ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN...
Transcript of ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN...
ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELIGENCES
SYSTEM (MIS)
di SMP YAYASAN ISLAM MALIK IBRAHIM GRESIK
“Full Day School”
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam
Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh:
AZIS NURKHOLIK
NIM: 073511045
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang
penulis jadikan rujukan.
Semarang, 2 Desember 2011
Deklarator,
Azis Nurkholik
NIM: 073511045
iii
Nota Pembimbing
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiya
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan ba
naskah skripsi dengan:
Judul : ANALIS
MATEM
SYSTEM
GRESIK
Nama : Azis Nurk
NIM : 07351104
Jurusan : Tadris
Program Studi : Matemati
Saya memandang bahwa nas
Tarbiyah IAIN Walisongo un
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
iv
Semarang, Desemb
arbiyah
. Wb.
kan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arah
ALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMB
TEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INT
EM (MIS) di SMP YAYASAN ISLAM MAL
ESIK “Full Day School”
is Nurkholik
511045
tematika
wa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan k
ngo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.
Wb.
esember 2011
, arahan dan koreksi
PEMBELAJARAN
INTELIGENCES
MALIK IBRAHIM
kan kepada Fakultas
Nota Pembimbing
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiya
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan ba
naskah skripsi dengan:
Judul : ANALIS
MATEM
SYSTEM
GRESIK
Nama : Azis Nurk
NIM : 07351104
Jurusan : Tadris
Program Studi : Matemati
Saya memandang bahwa nas
Tarbiyah IAIN Walisongo un
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
v
Semarang, Desember
arbiyah
. Wb.
kan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arah
ALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMB
TEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INT
EM (MIS) di SMP YAYASAN ISLAM MAL
ESIK “Full Day School”
is Nurkholik
511045
tematika
wa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan k
ngo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.
Wb.
ember 2011
, arahan dan koreksi
PEMBELAJARAN
INTELIGENCES
MALIK IBRAHIM
kan kepada Fakultas
vi
ABSTRAK
Judul : Analisis Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika
Berbasis Multiple Inteligences System di SMP Yayasan Islam
Malik Ibrahim Gresik “Full Day School”
Penulis : Azis Nurkholik
NIM : 073511045
Skripsi ini membahas penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis
Multiple Inteligences System di SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim Gresik “Full Day
School”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan: 1). Bagaimana
Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di
SMP YIMI Gresik “Full Day School”, 2). Bagaimana Pelaksanaan Strategi
Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik
“Full Day School”, 3). Bagaimana Sistem Evaluasi Pembelajaran Strategi Pembelajaran
Matematika Berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day
School”.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode penelitian kualitatif.
Adapun pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif analisis. Dalam
mengumpulkan datanya menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara/interview. Metode analisis data yang dipakai dengan
sistem triangulasi data untuk menguji keabsahan data yang diperoleh. Data yang
diperoleh dari hasil observasi, interview dan dokumentasi direduksi untuk mendapatkan
kesimpulan yang valid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; penerapan strategi pembelajaran
matematika berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day
School” secara umum telah berjalan dengan baik. Guru telah melakukan proses
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembelajaran sesuai dengan standar proses
pembelajaran sebagaimana diatur dalam permendiknas No. 41 tahun 2007 yang
diintegrasikan dengan konsep Multiple Inteligences System.
vii
MOTTO
Î�óÇyè ø9 $#uρ ∩⊇∪ ¨βÎ) z≈ |¡ΣM}$# ’Å∀s9 A�ô£äz ∩⊄∪ āω Î) tÏ%©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#θ è=Ïϑtãuρ ÏM≈ys Î=≈ ¢Á9 $# (# öθ |¹#uθ s?uρ
Èd, ysø9 $$ Î/ (# öθ |¹#uθ s?uρ Î�ö9 ¢Á9 $$Î/ ∩⊂∪
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(Q.S Al- Ashr : 1-3)
viii
PERSEMBAHAN
Banyaknya air di samudra sebagai tintanya dan banyaknya ranting di pepohonan
sebagai penanya, tak mampu melukiskan betapa besar ni’mat, taufik, hidayah, serta
inayah-Mu, sehingga tersusun sebuah karya kecil ini. Dengan kerendahan hati dan
dengan penuh keikhlasan, karya ini aku persembahkan kepada:
� Bapak-Ibu tercinta dan tersayang (Nahrowi dan Sulni) yang senantiasa
memberikan kasih sayang, medoakanku, membimbing, dan memotivasiku, serta
memberikan dukungan moral maupun materiil sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Sejuta harapan kepadaku kan ku usahakan semua dengan ridho
dan rahmat-Nya.
� Kakakku Soli Nurhidayah, Nurul Muksodah, Mujtahidin, Muh Ihsan yang
senantiasa memberikan motivasi serta dukungan baik moral maupun materiil,
memberiku semangat untuk terus mencapai keberhasilan, dan memfasilitasi
pembuatan skripsi ini sampai selesai.
� Keluarga besar Pondok Pesantren Roudlatutt Tholibin Tugurejo Tugu Semarang,
segenap pengasuh dan santriwan-santriwati.
ix
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang penulis ucapkan, kecuali Alhamdulillahirabbil alamiin,
segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang selama ini memberikan nikmat dan
karunianya kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan
kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-
orang yang selalu di jalan-Nya.
Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis sampaikan bahwa skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa ada dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan yang berliku dan penuh batu terjal
serta melelahkan dalam penyelesaian skripsi ini, akan lebih berarti dengan ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses ini. Penulis
sampaikan terimakasih khususnya kepada:
1. Dr. Suja’I, M.Ed., selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku ketua jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Bapak Saminanto, S.Pd., M.Sc., selaku Ka Prodi Matematika sekaligus dosen
pembimbing I dan Bapak Fakhrurrozi, M.Ag., selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Budi Cahyo, M.Sc., Ibu Minhayati Shaleh, M.Sc., Ibu Yulia Rahmawati,
M.Sc., Ibu Mujiasih, M.Pd., Ibu Lulu’ Choirunnisa’, M.Sc. selaku dosen-dosen
Matematika yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama belajar
di kampus. Semoga mendapatkan balasan dan ilmu yang diberikan bermanfaat.
5. Ustadz Slamet, S.Pd., selaku Direktur Pendidikan YIMI, dan Ustadz Ahmad
Nurhadi, S.Si, M.Pd. selaku kepala sekolah SMP YIMI, yang telah memberikan
izin, informasi dan tempat tinggal selama penelitian ini.
6. Ustadz Khusnul Khuluq, S.Pd., Ustadzah Femy Citra, S.Pd., Ustadzah Laelatul
Magfiroh, S.Pd., Suci Nadlifatur Rizqiyah, S.Pd., selaku guru-guru matematika
x
SMP YIMI yang telah bersedia sharing dan memberikan banyak informasi yang
penulis butuhkan.
7. Ustadz M. Nur Syamsi, selaku Ka TU SMP YIMI dan semua guru-guru SMP
YIMI yang telah memberikan sambutan dan dukungan positif selama penelitian
ini. Selamat berjuang mengantarkan setiap peserta didik menjadi Sang Juara.
8. Bapak Ibu Guruku di MTs.-MA Al-Asror yang telah mendidik sampai
mengantarkanku sampai ke kampus ini. Semoga darma baktimu mendapatkan
balasan-Nya.
9. Ayahanda Nahrowi Ibunda Sulni yang selalu mendoakan dan memberi dukungan
baik moral maupun materi.
10. Kakak-kakakku Soli Nur Hidayah, Nurul Muksodah, Mujtahidin, dan Moh. Ihsan
yang selalu memberiku motivasi dan turut memfasilitasi penyelesaian skripsi ini.
11. Bapak KH. Drs. Mustagfirin, KH. Abdul Kholik, Lc., Ustadz Qolyubi, S.Pd., Ibu
Nyai Hj. Muthohiroh yang telah sabar dan penuh kasih sayang membimbing,
mengarahkan, memotivasi, dan memberikan ilmunya kepadaku selama di Pondok
Pesantren Roudhatuttholibin.
12. Keluarga besar Pondok Pesantren Raudhatut Tholibin Tugurejo Tugu sebagai
tempat tinggalku.
13. Kawan-kawanku seperjuangan di LPM Edukasi sebagai kawah candra dimuka,
tempat mengasah intelektual dengan wacana-wacana keilmuannya. Selamat
berjuang menjadi insan pers, yang berpegang teguh pada idealisme.
14. Rekan-rekan seperjuangan di HIMATIKA Walisongo sebagai bagian dari keluarga
kecilku.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bias penulis sebutkan satu
persatu.
Tidak ada yang penulis dapat berikan kepada semuanya, kecuali kata
terimakasih dan untaian do’a, semoga amal kebaikannya diterima dan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
xi
Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya ini bermanfaat bagi kita
semua, sebagai bekal untuk mengarungi samudra kehidupan. Amiin.
Semarang, 2 Desember 2011
Penulis
Azis Nurkholik
NIM : 073511045
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .……………………………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ………………………………………………... iv
HALAMAN ABSTRAKS ………………………………………………………….... v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………………..... . vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………. vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ………………..……………………………… viii
HALAMAN DAFTAR ISI ..……………………………………………………….… x
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ..……………………………………………… xiii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 8
BAB II : LANDASAN TEORI ……………………………………………... 10
A. Kajian Pustaka ………………………………………………….. 10
B. Kerangka Teoritik .……………………………………………... 10
1. Analisis ………………………………………………………. 10
2. Strategi Pembelajaran ……………………………………….. .12
3. Pembelajaran Matematika …………………………………… 14
4. Multiple Inteligences System (MIS) …………………………. 20
5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences System…24
a. Macam-macam Metodologi Strategi Pembelajaran
Berbasis Multiple Inteligences System…………………….. 24
b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis
xiii
Multiple Inteligences System……………………………… 26
BAB III : METODE PENELITIAN ………………………………………… 35
A. Jenis Penelitian ………………………………………….……... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………..……… 36
1. Lokasi ……………………………………………………… 36
2. Waktu …………………………………………….……..… 36
C. Sumber Penelitian ……………………………………….……. 36
D. Fokus Penelitian ………………………………………………. 36
E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ……………………. 37
1. Instrumen Penelitian ………………………………………. 37
2. Metode Pengumpulan Data ……………………………..…. 38
F. Analisis Data …………………………………………..……… 39
1. Analisis Pendahluan ………………………………………. 40
2. Analisis Lapangan …………………………………….….. 40
G. Pengujian Keabsahan Data …………………………………… 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….. 43
A. Kondisi Umum SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik
“Full Day School” ………………………………………..……… 43
1. Sejarah Berdirinya Sekolah …………………………………. 43
2. Letak Geografis Sekolah ……………………………………. 44
3. Visi dan Misi SMP YIMI Gresik “Full Day School” ……..… 44
4. Struktur Organisasi Sekolah, Keadaan Guru dan Peserta
Didik………………………………………………………….. 45
B. Hasil Penelitian …………………………………………….……. 46
1. Proses Perencanaan Pembelajaran ………………………..…. 47
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran ………………………..…. 53
3. Proses Evaluasi Pembelajaran ………………………………. 57
xiv
C. Pembahasan………………………………………………….…… 61
1. Analisis Perencanaan Pembelajaran ………………………… 62
2. Analsis Pelaksanaan Pembelajaran ……………………….…. 64
3. Analsis Evaluasi Pembelajaran ……………………………… 68
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ………………..……. 71
A. Simpulan …………………………………………………………. 71
B. Saran-saran ………………………………………………………. 72
C. Penutup …………………………………………………….…….. 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Observasi
Lampiran 2 : Instrumen Wawancara
Lampiran 3.a : Transkip Hasil Wawancara 1 (Kepala Sekolah)
Lampiran3.b : Transkip Hasil Wawancara 2 (Ka.Ur. Kurikulum)
Lampiran 3.c : Transkip Hasil Wawancara 3 (Guru Matematika)
Lampiran 4 : Silabus Pembelajaran
Lampiran 5 : Program Tahunan
Lampiran 6 : Program Semester
Lampiran 7 : RPP/Lesson Plan
Lampiran 8 : Dokumentasi Foto Saat Penelitian
Lampiran 9 : Jadual Pelajaran
Lampiran 10 : Format Raport
Lampiran 11 : Instrumen Multiple Inteligences Observation (MIO)
Lampiran 12 : Instrumen Supervisi
Lampiran 13 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 14 :Jadual Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang selalu dijadikan tolak
ukur kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan suatu bangsa seringkali
menjadi indikator maju-mundurnya sebuah Negara. Oleh karenanya berbagai
upaya peningkatan mutu pendidikan sudah selayaknya terus ditingkatkan.
Baik atau buruknya mutu lembaga pendidikan sendiri salah satunya
ditentukan oleh proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Oleh
karenanya untuk menciptakan proses pembelajaran yang brkualitas, pemerintah
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41
Tahun 2007 telah menetapakan beberapa point terkait standar proses
pembelajaran yang harus diperhatikan oleh para pemangku lembaga
pendidikan. Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa
proses pembelajaran setidaknya memuat tiga tahapan: perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga tahapan ini harus dilakukan oleh setiap guru
dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran berjalan optimal.
Di samping itu, dalam pelaksanaan pembelajaran agar memperoleh hasil
yang optimal guru juga harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat.
Strategi pembelajaran merupakan sebuah cara atau trik untuk mempermudah
peserta didik dalam memahami materi yang akan disampaikan. Menurut
Hamdani, strategi pembelajaran (belajar-mengajar) terdiri atas semua
komponen dan prosedur yang digunakan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pengajaran.1 Dengan demikian tepat atau tidaknya suatu
strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Dalam hal ini, guru memegang andil yang
sangat besar dalam menentukan strategi yang paling sesuai untuk
mengoptimalkan kemampuan setiap peserta didik demi mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan sebagaimana
1 Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm. 19
2
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas),
BAB I pasal 1(1).
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.2
Dari kutipan UU Sisdiknas tersebut diketahui bahwa penyelenggaraan
pendidikan hendaknya mampu memfasilitasi setiap individu (peserta didik)
untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Setiap peserta didik
tentunya telah memiliki modal dasar pengetahuan yang berbeda-beda. Oleh
karenanya, dalam merencanakan pembelajaran sudah seharusnya guru
mengetahui kemampuan atau potensi dasar yang telah dimiliki oleh peserta
didiknya. Pengetahuan tentang kompetensi awal peserta didik ini yang
selanjutnya dijadikan pedoman dalam usaha melejitkan kemampuan individual
setiap peserta didik. Kemampuan yang tersimpan dalam diri seseorang ini,
kemudian sering disebut sebagai kecerdasan (inteligence).
Abdul Halim Fathani menyatakan bahwa, dalam dunia pendidikan
kecerdasan memiliki tempat yang sangat penting, namun seringkali kecerdasan
ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik.3 Kebanyakan proses
pembelajaran yang telah berjalan di dalam kelas, hanya memakai satu strategi
atau metode sedangkan gaya belajar dan daya tangkap peserta didik sangat
beragam. Dalam sebuah kelas yang besar (30-40 anak) dan heterogen,
hendaknya guru melakukan variasi pembelajaran, sehingga tidak saklek dengan
satu model pembelajaran saja.
2 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 20003 tentang Sisdiknas & Peraturan
Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2010), hlm. 2
3 Abdul Halim Fathani, Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple
Intelligences _ dikti.org.htm, http://anwarbey.wordpress.com/2010/08/07/15/ di akses 15 Oktober 2011
3
Hal serupa dijelaskan pula oleh Suryosubroto dalam bukunya “Proses
Belajar Mengajar di Sekolah”. Pada umumnya proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam
kelas menghadapi sebagian besar peserta didik (30-40 anak) dalam waktu yang
sama, bahan pelajaran yang sama, bahkan metode yang dipakai untuk semua
anak sama. Dalam pengajaran klasikal seperti ini guru beranggapan bahwa
seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan (ability), kesiapan
(maturity), dan kecepatan belajar yang sama.4
Kebiasaan lama yang sering dilakukan guru semacam itu hendaknya
segera ditinggalkan. Memperlakukan anak dalam kelas heterogen dengan
pendekatan yang sejenis tentu kurang baik bagi perkembangan individual.
Menurut Rasyid Dimas, salah satu kesalahan yang terjadi dalam mendidik anak
adalah tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan individual.5 Perbedaan
tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara-
cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Demikian pula dalam hal belajar,
masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap
pelajaran yang diberikan.
Kenyataan di atas menuntut agar peserta didik dapat dilayani sesuai
perkembangan individual masing-masing. Oleh karenanya menurut Anang,
dalam bukunya “One Minute before Teaching”, bahwa pembelajaran yang
berlangsung perlu melayani peserta didik secara individual untuk menghasilkan
perkembangan yang sempurna pada setiap peserta didik.6 Sebagian peserta
didik lebih suka terhadap guru mereka yang mengajar dengan cara menuliskan
materi pelajaran di papan tulis. Dengan begitu mereka dapat membaca dan
kemudian memahaminya. Akan tetapi, tidak demikian untuk sebagian peserta
didik yang lain. Di antara mereka ada yang lebih suka guru mereka mengajar
dengan lisan dan mereka mendengarkan agar bisa memahaminya. Sementara
4 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),
Cet. II, hlm.69. 5 M. Rasyid Dimas, 20 Kesalahan dalam Mendidik Anak, terj. Abdurrahman Kasdi,
(Pustaka Al-Kautsar, 2006), Cet. 3, hlm. 127 6 Anang, One Minute Before Teaching, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 49
4
itu, ada pula sebagian kelompok peserta didik yang lebih suka membentuk
kelompok kecil untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan terkait mata
pelajaran tersebut.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar
yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk
daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak
berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat, tetapi bakat itu
terwujud dengan cara yang berbeda-beda. Singkat kata, tidak ada individu yang
bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara
logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas dibidang kesenian.
Pandangan-pandangan baru yang terkait keragaman potensi setiap individu
ini bertolak dari teori Howard Gardner yang sering pula disebut sebagai teori
kecerdasan majemuk (Multiple Inteligences). Teori mengenai intelligensi ini
telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal
melayani keberbedaan gaya belajar peserta didik. Suatu cara pandang baru
inilah yang mengakui keunikan setiap individu manusia.
Esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah menghargai
keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah
model untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk
mengaktualisasikan diri di dunia ini. Sesungguhnya multiple intelligences
muncul dalam diri setiap individu, tetapi masing-masing individu akan
memiliki satu atau lebih multiple intelligences yang memiliki tingkat multiple
intelligences teratas. Dalam praktik pembelajaran di sekolah, sudah selayaknya
seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan multiple
intelligences setiap siswa yang diperoleh melalui Multiple Intelligences
Research (MIR).
Dryen dan Vos (sebagaimana dikutip Dewi Salma) menyatakan,
paradigma belajar berprinsip bahwa belajar sebagai faktor internal dalam diri
peserta didik, karenanya penyelenggaraannya perlu melibatkan peserta didik
itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada penemuan diri peserta
didik, kemandirian dalam berfikir dan bersikap, serta menentukan minatnya.
5
Teori multiple inteligences mendukung adanya kemampuan ganda dalam diri
peserta didik untuk dikembangkan potensinya melalui berbagai proses.7
Matematika merupakan mata pelajaran yang erat sekali berkaitan dengan
kehidupan di masyarakat. Berbagai sisi kehidupan sosial maupun ekonomi
berhubungan langsung dengan nilai-nilai matematika. Oleh karena itu tidak
salah jika pemerintah menetapkan matematika sebagai salah satu mata
pelajaran wajib di sekolah, sejak di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai
Perguruan Tinggi (PT).
Akan tetapi, realita yang muncul di masyarakat, Matematika justru
merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik.
Paradigma yang sering muncul didalam benak anak didik, bahwa matematika
itu sulit, guru matematika yang kiler, bahkan muncul konotasi matematika =
matematian. Munculnya paradigma semacam ini salah satunya disebabkan oleh
materi yang relatif abstrak sehingga butuh ketelitian dalam menyelesaikan
permasalahan matematika. Di samping itu, dalam proses pembelajaran masih
banyak dijumpai guru yang memakai model konvensional, sehingga peserta
didik cenderung bersikap pasif bahkan kesulitan dalam memahami materi
pelajaran. Hal ini menyebabkan sulit tercapainya tujuan pembelajaran, yang
salahsatu indikatornya kebanyakan prestasi peserta didik cenderung masih di
bawah rata-rata.
Melihat realita tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang telah berjalan
perlu segera di evaluasi mengingat peran matematika dalam kehidupan
demikian besar. Sesulit-sulitnya permasalahan (termasuk pembelajaran
matematika) yang dihadapi oleh seseorang pasti ada jalan keluarnya. Hal ini
sebagaimana sabda rasulullah SAW:
ل اUTV L اR JSTB Lن رPأ ,رHN اHI ,JKB L هEFEةو AB أ
XTPو, YZل: [\]TF Z^FE_ `TP Aa و JI Jb Lا cdP Z\TB JSe
٨)ia jXTارو(Ub اZ^F E_ gKhb إ
7 Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007), Cet. 7, hlm. 7
6
“Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Barang siapa menempuh jalan mencari ilmu, maka
Allah akan memudahkan baginya menuju surga.” (HR. Muslim)
Hal ini telah diterangkan pula dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 286
berikut:
Ÿω ß# Ïk=s3ムª!$# $ ²¡ ø�tΡ āωÎ) $ yγ yè ó™ãρ 4 $ yγ s9 $ tΒ ôM t6 |¡x. $ pκö� n=tãuρ $tΒ ôMt6 |¡tF ø.$## ……
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebijakan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Q.S. Al-Baqarah :286)
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centered) merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu
system pembelajaran ini adalah pembelajaran berbasis Multiple Inteligences.
Strategi pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System (MIS) merupakan
sebuah sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori Multiple
Inteligences. Strategi pembelajaran ini mengacu pada keberagaman kompetensi
individual peserta didik, selanjutnya dikembangkan untuk mencapai
kemampuan yang optimal. Penerapan Multiple Inteligences System (MIS)
dalam dunia pendidikan sangat membantu dalam menentukan strategi
pembelajaran paling tepat untuk setiap anak.
Untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences,
guru atau sekolah terlebih dahulu melakukan Multiple Inteligences Research
(MIR). MIR biasanya berbentuk kuisioner yang dibuat untuk mengetahui
kecenderungan kecerdasan peserta didik. Dari hasil MIR akan diketahui gaya
belajar setiap anak dan dipakai sebagai referensi dalam meilih strategi paling
efektif. Strategi pembelajaran merupakan salah satu variabel yang
8 Imam Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi, Riyadhus Shalihin, (Libanon, Darul Kutub Al- Ilmiah, 676 Hijriah). Hlm. 370.
7
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Dengan pemakaian strategi
pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak, akan mempermudah
pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Dengan demikian tujuan pembelajaran akan mudah dicapai dan prestasi peserta
didik dapat di atas rata-rata.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti penerapan strategi
pembelajaran matematika berbasis Multiple Inteligences System (MIS).
Sebagai sebuah strategi pembelajaran, Multiple Inteligences System hendaknya
melekat dengan sistem pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu keberhasilan
penerapan strategi pembelajaran ini sangat ditentukan oleh sistem yang
dipakai lembaga pendidikan tersebut.
SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik “Full Day School”
merupakan salah satu sekolah yang menjadi pelopor pelaksanaan Multiple
Inteligeces System (MIS) dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana
dipaparkan oleh Munif Chatib, mantan direktur sekolah YIMI, pada awalnya
SMP YIMI Gresik “Full Day School” merupakan salah satu sekolah yang
terpinggirkan karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini.
Hal ini terjadi tidak bisa lepas dari problem keterbatasan fasilitas maupun
tenaga pendidik, lantaran harus berbagi dengan Madrasah Ibtidaiyah.
Akibatnya sekolah ini hanya diminati oleh peserta didik dari kalangan bawah,
tentunya dengan kompetensi apa adanya.
Menyadari problematika tersebut, akhirnya segenap pengurus yayasan
sepakat untuk melakukan perombakan sistem. Mereka sepakat untuk memilih
Multiple Inteligences System (MIS) karena keunikan dan kelebihanya.
Akhirnya upaya tersebut berhasil, melalui penerapan MIS diintegrasikan
dengan sistem “Full Day School”, sekolah yang awalnya terbelakang ini
akhirnya mampu menjadi salah satu sekolah unggulan meski dengan input
peserta didik yang biasa-biasa saja. Prestasi nilai rata-rata Ujian Nasional
peserta didiknya mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan (termasuk
SMP RSBI) lainnya di kabupaten Gresik.
8
Berdasarkan uraian tentang keunikan Multiple Inteligences System (MIS)
dan pemanfaatanya tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian terkait
“Analisis Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple
Inteligences System (MIS) di SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim Gresik
Full Day School”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
Multiple Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”?
2. Bagaimana Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”?
3. Bagaimana Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran Matematika
berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day
School”?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
Multiple Inteligences System yang berjalan di SMP YIMI Gresik “Full
Day School”.
2. Mengetahui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis
Multiple InteligencesSystem di SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
3. Mengetahui Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran berbasis
Multiple Inteligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni:
1. Manfaat teoritis
9
a. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penyelenggaraan strategi
pembelajaran matematika berbasis Multiple Inteligenges System
b. Memenuhi salah satu persyaratan untun memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi pendidikan maupun
lembaga-lembaga terkait dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
b. Sebagai referensi baru dalam penerapan sistem pembelajaran
matematika yang lebih baik.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari Indriana Puji (Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta) yang berjudul “Penerapan Strategi
Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences With Games Untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (PTK Kelas VII Semester Genap SMP
Nurul Islam Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran: 2010/2011) menunjukkan bahwa
hasil belajar peserta didik dapat meningkat secara aktif dan menikmati proses
pembelajaran. Selain itu, dalam kedua buku Munif Chatib, “Sekolahnya Manusia”
dan “Gurunya Manusia” dipaparkan tentang keberhasilan strategi Multiple
Inteligences System (MIS) untuk meningkatkan prestasi peserta didik di beberapa
sekolah yang menerapkannya.
Berangkat dari beberapa referensi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan kajian serupa, namun dengan fokus yang berbeda. Adapun
fokus yang menjadi penekanan pada penelitian kali ini mengacu pada rumusan
masalah yakni untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika
berbasis Multiple Inteligences System (MIS) di SMP YIMI Gresik “Full Day
School”. Adapun analisis ditekankan untuk mengidentifikasi kelebihan-
kekurangan dan problematika yang muncul dalam penerapan pembelajarannya.
B. Kerangka Teoritik
1. Analisis
Analisis merupakan kata serapan berasal dari kata bahasa Inggris
analyze yang berarti memisah-misahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, analisis diartikan sebagai bentuk penyelidikan terhadap suatu
11
peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).1
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis
meliputi:
a) Analisis Pendahuluan
Analisis persiapan atau pendahuluan ini merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan ketika
melakukan tindakan di lapangan. Hal yang perlu diperhatikan pada
tahap ini mencakup latar belakang sekolah, alasan pemakaian
system, penyusunan rencana pembelajaran, maupun latar belakang
kompetensi peserta didik.
b) Analisis Proses atau Tindakan
Analisis tindakan dilakukan saat praktik pembelajaran
dilaksanakan. Hal-hal yang diamati dalam proses ini adalah respon
peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Pedoman dalam
melakukan analisis proses atau tindakan ini adalah rencana
pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.
c) Analisis Akhir
Analisis akhir dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dan
merupakan simpulan terhadap proses perencanaan sampai
pelaksaan pembelajaran yang berlangsung. Analisis akhir ini
bertujuan untuk memberikan masukan atau solusi terhadap proses
pembelajaran yang telah berlangsung. Selanjutnya hal ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan rencana
pembelajaran berikutnya.
Adapun analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
pengamatan lapangan dengan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
1 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya
Karya, 2010), hlm. 37
12
yang muncul dalam penerapan pembelajaran Matematika berbasis Multiple
Inteligences System (MIS) di SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
2. Strategi Pembelajaran
Hamdani menyatakan secara umum strategi dapat diartikan sebagai
suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada
tujuan.2 Tujuan pembelajaran sendiri terangkum dalam standar kompetensi
yang telah ditentukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar megajar.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan ini tentunya mencakup segala
aktivitas yang akan dilakukan terkait perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi tindakan.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa, disebutkan
bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).3 Sebagai sebuah sistem
perencanaan, strategi memiliki peranan penting dalam menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran. Karenanya pemilihan strategi pembelajaran
yang tepat oleh setiap guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan.
Adapun ciri-ciri strategi menurut Stoner dan Sirait (sebagaimana
dikutip Hamdani), adalah sebagai berikut.
a. Wawasan Waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan
waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.
b. Dampak. Walupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak
langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama, dampak akhir akan
sangat berarti.
2 Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, hlm. 18 3 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 500
13
c. Pemusatan Upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya
mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap
rentang sasaran yang sempit.
d. Pola Keputusan. Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan
keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-
keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti pola
yang konsisten.
e. Peresapan. Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang
luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan
operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam
kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi
bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat
strategi.4
Menurut Dick dan Carey (sebagaimana dikutib Hamzah B.
Uno) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran,
yaitu:5
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang disampaikan secara menarik akan
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Cara guru
memperkenalkan materi pelajaran hendaknya melalui contoh
ilustrasi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan
menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik mengenai manfaat
belajar. Dalam kegiatan ini setidaknya guru menyampaikan dua hal
penting. Pertama, tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan.
Kedua, apersepsi berupa kegiatan yang menunjukkan keterkaitan
antara materi sebelumnya dengan materi baru yang akan dipelajari.
4 Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, hlm. 18-19 5 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatifdan efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, hlm. 3-7
14
b. Penyampaian Informasi
Penyampaian materi merupakan kegiatan inti dalam proses
pembelajaran. Dalam penyampaian materi ini, guru berpedoman
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai
peserta didik.
c. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centred,peserta didik merupakan pusat
dari suatu kegiatan belajar. Dalam hal ini dikenal istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), yang maknanya bahwa proses
pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif
melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Tes
Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran.
Serangkaian tes umum yang dilakukan oleh guru ini bertujuan
untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran dan tingkat
penguasaan ketrampilan belajar peserta didik.
e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan atau sering yang disebut dengan flow up
hendaknya dilakukan oleh setiap guru. Tindak lanjut ini bisa berupa
remedial bagi peserta didik yang belum tuntas, atau pengayaan
setelah semuanya dinyatakan tuntas.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran sebagaimana didefinisikan oleh Oemar Hamalik
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
15
internal material fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.6
Pembelajaran secara umum adalah suatu proses belajar mengajar.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga suatu proses
yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta
didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan
bimbingan/bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.7
Perlu dipahami pula bahwa aktivitas belajar ditekankan pada
terjadinya perubahan tingkah laku manusia, sehingga belajar cenderung
melakukan aktivitas. Belajar berdasar aktifitas secara umum jauh lebih efektif
daripada yang didasarkan presentasi atau ceramah karena peserta didik tidak
sepenuhnya terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Dave Maler, gerakan fisik dapat meningkatkan proses
mental peserta didik sebab otak manusia yang terlibat dalam dalam gerakan
tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan
untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi
gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal,
sebab melibatkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.8 Kegiatan belajar
dalam proses pembelajaran merupakan subsistem yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lain secara fungsional,sebagaimana firman Allah dalam Al-
qur’an surat An-Nahl ayat 78 berikut:
6 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 57 7 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, cet. 3 (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), hlm. 29. 8 Dave Maier, The Accelerated Learning Hand Book, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Kaifa,
2003), cet. III, hlm. 90-91
16
ª!$# uρ Ν ä3y_ t� ÷z r& . ÏiΒ Èβθ äÜç/ öΝ ä3ÏF≈yγ ¨Β é& Ÿω šχθßϑn=÷è s? $ \↔ø‹x© Ÿ≅yè y_ uρ ãΝ ä3s9 yìôϑ¡¡9 $#
t�≈ |Áö/ F{ $# uρ nοy‰Ï↔øùF{ $# uρ � öΝ ä3ª=yè s9 šχρã� ä3ô± s? ∩∠∇∪
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu
apa-apa. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar
agar kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl: 78)
Definisi lain terkait belajar menurut Sholeh Abdul Aziz:
Dه FGHIJKLا KNOP ث RST UVW KX ةZ[\ ]G^ اZ_T FGHI`Jا aذه cP ZOOde
٩ ZOOdeا RT Rf ا
“Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena
pengalaman lama, kemudian terjadilah perubahan yang baru.”
Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim
dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.10
Sementara itu Ismail SM dalam bukunya “PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenagkan)”, menyebutkan bahwa
istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal
dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) atau Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).11 Dalam proses pembelajaran melibatkan dua pihak, yaitu
9 Sholeh Abdul Aziz, Abdul Majid, Attarbiyah Waturuqu Al-Tadris, Juz 1, (Mekka : Darul
Ma’arif, t.th), hlm. 169 10 Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di
SMP, (Makalah Bahan Penelitian Bagi Guru-Guru Pelajaran Matematika SMP se Jawa Tengah di Semarang tahun 2006), hlm. 1.
11 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Grup, 2008), hlm. 9
17
guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua proses sekaligus,
yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning).
Dari penjelasan di atas dapat didefinisikan kembali bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah laku yang tampak
sebagai hasil dari pengalamannya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa dimaksud dengan
pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi dalam kegiatan belajar
mengajar yang terjadi antara guru, peserta didik dan lingkungan sekitar dalam
menguasai beberapa kompetensi terkait matematika.
Mengenai pengertian matematika sendiri, ada beberapa pendapat yang
telah dikemukakan oleh beberapa tokoh. Menurut Abdul Halim Fathani,
“matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi
secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan
tentang penalaran yang logika dan masalah yang berhubungan dengan
bilangan.”12
Sementara itu munurut Johnson dan Myklebust (sebagimana dikutip
oleh Mulyono Abdurrahman), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Lerner juga mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa
simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas.13
12 Abdul Halim Fathani, Matematika dan Logika, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2009), hlm. 19 13 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1999), hlm. 252
18
Dari beberapa definisi tentang matematika di atas, dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur
dan hubungan-hubunganya yang diatur secara terorganisasi menurut urutan
yang logis dan matematis.
Dari berbagai sudut pandang ilmuwan dalam mendefinisikan
matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa karakteristik matematika
sebagai berikut:14
a. Memiliki objek yang abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memerhatikan semesta pembicaraan
f. Konsisten dalam sistemnya.
Ada beberapa teori yang mendukung pembelajaran matematika di atas,
diantaranya sebagai berikut:
a. Teori Metakognitif
Arends, mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan
pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau
kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu
dengan benar. Sementara itu Howard, menyatakan keterampilan
metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe
aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian
(attention), ingatan (memory), dan pemecahan masalah.15
14 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional, 1990), hlm. 13 15 Teori Belajar dan Pembelajaran _ Teori-teori Klasik _ Teori-teori Belajar Proses _ Teori-
teori Kognitif _ Matematika IPA.htm, diunduh, 25 September 2011.
19
Teori metakognitif ini merekomendasikan agar guru mengakui
keragaman kompetensi yang dimiliki setiap individu. Dengan
demikian peserta didik hendaknya diberikan kemerdekaan untuk
memahami pembelajaran sesuai kompetensinya masing-masing yang
cenderung bervariasi.
b. Teori L. Cronbach dan R. Snow
Konsep Attidute-Treatment-Interaction (ATI) menurut
Cronbach dan Snow bahwa beberapa strategi instruksional berefek dan
berfungsi berbeda-beda pada setiap individu tergantung pada
kemampuan-kemampuan khusus dari individu tersebut. ATI
menyarankan bahwa hasil pembelajaran yang optimal dapat terjadi
apabila metode pengajarannya sesuai dan cocok dengan kemampuan
aptidute dari si anak (individu yang belajar). Hal ini merupakan
kerangka acuan bagi strategi pengajaran yang menggunakan
pendekatan individu.16
c. Teori Spiro, P. Feltovitch dan R. Coulson
Teori ini berpendapat bahwa setiap orang memiliki fleksibilitas
kognitif, yaitu kemampuan untu menyusun pengetahuan yang
dimilikinya ke dalam berbagai hal yang dilakukan pada proses
adaptasi serta merupakan reaksi dari situasi-situasi yang menuntutnya
untuk berubah. Aplikasi teori ini banyak digunakan di dalam metode
pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada “cara
pemberian/mempresentasikan” konsep dan informasi dari berbagai
16
Agnes Tri Harjaningrum, dkk., Peranan Orang Tua Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori Dan Tren Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2007), hlm.14-15
20
sudut pandang untuk memberikan pemahaman yang baik dalam proses
belajar.17
d. Teori Multiple Inteligences Howard Gardner
Teori ini menjelaskan adanya delapan tipe kecerdasan manusia
yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih strategi
pembelajaran yang tepat. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar
peserta didik, yang memahami apa yang peserta didik mau, dan
memanusiakan manusi.18 Relevansi teori multiple intelligences dengan
pembelajaran matematika adalah penyajian konsep-konsep matematika
akan lebih mengena jika dikaitkan dengan karakter (tipikal) masing-
masing anak. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan.
4. Multiple Inteligences)
Multilple Inteligences atau yang sering dikatakan dengan sistem
kecerdasan majemuk ditemukan pertama kali oleh Howard Gardner, psikolog
dari Harvard University. Gardner menyatakan bahwa, kecerdasan seseorang
dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu kecerdasan linguistik,
kecerdasan logika-matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan
kinestetik dan kecerdasan naturalis.19
Teori multiple intelligences bertujuan untuk mentransformasikan
sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap peserta didik dengan
berbagai macam pola pikirnya yang unik. Metode tersebut mendeteksi gaya
belajar peserta didik, yang memahami apa yang mereka mau dan
17
Agnes Tri Harjaningrum, dkk., Peranan Orang Tua Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori Dan Tren Pendidikan, hlm. 15
18 Munif Chatif, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2010), Cet. VII hlm. 10. 19 Adi Gunawan, Born to be genius, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Hlm. 106
21
memanusiakan manusia. Penjelasan lebih lanjut Setidaknya ada 8 macam
kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner, yaitu:20
1) Kecerdasan Linguistik
Kecerdaran ini mencakup ranah kemampuan seseorang dalam
mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan,
mengembangkan argumen, atau mengungkapkan ekspresi.
2) Kecerdasan Logis-Matematis
Kemampuan untuk menggunakan angka-angka untuk menghitung dan
mendeskripsikan sesuatu dengan konsep matematis, menganalisa
berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, serta menelaah berbagai permasalahan secara
ilmiah.
3) Kecerdasan Musikal
Kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musical,
merespon terhadap music, menggunakan music sebagai sarana
berkomunikasi, atau menginterpretasikan bentuk dan ide musical.
4) Kecerdasan Spasial
Kemamapuan untuk mengenali pola ruang secara akurat,
menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menerjemahkan pola
ruang secara tepat.
5) Kecerdasan Kinestetik
Kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian anggota tubuh
untuk melakukan sesuatu, membangun kedekatan untuk
mengkonsolidasikan orang lain, dan menggunakannya untuk
menciptakan bentuk ekspresi baru.
20 ----------------, Genius LearningStrategy; Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated
Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003), hlm. 231-241
22
6) Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan untuk menilai kekuata kelemahan, bakat, ketertarikan diri
sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun
dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan ke
dalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan
menggunakannya untuk mengekspresikan pandangan pribadi.
7) Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati
kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai
jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intense, hasrat,
dan motivasi orang lain.
8) Kecerdasan Naturalis
Kemampuan untuk mengenali, mengelompokkan dan menggambarkan
berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya.
Temuan terakhir terkait konsep multiple intelligences oleh Gardner
adalah munculnya kecerdasan eksistensial. Intelgensi ini menyangkut
kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan
terdalam mengenai eksistensi manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang sering
muncul kaitannya dengan kecerdasan ini adalah mengapa aku ada, mengapa
aku mati, apa makna hidup, bagaimana manusia sampai pada tujuan hidup.21
Beberapa poin penting dalam teori kecerdasan berganda Gardner yaitu
sebagai berikut:22
1) Setiap orang memiliki tiap-tiap tipe kecerdasan tersebut
2) Kebanyakan orang bisa mengembangkan tiap kecerdasan itu sampai
pada tingkat kompetensi yang mencukupi
21 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz
Media, 2010), Cet. IV, hlm. 152. 22 Diane Ronis, Pengajaran Matematika sesuai Cara Kerja Otak, terj. Herlina, (Jakarta: PT.
Indeks, 2009), hlm.49
23
3) Kecerdasan biasanya bekerja bersama dengan cara yang rumit
4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
Beberapa poin penting yang termuat dalam pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences System tersebut menunjukkan bahwa strategi ini
mengedepankan prinsip-prinsip humanistic education. Pendidikan harus
memanusiakan manusia, artinya proses pendidikan harus memperhatikan
keragaman potensi setiap individu.
Haggerty (sebagaimana dikutib oleh Baharudin) mengungkapkan ada
beberapa prinsip untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda, yaitu:23
1) Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak boleh
terpaku hanya pada satu jenis kemampuan saja, sebab satu jenis
kemampuan saja tidak cukup untuk menjawab persoalan-persoalan
manusia secara menyeluruh.
2) Pendidikan harusnya individual. Setiap karakteristik yang dimiliki
peserta didik mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Mengajar
hanya dengan materi, cara, dan waktu yang sama bagi peserta didik
yang memiliki kemampuan tertentu, jelas tidak menguntungkan bagi
siswa lain. Pada setiap proses pembelajaran guru harus memperhatikan
perbedaan yang dimiliki setiap peserta didik.
3) Pendidikan harus dapat memotivasi peserta didik untuk menentukan
tujuan dan program belajar. Proses pembelajaran yang baik adalah
memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan cara
belajar sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peserta
didik juga diberi kebebasan untuk mengevaluasi hasil belajarnya.
23 Diane Ronis, Pengajaran Matematika sesuai Cara Kerja Otak,. hlm. 153
24
5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences System
Strategi pembelajaran berbasis Multiple Inteligences System (MIS)
merupakan sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori multiple
intelligences. Pelopor penerapan teori multiple intelligences ke dalam
lembaga pendidikan diantaranya adalah Thomas Amstrong, Diane Ronis
melalui kelas-kelas di Super Camp, California. Sedangkan di Indonesia,
penerapannya dipelopori oleh Munif Chatib, seorang konsultan pendidikan
yang pernah mengkaji multiple intelligences di Havard University.
a. Macam-macam Metodologi Strategi Pembelajaran berbasis Multiple
Inteligences System
Sebagai sebuah strategi, Multiple Inteligences System memliki
beragam bentuk metodologi pembelajaran. Munif Chatib dalam bukunya
“Gurunya Manusia”, menyebutkan beberapa contoh metodologi strategi
pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System, diantaranya:24
1) Strategi Diskusi
Aktivitas :
Peserta didik diminta mendiskusikan topik/tema tetentu sesuai
dengan indikator yang diharapkan.
Multiple Inteligences Approach : Linguistik dan Intrapersonal
2) Strategi Action Research
Aktivitas :
Peserta didik diminta untuk membuat hipotesis terhadap materi
terlebih dahulu. Kemudian hipotesis itu dibukktikan dengan
pengumpulan data lapangan, analis, dan berakhir dengan
kesimpulan.
Multiple Inteligences Approach : Matematis-Logis Dan Naturalis
24 Munif Chatib, Gurunya Manusia, hlm. 138-189
25
3) Strategi Analogi
Aktivitas :
Pemahaman konsep dengan membuat persamaan suatu bentuk
dengan bentuk lainnya, yang menunjukkan adanya hubungan di
antara keduanya.
Multiple Inteligences Approach : Matematis-Logis, Spasial-
Visual, Naturalis
4) Strategi Sosiodrama
Aktivitas :
Peserta didik diminta membuat parodi pendek (yang berkaitan
dengan indikator) dan mempraktekannya.
Multiple Inteligences Approach : Linguistik, Kinestetik,
Interpersonal
5) Strategi Service Learning
Aktivitas :
Peserta didik bersama guru melakukan kunjunga ke suatu tempat
(fasilitas publik) atau lingkungan tertentu dengan melakukan
pelayanan informasi kepada tempat tersebut.
Multiple Inteligences Approach : Naturalis, Lingustik dan
Intrapersonal
6) Strategi Movie Learning
Aktivitas :
Guru bersama peserta didik mengaitkan konsep pembelajaran
dengan tayangan film.
Multiple Inteligences Approach : Spasial-Visual
7) Strategi Aplied Learning
Aktivitas : Guru bersama peserta didik mencoba mengaitkan
konsep pelajaran dengan manfaatnya untuk kebutuhan sehari-hari.
Multiple Inteligences Approach : Naturalis dan Kinestetik
26
Dalam memilih masing-masing metodologi pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kerangka lesson plan dan topik atau materi yang akan
dibahas.
b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inteligences
System
Dalam bukunya “Sekolahnya Manusia” dan “Gurunya Manusia”,
Menurut Munif Chatib, secara tidak langsung telah menjelaskan langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System:
1) Tahap Perencanaan
a) Melakukan Multiple Inteligences Research (MIR)
Multiple Inteligence Research (MIR) adalah instrumen research
yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan
kecerdasan seseorang.25 Dari hasil analisis MIR ini, kemudian akan
dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Gaya belajar
ini yang akan dijadikan pedoman guru dalam merencanakan proses
pembelajarannya. Pelaksanaan MIR biasanya ditaruh diawal tahun
(sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai) sebagai bahan
penyusunan lesson plan.
Permasalahan yang muncul dalam melakukan MIR adalah
tidak adanya instrumen baku untuk mengukur kepingan-kepingan
multiple intelligences seseoarang. Penyusunan instrumen MIR yang
telah berjalan selama ini biasanya dilakukan oleh tim MIR yang
terdiri dari guru dan konsultan pendidikan yang melibatkan pakar
psikologi. Dalam pembuatan instrument MIR, tim ini dapat
25 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia,. hlm. 101
27
mengacu pada perilaku-perilaku yang relevan dengan masing-
masing tipe kecerdasan.
Diane Ronis memberikan beberapa contoh aktivitas yang bisa
dilakukan guru/sekolah dalam menyusun MIR dan menerapkan pembelajaran
berbasis Multiple Intelligences System.
Petunjuk untuk delapan tipe kecerdasan: Petunjuk cepat Ronis26
Tipe
Kecerdasan Contoh Perilaku yang
relevan Kegiatan
mengajar Bahan Ajar
Strategi
Pengajaran Linguistik a. Memberikan
Perilaku yang relevan
b. Menggubah puisi c. Mengenali
perbedaan tipis satu kata
a. Memberikan kuliah
b. Diskusi c. Bercerita d. Membaca e. Menulis jurnal
atau puisi
a. Buku b. Kaset c. Rekaman d. Computer e. Sofware
a. Baca b. Bicarakan c. Dengar d. Tulis
Matematika-Logika
a. Merumuskan dan menguji hipotesis
b. Menemukan dengan cepat solusi masalah secara jelas dan langsung
c. Menghasilkan bukti-bukti matematis
a. Tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran kritis
b. Asah otak c. Pemecahan
masalah d. Puzzle e. Permainan
angka f. Perhitungan luar
kepala
a. Kalkulator b. Computer c. Manipulasi d. Peermainan
matematika e. Puzzle
a. Pikirkan secara ktitis
b. Analisis c. Buat konsep d. Ukur
Spasial a. Menciptakan gambar bayangan
b. Menggambar objek secara akurat
c. Membedakan dengan sempurna antara objek yang sangat mirip
a. Presentasi visual b. Kegiatan artistik c. Permainan
kreatif d. Visualisasi
a. Grafik b. Peta c. Video d. Mainan
konstruksi e. Bahan seni f. Ilusi optik g. Kamera h. Koleksi
a. Lihat b. Gambarkan c. Visualisasikan d. Bangun e. Warnai f. Ciptakan
26 Diane Ronis, Pengajaran Matematika sesuai Cara Kerja Otak, terj. Herlina, hlm. 51-52
28
gambar Fisik-Kinestetik
a. Menari b. Bermain Olahraga c. Tampil secara atletis
a. Menari b. Kegiatan praktik c. Kegiatan
olahraga d. Kegiatan yang
melibatkan indera peraba
a. Peralatan bangunan
b. Persediaan alat seni
c. Peralatan olah raga
d. Manipulative (alat bantu seperti balok)
a. Bangun b. Peragakan c. Sentuh d. “rasakan”
dengan hati
Musikal a. Memainkan alat music
b. Menggubah alat music
c. Mengidentifikasi struktur yang mendasari music
a. Lirik b. Irama c. Melodi yang
membantu pengajaran
a. Peralatan music
b. Kaset c. Tape recorder d. CD dan CD
Player
a. Saling mengajar
b. Berkolaborasi c. Berinteraksi
Interpersonal a. Menunjukkan kepekaan terhadap suasana hati orang
b. Mendeteksi maksud dan motif yang mendasari orang lain
c. Mengetahuan pengetahuan atas orang lain untuk mempengaruhi pemikiran dan perilaku mereka
a. Pembelajaran Kerjasama dan kolaborasi
b. Tutor sebaya c. Konseling
dengan teman sekelas
a. Permainan papan
b. Pengaturan ruang
c. Permainan peran (role-play) yang mendukung
a. Salingmengajar b. Berkolaborasi c. Berinteraksi
Intrapersonal a. Membedakan antara emosi yang serupa seperti rasa marah dengan frustasi
b. Mengenali motif di balik perilaku pribadi
a. Refleksi (pemikiran mendalam) siswa
b. Belajar sendiri c. Pilihan
alternative pembelajaran
a. Sofware computer tentang pendidikan
b. Petunjuk refleksi
c. Jurnal
a. Hubungan dengan kehidupan pribadi anak
b. Analisis perilaku dan motif anak
Naturalis a. Membedakan antara spesies yang serupa
b. Mengelompokkan
a. Memindahkan lingkungan belajar ke luar
a. Kaca pembesar
b. Perlengkapan
a. Lewat alam kenali pola dan persamaan
29
bentuk-bentuk alami c. Penerapan praktis
pengetahuan seseorang tentang alam (berkebun, pengamatan burung, dsb)
kelas menggambar c. Buku
petunjuk
b. Hubungkan dengan pengalaman sebelumnya
b) Membuat Lesson Plan/RPP
Setiap guru yang menginginkan proses pembelajarannya berjalan
sistematis dan berhasil hendaknya menyusun perencanaan
pembelajaran atau lesson plan. Dalam penyususunan lesson plan
menurut Munif Chatib, setidaknya mengandung beberapa unsur
berikut:27
(1) Header atau pembuka terdiri dari identitas dan silabus
(2) Content (isi) terdiri dari:
(a) Apersepsi (zona alfa, warmer, pre-tech, dan scene
setting)
(b) Strategi mengajar
(c) Prosedur aktivitas
(d) Teaching aids
(e) Sumber belajar
(f) Proyek
(3) Footer atau penutup, terdiri dari rubric penilaian dan komentar
oleh guru. Komentar oleh guru bisa berupa masalah, ide baru,
dan momen spesial.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
(1) Rombongan belajar
27 ------------------, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2011), hlm. 203
30
Dalam pembelajaran berbasis multiple inteligences disyarankan
agar jumlah siswa dalam tiap rombongan belajar tidak lebih
dari 30 peserta didik.28 Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Disamping itu, model pengelompokan kelas idealnya secara
homogen. Peserta didik yang memiliki kecenderungan
kecerdasan tertinggi yang sama dikelompokkan ke dalam satu
kelas. Hal ini untuk membantu guru dalam memilih strategi
pembelajaran yang paling efektif untuk peserta didik. Namun
karena alasan keterbatasan ruang kelas, sekolah menggunakan
model pengelompokan heterogen. Satu kelas terdiri atas
beberapa kelompok anak dengan kecerdasan tertinggi yang
berbeda-beda.
(2) Beban Kerja Guru
Sebagaimana dalam Permendiknas No. 41 tentang standar
proses pembelajaran telah disebutkan bahwa beban kerja guru
minimal adalah 24 jam tatap muka. Adapun dalam penerapan
Multiple Inteligences System, disamping kegiatan tatap guru
juga harus melakukan konsultasi lesson plan di luar jam
mengajar.29 Kegiatan pengembangan diri ini biasanya
dilaksanakan setelah kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) selesai dengan seorang konsultan pendidikan.
(3) Buku Teks Pelajaran
Pemilihan buku teks pelajaran sebagaimana pada sekolah lain
umumnya sesuai hasil musyawarah guru dengan pengelola
pendidikan lainnya. Untuk membantu pemahaman peserta
28 Munif Chatif, Sekolahnya Manusia, hlm. 10 29 ------------------, Gurunya Manusia, hlm. 51
31
didik, sekolah dapat menyediakan beberapa jenis buku teks
pelajaran.
(4) Pengelolaan Kelas
Dalam pengelolaan kelas pembelajaran berbasis Multiple
Intelligences System dapat dibedakan menjadi dua:
(a) Peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang sama
dikelompokkan menjadi satu. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah guru dalam memilih gaya mengajar yang
sesuai dengan peserta didik yang cenderung homogen dari
segi gaya belajarnya.
(b) Kelas dibiarkan heterogen, dan guru cenderung memakai
gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar mayoritas
peserta didik. Dalam konsep ini sekolah juga harus
menyediakan guru pendamping untuk membantu peserta
didik yang masih tertinggal.
Meski demikian, pada dasarnya pengelolaan kelas sepenuhnya
menjadi tanggungjawab guru ketika melakukan pembelajaran.
Hal tersebut karena pengelolaan kelas disesuaikan dengan
metode masing-masing guru. Hal terpenting dalam pengelolaan
kelas berbasis Multiple Intelligences System adalah tidak
mengelompokkan kelas berdasarkan peringkat atau nilai. Hal
ini untuk meghindari munculnya stigma negatif terhadap anak-
anak yang secara akademik sedikit tertinggal.
b) Pelaksanaan Pembelajaran
(1) Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi)
32
Pada kegiatan pendahuluan atau apersepsi pembelajaran
berbasis Multiple Intelligences System, setidaknya beberapa
langkah yang harus dilakukan guru:
(a) Ice Breking
Ice Breking merupakan tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengantarkan peserta didik memasuki zona
alfa. Tindakan yang dilakukan dapat berupa permainan
singkat yang melibatkan semua peserta didik dalam satu
kelas.
(b) Warmer
Warmer atau pemanasan adalah mengulang kembali materi
yang sebelumnya diajarkan oleh guru.
(c) Pre-Tech
Prre-tech adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum
kegiatan inti pembelajaran, yang berupa pengarahan
tentang tatacara menggunakan peralatan, alur diskusi, atau
prosedur yang harus dilakukan siswa sebelum berkunjung
ke suatu tempat.
(d) Scene Setting
Scene Setting adalah aktivitas yang paling dekat dengan
strategi pembelajaran dengan maksud untuk membangun
konsep awal pembelajaran. Contoh Scene Setting seperti
yang dipaparkan Bobbi De Porter dalam bukunya Quantum
Teaching, adalah AMBAK, berarti Apa Manfaatnya
Bagiku. Pada tahap ini guru mulai mencoba
mengkontekstualkan materi yang akan disampaikan
dengan masalah nyata.
33
(e) Teaching aid
Teaching aid merupakan perangkat-perangkat pendukung
yang dipakai guru dalam memilih model atau strategi
pembelajaran. Fungsi utamanya sebagai alat peraga
pembelajaran.
(2) Kegiatan Inti
Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007,
secara garis besar kegiatan inti mencakup tiga aspek:
(a) Eksplorasi
Pada tahap ini guru beserta peserta didik mencoba
mengkontekstualkan materi yang akan dipelajari dengan
permasalahan disekitarnya atau mengkaitkan dengan materi
yang lain. Dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
System, tahapan eksplorasi melekat pada tahap scene setting.
(b) Elaborasi
Elaborasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta didik
secara penuh dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan peserta didik dapat berupa diskusi,
mencatat, atau melakukan tugas lain. Tahapan ini dalam
pembelajaran bebrbasis Multiple Intelligences System yang
disebut sebagai prosedur aktivitas.
(c) Konfirmasi
Pada tahap ini guru melakukan umpan balik dari hasil
eksplorasi dan elaborasi.
(3) Kegiatan penutup
Pada tahap ini guru bersama murid melakukan review terhadap
hasil pembelajaran.
3) Tahap Penilaian Hasil Pembelajaran
34
Dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System,
menggunakan metode penilaian autentik yang sangat berkaitan dengan
aktivitas pembelajaran. Dengan demikian penilaian dilakukan pada
proses pembelajaran, bukan pada akhir pembelajaran. Penilaian
autentik dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
dipelajari peserta didik meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Ketiga ranah tersebut secara administratif direkam dalam
sebuah portofolio.30
4) Tahap Pengawasan
Pengawasan dilakukan sejak perencanaan pembelajaran, saat guru
menyusun lesson plan. Pada tahap ini guru melakukan konsultasi atas
lesson plan yang telah dibuatnya dengan pakar atau konsultan yang
dipilih oleh sekolah. Kemudian saat pelaksanaan proses pembelajaran
di kelas, guru juga harus bersedia diamati. Hal ini sebagai bagian dari
supervisi pendidikan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam sekolah yang berbasis Multiple
Intelligences System sudah selayaknya memiliki konsultan yang
menjadi bagian dari tim pengawas bersama kepala sekolah dan
organisasi keguruan.
Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran berbasis Multiple
Intelligences System harus bersifat student centered. Artinya proses
pembelajaran harus berorientasi pada kompetensi dasar dan aktivitas peserta
didik. Oleh karena itu bentuk strategi pembelajaran berbasis Multiple
Intelligences System beragam dan sarat dengan pembelajaran active learning
maupun cooperative learning.
30 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, hlm. 165-167
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif lapangan.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang belandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purpose dan snowbaal, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.1
Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian
menggunakan pola deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best
(sebagaimana dikutib oleh Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.2
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian
kualitatif lapangan dengan pola deskriptif yang dilakukan, bermaksud
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat. Adapun alasan peneliti memilih metode ini adalah:
a) Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan
penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif.
b) Metode penelitian kualitatif deskriptif sangat berguna untuk
mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang
pendidikan maupun tingkah laku manusia.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: CV. Alvabeta, 2010), Cet. 11., hlm. 15 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009), Cet. 9, hlm. 157.
36
c) Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak
pengaruh yang timbul dari pola-pola yang dihadapi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian kualitatif lapangan ini dilaksanakan di kelas VII dan VIII SMP
YIMI Gresik “Full Day School”.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai November pada semester
gasal Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk lebih detailnya terangkum dalam
lampiran jadwal penelitian.
C. Sumber Penelitian
Sumber penelitian kualitatif lapangan ini meliputi:
1. Kepala sekolah SMP YIMI;
2. Ka. Ur. Kurikulum SMP YIMI;
3. Guru matematika kelas VII dan VIII; dan
4. Peserta Didik kelas VII dan dan VIII.
Selain itu, samping itu juga melihat sumber dokumentasi seperti perangkat
pembelajaran dan profil sekolah.
D. Fokus Penelitian
Untuk membatasi kajian permasalahan yang dibahas, penelitan
kualitatif lapangan ini difokuskan pada proses pembelajaran Matematika yang
berjalan di SMP YIMI Gresik “Full Day School”. Dengan fokus
permasalahan tersebut, kajian yang dibahas mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Matematika berbasis Multiple
Inteligences System di SMP YIMI.
37
E. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
utama adalah peneliti itu sendiri.3 Hal ini karena rancangan penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
malakukan penelitian. Oleh karenanya, dalam penelitian ini instrumen
utamanya adalah peneliti sendiri “the researcher is the key instrument”.
Meski demikian, dalam penelitian kali ini instrumen penelitian yang
dilakukan berpedoman pada lembar observasi proses pembelajaran yang
mengacu pada Permendiknas No. 41 tentang standar proses pembelajaran,
ditunjang dengan draf wawancara dan angket respon peserta didik terhadap
proses pembelajaran.
Menurut Nasution (seperti dikutip oleh Sugiyono), peneliti sebagai
instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument
berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,
kecuali manusia
d. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
305
38
segera untuk menentukan arah pengamatan, dan untuk mentest
hipotesis seketika.4
2. Metode Pengumpulan Data
Sementara itu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara
Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab
secara lisan pula.5 Metode wawancara menghendaki komunikasi langsung
antara penyidik dengan responden. 6
Metode wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal secara
lebih mendalam yang tidak bisa diperoleh melalui teknik observasi.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden terkait
alasan-alasan pemakaian MIS di SMP YIMI Gresik Full Day School,
kelebihan dan kekurangan penerapan MIS dalam mata pelajaran
matematika, dan problem apa saja yang dihadapi. Di samping itu, peneliti
juga akan memperoleh informasi terkait sikap dan tanggapan segenap
civitas akademika SPM YIMI Gresik Full Day School dalam penerapan
MIS khususnya dalam mata pelajaran matematika.
b. Observasi atau Pengamatan
Metode observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
307 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 236 6 Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Dasar, (Surabaya: SIC,
1996), hlm. 67
39
penelitian.7 Metode ini bertujuan untuk mengetahui fenomena alamiah
yang terjadi pada obyek penelitian. Dalam proses ini peneliti lebih
menekankan aspek pengamatan terhadap proses pengelolaan MIS dalam
pembelajaran matematika yang terjadi di SMP YIMI Gresik Full Day
School. Oleh karenanya pada tahap ini peneliti akan terfokus pada
aktifitas peserta didik dan guru saat proses pembelajaran. Pada tahap ini
peneliti memakai lembar observasi yang berpedoman pada Permendiknas
No. 41 yang telah sesuaikan dengan karakteristik pembelajaran berbasis
multiple intelligences system.
Di samping itu, pengamatan juga dilakukan terhadap situasi dan
kondisi lingkungan sekolah sebagai bagian dari aspek yang
mempengaruhi iklim pembelajaran di dalamnya.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dalam
bentuk catatan-catatan, transkip, buku, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, leger, agenda, video, dan sebagainya.8 Metode ini lebih
banyak digunakan untuk memperoleh informasi terkait profil sekolah
yang meliputi jumlah karyawan, guru, jumlah peserta didik, keadaan,
sarana prasarana, serta data-data lain yang bersifat dokumen.
F. Analisis Data
Analisis data penelitian kualitataif menurut Bogdan (sebagaimana
dikutip Sugiyono) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan bahan-bahan lain,
sehingga dapatmudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
7 Nana Sudjana dan Ibraim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989),
hlm. 16 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 236
40
orang lain.9 Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit, mensintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan kemudian
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Namun
dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses di lapangan.
1. Analisis Pendahuluan
Pada tahap ini kegiatan analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan atau data sekunder, yang akan dilakukan untuk menentukan
fokus pendahuluan. Oleh karena itu, dalam proposal penelitian kualitatif ,
fokus yang dirumuskan masih bersifat sementara dan berkembang saat
penelitian di lapangan.
2. Analisis Lapangan
Miles and Huberman (seperti dikutip oleh Sugiyono), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Beberapa tahapan dalam
analisis data sebagai berikut:10
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Karena data yang diperoleh di lapangan begitu banyak, perlu
dilakukan analisis data dengan teknik reduksi. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema serta polanya dan membuang membuang
yang tidak perlu.
b. Data Display (Penyajian Data)
9 Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
334 10 Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
335-345
41
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dengan penyajian data semacam ini maka akan memudahkan peneliti
untuk memahami apa yang terjadi.
c. Conclusion Drawing/ verification
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
Langkah-langkah analisis tersebut dapat digambarkan seperti
bagan berikut:
G. Pengujian Keabsahan Data
Uji Keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal),
uji dependensi (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas
eksternal/generalisasi) data dan uji transferabilitas data. Namun yang utama
Data
Reduction
Data
Colection
Data
Display
Conclusion:
drawing/verifying
42
adalah uji krediabilitas data. Uji krediabilitas data dilakukan dengan:
perpanjangan pengaatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, member check dan analisis kasus negatif.11
Adapun skema model triangulasi untuk menguji keabsahan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dalam melakukan penarikan kesimpulan peneliti memakai pedoman
instrument penelitian yang bersumber dari referensi terkait. Selanjutnya
mensinkronisasikannya dengan data hasil interview dan hasil observasi di
lapangan. Dari hasil observasi nantinya akan diketahui apakah pelaksanaan
pembelajaran sudah sesuai dengan skema/penjelasan yang diatur dalam
pedoman instrument dan hasil interview sebelumnya.
11
Sigoyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm.
401-402
Data Interview
Data hasil
Observasi
Penarikan Kesimpulan
(uji keabsahan data)
Pedoman
Instrumen
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum SMP YIMI Gresik “Full Day School”
1. Sejarah Berdirinya Sekolah1
SMP YIMI Gresik semula memiliki nama SMP Malik Ibrahim yang
didirikan pada tahun 1959 dengan SK Nomor : 158/U.2213/104.2/13.81.
Kemudian dirubah namanya menjadi SMP YIMI GRESIK "Full day School"
berdasarkan surat permohonan perubahan nama sekolah nomor : 389/SMP-
YIMI/E.14/IV/2007 pada tanggal 18 April 2007 oleh Kepala SMP YIMI
Gresik kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, yang sekarang
berstatus sekolah terakreditasi A.
Dalam sistem pendidikannya, sekolah mengadopsi strategi
pembelajaran berbasis Multiple Intelligence System (MIS) yaitu memandang
tidak ada peserta didik yang bodoh, bahwa setiap peserta didik memiliki
kencenderungan kecerdasan masing-masing. Dari sini maka lembaga
pendidikan ini berpandangan bahwa indikator sekolah unggul adalah sekolah
yang memiliki prinsip sebgai berikut:
a) The Best Proces (mengedepankan proses);
b) Agent Of Change (pengubah kondisi peserta didiknya);
c) The Best Teachers (pembelajaran sesuai gaya belajar peserta didik);
d) Multiple Intelligence Research (mengakui bahwa semua anak cerdas);
e) Management Control (menejemen kontrol);
f) Active Learning (pembelajaran menyenangkan);
g) Applied Learning (pembelajaran kontekstual); dan
h) Religion And Character Building (keseimbangan ahlak dan ilmu).
1 Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa
tanggal 22 November 2011.
44
2. Letak Geografis Sekolah2
SMP YIMI Gresik “Full Day School” beralamat lengkap di Jalan Jaksa
Agung Suprapto No. 76 Kecamatan Sido Kumpul Kota Gresik Popinsi Jawa
Timur. Lokasinya sangat strategis karena terletak di pusat kota gresik dan
dekat dengan beberapa instansi penting, baik pemerintahan maupun non
pemerintahan. Adapun tata letak SMP YIMI Gresik “Full Day School” adalah
sebagai berikut:
• Sebelah Utara dan Barat : Kantor PT. Telkom
• Sebelah Selatan : Jalan Jaksa Agung Suprapto
• Sebelah Timur : SMPN 1 Gresik
3. Visi dan Misi SMP YIMI Gresik “Full Day School”3
Visi : Berprestasi, berbudaya dan beriptek berlandaskan iman
dan taqwa, berkualitas dalam pengetahuan dan skill
Misi :
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga
setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki
2. Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh
warga sekolah
3. Menumbuhkan penghayatan ajaran agama dan budaya bangsa,
sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah dan komite sekolah
2 Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa
tanggal 14 November 2011. 3 Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa
tanggal 15 November 2011.
45
4. Struktur Organisasi Sekolah, Keadaan Guru dan Peserta Didik4
a. Struktur Organisasi Sekolah
Ket: Garis instruktif
Garis koordinatif
4 Hasil dokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperoleh pada hari Selasa
tanggal 23 November 2011.
Yayasan Islam
Malik Ibrahim
KEPALA
SEKOLAH
KAUR
KURIKULUM
KAUR HUMAS KAUR SARPRAS KAUR
KEPESERTA
DIDIKAN
KAUR BINA
PRESTASI
TATA USAHA
SATPAM
Cleaning Service
KOPERASI
GURU - GURU
Koord Tim
B. Inggris
Koord Tim
B. Indonesia
Koord Tim
Matematika
Koord Tim
IPS
Koord
Tim Sains
Koord Tim
Umum
Koord
Tim
Agama
Asisten Kaur
Kurikulum
Asisten Kaur
Humas
Asisten Kaur
Sarpras
Asisten Kaur
Kepeserta
didikan
Asisten Kaur
Bina Prestasi
Laboran UKS Perpus BK Pembina OSIS & Remas
46
b. Keadaan Guru dan Peserta Didik
Para guru yang mengajar di SMP YIMI Gresik “Full Day School”
berjumlah 42 guru. Dengan latar belakang pendidikan berbeda-beda
mulai dari setingkat sarjana sampai megister. Beberapa guru yang bidang
studinya sama membentuk tim mata pelajaran yang berfungsi semacam
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah. Sedangkan
jumlah peserta didik berdasarkan data tahun ajaran 2011/2012 berjumlah
401 peserta didik. Dengan rincian kelas VII 117 peserta didik dan kelas
VIII 145 peserta didik yang masing-masing terbagi dalam 6 rombongan
belajar. Sedangkan kelas IX 139 peserta didik yang terbagi dalam 7
rombongan belajar.
B. Hasil Penelitian
Keberhasilan yang diperoleh oleh SMP YIMI Gresik “Full Day
School” tidak lepas atas kerja keras serta keuletan segenap penyelenggara
pendidikan untuk menyediakan layanan pendidikan terbaik kepada peserta
didiknya. Upaya itu diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan proses
pembelajaran yang berbasis Multiple Inteligences System (MIS). Dipilihnya
MIS sebagai bagian dari sistem pendidikan di SMP YIMI menurut penuturan
Ustadz Slamet, Direktur Pendidikan YIMI, karena multiple inteligences
merupakan sebuah konsep yang humanis. Dalam multiple inteligences setiap
anak diakui kecerdasannya, sehingga jika hal ini diterapkan dalam dunia
pendidikan akan mewujudkan education humanistic.5
Dalam praktiknya, secara garis besar penerapan pembelajaran berbasis
Multiple intelligences System di SMP YIMI “Ful Day School” memuat tiga
tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
5 Hasil wawancara dengan Ustadz Slamet, Direktur Pendidikan YIMI, tanggal 22 Oktober 2011
47
1. Proses Perencanaan Pembelajaran
Nurhadi, kepala SMP YIMI menuturkan, bahwa perencanaan
pembelajaran yang disusun oleh guru sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan. Menururtnya, rencana pembelajaran
yang baik dan terperinci akan membuat guru mudah dalam
menyampaikan materi pelajaran, pengorganisasian peserta didik, maupun
saat evaluasi pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
akan terarah dengan rapi dan baik.6
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan sama halnya dengan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Guru diminta menyiapkan perangkat
pembelajaran seperti Rencana Silabus, Program Tahunan (Prota),
Program Semester (Prosem) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Hal ini untuk menjamin bahwa perencanaan pembelajaran sesuai
dengan Standar Proses sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor
41 Tahun 2007, tentang Standar Proses Satuan Pendidikan.
Di samping itu, dalam pembelajaran berbasis Multiple Inteligences
System guru atau sekolah juga melakukan Multiple Inteligences Research
(MIR). MIR atau yang di YIMI dikenal dengan Multiple Inteligences
Observation (MIO) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui kecenderungan kecerdasan seseorang. Hasil MIO kemudian
dipakai untuk pengelompokan kelas dan bahan pertimbangan guru dalam
memilih strategi pemebelajaran yang paling efektif untuk peserta didik.
Secara lebih rinci tahapan-tahapan yang dilakukan guru SMP YIMI
Gresik pada saat merencanakan pembelajaran, sebagai berikut:
a. Melakukan Multiple Inteligences Observation (MIO)
6 Hasil interview dengan Ustadz Nurhadi, Kepala Sekolah SMP YIMI, tanggal 23 November
2011.
48
MIO termasuk komponen fital dalam sekolah berbasis Multiple
Inteligences System (MIS). MIR menjadi alat yang dipakai untuk
mengidentifikasi delapan tingkat kecerdasan yang dimiliki peserta
didik. Delapan kecerdasan itu meliputi kecerdasan linguistik,
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan musikal dan kecerdasan naturalis.
Tidak adanya pedoman baku untuk mengukur multiple
intelligences seseorang, membuat YIMI harus merumuskan
instrumen MIO sendiri. Untuk menjamin tingkat akurasi instrumen
ini, sekolah melibatkan guru, konsultan pendidikan dan pakar
psikologi. Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk angket, observasi,
dan interview baik kepada peserta didik maupun orang tuanya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan hal-hal
yang disukai peserta didik dan kegiatan-kegiatan yang sering
dilakukan.
Pelaksanaan MIO dilakukan saat peserta didik pertama kali
masuk sebagai peserta didik baru di SMP YIMI. Hasil MIO
setidaknya memiliki dua fungsi. Pertama, MIO dijadikan sebagai
acuan pembentukan rombongan belajar. Anak-anak dengan
kecenderungan kecerdasan tertinggi yang sama dikelompokkan ke
dalam satu kelas. Dengan demikian gaya belajar peserta didik dalam
satu kelas cenderung sama. Kedua, MIO sebagai acuan guru dalam
memilih strategi pembelajaran paling efektif untuk peserta didik.
Kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik
cenderung identik dengan gaya belajarnya. Dengan demikian, setelah
49
mengetahui gaya belajar peserta didik, guru dapat memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. 7
Dalam praktiknya, SMP YIMI “Full Dal School” hanya
memiliki 6 rombongan belajar untuk kelas VII dan VIII, sedangkan
kelas IX terbagi dalam 7 rombongan belajar. Pagu (jumlah peserta
didik) setiap kelas yang telah ditetapkan sekolah maksimal adalah 25
peserta didik. Hal ini membuat pengelompokan kelas yang dibuat
sekolah tidak mampu mengakomodasi kedelapan kecenderungan
kecerdasan peserta didik sebagaimana hasil MIO. Oleh karenanya
alternatif yang diambil oleh sekolah, dengan mengelompokkan 3
kecenderungan kecerdasan tertinggi peserta didik ke dalam satu
kelas.8
b. Menyusun Program Tahunan (Prota)
Sama halnya guru-guru di sekolah pada umumnya, setiap guru
di SMP YIMI wajib menyusun Prota. Program ini merupakan
program umum yang disusun guru bidang studi untuk setiap kelas
dalam setahun. Rancangan program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dalam
penyusunan program tahunan maupun program semester, guru
berpedoman pada kalender akademik sekolah dan silabus
pembelajaran.9
Secara umum tidak ada perbedaan dalam penyusunan program
tahunan pada sekolah berbasis Multiple Intelligences System seperti
di SMP YIMI, dengan sekolah pada umumnya. Perbedaan hanya
7 Hasil interview dengan Ustadz Khusnul Khuluq, Kepala Urusan Kurikulum SMP YIMI “Full
Day School” pada tanggal 14 November 2011. 8 Hasil Observasi di SMP YIMI selama pelaksanaan penelitian tanggal 1-24 November 2011
9 Hasil Interview dengan Ustadzah Vemy Citra, Guru Matematika SMP YIMI, tanggal 22
Nopember 2011.
50
terdapat dalam penyusunan Program Tahunan yang dibuat oleh guru
bidang studi bersama tim bidang studi tersebut. (lampiran
Dokumentasi Prota)
c. Menyusun Program Semester (Prosem)
Program Semester berisi secara garis besar agenda kegiatan
yang akan dilaksanakan dan ingin dicapai dalam satu semester.
Program Semester merupakan penjabaran dari Program Tahunan.
Pada umumnya program semester berisikan tentang identitas bidang
studi, bulan, pokok bahasan yang ingin disampaikan, jumlah jam
tatap muka, standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai
dan indikator keberhasilan.10
Penyusunan Prosem di SMP YIMI juga tidak berbeda dengan
di sekolah pada umunya. Penyusunan prota dibuat oleh guru bidang
studi bersama Tim bidang studi yang kemudian disahkan oleh
koordinator bidang studi dan kepala sekolah. Di samping itu,
beberapa mata pelajaran ada penambahan jam, seperti Matematika
yang sebenarnya 4 jam sesuai SNP menjadi 6 jam pelajaran dalam
seminggu. Hal yang sama juga dilakukan terhadap mata pelajaran
Bahasa Inggris dan IPA Terpadu dengan alokasi waktu masing-
masing 8 jam pelajaran. (Lampiran Dokumentasi Prosem dan Jadual
Pelajaran)
Kebijakan yang dibuat dengan memberikan jam tambahan
pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan IPA bukan
tanpa alasan. Hal ini mengingat ketiga bidang studi tersebut memiliki
karakteristik materi yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Di
samping tingkat kesulitannya, ketiga materi ini termasuk bidang studi
10 Hasil interview dengan UStadz khusnul Khuluq, Ka Ur. Kurikulum SMP YIMI, tanggal 14
November 2011.
51
yang masuk dalam Ujian Nasional. Berbagai pertimbangan ini
tampaknya yang menjadi pertimbangan sekolah dalam memberikan
jam tambahan terhadap bidang studi-bidang studi tersebut.
d. Menyusun Silabus Pembelajaran
Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah wajib
menghadirkan silabus pembelajaran. Silabus pembelajaran ini
selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam merencanakan pengembangan silabus setiap guru
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengembangkan Indikator
b) Mengidentifikasi materi ajar atau materi pokok
c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
d) Pengakolasian waktu
e) Pengembangan alat penilaian (Teknik, Bentuk
Instrumen, Contoh Instrumen)
f) Menentukan sumber belajar.
Berdasarkan hasil dokumentasi Silabus pembelajaran,
menunjukkan bahwa guru Matematika SMP YIMI telah melakukan
hal-hal tersebut. (Lampiran Silabus Pembelajaran Matematika)
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan kerangka berisi gambaran umum alur
pembelajaran guru yang akan dilaksanakan. Dalam menyusun
52
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:11
a) Mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin
dicapai setelah proses pembelajaran
b) Mengembangkan materi yang akan diajarkan
c) Menentukan metode yang akan dipakai dalam pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan disampaikan
d) Merencanakan penilaian, yang meliputi aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Penyusunan RPP, di SMP YIMI sedikit berbeda dengan
penyusunan RPP di sekolah pada umumnya. Di samping memakai
konsep yang telah ditentukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional,
guru juga harus mengitegrasikannya dengan konsep multiple
intelligences. Muatan RPP yang disusun guru SMP YIMI, setidaknya
harus mencakup hal-hal sebagai berikut: (Lampiran RPP Matematika
SMP YIMI)
1. Identitas:
Nama Guru, Sekolah, Bidang Studi, Kelas, Semester, Tanggal.
2. Silabus:
Judul, Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Hasil
Belajar, Indikator Hasil Belajar, Alokasi Waktu
3. Prosedur Aktivitas:
Alpha Zone, Scene Setting, Aktivitas Pembelajaran, Teaching
Aid, Aktivitas yang dinilai,
4. Pengesahan
Tanggal, Tanda tangan Guru Bidang Studi, anda Tangan Guru
Senior, tanda Tangan Kepala Sekolah
11 Hasil interview dengan Ustadz Khusnul Khuluq, Ka Ur Kurikulum, tanggal 15 November
2011.
53
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran oleh guru
dilakukan sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pada
awal semester. Meski demikian, sekolah tetap memberikan
wewenang kepada setiap guru untuk melakukan perubahan-
perubahan, selama hal itu dilakukan sebelum pelaksanaan
pembelajaran.
Sebelum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diterapkan di
kelas, setiap guru harus mengkonsultasikannya terlebih dahulu
dengan kepala sekolah, Direktur Pendidikan YIMI dan guru senior.
Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan pembelajaran
nantinya akan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip multiple
intelligences.
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis Multiple
Intelligences System di SMP YIMI Gresik “Full Day School”, secara
garis besar terangkum ke dalam tiga tahapan, kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a. Pendahuluan (Apersepsi)
Dalam pembelajaran berasis Multiple Intelligences System di
SMP YIMI, aktivitas yang dilakukan guru dalam tahap ini meliputi:
1) Ice Breaking/Alpha Zone
Guru mengajak peserta didik melakukan Ice Breaking untuk
menuju Zona Alfa. Hal ini dilakukan agar pikiran peserta didik
menjadi fress kembali dan siap untuk menerima materi yang
baru. Aktivitas yang dilakukan biasanya guru melakukannya
dalam bentuk tebakan-tebakan/kuis, senam singkat, nyanyian
54
atau alunan musik/lagu-lagu.12 Mulai dari sini, guru mulai
memunculkan kesan pembelajaran yang menyenangkan sebelum
peserta didik menerima materi.
Ada pula sebagian guru yang melakukan Ice Breaking di tengah
kegiatan pembelajaran.13 Hal ini bertujuan untuk merefresh
kembali pikiran peserta didik karena rsa jenuh.
2) Warmer
Guru menanyakan kembali materi-materi yang telah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan
keterkaitan materi sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari.14
Kegiatan ini secara otomatis telah dilakukan oleh setiap guru,
khusunya guru matematika. Hal ini dikarenakan materi
matematika bersifat saling terkait, sehingga setiap materi yang
baru berhubungan denga materi sebelumnya. Dengan demikian,
mau tidak mau sebelum menyampaikan materi yang baru, guru
mengulas terlebih dahulu materi yang pernah disampaikan
sebelumnya.
3) Pre Tech
Pada tahap ini guru memberikan arahan terkait prosedur yang
harus dilakukan terkait model pembelajaran yang akan
dilakasanakan. Misalnya dalam model diskusi, guru memberikan
arahan terkait bagaimana pembentukan kelompok dan tugas
masing-masing kelompok. Pre Tech dilakukan bersamaan ketika
12 Observasi Pembelajaran Matematika di kelas VIII B, tanggal 22 November 2011.
13 Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas VIII F, tanggal 23 November 2011.
14 Observasi Pembelajaran Matematika di kelas VII A, VII B, dan VII F tanggal 24 November
2011.
55
guru mengkondisikan peserta didik sesuai model pembelajaran
yang ingin dilakukan.15
4) Scene Setting.
Scene Setting menjadi awal dari kegiatan inti pembelajaran.
Aktivitas yang dilakukan guru pada tahap ini adalah mencoba
untuk mengkontekstualkan materi yang akan di sampaikan. Hal
ini dilakukan agar peserta didik mempunyai gambaran riil terkait
materi yang akan dipelajari dengan konteks kehidupan nyata.16
Dengan demikian akan muncul kegairahan peserta didik untuk
mempelajari materi tersebut.
Kegiatan ini juga menjadi bagian penting yang harus dilakukan
guru saat mulai menyampaikan materi pembelajaran. Dalam
menyusun scene setting, guru matematika menghadapi sedikit
permasalahan pada beberapa materi yang cenderung abstrak.
Beberapa materi matematika SMP, seperti bilangan berpangkat,
barisan dan deret bersifat abstrak sehingga guru kesulitan
menyusun scene setting.17 Hal ini berpengaruh terhadap
pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut. Pada materi-
materi semacam ini banyak peserta didik yang mengalami
kesulitan.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
15 Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas VII B dan VII A tanggal 24 November 2011.
16 Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas VII A. Guru mengkontekstualkan materi Netto,
Tara, Bruto dengan visualisasi bungkus produk barang (Semen, Beras, Pupuk). 17 Hasil interview dengan Ustadz Khusnul Khuluq, yang juga guru Matematika kelas VIII SMP
YIMI, tanggal 21 November 2011.
56
Kegiatan eksplorasi dalam krangka pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences System di SMP YIMI, telah termuat dalam
aktivitas Scene Setting pada tahap pendahuluan. Hal ini tidak
menjadi permasalahan, mengingat aktivitas dalam Scening Setting
mengantarkan anak menuju kegiatan inti pembelajaran. Di
samping itu, muatan kegiatan eksplorasi adalah
mengkontekstualkan materi pelajaran. Hal ini sama halnya yang
dilakukan dalam aktivitas Scene Setting.
2) Elaborasi (Prosedur Aktivitas)
Elaborasi merupakan aktifitas melibatkan partisipasi aktif peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran, dalam pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences dikenal dengan prosedur aktivitas. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk perwujudan active learning. Pada tahap
ini guru mulai menerapan berbagai strategi atau model
pembelajaran, tergantung situasi dan kondisi kelas dan materi
yang akan disampaikan. Strategi pembelajaran berbasis Multiple
Intelligences System yang dikembangkan di SMP YIMI, mengacu
pada prinsip active learning dan kooperatif learning. Metodologi
yang sering dipakai dalam pembelajaran di SMP YIMI adalah
diskusi, sosio drama, action research, dan analogi.18
Konsep setting kelas dengan pagu 25 peserta didik untuk setiap
kelas, sangat mendukung guru SMP YIMI dalam melakukan
variasi model pembelajaran. Di samping itu, khusus kelas VII
telah didukung dengan perangkat LCD proyektor sehingga guru
semakin leluasa dalam mengembangkan strategi
18 Hasil Interview dengan Ustadzah Vemy Citra, Guru Matematika kelas VII SMP YIMI,
tanggal 22 November 2011.
57
pembelajarannya.19 Hal ini menjadi bagian faktor pendukung
keberhasilan pembelajaran dikelas secara aktif, inovatif dan
menyenangkan.
3) Konfirmasi
Tahap konfirmasi merupakan flow up dari dua tahap sebelumnya
(eksplorasi dan elaborasi). Setelah selesai menyampaikan materi
pelajaran, guru menarik kesimpulan dan memberi umpan balik
kepada peserta didik atas materi yang disampaikannya. Setelah itu,
guru baru mengakhiri kegiatan pembelajarannya.
Beberapa guru terkadang lupa melakukan kegiatan ini.20 Padahal,
hal ini penting untuk mensinergikan pengetahuan peserta didik
dalam memahami materi yang disampaiakan, agar terbentuk
pemahaman yang sama.
c. Kegiatan penutup
Sama halnya dengan kegiatan pembelajaran pada umumnya, setelah
mengakhiri pembelajaran dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang
sering dilakukan pada tahap ini adalah penyampaian materi yang
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, pesan motivasi belajar,
kemudian ucapan salam penutup.
3. Proses Evaluasi Pembelajaran
Setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung, hal yang tidak
boleh ditinggalkan adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
yang berlangsung di SMP YIMI “Full Day School” sama halnya dengan
19 Oservasi di Kelas VIIA-VIIF selama proses penelitian.
20 Observasi Pemnelajaran Matematika di kelas VIII B dan VIII F, tanggal 23 November 2011.
58
evaluasi yang berlangsung di sekolah-sekolah pada umumnya, yakni
mencakup dua aspek:21
a. Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil pembelajaran atau sering pula disebut dengan
penilaian Kegiatan Belajar Mengajar difokuskan pada peserta didik
dengan mengacu pada indikator hasil belajar yang telah dibuat.
Sebelum melaksanakan pembelajaran guru terlebih dahulu telah
menentukan indikator keberhasilan dan membuat seperangkat
instrumen penilaian. Indikator keberhasilan dibuat bertolak dari tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Sedangkan instrumen penilaian dibuat
dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.22
1) Kognitif
Aspek kognitif mencakup ranah pemahaman peserta didik
terhadap isi materi yang telah disampaiakan oleh guru. Tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh
guru ini dapat dilihat dari benar atau salahnya jawaban-jawaban
yang diberikan. Umumnya guru menilai ranah kognitif peserta
didik dalam bentuk pensekoran.
2) Afektif
Aspek afektif mencakup ranah keterampilan peserta didik
khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.
Dalam pembelajaran matematika, keterampilan ini dilihat dari
bagaimana peserta didik menyelesaikan soal-soal secara
sistematis. Artinya, peserta didik mampu menyelesaikan soal-
21 Hasil interview dengan Ustadz Ahmad Nurhadi, Kepala SMP YIMI, tanggal 14 November
2011 22 Hasil Interview dengan Ustadz Nurhadi, Kepala Sekolah SMP YIMI, tanggal 23 November
2011.
59
soal secara terstruktur sampai ia menemukan hasil atau
jawabannya. Sama dengan aspek kognitif, umumnya guru
memberikan penilaian ranah afektif ini dalam bentuk pensekoran
(rentang 0-10 atau 10-100).
3) Psikomotorik
Sedikit berbeda dengan aspek kognitif dan afektif yang
menekankan pada pengetahuan terhadap materi pembelajaran,
aspek psikomotorik lebih menekankan pada sisi perilaku peserta
didik. Bagaimana sikap, tutur kata, atau perbuatan lain yang
dilakukan peserta didik saat KBM berlangsung dinilai dalam
ranah psikomotorik. Bentuk penilaiaan pada ranah psikomotorik
ini umumnya dalam bentuk huruf (A, B, C, atau D).
