Bab II Pelingkupan - Dbl

302
PT. DHARMA BUANA LESTARI BAB II PELINGKUPAN BAB II PELINGKUPAN 2.1. DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI 2.1.1. Status Studi AMDAL Penyusunan studi AMDAL rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari ini dilakukan terintegrasi dengan penyusunan studi kelayakan teknis dan ekonomis, sehingga informasi yang tercantum dalam dokumen AMDAL ini relatif masih umum dan belum memiliki spesifikasi teknis yang rinci. 2.1.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Secara administrasi, lokasi rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari terletak di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua (Gambar 2.1). Batas lokasi perkebunan sawit ini adalah: Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI II - 1

description

pelingkupan

Transcript of Bab II Pelingkupan - Dbl

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

BAB II

PELINGKUPAN

2.1. DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN

DIKAJI

2.1.1. Status Studi AMDAL

Penyusunan studi AMDAL rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa

sawit PT. Dharma Buana Lestari ini dilakukan terintegrasi dengan penyusunan studi

kelayakan teknis dan ekonomis, sehingga informasi yang tercantum dalam dokumen

AMDAL ini relatif masih umum dan belum memiliki spesifikasi teknis yang rinci.

2.1.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Secara administrasi, lokasi rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan

Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari terletak di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur

dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua (Gambar 2.1).

Batas lokasi perkebunan sawit ini adalah:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin

Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan Rencana

lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari

Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

Jarak dari lokasi perkebunan ke Ibukota Kabupaten Sarmi kurang lebih ± 10 km dan jarak

ke Ibu kota Provinsi Papua ± 320 km. Kota Sarmi merupakan akses kota terdekat dengan

waktu tempuh melalui transportasi darat ± 1 jam. Untuk lebih jelas lokasi dan kesampaian

daerah rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana

Lestari dapat dilihat pada Gambar 2.1.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 1

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.1. Peta Lokasi Areal Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.

Dharma Buana Lestari

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 2

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2.1.3. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata

Ruang

Lahan rencana lokasi kegiatan yang akan digunakan telah sesuai dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Sarmi Nomor 02 tahun 2013 tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Sarmi Tahun 2013-2033, sebagaimana tercantum dalam Izin Lokasi No. 78 tahun 2013

tanggal 14 Juni 2013, tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas ± 16.726,10 Ha Kepada

PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di

Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013 - 2033, rencana kegiatan PT. Dharma

Buana Lestari termasuk dalam Kawasan Peruntukan Perkebunan. Dalam rencana

kegiatannya, lahan yang dimohonkan untuk lahan perkebunan adalah lahan yang sesuai

dengan peruntukkannya, sementara lahan lainnya yang tidak sesuai tidak akan digunakan

meskipun masuk kedalam batas proyek sesuai izin lokasi yang telah ada. Dengan

demikian, terdapat kesesuaian penggunaan ruang (lahan) proyek dengan kebijakan tata

ruang pemerintah Provinsi Papua. (Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun

2013 – 2033 disajikan pada Gambar 2.2).

Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan serta Wilayah Tertentu yang

ditunjuk sebagai Kawasan Hutan di Provinsi Papua skala 1 : 250.000 yang merupakan

lampiran Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.782/Menhut-II/2012 tanggal 27 Desember

2012, rencana permohonan lokasi pembangunan perkebunan Kelapa Sawit a.n. PT.

Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua berada pada Hutan Produksi

Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain (APL). (Peta Kawasan Hutan dan Konservasi

Perairan Provinsi Papua tahun 2012 disajikan pada Gambar 2.3).

Sementara itu, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sarmi Nomor 02 Tahun 2013

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sarmi Tahun 2013 - 2033, lokasi

rencana kegiatan PT. Dharma Buana Lestari termasuk dalam peruntukkan ruang untuk

fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Sebagian lagi merupakan

lahan kawasan lindung berupa area resapan air. (Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi

disajikan pada Gambar 2.4).

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 3

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Dilihat dari Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi, lahan lokasi rencana PT.

Dharma Buana Lestari berada dalam Area Penggunan Lain (APL), Kawasan Hutan

Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) dan Permukiman. Namun demikian lahan yang

berada dalam Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) akan dilakukan

proses pelepasan kawasan hutan, sedangkan lahan yang berada dalam Kawasan

Permukiman tidak akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan

(enclave).(Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi disajikan pada Gambar 2.5).

Sedangkan berdasarkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan

Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal

Penggunaan Lain (PIPPIB Revisi VI) skala 1 : 250.000 yang merupakan lampiran

Kepmenhut Nomor: SK. 3706/Menhut-VII/IPSDH/2014 tanggal 13 Mei 2014, terdapat

sebagian kecil lahan yang merupakan Hutan Primer. Namun demikian lahan tersebut tidak

akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan (enclave).(Peta

PIPPIB disajikan pada Gambar 2.6). Rencana Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL disajikan

pada Gambar 2.7.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 4

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.2. Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun 2013 – 2033

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 5

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.3. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua tahun 2012

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 6

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 7

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.5. Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 8

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.6. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 9

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.7. Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 10

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2.2. URAIAN SINGKAT RENCANA KEGIATAN

2.2.1. Kegiatan Utama Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)

2.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit

Sesuai dengan izin lokasi yang diperoleh bahwa lokasi kegiatan PT. Dharma Buana Lestari

(PT. DBL) berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur (Kampung Betaf dan

Ansudu) dan Pantai Timur Barat(Kampung Arare, Wakde, keder Lama, Keder Baru, Dabe

1, Nengke, Takar Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu),Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.

Luas lahan yang digunakan untuk kebun dan pabrik (PKS) sesuai dengan Izin Lokasi

adalah seluas 16.726,10 Ha yang terbagi menjadi: perkebunan kelapa sawit inti + 10.705

Ha, tanaman kelapa sawit kemitraan/plasma ± 2.676 Ha dan areal yang tidak bisa ditanam

seluas 3.345,10 Ha seperti jurang, sungai, pemukiman, sekolah, fasilitas pemerintah dll.

Tabel 2.1. Rencana Alokasi Penggunaan Lahan

No. Rencana Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1. Rencana pembangunan lahan perkebunan inti dan lokasi pabrik pengolahan

kelapasawit (PKS)

10.705,00

2. Rencana pembangunan lahan perkebunan plasma 2.676,00

3. Areal yang tidak bisa ditanami (sepertijurang, sungai, sekolah, perkampungan,

lahan sakral, jalur leluhur, dusun sagu dan lain sebagainya

3.345,10

Luas lahan sesuai izin lokasi 16.726,10Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Tabel 2.2. Rencana Pengembangan Tanaman Inti dan Plasma

No. TahunLuas ( Ha)

Inti Plasma Jumlah

1 Tahun 2016 1.285 321 1.606

2 Tahun 2017 1.682 421 2.103

3 Tahun 2018 1.558 390 1.948

4 Tahun 2019 1.150 287 1.437

5 Tahun 2020 1.920 480 2.400

6 Tahun 2021 1.920 480 2.400

7 Tahun 2022 1.190 297 1.487

Jumlah 10.705 2.676 13.381

Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 11

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Kebun sawit plasma merupakan program kemitraan perusahaan dengan masyarakat dengan

Pola Kemitraan. Sesuai dengan Permentan No. 98 tahun 2013 bahwa kebun plasma

minimal 20% dari kebun inti. Lahan plasma akan diberikan kepada marga pemilik hak

ulayat yang masuk dalam ijin lokasi sesuai kesepakatan antara PT. DBL dengan

masyarakat pemilik hak ulayat yang diketahui LMA dan Dinas Instansi Terkait.

Rencana kebun plasma yang diberikan kepada masyarakat adalah lahan yang termasuk

dalam lokasi HGU yang dikelola oleh perusahaan. Lahan plasma diberikan kepada pemilik

hak ulayat yang lahannya masuk dalam lokasi rencana proyek dan pembagian per KK akan

diserahkan kepada marga pemilik hak ulayat.

Untuk menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan perawatannya, maka akan

dibangun sarana dan prasarana penunjang, baik bangunan, jalan, jembatan, dan parit serta

kendaraan dan alat berat.

1) Desain Kebun

Maksud perencanaan/desain kebun adalah untuk merencanakan tata ruang dalam kebun

dan afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta lokasi

afdeling dan blok.

a) Afdeling (Divisi) dan Blok

Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi

pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan

panen. Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar 500 - 600 ha dan luas satu blok adalah

30 ha (1000 m x 300 m) untuk topografi datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan

topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok

tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan penetapan kesatuan contoh daun (KCD).

Untuk memudahkan pengelolaan, beberapa Afdeling, digabungkan menjadi Estate. Satu

Estate dipimpin oleh seorang Manager kebun (EstateManager), sedangkan kebun Plasma

berada dibawah satu orang manager tersendiri. Dalam gambar 2.7 terlihat rancangan tata

letak kebun PT. Dharma Buana Lestari.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 12

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Tabel 2.3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit

No. Uraian Satuan Jumlah

1 Tempat Ibadah (mesjid) Unit 3

2 Tempat Ibadah (Gereja) Unit 3

3 Rumah General Manager Unit 1

4 Barak Unit 3

5 Rumah Manager Unit 3

6 Rumah Staff Type T.70 Unit 15

7 Mess Unit 1

8 Rumah Karyawan G2 Semi Permanen Unit 15

9 Rumah Karyawan G6 Semi Permanen Unit 20

10 Rumah Karyawan G8 Semi Permanen Unit 20

11 Kantor Manajer Kebun Unit 3

12 Gudang Sentral Unit 1

13 Gudang Afdeling Unit 5

14 Bengkel/Worksop Unit 3

15 TPS Limbah B3 Unit 1

16 Pos Satpam Unit 5

17 Koperasi Karyawan Unit 1

18 Balai Karyawan Unit 1

19 Sekolah Dasar Unit 1

Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

2.2.1.2. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)

Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit

dengan kapasitas pengolahan 60 ton TBS/jam pada tahun 2016 hingga tahun 2022.

Penempatan lokasi pabrik ditentukan berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas)

dan dekat sumber air, dengan dasar tersebut, maka pabrik akan dibangun di sekitar Sungai

Timwah.

Konstruksi bangunan kantor menggunakan konstruksi beton bertulang, dinding bata

diplester dan sebagian akan dibuat partisi teak wood, atap asbes spandeks, dan lantai

keramik. Pembangunan fasilitas pabrik pengolahan kelapa sawit meliputi kegiatan

penyediaan sarana dan prasarana pabrik antara lain: Jembatan timbang, Penerimaan TBS

dan penimbunan (loading ramp), Stasiun rebusan (sterilization), Pelepasan buah

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 13

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

(threshing), Penimbunan tandan kosong (empty bunch hopper), Pengadukan (digester),

Stasiun Kempa (pressing), Stasiun Klarifikasi (clarification), Stasiun pengambilan inti

(kernel recovery), Rumah ketel, Pembangkit tenaga listrik sebanyak 2 unit dengan masing-

masing kapasitas sebesar 1.500 KW, Tangki penimbunan CPO, Penyediaan air kolam

penampungan air untuk pengolahan berikut pompa air dan pipa, bangunan kantor, bengkel

pabrik, bengkel umum, perumahan karyawan dan Effluent treatment plantsludge decanter

system dan unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

1) Peralatan untuk pabrik pengolahan kelapa sawit

Pabrik PKS PT. Dharma Buana Lestari yang akan dibangun direncanakan dengan kapasitas

pengolahan terpasang 60 ton TBS/jam. Jenis peralatan yang diperlukan untuk

pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Jenis Mesin dan Peralatan Pabrik

Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)

I. STASIUN BUAH dan PENYIMPANAN

1. Pitless weigh bridge 50 ton 2

2. Fruit Hopper & storage 15ton/bay 40

3. Rail track - 4

4. FFB Conveyor 60 ton FFB /jam 3

5. Cage & boogie 15 ton TBS/unit 40

6. Indexer - 19

7. Transfer Carriage - 2

II. STASIUN REBUSAN

1. Sterilizer (2 door) 4lori/steriliser 3

2. Blow down silencer - 1

3. Drawbridge - 6

4. Sterilizer caltwalk - 1

III. STASIUN PENEBAH

1. Tipper 15 ton 1

2. Sterilised Bunch Conveyor 90 ton TBS/jam 2

3. Thresher 45 ton TBS/jam 3

4. Bunch Crusher 15 ton USB/jam 2

5. Recycle Bunch Conveyor 1

6. Empty bunch conveyor 90 ton TBS/jam 2

7. Empty Bunch Press 12 ton EFB/jam 4

8. Empty Bunch Oil Collection tank 4.5 m3 1

IV. STASIUN KEMPA

1. Loose Fruit Scrapper Conveyor 45 ton TBS/jam 2

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 14

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)

2. Loose Fruit distributor conveyor 45ton TBS/jam 3

3. Digester 4500litre 8

4. Screw press 15Mt/hr 8

5. Hot water tank 5 m3 2

6. Crude oil gutter 2 m3 2

7. Sand trap tank 20 m3 2

8. Vibrating screen 30 ton FFB/jam 6

9. Crude oil tank 30 m3 1

10. Crude oil pump 80 m3/hr 3

V. STASIUN KLARIFIKASI

1. Clarification tank 150m3 2

2. Oil purifier 8 m3/jam 4

3. Pure Oil Tank 25m3 2

4. Sludge Tank 25 m3 2

5. Sludge precleaner 1st & 2ndStage 22.5 m3jam 4

6. Sand Collecting Tank 1 m3 2

7. Sludge Buffer Tank 1st Stage 4 m3 2

8. Decanter Feed Tank 3 m3 2

9. Sludge Drain Tank 6 m3 2

10. Sludge Drain Tank Pump 15 m3/jam 4

11. Sludge Oil Recovery Tank 200 m3 1

12. Vacuum dryer 12 ton/jam 2

13. Decanter 50 ton FFB/jam 3

14. Sludge pit pump 45 m3/jam 4

15. Sludge pit reclaimed oil pump 15 m3 / jam 4

16. Ground Hot Water Tank 5 m3/ jam 1

17. Ground Hot Water Tank pump 20 m3/jam 2

18. Decanter Solid Conveyor 3

19. Effluent Holding Tank 4 m3 1

20. Effluent pump 90 m3/jam 4

VI. STASIUN PENYIMPANAN CPO

1. Storage tank 2.000 ton 2

2. Storage Tank 4000 ton 1

3. Dispatch oil shed - 1

4. Dispatch oil pump 100 Ton/jam 2

5. Recycling Tank 1 m3 1

6. Recycling pump 15 m3/hr 1

VII. STASIUN PENGUPASAN BIJI

1. Cake breaker conveyor c/w caltwalk - 2

2. Depericarping system 45 ton TBS/jam 2

3. Polishing Drum - 2

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 15

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)

4. Fibre cyclone 45 ton TBS/jam 2

VIII. STASIUN PENGUTIPAN INTI

1. Nut elevator - 2

2. Nut grading drum - 2

3. Nut Hopper - 2

4. Nut conveyor - 4

5. Ripple-mill 8 ton nut/jam 6

6. Cracked mixture conveyor - 2

7. Hydrocylone 6 ton crackmixture/jam 2

8. Wet Shell Conveyor 2

9. Wet Shell transport system 2

10. Kernel separator system - 2

11. Kernel silo - 4

12. Kernel conveyor - 2

13. Kernel elevator - 2

14. Kernel storing conveyor 1

15. Kernel transport system - 2

16. Kernel weighing - 1

17. Kernel hopper 200 m3 2

18. Kernel Bagging Conveyor 2

19. Kernel Bagging bin 10 m3 1

IX. POWER PLANT

1. Turbo alternator 1500kW 2

2. Diesel alternator 100kVA & 500 kVA 2

3. Diesel service tank 2000L 1

4. Fuel storage tank 20000L 1

5. Back pressure water vessel 1

6. Turbine Cooling Water Tank 1 m3 1

7. Turbine Cooling Water pump 5 m3/jam 2

8. Back pressure Blowdown Chamber 1

X. STEAM GENERATING PLANT

1. Steam boiler system 35 ton 2

2. Fibre shell conveyor - 3

3. Fuel elevator 1

4. Boiler Water Treatment - 1

XI. WATER SUPPLY

1. River Intake pump 150 m3/jam 4

2. Raw water pump 150 m3/jam 4

3. Overhead Water Tank 100 m3 2

4. Overhead Untreated Water Tank 50 m3 1

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 16

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Jenis Mesin/Stasiun KapasitasJumlah (unit)

5. Water Clarifier 150 m3/jam 2

6. Treated Water Pump 120 m3/jam 4

7. Sand Filter 120 m3/jam 4

XII. CIVIL WORK

Land preparation - -

Main building - -

Weigh bridge and house - -

Pump house at factory - -

Office & laboratory - -

Guardhouse - -

Canteen

Workers Toilet

Workshop & Store

Road in mill compound - -

Gardening - -

Fencing - -

XIII. SLUDGE OIL RECOVERY

Sterilizer condensate pit pump 30 m3/jam 4

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 17

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.8. Peta Lay Out Tata Letak Pabrik

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 18

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2) Bangunan utama pabrik

Bangunan utama pabrik terdiri atas bagian loading ramp, stasiun perebusan, gedung utama

pengolahan, gedung workshop dan laboratorium, gedung boiler dan diesel, dan bagian

pengolahan air baku, yang akan dibangun dengan menggunakan struktur pondasi beton

bertulang. Konstruksi dinding pabrik sebagian terbuka dan beberapa bagian, seperti

laboratorium dan workshop, akan menggunakan spandeks aluminium. Lantai bangunan

pabrik dan workshop terbuat dari pelat beton bertulang, sedangkan pada bagian

laboratorium dan ruang turbin/diesel akan menggunakan lantai keramik. Bagian loading

ramp dan kantor akan dibuat lebih tinggi dari bagian bangunan lainnya untuk memudahkan

pembongkaran TBS dan pengawasan pabrik.

Konstruksi bangunan kantor menggunakan konstruksi beton bertulang, dinding bata

diplester dan sebagian akan dibuat partisi teak wood, atap asbes spandeks, dan lantai

keramik. Pembangunan fasilitas pabrik pengolahan kelapa sawit meliputi kegiatan

penyediaan sarana dan prasarana pabrik, antara lain: Jembatan timbang, Penerimaan TBS

dan penimbunan (loading ramp), Stasiun rebusan (sterilization), Pelepasan buah

(threshing), Penimbunan serabut (empty bunch hopper), Pengadukan (digester), Stasiun

Kempa (pressing), Stasiun Klarifikasi (clarification), Stasiun pengambilan inti (kernel

recovery), Rumah ketel uap, Pembangkit tenaga, Tangki penimbunan CPO, Penyediaan air

kolam penampungan air untuk pengolahan berikut pompa air dan pipa, bangunan kantor,

bengkel pabrik dan bengkel umum, dan Effluent treatment plantsludge decanter system.

Pabrik pengolahan kelapa sawit yang akan dibangun menurut rencana akan menghasilkan

jenis produk komersial yang meliputi:

a) Minyak Kelapa Sawit /Crude Palm Oil (CPO)

CPO merupakan produk utama dari pabrik yang dapat digunakan sebagai bahan baku

untuk industri minyak goreng, margarine, es krim, sabun, deterjen, pelunak, pelapis,

kosmetik dan sebagainya.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 19

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

b) Kernel

Kernel yaitu biji sawit yang sudah tidak diproses lagi. Kernel ini dikeringkan dan dijual.

Sesuai kebijakan pemerintah dalam Undang – undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, serta tata aturan yang berlaku, dalam perkembangannya PT. Dharma Buana

Lestariakan mendukung dalam program hilirisasi CPO di Papua.

3) Pengolahan kelapa sawit (CPO)

Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci

tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

a) Pengangkutan Tandan Buah Segar

TBS dari kebun diangkut dengan truk, kemudian ditimbang pada weight bridge dan lalu

dimasukan kedalam loadingramp.

b) Perebusan (Sterilizer)

TBS dimasukan kedalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang dan

langsung dimasukkan ke sterilizer merupakan bejana perebusan dengan menggunakan uap

air bertekanan antara 2,2 s/d 3 kg/cm2. Dengan adanya lubang-lubang pada badan lori, uap

masuk dan dapat merebus buah secara merata. Proses merebus ini dimaksudkan untuk

mematikan enzim-enzim yang akan menurunkan kualitas minyak dan juga memudahkan

buah lepas dari tandan serta memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya

air dari biji. Proses perebusan biasanya berlangsung selama + 90 menit dan uap yang

dibutuhkan adalah sebesar 280 - 290 kg/ton TBS. Proses perebusan ini menghasilkan

kondensat yang mengandung 0,50 % minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini

kemudian dimasukan ke dalam fat pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke

dalam threster dengan menggunakan hoisting crane.

c) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)

Pada thresher, buah yang masih lekat pada tandannya akan dipisahkan dengan

menggunakan prinsip bantingan. Buah lepas ditampung dan dibawa oleh fruit conveyor ke

digester. Sementara janjangan kosong (23%) akan dipergunakan untuk pupuk.

d) Pengolahan Minyak Daging Buah

Buah lepas (brondolan buah) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukan ke dalam

digester atau peralatan pengaduk. Pengaduk ini dimaksudkan untuk melepaskan daging

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 20

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

buah dari biji. Selama pengadukan berlangsung temperatur dalam digester atau peralatan

pengaduk dijaga agar tetap stabil 80 - 95OC, pemanasan dilakukan dengan menggunakan

uap. Massa buah dimasukan pada screw press (alat kempa). Screw press berfungsi sebagai

pengempa massa buah, sehingga minyak akan terpisah dari biji dan fiber. Proses pengempa

pada screw press, biasanya diberi tambahan air panas sekitar 10 - 15 % terhadap kapasitas

pengempaan. Minyak kasar dari hasil pressan (kempa) ditampung pada crude oil tank,

tetapi sebelumnya dipisahkan kandungan pasirnya pada sandtrap dan kemudian disaring

dengan vibrating screen (saringan getar). Ampas yang masih mengandung minyak

dikembalikan ke digester untuk dipressing. Untuk melancarkan penyaringan pada saringan

getar ditambahkan air panas. Minyak kasar (crude oil) dipompakan ke decanter. Decanter

berfungsi untuk memisahkan solid dengan liquid. Fase cair yang berupa minyak, air dan

masa jenis ringan ditampung pada countinous settling tank, sedangkan fase berat dibuang

ke effluent pond. Dari countinous tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat

(sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung dalam sludge tank dan dari

sludge tank dialirkan ke sludge separator untuk dipisahkan minyaknya. Limbah dari

sludge dikirm ke sludge recovery tank dan diteruskan ke cooling pond untuk menurunkan

temperatur dan selanjutnya ke ponding sistem.

e) Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank dialirkan pada oil purifier untuk memisahkan kotoran/solid dan

mengurangi kadar air. Kemudian selanjutnya dialirkan ke vaccum dryer untuk memisahkan

air sampai pada batas standard. Minyak sawit setelah proses akhir dipompakan ke tangki

timbun (storage tank) dengan kapasitas 6.000 dan 9.000 ton.

Material Balance proses pengolahan minyak sawit disajikan pada Gambar 2.10.

Seperti diuraikan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10, dalam proses pengolahan kelapa

sawit ini dijumpai beberapa limbah yang harus dilakukan pengelolaannya.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 21

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.9. Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 22

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.10. Neraca bahan proses Pengolahan Kelapa Sawit

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 23

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

4) Bangunan pengolah air baku

Air baku sangat dibutuhkan baik untuk keperluan pabrik maupun domestik. Jumlah

kebutuhan air baku ditentukan berdasarkan asumsi sebagai berikut :

Boiler : 65% kapasitas PKS

Dillution : 21% Kapasitas PKS

Cleaning : 5% Kapasitas PKS

Kebutuhan air baku untuk domestik karyawan : 150 m3/hari

Untuk kebutuhan proses produksi CPO diperlukan air sebanyak lk. 1,25 m3 untuk setiap

ton produk. Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton/jam, maka diperlukan air sebanyak

75 m3/jam dan dengan jam operasional pabrik selama 20 jam, maka dalam sehari

diperlukan air sebanyak 1.500 m3/hari.

Air baku tersebut bersumber dari air sungai yang diolah dalam unit pengolah air baku.

Bangunan pengolah air baku terdiri dari unit bangunan intake untuk pengambilan air

sungai dan unit kolam/embung-embung penampungan air untuk proses pengendapan dan

netralisasi. Air sungai yang diambil melalui unit intake yang dilengkapi dengan pompa

typecentrifugal and suction kapasitas 60 m3/jam pada sebuah sungai dialirkan dengan

menggunakan suatu pipa berdiameter 8 inch ke dalam kolam/embung-embung

penampungan, untuk selanjutnya dilakukan proses penjernihan dan netralisasi.

Air dari embung-embung akan dipompakan ke raw water tank, selanjutnya dialirkan ke

clarifier tank untuk proses pengendapan partikel solid, air yang sudah agak jernih dari

clarifier tank dialirkan ke dalam mineralize tank untuk proses pemberian zat mineral yang

sesuai bagi kebutuhan boiler, kemudian dialirkan ke filtration tank untuk menyaring sisa-

sisa flok partikel, sehingga diperoleh air yang sudah bersih. Air bersih dari unit filter

tersebut selanjutnya dipompakan ke dalam dua buah clean water tank. Air bersih pada

masing clean water tank akan didistribusikan secara berbeda sebagai air baku proses

pengolahan kelapa sawit di dalam pabrik. Skema bangunan pengolahan air baku disajikan

pada Gambar 2.11.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 24

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Sungai WadukBuatan

TankiAir Baku

ClarifierTank

MineralizeTank

FiltrationTank

TangkiPenampungan Pabrik

Domestik

Gambar 2.11. Diagram Pengolahan Air Baku Untuk Kebutuhan Pabrik Kelapa Sawit dan

Domestik.

Kebutuhan air tanaman kelapa sawit berkisar antara 3 - 4 mm per hari. Menurut Harahap

dan Darmosarkoro (1999), kelapa sawit dewasa membutuhkan 4 – 5 mm per hari. Selain

itu, untuk pembibitan jika curah hujan di lokasi kegiatan per hari > 10 mm, maka tidak

diperlukan penyiraman bibit yang sedang ditanam.

2.2.2. Rencana Pengembangan Kemitraan

Disamping membangun kebun sendiri (inti), PT. Dharma Buana Lestari juga akan

mengembangkan kebun sawit masyarakat (plasma) yang hasilnya akan memasok Tandan

Buah Segar (TBS) ke pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari. Pola

pengembangan yang diterapkan/dikembangkan oleh Perusahaan akan mengikuti pola

pengembangan berdasarkan Pola Kemitraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 98/permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan dimana perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B akan

membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh persen)

dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Komposisi inti dan plasma

merupakan sebuah hasil kesepakatan awal antara pihak inti dan masyarakat yang

dituangkan dalam sebuah perjanjian ikatan kemitraan. Luas kepemilikan per kepala

keluarga (KK) peserta plasma tergantung luas lahan yang dapat diusahakan dan jumlah KK

yang ada dalam dusun, kampung atau marga pemilik hak ulayat yang masuk dalam ijin

lokasi.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 25

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Pelaksanaan CSR: Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut Corporate Social

Responsibility (CSR) merupakan salah satu topik yang aktual dan berkaitan erat dengan

masalah hukum dan etika bisnis perusahaan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk

mendapatkan suatu keuntungan yang besar, tetapi selayaknya juga memikirkan

kepentingan masyarakat di sekitarnya, karena perusahaan sebenarnya juga merupakan

bagian dari masyarakat. Dasar hukum dari tanggung jawab sosial perusahaan antara lain

yaitu Undang - Undang  Nomor 40  tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas, pasal 74 dan

Undang - Undang Nomor 25  tahun 2008 tentang  Penanaman Modal pasal 15, serta

Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan Perseroan Terbatas.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk bertanggung

jawab secara sosial dan lingkungan terhadap dampak yang timbul akibat beroperasinya

perusahaan di suatu daerah. Bila sebelumnya perusahaan hanya memperhatikan

Keuntungan (Profit), kedepan perusahaan juga harus memperhatikan masyarakat (People)

dan Lingkungan (Planet). Kombinasi ketiga hal tersebut dikenal dengan istilah 3P ataupun

Triangle P.Program-program tersebut mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan

yang akan dikelompokkan dalam program jangka pendek dan program jangka panjang.

Sebagai cacatan bahwa program tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma

Buana Lestaridan kebutuhan masyarakat setempat.

Beberapa program CSR yang direncanakan, antara lain:

a) Melatih dan meningkatkan pengetahuan tenaga kerja lokal sehingga mampu bekerja

di perusahaan.

b) Ikut terlibat dalam peningkatan dan kemajuan sektor pendidikan, pertanian,

perdagangan, transportasi dan lainnya berdasarkan situasi dan kondisi yang ada.

c) Membina dan meningkatkan pengetahuan peserta plasma secara berkelanjutan

tentang tata cara pengelolaan kebun sawit.

2.2.3. Jadwal dan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak

Pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana

Lestaridimulai dengan mengurus aspek-aspek perizinan. Sebagai tahapan persiapan (pra

konstruksi) kemudian dilanjutkan dengan tahapan konstruksi, operasi dan pasca operasi.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 26

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Keseluruhan rencana kegiatan yang akan dilakukan PT. Dharma Buana Lestari dalam

pembangunan perkebunan sawit dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 2.5. Jadwal Rencana Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.

Dharma Buana Lestari

No JenisKegiatanTahun

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 …

A. TahapPra-konstruksi

1 Proses Perizinandan Survey Lapangan

2 Sosialisasi Rencana Kegiatan

3 Pengadaan Lahan

B. TahapKonstruksi

1 PenerimaanTenaga Kerja

2 Mobilisasi Peralatan dan Material

3 Pembukaan dan Penyiapan Lahan

4 Pematangan Lahan

5 Pembangunan Sarana dan Prasarana

6 PenanamanTanaman Kelapa Sawit

7 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

8 Rencana Pembangunan Pabrik

C. TahapOperasi

1 Penerimaan Tenaga Kerja Pabrik

2 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

3 Pemanenan dan Perkiraan Hasil

4 Pengangkutan Hasil Panen TBS & CPO

5 Proses Pengolahan Kepala Sawit

6 Proses Pengolahan Inti Sawit

D. TahapPascaOperasi

1 Pemutusan Hubungan Kerja

2 Pengembalian Sarana-Prasarana Yang Telah Dibangun

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 27

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.2.4. Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan

2.2.4.1. Tahap Pra-konstruksi

1) Proses Perizinan dan Survei Lapangan

Kegiatan proses pengurusan perizinan, telah dan sedang dilakukan untuk kegiatan

perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari. Adapun

surat-surat izin yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

Akte pendirian PT. Dharma Buana Lestari dari notaris Benny Kristianto, SH No. 2

tanggal 4 Mei 2009.

Akte perubahan terakhir PT. Dharma Buana Lestari dari Notaris Kumala Tjahjani

Widodo, SH, MH, MKn No. 59 Tanggal 24 Juni 2013.

Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU.13599.AH.01.01 tentang Pengesahan

Badan Hukum Perseroan Tanggal 17 Maret 2010

Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi

Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah

Seluas ± 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan

pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur

Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013

Pertimbangan Teknis Aspek Tata Ruang Untuk Budi Daya Perkebunan Kelapa Sawit

a.n PT. Dharma Buana Lestari

Pertimbangan Teknis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Atas Permohonan

Perpanjangan Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit a.n PT. Dharma Buana Lestari

No. 525/PBSN/05 – UT/2013 tanggal 05 April 2013

Ketersediaan Lahan untuk budidaya Perkebunan dari Dinas Kehutanan Kabupaten

Sarmi No. 522.1/4t tanggal 05 Februari 2013

Pada tahap pra-konstruksi kegiatan survei dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal

dari lahan yang direncanakan dipergunakan sebagai lokasi perkebunan dan pabrik

pengolahan kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkecil dampak

yang diperkirakan akan timbul. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada saat survei ini

meliputi: jenis, urut-urutan lapisan, sebaran, sifat fisik dan keteknikan, kemampuan daya

dukung dan kestabilan tanah; geomorfologi yang meliputi ketinggian, kemiringan lereng

dan penggunaan lahan; struktur geologi meliputi patahan, lipatan, kelurusan dan kekar-

kekar; sumberdaya air yang meliputi air permukaan, air tanah, mata air, dan neraca airnya

(water balance); serta bahaya lingkungan beraspek geologi. Semua informasi ini akan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 28

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

digunakan dalam penyusunan rancang bangun dan studi kelayakan lahan dan lingkungan.

Kegiatan survei lapangan akan melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja lapangan,

jumlah tenaga kerja yang akan dilibatkan pada kegiatan survei ini ± 10 orang.

2) Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan ditujukan kepada pihak masyarakat yang akan terkena dampak proyek,

dimana dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait. Materi sosialisasi yang

disampaikan terutama mengenai rencana proyek berkaitan dengan penggunaan lahan

dalam rangka pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).

Tujuan dari sosialisasi antara lain yaitu :

Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha pembangunan perkebunan

dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari.

Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas rencana

kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PT. Dharma Buana Lestari akan terus melakukan

sosialisasi secara formal maupun informal kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan,

pengurus Kampung, pihak Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat,

serta instansi terkait lainnya. Pada pelaksanaan sosialisasi tersebut, PT. Dharma Buana

Lestari akan berkoordinasi dengan pengurus Kampung sekitar lokasi kegiatan, pihak

Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat serta instansi terkait

lainnya.

3) Pengadaan Lahan

Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan perkebunan Kelapa sawit terletak pada areal

seluas ± 16.726,10 ha sesuai Surat Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang

Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas ± 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari

untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Tor Atas, Distrik

Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013.

Proses penetapan status lahan ini melibatkan aparat pemerintah kampung, distrik dan

kabupaten serta perwakilan marga dan kepala adat pemilik hak ulayat. Selain itu,

perusahaan bersama-sama dengan masyarakat pemilik hak ulayat dan didampingi oleh

instansi terkait akan melaksanakan tata batas di lokasi rencana kegiatan, sehingga dapat

diperoleh data yang akurat mengenai batas-batas lahan yang ada untuk masing-masing

marga pemilik hak ulayat, yang akan dilanjutkan dengan pemetaan partisipatif untuk

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 29

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

memastikan lahan-lahan mana yang bisa dikelola untuk kebun dan lahan mana yang tidak

bisa dikelola terkait dengan ketetapan lahan dari masyarakat pemilik hak ulayat antara lain

sebagai jalur leluhur, tanah kramat, area sagu yang harus di-enclave. Penyusunan peta

partisipatif sedang dilakukan, dan akan dibuat per kampung dan per marga pemilik hak

ulayat, serta akan dilengkapi batas-batasnya dengan titik koordinat geografis.

Sistem pengadaan lahan untuk kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit

ini dapat berupa hak pelepasan tanah maupun hak penggunaan tanah sesuai kesepakatan

dengan masyarakat adat setempat sebagaimana tercantum dalam klausul ketiga Izin Lokasi

yang dikeluarkan oleh Bupati Sarmi. Pembayaran ganti rugi juga diberikan atas garapan

dan tanam tumbuh atau bangunan yang ada diatasnya ataupun barang-barang lain milik

pemegang hak atas tanah yang harus dilakukan secara langsung kepada yang berhak.

2.2.4.2. Tahap Konstruksi

1) Penerimaandan Mobilisasi Tenaga Kerja

Untuk pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi, sebagian pekerjaan dilaksanakan

langsung oleh PT. Dharma Buana Lestari, dan ada sebagian oleh kontraktor konstruksi

yang ditunjuk PT. Dharma Buana Lestari. Pekerjaan ini akan memerlukan tenaga

kerja/karyawan berbagai jenis pekerjaan; antara lain: untuk mengoperasikan beberapa alat,

maupun untuk pengawasan, pencatatan, mengatur pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan yang

dilaksanakan oleh kontraktor akan mengerahkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya,

baik jumlah maupun kualitasnya. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja untuk tahap konstruksi

adalah sebagai berikut.

Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Tahap Penyiapan Kebun Bibit dan Penyiapan

Basecamp (Orang)

No Jenis Pekerjaan Jumlah TK

1 Pembangunan Akses Jalan 8

2 Pembuatan Bangunan Sementara 10

3 Pembersihan Lahan 32

4 Pengelolaan Biomass 12

5 Perataan Tanah, pemaritan dan Jaringan penyiraman 8

6 Penanaman Kecambah dan Pemeliharaan 50

Jumlah 120

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 30

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Tenaga kerja tersebut belum termasuk untuk membangun pabrik dan bangunan lainnya

termasuk instalasi peralatan pabrik serta jaringan listrik, air dan lain lain. Pekerjaan ini

akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak ketiga (kontraktor), yang diperkirakan akan

membutuhkan tenaga kerja sekitar 400 orang. Dengan demikian jumlah seluruh tenaga

kerja yang terlibat dalam konstruksi kebun dan pabrik dengan segala fasilitasnya berjumlah

sekitar 520 orang.

Tenaga kerja tidak tetap akan direkrut dari penduduk setempat atau daerah sekitarnya

sesuai dengan keahlian ataupun keterampilannya yang memenuhi persyaratan yang

ditetapkan PT. Dharma Buana Lestari. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

keperluan operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai

tenaga kerja lepas, diperkirakan sekitar 870 – 1.450 orang (Tabel 2.7). PT. DBL akan

memprioritaskan penerimaan tenaga kerja berasal dari penduduk setempat. Dalam

perekrutan tenaga kerja baik tenaga lokal maupun pendatang, perusahaan akan melakukan

pengecekan kesehatan terlebih dahulu.

Tabel 2.7. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja

No Posisi jabatan Jumlah (orang) Kualifikasi

1 General Manager 1 Sarjana

2 Plantation Manager 1 Sarjana

3 Estate Manager 2 Sarjana

4 Financial Controler 1 Sarjana

5 Accountant 1 Sarjana

6 Accountant Assistant 2 Sarjana

7 Mill Manager (Manajer Pabrik) untuk pabrik kapasitas 60 ton/jam

1 Sarjana

8 HR & Admin Manager 1 Sarjana

9 Personal Assistant – Plantation Manager 2 Sarjana

10 HR Assistant 2 Sarjana

11 Senior Asistant Manager (KTU) - Administration 1 Sarjana

12 Assistant CSR 1 Sarjana

13 Assistant EHS 2 Sarjana

14 Transportation Assistant 1 Sarjana

15 Agronomy Assistant 2 Sarjana

16 Civil Engineering Assistant 1 Sarjana

17 IT Assistant 1 Sarjana

18 Senior Field Assistant 2 Sarjana

19 Field Assistant (Asisten Lapangan) 8 Sarjana

20 Purchasing Assistant 1 Sarjana

21 Mill Assistant Managers (Asisten Pabrik) 1 Sarjana

22 Mechanical Assistant 1 Sarjana

23 Mill Process Assisstant 2 Sarjana

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 31

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No Posisi jabatan Jumlah (orang) Kualifikasi

24 1st Field Mandore (Mandor 1) 22 SMU atau sederajat

25 1st Mill Mandore (Mandor 1) 10 SMU atau sederajat

26 Workers for Field Maintenance ( contractual basis) 500 -800 -

27 Harvesters (permanent workers/SKU) 500 -

28 Mill Workers 80 SMU atau sederajat

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Dewan komisaris melaksanakan pengawasan terhadap kebijaksanaan direksi dalam

menjalankan perseroan serta memberi nasehat kepada direksi. Direksi yang terdiri dari para

direktur sebagai pimpinan tertinggi perusahaan mengambil segala kebijakan dan membuat

segala keputusan yang menyangkut manajemen, keuangan, produksi, kualitas, produksi

dan pemasaran hasil produksi.

General manager merupakan top management site kebun kelapa sawit sekaligus

merupakan kepanjangan tangan dari direksi. Seluruh permasalahan kebun baik fisik

maupun sosial merupakan tanggung jawab General Manager, yang dalam menjalankan

sehari – hari dibantu oleh manager kebun.

Tenaga kerja staff merupakan tenaga inti dari proyek pembangunan perkebunan dan pabrik

pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari, sehingga diperlukan sikap

yang sangat hati – hati dalam proses perekrutannya. Tenaga kerja ini merupakan tenaga

kerja profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun, diutamakan

yang mempunyai pendidikan minimal yang relevan dengan bidang tugasnya setara dengan

strata 1 (sarjana), lebih diutamakan yang berasal dari daerah setempat dan berpendidikan

yang lebih tinggi. Secara umum, tenaga staff diharuskan menguasai bahasa Inggris dan

kompeten dalam penggunaan komputer dan familiar dengan menggunakan jaringan

internet. Hal ini menjadi penting, karena tele-conference akan menjadi sarana komunikasi

dengan dewan komisaris dan dewan direksi.

Level asisten sangat diutamakan berasal dari tenaga lokal setempat. Hal ini merupakan

kebijakan sejak awal pembentukan PT. Dharma Buana Lestari yang berkomitmen untuk

memberdayakan sumber daya manusia setempat. Tenaga kerja akan diberikan pembinaan,

khususnya untuk memberikan pengetahuan dasar keahlian yang diperlukan guna

meningkatkan daya saing sumber daya manusia setempat, sehingga suatu saat bisa

mencapai level yang lebih tinggi.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 32

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Keterangan : *) Penanggung Jawab Pengelolaan Lingkungan

Gambar 2.12. Struktur Organisasi PT. Dharma Buana Lestari

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 33

Executive Director

Director

Estate Head

Asisten Kepala Kebun

Asisten-asisten

Mandor

Plantation Head

Manage Process Supporting/FunctionalOperating Core/Operation

Region Head

Operation Social Responsibility and Environment

Satuan Kerja Umum

Operator-operator

Mandor

Asisten-asisten

Asisten Kepala PKS

Mill Head

Palm Oil Mill Head Corporate Social Responsibility

Safety Health and Environment *)

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2) Mobilisasi Alat Berat dan Alat Angkut Material Konstruksi

Sebagai tahap awal pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik kebun dan pabrik dilakukan

mobilisasi alat berat dan alat angkut material konstruksi yang diperlukan berupa alat-alat

berat, seperti buldozer, loader, grader, skidder, truck-truck tanki, ambulance, sepeda

motor, jeep, pick up, compactor, dan lain sebagainya.

Tabel 2.8. Daftar Peralatan dan Alat Berat yang Dimobilisasi pada Tahap Konstruksi

No JenisPekerjaan JenisAlatKapasitas Perlengkapan*

1 Imas (Underbrushing) Manual (parang/golok, kapak) -

2 Penebangan (Felling) - Chain saw Angle blade, Share blade- Buldozer, winch, canopy

3 Merancek - Manual (parang, arit, kampak)

- Chain saw

4 Perumpukan (Pilling) - Buldozer + winch, canopy Rake bladeStandar blade

5 Pembersihantunggul-tunggulpohonbesar

- Buldozer + winch, canopy- Manual (Linggis)

Rock bucket

6 Pembuatansaranadanprasarana, jalan, paritdrainase

Road grader 1unit

Buldozer 6 unit

Tanki air 5 unit

Excavator 4 unit

Farm Tractor 4 unit

Compactor 4 unit

Double cabin 10 unit

Truk&Dump Truck 10 unit

Sepeda motor 40 unit

Alatperbengkelan 1set

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Sebelum dilakukan kegiatan mobilisasi, terlebih dahulu akan dilakukan sosialisasi kepada

masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Semua peralatan direncanakan didatangkan dari Sarmi

maupun dari luar Sarmi melalui jalan darat, dengan menggunakan trailer dan sejenisnya,

dengan dilakukan pengawalan oleh pihak yang berwenang. Jalur utama yang memungkin

untuk mendatangkan alat berat dan material konstruksi adalah arteri primer/jalan provinsi

dari Kabupaten Sarmi menuju lokasi kegiatan di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur

dan Pantai Timur Barat.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 34

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Tabel 2.9. Daftar Jenis Bahan Bangunan yang akan Digunakan

No Jenis Bahan Bangunan Penggunaan Sumber/Asal*

1 Tanah urug Penimbunan bagian yang cekung

Tanah dari penggalian parit & kolam/ embung air sekitar rencana jalan angkut

2 Batu Pengerasan jalan Beli dari suplayer

3 Sirtu Pengerasan permukaan jalan Pembuatan adukan semen

Beli dari suplayer

4 Pasir Pembuatan adukan semen Beli dari suplayer

5 Semen Pembuatan adukan semen Beli dari suplayer

6 Kayu Penyangga, cor beton Beli dari suplayer

7 Besi Kerangka Pembuatan jembatan Beli dari suplayer

8 Besi Beton Cor beton Beli dari suplayer

9 Tiang Pancang Tiang pancang dan pondasi Beli dari suplayer

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Keterangan: * seluruh bahan bangunan dan material yang digunakan berasal dari Kab. Sarmi

Dalam kaitannya dengan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit dan instalasi

pengolahan air limbah, maka mobilisasi peralatan dan material dilakukan setelah selesai

pembuatan direksi keet, base camp pekerja, serta pembangunan gudang penyimpanan.

Jenis Material Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Pabrik

Jenis material yang diperlukan untuk pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:

a) Material untuk jalan dan saluran (kayu cerucuk, tanah timbunan, pasir, batu kerikil,

batu pecah dan semen).

b) Material untuk konstruksi pondasi (tiang pancang, pasir, batu kali, semen).

c) Material untuk konstruksi dinding (profil rangka baja, lembaran spandeks

aluminium, lembaran teakwood, pasir, batu kerikil, batu bata, semen, balok dan

papan kayu berkisting, besi beton dan kawat benrad).

d) Material untuk konstruksi atap (balok kayu, profil rangka baja, genteng beton,

lembaran asbes, lembaran spandeks aluminium).

e) Material untuk pintu dan jendela (balok dan papan kayu, lembaran playwood,

lembaran kaca).

f) Material untuk lantai (keramik, pasir, semen, batu kerikil, besi beton dan kawat

bendrat).

g) Material sanitasi dan perpipaan.

h) Material mekanikal dan elektrikal.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 35

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Volume bahan bangunan utama yang akan diperlukan dalam pembangunan kebun dan

pabrik, kantor, sarana dan prasarana penunjangnya adalah seperti terlihat dalam tabel di

bawah.

Tabel 2.10. Perkiraan Kebutuhan Bahan dan Material Bangunan

No Jenis materialVolume

Jumlah Satuan Truk Ritasi/hari

1 Pasir 390.000 m3 65.000 54

2 Batu 821.344 m3 205.336 171

3 Batu bata 58.500.000 buah 14.950 12

4 Semen 520.000 zak 5.850 5

5 Besi 689 ton 138 2

6 Kayu 15.600 m3 2.600 2

7 Keramik 312.000 dus 135.299 113

8 Atap 98.800 lembar 99 2

Rata-rata 44 rit perjam

Sumber : Hasil estimasi perhitungandari kegiatan sejenis, 2014

I. Konstruksi Kebun

3) Penyiapan Lahan dan Pembukaan Lahan (Land Clearing)

Lahan yang dimanfaatkan untuk dijadikan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit

(PKS) merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) dan Areal Penggunaan

Lain (APL) yang bervegetasi hutan sekunder dan semak belukar. Dengan demikian maka

cara pembukaan lahan yang digunakan adalah secara semi mekanis dan mekanis. Alat yang

akan digunakan, antara lain bulldozer untuk pembukaan lahan maupun gergaji mesin

(chain saw) untuk memotong tegakan pohon. Potongan kayu hasil pembukaan lahan yang

telah memiliki IPK akan dimanfatakan dengan bekerja sama dengan pihak ke-3

(perusahaan pengelola kayu), ranting atau kayu yang tidak dimanfaatkan tidak akan

dibakar, tetapi dikumpulkan yang kemudian akan digunakan sebagai mulsa (serasahnya)

maupun sebagai pupuk untuk ditimbun dalam tanah, selain itu masyarakat dan perusahaan

yang memiliki Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dapat memanfaatkan kayu yang bernilai

ekonomi di atas lahan yang akan dibuka. Pembukaan lahan dihindari pada area memiliki

nilai konservasi tinggi (NKT). Kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi adalah

kawasan hutan yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut:

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 36

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

1) HCV1 Kawasan hutan yang mempunyai konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman

hayati yang penting secara global, regional dan lokal (misalnya spesies endemi,

spesies hampir punah, tempat menyelamatkan diri (refugia)),

2) HCV2 Kawasan hutan yang mempunyai tingkat lanskap yang luas yang penting

secara global, regional dan lokal, yang berada di dalam atau mempunyai unit

pengelolaan, dimana sebagian besar populasi species, atau seluruh species yang

secara alami ada di kawasan tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan

kelimpahan alami,

3) HCV3 Kawasan hutan yang berada di dalam atau mempunyai ekosistem yang

langka, terancam atau hampir punah,

4) HCV4 Kawasan hutan yang berfungsi sebagai pengatur alam dalam situasi yang

kritis (e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi),

5) HCV5 Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar

masyarakat lokal (mis, pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan), dan

6) HCV6 Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional

masyarakat lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang

penting yang diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan).

Pekerjaan ini akan diserahkan kepada kontraktor lokal, baik yang berbentuk badan usaha

maupun kelompok masyarakat atau perorangan yang memiliki IPK, yang akan ditetapkan

oleh Dinas Kehutanan. Terkecuali pada lokasi yang sulit ataupun kemampuan pembukaan

lahan dengan cara sistem semi mekanis tidak terpenuhi, maka akan dibantu dengan cara

mekanis, yaitu dengan menggunakan alat berat, seperti buldozer dan excavator. Pekerjaan

mekanis akan dikerjakan oleh PT. Dharma Buana Lestari, tetapi apabila perlu akan

diserahkan kepada kontraktor yang berpengalaman, baik lokal maupun daerah lainnya di

Provinsi Papua.

Pembukaan lahan ini, dilakukan tanpa pembakaran sesuai dengan arahan dari Direktur

Jenderal Perkebunan melalui Surat Keputusannya Nomor 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95

tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran Untuk Pengembangan

Perkebunan.

Rencana pembukaan lahan dan pengembangan kebun sesuai dengan rencana adalah

sebagai berikut:

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 37

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

a) Pembukaan Lahan untuk Pembangunan Sarana dan Prasarana

Tahapan pertama dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana adalah

pembersihan lahan berupa semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup lainnya,

sehingga pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana yang akan dilakukan pada tahap

berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ini dilakukan dengan mempergunakan

"bulldozer" jenis Cat D9R atau yang sejenis dibantu tenaga manusia dengan menggunakan

peralatan seperti "chainsaw", kampak, parang dll. Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap

sesuai dengan sarana yang dibuat.

b) Pembukaan Lahan Pembibitan Secara Mekanis

Areal yang digunakan untuk lokasi pembibitan diusahakan sebersih mungkin dengan

mendongkel tunggul batang yang telah ditebang, sehingga areal pembibitan bebas dari

tunggul dan tumbuhan. Penggunaan excavator dan buldozer dilengkapi dengan rake blade

diperlukan dalam pembukaan lahan pembibitan ini, agar top soil dapat digunakan untuk

media pembibitan dalam kantong plastik (polybag).

c) Pembukaan Lahan Untuk Kebun Kelapa Sawit

Tahap pertama dari sistem ini adalah mengimas atau membabat/menebas semak belukar

dan pohon kayu yang berdiameter < 10 cm, untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya.

Tahap berikutnya adalah menebang atau menumbangkan pohon kayu yang memiliki

diameter >10 cm. Tinggi tebangan (tunggul) diatur sesuai dengan diameter batang pohon

seperti tabel berikut.

Tabel 2.11. Maksimum Tinggi Sisa Tebangan

Diameter Pohon (cm) Maksimum Tinggi Sisi Tebangan (cm)

10 – 20

21 – 30

31 – 75

> 75

40

60

100

150

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Batang hasil tebangan dimanfaatkan kayunya dan yang tersisa selanjutnya dipotong

menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, demikian pula dahan dan rantingnya.

Potongan-potongan kayu dikumpulkan atau ditumpuk dalam bentuk barisan-barisan pada

setiap gawangan kedua dari rencana tanaman kelapa sawit (+ 15,6 m) menurut arah utara-

selatan.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 38

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Pada kegiatan pembukaan lahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya

adalah :

A. Waktu Pembukaan Lahan

Berdasarkan data curah hujan, bulan-bulan terkering setiap tahun adalah Juli sampai

September dengan jumlah hari hujan 6 - 7 hari tiap bulannya. Berdasarkan data curah

hujan serta informasi dari penduduk setempat, waktu terbaik untuk pembukaan lahan yang

dimulai dengan imas dan tumbang adalah pada awal tahun, yaitu bulan Januari - Pebuari.

Waktu pembukaan lahan ditentukan dengan tepat dengan maksud :

▪ Menghindari hasil pembukaan lahan yang kurang baik

▪ Menghindari tumbuhnya rumput dan semak-semak, karena areal terlalu lama dibuka

dan hasil tebangan (sisa-sisa rumput/semak belukar hasil pembersihan lahan yang masih

berserakan) .

▪ Menghindari bahaya erosi, mengingat erosivitas lahan yang cukup tinggi dan curah

hujan yang cukup tinggi pula.

Untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan pada saat pembukaan lahan, meskipun

dilakukan dengan metode Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). PT. Dharma Buana

Lestari menyiapkan satu unit mobil pemadam kebakaran.Kegiatan yang dilakukan adalah

Tebas, Tebang, Potong, Piah-pilah, Kumpul, Bersih (TTP-PKB).

B. Sistem Konservasi Tanah dan Air

Tindakan konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk mengendalikan kerusakan tanah

agar produktivitas/sumber daya lahan dapat dimanfaatkan secara optimum.

Pembuatan drainase serta penanaman LCC dilaksanakan segera setelah kegiatan

pembukaan lahan selesai dan hasil pembukaan lahan telah memenuhi persyaratan

penanaman kelapa sawit. Dengan usaha-usaha seperti tersebut, maka kemungkinan

ancaman erosi dan genangan air dapat diperkecil.

C. Sistem Penutup Tanah Leguminosa (Legume Cover Crop/atau LCC)

Penutupan tanah leguminose berguna untuk mencegah erosi permukaan, menekan

perkembangan gulma yang sekaligus mengurangi penyiangan, menambah bahan organik

dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air

untuk tanaman.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 39

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Penanaman LCC dilakukan pada seluruh areal kebun sesudah selesai pembukaan lahan.

Jenis penutup tanah yang akan ditanam adalah kombinasi dari jenis Peuraria javanica (PJ),

Calopogonium mucunoides (CM) dan Centrosema pubescens (CP) dengan perbandingan

penggunaan benih tiap hektar 4 kg PJ, 6 kg CM dan 4 kg CP. LCC yang lain adalah

Mucuna brachiata (MB) yang diperbanyak melalui stek batang dipembibitan.

Benih LCC ditanam dengan sistem larikan atau tugal. Dengan sistem larikan satu

gawangan (antar baris tanaman) dapat dibuat 3 jalur penanaman searah barisan tanaman

kelapa sawit. Untuk mempercepat penutupan tanah oleh LCC, dilakukan pemupukan rock

phosfat (RP) dengan dosis RP dicampur dengan biji LCC 1 : 1 untuk tahap awal.

4) Pembangunan Sarana dan Prasarana Kebun

Sebelum pembangunan sarana dan prasana perlu adanya pelaksanaan rencana tata ruang

perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang menerapkan kerangka ruang,

sehingga kegiatan-kegiatan produksi, sosial, ekonomi diharapkan berlangsung dengan

baik. Struktur tata ruang yang akan dibangun diatur sehingga tidak terlepas dari struktur

tata ruang yang lebih luas, strategi pengembangan wilayah daerah yang lebih luas seperti

dalam tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional.

Setelah rencana detail tata ruang selesai dilaksanakan, maka pembangunan prasarana jalan

(jalan penghubung, jalan produksi, jalan koleksi, jembatan dan gorong-gorong), saluran

drainase serta bangunan perkantoran dan perumahan karyawan dilaksanakan.

a) Pembangunan Base Camp dan Fasilitasnya

Untuk mendukung pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari

membangun base camp induk sebagai pusat kegiatan proyek yang akan dilengkapi dengan

berbagai fasilitas, seperti bangunan di emplasemen, terdiri dari; bangunan kantor

perkebunan/proyek, gudang, garasi kendaraan, bengkel, bak tandon air bersih dan lain-lain.

Bangunan perumahan untuk staff dan karyawan non staff dirancang dengan kondisi layak

huni dan memadai yang dilengkapi dengan sarana kesehatan, sosial keagamaan,

pendidikan maupun sarana sanitasi, seperti instalasi penerangan, WC, saluran pembuangan

air limbah dan sarana air bersih. Lokasi lahan untuk bangunan perkantoran dan perumahan

dipilih dengan memperhatikan persyaratan lingkungan antara lain sebagai berikut :

lahan harus sesuai untuk tujuan pembangunannya,

lingkungan yang sehat dan nyaman,

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 40

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

fasilitas air bersih cukup tersedia

sanitasi yang baik dan mudah diterapkan

tidak terganggu pencemaran dari perkebunan

Sesuai dengan kebutuhan, bangunan akan disesuaikan dengan detail pembangunan kebun,

sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan pengoperasian perkebunan dan pabrik

pengolahan kelapa sawit (PKS).

b) Pembangunan Instalasi Air Bersih, Listrik dan Sampah

Pada lokasi base camp juga dibangun instalasi air bersih dan listrik. Air untuk keperluan

domestik dan afdeling dipenuhi dengan menggunakan air permukaan. Air selanjutnya

didistribusikan melalui pipa-pipa yang dipasang untuk memenuhi kebutuhan kawasan base

camp. Sedangkan kebutuhan listrik untuk penerangan dipenuhi dengan penyediaan

generator listrik (genset) pada awal kegiatan, lalu menggunakan PLTU dan generator

listrik (genset) pada saat operasional kegiatan kebun dan pabrik telah berjalan.

i) Air Bersih

Kebutuhan air untuk operasional basecamp akan dipenuhi dari air permukaan dengan

terlebih dahulu diolah pada unit water treatment plant (WTP).

Tabel 2.12. Prakiraan Jumlah Kebutuhan Air Bersih untuk Kegiatan Domestik pada Tahap

Konstruksi

No. Jenis Kegiatan Ket.Asumsi Jumlah

Pemakai AirKebutuhan

Total

Kebutuhan

(L/Hari)

1. Domestik karyawan - 520 orang 100 L/Orang/Hari 52.000

2. Utilitas - - - 10.000

3 Pembibitan

a. Pre Nursery

b. Main Nursery

3 bulan

10 bulan

2.788.057,5 bibit

2.788.057,5 bibit

2 L/10 bibit/hari

2 L/10 bibit/hari

557.611,50

557.611,50

JUMLAH 1.177.223,00

Sumber : Berdasarkan estmasi dari kegiatan sejenis

Ket.: *Jumlah orang yang diperhitungkan, yaitu dengan asumsi seluruh tenaga kerja melakukan aktivitas di emplasement kebun

Berdasarkan di atas terlihat bahwa kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik dan

pembibitan pada tahap konstruksi adalah lebih kurang sebanyak 1.177.223,00 l/hari

atau 1.177,22 m3/hari.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 41

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

ii) Listrik

Kebutuhan energi listrik akan terpenuhi dari genset serta PLTU dari pabrik PKS.

Genset di pabrik kelapa sawit sebanyak 2 Unit dengan masing-masing kapasitas 400

KVA. Sedangkan untuk PLTU (Turbin Uap) sebanyak 2 unit dengan masing-masing

kapasitas sebesar 10 MW. Kebutuhan energi listrik pada tahap konstruksi akan

terpenuhi dari 2 genset dengan masing-masing kapasitas 150 KVA dan 4 Unit Genset

dengan masing-masing Kapasitas 10 KVA. serta 2 unit PLTU (Turbin Uap) dengan

kapasitas masing-masing 1.500 KW.

Pada proses pengolahan kelapa sawit di PKS diperlukan energi listrik 15 s.d. 19

kW/ton TBS (Bapedal, 1998). Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton TBS/jam,

maka diperlukan energi sebesar 900 – 1.140 kwh.

Untuk menghasilkan 1 KW diperlukan 26 Kg Uap. Untuk PKS Kapasitas 60 Ton

TBS/Jam, diperlukan uap sebesar = (900 – 1.140) kwh x 26 Kg/KW = 23.400 – 29.640

Kg uap/Jam atau setara dengan 23,4 – 29,64 ton uap/jam.

Untuk keperluan pengoperasian boiler PLTU, akan dimanfaatkan bahan bakar berupa

cangkang dan serabut kelapa sawit. Cangkang dan serabut sawit ini merupakan limbah

padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit dan inti sawit.

Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa jumlah limbah cangkang dan serabut kelapa

sawit yang dihasilkan dari proses produksi dengan kapasitas 60 ton TBS/jam adalah

sebagai berikut:

a) Cangkang = 13% x 60 ton TBS/jam = 7.800 kg.

b) Serabut = 7% x 60 ton TBS/jam = 4.200 kg.

Nilai kalor dari masing-masing cangkang dan serabut tersebut adalah:

a) Nilai kalor cangkang = 3.640 k.cal x 7.800 = 28.392.000 k.cal

b) Nilai kalor serabut = 2.540 k.cal x 4.200 kg = 10.668.000 k.cal

Sehingga jumlah total kalor yang dihasilkan dari cangkang dan serabut adalah

39.060.000 k.cal.

Jumlah kalori yang diperlukan untuk setiap kg uap dalam proses produksi adalah

sebesar 600 k.cal. Oleh karena itu, jumlah uap yang dihasilkan dari kalor bahan bakar

cangkang dan serabut adalah:

= 39.060.000 k.cal/600 k.cal x 1 kg = 65.100 kg uap.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 42

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Dengan asumsi efisiensi boiler yang digunakan adalah 80%, maka jumlah uap yang

dihasilkan adalah 65.100 kg uap x 80% = 52.080 kg uap/jam atau setara 52,08 ton

uap/jam.

Oleh karena itu, kebutuhan bahan bakar untuk proses pengolahan kelapa sawit dengan

kapasitas 60 ton TBS/jam dan dengan kebutuhan uap sebesar 52,08 ton uap/jam dapat

dipenuhi dari bahan bakar cangkang dan serabut kelapa sawit yg dihasilkan dari proses

produksi.

iii) Telepon

Untuk pemenuhan kebutuhan sarana komunikasi di lokasi base camp, akan diusahakan

adanya sarana telepon dari provider di lokasi.

iv) Drainase dan Septic Tank

Untuk menyalurkan air hujan yang jatuh ke permukaan jalan akan dibuat saluran

drainase. Sedangkan air bekas dari WC dibuang ke septic tank yang dilengkapi dengan

bidang resapan.

v) Sampah

Kegiatan kebersihan akan dilakukan setiap hari, sehingga tercipta lingkungan kerja

yang sehat, bersih indah dan nyaman. Untuk mewujudkan hal itu, di lokasi akan

diletakkan tempat pembuangan sampah (TPSS).

c) Pembangunan Jaringan Jalan, Jembatan dan Gorong-Gorong

i) Jaringan Jalan

Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta

pengontrolan lapangan. Jalan dirancang selurus mungkin, sehingga pengemudi

kendaraan dapat melihat jauh kedepan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus

selaras dengan desain kebun secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi

topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa

jenis jalan, antara lain:

a) Jalan Akses utama, yaitu jalan yang menghubungkan dari jalan raya ke lokasi

kantor dan pabrik dengan lebar 20 meter.

b) Jalan utama (Main Road), yaitu jalan yang menghubungkan antara satu afdeling

dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta menghubungkan

langsung pabrik dengan jalan luar/umum. Jalan utama dengan lebar 9 m, dilalui

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 43

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

kendaraan lebih sering dan lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu

diperkeras dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan

infrastruktur lain, seperti perumahan, bengkel dan kantor.

c) Jalan produksi/transport (Collection Road), yaitu jalan untuk membatasi blok dan

melayani pengangkutan hasil kebun TBS yang terkumpul di tempat pengumpulan

hasil (TPH) menuju ke jalan produksi, yang berfungsi juga sebagai jalan kontrol,

lebar badan jalan 7 meter. Jalan pengumpul dibangun arah timur-barat tegak lurus

terhadap barisan tanaman pada umumnya dibangun setiap jarak 300 meter. Dengan

demikian jarak pikul TBS ketika panen nantinya maksimum 150 meter. Jaringan

jalan yang dibangun akan berfungsi sekaligus batas blok, dan setiap blok terdiri dari

1.000 m x 300 m = 30 Ha. Jalan didesain berupa jalan tanah dipadatkan, sehingga

cukup keras untuk dapat dilalui baik pada musim kemarau maupun musim hujan.

Secara rinci spesifikasi jalan yang akan dibangun PT. DBL disajikan pada tabel di

bawah ini, sedangkan untuk gambar rencana jalan disajikan pada Gambar 2.13.

Tabel 2.13. Kelas jalan dan peruntukan di PT. Dharma Buana Lestari

No Kelas Jalan ROW (m) Perkerasan (m)

1

2

3

Jalan Akses Utama

Jalan Utama/Transport

Jalan produksi/collection road

20

12

10

Sirtu (12)

Sirtu (9)

Tanah (7)

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014Keterangan: - Jalan Utama (MR) 10 m/ha

- Jalan Koleksi (CR) 33 m/ha.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 44

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.13. Rencana Jalan KebunPT. DBL

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 45

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

ii) Jembatan dan Gorong-gorong

Jembatan sementara yang terdapat dalam areal perkebunan dibuat dengan

memanfaatkan sisa potongan kayu yang terdapat di kebun. Jembatan sementara ini

diperkirakan dapat bertahan selama 8 - 12 tahun, terutama dengan landasan kayu kelas

II. Tetapi kalau jenis kayu tidak tersedia, akan digunakan jembatan-jembatan beton

bertulang, terutama apabila panjang jembatan lebih dari 6 (enam) meter. Lebar

jembatan adalah 4 (empat) meter.

Gorong-gorong terbuat dari beton bertulang. Dikerjakan sejak awal pembangunan

proyek. Gunanya untuk mengurangi risiko pemeliharaan yang akan mengganggu

aktivitas produksi. Infrastruktur yang baik akan memudahkan dalam melaksanakan

penyebaran sarana produksi dan pengangkutan produksi. Gambar konstruksi jembatan

kayu disajikan pada Gambar 2.14, dan konstruksi gorong-gorong disajikan pada

Gambar 2.15.

d) Saluran Air

Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber

air dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat

berdasarkan kondisi drainase areal. Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air sangat

dominan, mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengkerut tidak

balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.

Pembangunan saluran drainase dimaksudkan untuk menghindarkan lahan dari

kemungkinan genangan air, khususnya pada lahan datar dengan faktor pembatas

drainase. Pembangunan saluran dirancang dengan mempertimbangkan struktur tanah

dan kemiringannya serta kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit dan kerapatan

tanaman.

Saluran primer (kanal utama), merupakan saluran yang dapat menampung limpasan air

yang mengalir baik dari saluran sekunder (kanal cabang) maupun kanal tersier dan

hamparan lahan sekitarnya yang selanjutnya mengalirkannya ke sungai (Tabel 2.14),

gambar saluran drainase disajikan pada Gambar 2.16.

Tabel 2.14. Jenis Parit yang Akan Dibangun

No. Uraian Lebar Atas Lebar Bawah Dalam

1 Parit Primer 4,75 m 2.0 m 3,0 m

2 Parit Sekunder 2,5 m 1,5 m 2,5 m

3 Parit Tersier 1,0 m 0,3 m 1,0 mSumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 46

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.14. Konstruksi Jembatan Kayu

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 47

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.15. Konstruksi Gorong-gorong

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 48

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.16. Dimensi Saluran Drainase Kebun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 49

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

5) Penanaman Tanaman Kelapa Sawit

Sesuai dengan rencana penyediaan bibit, penanaman akan dilakukan secara simultan, dari

tahun 2016 sampai 2022 Dalam tabel dibawah terlihat rencana penanamannya.

Tabel 2.15. Rencana Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma

No. TahunLuas ( Ha)

Inti Plasma Jumlah

1 Tahun 2016 1.285 321 1.606

2 Tahun 2017 1.682 421 2.103

3 Tahun 2018 1.558 390 1.948

4 Tahun 2019 1.150 287 1.437

5 Tahun 2020 1.920 480 2.400

6 Tahun 2021 1.920 480 2.400

7 Tahun 2022 1.190 297 1.487

Jumlah 10.705 2.676 13.381

Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Kegiatan penanaman dilakukan dengan urutan adalah sebagai berikut:

i) Pemancangan dan Lubang Tanam (Field lining & holing)

Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik

penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga dengan jarak antar baris 7,71 mdan antar

pohon dalam baris 8,9 m. Pada ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 145

pohon per ha. Di tempat pancang inilah nantinya digali lobang tanam.

Lubang tanam dibuat dengan ukuran ukuran 60 x 60 x 60 cm. tanah galian bagian atas

dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1 kg/lobang

ii) Penanaman (Transplanting)

Sebelum diangkut ke lokasi penanaman, bibit diseleksi secara seksama, dipilih bibit

yang sehat, sudah berumur 12 – 14 bulan. Pada waktu penanaman kelapa sawit plastik

polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya tinggi leher bibit kelapa

sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit dimasukan ke dalam lobang

ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak agar bibit tidak miring atau

condong ditiup angin. Disekeliling tanaman dengan radius 50 cm dibuat piringan, yang

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 50

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

bebas dari gulma. Didekat tanaman ditancapkan batang kayu kecil setinggi tanaman dan

polybag bekas digantungkan diujungnya, sebagai tanda poyibag sudah dilepas.

a) Jenis dan Bahan Tanaman

Jenis tanaman yang ditanam adalah hasil persilangan D x P (jenis Tenera) merupakan salah

satu jenis tanaman kelapa sawit yang banyak ditanam dan direkomendasikan oleh Pusat

Penelitian Marihat (PPM), karena memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan

jenis lainnya, seperti : inti lebih kecil, cangkang lebih tipis, daging buah lebih tebal serta

kandungan minyak lebih tinggi dan dengan perlakuan optimal dapat mencapai kapasitas

produksi +25 - 32 ton TBS/ha atau equivalen dengan hasil minyak kelapa sawit + 6 - 7

ton/ha.

Bahan tanaman ini dapat diperoleh dalam jumlah besar dalam bentuk biji kecambah

(germinated-seed) dari Lonsum dan PPKS. Dengan keperluan bibit siap tanam sebanyak

150 bibit/ha (136 ditanam, 14 sisipan), maka akan diperlukan kecambah/bahan tanaman

sebanyak +180 benih, sehingga kebutuhan kecambah selama tahap pembangunan disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 2.16. Kebutuhan Bahan Tanaman

TahunTanam

Luas Kebutuhan Bibit TanamanAsal Bahan Tanaman (Benih)

Penanaman Inti dan Plasma (Ha)

Penanaman SisipanJumlah

  (Bibit) (Bibit)

2016 1,606 218,416 22,484 240,900

Lonsum dan PPKS

2017 2,103 286,008 29,442 315,450

2018 1,948 264,928 27,272 292,200

2019 1,437 195,432 20,118 215,550

2020 2,400 326,400 33,600 360,000

2021 2,400 326,400 33,600 360,000

2022 1,487 202,232 20,818 223,050

Total 13,381 1,819,816 187,334 2,007,150  

b) Pembibitan

Pelaksanaan pembibitan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pre-nursery dan tahap

main-nursery. Lahan pembibitan dipilih pada areal yang cukup datar dan terdapat sumber

air permanen di dekatnya, bebas dari banjir dan kurang lebih di tengah lahan perkebunan.

Pembibitan dilakukan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Tahap pre nursery

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 51

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

bibit disusun rapat, sedangkan tahap main nursery bibit disusun dengan jarak 90 x 90 x 90

cm segitiga sama sisi atau dengan poplasi rata-rata berkisar 12.000 pohon per ha.

Persentase bibit afkir umumnya berkisar 30 % dari jumlah kecambah tertanam, yaitu 12,5

% di pembibitan pendahuluan dan 17,5 % di pembibitan utama.

i) Pre-Nursery (Pembibitan Awal)

Petak pembibitan dibuat dengan arah utara-selatan. Petak berukuran 20 x 1 m2 dapat

memuat + 2.400 baby polybag dengan ukuran tinggi 22 cm, lebar 14 cm. Jarak antar

petak dibuat 60 - 80 cm.

Pre-nursery dapat tanpa diberi pelindung. Tanah untuk mengisi baby-polybag dipilih

tanah lapisan atas yang subur, bersih dari benda keras (batu/konkresi) atau sisa kayu.

Sebelum melakukan penanaman kecambah kelapa sawit, tanah di dalam polybag harus

disiram hingga jenuh dan setelah penanaman kecambah penyiraman diulang kembali

Penyiraman dilakukan 2 x sehari, pagi dan sore. Penggunaan air untuk penyiraman

kurang lebih 1 liter untuk 10 bibit polybag. Penyiraman ditiadakan bila terjadi curah

hujan > 8 mm/hari.

Penyiangan, yaitu dengan cara membuang rumput dan kotoran lain dari polybag.

Seleksi bibit, dilakukan bersamaan saat menyiang dengan menyisihkan bibit polybag

yang memperlihatkan kelainan pertumbuhan. Bibit yang disisihkan setelah dihitung

dan dicatat, dimusnahkan.

Setelah 10 - 15 hari dari penanaman kecambah, bakal daun akan timbul di atas

permukaan tanah. Setelah berumur kurang lebih 3 bulan, bibit telah memiliki 3 - 4

helai daun dan siap dipindahkan ke pembibitan utama.

ii) Main-Nursery (Pembibitan Utama)

Main -Nursery adalah merupakan tempat untuk bibit ex pre-nursery yang dipindahkan

kedalam kantong polybag ukuran lebih besar, karenanya lokasi pre dan main-nursery

dibuat berdekatan. Bibitan akan dibesarkan selama 8 - 10 bulan. Pembuatan main-

nursery dapat secara mekanis dan guna efisiensi penyiraman, digunakan

sprinklerirrigation. Disamping jalan-jalan kontrol, maka untuk mengalirkan air

permukaan di waktu hujan perlu dibuat parit-parit drainase.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 52

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Pemeliharan di main-nursery mencakup: penyiraman, penyiangan, pemupukan,

pemberantasan hama dan penyakit dan seleksi. Setelah penanaman bibit ke dalam

polybag perlu dilakukan penyiraman. Kebutuhan air per bibit diperkirakan 2 liter per

hari. Air untuk penyiraman diperoleh dari air tanah yang ditampung dalam

kolam/embung air yang dibuat di sekitar lokasi pembibitan. Sementara penyiangan

dilakukan secara manual.

Pemupukan perlu dilakukan dengan jadwal dan dosis sesuai bagan pemupukan (Tabel

2.17) dengan intensitas pemberian setiap 2 minggu. Hama dan penyakit yang sering

terdapat di pembibitan adalah belalang, larva kumbang, tungau merah yang diberantas

dengan cara kimiawi atau manual.

Tabel 2.17. Dosis Pemupukan pada Persemaian/Pembibitan

No. UmurDosis (kg/tanaman)

Urea TSP MOP Kies Bo

1 0 bln (lubang) - 0,5 - - -

2 1 bln 0,15 - - - -

3 3 bln 0,25 - 0,15 0,10 -

4 5 bln 0,25 0,50 0,15 0,10 -

5 8 bln 0,35 - 0,25 0,15 0,02

6 12 bln 0,50 0,75 0,50 0,25 -

Jumlah 1,50 1,75 1,00 0,60 0,02

1 Tahun 1

2 16 bulan 0,50 - 0,50 0,25 0,03

3 20 bulan 0,50 0,50 - 0,35 -

4 24 bulan 0,75 1,00 0,75 0,50 0,05

Jumlah 1,75 1,00 1,75 1,10 0,08

1 Tahun 2

2 28 bulan 0,75 1,00 0,75 0,50 -

3 32 bulan 1,00 - 1,00 0,75 -

Jumlah 5,00 3,75 4,55 2,95 0,10

Sumber : Data empiris dari kegiatan sejenis, 2014.

Seleksi akhir bibit perlu dilakukan pada umur + 8 bulan yaitu menjelang ditanam ke

lapangan.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 53

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

c) Pengendalian Hama dan Penyakit

Ada dua jenis hama yang umum ditemukan di pembibitan yaitu :

Kumbang mala (Apogonia sp. dan Adoretus sp.), dimana Apogonia sp. berwarana hitam

dan Adoretus sp. berwana coklat. Penyerangan kedua hama tersebut dilakukan terhadap

helaian anak daun, sehingga berbentuk lubang-lubang. Kumbang tersebut aktif dan keluar

mencari makan pada waktu malam.

Ulat Setora nitens (ulat api). Pada tahap serangan awal, pembasmiannya dilakukan dengan

cara manual (dikutip). Penggunaan insektisida hendaknya dibatasi, untuk menjaga

kemusnahan parasit ulat tersebut dan kumbang penyerbuk (Elaedobius camerunicus).

Terdapat 2 (dua) jenis penyakit di pembibitan yaitu:

i) Penyakit Akar (Blast)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia sp. atau Pythium sp. Gejala penyakit

adalah akar yang berwarna kuning dan berair serta daun tampak kusam coklat kemerahan,

seperti terbakar api. Penyerangan biasanya terjadi waktu musim kering. Penyakit ini sering

di pembibitan awal pada umur 1 - 2 bulan.

ii) Penyakit Daun

Penyakit daun ini antara lain :

Penyakit antracnoses disebabkan oleh cendawan Botridiplodia sp., Glomerella sungulata

dan Melanconiem elaeidis dengan gejala serangan hampir serupa. Pada umumnya

cendawan bersifat sebagai parasit pada daun yang luka. Penularan berasal dari spora-spora

yang ada di daun, kemudian terbawa air hujan dan waktu penyiangan. Penyakit ini banyak

terdapat dipembibitan awal apabila naungan terlalu berat. Gejala serangan penyakit

tersebut ditandai dengan bercak-bercak pada daun dengan ujung berwarna hijau pucat,

kemudian berubah coklat, membusuk dan akhirnya kering dan rapuh.

Penyakit bercak daun (black spot), disebabkan oleh cendawan Culvularia sp. dan

Helminthosporium sp. Penularan melalui spora yang terdapat di permukaan daun. Penyakit

yang banyak menyerang tanaman di pembibitan ini sebenarnya tidak merugikan, tetapi

pada musim kering yang panjang dapat mematikan tanaman.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 54

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

iii) Pencegahan dan Pengendalian Hama dan Penyakit di Pembibitan :

Pencegahan (preventif)

Tindakan pencegahan adalah tindakan yang paling efisien dalam sistem pengendalian

hama dan penyakit. Tindakan tersebut bertujuan untuk kondisi lingkungan hidup hama

maupun penyakit, tidak bisa berkembang. Tindakan pencegahan antara lain :

a) Mengurangi kelembaban

b) Mengurangi Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah

bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga

berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di polybag akibat terpaan air

hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas penerimaan cahaya

matahari yang masuk. Pengaturan naungan di pembibitan awal umur 0 - 1,5 bulan

naungan 100%, umur 1,5 - 2,5 bulan naungan 50%, dan > 2,5 bulan naungan

dihilangkan secara bertahap.

c) Menghilangkan sumber infeksi dengan cara:

Bibit yang terkena infeksi dibuang dan dibakar

Pemotongan bibit yang sakit dengan pisau steril

Penggunaan naungan yang bebas dari hama dan penyakit

iv) Pengendalian (Kuratif)

Dalam tindakan ini perlu digunakan pestisida yang sesuai dengan jenis hama atau penyakit

yang menyerang.

Pestisida yang efektif untuk pengendalian adalah yang larut dalam air. Apabila terjadi

serangan penyakit, fungisida yang digunakan tidak boleh mengandung ikatan tembaga

(Cu), mercuri (Hg) dan timah hitam (Pb). Sebagai bahan tambahan perlu dipergunakan zat

perata dan perekat supaya efektivitas pengendalian lebih baik. Penyemprotan harus segera

dilakukan apabila serangan sudah merata. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari,

dilakukan 2 jam sebelum atau sesudah penyiraman bibit.

d) Penanaman

Berdasarkan data curah hujan di wilayah ini, penanaman kelapa sawit harus selesai

sebelum berakhirnya musim penghujan, sehingga tanaman cukup kuat dalam menghadapi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 55

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

musim kemarau. Bibit berumur 10 -12 bulan sejak penanaman kecambah merupakan yang

terbaik untuk dipindahkan ke lapangan setelah diseleksi.

i) Memancang

Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik

penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak 9,2 m x 7,97 m. Pada

ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 136 pohon per ha. Di tempat pancang inilah

nantinya digali lobang tanam.

ii) Penataan Afdeling dan Blok

Luas afdeling disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan yang

berhubungan dengan perawatan tanaman dan panen. Luas satu afdeling/divisi yang ideal

untuk kebun PT. Dharma Buana Lestari dirancang akan mencakup luas 1.000 - 1.100 ha

sesuai dengan keadaan medan. Penataan blok dikerjakan setelah pemancangan dengan luas

tiap blok sekitar 25 ha. Setiap blok selanjutnya digunakan menjadi satu kesatuan contoh

daun (KCD) yang akan dipergunakan dalam menentukan rekomendasi pemupukan

nantinya.

iii) Membuat Lobang dan Menanam

Lobang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dan satu atau dua hari sebelum

lobang tanam ditaburi pupuk Rock Phosphate (RP) 0,5 kg per lobang. Pada waktu

penanaman kelapa sawit plastik polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya

tinggi leher bibit kelapa sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit

dimasukan ke dalam lobang ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak

agar bibit tidak miring atau condong ditiup angin.

6) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Kegiatan operasi di perkebunan secara umum adalah berupa pemeliharaan, baik

pemeliharaan tanaman, maupun jalan dan prasarana lainnya. Dalam perkebunan kelapa

sawit, cara pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan (TBM) berbeda dengan

tanaman yang sudah menghasilkan (TM).

Pemeliharaan yang baik dan mengikuti anjuran selama tanaman belum menghasilkan akan

memberikan hasil buah yang baik pada saat tanaman berproduksi. Beberapa langkah yang

perlu mendapat perhatian seksama selama pemeliharaan TBM.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 56

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

a) Penyulaman dan Penyisipan

Kegiatan penyulaman dan penyisipan dilakukan hingga tanaman berusia 6 bulan,

dimaksudkan agar umur tanaman yang disulam/disisipkan tetap seragam dengan tanaman

lainnya. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau yang kurang baik

pertumbuhannya. Sedangkan penyisipan dimaksudkan untuk menanami tempat-tempat

lubang tanam tertentu yang ketinggalan, atau tidak tertanami pada penanaman pertama.

Sisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati di lapangan, penyisipan

sebaiknya dilakukan dimana tanaman utama umurnya tidak melebihi 1 tahun.

b) Pemeliharaan Saluran Drainase/Rorak

Saluran drainase dan parit rorak harus secara teratur dikeruk dan dibersihkan. Biasanya

waktu pembersihan adalah 6 - 8 bulan sekali.

c) Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah

Untuk mempertahankan fungsinya, tanaman penutup tanah perlu perawatan yang baik,

bersih dari gulma. Penyiangan atau perawatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sampai saat

tanaman menutup permukaan tanah.

d) Pengendalian Hama/Penyakit Tanaman dan Gulma

Gulma yang sering ditemukan antara lain ilalang dan beberapa jenis rumput liar lainnya.

Gulma perlu diberantas, agar tidak menyaingi pertumbuhan tanaman sawit dan tanaman

penutup tanah. Pemberantasan dan pembuangan gulma dilakukan secara bergilir setiap 1

hingga 2 bulan sekali. Pemberantasan gulma dilakukan dengan cara kombinasi, yaitu

secara fisik dengan dicangkul dan secara biologis dengan penanaman tanaman penutup

tanah (cover crop) dan secara kimia dengan penyemprotan herbisida.

Untuk mengatasi gangguan hama dan penyakit tanaman dilakukan pengendalian dengan

menyemprotkan pestisida, sesuai dengan jenis tanaman dan penyakitnya. Tabel 2.18

dibawah ini menyajikan jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam pengendalian HPT

dan gulma.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 57

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.18. Jenis dan Dosis Insektisida, Fungisida dan Herbisida Untuk Pengendalian

Hama dan Penyakit Pada TBM

Campuran Herbisida

Laju/HaLaju Campuran / 18

liter airTarget gulma

Starane+Round Up

0,3 Liter +1,5 Liter

12 ml Starane + 60 ml Round Up

Daun lebar

Ally 20 DF+Round Up

75 gm

1,5 liter

3 gm Ally + 60 ml glyphosate

Gulma umum: rumput, daun lebar dan kacang-kacangan;Gulma kayu Clidemia, melastoma, Lantana spp., Eupatorium spp.:Fern – Dicranopteris, Nephrolepis, Stenochlaena, dan Adiantum;Wild ginger dan Wild yam.

Ally 20 DF+Paraquat

75 gm

1,5 liter

3 gm Ally + 60 ml paraquat

Gulma umum: rumput, daun lebar, dan kacang-kacangan.Gulma kayu Clidemia, melastoma, Lantana spp., Eupatorium spp.;Fern – Dicranopteris, Nephrolepis, Stenochlaena, dan Adiantum;Wild ginger dan Wild yam.

Round Up 2,5 liter 100 ml Round Up Rumput

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

e) Membuka dan Merawat Piringan

Membuka piringan dilakukan pada saat menjelang pemupukan pertama. Diameter piringan

yang dibuka 0,75 m dan diperlebar hingga 2,5 m sesuai dengan umur tanaman sedangkan

pemeliharaannya dilakukan satu kali sebulan.

f) Pemupukan

Setelah bibit ditanam di lapangan, tanaman sudah harus mulai dipupuk. Jenis pupuk yang

umum digunakan adalah :

Urea (46 % N)

Rock Phosphate (RP - 36 % P2O5)

Muriate of Potash (MOP - 60 % K2O)

Kieserite (25 % MgO)

HGF - Borate (46 % B2O3)

Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal, umur tanaman. Pada waktu satu bulan,

ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 – 40 Cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 58

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah

daun. ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktu yang berdekatan. Rock

Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih

dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock

Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur

tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.

Tabel 2.19. Pemupukan Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Umur Tanaman

(bulan)*

Dosis Pupuk (Gram/pohon)

UREA R P MOP KS HGFB

3

6

9

12

16

20

24

28

32

100

150

150

200

250

300

350

350

450

150

150

200

300

300

300

300

450

450

200

250

250

300

300

350

350

450

500

100

100

150

150

200

250

300

350

350

-

-

25

-

25

-

50

50

-

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Ket: * = Setelah tanam di lapangan

g) Kastrasi/Ablasi

Kastrasi adalah pekerjaan membuang bunga-bunga baik jantan maupun betina yang

dilakukan pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan ini dimulai pada tanaman yang

telah berumur 18 bulan (setelah tanam) dan berlangsung selama 3 bulan, sampai tanaman

berumur 21 bulan. Kastrasi bertujuan :

Merangsang pertumbuhan vegetatif

Memperoleh tandan buah lebih besar dan seragam sehingga memenuhi persyaratan

untuk diolah di pabrik.

h) Persiapan Panen

Panen umumnya sudah dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 36 bulan.

Agar panen dapat berjalan dengan lancar, perlu adanya persiapan panen, mencakup

pelaksanaan pekerjaan:

Pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk mempermudah pemanen mengangkut

buah.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 59

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Memperlebar dan membersihkan piringan pohon agar buah-buah yang jatuh dapat

terlihat dengan jelas.

II. Konstruksi Pabrik

7) Pematangan Lahan dan Pondasi PKS

Salah satu tahapan kegiatan pembangunan PKS adalah pematangan lahan dan pekerjaan

pondasi dengan total luas lahan 15 Ha. Kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan pondasi

secara garis besar terdiri dari kegiatan galian dan pengurugan. Pekerjaan pematangan lahan

meliputi kegiatan pengupasan terhadap lahan tinggi dan penimbunan lahan yang rendah,

sehingga lahan yang dipersiapkan memenuhi elevasi yang diinginkan, membersihkan

tanaman dengan mencabut sampai ke akarnya, pemadatan, urugan sampai stabil melalui

proses soil improvement.

8) Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Perencanaan pembangunan pabrik perlu dipersiapkan dengan matang agar panen perdana

dapat terolah dan pabrik dapat bekerja secara effisien. Rencana penanaman, rencana

produksi dan rencana pembangunan pabrik harus terpadu mengingat :

Pembangunan pabrik memerlukan waktu 18 - 24 bulan

Biaya cukup tinggi, yaitu 60% dari biaya investai tanaman atau 30% dari seluruh

investasi

Sarana dan prasarana yang masih sangat minimum ke lokasi proyek

Dalam menentukan lokasi pabrik, maka beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan

sebagai berikut:

Letak pabrik hendaknya dekat dengan sarana dan prasarana yang ada

Daya dukung tanah minimal 1 kg/cm

Dekat dengan sumber air, tetapi bebas banjir

Dekat dengan sungai atau rendahan yang dapat mengalirkan limbah cair

Relatif dekat dengan kebun kelapa sawit

Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit

dengan kapasitas 60 ton TBS/jam pada tahun 2017. Penempatan lokasi pabrik ditentukan

berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dan dekat sumber air.

Untuk sebuah unit PKS terdapat beberapa stasiun pengolahan yang meliputi: stasiun buah

dan penyimpanan, stasiun perebusan, stasiun penebah/perontokan, stasiun kempa, stasiun

klarifikasi, stasiun penyimpanan CPO, stasiun pengupasan bijih, stasiun pengutipan inti,

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 60

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

stasiun pembangkit tenaga listrik, sumber air proses, bangunan sipil pabrik, dan unit

pengutipan minyak dari sludge.

2.2.4.3. Tahap Operasional

1) Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dikerahkan pada operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa

sawit ini pada umumnya berasal dari penduduk setempat, sisanya dari penduduk daerah

Papua disekitarnya. Jumlah karyawan yang direkrut pada tahap operasi berjumlah sekitar

1.000 orang tidak termasuk tenaga kerja kontraktor, subkontraktor dan suplayer (pemasok

material, bahan makanan, ATK dsb). Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

keperluan operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai

tenaga kerja lepas, diperkirakan sekitar 870 – 1.450 orang (Tabel 2.7). Sebagian dari

tenaga kerja operasional kebun telah direkrut pada tahap konstruksi. Sementara itu, untuk

operasional pabrik diperkirakan diperlukan tenaga kerja sebanyak kurang lebih 150 orang.

I. Operasional Perkebunan

2) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Untuk mendapatkan produksi yang kontinyu dengan hasil yang baik, pemeliharaan

tanaman menghasilkan perlu dilaksanakan dengan baik dan secara intensif, termasuk

pengawasan yang terus menerus akan adanya hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman

menghasilkan, pada prakteknya dapat dibagi atas tanaman menurut kelompok umur,

sebagai berikut :

tanaman muda : 4 - 8 tahun

tanaman remaja : 9 - 17 tahun

tanaman tua : > 17 tahun

Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama, kecuali dalam

dosis pemupukan. Pada tanaman tua, dosis tua pemupukan mulai dikurang bahkan

dihentikan dua tahun menjelang penanaman ulang (replanting). Perlakuan pemeliharaan

tanaman menghasilkan antara lain akan mencakup:

a) Pembasmian Alang-alang

Pembasmian alang-alang dilakukan secara semprot sheet dan spot dengan rotasi tiga bulan

sekali.

Pengendalian dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan kondisi alang-alang di

lapangan, secara umum pengendalian dimulai dengan: 1. Semprot alang-alang (biasanya

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 61

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2 rotasi dengan interval 1,5 bulan sampai 2 bulan), 2. Kemudian dilanjutkan dengan

Spot (biasanya 2 rotasi dengan interval 2 bulan).

Bahan pengendalian menggunakan herbisida systemik, menggunakan knapsack sprayer

kapasitas ± 15 liter pada konsentrasi larutan 0,75 % dengan cara menyemprotkan ke

alang-alang (pengendalian secara semprot dan spot).

Pengendalian hanya bagian kebun yang ada alang-alang dan kerjanya secara sistemik

(bahan aktif Glyphosate) dan tidak menjadi residu di dalam tanah. Bila pekerja tidak

mematuhi aturan pekerjaan, bisa saja air cucian alat semprot dibuang  ke parit/sungai

yang pada akhirnya dapat mencemari lingkungan parit/sungai, sehingga dapat

mengganggu ekosistem di parit/sungai tersebut.

Setelah 1,5 minggu sampai 2 minggu penyemprotan  pengendalian alang-alang pertama,

dilakukan penanaman kacangan penutup tanah/leguminous cover crop (LCC) yang

berfungsi : mencegah erosi, sebagai mulsa (menambah bahan organik tanah dan

kelembaban lingkungan), fiksasi nitrogen, dan juga mengotrol gulma.

b) Pemeliharaan Tanaman Muda dan Tanaman Remaja

Pada areal tanaman muda dan tanaman remaja pemeliharaan gawangan dilakukan dengan

cara penyemprotan terhadap pakis kawat dengan menggunakan herbisida, disamping

pembasmian tanaman liar dengan pusingan (rotasi) tiap tiga bulan sekali.

c) Pemeliharaan Piringan

Pemeliharaan piringan dilaksanakan dengan menggunakan larutan herbisida dilengkapi

atomizer sprayer, tiga bulan sekali.

Tabel 2.20. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Menghasilkan

Merk Dagang Bahan Aktif Pengendalian Dosis per ha

Eagle

GramoxoneAlly

Glyphosate Gulma berdaun graminae dan lalang.

Gulma berdaun lebarGulma berdaun lebar

Sheet : 4 ltr/haSpot : 1 ltr/haWiping : 0,1 ltr/ha0,4 kg/ha0,02 kg/ha

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

d) Pemupukan

Dosis pemupukan hendaknya didasarkan pada hasil analisa daun. Sebagai pengarahan

diberikan gambaran mengenai dosis pemupukan. Lihat tabel berikut.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 62

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Tabel 2.21. Pemupukan Pada Tanaman Menghasilkan

Umur TanamanGram per Pokok

UREA R P MOP KS HGFB

> 36 bln dstSmst - ISmst – II

1.200 1.200

2.000 1.4001.400

1.40050

Total 2.400 2.000 2.800 1.400 50

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

e) Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang umumnya terdapat pada kebun tanaman menghasilkan adalah penyakit

Busuk Buah, sedangkan hama-hama yang umumnya ditemukan pada tanaman pada

perkebunan kelapa sawit adalah:

Ulat api atau ulat siput (Setara sp.), hama ini berwarna hijau, terdapat dan memakan

helaian daun.

Ulat kantong atau ulat bungkus yang hidupnya dalam kantong-kantong potongan daun,

berwarna coklat. Ulat atau larvanya merusak helaian anak daun dimulai dengan mengikis

lapisan epidemi yang kemudian akan mengering.

Serangan belalang jarang dijumpai di pembibitan, tetapi kadang kala dapat menyebabkan

kerugian jika populasi belalang cukup banyak. Serangannya dilakukan pada bagian daun

dan batang-batang bibit yang baru tumbuh sehingga dapat mematahkan bibit.

Jengkerik adalah jenis hama berwarna coklat gelap atau hitam, menyerang pangkal daun,

pucuk daun atau umbut.

Keong menyerang dan mengisap bagian-bagian jaringan lunak dari daun dan

meninggalkan bekas berupa serat-serat.

Tikus biasanya terdapat di semak belukar atau bambu-bambu sekitar tempat tanaman.

Tikus ini menyerang bagian titik tumbuh tanaman, sehingga tanaman menjadi kerdil

bahkan mati.

Pengendalian hama dan penyakit pada TM dapat dilakukan dengan beberapa teknik sesuai

dengan kondisi lapangan, yaitu :

▪ Sanitasi kebun, dengan membersihkan kebun dari tumbuhan inang hama dan penyakit.

▪ Mekanik, dengan pengambilan langsung hama yang menyerang atau mengambil bagian

tanaman yang terserang.

▪ Kimia, dengan penggunaan pestisida apabila alternatif pengendalian di atas

memungkinkan.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 63

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Umumnya, perkebunan kelapa sawit memicu munculnya hama migran baru yang sangat

ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras

dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat

monokulturasi. Selain karena adanya kompetisi habitat, ketersediaan inang dan tumpukan

bahan organik di lapangan akan mememberikan tempat perkembangbiakan dan makanan

larva hama tanaman sawit tersebut. Meningkatnya pemakaian lahan secara besar-besaran

untuk penanaman kelapa sawit di Indonesia menambah jumlah lahan monokultur yang

menguntungkan bagi perkembangan hama. Hal tersebut terjadi karena pakan terus menerus

tersedia sehingga menunjang keberlangsungan hidup hama dengan baik.

Sebagai contoh, dampak negatif pemanfaatan tandan kosong yaitu sebagai tempat

berkembangbiaknya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Akibat serangan hama ini

perkebunan kelapa sawit bisa mengalami kerugian finansial yang sangat besar.

Selain itu, hanya 12 spesies fauna yang dapat hidup diperkebunan kelapa sawit. Sedangkan

sisanya dalah hama, karena aktivitas fauna tersebut yang memakan salah satu organ dari

tumbuhan kelapa sawit. Karena dianggap hama, hewan tersebut harus dibasmi. Lambat

laun, jika tidak dilestarikan, hewan yang dianggap hama tersebut akan langka dan punah.

f) Penunasan

Penunasan dilakukan dengan pusingan 3 (tiga) bulan sekali. Tunas-tunas yang ditinggalkan

atau tidak dipotong 2 (dua) pelepah di bawah buah (songgoh 2).

g) Pemeliharaan Jalan dan Parit

Pemeliharaan jalan dan parit dilakukan antara lain dengan pemberian batuan/kerikil

dilakukan terus secara rutin dimana diperlukan, demikian pula pembersihan pasar-pasar

pikul di dalam kebun dan parit-parit di tepi jalan utama guna memperlancar arus air

buangan.

3) Pemanenan dan Perkiraan Hasil

Pekerjaan panen tanaman kelapa sawit meliputi : pemotongan tandan buah segar (TBS)

dan pengumpulan berondolan. Panen awal dilakukan dengan menggunakan dodos dan

apabila tinggi tanaman tidak lagi memungkinkan, digunakan galah bambu egrek dilengkapi

pisau berbentuk sabit pada ujungnya. Biaya panen per ton TBS cenderung lebih tinggi pada

awal, sebab pada panen pertama produksi per hektar masih rendah, dengan bertambahnya

umur tanaman produksi makin meningkat.

Cara panen yang diterapkan di perkebunan PT. Dharma Buana Lestari adalah sistem

giring. Pada sistem ini pemanen diberi ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 64

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

sipemanen mengerjakan beberapa gawang. Ancak merupakan ancak tidak tetap dan bila

selesai dikerjakan pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditetapkan. Keuntungan

dari cara ini ialah buah cepat dipanen dan diangkut keluar, sehingga cepat sampai di

pabrik. Persyaratan TBM untuk dapat mulai dipanen antara lain, jumlah tanaman yang

dapat dipanen melampaui 60% dan mutu tandan sudah baik. Kriteria panen/TBS yang

umum diterapkan adalah 2 brondolan per kg berat tandan.

Cara memanen buah kelapa sawit akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang

dihasilkan. Bila pemanenan dilakukan pada keadaan buah kelewat matang, kandungan

asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam minyak akan meningkat, sedangkan panen

buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak dari buah. Dengan

demikian, pelaksanaan panen harus tepat agar menghasilkan kandungan minyak maksimal

dengan kadar ALB yang rendah. Indikasi bahwa panen dapat dilaksanakan, antara lain

adalah jumlah buah yang terlepas dari tandan yang jatuh ke tanah. Untuk tahun pertama

biasanya terdapat paling sedikit 5 brondolan, sedang untuk tanaman berumur kurang dari

10 tahun paling sedikit 10 brondolan dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun terdapat 15

- 20 brondolan. Kematangan tandan yang akan dipanen terdiri dari beberapa tingkatan

seperti terlihat pada Tabel 2.22. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan disimpulkan bahwa

wilayah proyek sebagian termasuk kedalam kelas S-2 (cukup sesuai) dan sebagian lagi

termasuk kedalam kelas S3 (sesuai marginal) menurut klaisifikasi Tim Pusat Penelitian

Tanah Bogor (1993). Dengan memperbaiki faktor pembatas yang ada dan pengelolaan

kebun yang baik diharapkan akan dicapai perkiraan produksi seperti terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 2.22. Tingkat Kematangan Buah Yang Akan Dipanen

No. Jumlah Brondolan Warna Buah Tingkat Kematangan

0 Tidak ada Hitam Sangat merah

1 1 – 5 % buah luar brondol Hitam kemerahan Mentah

2 5 – 10 % buah luar brondol Kemerahan Cukup matang

3 10 – 25 % buah luar brondol Merah kekuningan Matang

4 25 – 50 % buah luar brondol Merah kekuningan Matang

5 50 – 75 % buah luar brondol Merah kekuningan Matang

6 75 – 100 % buah luar brondol Kuning Terlalu matang

7 Buah dalam brondol Kuning Buah busuk

8 Semua buah brondol Kuning Tandan kosong

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 65

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.23. Perkiraan Produksi dan Rendemen Kelapa sawit

Umur Tanaman

(Th)

Produksi(Ton TBS/ha)

Rendemen (%)

Minyak Kelapa Sawit (MKS) Inti Sawit (IS)

345678910111213141516171819202122232425

715192225272727272727252524242222212119171717

1416182021222222222222222222222222222222222222

2,02,53,03,53,53,52,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,53,5

Rata-rata 22 21,1 3,4

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Pada saat kegiatan pemanenan kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat, berupa

kayu, pelepah dan gulma. Perkiraan limbah padat perkebunan ini dalam setahun setiap

satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun

sebanyak 10,4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008).

4) Pengangkutan Hasil Panen (TBS) dan Pengangkutan CPO

a) Pengangkutan Hasil Panen TBS

Tandan buah segar yang dihasilkan akan diangkut ke lokasi pabrik

penggilangan/pengolahan yang direncanakan terletak di dalam areal perkebunan PT.

Dharma Buana Lestari. Tandan buah segar diangkut dengan menggunakan dump truck

berkapasitas 7 - 8 ton TBS.

Buah kelapa sawit memiliki sifat perisable (segera mengalami kerusakan penurunan

kualitas dan rendemen) bila tidak segera diolah. Tandan buah segar hasil pemanenan harus

segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segara diolah,

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 66

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

kandungan asam lemak bebasnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal itu,

maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segara diolah.

Buah serta brondol diangkut ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) setelah gagang tandan

dipotong serapatnya. Pengangkutan buah dilakukan dari tempat yang paling jauh guna

memudahkan memikul tandan ke TPH. Pada TPH buah disusun secara terbalik sebanyak 5

- 10 tandan per baris, kemudian pangkal tandan diberi nomor dan brondol ditempat

terpisah. TBS diangkut ke PKS menggunakan truk, traktor dan trailer.

b) Pengangkutan CPO dan PKO

Hasil produksi CPO dan PKO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut

dari lokasi pabrik menuju pelabuhan terdekat. CPO dan inti sawit, diangkut menggunakan

truk tangki CPO, sedangkan inti sawit diangkut dengan truk kernel. Dari truk pengangkut,

muatan CPO dan PKO akan dimuat langsung ke kapal tanpa disimpan atau ditimbun

terlebih dahulu di pelabuhan.

II. Operasional Pabrik

5) Proses Pengolahan Hasil

a) Pengolahan Kelapa Sawit (CPO)

Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci

tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

i) Pengangkutan Tandan Buah Segar

ii) Perebusan (Sterilizer)

iii) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)

iv) Pengolahan Minyak Daging Buah

v) Proses Pemurnian Minyak

b) Proses Pengolahan Inti Sawit

Untuk mendapatkan effisien yang lebih tinggi, maka pabrik pengolahan inti ini berada

dalam lokasi yang sama dengan pabrik pengolahan tandan, sehingga fasilitas yang telah

ada (tenaga kerja, pembangkit listrik, bangunan dan lain-lain) dapat dimanfaatkan lebih

baik.

i) Silo inti menerima inti dari peniup inti yang digerakan dengan kipas dan pipa

penyalur. Silo inti memiliki pintu dibagian bawah.

ii) Inti kemudian disalurkan melalui ularan kepemisah logam.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 67

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

iii) Inti dipecah dengan menggunakan rotor penumbuk yang berputar cepat dengan

putaran 800 - 1.800 rpm dan berkapasitas 6 ton/jam atau lebih.

iv) Melalui ularan, inti yang telah dihancurkan dikirim ke timba inti yang bertugas

menaikkanya ke ularan umpan dan dari sini oleh ularan didistribusi.

v) Inti hancur dibagikan kecorong-corong pemeras inti

vi) Pemerasan dilakukan dengan kempa ulir. Dimana ampas kempa akan keluar dari ujung

silinder kempa dan minyak inti mengalir melalui talang dan jatuh kesaringan getar

yang ada diatas bak.

vii) Ampas yang tertahan pada saringan dikembalikan ketimba untuk dikempa (press)

melalui ularan pengumpul.

viii)Bak minyak terbuat dari plat besi yang dilengkapi dengan termometer dan pipa

pemanas dengan uap dan pompa yang akan memompakan minyak ke "frame filter" .

Pipa pemanas dalam bak ini dilengkapi dengan kran manometer dan perangkap

embun.

ix) Minyak dari bak masih perlu disaring lagi dengan saringan kain (filter press) yaitu

lempengan baja yang disekatkan pada kain saringan.

x) Minyaknya ditampung pada bak pengumpul dan dipompakan ke tangki timbun dan

ampas kembali dicampurkan dengan ampas inti.

xi) Tangki timbun yang berkapasitas 1.000 ton atau lebih dilengkapi dengan pengukur dan

pompa pengiriman.

xii) Ampas yang dihasilkan disalurkan dari pesawat kempa terakhir keruang pengepakan

dengan ularan dan ampas kering ini digonikan.

Tangki timbun dipelabuhan diperlukan, karena kapal tangki yang besar memiliki kapasitas

10.000 - 12.000 ton dan kapal tidak terlalu lama sandar menunggu muatan. Disamping itu,

minyak yang akan dimuat menuju kapal perlu terlebih dahulu dipanaskan agar mudah

dialirkan, oleh karena itu tangki penimbunan minyak harus dilengkapi dengan instalasi

pemanasan karena minyak sawit akan membeku pada temperatur rendah. Titik cair CPO

adalah 24°C untuk itu diperlukan instalasi pemanasan. CPO yang akan diisikan ke tangki

mobil temperaturnya harus dipanasi pada temperatur 50 - 55°C.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 68

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

6) Operasional Boiler

Untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk proses produksi, PT. Dharma Buana

Lestari menggunakan mesin ketel uap (boiler) dengan kapasitas 30 ton/jam sebanyak 2

unit. Dalam operasionalnya, boiler ini akan menggunakan limbah padat yang dihasilkan

dari proses pengolahan TBS, berupa cangkang (7% dari TBS) dan sabut halus (11 % dari

TBS) sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler. Serabut halus ini

memiliki nilai kalor sebesar 2.540 K.cal/kg serabut dan cangkang sebesar 3.640 K.cal/kg

cangkang. Dari proses pembakaran pada ketel uap (boiler) akan dihasilkan emisi gas buang

berupa total partikel (TSP), sulfurdioksida (SO2), nitrogendioksida (NO2), hidrogen klorida

(HCl), gas klorin (Cl2), Ammonia (NH3), hidrogen florida (HF) dan opasitas, mengacu

kepada PERMEN LH No. 7 Tahun 2007 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak

bagi ketel uap.

7) Pengolahan Limbah

a) Jenis-jenis Limbah Yang Dihasilkan

i) Limbah Cair

Standar pemakaian air pabrik yang berkapasitas maksimal 60 ton TBS/jam dengan

rincian sebagai berikut :

- air untuk Press Station 5,0 ton/jam

- air untuk hidrocyclone 10,0 ton/jam

- air untuk Vacum Injector 40 ton/jam

- air untuk Steam Boiler 6,0 ton/jam

- air untuk Bearing Coller Fan Bearing, Underfurnace 4,0 ton/jam

- air untuk Turbo Alternator 8,2 ton/jam

- air untuk Klarifikasi 3,0 ton/jam

- air untuk Pencucian Pabrik 5,0 ton/jam

Jumlah 81,2 ton/jam

- air untuk Kantor/Perumahan 20,0 ton/jam

Jumlah pemakaian air 101,2 ton/jam

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 69

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan 3 macam limbah

cair (efluent), yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0,34 ton dari setiap

ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0,80 ton dan dari pencucian hidrosiklon

(Hydrocyclone) 0,2 ton atau seluruhnya berjumlah 1,34 ton. Dengan penggunaan

decanter limbah cair ini dapat dikurangi menjadi hanya 600 - 800 kg saja dibanding

tanpa decanter 1.200 – 1.600 kg/ton TBS.

Jumlah air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit ini + 0,67 liter/kg TBS atau

setara dengan 40 m3 air limbah/jam untuk PKS kapasitas 60 ton/jam. Limbah cair

tersebut dalam proses di PKS akan muncul dari sumber berikut :

- Air kondensat rebusan = 15 - 20 %

- Air klarifikasi = 70 - 75 %

- Air limbah hidroksin = 5 - 10 %

Air limbah ini memiliki cemaran yang tinggi, sehingga perlu pengolahan sebelum di

pompa sebagai pupuk ke kebun kelapa sawit (system land application). Untuk hal ini,

maka akan dibangun unit pengolahan limbah (IPAL) secara sempurna, agar

buangannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Selain limbah cair PKS, terdapat

limbah oli bekas dari penggunaan pelumas mesin dan peralatan pabrik yang akan

ditampung dalam drum dan dikembalikan kepada supplier/pemasok.

ii) Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan dari PKS ini adalah tandan kosong, cangkang, sabut

halus, abu sisa pembakaran cangkang dan sabut halus dari ketel (boiler) serta

sludge/cake dari unit IPAL.

Tandan kosong yang berjumlah 20 % dari TBS yang diolah dapat dipergunakan untuk

mulsa yang ditebarkan di areal perkebunan kelapa sawit. Tandan kosong ini dapat juga

dimanfaatkan sebagai pupuk kalium dengan memanfaatkan abu hasil pembakaran

janjang kosong di incinerator. Cangkang (7 % dari TBS) dan sabut halus (11 % dari

TBS) dipergunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler.

Sisa cangkang biasanya dipergunakan untuk perkerasan jalan dan perkerasan halaman

pabrik, perkantoran dan perumahan karyawan. Abu ketel yang berasal dari proses

pembakaran cangkang dan sabut halus dipergunakan untuk pemupukan tanaman

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 70

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

kelapa sawit. Dengan demikian, limbah padat dari PKS ini dipandang tidak menjadi

masalah bagi lingkungan.

Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk dijadikan

produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah padat kelapa

sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau substitusi untuk

industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau papan partikel,

karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun. Limbah padat kelapa

sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu untuk industri-industri tersebut,

karena dalam limbah tersebut mengandung lignosellulose yang mungkin dapat

digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat.

Unit pengolahan sludge ini berfungsi mengolah sludge yang dipisahkan oleh continous

decanter dan nozzle separator yang mengandung sekitar 30 - 80 % air, 1 - 2 % minyak

dan 13 - 16 % NOS. Dengan sludgeconveyor, sludge ini dikirimkan ke

rotarysludgedryer untuk dikeringkan. Pada pengolahan limbah di sini akan muncul

limbah padat (sludge kering) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman,

mengingat sludge kering ini telah bebas dari polutan, sehingga tidak membahayakan

tanaman.

Pengeringan sludge dilakukan dengan menggunakan uap panas buangan ketel uap

dengan suhu + 300°C. Sludge yang telah dikeringkan akan ditampung dalam silo untuk

selanjutnya dimasukan dalam karung dan dipergunakan sebagai pupuk. Kualitas

sludge kering ini umumnya mengandung + 9 % air, 4 % minyak dan 30 % NOS,

apabila telah mendapat rekomendasi akan dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.

Tabel 2.24. Prakiraan limbah padat yang dihasilkan

No Jenis LimbahPersentase (%)

dari kapasitas maks. pabrik

Jumlah limbah

(ton/hari)

Jumlah limbah

(ton/bulan)

1 Janjang kosong 22 s.d. 23 475,2 - 496,8 11.880 - 12.420

2 Cangkang 6 s.d. 8 129,6 - 172,8 3.240 - 4.320

3 Serabut 12 s.d. 13 259,2 - 280,0 6.480 - 7.000

4 Sludge proses (wet decanter solid) 5 108 2.700

5 Sludge IPAL 25 431,2 10.780

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 71

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Proyeksi limbah yang dihasilkan di lapangan berupa pelepah kering kelapa sawit ±

10,00 ton/ha/tahun. Khusus untuk pelepah, tidak termasuk dalam kriteria limbah

karena dalam sistem pertanian, pelepah tersebut akan terdekomposisi menjadi pupuk

organik/kompos yang akan digunakan kembali oleh tanaman.

iii) Cemaran Udara/Limbah Gas

Limbah/cemaran udara berasal dari pembakaran solar dari generating set serta

pembakaran cangkang dan sabut kelapa sawit di dapur ketel uap. Untuk mengurangi

abu ini akan dibuat cerobong setinggi 2-2,5 kali dari bangunan tertinggi untuk

mengurangi munculnya abu yang keluar dari dapur ketel uap, gas buang ini dibuang ke

udara terbuka.

iv) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa

sawit (PKS) secara umum dihasilkan dari kegiatan pengelolaan gulma dan hama

terpadu menggunakan pestisida, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi serta

bahan penolong dan kemasannya. Limbah-limbah B3 yang dihasilkan antara lain,

bekas kemasan pestisida, baterai bekas, oli dan pelumas bekas, kemasan oli dan

pelumas bekas, lampu TL bekas, majun, bahan penolong kimia dan kemasannya.

b) Pengelolaan Limbah dan Cemaran Pabrik Kelapa Sawit

i) Limbah Cair

Pengolahan limbah cair Pabrik minyak Kelapa sawit di Indonesia pada saat ini

kebanyakan (hampir semuanya) menggunakan proses biologis untuk pengolahan

limbah cairnya.

Pengelolaan kualitas air limbah dirancang dengan dua tahap pengelolaan yaitu; tahap

pencegahan dan tahap penanganan limbah. Fase pencegahan diarahkan terhadap

perencanaan tata letak mesin pabrik (lay out), penerapan teknologi protektif dan

kegiatan inhouse keeping, sedangkan tahap penanganan limbah dirancang dengan

membangunan dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 72

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Tahap Pencegahan

Kegiatan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan cemaran air limbah

dilakukan melalui tahap awal tata letak mesin dan saluran, penerapan teknologi

protektif dan kegiatan inhouse keeping.

Perencanaan Tata Letak Mesin (Lay Out)

Perencanaan tata letak mesin pabrik dilakukan secara cermat dengan mengacu pada

Standard Operation Procedure (SOP) yang akan dibuat. Kegiatan yang akan

dilakukan adalah:

Menempatkan peralatan dan mesin yang memudahkan pengawasan dan perawatan.

Pemasangan mesin diatur agar dapat menekan ceceran bahan baku dan ceceran

minyak hasil pengolahan di atas lantai dan ceceran limbah lainnya.

Melaksanakan maintanace mesin-mesin pabrik pengolah kelapa sawit dengan

mengacu pada SOP. Dengan demikian, maka seluruh daya kerja mesin dapat

berjalan optimal dan effisien yang pada gilirannya dapat menekan tingkat

kehilangan produksi (lost productions) dan sekaligus dapat menekan limbah yang

dihasilkan

Perencanaan pembangunan saluran air yang harus dipisahkan antara saluran air

limbah dan saluran domestik/non limbah, sehingga beban IPAL yang dibangun

dapat beroperasi secara optimal. Setiap saluran dibuat oil traps untuk menangkap

ceceran minyak dari lantai dan lainnya.

Air limbah domestik dari kegiatan kantor dan pabrik yang terdiri dari grey water

akan dialirkan menuju saluran drainase, sementara untuk black water akan dialirkan

menuju septic tank.

Kegiatan Inhouse Keeping

Penggunaan air proses seefisien mungkin, sehingga debit limbah yang dikeluarkan

maksimum 0,67 m3/ton produk dan menekan intensitas pencemaran serta menciptakan

lingkungan kerja yang bersih dan sehat.

Meningkatkan kebersihan lingkungan pabrik dengan jalan melakukan kegiatan

kebersihan setiap hari terhadap saluran pembuangan limbah cair dengan memasang

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 73

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

kasa penyaring, sehingga padatan yang terikut dalam air limbah tersebut dapat

tertahan.

Perlunya memasang alat ukur penggunaan air dan alat pengukur debit limbah, agar

kuantitas penggunaan air untuk kegiatan proses pengolahan dan jumlah limbah cair

yang dihasilkan dapat terpantau secara baik.

Tahap Penanganan

Untuk mengolah limbah buangan PKS tersebut, PT. Dharma Buana Lestari

merencanakan membangun dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL), dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Pemilihan

jenis ini adalah efektifitas kolam cukup tinggi dan telah banyak diaplikasikan di dalam

penanganan limbah cair PKS di Indonesia.

Sasaran kualitas air limbah yang akan dicapai dengan dioperasikan IPAL ini adalah

baku mutu SK. MENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995, yaitu:

pH = 6 - 9

TSS = 250 mg/l

BOD5 = 100 mg/l

COD = 350 mg/l

Minyak & Lemak = 25 mg/l

Nitrogen = 50 mg/l

Sistem kerja dan proses pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah

dari PKS ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

Unit Pengolahan Limbah Sterilizer, Klarifikasi dan Air Hidroksilon

Fat Pit (Bak Pemisah Minyak)

Kolam ini berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak (oil losses) yang terikut dalam

limbah cair sebelum diberi perlakuan, dengan cara membebaskan sebagian ikatan

minyak secara termofil pada suhu sekitar 70 – 80oC. Sisa minyak yang terpisah

dengan air limbah selanjutnya dialirkan kembali ke stasiun klarifikasi untuk diproses

lebih lanjut menjadi minyak mentah.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 74

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Cooling Ponds (Kolam Pendingin)

Air limbah yang berasal dari fat pit mempunyai karateristik bersifat asam dengan pH

4 - 4,5 dan suhu berkisar 70 – 80oC. Sebelum limbah dialirkan kekolam pengasaman,

suhunya perlu diturunkan menjadi 40 – 45oC agar bakteri mesophilik dapat

berkembang biak dengan baik.

Acid Ponds

Pengoperasian kolam ini berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi limbah sebelum

masuk ke kolam an-aerobik yang bertujuan untuk menaikkan pH menjadi 6 - 8,

sehingga kecepatan perombakan bahan organik oleh bakteri menjadi Volatile Fatty

Acid (VFA = Asam lemak mudah menguap) dapat berjalan dengan baik. Penambahan

caustic soda diperlukan sebesar 3,5 - 4,0 kg/ton air limbah. Di dalam kolam ini

dilakukan pembiakan untuk membiakan jasad renik yang dikenal dengan nama dagang

antara lain Bichem 1003 FG dan B-1008 SF serta Tomachi 61384 AR. Di dalam

kolam ini perlu adanya penambahan nutrient, yaitu urea, TSP dan caustic soda dengan

perbandingan BOD : N : P = 100 : 10 : 1

Untuk menurunkan kembali suhu air limbah yang masih tinggi, maka dilakukan

resirkulasi air limbah dari bak An-aerob dengan perbandingan 1 : 1. Selain

menurunkan suhu, maka resirkulasi ini juga dapat menaikan pH di dalam kolam dan

untuk mensuplai sel mikroba. Proses pada tahap pengasaman ini berlangsung sangat

cepat, bakteri penghasil asam dengan cepat mengubah bahan organik majemuk

menjadi asam-asam mudah menguap, seperti asam valerat, buterat, propanat, acetat,

methansat, karbondioksida, air dan hydrogen sulfida dengan reaksi sebagai berikut:

FermentasiBahan = -------------------------------------> Asam-asam + CO2 + H2O + E (Energi)

organik Bakteri an-aerob Organik

(Acid Forming Bacteria)

An-aerobic Ponds

Kolam an-aerobik berfungsi sebagai tempat perombakan limbah cair oleh bakteri

secara an-aerobik/perombakan. Proses perombakan ini adalah merombak asam-asam

organik yang telah terbentuk pada proses pengasaman menjadi gas methan dan karbon

dioksida, dengan reaksi berikut :

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 75

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Bakteri An-aerob

(Menthan Forming Bacteria)

Asam-asam -----------------------------------> CH4 + CO2 + H2

Organik

Jika BOD limbah pada kolam an-aerobic masih cukup tinggi, maka limbah diproses

lebih lanjut pada kolam aerobik.

Facultative Pond

Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri an-aerobik dan

prakondisi proses aerobik. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada

permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan.

Aerobic Pond

Kolam aerobik berfungsi sebagai tempat untuk mengokidasi asam-asam organik

sederhana yang masih belum terombak di kolam anaerob, mengevaporasikan asam-

asam organik sederhana yang sudah menguap, dan menonaktifkan bakteri-aerobik

serta menambah oksigen.

Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk

flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba

dalam kolam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Marihat -

Medan menunjukkan bahwa setelah dianalisa pada limbah cair yang dihasilkan oleh

PKS tersebut juga mengandung unsur-unsur seperti N, P, K, Mg dan lain-lain yang

menunjukkan bahwa limbah cair ini cukup potensial untuk dipakai sebagai pupuk

tanaman. Akan diperoleh masing-masing sebanyak 70 kg N, 12 kg P, 150 kg K, 27 kg

Mg dan 32,5 kg Ca dari tiap 100 ton limbah.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 76

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.17. Diagram Rencana IPAL

Land Application System

Aplikasi lahan (Land Application System = LAS), merupakan salah satu sistem yang

memberikan keuntungan dalam penanganan limbah. Limbah yang diolah dengan cara

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar

dari fat-pit tidak sesuai untuk diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit, karena

menimbulkan masalah terhadap lingkungan, seperti timbulnya bau yang tajam,

meningkatnya populasi ulat dan lalat, tertutupnya pori-pori tanah oleh padatan

tersuspensi, minyak dan lain sebagainya.

Pada prinsipnya konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah

pemanfaatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan sewenang-wenang.

Pemanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar

diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang

merugikan (Huan, 1987).

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

4.5m

4.5m

4.5m

4.5m

4.5m

4.5m

20m

220m

Anaerobic

Anaerobic

Anaerobic

Aerobic Aerobic Pond

Aerobic

4.5m

20m

20m

220m

20m

Land application

Pump

II - 77

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Menurut Sixt, 1994 dalam Sa’id Gumbira, 1996 kandungan bahan-bahan organik yang

ada di dalam air limbah dari proses pengolahan buah sawit memiliki kandungan bahan

organik yang sangat tinggi (Tabel 2.25). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai

BOD dan COD, yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kandungan

bahan organik.

Tabel 2.25. Konsentrasi Air Limbah Kelapa Sawit

No Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu *)

1 BOD5 mg/L 20.000 – 30.000 100

2 COD mg/L 35.000 – 45.000 350

3 Padatan tersuspensi mg/L 28.000 300

4 Padatan total mg/L 48.000

5 Nitrogen total mg/L 105 50

6 Fosfat mg/L 216

7 Minyak/Lemak mg/L 1.500 – 2.000 25

8 pH mg/L 4 6 - 9

Sumber : Sixt, 1994 dalam Sa’id Gumbira, 1996

Keterangan : Baku mutu SK MENLH No. Kep-51/EMNLH/10/1995 lampiran B

Berdasarkan hasil studi pustaka, menunjukkan bahwa air limbah kelapa sawit setelah

diolah melalui IPAL dengan proses biologis ternyata mengandung unsur hara yang

cukup tinggi, yang kesetaraannya dengan pupuk dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.26. Kandungan Unsur Hara Pada Air Limbah Kelapa Sawit

No Kadar hara sesuai pupuk (mg/l) Konsentrasi (mg/l)

1 UREA 45% 19,3

2 TSP 46% P2O5 103

3 MOP 60% K2O 351

4 Kieserit 26% MgO 182

Sumber: Laporan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik CPO untuk Pupuk Tanaman Sawit, Dep. LingkunganPT. Astra Agro Lestari, 1999.

Jika dilihat dari kandungan unsur yang ada, maka limbah cair pabrik PKS setelah

melalui proses pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Diharapkan dengan

pemanfaatan limbah cair dapat menghemat pupuk terutama pupuk Urea, TSP, MOP

dan Kieserit. Khusus untuk pupuk TSP saat ini sudah berubah menjadi SP36 yang

bersifat habis pakai dan tidak menimbulkan residu. Berdasarkan Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis

Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di

Perkebunan Kelapa Sawit, mempersyaratkan bahwa konsentrasi BOD tidak boleh

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 78

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

melebihi 5.000 mg/l dan nilai pH berkisar 6 - 9 dengan demikian limbah yang

dihasilkan diolah terlebih dahulu melalui proses pengolahan biologis. Sesuai dengan

rencana desain Instalasi Pengolahan Air Limbah, konsentrasi bahan organik yang

diharapkan keluar dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagaimana

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.27. Konsentrasi Air Limbah setelah IPAL untuk Land Application

No ParameterKualitas Air Limbah

sebelum diolah di IPAL

Kualitas Air Limbah untuk

Land Application

1 BOD (mg/l) 25.000 < 5.000

2 COD (mg/l) 35.600 5.600

3 TSS 19.000 1.150

4 Minyak/lemak 8.400 820

5 pH 3.5 – 4.6 6 – 9

Sumber : Chin, Palm oil Refinery Water Treatment, 1981.

Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung

kepada kondisi dan luas areal yang tersedia maupun faktor berikut:

Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,

Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit,

Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai

atau pemukirnan penduduk.

Teknik aplikasi lahan telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Pemilihan

teknik aplikasi tergantung kepada kondisi topografi areal kebun. Sistem lahan yang

akan digunakan dalam rencana kegiatan PT. Dharma Buana Lestari, yaitu sistem

flatbed atau parit dan teras, yang dibangun terutama untuk blok-blok kebun yang

terdekat dengan lokasi pabrik.

Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi

diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan

limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun mengikuti

kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar

BOD 3.500-5.000 mg/l), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi,

berukuran 4m x 4m x 1m, ke flatbed berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m, yang dibuat

setiap 2 baris tanaman.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 79

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Sistem ini dapat dibangun secara manual atau dengan mekanis menggunakan backhoe.

Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair yang akan

diaplikasikan dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak distribusi. Setelah

penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau flatbed diisi

sampai ke tempat yang paling rendah. Seperti pada gambar di bawah ini, aplikasi

tergantung kepada kecepatan alir dan dapat dialirkan secara simultan melalui beberapa

baris flatbed dalam areal tanaman. Dengan teknik pengaliran ini, secara periodik

lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras agar tidak tertutup lumpur.

Gambar 2.18. Parit Sekunder Pada Sistem Flatbed

Gambar 2.19. Pengaliran Limbah Cair Pada Areal Kebun Dengan Sistem Flatbed

Pola parit yang akan digunakan dalam sistem flatbed ini, yaitu teknik parit atau alur

(longbed). Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit yang

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 80

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

lurus dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang curam atau

berbukit. Teknik seperti ini dilakukan dengan memompakan limbah ke tempat yang

tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di dalam pipa induk

paralon Ø6”. Parit dibangun dengan kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan aliran

diatur agar perlahan-lahan, untuk memungkinkan perkolasi ke dalam tanah. Dengan

aliran larnbat juga dapat mencegah erosi.

