Bab II Pelingkupan KA ANDAL

103
BAB II PELINGKUPAN 2.1 DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI 2.1.1 Status Studi AMDAL Lingkup rencana usaha PT. Haromaien Prima Artha selanjutnya disebut PT.HARPA meliputi kegiatan transportasi limbah B3, pengolahan yang terdiri dari elektrokoagulasi, dan pembakaran dengan menggunakan insinerator, pemanfaatan limbah menjadi produk batako, serta pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 berupa minyak pelumas bekas, sludge oil, dan tramp oil. Kegiatan pengolahan limbah yang akan dilakukan merupakan pengolahan limbah coolant unit elektrokoagulasi dan insinerator. Kegiatan pemanfaatan limbah merupakan pengelolaan terhadap limbah Fly Ash, Bottom Ash, Sand Foundry dan Dust Grinding untuk dijadikan batako. Kegiatan pengumpulan limbah merupakan kegiatan penampungan limbah berminyak yang meliputi minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge untuk disalurkan ke pihak pemanfaat. Status studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan Detailed Engineering Design dan persiapan lahan. 2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang Setempat A. Tata Guna Lahan Sesuai RTRW

description

Contoh BAB II KA ANDAL

Transcript of Bab II Pelingkupan KA ANDAL

BAB IIPELINGKUPAN

2.1DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI2.1.1Status Studi AMDALLingkup rencana usaha PT. Haromaien Prima Artha selanjutnya disebut PT.HARPA meliputi kegiatan transportasi limbah B3, pengolahan yang terdiri dari elektrokoagulasi, dan pembakaran dengan menggunakan insinerator, pemanfaatan limbah menjadi produk batako, serta pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 berupa minyak pelumas bekas, sludge oil, dan tramp oil. Kegiatan pengolahan limbah yang akan dilakukan merupakan pengolahan limbah coolant unit elektrokoagulasi dan insinerator. Kegiatan pemanfaatan limbah merupakan pengelolaan terhadap limbah Fly Ash, Bottom Ash, Sand Foundry dan Dust Grinding untuk dijadikan batako. Kegiatan pengumpulan limbah merupakan kegiatan penampungan limbah berminyak yang meliputi minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge untuk disalurkan ke pihak pemanfaat. Status studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan Detailed Engineering Design dan persiapan lahan.2.1.2Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang SetempatA. Tata Guna Lahan Sesuai RTRWKegiatan PT. HARPA menggunakan lahan seluas 14.100 m2 di Jalan Desa Mulyasejati Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat, yang menjadi hak milik atas nama Surogiyono yang merupakan komisaris PT. Haromaien Prima Artha berdasarkan akta jual beli tanah No. 1037/2009. Rencana Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfataan Limbah B3 serta Pembuatan Batako PT. HARPA, secara administratif berada di wilayah Desa Mulyasejati, Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang. Peta orientasi kegiatan disajikan dalam Gambar 2.1.Berdasarkan perwilayahan Kabupaten Karawang dan rujukan BAPPEDA Kabupaten Karawang, lokasi Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfataan Limbah B3 serta Pembuatan Batako PT.HARPA terletak dalamrencanawilayah pembangunan industri yang diharapkan dapat berfungsi sebagai daerah pengembangan industri yang selaras dengan pengembangan sumber daya lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Peta Rencana Tata Guna Lahan eksisting dapat dilihat pada Gambar 2.2. Peta Rencana Tata Guna Lahan yang digunakan sebagai acuan adalah peta RTRW dari Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang-Wilayah Kabupaten Karawang yang disahkan tahun 2004 oleh Bupati Karawang dan berlaku mulai tahun 2004 sampai dengan 2013 (pasal 7). Pada pasal 16 ayat 3 peraturan tersebut disebutkan bahwa Kecamatan Ciampel termasuk salah satu kawasan industri. Surat Keputusan Bupati Karawang No:503/3693/CK tentang Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan) Pembangunan Pengolahan Limbah B3 dan Pembuatan Batako PT. HARPA dan Surat Keputusan dari Bappeda Karawang No 582/725/Pras-TR tentang Rekomendasi Kelayakan Investasi untuk Pembangunan Tempat Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah B3 dan Pembuatan Batako di Desa Mulyasejati Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang juga menegaskan bahwa lokasi PT. HARPA berada di kawasan industri. Rencana akses jalan masuk lokasi PT. HARPA mudah ditempuh dari keluar tol Karawang Timur, melalui Jalan Klari Jalan Raya Kosambi Raya Curug-Kosambi melintasi Jembatan Pintu Air Curug, kemudian disambung dengan Jalan Kecamatan Ciampel melintasi Dusun Pasir Pogor, Dusun Udug-udug, Dusun Asem, Dusun Karang Anyar, dan Dusun Liosari hingga mencapai Lokasi PT. HARPA. B. Tata Guna Lahan Eksisting Lokasi Tapak proyek dan sekitarnya sebagian besar adalah berupa kebun campuran dan ilalang, dengan beberapa luasan kecil persawahan yang diselingi kebun campuran. Lokasi perumahan penduduk yang terdekat dengan lokasi tapak kegiatan PT. HARPA adalah perumahan Dusun Liosari dengan jarak 200 meter yang merupakan perumahan dengan kepadatan penduduk rendah dengan jenis perumahan non permanen. Sedangkan, jarak antara tapak kegiatan PT. HARPA dengan pusat pemerintahan Desa Mulyasejati adalah 1,8 km. Pada jarak 1,7 km terdapat kegiatan penggalian pasir (galian C) yang berada di Dusun Asem.

Gambar 2.1 Peta Orientasi Kegiatan

Gambar 2.2 Peta Rencana Tata Guna Lahan eksisting

2.1.3Gambaran Umum Rencana Kegiatan2.1.3.1Rencana Kegiatan Secara UmumBeberapa kegiatan yang direncanakan akan dilakukan oleh PT. HARPA adalah kegiatan transportasi limbah B3, pengolahan yang terdiri elektrokoagulasi, dan pembakaran dengan menggunakan insinerator, pemanfaatan limbah menjadi produk batako, serta pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 berupa minyak pelumas bekas, sludge oil, dan tramp oil. Secara lebih jelas, kegiatan itu dapat dilihat pada diagram yang disajikan pada Gambar 2.3.Tabel 2.1 Tahapan Pengembangan Unit Pengelolaan Limbah B3 PT. HARPA pada Operasional 5 Tahun PertamaUnit PengelolaanLama operasional per hariSatuan kapasitasKapasitas operasional maksimum per hariProsentase terhadap kapasitas maksimum per tahun

Thnke-1Thn ke-2Thnke-3Thnke-4Thnke-5

Transportasi Limbah B38 jam5 ton/kendara-an9 kendaraan/hari45%90%100%100%100%

Elektrokoagulasi 8 jam0,5 m3/jam4 m3/hari100 %100 %100 %100 %100 %

Insinerator16 jam300 kg solid /jam

4800 kg solid /hari

50%70 %100 %100 %100 %

100 kg liquid/jam1600 kg liquid /hari

Produksi batako 8 jam495 buah/jam4000 buah /hari100 %100 %100 %100 %100 %

Penampungan minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge Waktu disimpan rata-rata 3 hari100 %100 %100 %100 %100 %

Pada Tabel 2.1 disajikan tahapan pengembangan unit pengelolaan limbah B3 PT. HARPA pada lima tahun pertama operasional. Dari Tabel 2.1 dilihat kapasitas maksimum dari rangkaian transportasi, pengolahan, pemanfaatan, penyimpanan, dan pengumpulan akan dioperasikan mulai tahun ke-3. Setelah masa operasional lima tahun pertama PT. HARPA akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk penambahan atau pengurangan kapasitas produksi, seiring dengan perbaharuan ijin operasional dan ijin lingkungan setiap 5 tahun. Pada tahun pertama akan dioperasikan 4 kendaraan yang terutama masih terbatas hanya melayani kebutuhan mobilisasi limbah PT. HARPA, yaitu 3 buah Colt diesel dump truck, dan 1 buah Colt diesel wing. Pada tahun kedua akan ada penambahan 4 buah kendaraan lagi yaitu 2 buah Colt diesel dump truck, 1 buah Colt diesel wing, dan 1 buah truk tangki karena PT. HARPA akan mulai melakukan pengembangan usaha untuk melayani transporter limbah B3 dari dan untuk konsumen lainnya di luar pengangkutan limbah yang akan diolah di tapak PT. HARPA. Pada tahun ketiga akan dilakukan penambahan 1 buah truk colt diesel wing box. Jadi pada tahun ke-3 ini jumlah kendaraan transporter sudah mencapai jumlah maksimum pada 5 tahun pertama. Adapun kapasitas 100% akan dioperasikan mulai tahun pertama untuk unit elektrokoagulasi, dan produksi batako. Untuk Unit Penampungan limbah berminyak (minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge oil), waktu penampungan rata-rata diambil 3 hari. Sedangkan untuk insinerator, akan dilakukan pengolahan 50% dari kapasitas pada tahun pertama, pada tahun berikutnya akan ditingkatkan menjadi 70%, dan pada tahun ketiga akan mengolah sampai kapasitas operasional maksimum per hari yang direncanakan (100%). Unit pembuatan batako akan mengambil kapasitas 100% mulai dari tahun pertama. Dalam pembuatan batako, akan disertakan limbah ikutan berupa limbah pabrik semen dengan karakteristik terkait pada Tabel 2.25. Demikian pula untuk limbah lainnya dijelaskan pada sub bab terkait.

Pengolahan dengan elektrokoagulasiTranspor-tasiAirBak penampungGambar 2.3 Diagram Rencana Kegiatan Jenis Limbah dan Jenis Pengolahan Limbah B3 di PT. HARPASludgeLimbah Coolant Sumber LimbahSand foundry dan Dust grindingFly ash Bottom ashLimbah pabrik semenPasir AtrasAirPembuatan batakoProduk dijualOperasional dan perawatan Hand glove (rubber)-Rag terkontaminasi (marjun, plastik)- Sludge elektrokoagulasi PT. HARPAOil sludgePaint SludgeLimbah berminyak (dari elektro-koagulasi PT. HARPA)Operasional dan perawatan Abu dari chamber 1Landfilling oleh pihak yang berijin dari KLHwet scrubberPemusnahan dengan insinerator dan wet scrubberlumpurpartikulat Keterangan: Flow Sludge Flow Transportasi Flow Recycle AirPengumpulan (sub bab 2.1.3.2.3.3.)Pemanfaatan (sub bab 2.1.3.2.3.6.)Pengolahan (sub bab 2.1.3.2.3.4 dan 2.1.3.2.3.5)Transportasi (sub bab 2.1.3.2.3.2)Ket : yang berhuruf merah adalah limbah ikutan yang bukan terkategori B3 (Penjelasan lengkap ada di sub bab 2.1.3.2.3)Oli bekasTramp oilSludge oil Pemanfaat yang berijin dari KLHPengumpulandan partikulatPanas,emisi,SO2LAYOUT PENGGUNAAN RUANG Ruang terbangun dan ruang terbuka dalam lahan rencana kegiatan seluas 14.100 m2 sesuai Tabel 2.2.Tabel 2.2 Penggunaan Lahan untuk Kegiatan PT. HARPANotasi Pada Legenda pada Gambar 2.6UraianLuas (m2)(%) dariluas lahanKeterangan

BANGUNAN UTAMA16,1%Jumlah Luas Lahan Ruang Terbangun menurut peraturan Maksimum 60%

AKantor5 x 5 = 25

BLaboratorium6 x 6 = 30

DArea Produksi batako 17 x 12 = 84

EArea Produksi batako 220 X 21 = 420

FGudang (untuk penyimpanan sementara limbah B3 sebelum dikelola)60 x 20 =1.200

HPenyimpanan drum minyak pelumas bekas10 x 10 = 100

IPenyimpanan tangki minyak pelumas bekas5 x 5 = 25

JRuang Pengolahan Elektrokoagulasi8 x 9 = 72

KBak Penampung cucian kendaraan3 x 2,5 = 7,5

LArea cuci kendaraan10 x 10 = 100

MMess dan Mushola10 x 13,4 134

NR.Insinerator8 x 9 = 72

Jumlah Luas Bangunan A2269,5

BANGUNAN PENUNJANG DAN RUANG TERBUKA81,262%Jumlah Luas Lahan Ruang Terbuka menurut peraturan Maksimum Min 40%

CTempat Parkir10 x 7,5 = 75

-Jalan/Implasement298

-Taman / Open Space11457,5

GKolam Penampung25 x 25 = 625

Jumlah Seluruh Luas Lahan14.100

Gambar 2.4 merupakan detail bangunan gudang penyimpanan limbah B3, yang terdiri dari bangunan tampak depan, tampak samping, dan potongan. Luas dari gudang tersebut adalah 20 m x 60 m. Gudang B3 ini direncanakan dibuat beratap agar terlindung dari masuknya air hujan, memiliki sistem ventilasi yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, dan lantai bangunan kedap air. Hal-hal tersebut mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. Gudang ini akan menjadi tempat penyimpanan sementra limbah yang akan dimanfaatkan (fly ash, bottom ash, sand foundry, dan dust grinding), limbah yang akan diolah (limbah coolant) dan limbah yang akan dibakar di insinerator (Hand glove (rubber), Rag terkontaminasi (marjun, plastik), Sludge elektrokoagulasi PT. HARPA, Oil sludge, dan Paint Sludge).

(Sumber: PT. Haromaien Prima Artha , 2009)Sumber: PT. Haromaien Prima Artha , 2009STUDI AMDALKEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 SERTA PEMBUATAN BATAKO PT. HAROMAIEN PRIMA ARTHAGambar 2.4 Bangunan Gudang Pengelolaan Limbah B3 PT. HARPA

Sumber: PT. Haromaien Prima Artha , 2009STUDI AMDALKEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 SERTA PEMBUATAN BATAKO PT. HAROMAIEN PRIMA ARTHAGambar 2.5 Bangunan Laboratorium Dan Kantor PT. HARPA

Gambar 2.6 Layout Tapak Kegiatan PT. HARPA

Gambar 2.5 adalah bangunan laboratorium dan kantor PT. HARPA. Bangunan kantor akan berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi, dan bangunan laboratorium akan berfungsi untuk menganalisis parameter yang perlu diuji setiap hari dari kegiatan pemanfaatan limbah menjadi batako (kuat tekan), pengolahan dengan elektrokoagulasi (pH dan COD). Pada Gambar 2.6 dapat dilihat penempatan unit-unit yang akan digunakan sebagai pengolah limbah B3 serta bangunan penempatan bangunan penunjang. Luas dari bangunan tersebut mengacu pada tabel 2.2.KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN PENGELOLAAN AIR BUANGAN Perhitungan Kebutuhan air bersih untuk operasional Kegiatan PT. HARPA yang meliputi kebutuhan untuk domestik pedagang/pegawai, kebutuhan untuk pemeliharaan bangunan, dan fasilitas taman. Perkiraan kebutuhan air untuk seluruh kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.3. Perhitungan pada Tabel 2.3. ini merupakan perhitungan kebutuhan air pada masa operasional maksimum. Adapun neraca air dapat dilihat pada Gambar 2.7.Tabel 2.3 Prakiraan Kebutuhan Air Operasional Kegiatan PT. HARPANo.Jenis KegiatanSatuan PerhitunganKebutuhan Air BersihJumlah(m3/hari)

1Toilet Karyawan53 orang20 L/org/hari*)1,060

2Mushola27 m212,15 L/m2/hari**)0,243

Sub total kebutuhan air yang disuplai dari saluran penampung air hujan 1,060 m3/hari

3Pemeliharaan Bangunan14.100 m20,1011 L/m2/hari**)1,426

4Penyiraman taman9.765 m20,2 L/m2/hari*)1,953

5Pencucian roda kendaraan pengangkut5 kenda-raan /hari150 L/kendaraan **)0,750

6Pemeliharaan alat elektrokoagulasi1 alat0,1 m3/alat/hari **)0,100

7Produksi batako, dan pemeliharaan alat4.000 batako(jml batako 5%air/batako xukuran batako (39x19x9)x0,7cm3) 0,04m3/hari untuk pemeliharaan alat **)0,974

8Kebutuhan untuk wet scrubber insinerator1 alat0,986 m3/hari **)0,986

9Pemeliharaan alat insinerator1 alat0,1 m3/hari **)0,100

10Pemeliharaan unit pengum-pul limbah pelumas bekas200 m22,5 L /m2/hari **)0,050

Sub total kebutuhan air yang disuplai dari resirkulasi air 6,609 m3/hari

TOTAL KEBUTUHAN AIR PT. HARPA 7,669 m3/hari

Sumber : Hasil Analisis *) Standar Kebutuhan air bersih di Kota Besar, PUSLITBANGKIM**) Asumsi

Toilet karyawan 1,303 m3/hariPemeliharaan Bangunan 1,426 m3/hariMushola 0,27 m3/hariPencucian roda kendaraan 0,75m3/hariPenampungan efluen 7,329 m3/hariPenyiraman taman 1,953 m3/hariPemeliharaan alat elektokoagulasi 0,10 m3/hariProduksi batako, dan pemeliharaan alat 0,974 m3/hariPemeliharaan alat insinerator 0,100 m3/hariPemeliharaan tangki pengumpul limbah pelumas 0.050 m3/hariSeptictank 1,287 m3/hariSal.Drainase 0,016 m3/hari m3/hariSal.Drainase 1,410 m3/hariSal. Drainase 0,270 m3/hariEvapotranspirasi 1,953 m3/hari0,1953 m3/hari Sal. Drainase 0,100 m3/hariEvaporasi 0,934 m3/hariSal. Drainase 0,040 m3/hari (dari pemeliharaan alat)Sal. Drainase 0,100 m3/hariSal. Drainase 0,050 m3/hariDimanfaatkan kembali 6,339 m3/hariEvaporasi 0,990 m3/hariAir efluen Pengolahan dangan elektrokoagu-lasi = 95% x 4 m3/hari = 3,800 m3/hari Infiltrasi 1,287 m3/hariEvaporasi dari pengendapan lumpur wet scrubber 1,256 m3/hariDiresirkulasikan kembali 9,621 m3/hariAir dari Kolam Bekas Galian C 10,877 m3Input resirkulasi wet scrubber 9,891 m3Input harian wet scrubber 1,256 m3/hariSal. Drainase 0,740 m3/hari5 m3/hariAir hujan yang jatuh ke tapak kolam penampung 1,073 m3/hariEvaporasi 0.010 m3/hariAir baku dari penampungan air hujan 1,573 m3/hariGambar 2.7 Neraca Air Kegiatan Transportasi, Pengolahan, Pemanfaatan, dan Pengumpulan Limbah PT. HARPA

Kebutuhan air pada kegiatan operasional PT. HARPA adalah 7,669 m3/hari yang terdiri dari keperluan air untuk toilet karyawan, pemeliharaan bangunan dan halaman, taman, mushola, pencucian roda kendaraan pengangkut, pemeliharaan alat elektrokoagulasi, produksi batako, pemeliharaan alat insinerator, dan pemeliharaan unit pengumpul limbah pelumas bekas. Sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air harian operasional PT. HARPA terdiri dari:1. Air untuk keperluan toliet karyawan dan mushallaAir untuk keperluan toilet karyawan dan mushalla akan mengambil dari penampungan air hujan dari atap bangunan laboratorium, area produksi batako 1, kantor, mess dan musholla dengan total tapak 273 m2 (lihat Tabel 2.2).Berdasarkan perhitungan sesuai rata-rata curah hujan bulanan dari data klimatologi sebesar 143,15 mm/bulan (lihat Tabel 2.30) maka rata-rata air hujan limpasan yang dapat dipakai adalah 1,303 m3/hari.2. Air untuk keperluan selain toilet karyawanAir untuk keperluan selain toliet karyawan akan disuplai dari pemanfaatan kembali (reuse) air bekas pakai yang melimpas melalui penampungan terlebih dahulu dalam kolam penampung (lihat Gambar 2.3) sejumlah 7,599 m3/hari yang bersumber dari: a. Limpasan saluran drainase dari kegiatan-kegiatan di PT. HARPA dengan total sebesar 2,726 m3/hari.b. Air efluen Pengolahan dangan elektrokoagulasi = 95% x 4 m3/hari = 3,8 m3/hari c. Suplai dari air hujan yang tertampung dalam tapak kolam penampung itu sendiri yaitu 225 m2 (lihat Tabel 2.2), berdasarkan rata-rata curah hujan bulanan data klimatologi sebesar 143,15 mm/bulan (lihat Tabel 2.30) maka rata-rata air hujan masuk ke kolam 1,073 m3/hari.d. Keluaran berupa evaporasi. Dengan laju evaporasi rata-rata adalah 4,8 mm/hari (Data laju evaporasi Cirata 1998 sampai 2007, PUS AIR, 2010), maka untuk luas penampang kolam penampung seluas 225 m2, volume air yang terevaporasi adalah 0,99 m3/hari.3. Air untuk mengisi kebutuhan air untuk wet scrubber (alat pengendali pencemaran udar insinerator)Untuk operasional wet scrubber diperlukan volume air awal sebesar 10,877 m3. Kebutuhan air sebesar ini hanya diambil pada di awal kegiatan karena selanjutnya akan dilakukan resirkulasi. Kekurangan air untuk keperluan operasional wet scrubber harian yang dikarenakan penyusutan air akibat evaporasi dari pengendapan lumpur wet scrubber sebesar 0,986 m3/hari akan disuplai dari kebutuhan air harian (resirkulasi air dari kolam penampung (point b).Sumber air baku untuk mengisi kebutuhan awal wet scrubber yang bersumber dari kolam bekas galian C seluas 3,83 ha yang berjarak 4,25 km dari tapak kegiatan PT. HARPA. Lokasi sumber air berada pada bagian selatan Pintu Air (jembatan) Curug (dapat dilihat pada Gambar 2.1). Kolam ini merupakan akifer air tanah dangkal yang terpotong selama melakukan galian C, dan juga penangkapan air hujan. Berdasarkan informasi dari Perum Jasa Tirta II (PJT II) diperbolehkan untuk pengambilan bebas dan ketersediaan airnya selalu ada setiap tahun. Karena pengambilan air hanya diperlukan satu kali maka pengangkutran hanya akan menggunakan kendaraan yang dimiliki PT. HARPA (truk 5 ton).Kebutuhan tanggap darurat penanggulangan kebakaran akan menggunakan air dari kolam penampung air (kolam yang sama pada penjelasan point b). Kolam penampung ini memiliki luas 625 m2 (lihat Tabel 2.1.) dengan kedalaman 1 m, sehingga volume adalah 625 m3. Dengan masukan sebesar 7,599 m3/hari dan pengeluaran yaitu evapotranspirasi 0,99 m3/hari, mensuplai kebutuhan air sebesar 6,609 m3/hari, maka sisa volume air yang dapat tretampung dalam kolam pengumpul yaitu 225 m3 - 6,609 m3 = 618,391 m3. Untuk mengisi volume awal untuk mengisi kolam untuk cadangan kebakaran sejumlah 618,391 m3 akan diambil dari sumber air baku kolam galian C (lokasi yang sama seperti kebutuhan air awal untuk wet scrubber di atas), dengan dan sistem pengambilan hanya satu kali saat awal operasional PT. HARPA . Untuk pengelolaan air hujan, akan dikelola dengan melalui pengaliran ke dalam sumur resapan air hujan. Berdasarkan perhitungan terhadap luas tapak lahan terbangun dengan perkerasan, maka didapatkan hasil bahwa air yang melimpas adalah dari luas 1817 m2 yang terdiri dari air yang melimpas pada luasan lahan untuk gudang area produksi 2, area cuci kendaraan, R.Insinerator, R.Elektrokoagulasi, Tempat Parkir, pempat pengumpulan limbah berminyak, dan Jalan/Implasement (lihat Tabel 2.2.). Dari luasan tapak lahan terbangun seluas 2399,5 m2,, 2400 m2.Denah dan potongan sumur resapan air hujan disajikan dalam Gambar 2..8, mengacu pada SNI Pt T -22-2000-C tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Desain yang diambil adalah Konstruksi Sumur Resapan Tipe 3 C pada SNI Pt T -22-2000-C tersebut untuk daerah dengan jenis tanah lanau. Sesuai ketetapan SNI Pt T -22-2000-C untuk luasan tapak lahan terbangun seluas sekitar 2400 m2, Jumlah sumur resapan yang akan dibuat adalah 38 buah dengan diameter sumur resapan masing-masing 1,4 meter. Kedalaman maksimum adalah sampai pada kedalaman muka air tanah, material pengisi merupakan batu belah hanya pada bagian bawahnya setebal 40 cm. Dinding diperkuat dengan beton yang dilubangi diameter 15 mm dalam jarak 20 cm. Penutup terbuat dari pelat beton bertulang.

Gambar 2.8 Detail Sumur Resapan Air Hujan Type CSumber : SNI Pt T -22-2000-C tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan PekaranganAdapun air limpasan dari septic tank, akan dialirkan ke bidang resapan yang akan mengacu pada SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septic dengan Sistem Resapan.

PENGELOLAAN LIMBAH PADATLimbah padat yang dihasilkan dari Kegiatan PT. HARPA terdiri dari limbah hasil pengolahan (abu insinerator PT. HARPA, sludge elektrokoagulasi) dan limbah domestik. Rencana pengelolaan terhadap limbah padat hasil pengolahan limbah (non domestik) ini: 1. Sludge dari proses elektrokoagulasi akan dikelola melalui pembakaran di insinerator;2. Karung bekas abu/ fly ash/bottom ash akan dikelola melalui pembakaran di insinerator;3. Abu dari insinerator akan ditimbun di landfill oleh pihak ketiga yang berijin dari KLH.Timbulan limbah padat domestik dapat berupa sampah organik maupun anorganik, yakni sisa makanan, kertas, kardus, plastik, sampah kebun, kayu, kaca dll. Berdasarkan SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, limbah padat domestik dapat diperkirakan jumlahnya melalui standar perhitungan yang disajikan pada Tabel 2.4. Dari Tabel 2.4. tersebut dapat dilihat bahwa total timbulan limbah padat domestik yang akan dihasilkan sekitar 1,0565 m3/hari. Pengelolaan yang akan dilakukan adalah dengan pengomposan dan penjualan sampah anorganik yang bernilai ekonomis. Sampah anorganik yang tidak ekonomis akan dimusnahkan dalam insinerator. Tabel 2.4 Kuantitas Limbah Padat Domestik yang Dihasilkan oleh Kegiatan PT. Haromaien Prima ArthaNo.Jenis KegiatanTimbulan limbah padat Jumlah (m3/hari)

1- Perkantoran = 40 orang2 L/org/hari**)0,0800

2- Taman seluas = 9.765m2 0,1 L/m2/hari**)0,9765

Total domestik 1,0565

Sumber : *) Hasil Analisis **) Timbulan limbah padat berdasarkan SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia

PROSEDUR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJAA. Prosedur UmumDalam pengoperasian pengolahan dan pemanfaatan limbah B3, disyaratkan untuk memiliki suatu prosedur/sistem keamanan yang dapat mengurangi dan menghilangkan resiko kecelakaan kerja maupun pencemaran terhadap lingkungan kerja. Oleh karena itu, PT. HARPA merencanakan suatu sistem keamanan prosedur K3 secara umum dan prosedur khusus untuk setiap unit pengolahan dan pemanfaatan limbah.Prosedur umum K3 telah direncanakan oleh PT. HARPA untuk keamanan fasilitas, penanggulangan keadaan darurat, sistem pencegahan kebakaran dan pelatihan sistem manajemen K3 untuk karyawan, sebagai berikut :1. Sistem Keamanan Fasilitas Sistem keamanan yang direncanakan diterapkan dalam pengoperasian PT. HARPA, yakni: a. Sistem penjagaan 24 jam.b. Pemasangan pagar pengaman dan penerangan yang memadai di sekitar lokasi.c. Pemasangan rambu-rambu dengan tulisan Berbahaya serta "Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk" yang dipasang di setiap pintu masuk dan dapat terlihat dari jarak 10 m.2. Penanggulangan Keadaan Darurata. Akan disusun koordinator penanganan keadaan darurat yang bertanggung jawab melaksanakan tindakan-tindakan yang sesuai dengan prosedur kondisi darurat yang terjadi. Koordinator penanganan keadaan darurat adalah Manager Keamanan dan K3 PT. HARPA seperti yang terlihat dalam struktur organisasi PT. HARPA pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Struktur Organisasi PT. HARPA

b. Koordinator penanganan keadaan darurat tersebut akan membentuk jaringan komunikasi yang efektif dan dilaksanakan saat terjadi kondisi darurat. Pihak-pihak mungkin yang akan dihubungi bila terjadi keadaan darurat (tergantung situasi dan tingkat luas bahaya) antara lain: Tim penanggulangan keadaan darurat PT. HARPA, Dinas pemadam kebakaran Kabupaten Karawang Kepolisian Resor Ciampel Puskesmas Ciampel Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Kepala Desa Mulyasejati Kepala Dusun Liosari, Karanganyar, Asem, Udug-udug, Pasir Pogorc. Alat yang akan dilengkapi saat penanggulangan keadaan darurat, adalah: Rambu-rambu tanda bahaya Alat deteksi peka panas Alat deteksi peka asap Alat pemadam kebakaran (APKA), berupa busa, air, maupun bahan kimia kering.d. Penyediaan peralatan dan baju pelindung yang akan disiapkan bagi staf di lokasi, yaitu : Sarung tangan karet tahan api Kacamata safety Sepatu safety Appron Masker udara tahan olie. Prosedur EvakuasiProsedur evakuasi karyawan dan tanggap darurat apabila terjadi tumpahan limbah B3 yang akan diterapkan pada PT. HARPA disajikan pada Gambar 2.10. Pada Gambar 2.10, dapat dilihat bahwa bila terjadi bahaya yang akan dilakukan adalah: Segera melakukan isolasi dan pengawasan, lakukan evakuasi dari area tersebut jika diperlukan, melakukan kontrol tumpahan dan upaya mengurangi bahaya. Bila diperlukan akan segera menghubungi bantuan pihak lain yaitu pemadam kebakaran atau pihak medis jika diperlukan, yakni Puskesmas Ciampel sebagai pihak medis terdekat dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Karawang. Membantu orang-orang yang diduga terkontaminasi. Pakaian yang terkontaminasi harus dilepaskan segera dan cuci kulit dengan air selama paling sedikit lima belas menit. Pakaian harus segera dicuci. Petugas mengenakan alat pelindung diri, sesuai dengan potensi bahayanya. Bila ada yang memerlukan bantuan pernafasan akan dilakukan oleh orang yang terlatih, dan memakai alat pelindung. Bila tidak memungkinkan segera hubungi paramedis Puskesmas Ciampel.

Gambar 2.10 Prosedur Evakuasi dan Tanggap Darurat PT. HARPAf. Prosedur penanggulangan saat kejadian darurat:Terkena limbah B31. Tidak panik.2. Meminta bantaun pada rekan terdekat.3. Lihat data MSDS.4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).5. Bila kulit terkena bahan kimia, tidak diperbolehkan digaruk agar tidak tersebar.6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.7. Hubungi paramedik secepatnya (dokter, rumah sakit).Kebakaran1. Tidak panik.2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.3. Beritahu rekan terdekat.4. Hindari mengirup asap secara langsung.5. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).6. Hubungi pemadam kebakaran.Gempa bumi1. Tidak panik.2. Berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, lemari.3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan bahan kimia, limbah B3, kaca.4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas, tersengat listrik.5. Hubungi pemadam kebakaran, kepolisian atau aparat keamanan terdekat3. Sistem Pencegahan KebakaranUntuk mencegah terjadi kebakaran atau hal lain yang tak terduga maka PT. HARPA akan: a. Memasang sistem arde (Electrical Spark Grounding) b. Memasang rambu-rambu peringatan, yang jelas terlihat dari jarak 10 meter, dengan tulisan Awas Berbahaya, Limbah B3 Mudah Terbakar dan Dilarang Keras Menyalakan Api atau Merokokc. Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran yang bekerja secara otomatis selama 24 jam terus menerus, berupa: Alat deteksi peka asap (smoke sensing alarm), Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm); d. Penyediaan sistem pemadam kebakaran yang berupa: Pemadam kebakaran portable.e. Penataan jarak atau lorong antara kontainer-kontainer yang berisi limbah B3 minimum 60 cm sehingga tidak mengganggu gerakan orang, peralatan pemadam kebakaran, peralatan pengendali/pencegah tumpahan limbah.4. Pelatihan KaryawanPelatihan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan oleh PT. HARPA minimal 2 kali setahun dengan mengundang instruktur berpengalaman atau mengirim karyawan untuk mengikuti pelatihan pada lembaga pelatihan tersertifikasi.Pelatihan K3 untuk karyawan harus mencakup materi dan pelaksanaan teknis sebagai berikut: a. Pelatihan dasar, diantaranya: Pengenalan limbah: meliputi jenis limbah, sifat dan karakteristik serta bahayanya terhadap lingkungan dan manusia, serta tindakan pencegahannya; Peralatan pelindung: menyangkut kegunaan dan penggunaanya; Pelatihan untuk keadaan darurat: meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan, matinya listrik, evakuasi, dan sebagainya; Prosedur inspeksi; Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) Peraturan keselamatan kerja (K3); Peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan limbah B3. b. Pelatihan Khusus Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya; Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penunjangnya; Laboratorium; Dokumentasi dan pelaporan;

B. Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pengolahan Limbah dengan Elektrokoagulasi, Insinerator, dan Pemanfaatan Limbah menjadi Batako1. Petunjuk Umum dan Ruang KerjaUmuma. Setiap wadah limbah harus diberi label dan tandatanda yang jelas sesuai dengan sifatnya dan mudah dibaca.b. Setiap limbah dalam gudang harus diinventarisasi berdasarkan sifatnya.c. Dalam rangka penyimpanan limbah harus memperhatikan sifat masing-masing bahan yang akan disimpan. Pengelompokan penyimpanan limbah dilakukan dengan memperhatikan sifat masing-masing limbah yang akan disimpan.d. Pekerja yang akan melakukan kegiatan dengan menggunakan bahan kimia harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.e. Sumber api harus dijauhkan terhadap limbah yang mempunyai sifat mudah terbakar atau mudah meledak.f. Penggunaan peralatan bantu yang terbuat dari logam harus dihindari apabila bersifat korosif.g. Limbah yang mempunyai sifat dapat melakukan reaksi secara cepat harus dijauhkan dari limbah mudah meledak yang akan digunakan.h. Pembuangan limbah dapat dilakukan setelah melalui proses olahan sesuai dengan sifat kontaminannya.i. Tumpahan/tetesan limbah atau bahan kimia yang mempunyai sifat iritan harus dihindari.j. Orang yang tidak berkepentingan dilarang mendekati daerah kerja.Ruang Kerjaa. Selama melakukan kegiatan menggunakan limbah B3, sistem ventilasi ruang kerja harus baik dengan pergantian udara minimal 8 kali per jam.b. Ruang kerja harus dilengkapi dengan peralatan penanganan kebakaran (Apron)c. Lantai kerja dipastikan selalu tidak dalam keadaan licin

2. K3 dalam Proses Pengolahan dengan ElektrokoagulasiElektrokoagulasi menggunakan pengolahan limbah coolant menggunakan bahan baku berupa limbah cair yang agak toksik (slight toxic), sehingga pekerja harus menggunakan alat pelindung diri seperti Tabel 2.5.Tabel 2.5 Faktor Bahaya dan Alat Pelindung Diri untuk Pekerja pada Unit ElektrokoagulasiFaktor bahayaBagian tubuh yang perlu dilindungiAlat-alat proteksi diri

Tertimpa benda sedang dan tidak berat, seperti drum/wadah limbahKepalaHelm kerja

Limbah Cair dan bahan-bahan kimiaKepalaPenutup kepala plastik

MataGoggles

MukaPenutup dari plastik

Alat pernapasanRespirartor khusus tahan kimiawi

Jari,tangan, lenganSarung plastik/karet

TubuhPakaian plastik/karet

Betis, tungkaiPelindung khusus dari plastik atau karet

Mata-kaki, kakiSepatu karet, plastik atau kayu

Dermatitis atau radang kulit pada pekerja akibat kontak kulit dengan limbah KepalaPenutup kepala plastik

MukaSun block, pelindung plastik

Jari, tangan , lenganSunblock, sarung tangan karet, plastik

TubuhPenutup karet, plastik

Betis, tungkai, mata-kaki, kakiSepatu karet, zool kayu

Mesin-mesinKepalaPenutup kepala

Jari, tangan lenganSarung tangan tahan api

TubuhJaket dari karet

Betis, mata kakiCelana tahan api atau decker

KebisinganTelingaEarmuff (tutup telinga)

3. K3 dalam Proses Pengolahan dengan InsineratorInsinerator merupakan proses pengolahan limbah dengan proses pembakaran pada suhu 600C - 1200C, dengan jenis limbah B3 dalam bentuk sludge, padat dan cair sehingga pekerja harus menggunakan alat pelindung diri seperti yang disajikan dalam Tabel 2.6.Tabel 2.6 Faktor Bahaya dan Alat Pelindung Diri untuk Pekerja pada Unit InsineratorFaktor bahayaBagian tubuh yang perlu dilindungiAlat-alat proteksi diri

DebuMataGoggles, kaca mata sisi kanan kiri tertutup

MukaPenutup muka dari plastik

Alat pernafasanRespirator/masker khusus

Percikan api atau logamKepalaHelm plastik berlapis asbes

MataGoggles,kaca mata

MukaPenutup muka dari plastik

Jari, tangan, lenganSarung tangan asbes berlengan panjang

Betis, tungkaiPelindung dari asbes

Mata-kaki, kakiSepatu kulit

TubuhJaket asbes/kulit

Gas, asap, fumesMataGoggles

MukaPenutup muka khusus

Alat pernafasanJika mengancam jiwa :gas masker khusus dengan filter.Tidak mengancam jiwa secara langsung : gas masker biasa

TubuhPakaian karet, plastik/bahan lain yang tahan kimiawi

Jari, tangan ,lenganSarung plastik, karet berlengan panjang dan anggota-anggota badan diolesi dengan barrier cream

Betis, tungkaiPelindung dari plastik/karet

Mata-kaki, kakiSepatu yang kondusif (yang menyalurkan aliran listrik)

Cairan dan bahan-bahan kimiaKepalaPenutup kepala plastik

MataGoggles

MukaPenutup dari plastik

Alat pernapasanRespirator khusus tahan kimiawi

Jari,tangan, lenganSarung plastik/karet

TubuhPakaian plastik/karet

Betis, tungkaiPelindung khusus dari plastik atau karet

Mata-kaki, kakiSepatu karet, plastik atau kayu

PanasKepalaHelm asbes

Lain-lain bagianSarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan lain yang tahan panas/api

KakiSepatu dengan sol berisolator/bahan tahan panas

MataGoggles dengan lensa tahan sinar infra merah

Mesin-mesinKepalaPenutup kepala

Jari, tangan lenganSarung tangan tahan api

TubuhJaket dari karet

Betis, mata kakiCelana tahan api atau decker

Percikan apiMataGoggles, kacamata filter khusus

MukaPenutup muka dengan kacamata filter khusus

TubuhJakaet tahan api atau kulit

KakiSepatu dilapisi baja

KebisinganTelingaEarmuff (tutup telinga)

4. K3 dalam Proses Pemanfaatan Limbah menjadi BatakoProses pemanfaatan limbah menjadi batako menggunakan bahan baku berupa fly ash dan bottom ash yaitu abu terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari suatu proses pembakaran suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu, serta digunakan pula sand foundry. Karakteristik limbah abu yang mudah terbang mengharuskan pekerja menggunakan alat pelindung diri seperti yang disajikan dalam Tabel 2.7.Tabel 2.7 Faktor Bahaya dan Alat Pelindung Diri untuk Pekerja pada Pemanfaatan Limbah menjadi BatakoFaktor BahayaBagian Tubuh Yang Perlu DilindungiAlat-Alat Proteksi Diri

Tertimpa benda sedang ,tidak berat, saat mengangkat bahan-bahan pembuat batako dan produk batakoKepalaHelm kerja

Pergelangan kaki, kaki, dan jari kakiSepatu steelbox toe

Benda-benda beterbanganKepalaHelm kerja

MataGoggles (kacamatan yang menutupi seluruh samping mata)

MukaTameng plastik

Jari, tangan,lenganSarung tangan kulit berlengan panjang

TubuhJaket atau jas kulit

Betis, tungkai, mata kakiPelindung dari kulit, berlapis logam, dan tahan api

DebuMataGoggles, kaca mata sisi kanan kiri tertutup

MukaPenutup muka dari plastik

Alat pernafasanRespirator/masker khusus

Limbah dan bahan-bahan kimiaKepalaPenutup kepala plastik

MataGoggles

MukaPenutup dari plastik

Alat pernapasanRespirator khusus tahan kimiawi

Jari,tangan, lenganSarung plastik/karet

TubuhPakaian plastik/karet

Betis, tungkaiPelindung khusus dari plastik atau karet

Mata-kaki, kakiSepatu karet, plastik atau kayu

Mesin-mesinKepalaPenutup kepala

Jari, tangan lenganSarung tangan tahan api

TubuhJaket dari karet

Betis, mata kakiCelana tahan api atau decker

KebisinganTelingaEarmuff (tutup telinga)

5. Prosedur K3 Pengumpulan Limbah Berminyak Pengumpulan limbah berminyak merupakan kegiatan mengumpulkan limbah minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge untuk disalurkan ke pihak pemanfaat. Dalam gudang pengumpul dapat menampung 36 drum volume 200 liter dan terdapat tangki pengumpul dengan volume 5000 liter yang diberi simbol bahan mudah terbakar. Pekerja yang mengumpulkan limbah berminyak harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti yang disajikan dalam Tabel 2.7. Pengumpulan limbah berminyak dilengkapi dengan prosedur pencegahan bahaya tumpahan limbah berminyak, sebagai berikut:a. Pemeriksaan mingguan terhadap fasilitas pengolahan,b. Sistem tanda bahaya peringatan dini yang bekerja selama 24 jam dan yang akan memberi tanda bahaya sebelum terjadi tumpahan/luapan limbah (level control);c. Pengawas PT. HARPA dapat mengidentifikasi setiap kelainan yang terjadi, seperti malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau tumpahan yang dapat menyebabkan terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke lingkungan.d. Jika terjadi tumpahan maka segera dilakukan tindakan melindungi tapak/lantai tumpahan dari penyebaran lebih jauh ke lingkungan, dengan cara menempatkan kantong absorbent di sekitar saluran pembuangan.e. Pelaporan dan pencatatan kejadian tumpahan tersebut kepada divisi yang terkait.f. Pembuatan prosedur penutupan sementara fasilitas pengolahan setelah terjadinya keadaan darurat.FASILITAS PENCUCIAN ALAT DAN KENDARAAN PENGANGKUT LIMBAH B3Kegiatan yang ada pada area pencucian ini adalah:1. Pencucian kendaraan pengangkut limbah dalam lahan PT. HARPA terutama agar roda kendaraan pengangkut limbah B3 bersih dari kontaminan limbah B3 saat meninggalkan lokasi PT. HARPA.2. Pencucian kendaraan untuk perawatan. Selain kewajiban untuk membersihkan roda kendaraan, perawatan kendaraan secara berkala perlu dilakukan dengan membersihkan bagian luar dan dalam termasuk tangki kendaraan.3. Pencucian peralatan yang berkaitan dengan penanganan limbah B3. Pencucian peralatan seperti selang dan peralatan pembersih lainnya harus dilakukan di tempat ini karena air bilasannya akan mengandung kontaminan limbah B3 sehingga perlu dipisahkan dengan saluran pembuangan untuk air hujan.4. Pencucian lantai. Air bilasan pencucian lantai perlu diarahkan ke pit pengumpul yang sama dengan pit yang diarahkan dari lokasi pencucian.Sarana pencucian tersebut akan dilengkapi dengan:1. Peralatan pencuci bertekanan: kompressor dan selang khusus bertekanan.2. Sistem drainase menuju bak (pit) pengumpul. Air bekas cucian ini akan dialirkan ke tempat khusus untuk selanjutnya diolah pada rangkaian unit elektrokoagulasi yang ada di PT. HARPA. Efluen dari unit elekrokoagulasi ini akan disalurkan ke kolam penampung efluen limbahFASILITAS BONGKAR MUAT LIMBAH B3 PT. HARPAKemasan limbah B3 yang akan diolah PT. HARPA akan berupa (1) kemasan drum /kemasan kantong tertutup dan (2) limbah berminyak yang diangkut menggunakan truk tangki. Limbah dalam kemasan drum / kemasan kantong tertutup meliputi : Barang terkontaminasi limbah B3: hand glove (rubber), rag terkontaminasi(majun, plastik), oil sludge, paint sludge, limbah coolant, minyak pelumas (oli) bekas, dan limbah semen. Untuk bongkar muat limbah dalam drum/kemasan, akan dilakukan secara manual dengan bantuan alat fork lift inventaris PT. HARPA ke tempat penyimpanan bahan (limbah yang diolah) pada masing-masing unit (unit pembuatan batako, unit pengolahan dengan elektrokolagulasi, unit pembakaran dengan insinerator, dan unit pengumpul limbah berminyak). Sedangkan sistem pengangkutan menggunakan truk tangki direncanakan untuk limbah sludge oil/tramp oil. Bongkar muat untuk limbah berminyak ini akan menggunakan alat pompa untuk mentransfer minyak dari truk tangki pengangkut ke tangki penyimpan di PT. HARPA. Lantai untuk kegiatan bongkar-muat dirancang agar kuat dan kedap air serta dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak pengumpul untuk kondisi darurat tumpahan limbah dengan slope tertentu sehingga dapat mengalir secara gravitasi. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pengelolaan untuk menjamin tidak ada tumpahan atau ceceran limbah B3 yang lepas ke media lingkungan.2.1.3.2Rencana Kegiatan Berdasarkan Tahapan KegiatanKomponen kegiatan yang menimbulkan dampak dalam kajian Kegiatan Pengelolaan Limbah B3 serta Pembuatan Batako PT. HARPA dikelompokkan berdasarkan tahapan pelaksanaan kegiatan yang saat ini sedang dalam tahap prakonstruksi. Tahapan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.11.

A. Tahap Pra Konstruksi1. Perijinan dan SosialisasiSebelum memasuki tahapan konstruksi, PT. HARPA telah melakukan pengurusan terhadap perijinan yang menjadi persyaratan bagi Kegiatan Pembangunan Tempat Pengelolaan Limbah B3 serta Pembuatan Batako di Kabupaten Karawang. Dokumen legalitas perusahaan dan perijinan yang telah dimiliki oleh PT. HARPA ditampilkan dalam Tabel 2.8.Kegiatan sosialisasi untuk Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfataan Limbah B3 serta Pembuatan Batako PT. HARPA telah dilakukan pada Bulan Desember 2009 sebagai upaya pemberian informasi kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. HARPA, mulai dari perencanaan jadwal kegiatan, tenaga kerja lokal, serta dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan dan operasional PT.HARPA di wilayah Desa Mulyasejati Kecamatan Ciampel sehingga masyarakat mengetahui program pembangunan di wilayah mereka serta kemungkinan timbulnya dampak serta langkah antisipasinya.

Tahap PrakonstruksiPerijinan dan SosialisasiPersiapan Lahan

Tahap KonstruksiPengerahan Tenaga dan pelepasan Hak Kerja Mobilisasi Alat dan BahanPematangan LahanKonstruksi Bangunan Utama dan Penunjang

Tahap Pasca OperasionalPelepasan Tenaga Kerja2. Pembongkaran dan transportasi material bekas bangunan Pembangunan Tempat Pengelolaan Limbah B3 PT. HARPA

Tahap Operasional

Gambar 2.11 Tahapan Kegiatan Pembangunan Tempat Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah B3 serta Pembuatan Batako PT. HARPA

Tabel 2.8 Legalitas Perusahaan dan Perijinan atas nama PT. Haromaien Prima ArthaNoDokumenNomorInstansiTanggal

1Akta Pendirian Perusahaan PT. Haromaien Prima Artha (Lampiran I)81Notaris-PPAT Liembang Priyadi Daljono, SH27 Agustus 2009

2Tanda Daftar Perusahaan PT Haromaien Prima Artha (Lampiran I)10.08.1.51.01698Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang19 November 2009

3Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar (Lampiran 1)503/0120/PB/XI/DAGRIDinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang20 Nopember 2009

4Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan : PT. Haromaien Prima Artha (Lampiran I)AHU-53804.AH.01.01 Tahun 2009Kementrian Hukum dan HAM RI6 Nopember 2009

5Akta Jual Beli Tanah1037/2009Notaris Tafielda Nevawan, SH20 Agustus 2009

6Surat Keputusan Bupati Karawang tentang Ijin Mendirikan Bangunan (Lampiran II)503.640/764/XI/DCKDinas Cipta Karya Kabupaten Karawang3 Nopember 2009

7Surat Keputusan Bupati Karawang tentang Izin Lokasi untuk Pembangunan Pengolahan Limbah B3 dan Pembuatan Batako(Lampiran II)591.4/KEP.565- Huk/2009Pemerintah Kabupaten Karawang Bupati Karawang26 Oktober 2009

6Rekomendasi Peil Banjir (Lampiran II)595.1/PD.19/DCKDinas Cipta Karya4 Nopember 2009

7Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan) (Lampiran II)503/3693/CKBupati Karawang4 Nopember 2009

9Rekomendasi Pemanfaatan Fly Ash, Bottom Ash, Sludge WWTP dan Limbah Pengecoran Logam (Lampiran II)658.11/1043/WasdalBadan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten KarawangNopember 2009

10Rekomendasi Kelayakan Investasi untuk Pembangunan Tempat Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah B3 dan Pembuatan Batako di Desa Mulyasajati Kec. Ciampel Kabupaten Karawang582/725/Pras-TRBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang13 April 2010

11Ijin lokasi untuk Pembangunan Pengelolaan Dan Pemanfaatan Limbah B3 Serta Pembuatan Batako591.4/KEP.362 Huk/2010Bupati Karawang12 Mei 2010

Sumber : data primer2. Persiapan LahanArea rencana lokasi Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfataan Limbah B3 serta Pembuatan BatakoPT. HARPA merupakan lahan kebun campuran yang berada pada daerah pengembangan wilayah Industri dalam RTRW Kabupaten Karawang. Saat ini kepemilikan seluruh lahannya telah dikuasai PT. HARPA sejak Bulan Agustus 2009 (sertifikat terlampir, pada Lampiran I). Perencanaan yang dilakukan terhadap site plan lokasi meliputi masing-masing unit fasilitas utama dan penunjang, gambar kerja dan spesifikasi teknis, harga satuan material, upah serta anggaran biaya yang diperlukan untuk keseluruhan pendirian lokasi.

B. Tahap Konstruksi1. Pengerahan Tenaga dan pelepasan Hak KerjaKebutuhan tenaga kerja saat konstruksi seluruhnya berjumlah 24 orang. Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja konstruksi kegiatan Pembangunan tempat Pengelolaan limbah B3 serta Pembuatan Batako disajikan pada Tabel 2.9.Tabel 2.9 Jumlah Tenaga Kerja Tahap KonstruksiNoJabatanSatuanJumlah

1.Tukang BatuOrang6

2.Tukang KayuOrang2

3.Tukang BesiOrang4

4.KenekOrang12

Jumlahorang24

Sumber : data primerPengurangan tenaga kerja konstruksi dilakukan pada tahap akhir konstruksi bangunan, dimana kegiatan akan segera dioperasikan. Tenaga kerja yang dilepas adalah tenaga kerja yang merupakan pekerja borongan yang bekerja tergantung pada penyelesaian konstruksi sesuai kesepakatan awal yaitu mandor dan buruh bangunan. Tenaga kerja untuk kepentingan keamanaan proyek dan operasional seperti satpam dan pemeliharaan instalasi tetap dipertahankan.

2. Mobilisasi Alat dan BahanAlat-alat berat yang akan digunakan pada tahap konstruksi disajikan pada Tabel 2.10.Tabel 2.10 Alat-alat Berat dan Alat Pendukung yang Akan Digunakanpada Tahap Konstruksi PT. HARPANoKendaraan/AlatJumlahFungsi

1Colt diesel Dump truck kapasitas 5 m33Mengangkut material

2Colt diesel wing kapasitas5 m31Mengangkut material

3Genset1Sumber energi listrik

4Kompresor1Sumber energi listrik

Sumber : data primerBahan material yang digunakan untuk membangun tempat Kegiatan Pembangunan Tempat Pengelolaan Limbah B3 serta Pembuatan Batako, juga kebutuhan material untuk jalan dapat dilihat pada Tabel 2..11 dan Tabel 2.12.Tabel 2.11 Daftar Kebutuhan Material Berdasarkan Tipe BangunanNo.BarangSatuanTipe bangunanTotalSumber bahan material

Tapak unit pengolahan, gudangKantor dan Labora-torium

1.Batu Kalim3345,6240585,6 Pangkalan, Kab.Karawang

2.Pasirm360,240100,2 Curug, Kosambi Desa Mulya Sejati

3.Bottom Ash (substitusi pasir)m360,240100,2 Kawasan Industri Cikampek

4.Splitm316824 Curug, Kosambi1. Pangkalan, Kab.Karawang

5.BatakoBh1600250025001. Kosambi

6.SemenSak2421153571. Kosambi

Fly Ash (substitusi semen)Sak4320631. Kawasan Industri Cikampek

6.TriplekLembar74111. Kosambi

7.Kayum31,20,51,71. Kosambi

8.Besikg9140980101201. Cakung

Sumber : data primerTabel 2.12 Daftar Kebutuhan Material untuk JalanNoBahanVolumeSumber

1Pasir batu18 m3Desa Mulya Sejati

2Makadam16 m3Purwakarta

3Split18 m3Purwakarta

4Pasir Abu68 m3Purwakarta

Sumber : data primerJalur transportasi alat dan material dapat dilihat pada Gambar 2.12. Jalur mobilisasi alat-alat berat dan beberapa bahan didatangkan dari luar Cikampek adalah sebagai berikut : a. Material besi, batu kali dan split yang berasal dari Cakung, dan Pangkalan, Kab.Karawang melalui : Jalan Raya Klari- Jalan Raya Kosambi- Jalan Raya Curug Kosambi- Jembatan Curug- Jembatan (Pintu Air) Saluran Irigasi Tarum Barat-Jalan Desa b. Mulia Sejati (melalui Dusun Pasir Pogor - Dusun Udug-udug - Dusun Asem - Dusun Karang Anyar - Dusun Liosari) Tapak kegiatan PT. HARPA. c. Material makadam, split, dan pasir abu, batako, semen, tripleks, dan kayu yang berasal dari Purwakarta, Kosambi dan Curug Kosambi melalui : Jalan Raya Curug Kosambi- Jembatan Curug- Jembatan (Pintu Air) Saluran Irigasi Tarum Barat-Jalan Desa Mulia Sejati (melalui Dusun Pasir Pogor - Dusun Udug-udug - Dusun Asem - Dusun Karang Anyar - Dusun Liosari) Tapak kegiatan PT. HARPA. d. Pasir batu yang berasal dari Desa Mulia Sejati melalui Jalan Jalan Desa Mulia Sejati (melalui Dusun Asem - Dusun Karang Anyar - Dusun Liosari) Tapak kegiatan PT. HARPA. Kegiatan mobilisasi alat-alat berat ini akan dilaksanakan pada siang hari. Ritasi kendaraan pengangkut material direncanakan sejumlah 12 kali pulang pergi (dengan jumlah kendaraan yang ada, jika dirata-ratakan menjadi 3 kali ritasi per kendaraan) dalam sehari yang akan terdistribusi selama 180 hari kerja. Selama pengangkutan material, akan dihindarkan hal-hal yang menyebabkan tercecernya bahan/material keluar kendaraan, diantaranya penutupan muatan dengan terpal/plastik untuk bahan/material yang berpotensi menyebabkan debu ke lingkungan.3. Pematangan LahanKegiatan pematangan lahan meliputi pembersihan vegetasi yang ada di lokasi. Tidak dilakukan banyak pengurugan tanah dari kondisi kelerengan sekitar 10 % karena ingin dipertahankan morfologinya untuk keperluan pengaliran gravitasi dari tiap unit pengolahan menuju kolam pengumpul air limbah hasil olahan.4. Konstruksi Bangunan Utama dan PenunjangKonstruksi bangunan utama dan penunjang diuraikan sebagai berikut :a. Pembangunan Bangunan Utama, terdiri dari: Pekerjaan pondasi Pekerjaan pembesian Pekerjaan kuda-kuda dan atap Pekerjaan kusen, pintu dan jendela, kaca Pekerjaan lantai Pekerjaan ruang dan pondasi peralatan produksi Pekerjaan sanitary (perpipaan indoor : air bersih, air kotor, hydrant)- Pekerjaan drainase utama dan lingkungan Pekerjaan electrical indoorb. Prasarana dan Sarana PenunjangPembangunan prasarana dan sarana penunjang terdiri dari: Pekerjaan lahan parkir, perbaikan jembatan penghubung pada jalan akses, pembangunan/perbaikan jalan akses, pembangunan jalan lingkungan, toilet pekerja, musholla, bak sampah, water tank, saluran drainase, jaringan air bersih, jalur pembuangan air limbah, fire protection, penataan landscape (ruang terbuka hijau).Pekerjaan pembetonan pada bangunan PT. HARPA akan dilakukan dengan memanfaatkan limbah Fly Ash (FA) dan Bottom Ash (BA) sebagai salah satu bahan baku pembuatan beton. Pertimbangan dalam keputusan untuk memanfaatkan limbah fly ash dan bottom ash sebagai bahan baku beton adalah menerapkan prinsip pemanfaatan limbah dapat direncanakan menjadi bahan/produk yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi melalui teknik solidifikasi. Panduan dalam pemanfaatan fly ash dan bottom ash sebagai bahan baku beton dengan hasil yang baik adalah berdasarkan hasil literatur yang ditulis oleh Dr. Sukandar, 2009, literatur tersebut menyebutkan bahwa:FA dapat dimanfaatkan sebagai pengganti semen karena diameter butirannya yang halus dan mendekati butiran semen, sedangkan BA dapat digunakan sebagai pengganti agregat halus atau pasir, karena butirannya mendekati butiran agregat halus. Limbah tersebut juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk pembuatan batako karena memiliki kandungan silica oksida (SiO2) yang cukup tinggi yaitu lebih dari 31,04%. Selain itu, limbah tersebut bersifat pozolan, sehingga dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa yang bersifat mengikat. Dengan adanya sifat pozolan tersebut limbah tersebut memiliki prospek untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Nilai waktu pengerasan (setting time) beton yang menggunakan FA atau BA adalah lebih lama daripada beton normal tanpa campuran FA atau BA. Pengujian Hasil Campuran Beton dengan parameter kuat tekan (unconfined compressive strength), dengan metode ASTM C39-94 untuk FA sebagai pengganti sebagian semen mempunyai nilai kuat tekan yang memenuhi persyaratan, yaitu K beton + 1,64 s, dimana K adalah nilai kekuatan beton dan s adalah standar deviasi yang direncanakan. Dengan demikian nilai kuat tekan yang disyaratkan adalah harus lebih besar dari 400 kg/cm2. Dari hasil pengujian kuat tekan terhadap beberapa benda uji dengan berbagai variasi kandungan FA, didapatkan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel 2.13. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase optimum kandungan FA di dalam beton adalah 5%, karena nilai kuat tekan beton yang mengandung FA lebih dari 5% di bawah 400 kg/cm2. Adapun maksimum penggunakan FA di dalam beton adalah 10%, dimana nilai kuat tekannya mendekati 400 kg/cm2. Tetapi untuk bangunan struktur, kekuatan 300 kg/cm2 masih dikategorikan beton normal. Maka, campuran 15% sampai dengan 20% masih dapat dipertimbangkan.Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kuat tekan 28 hari yang dapat mendekati nilai 400 kg/cm2 adalah beton dengan campuran semen : pasir 1 : 3, dengan kandungan BA 50% 100 %. Tetapi nilai tidak dapat mencapai 400 kg/cm2, melainkan antara 312,93 319,07 kg/cm2. Walaupun demikian untuk bangunan struktur, kekuatan 300 kg/cm2 masih dikategorikan beton normal.Tabel 2.13 Kuat Tekan Rata-Rata (Kg/Cm2) dari Beton Umur 28 Hari yang Menggunakan Campuran Fly Ash dalam Kadar 0% - 30%Parameter Umur (Hari)Kuat Tekan Rata-rata (kg/cm2) untuk tiap prosentase Fly ash sebagai pengganti semen

0%5%10%15%20%25%30%

Beton umur 28 hari520491,2386,13374,53307,87234,13198,53

Nilai kuat tekan yang disyaratkan yaitu K beton + 1,64 s400 kg/cm2

Sumber : Sukandar, 2009Data kuat tekan pada beberapa variasi prosentase bottom ash sebagai pengganti pasir dapat dilihat pada Tabel 2.14.Tabel 2.14 Uji Kuat Tekan Batako untuk Tiap Komposisi Bottom Ash Sebagai Pengganti PasirCampuranSemen : PasirUmur(Hari)Kuat Tekan Rata-Rata (Kg/Cm2) Untuk Prosentase Bottom Ash Sebagai Substitusi Pasir

0% BA50% BA100% BA

1 : 33154,93113,67105,87

7246,80189,87182,80

14295,47264,00259,60

28355,07319,07312,93

1 : 4386,6764,1351,20

7113,47105,47100,13

14138,53133,20132,40

28238,67182,67163,20

1 : 5354,5344,8041,47

774,9359,0758,13

14125,87113,33103,60

28157,73137,73121,33

1 : 6341,6038,1336,67

766,0057,2053,33

14108,5368,5365,20

28142,67133,47110,93

1 : 7337,3334,0032,27

741,3340,5339,20

1451,4748,8047,47

28125,73118,80108,53

Sumber : Sukandar, 2009

Hasil Uji Durabilitas (pengujian terhadap faktor perubahan cuaca panas dan dingin). Menurut ASTM D-4843, kehilangan berat maksimum yang diijinkan adalah 30%. Hasil uji durabilitas disajikan dalam Tabel 2.15. Berdasarkan uji durabilitas, pengurangan berat benda uji yang mengandung FA 15% adalah sebesar 8,58%, sedangkan pengurangan berat benda uji yang mengandung BA 50% pada campuran 1 : 3 adalah sebesar 9,23%. Pengurangan berat benda uji maksimum berdasarkan standar ASTM D 4843 adalah 30%. Jadi hasil uji durabilitas masih memenuhi standar ASTM D 4843. Hasil uji TCLP. TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) adalah metoda ekstraksi sampel padat untuk mensimulasikan terlepasnya (leaching) zat zat toksik dari limbah padat. Hasil Uji TCLP Pembuatan Beton Struktur dengan Komposisi FA 15% dan BA 50% (sebagai substitusi pasir) pada campuran semen : pasir 1 : 3 disajikan dalam Tabel 2.16. Dari hasil pengujian tersebut terlihat bahwa logam berat pada hasil pelindian dari benda uji yang telah disolidifikasi masih memenuhi standar baku mutu menurut PP 18/1999 jo PP 85/1999. Tabel 2.15 Hasil Uji Durabilitas Pembuatan Beton Struktur dengan Komposisi Fly Ash 5% dan 10% sebagai pengganti semenKeteranganPengurangan Berat (%)Pengurangan berat benda uji maksimum berdasarkan standar ASTM D 4843

FA 5% dan BA 50% pada campuran 1 : 38,9130%

FA 10% dan BA 50% pada campuran 1 : 39,14

FA 15% dan BA 50% pada campuran 1 : 38,58

Sumber : Sukandar, 2009

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penambahan Fly Ash pada beton sebanyak 15 % dan BA 50% (sebagai substitusi pasir) pada campuran semen : pasir 1 : 3 masih memenuhi persyaratan teknis kuat tekan minimum dan tidak melampaui durabilitas maksimum, sedangkan dari sisi lingkungan melalui uji TCLP pada penambahan yang lebih tinggi dari 10% (15%) masih memenuhi kelayakan lingkungan. Oleh karena itu dalam konstruksi bangunan PT. HARPA ini direncanakan akan memanfaatkan limbah fly ash sebagai 15 % volume dari bahan baku pembetonan, dengan Bottom Ash 50% (sebagai substitusi pasir) pada campuran semen : pasir 1 : 3.Tabel 2.16 Hasil Uji TCLP Pembuatan Beton Struktur dengan Komposisi FA 15% dan Bottom Ash 50% pada campuran 1 : 3No.ParameterHasil uji TCLP (mg/L TCLP)Standard (mg/L TCLP)

100% FABeton dengan kandungan FA 15% dan BA 50% dengan campuran 1:3PP 18/1999 joPP 85/1999Standar USEPA

1Arsen (As)0,050< 0,00155

2Barium (Ba)0,5490,224100100

3Boron (B)< 0,030< 0,030--

4Cadmium (Cd)0,0060,03311

5Chromium (Cr)< 0,0010,02155

6Copper (Cu)< 0,0010,25610-

7Lead (Pb)< 0,0010,01155

8Mercury (Hg)< 0,00001< 0,000010,20,2

9Selenium (Se)0,1310,106--

10Silver (Ag)< 0,0010,01455

11Zinc (Zn)< 0,0010,94650-

Sumber: Sukandar, 2009

C. Tahap OperasionalBeberapa kegiatan yang direncanakan akan dilakukan oleh PT. HARPA adalah kegiatan transportasi limbah B3, pengolahan yang terdiri elektrokoagulasi, dan pembakaran dengan menggunakan insinerator, pemanfaatan limbah menjadi produk batako, serta penyimpanan limbah B3 berupa minyak pelumas bekas, sludge, dan tramp oil. Pentahapan dari kapasitas pengelolaan pada unit-unit di PT. HARPA untuk 5 tahun pertama operasional sudah dicantumkan pada Tabel 2.1.