Dalam penilaian pembelajaran yang berbasis Multiple
Intelligences System guru atau sekolah tidak menerapkan sistem
peringkat. Sebagaimana yang terjadi di SMP YIMI Gresik “Full Day
School”, ketiga aspek tersebut disajikan apa adanya tanpa
mengakumulasi skor hasil penilaian masing-masing aspek (lampiran
Dokumentasi Format Raport SMP YIMI). Hal ini dilakukan untuk
menghindari munculnya justifikasi peserta didik cerdas atau peserta
didik bodoh. Prinsip yang dipegang dalam penilaian berbasis Multiple
Intelligences System bahwa kemampuan seseorang tidak bisa
digeneralisasikan. Artinya bahwa pada satu aspek seseorang
mengalami kekurangan/kelemahan, akan tetapi pada aspek tertentu
lainnya ia justru memiliki kelebihan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Nurhadi, bahwa anak yang
pandai dalam mata pelajaran Matematika belum tentu pandai pula
dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Demikian pula anak yang pandai
60
bermain basket, belum tentu pandai dalam pelajaran matematika. Oleh
karenanya sistem peringkat yang berlaku di sekolah-sekolah pada
umumnya dirasa kurang tepat dengan teori multiple intelligences.23
Di samping itu, sistem penilaian lebih ditekankan saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Guru langsung memberikan
poin-poin kepada peserta didik yang aktif saat KBM, baik dalam
bentuk mengerjakan tugas, presentasi atau bertanya. Sedangkan
penilaian akhir dalam bentuk Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian
Akhir Semester (UAS), maupun Ujian Nasional (UN) tetap
dilaksanakan mengingat prosedur telah menjadi bagia ndari SNP yang
ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional.
Hal lain yang sangat berbeda dalam penilaian pembelajaran di
SMP YIMI, adalah guru sangat menghindari pemberian Pekerjaan
Rumah (PR) kepada peserta didik. Hal ini dilakukan mengingat SMP
YIMI juga memakai sistem “Full Day School”. Dikhawatirkan
pemberian tugas-tugas dalam bentuk soal-soal objektif akan
membebani peserta didik, usai beraktifitas di sekolah sehari penuh.
Guru biasanya sekedar meminta peserta didik untuk mempelajari
pelajaran yang telah dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Dengan demikian, tugas-tugas dari sekolah semuanya dapat
diselesaikan di sekolah.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran
Kegiatan evaluasi proses pembelajaran terangkum dalam proses
pengawasan atau supervisi pembelajaran. Hal ini dilaksanakan demi
menjamin kualitas layanan pendidikan. Supervisi yang dilaksanakan di
SMP YIMI melibatkan unsur internal satuan pendidikan maupun unsur
23 Hasil interview dengan Ustadz Ahmad Nurhadi, Kepala SMP YIMI, tanggal 23 November
2011
61
eksternal. Unsur internal sekolah melakukan supervisi kepada setiap
guru dalam tempo enam bulan sekali (satu semester). Petugas supervisor
internal ini terdiri atas Direktur Pendidikan YIMI, Kepala Sekolah dan
Guru Senior. Sementara itu, dari unsur eksternal dilakukan oleh tim
pengawas sekolah yang telah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan setempat.
Kegiatan sipervisi oleh pengawas eksternal ini biasanya bersifat
insidental (tidak terjadwal).
Adapun pengawasan yang dilakukan di SMP YIMI meliputi
beberapa aspek berikut: (Lampiran Dokumentasi Supervisi Pembelajaran
SMP YIMI)
1) Evaluasi perangkat pembelajaran: Evaluasi perangkat
pembelajaran dilakukan terhadap penyusunan Silabus, Prota,
Prosem dan RPP. Mencakup kesesuaian perangkat pembelajaran
dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta materi yang akan
dipelajari.
2) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran: Evaluasi pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan saat guru melaksanakan
pembelajaran.
3) Evaluasi penilaian pembelajaran: Evaluasi penilaian
pembelajaran dilakukan terhadap perangkat/instrument penilaian
yang dibuat guru.
C. Pembahasan
Pada dasarnya tidak ada perbedaan signifikan dalam penerapan
pembelajaran strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System
dalam bidang studi Matematika dengan bidang studi lainnya. Mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi, guru melaksanakan prosedur yang
sama. Perbedaan hanya muncul pada konten materi yang disampaikan dan
desain guru dalam merancang strategi pembelajarannya.
62
Dari hasil dokumentasi dan pengamatan pembelajaran selama penelitian,
penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences
System di SMP YIMI Gresik “Full Day School” dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Analisis Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran didefinisikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pembelajaran dan penilaian dalam suatu lokasi
waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.24 Perencanaan menjadi pedoman yang harus
dipatuhi guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya
perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus
dilakukan oleh guru.
Salah satu hal penting yang patut diperhatikan dalam merencanakan
sistem pembelajaran adalah mengetahui kompetensi dasar dan karakter
yang dimiliki oleh peserta didik. Pengetahuan ini dibutuhkan sebagai
bahan pertimbangan menyusun strategi pembelajaran yang efektif untuk
setiap peserta didik. Karakter yang muncul dalam diri setiap anak akan
mempengaruhi gaya belajar anak tersebut. Dengan demikian
pembelajaran akan berjalan efektif apabila gaya mengajar guru sesuai
dengan gaya belajar peserta didik.
Untuk mengetahui gaya belajar peserta didik tersebut, sekolah
berbasis Multiple Intelligences System (MIS) melakukan Multiple
Inteligences Research (MIR)/Multiple Inteligences Observation (MIO).
Sebagaimana yang dilakukan SMP YIMI yang melakukan MIO sebagai
ganti Tes Potensi Akademik (TPA). Dengan menerapkan MIO, sekolah
akan menerima semua peserta didik yang mendaftar sesuai kuota yang
dimiiki. Di samping itu, sekolah/guru memiliki panduan dalam membuat
24 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 17
63
pengelompokan kelas serta penyusunan rencana pembelajaran yang
efektif.
Menurut Yatim Riyanto, ada tujuh langkah untuk menyusun
rencana pembelajaran/unit kurikulum yang menggunakan teori
kecerdasan majemuk:25
a. Memusatkan tujuan pada tujuan dan topik tertentu
b. Menjawab pertanyaan kunci kecerdasan majemuk
c. Mempertimbangkan kemungkinan lain
d. Curah gagasan
e. Memilih kegiatan yang cocok
f. Menyusun rencana pelajaran yang berkesinambungan
g. Menjalankan rencana.
Secara umum penyusunan perencanan pembelajaran yang berjalan
di SMP YIMI telah berjalan sesuai prosedur perencanaan pembelajaran
berbasis Multiple Inteligences System yang dipadukan dengan
Permendiknas Nomor Tahun 2007. Guru telah merancang perangkat
pembelajaran seperti Silabus, Prota, Prosem, dan RPP. Dalam
penyusunan Silabus, Prota dan Prosem di SMP YIMI tidak berbeda
dengan penyusunan yang dilakukan di sekolah pada umumnya.
Di samping itu, penyusunan format masing-masing perangkat
pembelajaran tersebut telah sesuai dan diarahkan ke dalam konsep
pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System. Hal itu salah
satunya tampak dari pelaksanaan MIO di awal kegiatan pembelajaran
sebagai acuan perencanaan pembelajaran yang lain. Penyusunan strategi
pembelajaran dalam RPP juga mengacu pada hasil MIO, agar
pembelajaran berjalan efektif.
25 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, hlm. 244-245
64
Melihat perencanaan pembelajaran yang telah dilakukan di SMP
YIMI tersebut, secara garis besar telah sesuai dengan SNP yang
dipadukan dengan konsep Multiple Inteligences System. Dengan demikian
boleh dikatakan bahwa perencanan pembelajaran berjalan dengan baik.
2. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran
Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran yang berjalan di sekolah
biasa dengan di sekolah berbasis Multiple Inteligences System seperti di
SMP YIMI Gresik “Full Day School” tidak jauh berbeda. Perbedaannya
hanya terletak pada pemilihan strategi pembelajaran yang berorientasi
pada gaya belajar setiap anak. Oleh karenanya strategi pembelajaran yang
di kembangkan lebih bervariasi sesuai dengan banyaknya kecenderungan
kecerdasan peserta didik. Artinya gaya mengajar guru harus disesuaikan
gaya belajar peserta didik.
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap, kemampuan mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan
gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai guru ketika sedang
melakukan pengajaran.26
Menurut Uyoh Sadullah, dalam interaksi pedagogis27 pendidik
harus memperhatikan minat anak didik, karena dalam diri anak didik akan
muncul perasaan bahwa interaksi dengan pendidik yang sedang dijalani
akan berguna bagi dirinya.28 Hal itu hanya mungkin terjadi apabila yang
menjadi pokok kegiatan dapat menjawab keperluan anak didik dalam
perkembangannya. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak didik akan diterima dengan senang oleh anak.
26 Suparman S, Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa, (Yogyakarta: Pinus Book Publiser,
2010), hlm. 63 27 Interaksi Pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa/pendidik
untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, manusia dewasa. 28 Uyoh Sadullah, dkk., Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 146
65
Di antara ciri pendidik menurut Sadullah, adalah mengenal anak
didik dan membantu anak didik. Seorang pendidik harus mengenal anak
didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan setiap anak
secara perorangan. Di samping itu, pendidik harus mau membantu anak
didiknya sesuai dengan yang diharapkan anak tersebut. Harus dimaklumi
bahwa setiap anak didik mau menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri
sendiri, mau bertanggung jawab sendiri dan ingin menentukan sendiri.
Untuk itu, pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak, tapi ingat
pada keinginan anak didiknya tersebut.29 Penjelasan tersebut sangat
mendukung pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System yang
menekankan pentingnya keselarasan antara gaya mengajar guru dengan
gaya belajar peserta didik.
Di samping itu, dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan
mampu mengemban tugas sebagai berikut:30
1) Guru sebagai manajer, tugasnya yaitu:
a) Sebagai organisator, guru hendaknya dapat membuat program
yang direncanakan.
b) Sebagai motivator, guru hendaknya mampu member manfaat
belajar dan bekerja pada pesert didiknya.
c) Sebagai koordinator, guru hendaknya mampu mengatur agar
tugas yang diberikan tidak tumpang tindih atau overlap antar
kelompok.
d) Sebagai konduktor, guru hendaknya mampu memberi pimpinan
yang tegas sehingga tidak membingungkan bagi yang
melaksanakannya.
29 Uyoh Sadullah, dkk., Pedagogik (Ilmu Mendidik), hlm. 133-134
30 Nganimun Naim danAchmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 21-24
66
2) Guru sebagai administrator, tugasnya yaitu:
Sebagai dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan
yang dilaksanakan, menyimpan secara sistematis semua file yang
diperlukan.
3) Guru sebagai supervisor, tugasnya yaitu:
a) Sebagai konselor, guru hendaknya dapat member bimbingan dan
arahan positif.
b) Sebagai korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang
baik untuk dilaksanakan dan mana tugas yang harus dihindari.
c) Sebagai evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari
segi proses maupun produk.
4) Guru sebagai instruktor, tugasnya yaitu:
a) Sebagai fasilitator, guru hendaknya tidak menjadikan diri nomor
satu di muka kelas, dapat menimbulkan situasi yang kondusif
sehingga peserta didik dapat aktif dan inisiatif sendiri.
b) Sebagai moderator, hendaknya guru dapat menjadi perantara
dalam hal memusatkan sesuatu yang akan diambil oleh peserta
didik.
c) Sebagai komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan
hubungan yang harmonis baik dengan pihak-pihak di dalam
sekolah maupun di luar sekolah dan hal-hal yang berhubungan
dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang relevan.
5) Guru sebagai inovator, tugasnya yaitu:
Sebagai dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup
bagi masyarakat sekitar. Artinya penemuan-penemuan baru yang
dipimpin oleh guru hendaknya dapat disebarluaskan di luar
lingkungan sekolah.
67
Tidak hanya itu, kalau pelaksanaannya dilaksanakan secara benar,
akan mempunyai dampak pula kepada peserta didik, diantaranya adalah:31
1) Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri, kreatif
dan punya harga diri.
2) Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun tulisan,
hal ini akan berdampak pada perkembangan pikir dan kemampuan
berbahasa.
3) Menghargai perbedaan individu.
Peserta didik mempunyai pengalaman yang luas dan fungsional.
Meski pembelajaran di SMP YIMI telah diarahkan menggunakan
konsep Multiple Inteligences System, namun dalam praktiknya konsep ini
tidak di pakai secara murni. Artinya ada beberapa konsep yang tidak bisa
dilaksanakan. Pertama, pembelajaran berbasis MIS idealnya
menggunakan model pengelompokan kelas secara homogen. Peserta didik
dengan kecenderungan kecerdasan yang sama dikelompokkan ke dalam
satu kelas. Hal ini bertujuan agar strategi pembelajaran yang dipilih guru
sesuai dengan gaya belajar peserta didik dalam satu kelas. Dengan
demikian pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien. Hal
ini berbeda dengan model pengelompokan kelas di SMP YIMI, yang
bersifat semi heterogen. Dalam satu kelas terdapat tiga kelompok peserta
didik dengan kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Meski setiap guru
merumuskan tiga strategi pembelajaran untuk setiap KD nya, namun hal
itu dirasa kurang efisien. Karena membutuhkan waktu lebih banyak dari
yang semestinya.
Kedua, dalam praktiknya beberapa guru kesulitan dalam membuat
Ice Breaking. Sebagian guru setelah membuka KBM langsung melakukan
31 Nganimun Naim danAchmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 52
68
apersepsi dengan menanyakan materi yang sebelumnya dipelajari.
Harusnya guru lebih inovatif membuat berbagai bentuk Ice Breaking. Hal
ini penting karena dapat membantu peserta didik mempersiapkan
pikirannya menuju pembahsan materi pada jam sebelumnya.
Ketiga, beberapa materi pelajaran tidak dapat disampaiakan
kedalam delapan bentuk pendekatan kecenderungan kecerdasan peserta
didik. Hal ini sering dijumpai pada materi-materi pelajaran yang
cenderung bersifat abstrak. Seperti dalam materi pembelajaran
matematika, biasanya guru cenderung kesulitan dalam menentukan
strategi pembelajaran untuk peserta didik yang kecenderungan
kecerdasannya pada ranah musikal.
Permasalahan-permasalahan di atas, sering kali alasan tidak
mampunya guru/sekolah menerapkan pola Multiple Intelligences System
secara murni. Hal ini yang membuat beberapa sekolah yang memakai
MIS, termasuk SMP YIMI Gresik, mengitegrasikan MIS dengan
kurikulum SNP.
3. Analisis Evaluasi Pembelajaran
a. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi atau Penilaian hasil belajar menjadi komponen penting
yang harus dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta didik
dalam memahami materi yang telah diterimanya. Bentuk penilaian
pembelajaran mencakup tiga ranah, kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System lebih
mengedepankan proses dibanding hasil akhir. Oleh karenanya, dalam
memberikan ketiga aspek nilai tersebut, guru ditekankan untuk
melakukannya saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan demi
menjaga objektivitas penilaian terhadap peserta didik.
69
Model penilaian yang dilakukan guru di SMP YIMI dalam
bentuk pertanyaan atau kuis saat kegiatan pembelajaran, sangat efektif
untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Hal itu membuat guru
mampu menilai kemampuan masing-masing peserta didik. Dengan
demikian, guru tahu mana siswa yang sedikit terlambat dan perlu
dilakukan pendampingan.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran
Pada dasarnya evaluasi proses pembelajaran yang berlangsung di
sekolah berbasis Multiple Intelligences System sama halnya dengan
yang dilakukan di sekolah umum lainnya. Hanya saja, sekolah
berbasis Multiple Iteligences idealnya memiliki konsultan pendidikan
sebagai partner dalam penjaminan mutu layanan pendidikannya. Ada
beberapa peran penting konsultan pendidikan dalam pendidikan
berbasis Multiple Intelligences System:
1) Penyusunan Multiple Inteligences Research (MIR),
Tidak adanya instrument yang baku untuk mengetahui kecerdasan
majemuk seseorang, membuat sekolah yang menerapkan konsep ini
harus menyusun instrument sendiri. Kegiatan ini membutuhkan
pakar psikologi dan pendidikan untuk memetakan sifat atau
karakter seseorang menurut delapan bentuk kecerdasan.
Idealnya, setiap sekolah berbasis Multipl Intelligences System
memiliki tenaga konsultan pendidikan yang selalu inten membantu
guru dalam merumuskan strategi-strategi pembelajaran yang efektif.
Sedangkan SMP YIMI, sementara ini baru memiliki konsultan
psikologi yang membantu dalam merumuskan MIO.
70
2) Pengawasan mutu pembelajaran,
Dalam “Total Quality Management in Education”, Edward Sallis
menyebutkan bahwa pendidikan adalah tentang pembelajaran.
Pelajar adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak
memenuhi kebutuhan individu masing-masing mereka, maka itu
berarti bahwa institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia
telah mencapai mutu terpadu.32
Dalam hal ini, konsultan pendidikan sebagai pakar yang memahami
masalah-masalah menejemen pembelajaran maupun menejemen
pendidikan memiliki peran sentral sebagai observator sekaligus
evaluator terhadap proses pembelajaran yang berjalan di sekolah.
3) Pelatihan guru
Mengingat layanan pembelajaran berbasis “Multiple Inteligences
System” difokuskan pada keragaman gaya belajar peserta didik,
mau tudak mau guru harus kreatif. Inovasi model pembelajar harus
selalu dilakukan. Oleh karenanya kegiatan pelatihan guru baik
internal sekolah maupun eksternal menjadi kebutuhan yang tidak
bisa ditinggalkan. Dengan demikian peran konsultan pendidikan
untuk memberikan pelatihan kepada penyelenggara pendidikan
menjadi kebutuhan yang sangat urgen.
Kegiatan pengawasan pembelajaran yang dilakukan di SMP YIMI
telah dilaksanakan secara kontinu. Akan tetapi, intensitasnya baru
berjalan dalam satu semester sekali untuk setiap guru. Apabila intensitas
itu ditingkatkan (misal setiap tiga bulan sekali), tentu semakin memacu
kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru.
32 Edward Sallis, Total Quality Managemen in Education, terj. Ahmad Ali Riyadi dan
Fahrurrozi, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), cet. ke IX, hlm. 86-87
71
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika
Berbasis Multiple Intelligences System (MIS) di SMP YIMI Gresik “Ful Day Schooll” yang
didukung oleh landasan teori, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam
penerapannya memuat tiga langkah berikut:
1. Perencanaan pembelajaran.
Secara umum perencanaan pembelajaran di SMP YIMI Gresik “ Full Day School”
telah diarahkan sesuai konsep Multiple Inteligences System. Kegiatan ini diawali
dengan pelaksanaan Multiple Inteligences Observation (MIO) sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai. Selanjutnya guru menyusun perangkat-perangkat pembelajaran
seperti Silabus, Prota, Prosem, dan RPP. Penyusunan perangkat pembelajaran ini
disamping memperhatikan muatan materi yang akan diajarkan juga mengacu pada
hasil MIO. Hal ini karena pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System
mengacu pada cara belajar yang disesuaikan gaya belajar peserta didik. Tidak Kendala
yang dihadapi guru dalam perencanaan ini adalah dalam penyusunan strategi
pembelajaran yang bervariasi. Karenanya guru perlu melakukan inovasi-inovasi dalam
merancang strategi pembelajaran sesuai delapan kecenderungan kecerdasan peserta
didik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini guru memulai melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah dibuat sebelumnya. Prinsip yang harus dijadikan pedoman dalam pembelajaran
berbasis Multiple Inteligences System di SMP YIMI, mengacu pada pembelajaran
active learning. Untuk mewujudkan hal itu, guru harus mampu mengkontekstualkan
materi yang pembelajaran. Di samping itu, metode yang dipilih tentunya yang sesuai
dengan kecenderungan gaya belajar peserta didik.
Meski pelaksanaan pembelajaran telah diarahkan sesuai konsep Multiple Inteligences
System, namun konsep ini tidak bisa dipakai secara murni. Beberapa guru menghadapi
72
sedikit permasalahan merumuskan metode pembelajaran pada materi-materi yang
cenderung abstrak. Di samping itu, pengelompokan kelas yang semi heterogen
menjadi faktor penyebab pembelajaran terkadang kurang efisien. Oleh karenanya
sebaiknya pengelompokan kelas secara homogen agar pembelajaran berjalan lebih
efektif.
3. Evaluasi Pembelajaran
Dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences System di SMP YIMI, evaluasi
hasil dilaksanakan bersamaan berjalannya pembelajaran dan setelah pembelajaran
selesai. Di samping itu, sistem evaluasi hasil di SMP YIMI, tidak memakai sistem
peringkat. Hal ini untuk menhindari munculnya justifikasi anak cerdas atau bodoh.
Prinsip yang dipegang dalam multiple intelligences, bahwa setiap anak adalah cerdas.
Sistem evaluasi pembelajaran yang diterapkan di SMP YIMI Gresik “Full Day
School” tersebut telah sesuai dengan konsep Multiple Inteligences System, yang
menganggap bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Di samping
itu, hal tersebut sebagai bentuk konsep education humanistic yang di usung oleh
YIMI.
B. Saran-saran
1. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya terus melakukan inovasi-inovasi model pembelajaran. Hal ini penting
untuk melayani beragam karakter dan gaya belajar peserta didik. Semakin banyak
variasi model pembelajaran, semakin mudah guru dalam melakukan pengelolaan kelas.
Selanjutnya, tujuan pembelajaran semakin mudah untuk dicapai.
b. Hendaknya tekun mengikuti pelatihan-pelatihan peningkatan ketrampilan mengajar,
baik yang diselenggaranan oleh internal sekolah maupun unsur eksternal. Hal ini sangat
penting sebagai bagian pengembangan kompetensi guru.
c. Guru perlu melakukan pendekatan tertentu kepada peserta didik yang cenderung
terlambat dalam memahami materi yang disampaikan.
73
2. Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik hendaknya ikut aktif terlibat kedalam kelompok-kelompok study club
yang telah ada. Bagi anak yang perkembangannya terlambat, hal ini dapat berperan
untuk mengejar ketertinggalannya. Sedangkan bagi anak yang sudah paham, dapat
dijadikan sebagai tempat untuk semakin memacu kemampuannya dengan mempelajari
materi-materi pengayaan.
b. Peserta didik hendaknya juga mencoba untuk memahami pembelajaran dengan gaya
yang berceda-beda. Hal ini untuk mengurangi ketidak pahamannya ketika guru tidak
mampu menyampaiakan materi sesuai kecenderugan kecerdasan yang dimilikinya.
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Berdayakan semua stake holder SMP YIMI Gresik “Full Day School” dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan SMP YIMI kedepan yang lebih baik.
b. Ajari peserta didik dan guru keteladanan.
c. Menggiatkan kegiatan-kegiatan pelatihan peningkatan ketrampilan mengajar bagi guru
d. Usahakan peserta didik yang kurang mampu secara ekonomi agar bisa bersekolah di
SMP YIMI Gresik “Full Day School”.
C. Penutup
Dengan terselesaikannya skripsi ini, peneliti tak lupa mengucapkan puji syukur
“Alhamdulillah” kepada Allah SWT atas Rahmat, Taufiq dan Inayahnya.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang ada dalam skripsi ini, oleh
karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak tetap peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaatbagi peneliti pada khususnya dan pembaca umumnya.
Akhirnya tak lupa peneliti sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sepenuhnya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga mala ibadahnya diterima
oleh Allah SWT. Amiin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdurrahman,Mulyono,Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1999.
Abdul Azis, Sholeh, Abdul Majid, AttarbiyahWattaruqu al-Tadris, Juz 1, Mekkah:
DarulMa’arif, t.th.
AnNawawi, Imam ZakariyaYahya bin Syaraf,RiyadhusShalihin,
Libanon:DarulKutub Al- Ilmiah, 676 Hijriah.
Anang, One Minute Before Teaching, Bandung: Alfabeta, 2010.
Arikunto,Suharsimi,ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktek, Jakarta:
RinekaCipta, 2002.
BaharudindanEsaNurWahyuni, TeoriBelajardanPembelajaran, Cet. IV,Jogjakarta:
Ar-ruzz Media, 2010.
Chatif,Munif,GurunyaManusia, Bandung: Kaifa, 2011.
-----------------,SekolahnyaManusia, Cet. VII, Bandung: Kaifa, 2010.
Dimas,M. Rasyid,20 KesalahandalamMendidikAnak, terj. Abdurrahman Kasdi,
Pustaka Al-Kautsar, 2006, Cet. 3.
Fathani, Abdul Halim, MatematikadanLogika, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
---------------------------, Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple
Intelligences _ dikti.org.htm, http://anwarbey.wordpress.com/2010/08/07/15/ di akses 15
Oktober 2011.
Gunawan,Adi,Born to be genius, Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama, 2003.
------------------,Genius LearningStrategy; PetunjukPraktisuntukMenerapkan
Accelerated Learning,Jakarta: PT. GramediaPustaka, 2003.
Hamalik,Oemar,KurikulumdanPembelajaran, Jakarta: PT. BumiAksara, 2001.
Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.
Harjaningrum,Agnes Tri,dkk.,Peranan Orang
TuaDalamMembantuTumbuhKembangAnakBerbakatMelaluiPemahamanTeori Dan
TrenPendidikan, Jakarta:Prenada, 2007.
Hasildokumentasi SMP YIMI Gresik “Full Day School” yang diperolehtanggal 14-
24 November 2011.
IbrahimdanNana Sudjana,PenelitianPendidikandanPenilaianPendidikan, Bandung:
SinarBaru, 1989.
Ismail SM, StrategiPembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
Rasail Media Grup, 2008.
Maier Dave, The Accelerated Learning Hand Book, terj.RahmaniAstuti, cet. III,
Bandung: Kaifa, 2003.
Majid,Abdul,PerencanaanPembelajaran: MengembangkanStandarKompetensi
Guru,Bandung: RemajaRosdaKarya, 2005.
Naim, NganimundanAchmadPatoni,
MateriPenyusunanDesainPembelajaranPembelajaran Agama Islam (MPDP-PAI),
Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Prawiradilaga,Dewi Salma,PrinsipDesainPembelajaran, Cet. 7,Jakarta:
KencanaPrenada Media Group, 2007.
Puji, Lestari Indriana, “Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis
Multiple Intelligences With Games Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (PTK
Kelas VII Semester Genap SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran:
2010/2011, 2011.
R. Soedjadi, KiatPendidikanMatematika di Indonesia, Jakarta:
DirektoratJenderalPerguruanTinggi, DepartemenPendidikanNasional, 1990.
Riyanto,Yatim,MetodePenelitianPendidikan: SuatuPendekatanDasar, Surabaya:
SIC, 1996.
------------------, ParadigmaBaruPembelajaran: SebagaiReferensiBagi
Guru/PendidikdalamImplementasiPembelajaran yang EfektifdanBerkualitas, Jakarta:
Kencana, 2010.
Ronis,Diane,PengajaranMatematikasesuai Cara KerjaOtak, terj. Herlina, Jakarta:
PT. Indeks, 2009.
Sadullah,Uyoh,dkk.,Pedagogik (IlmuMendidik), Bandung: Alfabeta, 2010.
Saefudin, ManajemenPembelajaran Full Day School di SMP Islam Hidayatullah
Semarang Tahun 2010-2011, SkripsiFakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Tahun
2011.
Subroto,B. Suryo,Proses BelajarMengajar di Sekolah, Jakarta: RinekaCipta, 1997.
Sudjana,Nana,Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008.
Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan (PendekatanKuantitatif, Kualitatifdan
R&D), Cet. 11, Bandung: CV. Alvabeta, 2010.
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV.
Widya Karya, 2010.
Sukardi, MetodologiPenelitianPendidikan: KompetensidanPraktiknya, Jakarta: PT.
BumiAksara, 2009, Cet. 9.
Suparman S, Gaya Mengajar yang MenyenangkanSiswa, Yogyakarta: Pinus Book
Publiser, 2010.
Suryosubroto, Proses BelajarMengajar di Sekolah,Cet. II, Jakarta: PT. RinekaCipta,
2009.
Suyitno, Amin, Pemilihan Model-Model Pembelajaran Matematika dan
Penerapannya di SMP, Makalah Bahan Penelitian Bagi Guru-Guru Pelajaran Matematika
SMP se Jawa Tengah di Semarang tahun 2006.
TeoriBelajardanPembelajaran _ Teori-teoriKlasik _ Teori-teoriBelajar Proses _
Teori-teoriKognitif _ Matematika IPA.htm,diunduh, 25 September 2011.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 20003 tentangSisdiknas &
Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib
Belajar,Bandung: Citra Umbara, 2010.
Uno,Hamzah B.,Model Pembelajaran: Menciptakan Proses BelajarMengajar yang
Kreatifdanefektif, Cet. IV, Jakarta: PT. BumiAksara, 2009.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Azis Nurkholik
2. Tempat & Tanggal Lahir : Kendal, 01 Mei 1989
3. NIM : 073511045
4. Alamat Rumah : Ds. Krajan RT. 04/IIIDesa Kliris Kec. Boja
Kab. Kendal
HP : 085 640535483
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal :
a. SDN Kliris 01 Tahun 1995-2001
b. MTs. Al Asror Semarang 2001-2004
c. MA Al-Asror Semarang 2004-2007
d. S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2007-2012
2. Pendidikan Non Formal :
a. Pondok Pesantren Roudlatutthalibin Tugurejo Tugu Semarang
C. Pengalaman Organisasi
1. Departemen Jurnalistik & Penerbitan HIMATIKA Walisongo periode
2008/2009
2. Wapemred Majalah EDUKASI Tahun 2010/2011
3. Sekretaris Redaksi Jurnal EDUKASI Tahun 2011/2012
4. Departemen Jurnalistik & Perkoranan PP. Roudlatut. Thalibin Tahun
2009-2011
Semarang, 12 Desember 2011
Peneliti,
Azis Nurkholik
NIM : 073511045