BAB II Pembahasan
description
Transcript of BAB II Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Erosi dan Sedimentasi
Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah
atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi
merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment),
pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan
tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995). Sedimen merupakan bahan
terfragmentasi, yang terbentuk oleh disintegrasi fisik dan kimia batuan dari
kerak bumi, sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan material padat
yang tersuspensi dalam air akibat efek gravitasi. Bahan tersuspensi dapat berupa
tanah liat atau silt, dan berbagai jenis partikel lainnya.
Sedimen transpor pada sistem irigasi adalah proses terbawanya material
sedimen ke dalam wilayah sistem irigasi yang kemudian terdeposisi pada muka
bendung sehingga menyebabkan pendangkalan dan penurunan derajat kualitas
air.
B. Sedimen Transpor Akibat Erosi
Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia, air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi
3 tahap (Suripin, 2004), yaitu :
a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.
b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.
c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup
lagi untuk mengangkut partikel.
Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada
erosi yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan
tanah yang gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena
gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring
partikel-partikel tanah tersebar ke arah bawah searah lereng. Partikel-partikel
tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga
menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal ini
mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi
dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air
di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran
permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang
terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu
sendiri. Pada saat energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi
mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan
mengendap baik untuk sementara atau tetap (Suripin, 2004).
Proses pengendapan sementara terjadi pada lereng yang bergelombang,
yaitu bagian lereng yang cekung akan menampung endapan partikel yang hanyut
untuk sementara dan pada hujan berikutnya endapan ini akan terangkut kembali
menuju dataran rendah atau sungai. Pengendapan akhir terjadi pada kaki bukit
yang relatif datar, sungai dan bendung. Pada daerah aliran sungai, partikel dan
unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir dan mengendap ke
sungai dan bendung sehingga menyebabkan pendangkalan.
Besarnya erosi tergantung pada kuantitas suplai material yang terlepas dan
kapasitas media pengangkut. Jika media pengangkut mempunyai kapasitas lebih
besar dari suplai material yang terlepas, proses erosi dibatasi oleh pelepasan
(detachment limited). Sebaliknya jika kuantitas suplai materi melebihi kapasitas,
proses erosi dibatasi oleh kapasitas (capacity limited).
C. Analisa Pengendali Sedimen Transpor secara Vegetatif
Vegetatif merupakan bentuk kontrol yang paling efektif dan praktis serta
berorientasi pada lingkungan, dalam mencegah terjadinya proses erosi dan
pengendapan sedimen. Namun vegetatif juga dipengaruhi faktor waktu untuk
penguatan konstruksi. Tanaman dapat digunakan untuk mengendalikan erosi
yang terjadi pada lereng dan dapat digunakan sebagai pengganti bangunan
pengendali sedimen yang selama ini didominasi oleh penggunaan material beton
yang menjauhi kategori efisiensi bangunan. Akar tumbuhan dapat mengikat
partikel partikel tanah sehingga merupakan alternatif penanganan sedimen
transpor yang terbawa oleh proses erosi. Vegetasi akan menanggulangi erosi
akibat hujan untuk mencegah pelepasan partikel tanah. Vegetasi dapat
memperlambat limpasan dan bertindak sebagai filter untuk menghilangkan
partikel tanah yang ikut mengalir dengan air.
D. Analisa Pengendali Sendimen Transpor secara Vegetatif dengan Tanaman
Bambu
Bambu dikenal sebagai salah satu tanaman yang paling cepat berkembang di
dunia, dengan tingkat pertumbuhan berkisar antara 30 sampai 100 cm per hari
musim tanam. Hal ini menyebabkan bamboo dapat tumbuh hingga ketinggian 36
m dengan diameter 1-30 cm (PBB 1972). Sebuah batang bisa mencapai tinggi
maksimal dalam kurun waktu dua sampai tiga bulan.
Mengingat karakteristik di atas, dapat dikatakan bahwa bambu adalah salah
satu tanaman yang paling cepat berkembang, dan merupakan sumber daya alam
terbarukan yang unggul. (Lessard dan Chouinard 1980).
Bambu juga memiliki materi esensial untuk mengatasi permasalahan
lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Meningkatnya laju penggundulan
hutan tropis membuat pencarian sumber daya alam alternatif penting.
Keunggulan bambu membuatnya menjadi solusi sempurna dari deforestasi
tropis.
Selain memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang
sangat baik, sehingga mampu meningkatkan water storage (cadangan air bawah
tanah) secara nyata, maka pertimbangan menggunakan bambu sebagai tanaman
konservasi adalah karena bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam serta
memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, tidak membutuhkan perawatan
khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tidak membutuhkan investasi
besar, sudah dewasa pada umur 3 – 5 tahun dan dapat di panen setiap tahun
tanpa merusak rumpun serta memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam
dan kebakaran. Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan
akar rimpang yang sangat kuat, meskipun berakar serabut pohon bambu sangat
tahan terhadap terpaan angin kencang. Perakarannya tumbuh sangat rapat dan
menyebar ke segala arah, serta memiliki struktur secara horizontal dan vertikal
sehingga tidak mudah putus dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi
dan tanah longsor di sekitarnya, disamping itu lahan di bawah tegakan bambu
menjadi sangat stabil dan mudah meresapkan air. Dengan karakteristik
perakaran seperti itu, memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis
yang menjaga ekosistem tanah dan air, sehingga dapat dipergunakan
sebagai tanaman konservasi.
Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuahan
vegetatifnya merupakan yang tercepat dan tidak ada tanaman lain yang
sanggup menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan
vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm tergantung dari jenis-
nya. Sebuah keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan pada tanaman
lain. Selain itu, bambu memiliki umur yang panjang dalam siklus hidupnya,
dapat mencapai 30 - 100 tahun bahkan lebih tergantung dari jenisnya.
Bambu juga tahan kekeringan dan bisa tumbuh baik di lahan curam,
sehingga bambu mempunyai potensi untuk menahan longsor. Kalau bambu
ditanam berderet menyerupai teras pada sebuah lereng dan membentuk
sabuk gunung, dimana akar bambu akan saling terkait dan mengikat antar
rumpun, maka kekuatannya sangat luar biasa. Rumpun bambu berikut serasah di
bawahnya juga mampu menahan top soil hingga tidak hanyut tergerus limpasan
permukaan air hujan. Sehingga kemampuan tanaman bambu untuk
mencegah erosi maupun longsor dapat diandalkan.
Dengan pertimbangan karakteristik biologis bambu, maka bambu dapat
menjadi solusi yang sempurna untuk memecahkan masalah sistem irigasi, seperti
pengendalian sedimen transpor akibat erosi.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran