BAB II Pembahasan

7
BAB II PEMBAHASAN A. Erosi dan Sedimentasi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995). Sedimen merupakan bahan terfragmentasi, yang terbentuk oleh disintegrasi fisik dan kimia batuan dari kerak bumi, sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan material padat yang tersuspensi dalam air akibat efek gravitasi. Bahan tersuspensi dapat berupa tanah liat atau silt, dan berbagai jenis partikel lainnya. Sedimen transpor pada sistem irigasi adalah proses terbawanya material sedimen ke dalam wilayah sistem irigasi yang kemudian terdeposisi pada muka bendung sehingga menyebabkan pendangkalan dan penurunan derajat kualitas air. B. Sedimen Transpor Akibat Erosi Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia, air merupakan penyebab utama terjadinya erosi. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap (Suripin, 2004), yaitu :

description

mcvgmxfg

Transcript of BAB II Pembahasan

Page 1: BAB II Pembahasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Erosi dan Sedimentasi

Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah

atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi

merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment),

pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan

tanah oleh penyebab erosi (Asdak, 1995). Sedimen merupakan bahan

terfragmentasi, yang terbentuk oleh disintegrasi fisik dan kimia batuan dari

kerak bumi, sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan material padat

yang tersuspensi dalam air akibat efek gravitasi. Bahan tersuspensi dapat berupa

tanah liat atau silt, dan berbagai jenis partikel lainnya.

Sedimen transpor pada sistem irigasi adalah proses terbawanya material

sedimen ke dalam wilayah sistem irigasi yang kemudian terdeposisi pada muka

bendung sehingga menyebabkan pendangkalan dan penurunan derajat kualitas

air.

B. Sedimen Transpor Akibat Erosi

Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia, air merupakan

penyebab utama terjadinya erosi. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi

3 tahap (Suripin, 2004), yaitu :

a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.

b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.

c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup

lagi untuk mengangkut partikel.

Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada

erosi yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan

tanah yang gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena

gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring

partikel-partikel tanah tersebar ke arah bawah searah lereng. Partikel-partikel

tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga

menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal ini

mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi

Page 2: BAB II Pembahasan

dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air

di permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran

permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang

terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu

sendiri. Pada saat energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi

mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan

mengendap baik untuk sementara atau tetap (Suripin, 2004).

Proses pengendapan sementara terjadi pada lereng yang bergelombang,

yaitu bagian lereng yang cekung akan menampung endapan partikel yang hanyut

untuk sementara dan pada hujan berikutnya endapan ini akan terangkut kembali

menuju dataran rendah atau sungai. Pengendapan akhir terjadi pada kaki bukit

yang relatif datar, sungai dan bendung. Pada daerah aliran sungai, partikel dan

unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir dan mengendap ke

sungai dan bendung sehingga menyebabkan pendangkalan.

Besarnya erosi tergantung pada kuantitas suplai material yang terlepas dan

kapasitas media pengangkut. Jika media pengangkut mempunyai kapasitas lebih

besar dari suplai material yang terlepas, proses erosi dibatasi oleh pelepasan

(detachment limited). Sebaliknya jika kuantitas suplai materi melebihi kapasitas,

proses erosi dibatasi oleh kapasitas (capacity limited).

C. Analisa Pengendali Sedimen Transpor secara Vegetatif

Vegetatif merupakan bentuk kontrol yang paling efektif dan praktis serta

berorientasi pada lingkungan, dalam mencegah terjadinya proses erosi dan

pengendapan sedimen. Namun vegetatif juga dipengaruhi faktor  waktu untuk

penguatan konstruksi. Tanaman dapat digunakan untuk mengendalikan erosi

yang terjadi pada lereng dan dapat digunakan sebagai pengganti bangunan

pengendali sedimen yang selama ini didominasi oleh penggunaan material beton

yang menjauhi kategori efisiensi bangunan. Akar tumbuhan dapat mengikat

partikel partikel tanah sehingga merupakan alternatif penanganan sedimen

transpor yang terbawa oleh proses erosi. Vegetasi akan menanggulangi erosi

akibat hujan untuk mencegah pelepasan partikel tanah. Vegetasi dapat

memperlambat limpasan dan bertindak sebagai filter untuk menghilangkan

partikel tanah yang ikut mengalir dengan air.