1. Pengerahan Tenaga KerjaTerdapat beberapa shift yang diberlakukan oleh PT. Haromaien Prima Artha, yaitu :a. Non shift (staff office) = pkl. 08.00-17.00 WIB. b. Operator alat /kendaraan (supir) = pkl. 08.00-17.00 WIB.c. Khusus operator satpam : Shift 1 = pkl 08.00 16.00 WIB Shift 2 = pkl 16.00 24.00 WIB Shift 3 = pkl 00.00 08.00 WIBRencana jumlah karyawan dan pembagian tugas disajikan dalam Tabel 2.17.Tabel 2.17 Rencana Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan 2 Tahun PertamaKlasifikasi PekerjaJumlah OrangPer Shift/alatTingkat pendidikanJumlah Shift/alatPer tahunJumlah karyawan per tahun

Th 1Th2Th3Th4Th5Th1Th2Th3Th4Th5

Manager1Sarjana1111111111

Staff Administrasi2SMA1111122222

Operator Insinerator3STM Mesin2222266666

Operator Elektro-koagulasi3STM Mesin1111133333

Operator Batako4STM Mesin4 mesin44441616161616

Supir1SMA/STM4 ken-daraan8 ken-daraan9 ken-daraan4 ken-daraan4 ken-daraan48999

Kenek1SMP4 ken-daraan8 ken-daraan9ken-daraan4 ken-daraan4 ken-daraan48999

Operator pengumpul minyak bekas1STM1111111111

Satpam2SMA3333366666

Total4351535353

Sumber : data primerSeluruh karyawan yang bertanggung jawab terhadap unit insinerator, unit elektrokoagulasi, unit pengumpul minyak bekas, unit pembuatan batako, sopir, dan kenek kendaraan transporter limbah B3 akan mendapat training untuk pengoperasian unit tersebut dari pihak manufaktur alat agar pengoperasian dapat berjalan sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP) dan lembaga pelatihan yang berkompeten untuk pelatihan tanggap darurat terhadap tumpahan limbah B3.

2. Transportasi Limbah B3Pengangkutan limbah B3 yang merupakan penjemputan limbah dan pengiriman hasil produksi rencananya akan ditangani langsung oleh PT. HARPA. Pengangkutan limbah B3 oleh PT. HARPA dilakukan dengan alat angkut khusus yang memenuhi persyaratan dengan tata cara pengangkutan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rencana jumlah, jenis, dan kapasitas dari kendaraan yang akan digunakan oleh PT. HARPA untuk mengangkut limbah B3 pada 5 tahun pertama operasional disajikan pada Tabel 2.18.Tabel 2.18 Rencana Jumlah, Jenis, dan Kapasitas dari Kendaraan Armada Transporter Limbah B3 PT. HARPA pada 5 Tahun PertamaJenis kendaraanKapasitasRencana Penambahan Jumlah Kendaraan / tahunJumlah

Tahun ke-1Tahun ke-2Tahun ke-3Tahun ke-4Tahun ke-5

Colt diesel dump truck5 ton32---5

Colt diesel wing5 ton11---2

Colt diesel truk tangki5 ton-1---1

Colt diesel wing box5 ton--1--1

Jumlah441--9

Sumber : Data PrimerPada tahun pertama akan dioperasikan 4 kendaraan. Masing-masing kendaraan berkapasitas 5 ton yang masih terbatas dan diutamakan hanya melayani kebutuhan mobilisasi limbah PT. HARPA, yaitu 3 buah Colt diesel dump truck, dan 1 buah Colt diesel wing. Pada tahun kedua akan ada penambahan 4 buah kendaraan lagi yaitu 2 buah Colt diesel dump truck, 1 buah Colt diesel wing, dan 1 buah truk tangki. Pada tahun ketiga akan dilakukan penambahan 1 buah truk colt diesel wing box. Jadi pada tahun ke-3 ini jumlah kendaraan transporter sudah mencapai jumlah maksimum pada 5 tahun pertama dan mulai melayani transportasi limbah B3 dari konsumen lainnya ke pihak ke-3 berizin di luar pengangkutan limbah yang akan diolah di tapak PT. HARPA. Beban pekerjaan untuk kendaraan transporter PT. HARPA untuk melakukan pengangkutan limbah dari dan ke tapak kegiatan PT. HARPA dapat dilihat pada Tabel 2.19.Tabel 2.19 Berat Limbah yang diangkut dari Kegiatan PT. HARPA dalam 1 HariUnit PengelolaanJenis pekerjaanBerat bahan per hariKeterangan

Elektrokoagu-lasiMengangkut limbah datang4 ton/hariKapasitas operasional maksimum per hari 0,5 m3/jam x 8 jam = 4 m3/hari = 4 ton/hari

InsineratorMengangkut limbah datang3 ton/harioperasional maksimum 16 jam per hari dengan kapasitas 300 kg/jam solid 100 kg/jam water = 3,2 ton/hariDikurangi yang akan dibakar tetapi berasal dari elektrokoagulasi PT. HARPA = 0,2 ton/hari sludge + 0,005 ton/hari limbah cair Bak pengendap I ) = 2,995 ton/hari (dibulatkan menjadi 3 ton/hari)

Mengangkut abu pembakaran insinerator ke pihak ke-3 yang berijin dari KLH0,257 ton/hariAbu sisa pembakaran insinerator 16,08 kg/jam x 16 jam operasional = 257,28 kg/jam = 0,257 ton/hari

Produksi batakoMengangkut kedatangan bahan baku26,127 ton/hariKapasitas batako 4000 buah /hari. Berat batako : 6,54 kg x 4000 buah = 26.127 kg / hari

Mengangkut produk ke pemasar26,127 ton/hari

Penampungan minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludgeMengangkut kedatangan minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge8,733 ton/hari108 drum x 200 liter = 21600 liter + Kapasitas maksimum oli di tangki : 5000 liter = 26.600 liter = 26.600kgAsumsi Waktu tinggal dalam penyimpanan 3 hari maka kapasitas kedatangan dan kepergian masing-masing = 26,2 ton /3 = 8,733 ton /hari

Mengangkut minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge ke pihak ke-3 yang berijin dari KLH8,733 ton/hari

Berat total pengangkutan72,977 ton/hari

Sumber : Hasil Perhitungan, 2010Dari Tabel 2.19 didapatkan berat bahan per hari untuk setiap unit pengelolaan. Perhitungan untuk setiap unit pengelolaan telah disajikan pada kolom keterangan. Dengan berat total pengangkutan adalah 72,977ton dan kapasitas masing-masing kendaraan adalah 5 ton, maka didapatkan 15 ritasi/hari yang direncanakan akan dilakukan oleh PT. HARPA. Apabila kemampuan ritasi untuk 1 kendaraan per hari dengan 8 jam kerja adalah 2 ritasi, maka jumlah kendaraan yang diperlukan adalah sebanyak 8 kendaraan. Dengan demikian, tersisa 1 kendaraan cadangan atau untuk pengakomodasian layanan pengangkutan limbah B3 yang tidak menuju PT. HARPA.Kendaraan transpoter limbah B3 PT.HARPA akan diuji emisinya satu tahun sekali sesuai dengan standar Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No 05 tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang untuk Kendaraan Bermotor Lama. Standar yang akan digunakan adalah kendaraan berkatagori N (kendaraan roda 4 atau lebih yang digunakan untuk angkutan barang) yaitu besaran konsentrasi karbon monoksida (CO) dalam emisi tidak melebihi 1,5%, yaitu besaran konsentrasi hidrokarbon (HC) tidak melebihi 200 ppm, dan nilai opasitas (penyerapan tingkat cahaya oleh asap) akan memenuhi ketentuan untuk kendaraan baru (di atas tahun pembuatan 2010) dengan berat total kendaraan 3,5 ton yaitu sebesar 50% HSU.Uji emisi gas buang kendaraan transpoter limbah B3 PT.HARPA akan dilakukan setiap 1 (satu) tahun dilakukan oleh bengkel kendaraan yang telah memenuhi persyaratan (bersertifikasi) yang mendapatkan ijin dari Gubernur Jawa Barat.Rencana akses jalan masuk lokasi PT.HARPA hanya melalui satu alternatif jalan yaitu adalah Keluar tol Karawang Timur, melalui Jalan Raya Klari - Jalan Raya Kosambi - Jalan Raya Curug Kosambi- Jembatan Curug- Jalan Setelah Jembatan Curug sampai Jembatan (Pintu Air) Saluran Irigasi Tarum Barat-melintasi Jembatan (Pintu Air) Saluran Irigasi Tarum Barat- Jalan Kecamatan Ciampel melintasi Dusun Pasir Pogor, Udug-udug, Asem, Karang Anyar, dan Liosari hingga mencapai Lokasi PT. HARPA. Rencana akses jalan yang dilalui kendaraan transporter limbah B3 digambarkan pada Gambar 2.13.3. Pengumpulan Limbah BerminyakKegiatan pengumpulan limbah berminyak merupakan kegiatan penampungan limbah minyak pelumas bekas, tramp oil, dan sludge oil untuk disalurkan ke pihak ke-3 yang berijin dari KLH. Kemasan pengumpulan limbah berminyak yang akan dilakukan PT. HARPA meliputi: a. Satu buah tangki pengumpul limbah berminyak dengan kapasitas 5.000 liter dan akan diberi simbol/label sebagai bahan yang mudah terbakar. Untuk keperluan pengumpulan dengan tangki ini akan dibuat bangunan khusus dengan luas 5m x 5m.b. Kemasan limbah berminyak berbentuk drum akan ditempatkan pada ruang seluas 10m x 10m. Luas bangunan ini mampu menampung penampang 36 drum volume 200 liter berikut jalan keluar masuk kendaraan forklift. Bila gudang penyimpanan ditumpuk dalam 3 lapis (dialasi palet), kapasitas maksimum penyimpanan limbah berminyak pelumas dalam kemasan drum ini adalah 3 x 36 drum = 108 buah drum.

Gambar 2.12 Transportasi Pengangkutan Limbah B3

Tabel 2.20 menunjukkan karakteristik kadar logam dalam minyak pelumas bekas menurut sumbernya yang akan dikumpulkan di PT. HARPA.Tabel 2.20 Karakteristik Minyak Pelumas Bekas Menurut SumbernyaNoSumber AsalnyaUnsur LogamSimbol

1.PistonAluminium, Copper, dan IronAl, Cu, Fe

2.Ring PistonChromium, Nickel, MolybdenumCr, Ni, Mo

3.BantalanAlumunium, Antimon, Cadmium, Cobalt, Copper, Lead, Magnesium, Silver, Tin, ZincAl, Cd, Co, Cu, Pb, Mg, Zn

4.SilinderChromium, IronCr, Fe

Sumber : Duraposita Chemical Teknologi Penjernihan Oli Bekas, 2010Rencana teknis bangunan pengumpulan limbah berminyak yang akan dilakukan di PT. HARPA adalah sebagai berikut:a. Lantai dibuat kedap terhadap minyak. b. Lantai dilengkapi dengan saluran penampung ceceran dengan kelandaian maksimum 1% dan diarahkan ke saluran dan bak penampung. c. Jika terdapat ceceran limbah yang tidak memasuki saluran penampung, pembersihan dilakukan dengan menempelkan pasir kuarsa pada ceceran minyak kemudian dibakar menggunakan insinerator.d. Bangunan penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap tanpa dinding sehingga dapat mencegah terjadinya limpasan air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau pengumpulan.

