I, Daar al-Kitab al-Ilmiah, Beirut Libanon:1994.

Al Munawar, Said Agil Husin, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Penamadani,

Jakarta 2004.

Al-Alabij, Adijani, Perwakafan Tanah Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta

2002.

Al-Bukhari, Imam, Sahih Al-Bukhari, Juz 3, Dar Fikr Lebanon, Bairut, t.th.

Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, UI-Press, Jakarta,

1988.

Al-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1953.

_______________, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta:

Bulan Bintang, t.th.

_______________, Hukum-hukum Fiqh Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1978.

Asyumi, A. Rahman dkk., Ilmu Ushul Fiqh, Depag, Jakarta, 1986.

B. Lewis, The Ensiklopedia of Islam III, Ihtiar Baru Van House, Jakarta: 1996.

Bakr, Taqiyuddin Abi Kifayah al Akhyar, Juz I Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, t.th.

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta. Ichtiar Baru Van House,

1996.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989.

Page 91: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perwakafan

Tanah Milik, Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Jakarta: 1984/1985.

Departemen Agama RI, Ilmu Fiqh, Dirjen Bimbingan Islam, Jakarta, 1986.

Departemen Agama RI, Tanya Jawab Komplikasi Hukum Islam, Depag, Jakarta,

1997/1998.

Dewan Redaksi Islam, Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta: 1989.

Imam Hambali, al Muqna’, Dar al Kutub al ‘Alamiyah, Beirut Lebanon, t.th.

Jay, Muhammad Rawas Qal’ah, Mausu’ah Fiqh Umar Ibn Al-Khatab, Dar Al Nafais,

Beirut, Libanon, 1409 H./1989 M.

Khalaf, Abdul Wahab Ilmu Ushulul Fiqh, Dar al-Fikr, Beirut Libanon, t.th.

_____________, Mashodir al Tasyri’ al Islami, Dar al Qolam, Kuait, t.th.

Muhdlor, Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi, Kamus Al-‘Ishri, Multi Karya Grafika

Yogyakarta, 2000.

Muslim, Imam, Shahih Muslim jilid II, Dar al-Fikr, Beirut Libanon, 1993.

Ramulya, Moh. Idris, Asa-Asas Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 1995.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah, Juz 3, Maktabah Dar al Turas, Kairo, t.th.

Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.

Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta,

1996.

Page 92: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Tehnik, Tarsito,

Bandung, 1998.

Sutrisno, Hadi Metodologi Research, Jilid 1, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 1999.

Syafi’i, Imam, al ‘Umm juz 4, Dar al Fikr, Beirut Libanon, t.th.

____________, al ‘Umm, Juz 5, Dar al Fikr, Beirut Libanon, t.th.

Syarqawi, Imam, Hasyiyah al-Syarqawi, Juz 2, Dar al-Fikr, Beirut, Lebanon, t.th.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 2005.

UU No. 41 Th. 2004 Tentang Wakaf, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Yasin, Muhammad, Al-fawaid al-Jiniyyah, Dar al Fikr, Beirut Libanon, 1997.

Zahrah, Muhammad Abu, al-Waqfu, Dar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1971.

Page 93: STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU ‘ABIDIN TENTANG TUKAR …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl-ahmads... · Sehingga tujuan dari wakaf dapat ... 14. Keluarga

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Ahmad Shofwan

2. Tempat Tanggal Lahir : Pati, 2 Nopember 1982

3. NIM. : 032111028 / 2103028

4. Alamat Asal : Jl. Kauman I No. 04 Ngagel Rt. 05 Rw. 01 Dukuhseti

Pati Jateng 59158

5. Alamat Sekarang : Jl. Stasiun I No. 06 Jerakah Semarang Barat

6. No. Telp. : 0295 454 242 Hp. 081 326 431 600

7. Nama Ayah : Ahmad Husnan

8. Nama Ibu : Mufidah

9. Pendidikan Formal :

a. MI YAPIM Ngagel, Lulus tahun 1994

b. MTs. YAPIM Ngagel, Lulus tahun 1997

c. MAK YAPIM Ngagel, Lulus tahun 2000

d. SI IAIN Walisongo Semarang, Lulus 2008

10. Pendidikan Non Formal :

• Pon. Pes. Al Anwar Karangmangu Sarang Rembang 2000-2003

Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya dan harap

menjadikan maklum adanya.

Semarang, 25 Juli 2007

Penulis,

Ahmad Shofawan NIM. 032111028