Page 3: BAB II Pembahasan

D. Analisa Pengendali Sendimen Transpor secara Vegetatif dengan Tanaman

Bambu

Bambu dikenal sebagai salah satu tanaman yang paling cepat berkembang di

dunia, dengan tingkat pertumbuhan berkisar antara 30 sampai 100 cm per hari

musim tanam. Hal ini menyebabkan bamboo dapat tumbuh hingga ketinggian 36

m dengan diameter 1-30 cm (PBB 1972). Sebuah batang bisa mencapai tinggi

maksimal dalam kurun waktu dua sampai tiga bulan. 

Mengingat karakteristik di atas, dapat dikatakan bahwa bambu adalah salah

satu tanaman yang paling cepat berkembang, dan merupakan sumber daya alam

terbarukan yang unggul. (Lessard dan Chouinard 1980).

Bambu juga memiliki materi esensial untuk mengatasi permasalahan

lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Meningkatnya laju penggundulan

hutan tropis membuat pencarian sumber daya alam alternatif penting.

Keunggulan bambu membuatnya menjadi solusi sempurna dari deforestasi

tropis.

Selain memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang

sangat baik, sehingga mampu meningkatkan water storage (cadangan air bawah

tanah)  secara nyata, maka pertimbangan menggunakan bambu sebagai tanaman

konservasi adalah karena bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam serta

memiliki pertumbuhan yang sangat cepat,   tidak membutuhkan perawatan

khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tidak membutuhkan  investasi

besar,   sudah  dewasa  pada  umur  3  –  5 tahun dan dapat di panen setiap tahun

tanpa merusak rumpun serta memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam

dan kebakaran. Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan

akar rimpang yang sangat kuat, meskipun berakar serabut pohon bambu sangat

tahan terhadap terpaan angin kencang. Perakarannya tumbuh sangat rapat dan

menyebar ke segala arah, serta memiliki struktur secara horizontal dan vertikal

sehingga tidak mudah putus dan  mampu  berdiri  kokoh  untuk menahan erosi

dan tanah longsor di sekitarnya, disamping itu lahan di bawah tegakan bambu

menjadi sangat stabil dan mudah meresapkan air. Dengan karakteristik

perakaran seperti itu, memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis

yang menjaga ekosistem    tanah  dan  air, sehingga  dapat  dipergunakan

Page 4: BAB II Pembahasan

sebagai tanaman konservasi.

Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuahan

vegetatifnya merupakan yang tercepat dan tidak ada tanaman  lain  yang

sanggup   menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan

vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm tergantung dari jenis-

nya. Sebuah   keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan  pada tanaman

lain.  Selain  itu, bambu memiliki umur yang panjang dalam siklus hidupnya,

dapat mencapai  30 - 100 tahun bahkan lebih tergantung dari jenisnya.

Bambu juga tahan kekeringan dan bisa tumbuh baik di lahan curam,

sehingga bambu mempunyai potensi untuk menahan longsor. Kalau bambu

ditanam   berderet   menyerupai   teras   pada   sebuah   lereng   dan membentuk

sabuk gunung, dimana akar bambu akan saling terkait dan mengikat antar

rumpun, maka kekuatannya sangat luar biasa. Rumpun bambu berikut serasah di

bawahnya juga mampu menahan top soil   hingga tidak hanyut tergerus limpasan

permukaan air hujan. Sehingga kemampuan tanaman   bambu   untuk  

mencegah   erosi   maupun longsor dapat diandalkan.

Dengan pertimbangan karakteristik biologis bambu, maka bambu dapat

menjadi solusi yang sempurna untuk memecahkan masalah sistem irigasi, seperti

pengendalian sedimen transpor akibat erosi.

 

BAB III

Page 5: BAB II Pembahasan

PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran