6. BAB II-BAB III Pembahasan Done

32
BAB II PEMBAHASAN A. Surat Permintaan Visum Pada Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) tertulis tanggal 19 Januari 2015 jam 14.20 WITA. Surat Permintaan Visum diterima pada tanggal 19 Januari 2015 jam 15.25 WITA oleh dokter muda Forensik di Ruang Instalasi Forensik RS. Polri Bhayangkara Mappaodang. B. Multiple Cause of Damage Damage A-1 : luka memar kebiruan pada bibir kanan atas dan luka lecet gores pada sudut bibir kanan A-2 : kerusakan pembuluh darah di bawah jaringan kulit dan kerusakan jaringan kulit superfisial A-3 : Trauma akibat benda tumpul B : Tidak ditemukan C. Hasil Pemeriksaan Dari hasil pemeriksaan ditemukan satu buah luka memar pada atas bibir kanan berukuran panjang dua koma tujuh sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter,

description

vvv

Transcript of 6. BAB II-BAB III Pembahasan Done

BAB IIPEMBAHASAN

A. Surat Permintaan VisumPada Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) tertulis tanggal 19 Januari 2015 jam 14.20 WITA. Surat Permintaan Visum diterima pada tanggal 19 Januari 2015 jam 15.25 WITA oleh dokter muda Forensik di Ruang Instalasi Forensik RS. Polri Bhayangkara Mappaodang.

B. Multiple Cause of DamageDamage A-1: luka memar kebiruan pada bibir kanan atas dan luka lecet gores pada sudut bibir kananA-2: kerusakan pembuluh darah di bawah jaringan kulit dan kerusakan jaringan kulit superfisialA-3: Trauma akibat benda tumpulB: Tidak ditemukan

C. Hasil PemeriksaanDari hasil pemeriksaan ditemukan satu buah luka memar pada atas bibir kanan berukuran panjang dua koma tujuh sentimeter dan lebar satu koma lima sentimeter, dan terletak tiga sentimeter dari garis tengah tubuh dan enam koma lima sentimeter dari garis mendatar yang melewati kedua mata, bentuknya tidak teratur, garis batas memar tidak begitu tegas, dan daerah didalam luka terlihat bengkak. Tampak satu buah luka lecet pada sudut bibir sebelah kanan, berukuran panjang satu sentimeter dan lebar nol koma lima sentimeter, bentuk tidak teratur, permukaannya ditutupi oleh serum yang telah mengering, warna merah kecoklatan dan perabaannya kasar.

D.KesimpulanTelah dilakukan pemeriksaan pada korban hidup yang bernama Sitti Halifah Jafar, jenis kelamin perempuan, usia dua puluh lima tahun. Dari hasil pemeriksaan ditemukan dua buah luka. Luka pertama, yaitu sebuah luka memar pada samping bibir kanan atas dan luka kedua, sebuah luka lecet pada sudut bibir sebelah kanan. Kedua luka ini akibat trauma benda tumpul. Selanjutnya pada korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lainnya. Perlukaan dapat sembuh sempurna. Luka-luka pada korban tidak mengakibatkan halangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Gambar 1 : Foto whole body

Gambar 2 : Foto regional wajah

Gambar 3 : Foto close-up

Gambar 4 : Foto close-upBAB IIITINJAUAN PUSTAKAA. PENDAHULUAN1. Traumatologi ForensikTraumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh yang ditimbulkan oleh berbagai macam sebab. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: 1, 2 Mekanik : Kekerasan benda tajam Kekerasan benda tumpul Tembakan senjata api Fisika : Suhu Listrik dan petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi Kimiawi : Asam atau basa kuat

2. Jenis-jenis Luka1Berdasarkan jenisnya, luka dibagi menjadi :a. Luka akibat trauma benda tajamLuka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka bacok.b. Luka akibat trauma benda tumpulLuka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).c. Luka akibat tembakan senjata apiLuka yang terjadi dapat berupa Luka Tembak Masuk yang tediri dari luka tembak temple atau kontak, luka jarak dekat, luka jarak jauh dan Luka Tembak Keluar.d. Luka akibat suhu / temperaturSuhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer dan heat exhaustion sekunder (dehidrasi), dan Luka bakar. Dan suhu rendah dapat menyebabkan kematian mendadak, serta pada kulit dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan berupa: hyperemia, edema dan vesikel, nekrosis dan pembekuan disertai kerusakan jaringan.e. Luka akibat listrik dan petirPada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit), magnetisasi (benda metal yang dipakai berubah menjadi magnet)f. Perubahan tekanan udarag. Akustikh. Radiasi

B. KEKERASAN BENDA TUMPULKekerasan karena benda tumpul (Blunt Force Injury) merupakan kasus yang paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama yang masuk di bagian ilmu kedokteran forensik.1, 2Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan lalu lintas. Jika ditambah dengan kasus-kasus yang tidak fatal, jumlahnya tentu akan berlipat ganda. Benda tumpul dimaksud sebagai benda yang tidak bermata tajam (tidak dapat untuk mengiris, membacok, atau menusuk). Mempunyai konsistensi yang keras atau kenyal, permukaannya dapat halus ataupun kasar. Kadang-kadang dalam satu benda didapat bagian yang tajam dan tumpul, misalnya parang dengan ujung tajam dan tangkainya tumpul.2, 3Benda-benda tumpul banyak terdapat disekitar kita, dimanapun kita berada. Jika benda tersebut dibenturkan, membentur atau terbentur tubuh dengan keras akan menimbulkan rasa sakit dan kelainan atau kerusakan pada tubuh. Cara kematian pada kasus kekerasan karena benda tumpul adalah tidak wajar. Yang tersering adalah kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi. Berikutnya pembunuhan, kasusnya juga cukup banyak misalnya dipukul besi kepalanya, diinjak-injak dadanya dan sebagainya.1, 2Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka, yaitu luka lecet, memar, dan luka robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.1, 5

Gambar 1 : Jenis-jenis luka akibat benda tumpul 3, 5Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat dengan permukaan yang tumpul, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka yakni luka lecet, luka memar dan luka robek.1A. Luka LecetLuka lecet adalah luka yang superfisial dimana kerusakan pada tubuh umumnya hanya berbatas pada epidermis kulit dimana pada umumnya luka terjadi akibat bersentuhannya kulit dengan benda tumpul yang memiliki permukaan kasar atau runcing contohnya aspal maupun kuku. Misalnya pada kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.2, 3Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting dalam ilmu kedokteran kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak petunjuk dalam banyak hal. Manfaat interpretasi luka lecet ditinjau dari aspek medikolegal seringkali diremehkan. Padahal pemeriksaan luka lecet yang diteliti disertai pemeriksaan di TKP dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasi sebagai luka lecet gores, luka lecet serut, luka lecet tekan, dan luka lecet geser.4, 5Jenis jenis luka lecet: 5, 6 Luka Lecet Gores (Scratch)Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari) yang menggeser permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi. Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak menyobek bukan mengiris. Pada luka lecet gores umumnya ujung kulit tampak pada bagian akhir goresan dengan awal luka yang bersih.

Gambar 2 :Luka lecet gores pada tangan (6) Luka Lecet Serut (Graze)Adalah variasi dari luka gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

Gambar 3 : Contoh luka lecet serut (6) Luka Lecet Tekan (Impression)Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit misalnya bersentuhannya tubuh dengan gigi pelaku sehingga memberikan kesan bite mark pada korban.

Gambar 4 : Contoh luka lecet tekan (6) Luka Lecet Geser (Friction Abrasion)Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya kecelakaan lalu lintas. (6)

Gambar 5 : Contoh luka lecet geser (6)B. Luka MemarLuka memar atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai bruise/contusion adalah jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury) yang merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam jaringan subkutan sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya.6, 7Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:5, 6 Kekuatan trauma : Semakin besar kekuatan yang diterima maka akan adanya luka memar lebih besar. (4) Kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak): Semakin sedikit kandungan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak maka semakin mudah juga adanya luka memar. (4) Usia : Semakin usia tua maka lebih mudah adanya luka memar, karena pada usia tua lapisan kulit (epidermis dan dermis) lebih tipis, keelastisitas kulit, dan pembuluh darah pada usia tua sudah rapuh. Begitu pula pada anak bayi. Pada bayi mudah terjadi memar yang diakibatkan karena karena sifat kulit yang longgar dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan. (4) Jenis kelamin : Pada wanita lebih mudah untuk menimbulkan adanya luka memar, karena lapisan kulit pada wanita lebih tipis. Corak dan warna kulit : Memar akan mudah terlihat pada kulit yang berwarna lebih terang/putih. (5) Kerapuhan pembuluh darah : Semakin rapuh pembuluh darah maka semakin mudah adanya luka memar, ini sejalan dengan bertambahnya umur. (5) Lokasi : Lokasi yang memiliki pembuluh darah lebih banyak semakin memudah adanya luka memar. (5)Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul adalah apa yang dikenal dengan marginal haemorrhages, misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat dimana terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan. Perdarahan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi daerah yang tidak menunjukkan kelainan. Daerah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban.4, 5Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan dari perubahan warna yang terjadi pada memar.6, 8a. Umumnya diawali dengan bengkakb. Mula-mula memar berwarna merahc. Kemudian berubah menjadi ungu kehitamand. Pada hari ke 4-5 menjadi hijaue. Pada hari ke 7 sampai dengan 10 warna kuning dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai dengan 15 hariPerubahan warna ini semua disebabkan oleh aktivitas dari hemoglobin. Dimana hemoglobin ini akan keluar ke ruang ekstravaskular akibat dari kekerasan benda tumpul. Setelah itu Hb akan di fagositosis oleh makrofag dan degradasi yang berurutan dari Hb kemudian menjadi biliverdin lalu bilirubin dan terakhir menjadi hemosiderin. Dimana Hb ini akan memberikan warna merah pada memar, biliverdin memberikan warna hijau, bilirubin memberikan warna kuning, dan hemosiderin memberikan warna emas/warna coklat. Selain itu juga perubahan itu disebabkan oleh faktor oksigen, dimana ketika perubahan dari merah ke biru disebabkan Hb yang kehilangan oksigen dan ketika hijau berubah menjadi kuning yang merupakan disintegrasi dan penyerapan darah secara bertahap. Tetapi perubahan warna ini juga tergantung kembali kepada masing-masing individu, mengenai kecepatan penyerapan dan sebagainya.4, 5

C. PatomekanismeAnak-anak dan orang tua lebih mudah mengalami kontusio, karena anak-anak memiliki kulit yang lebih tipis dan lembut serta memiliki banyak lemak subkutan.Pada orang tua, terjadi hilangnya jaringan penyokong subkutan, gangguan pembuluh darah dan memarnya lebih lama sembuh. (1, 3, 4)Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran dari sebuah kontusio: usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan korban, serta daerah dan tipe jaringan yang terkena. (1) Tidak ada cara pasti untuk menentukan seberapa banyak energi yang diperlukan agar terjadi kontusio. (2, 3) Penelitian untuk mengetahui seberapa banyak energi yang diperlukan untuk terjadinya fraktur atau luka memar sulit dilakukan karena tidak adanya sampel manusia.(3)

Gambar 6: Proses terbentuknya memar (7)

Kontusio dapat dibedakan dari area livor mortis. Pada kontusio, darahnya telah masuk hingga kedalam jaringan lunak sehingga tidak dapat dihapus atau dikeluarkan seperti pada area livor mortis. (2, 6) Pemeriksaan immunohistokimia pada kontusio dan perubahan warna post-mortem menunjukkan adanya reaksi positif dari glycophorin A, sebuah komponen dari sel darah merah, yang mengindikasikan bahwa trauma tersebut adalah trauma antemortem. (4, 6) Setelah kematian, tidak adanya tekanan darah berarti diperlukan tenaga yang sangat besar untuk menghasilkan memar pada mayat. Memar postmortem seperti itu sangat kecil jika dibandingkan dengan tenaga yang dikeluarkan, biasanya dihubungkan dengan adanya fraktur, dan memar yang dihasilkan tersebut hanya berdiameter beberapa sentimeter. (6, 7)

Tabel 1 : perbedaan luka antermortem dan luka postmortem (7, 8)D. Diagnosis dan PemeriksaanDiagnosis dibuat berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, setelah data - data yang dibutuhkan didapatkan kemudian dicoba untuk ditarik satu kesimpulan atau beberapa assessment untuk membantu terapi yang lebih efektif yang dibutuhkan oleh pasien.5E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada luka memar adalah untuk meringankan gejala yang timbul seperti bengkak dan nyeri. Untuk itu penatalaksanaan pertama yang diberikan mengacu pada RICE (Rest, Ice, Compress, Elevation).5, 6, 8 Rest (Istirahat), merupakan hal yang penting dalam proses penyembuhan. sOleh karena tanpa istirahat dapat terjadi ketegangan di daerah yang mana terjadi memar, sehingga dapat memperlambat penyembuhan dan dapat menyebabkan nyeri. (12) Ice (Kompres), es dapat mengurangi nyeri dan bengkak. Penggunaan es kantong pendingin untuk mencegah atau meminimalisir bengkak. Penggunaan es untuk 10-20 menit, tiga kali sehari dapat lebih dari itu. Setelah 48 jam sampai 72 jam, bila bengkak telah hilang maka dapat dilakukan kompres hangat selama 3-5 menit, untuk melebarkan pembuluh darah setempat. (12) Compress (Bebas), kompresi atau bebat bertujuan untuk mengurangi pembengkakan yang dihasilkan dari proses inflamasi Elevation (Elevasi), bertujuan untuk mengurangi pembengkakan dengan meningkatkan aliran balik vena darah ke sirkulasi sistemik. Hal ini mengakibatkan kurang edema yang mengurangi rasa sakitPemberian obat Anti-Inflamasi non steroid (NSAIDs) dapat membantu mengurangi nyeri, seperti Asam Mefenamat. (8)

F. KomplikasiKomplikasi dari luka memar sendiri bisa terjadi jika perdarahan dalam yang dialami pasien cukup massive yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi, contohnya jika memar didapatkan pasien pada abdomen sedangkan didalam tubuh sudah terjadi perdarahan massive akibat kerasnya cedera yang dialami pasien sehingga organ dalam tubuh menjadi rupture contohya rupture limpa. (5, 7)G. PrognosisSecara umum pada luka memar prognosis baik maupun buruk tergantung pada tempat terjadinya luka memar tersebut dan usia orang yang terkena luka memar tersebut. Sebagai contoh jika memar yang terjadi pada lutut tentunya prognosisnya lebih baik dibandingkan jika luka memar yang terjadi pada kepala terutama jika pasien mengalami muntah maupun pusing setelah terkena cedera. (9, 10)H. Luka RobekLuka robek (laserasi) merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, cedera ini mengakibatkan robekan pada kulit dan jaringan subkutan dengan pinggiran luka yang tercabik cabik dan bentuk yang pada umumnya irregular. Cedera akibat benda tumpul ini menyebabkan kulit teregang kesatu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka yang terjadi ini adalah akibat robekan jaringan dan bukan karena terpotongnya jaringan. (4, 13)Ciri ciri luka robek yaitu sebagai berikut.4, 5 Pinggiran luka tidak teratur dan tercabik cabik. Tepi atau dinding tidak rata Tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka Bentuk dasar luka tidak beraturan Pada sisi luka sering terdapat luka memar Akar rambut tampak hancur atau tercabut Kemungkinan untuk infeksi lebih besar terutama jika jaringan tubuh yang lebih dalam juga mengalami cedera dan tidak mendapat pengobatan yang sesuai.

Gambar 7 : Luka robek pada lengan seorang korban pejalan kaki setelah ditabrak sebuah mobil. Arah trauma adalah oblik sehingga kulit terobek kearah kanan (6)

Luka robek biasanya tidak menggambarkan alat yang digunakan. Perkiraan waktu terjadinya luka robek sulit ditentukan berdasarkan bentuk dan warna kulit tidak sepeti luka memar. Penyembuhan luka robek tergantung pada vaskularisasi, kesehatan tubuh korban, ukuran luka dan ada tidaknya komplikasi seperti infeksi. Disebabkan oleh karena kompenan jaringan tubuh berbeda kekuatannya, maka jika kita melihat ke dasar luka tersebut, tampak jembatan jaringan dari ujung ke ujung.Jembatan jaringan itu merupakan bukti bahwa korban tidak menerima kekerasan dari trauma benda tajam. 4, 5

C. ASPEK MEDIKOLEGALTujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat parahnya luka atau sakit tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi rumusan delik dalam Undang-Undang. Maka jelaslah disini bahwa pemeriksaan kedokteran forensik tidak ditujukan untuk pengobatan. 9, 10Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medic yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.10

Penentuan Derajat LukaSalah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum, VeR dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat memenuhi delik rumusan dalam KUHP. Penentuan derajat luka sangat tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman, keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya. Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. (10) Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat. Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga pasal tersebut. Untuk hal tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera harus menyimpulkan dengan menggunakan bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan korban yang bersangkutan. (10)Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan. Jadi bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori tersebut. (10)Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan sedang sebagaimana diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati penyakit akibat kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut dimasukkan dalam kategori tersebut. (10) Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah : (10) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut. (9) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas, jabatan atau pekerjaan pencarian. (9) Kehilangan salah satu panca indera. (9) Mendapat cacat berat. (10) Menderita sakit lumpuh. (10) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih. (10) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. (10)Kekerasan Dalam Rumah TanggaKDRT sudah diatur dalam Undang-undang, dan sebaiknya masyarakat mengetahui apa dan bagaimana Undang-undang ini. (11)1. KDRT SEBELUM ADANYA UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KDRTBerbagai pendapat, persepsi, dan definisi mengenai KDRT berkembang dalam masyarakat. Pada umumnya orang berpendapat bahwa KDRT adalah urusan intern keluarga dan rumah tangga. Anggapan ini telah membudaya bertahun, berabad bahkan bermilenium lamanya, di kalangan masyarakat termasuk aparat penegak hukum. Jika seseorang (perempuan atau anak) disenggol di jalanan umum dan ia minta tolong, maka masyarakat termasuk aparat polisi akan segera menolong dia. Namun jika seseorang (perempuan dan anak) dipukuli sampai babak belur di dalam rumahnya, walau pun ia sudah berteriak minta tolong, orang segan menolong karena tidak mau mencampuri urusan rumah tangga orang lain. (11)Berbagai kasus akibat fatal dari kekerasan orangtua terhadap anaknya, suami terhadap istrinya, majikan terhadap pembantu rumahtangga, terkuak dalam surat kabar dan media masa. Masyarakat membantu dan aparat polisi bertindak setelah akibat kekerasan sudah fatal, korbannya sudah meninggal, atau pun cacat. (11)Telah menjadi satu trend dewasa ini, bahwa masyarakat termasuk aparat penegak hukum berpendapat bahwa diperlukan undang-undang sebagai dasar hukum untuk dapat mengambil tindakan terhadap suatu kejahatan, demikian pula untuk menangani KDRT. Syukurlah Undang-undangnya telah ada yaitu UU No. 23 Tahun 2004 tentang PENGHAPUSAN KDRT (UU P KDRT). (11)

2. PENGERTIAN KDRT MENURUT UNDANG-UNDANGMenurut UU Penghapusan KDRT:KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan / atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 Butir 1). (11)Catatan: Untuk anak telah diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang PERLINDUNGAN ANAK. (11)Pasal 2 menjabarkan selanjutnya:(1) Lingkup rumahtangga dalam Undang-undang ini meliputi: (11)a. suami, istri, dan anakb. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atauc. orang yang bekerja membantu rumah tanggadan menetap dalam rumah tangga tersebut(2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud dalam huruf c dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.3. KETENTUAN PIDANA (12, 13)Pasal 44 1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). (12, 13)2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). (12, 13)3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyakRp45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah). (12, 13)4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). (12, 13)Pasal 45 (12, 13)1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah). (12, 13)2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). (12, 13) Pasal 46 Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). (12, 13)Pasal 47 Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (12, 13)Pasal 48 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurangkurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (12, 13)Pasal 49 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang: a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); (12, 13)b. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2). (12, 13)