4. Pengolahan Limbah dengan ElektrokoagulasiJenis limbah di PT. HARPA yang pengolahannya akan dilakukan secara elektrokoagulasi adalah limbah coolant (coolant water). Pengolahan limbah ini akan dilakukan mengacu kepada Standar Baku Mutu efluen limbah cair berdasarkan Keputusan Ketua Bapedal No. 03 tahun 1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3.Pada dasarnya, elektrokoagulasi adalah proses destabilisasi kontaminan tersuspensi dan teremulsi dalam media larutan dengan menggunakan arus listrik ke dalam media. Arus listrik mendorong sejumlah reaksi kimia tergantung dari jenis dan sifat elektrode dan media larutan. Ketika arus melewati media, ion dari elektroda reaktif dapat mendestabilisasi partikel koloid. Dengan demikian, bentuk kontaminan terendapkan dan dapat dengan mudah dihilangkan dengan banyak cara pemisahan. Proses pengendapan terjadi sebagaimana proses koagulasi dengan koagulan terbentuk dari eletrode reaktif yang dipicu oleh arus searah. Selama proses, ion logam yang berperan sebagai koagulan akan terus menerus diproduksi di anode. Kation ini akan mendorong terjadinya koagulasi dari polutan yang terdispersi pada larutan. Elektroda yang akan dipasang pada unit elektrokoagulasi PT. HARPA adalah pelat aluminium. Pada proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminium, akan terbentuk Al(OH)n dengan n = 3 atau 3 di anoda. Partikel polutan akan berinteraksi dengan Al(OH)n. Reaksi pementukan Al(OH)n tersebut adalah sebagai berikut: Al3+ + H2O AlOH2+ + H+AlOH2+ + H2O Al(OH)2+ + H+Al(OH)2+ + H2O Al(OH) 30 + H+Al(OH) 30 + H2O Al(OH) 4- + H+AlOH2+ ; Al(OH) 30 ; dan Al(OH) 4- bertindak sebagai koagulan untuk menangkap dan mengendapkan partikel koloid emulsi limbah coolant. Karakteristik Limbah CoolantCoolant bagi metalworking industries mempunyai beberapa fungsi dan kegunaan seperti yaitu bahan utama dalam proses pengolahan logam untuk memperpanjang usia alat (tidak cepat aus). Dalam proses produksi coolant dibutuhkan agar transfer panas optimum, mereduksi muatan panas pada alat potong dan proses lainnya, mereduksi geseran dengan lubrikasi yang baik, mereduksi terjadinya kerusakan, kekuatan pemotongan dan penggunaan energi, dan menghilangkan bagian atau sisa-sisa dari zona pemotongan. Limbah coolant adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah coolant termasuk kedalam limbah-limbah campuran dan merupakan limbah cair yang tidak continue atau tidak bisa dimanfaatkan lagi. Limbah coolant yang dihasilkan dari proses produksi biasanya terdiri dari:a. Emulsi coolant yang sudah rusakb. Tramp oilc. Bahan organikd. Bahan anorganike. Serbuk logam f. BakteriSifat dari limbah coolant adalah berwarna, berbau dan termasuk kedalam limbah yang sangat berbahaya karena memiliki daya tosik atau racun yang dapat memutuskan mata rantai dari suatu tatanan lingkungan hidup. Coolant yang sudah dipakai selanjutnya menjadi limbah dan termasuk golongan limbah cair yang berwarna putih, kotor, keabu-abuan, berbau busuk serta banyak mengandung minyak dan lemak. Karakteristik lumpur limbah coolant yang diolah dengan alat elektrokoagulasi dapat dilihat pada Tabel 2.21. Lumpur kering hasil pengolahan lumpur dari reaktor elektrokoagulasi dengan filter press kemudian dapat dibakar menggunakan insinerator. Tabel 2.21 Kandungan Zat Kimia Limbah CoolantNo.BesaranSatuanBesaran*)Standar Baku Mutu **)Efisiensi pengolahan yang diperlukan

Fisika

1TemperaturC26,438-

2Zat Padat Terlarutmg/l2800,0200028,5 %

3Zat Padat Tersuspensimg/l615,020067 %

4KekeruhanNTU8,6--

5DHLS/cm594--

Kimia

1pHmg/l6,536-9-

2Besimg/l17,44571 %

3Manganmg/l1,43228 %

4Bariummg/l0,002-

5Tembagamg/l0,492-

6Sengmg/l2,415-

7Krom Val 6mg/l0,0040,1-

8Krom Totalmg/l0,000,5-

9Cadmiummg/l0,000,05-

10Raksamg/l0,000,002-

11Timbalmg/l0,340,0197 %

12Stanummg/l0,002-

13Arsenmg/l0,000,1-

14Seleniummg/l0,000,05-

15Nikelmg/l0,000,2-

16Kobaltmg/l0,000,4-

17Sianidamg/l0,000,05-

18Sulfidamg/l0,330,05-

19Fluoridamg/l0,222-

20Klorin Bebasmg/l0,001-

21Amoniakmg/l0,621-

22Nitratmg/l0,0020-

23Nitritmg/l0,001-

24BOD5mg/l13545,85099 %

25CODmg/l23904,3610099 %

26Senyawa aktif biru metilen (MBAS)mg/l2,055-

27Fenolmg/l0,000,5-

28Minyak Nabatimg/l1,2710-

29Minyak Mineral (AOX)mg/l6,290,592 %

Sumber: *) Aggung, ,2005**) Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengolahan Limbah Industri B3, Keputusan kepala BAPEDAL No.03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan dan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun)

Dari uji keberadaan logam berat pada limbah coolant, dengan list sesuai yang tercantum pada Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengolahan Limbah Industri B3 yang tercantum dalam Keputusan kepala BAPEDAL No. 03/Bapedal/09/1995 tentang tentang Persyaratan Teknis Pengolahan dan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun, logam berat terkandung di dalamnya adalah besi, mangan, tembaga, seng, krom valensi 6, dan timbal. Yang melebihi baku mutu tersebut adalah besi, mangan, dan timbal. Sedangkan kandungan parameter lainnya yang melebihi baku mutu adalah zat padat terlarut, zat padat tersuspensi , BOD5, COD, dan kandungan AOX. Persyaratan efisiensi pengolahan yang dibutuhkan tertera pada Tabel 2.21, efisiensi pengolahan yang paling tinggi dibutuhkan adalah COD dan BOD5. Berdasarkan hasil pengalaman mengolah limbah coolant menggunakan proses Elektrokoagulasi, nilai efisiensi rata-rata yang dihasilkan di atas 95% untuk menyisihkan logam berat dan parameter lainnya yang terdapat dalam limbah coolant (Aggung, 2005).Bila beban pengolahan yang masuk ke unit elektrokoagulasi cukup tinggi, maka dapat dilakukan resirkulasi efluen hasil pengolahan sampai dihasilkan kualitas efluen yang memuaskan dan sesuai baku mutu limbah efluen cair. Alur proses pengolahan limbah cair dengan elektrokoagulasi dan skema reaktor elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 2.14. dan Gambar 2.15.Proses elektrokoagulasi berjalan sebagai berikut:a. Limbah cair dimasukan kedalam bak pemisah awal dengan tujuan untuk memisahkan tramp oil (minyak) dari limbah dan memisahkan padatan yang memungkinkan dipisahkan secara gravitasi guna meringankan beban pengolahan dalam reaktor elektrokoagulasi. b. Tramp oil dan sludge dari bak pengendap selanjutnya dipindahkan secara manual ke dalam drum yang terpisah untuk dibakar di insinerator.c. Cairan limbah yang sudah dipisahkan dari minyak dan padatan terendapkan selanjutnya dipompakan ke reaktor elektrokoagulasi.d. Didalam reaktor, proses elektrokimia berlangsung diproses menggunakan 2 elektroda aluminium dan rectifier sebagai pensuplai arusnya. Reaktor ini adalah tempat terjadinya proses elektrokimia. Reaktor ini terdiri dari bak proses yang dilengkapi dengan slot-slot tempat menempel eketroda-elektroda yang dialiri arus listrik. Arus listrik yang digunakan adalah arus DC (detonating current) atau disebut juga arus searah yang bermuatan tinggi namun berpotensial rendah sehingga tidak berbahaya bagi manusia maupun peralatan lain. e. Setelah settling terjadi limbah yang sudah terkoagulasi di salurkan ke lamella oleh pompa efluen dengan tujuan memisahkan antara sedimentasi dan air sisa.f. Air sisa dari lamella akan dialirkan ke dalam bak kontrol. g. Lumpur yang terpisahkan dari lamella selanjutnya akan difiltrasi dengan filter press untuk mengurangi volume dan kadar airnya, sehingga yang tersisa adalah cake kering. Air filtrat dari filter press akan disalurkan ke bak kontrol h. Air hasil pengolahan dalam bak kontrol ini diuji terlebih dahulu untuk parameter COD dan pH. Bila efisiensi penyisihan COD kurang dari 99 % maka akan air hasil olahan akan lalukan kembali ke reaktor elektrokoagulasi (proses resirkulasi). Bila pH terlalu asam/basa maka akan dilakukan proses netralisasi melalui penambahan kapur(Ca(OH)2).

Uji laboratorium pH dan COD

Limbah coolant

Tramp oil , Endapan Pemisahan secara gravitasi dalam bak pemisah awal

Dibakar di insinerator PT. HARPA

Pengumpulan dalam drum

Diolah dengan elektrokoagulasi Cairan limbah

Cake

Pemisahan cairan dan padatan dengan Lamella dan filter press

Cairan

Dimanfaatkan kembali untuk kegiatan pengelolaan limbah B3 PT. HARPA

Ditampung dalam bak kontrol

Tidak memenuhi efisiensi 99 % pengolahan COD

Memenuhi efisiensi 99 % pengolahan CODpH netral

Dikumpulkan dalam kolam pengumpul Uji laboratorium pH dan COD

pH terlalu asam/basa

Netralisasi pH

Gambar 2.13 Alur Proses Pengolahan Limbah Cair Dengan Elektrokoagulasi

i. Air di dalam bak kontrol yang sudah memenuhi efisiensi COD 99 % dan pH yang sudah netral akan disalurkan ke kolam penampung untuk selanjutnya digunakan kembali untuk keperluan pengelolaan limbah B3 di PT. HARPA terutama untuk keperluan pemeliharaan alat elektrokoagulasi, insinerator, dan air campuran untuk membuat batako.

Skema terkait dengan penjelasan elektrokoagulasi diatas dapat dilihat pada Gambar 2.15. Unit-unit yang terdapat pada elektrokoagulasi tersebut adalah:a. Bak pemisah awal dan pompa. Fungsi : memisahkan tramp oil (minyak) dari limbah dan memisahan padatan yang memungkinkan dipisahkan secara gravitasi. Kapasitas 2m3 dengan bahan concrete tank. Bak ini dilengkapi dengan pompa sentrifugal yang berfungsi mengalirkan air dari bak pemisah menuju reaktor elektrokoagulasi. Kapasitas pompa 2 m3/jam x 5 mH b. Reaktor elektrokoagulasi dan pompaFungsi : Tempat terjadinya proses elektrokimia. Terdiri dari bak kaca yang dilindungi oleh struktur besi dan dilengkapi dengan slot-slot tempat duduk semua elektroda. Elektroda yang dipasang berjumlah 20 buah terdiri dari 10 katoda berbahan aluminium dan 10 anoda berbahan stainless steel SS304 plate. Bahan dari gelas dengan dudukan dari besi. Ukuran reaktor 2 meter x 0,8 meter x 0,8 meter, dengan volume volume efektif 1 m3. Aliran limbah dari atas ke bawah. Reaktor dilengkapi dengan pompa yang berfungsi mengalirkan aliran resirkulasi air pengencer ke dalam reaktor untuk mempertinggi efisiensi pengolahan. c. Rectifier Fungsi : Pembangkit dan pensuplai arus bagi elektroda. Terdisi dari kumparan trafo dan diode sebagai penyearah arus dari tegangan tinggi AC 3 phase menjadi tegangan rendah DC dan arus yang besar. Input (primary) adalah AC 380 V/400A/50 Hz dirubah menjadi output (secondary) DC 40V/2000A/50Hz. d. Lamella Fungsi : Membantu memisahkan antara air dan flokulant atau koagulan hasil dari proses elektrokimia di dalam reaktor sebelum masuk ke filter press. Terdiri dari lapisan-lapisan fiber bergelombang yang tersusun menyerupai sarang tawon untuk memerangkap flok yang terbentuk pada reaktor elektrokoagulasi. Kapasitas lamella adalah 2 m3. e. Filter PressFungsi : Memadatkan lumpur melalui penyaringan lumpur dari lamella sehingga membentuk cake dengan kandungan air 60-70%. Komponen filter press adalah susunan dari beberapa filter plate yang dibungkus oleh filter clotes dan dirapatkan oleh sebuah bidang plat besi yang ditekan dengan hidrolik. Air campuran (air bersama flokulan dan koagulan) dipompakan oleh sebuah membrane pump melewati susunan filter plate melalui lubang tengah hingga tersaring oleh filter slothes menjadi jernih dan keluar melalui lubang-lubang pinggir dari masing-masing filter plate yang kemudian dialirkan ke bak kontrol. Kapasitas filter press untuk 1 jam operasi dengan kapasitas maksimum 480 liter cairan input. Bak ini dilengkapi dengan pompa yang berfungsi memberikan tekanan 30 ton dengan electric power pack maksimum 200 bar. f. Bak kontrol Fungsi : tempat penampungan air bersih (filtrat) dari proses filter press dan lamella. Juga tempat mengambil sampel air efluen untuk diuji di laboratorium. Kapasitas bak kontrol yang disiapkan adalah 6 m3.

Gambar 2.14 Skema Reaktor Elektrokoagulasi di PT. HARPA

Berdasarkan hasil uji toksisitas menggunakan metoda Bioassay dari hasil pengolahan limbah coolant menggunakan reaktor elektrokoagulasi maka didapatkan hasil bahwa nilai LC50 dari limbah cair coolant yang semula dari agak toksik (slight toxic) efluen dan lumpur yang dihasilkannya, menjadi tidak toksik (practically non toxic). Data hasil uji toksisitas dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Gambar 2.15 Neraca Massa Elektrokoagulasi di A3

Tabel 2.22 Hasil Uji Toksisitas Hasil Pengolahan Limbah Coolant menggunakan Elektrokoagulasi Menggunakan Metoda Bioassay

Material yang di ujiNilai LC50 *)Hasil **)

1. Limbah coolant26,076 mg/liter Slight toxic

2. Filtrat limbah coolant setelah diolah menggunakan elektrokoagulasi 572,39 mg/literPractically non toxic

3. Lumpur basah limbah coolant setelah diolah menggunakan elektrokoagulasi3962 mg/literPractically non toxic

4. Lumpur kering limbah coolant setelah diolah menggunakan elektrokoagulasi2320 mg/literPractically non toxic

Sumber : *) PT. Centra Multi Karya, 2010**) Berdasarkan standar US Fish and World Life Service, 1984

Reaktor elektrokoagulasi yang akan dipergunakan oleh PT. HARPA mempunyai volume 1.200 liter dengan kapasitas minimum 400 Liter/jam dan kapasitas maksimum 600 Liter/jam dengan waktu operasi 8 jam perhari. Neraca massa dari pengolahan menggunakan unit elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 2.16.

Neraca massa tersebut disusun berdasarkan perkiraan beban pengolahan limbah yang akan diterima oleh unit elektrokoagulasi di PT. Haromaien Prima Artha dengan kapasitas harian 4 m3/hari. Lumpur endapan (sludge) dan minyak (tramp oil) yang tersisihkan dari rangkaian proses ini akan dibakar di unit insinerator.5. Pemusnahan Limbah B3 Menggunakan InsineratorInsinerasi adalah proses pemusnahan material organik secara termal melalui proses pembakaran dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungannya. Perbedaannya dengan pembakaran biasa adalah dari segi kualitas emisi gas buang dan abu yang dihasilkan. Emisi gas buang yang dihasilkan dari proses insinerasi tidak berasap dan dapat memenuhi baku mutu emisi yang ditetapkan pemerintah.Limbah organik direaksikan dengan oksigen dari udara dan dengan bantuan suplai panas dari bahan bakar menghasilkan padatan sisa (abu), gas buang serta panas sisa pembakaran. Secara ideal reaksi kimia dari proses pembakaran adalah sebagai berikut:CxHyOz + ( x + y/4 z/2) O2 xCO2 + y/2 H2OPembakaran dapat terjadi dengan sempurna jika tersedia cukup udara, bahan bakar tambahan untuk pembakar, dan waktu kontak untuk melangsungkan pembakaran. Dalam suatu sistem bertemperatur tinggi, material organik tanpa oksigen yang cukup secara stoikiometri akan mengalami proses pirolisa. Pirolisa adalah reaksi endodemik (membutuhkan panas) yang menguraikan senyawa organik dalam sampah menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Flow diagram insinerasi dapat dilihat pada Gambar 2.17.Insinerator yang dirancang memiliki dua ruang bakar, satu first chamber dan second chamber. First chamber terutama berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pirolisa. Ke dalam first chamber disuplaikan 30% - 60% oksigen stoikiometrik. Oksigen tersebut digunakan untuk membakar sebagian sampah sehingga temperatur pirolisa dapat tercapai dan dipertahankan. Pada sistem seperti ini pembakaran sempurna hanya terjadi di bagian atas limbah sampah karena bagian inilah yang terlebih dahulu terkena api pembakar. Sedangkan pada limbah bagian lain terjadi pemecahan sampah secara molekuler menjadi lebih kecil dan sederhana yang disebut dengan pirolisa. Gas-gas hasil pirolisa selanjutnya dicampur terlebih dahulu dengan udara (oksigen) di ruang pencampuran (mixing), kemudian dibakar sempurna di second chamber. Pencampuran dengan oksigen menyebabkan metana, etana dan karbon monoksida dan gas-gas hasil pirolisa lainnya terurai menjadi uap air dan karbon monoksida. Hasil pembakaran di second chamber sangat ditentukan oleh kuantitas oksigen dan kualitas pencampurannya. Padatan sisa pembakaran di first chamber berupa padatan tak terbakar (logam, kaca), abu (berupa mineral) maupun karbon berupa arang akibat pembakaran yang miskin oksigen. Arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara kontinu selama pembakaran berlangsung.

Pengelolaan diserahkan pada penimbun yang berijin resmi dari KLH PENAMPUNGAN ABUFRAKSI PEMBAKARANFRAKSI PEMBAKARAN

Dibuang ke lingkunganYANG TIDAK TERBAKAR : GARAM, LOGAM

ResirkulasiUdara (oksigen)

Gas Emisi

Air Lumpur Wet Scrubber GAS GASIFIKASI

GAS SISA PEMBAKARANPANAS (SAMPAH)SUMBERLIMBAH

GAS SISA PEMBAKARAN

LIMBAH

Udara (oksigen)Panas (Supp.fuel)

Udara (oksigen)First chamberSecond chamber

Gambar 2.16 Flow Diagram InsinerasiProses insinerasi limbah memerlukan waktu. Dalam tahap perancangan insinerator waktu pemusnahan limbah diidentifikasi sebagai recidence time dan retention time. Recidence time adalah waktu yang diperlukan oleh sampah padat dengan jumlah tertentu untuk dibakar habis menjadi abu. Retention time adalah lamanya waktu tinggal gas di dalam ruang bakar.Pembakaran sempurna berlangsung jika temperatur titik nyala tercapai dalam suatu sistem dengan oksigen yang cukup secara stoikiometris dengan kondisi pencampuran yang baik antara material yang dibakar dan udara.Limbah padat, lumpur, dan limbah cair yang diolah pada unit insinerator PT. HARPA berasal dari kegiatan produksi dan industri dengan jenis yang beragam. Jenis limbah dan karakteristik limbah B3 yang akan diolah dengan unit insinerator dapat dilihat pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23 Jenis dan Karakteristik Limbah yang Akan Diolah dengan Insinerator PT. HARPAJenis Limbah *)Massa*)Wetbasis**)KadarKelembaban**)Heating Value**)Ultimate Analysis of Components (dry basis)**)Density**)

CHONSAsh(anorganik)Total

kg/hari% berat% beratbtu/lb%berat%berat%berat%berat%berat%beratkg/L

Hand glove (rubber)350036.4621400081.3510.017.3801.2501000.2

Rag terkontaminasi (majun, plastik)400041.6710750069.7410.25.910.012.1521000.24

Sludge dari proses elektrokoagulasi dan keluaran wet scrubber pada insinerator PT. HARPA120012.575430026.183.4620.370050***)1000.85

Oil Sludge4004.17115241962.101.20.410.291001.01

Paint Sludge4004.1711250066.99.65.22016.31001

Waste water mengandung minyak, outlet bak pengendap (pemisahan minyak) dari unit elektrokoagulasi PT. HARPA1001,04751806581,0411,037,460,030,330,111000,961

Total9600100

Gambar 2.17 Insinerator

Dalam tabel tersebut komposisi limbah dinyatakan dalam senyawa organik C,H,O,N,S. Senyawa anorganik seperti logam berat dinyatakan sebagai ash, yang tidak akan terbakar. Kandungan yang sudah dipastikan ada dalam ash (sludge dari proses elektrokoagulasi) dan keluaran wet scrubber pada insinerator PT. HARPA adalah besi, mangan, dan timbal. Sisanya yang terdapat dalam oil sludge, paint sludge, limbah berminyak dari elektrokoagulasi, adalah logam berat : Kromium, Arsen, Kadmium, Timbal, Merkuri. Spesifikasi teknis insinerator yang akan digunakan oleh PT. HARPA tercantum pada Tabel 2.24 dan insinerator yang akan digunakan oleh PT. HARPA disajikan pada Gambar 2. 18.Insinerator yang akan dipasang di PT. HARPA berjumlah 1 buah dengan kapasitas bakar maksimum 300 kg/jam untuk limbah padat dan 100 L/jam untuk limbah cair. Jenis Insinerator adalah Continues Reciproceting Grate Insinerator, secara teknis insinerator ini memungkinkan dioperasikan secara kontinu. Namun, pada tahap awal pengembangan PT. HARPA sampai tahun ke-5 akan dioperasikan selama 16 jam sehingga beroperasi secara batch. Insinerator tersebut terdiri dari 2 chamber (kamar) pembakaran. Chamber pertama berdimensi luar : 6 m (panjang) x 2,2 m (lebar) x 3 m (tinggi), volume efektif ruang bakarnya adalah 11,7 m3. Chamber pertama dilengkapi dengan sistem pembakar tipe Heavy oil burner gun dengan kapasitas maksimum 20 liter/jam berjumlah 2 buah.Tabel 2.24 Spesifikasi Teknis Insinerator yang akan dipasang di PT. HARPAParameter

Deskripsi teknis

Nama pabrik pembuatPT Centra Multi Karya

Jenis Insinerator Continues Reciproceting Grate Insinerator

Kapasitas300 kg limbah padat per jam100 liter limbah cair per jam

Volume First chamber11,7 m3

Dimensi First chamber Dimensi luar : 6 m (panjang) x 2,2 m (lebar) x 3 m (tinggi)

Volume Second Chamber6,7 m3

Dimensi Second ChamberDiameter 1,9 m dan tinggi 6 m meter.

Pencampuran udara-limbah 30% udara / 70 %limbah

Sistem bahan bakar dan spesifikasi pembakar (burner):

1st chamber burnerType : Heavy oil burner gun type

Kapasitas : maksimum 20 liter/jam

Electric motor : 1 kW 3- , 380 V. 50 Hz

Jumlah : 2 unit

2nd chamber burnerType : Heavy oil burner gun type

Kapasitas : maksimum 20 liter/jam

Electric motor : 1 kW 3- , 380 V. 50 Hz

Jumlah : 3 unit

Sistem pemutus umpan (feeding system) untuk limbah padat Elevator Bucket Lift Feeder

Sistem feed limbah cair Tipe : Atomizer Sprayer

Noozle : Spiral jet

Material : Ss304

Kapasitas : maksimim 100 liter/jam

Jumlah : 2 unit

Temperatur di 1st chamber600oC 800oC

Tekanan di 1st chamberNegatif (dibawah tekanan atmosfir)

Temperatur di 2nd chamber1000oC 1200oC

Tekanan di 2nd chamberNegatif (dibawah tekanan atmosfir)

Gas Retention Time1-2 detik

Sistem suplai udara (blower):

1st chamber blowerTipe : sentrifugal (Sirocco fan)

Kapasitas : Maksimal 2500 cmh

Electric motor : 1 HP, 380 V, 50 Hz

Jumlah : 1 unit

2nd chamber blowerTipe : sentrifugal (Sirocco fan)

Kapasitas : Maksimal 2500 cmh

Electric motor : 1 HP, 380 V, 50 Hz

Jumlah : 1 unit

Cerobong Tinggi : 14,5 meter / tinggi total dari permukaan tanah 16 meter

Diameter : 1,2 meter

Aksesoris : Air Emission Quality Sampling plat form and ladder

Peralatan pencegah pencemar udara : Wet Scrubber Diameter : 1,16 m

Tinggi : 3,4 m

Cooling system : water jacket

SS centrifugal pump cap : vertical in line multi stage 3m3/jam x 3 m head

Material : SS 304

Centrfugal blower : CKE SS turbo blower

Spiral jet noozle : SS304

Temperatur gas di inlet scrubber : 150oC

Temperatur gas di outlet scrubber : 50oC

Tempat dan Deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran, dan alat-alat pengontrol yang lain :

Combustion Control system Kontrol otomatis dan manual untuk pembakaran dan pendinginan dari temperatur ruang bakar

1st chamber dan 2nd chamber thermocontrol Power supply : 100 240 volt

Input sensor : k,j,r,e,t,n,s,w

Control : on/off

Output : relay 250 VAC 3 SPDT

Jumlah : masing-masing chamber 1 unit

1st chamber dan 2nd chamber Thermocouple Type : K (CA)

Class : 0,75

Max temp : 1200 oC

Material : Ceramic, SUS 316 support holder

Panjang : 25 cm

Diameter : 10 mm

Jumlah : masing-masing chamber 1 unit

Panel box Type : indoor type

Dimensi : 2 x 1 x 0,3 m (H x W x T)

Efisiensi Pembakaran (EP) di chamber 1 dan chamber 299,99 %

Persentase abu7-20% berat

Sistem pengeluaran abu Otomatis dengan menggunakan ash conveyor

Sumber : data primer

Suhu pembakaran pada chamber pertama adalah 600oC800