Dari Pipa saluran induk, kemudian dialirkan ke pipa utama paralon Ø4” kemudian ke

pipa distribusi paralon Ø2”. Parit yang lurus memanjang dapat dibangun di lahan

sedikit miring, dan limbah dialirkan hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi flatbed,

limbah cair dipompakan melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan didistribusikan

ke dalam parit primer. Jumlah parit tergantung kepada topografi. Teknik aplikasi

seperti ini biayanya lebih murah, tetapi masalah yang ditimbulkan ialah distribusi

aliran tidak sama rata, kemiringannya terbatas, dan akhirnya parit tertimbun lumpur.

Pembangunan parit tidak terlalu dalam, sekitar 20cm atau 30cm dengan lebar sekitar

30cm. Parit ini dapat dibangun secara manual atau mekanis di sepanjang baris

tanaman, namun tidak mengganggu jalan pemanenan dan transportasi TBS.

Aplikasi limbah cair dengan kecepatan aliran yang optimum tanpa pemupukan,

memberikan produksi yang lebih tinggi dari pada areal tanaman kelapa sawit yang

dipupuk. Kenaikan produksi tersebut berkaitan dengan pengaruh nutrisi terkandung di

dalarn air limbah.

Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum adalah seperti berikut:

Memperbaiki struktur fisik tanah

Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban.

Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar.

Meningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation tanah.

Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya

(Huan, 1987).

Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan muka air

tanah, kerusakan tanah dan penurunan mutu air tanah pada sumber-sumber air yang

berasal dari air larian dan kegiatan pemanfaatan pupuk tersebut, sehingga diperlukan

sumur pantau untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 81

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

ii) Pengelolaan Olie Bekas

Penggunaan oli untuk pelumas mesin dan peralatan pabrik akan menghasilkan oli

bekas, dalam pengelolaannya adalah :

Tidak membuang oli bekas ke badan perairan umum, sehingga tidak mengganggu

kualitas air permukaan.

Menampung oli bekas ke dalam drum-drum yang telah disiapkan, sehingga dalam

periode tertentu dapat dikembalikan kesuplayer yang telah mendapat izin dari

instansi terkait. Selain itu, akan dimanfaatkan juga untuk campuran bahan bakar

boiler dengan terlebih dahulu memproses izin pemanfaatan oli bekas ke instansi

terkait, sehingga tidak terjadi penumpukan oli bekas yang terlalu banyak di lokasi

pabrik

Oli tercecer di saluran harus dilakukan pengambilan secara manual atau dengan

pembangunan oil trap, sehingga cemaran tidak masuk ke sungai.

Gambar 2.20. Bagan Alir Pengelolaan Olie dan Pelumas Bekas

iii) Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS berupa jenjang kosong, cangkang, serabut

(serat), abu dari boiler, lumpur dari dekanter.

Janjang kosong/tandan kosong akan dimanfaatkan sebagai pupuk yang diberikan

dalam bentuk mulsa di kebun tanaman kelapa sawit. Dari pabrik jenjang kosong

akan diangkut dengan menggunakan truk untuk dibawa ke lahan tanaman sawit.

Pengolahan tandan kosong dengan sistem komposting yang dipadu dengan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 82

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

limbah cair sebagai bio starter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenjang

kosong dapat digunakan sebagai media berbiak dari sejenis jamur yang memiliki

nilai jual tinggi.

Setiap ton tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara

dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit.

Serabut (ampas) hasil proses pengepressan akan dimanfaatkan kembali sebagai

bahan bakar utama untuk Boiler. Abu hasil proses pembakaran di boiler akan

dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Beberapa temuan

teknologi makanan ternak.

Cangkang dimanfaatkan untuk bahan bakar Boiler, kemudian abunya

dimanfaatkan untuk pupuk mineral. Cangkang juga dimanfaatkan untuk

perkerasan jalan lapisan atas dan sebagai bahan dasar karbon aktif.

Dengan sludge conveyor, sludge IPAL ini dikirimkan ke rotary sludge dryer

untuk dikeringkan. Pada pengolahan limbah disini akan muncul limbah padat

(sludge kering) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, mengingat

sludge kering ini telah bebas dari polutan, sehingga tidak membahayakan

tanaman.

Pengeringan sludge dilakukan dengan menggunakan uap panas buangan ketel

uap dengan suhu + 300OC. Sludge yang telah dikeringkan akan ditampung dalam

silo untuk selanjutnya dimasukan dalam karung dan dipergunakan sebagai

pupuk. Kualitas sludge kering ini umumnya mengandung + 9% air, 4% minyak

dan 30% NOS, apabila telah mendapat rekomendasi akan dimanfaatkan sebagai

pupuk tanaman.

Adapun cara pengelolaan limbah padat ini sebagaimana disajikan pada tabelberikut:

Tabel 2.28. Pengolahan Limbah Padat pada PKS PT. Dharma Buana Lestari

No Jenis Limbah Cara Pengolahan

1 Janjang kosong Sebagai mulsa

2 Serabut (serat) Sebagai bahan bakar boiler

3 Cangkang Sebagai bahan bakar boiler dan penimbunan jalan

4 Lumpur Land application yang berfungsi sebagai pupuk

5 Abu dari boiler Land application yang berfungsi sebagai pupuk

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 83

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Partikel; merupakan hasil tangkapan dari peralatan dust collector. Volume yang

dihasilkan relatif kecil dan dimanfaatkan sebagaimana limbah padatan yang lainnya

seperti diuraikan di atas.

Polybag yang dihasilkan bersumber dari bungkus bibit (pre-nursery dan main-

nursery), penanganan yang dilakukan adalah dengan menampung polybag tersebut

kemudian dikirim ke pengumpul plastik bekas untuk di-recycle.

B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), berupa bahan Kimia penolong dan

kemasanannya, kemasan bahan pestisida atau pupuk untuk kegiatan pemeliharaan

tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan, dilakukan dengan

penampungan di gudang bahan kimia/sejenis untuk kemudian diangkut/dikirim ke

supplier bahan kimia atau kepada pengumpul yang telah berizin.

Limbah B3 dari pemeliharaan mesin dan peralatan produksi seperti majun, lampu

TL bekas, aki bekas, dll akan dikumpulkan di TPS B3 untuk kemudian diangkut

oleh pihak ketiga (transporter atau pengumpul yang telah memiliki izin dari intansi

yang berwenang).

Limbah padat dari kegiatan domestik karyawan akan dilakukan pengelolaan dengan

memisahkan sampah menjadi sampah organik, anorganik dan sampah logam.

Untuk sampah organik akan dilakukan pengelolaan dengan pengomposan, limbah

anorganik dan limbah logam dan kaca akan dikumpulkan untuk kemudian

diangkut/dikirim ke pengumpul atau dibuang di landfill yang telah ditentukan.

Namun untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan juga akan dilakukan

program 3R (reduse, reuse dan recycle)

Limbah padat medis dari klinik akan dikumpulkan di TPS LB3 dan dikirim ke

pengumpul dan pengolah musnahkan pada unit incenerator perusahaan limbah

medis yang memiliki legalitas dari instansi terkait.

Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk

dijadikan produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah

padat kelapa sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau

substitusi untuk industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau

papan partikel karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun.

Limbah padat kelapa sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu untuk

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 84

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

industri-industri tersebut, karena dalam limbah tersebut mengandung lignosellulose

yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat.

iv) Cemaran Udara/Limbah Gas

Untuk mengurangi abu dan debu pembakaran cangkang dan serabut sebelum

dibuang ke udara bebas terlebih dahulu dikendalikan dengan pemasangan dust

collector, untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran. Kemudian

dialirkan melalui cerobong asap setinggi 2-2,5 kali dari tinggi bangunan tertinggi

(Berdasarkan Kep.205/BAPEDAL/07/1996 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian

Pencemaran Udara). Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan

diangkut ke lokasi penimbunan untuk menimbun daerah rendahan sekitar kebun.

Kebisingan dan bau; dikelola dengan menggunakan perlengkapan keselamatan

kerja berupa ear plug, penanaman tanaman pelindung di sekitar lokasi PKS dan

penggunaan masker.

Limbah gas, juga dapat berasal dari proses alami limbah cair yang mengandung

bahan organik. Proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan

lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik menjadi biogas yang

terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 85

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.21. Sumber Limbah Dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

TAHAP PROSES

F U N G S I

SterilisasiPengukusan

Mempermudah perontokkanMengurangi kadar airInaktifasi enzim Lipase &

oksidase

Memisahkan buah dari tandan

Menghancurkan daging buahMelepaskan sel yang mengandung minyak

Memisahkan minyak daging buah dari bagian lain

Membersihkan minyak dari kotoran lain

Limbah Cair, PanasKebisingan

Limbah padatKebisingan

Kebisingan

Limbah padat (Sabut yang bercampur dengan inti sawit)Limbah cair panas

Limbah Cair PanasLimbah Padat (Sludge)Kebisingan

Perontokkan (Treshing)

Pelumatan(Digesting)

Ekstrasi Minyak

Pemurnian (Klarifikasi)

A L A T

LIMBAH

Steriliser

Thresher

Digester

Screw press

Clarifier

II - 86

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Gambar 2.22. Diagram Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 87

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.2.4.4. Tahap Pasca Operasi

1) Pemutusan Hubungan Kerja

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah Pemutusan Hubungan Kerja, bilamana

kegiatan perkebunan kelapa sawit ini telah berakhir. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk

perkebunan kelapa sawit ini adalah 35 tahun (sesuai dengan HGU) dapat diperpanjang

sesuai peraturan yang berlaku.

Tenaga kerja yang akan di PHK dalam jangka waktu tertentu sebelum waktu yang

diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan

kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut. Keterampilan yang diberikan oleh perusahaan

yang rencananya akan bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja, Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi c/q Disnakertrans Provinsi Papua dan Disnakertrans Kabupaten

Sarmi diharapkan nantinya dapat berguna bagi karyawan/tenaga kerja setelah tidak bekerja

lagi di PT. Dharma Buana Lestari dan sesuai dengan peraturan dan perundang undangan

yang berlaku PT. Dharma Buana Lestari juga akan memberikan santunan (uang pesangon)

bagi karyawan/tenaga kerja yang di PHK tersebut.

2) Pengembalian Sarana dan Prasarana yang telah Dibangun

Setelah kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS)

berakhir, seluruh sarana dan prasarana yang ada akan diserahkan kepada pemerintah Kab.

Sarmi dan lahan akan dikembalikan kembali kepada pemilik hak ulayat. Sehingga seluruh

sarana, prasarana dan fasilitas lainnya dapat digunakan oleh masyarakat dan diatur melalui

kebijakan pemerintah setempat.

2.3. PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY

DEVELOPMENT)

Program Pengembangan Masyarakat (Community Development disingkat menjadi

comdev)suatu perusahaan adalah suatu rencana kolektif yang bertujuan untuk memperbaiki

kualitas kehidupan masyarakat sekitar agar dapat memenuhi kebutuhan dasar, dapat

mengemukakan gagasan, melaksanakan kegiatan ekonomi dan berpartisipasi dalam

kegiatan sosial. Arah dari comdev ini diprioritaskan pada komponen kegiatan sebagai

berikut :

a. Komponen kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sarana dan prasarana

umum

b. Peningkatan mutu pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 88

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

c. Pelatihan keterampilan usaha kecil menengah (UKM).

Pelaksana program comdev sepenuhnya adalah Tim comdev dari masyarakat setempat

yang ditunjuk oleh mereka sendiri. Tim ini terdiri dari tokoh masyarakat, pemuda, tokoh

petani, tokoh agama dan lain-lain sekaligus bertindak sebagai perencana program. Adapun

tim comdev ini dibina dan difasilitasi oleh tim Pemerintah Kabupaten Sarmi, Distrik dan

Desa/kampung terkait yang sekaligus sebagai pengawas.

Untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan program, dalam pelaksanaanya PT.

Dharma Buana Lestari berkoordinasi dengan kegiatan yang ada di sekitar. Selain itu juga

dikonfirmasikan dengan pemerintahan terkait mulai dari tingkat Desa/Kampung, Distrik

dan Kabupaten. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi kecemburuan sosial baik antar

individu maupun antar kelompok masyarakat di sekitar tapak kegiatan.

Dari hal tersebut di atas akan dikomunikasikan lebih lanjut dengan anggota masyarakat

yang diperkirakan terkena dampak. Dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat

akan diikutsertakan ketua adat/ perwakilan marga dan instansi pemerintah minimal kepala

desa dan distrik sebagai fasilitator. Bertujuan agar dapat terwujud kata sepakat bentuk dan

jumlah nilai comdev yang akan diberikan dengan memperhatikan kemampuan PT. Dharma

Buana Lestari.

Masyarakat setempat juga perlu tahu bahwa dana kompensasi comdev bukan hanya dalam

bentuk uang tunai (fresh-instant money), melainkan dikondisikan juga dalam bentuk

pembinaan dan pemberdayaan keterampilan serta pendidikan masyarakat yang terkait

dengan kegiatan PT. Dharma Buana Lestari.

Yang lebih penting lagi pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara terpadu dengan

perusahaan sejenis baik yang telah, sedang ataupun akan beroperasi. Berbagai pendekatan

yang dapat ditempuh antara lain pendekatan ekologis, finansial (investasi), sosial, politik

dan kamtibnas. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pembangunan dan tanggung

renteng terhadap penanganan dampak lingkungan akumulatif yang timbul.

Dalam dokumen ANDAL nantinya akan disusun alternatif jenis-jenis program comdev

yang dapat ditempuh oleh PT. Dharma Buana Lestari. Program-program tersebut

mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang akan dikelompokkan dalam

program jangka pendek dan program jangka panjang. Sebagai cacatan bahwa program

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 89

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma Buana Lestaridan kebutuhan

masyarakat setempat yang terkait dengan wilayah studi.

Gambar 2.23. Model Pendekatan CD: Hubungan Tripartit Antara PT. Dharma Buana

Lestari, Pemerintah Dan Masyarakat

2.4. ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM AMDAL

Kegiatan yang direncanakan dalam proyek Rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT. DBL seperti disajikan dalam uraian di atas adalah

sudah ditetapkan dan tidak ada rencana kegiatan lain yang bersifat alternatif.

2.5. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL (ENVIRONMENTAL

SETTING)

Gambaran umum kondisi rona lingkungan hidup awal(Environmental Setting), disekitar

lokasi Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) diperoleh dari data

sekunder melalui cara studi pustaka dari berbagai laporan hasil penelitian yang relevan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 90

PT. DBL

HumasTim comdev dari PT. DBL

Pemerintah

Tingkat :

Desa/DistrikKab SarmiInstansi Terkait

Tokoh Adat, LMA,

Tokoh Masyarakat

Jangka :

Cepat (case & crash)Pendek

Masyarakat)

LokalPendatang LSMPokja (tani, perajin, dll)

PROGRAM

Sosialisasi Comdev

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

serta data sekunder dari instansi terkait. Berikut diuraikan gambaran umum kondisi rona

lingkungan hidup di lokasi tapak proyek dan sekitarnya.

2.5.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia

2.5.1.1. Geologi

Batuan tertua yang tersingkap di Lembar Sarmi (berdasarkan Peta Geologi Lembar Sarmi

dan Bufareh, Irian Jaya skala 1 : 250.000 oleh S. Gafoer dan T. Budhitrisna, 1985) adalah

Satuan Batuan Mafik/Ultramafik (m/um) tersusun oleh gabro, serpentinit dan batuan

terserpentinitkan. Pada umumnya batuan ini tergeruskan dan terbreksikan, dimana umur

batuan tersebut diduga mungkin lebih tua dari Kala Kapur Akhir. Sementara itu, batuan

yang lebih muda merupakan batuan gunung api Formasi Auwewa dan batu gamping

pelagos Formasi Biri yang terbentuk pada Kala Kapur akhir sampai dengan Eosen.

Pada awal pengendapan sejak Kala Oligosen, konglomerat alas terbentuk di beberapa

tempat, disusul dengan terbentuknya batu gamping terumbu dan kalkarenit. Sementara itu

pada tempat lain terbentuk sisipan batuan gunung api. Kumpulan batuan tersebut

dinamakan Formasi Darante yang terbentuk sampai Kala Miosen. Genang laut berlangsung

terus dan terbentuk Formasi Makats yang berupa sedimen flysch yang berumur Miosen

Tengah sampai bagian bawah Miosen Akhir. Pada Miosen Akhir sampai Plistosen

terbentuk batuan yang termasuk dalam Kelompok Mamberamo yang menindih selaras

diatas Formasi Makats. Dibeberapa tempat yang mungkin merupakan cekungan atau dekat

tinggian, terjadi rumpang stratigrafi antara ke dua satuan tersebut. Batuan klastik yang

terbentuk mirip dengan Formasi Makats, hanya sifat fisiknya tampak jelas berbeda.

Pengendapan Kelompok Mamberamo terjadi pada fasa susut laut. Kelompok Mamberamo

terdiri dari Formasi Aurimi dan Formasi Unk. Pada Kala Plistosen, setelah terbentuknya

batuan Kelompok Mamberamo terjadi tektonik yang menghasilkan Batuan Campur aduk.

Selanjutnya sedimen klastika dan biokimia terbentuk dan menindih tak selaras Kelompok

Mamberamo yaitu batu gamping Koral Formasi Jayapura di daerah pantai dan konglomerat

Formasi Kukunduri di daerah pedalaman. Satuan paling muda adalah aluvium, terumbu

terangkat dan endapan lumpur yang berasal dari poton.

Berdasarkan hasil pemetaan kondisi geologi di Kabupaten Sarmi diketahui bahwa batuan

induk terluas adalah batu formasi unk sebesar 5.580 km2 (31,46% dari luas wilayah

Kabupaten Sarmi), kemudian batuan lain yang memiliki proporsi luas adalah batuan

alluvium seluas 5.180 km2 (29,20% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi) dan terumbu

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 91

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

koral terangkat seluas 2.540 km2 (14,32% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi). Lebih jelas

mengenai formasi geologi pada Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.29. Kondisi Geologi Kabupaten Sarmi

NO. Kondisi Geologi Luas (Km2) Persentase

1 Alluvium 5.180,177 29,20%

2 Batuan Gunung Api Jamur 35,863 0,20%

3 Batuan Mafik 3,734 0,02%

4 Batu gamping Dayang 763,124 4,30%

5 Batu gamping Koral 182,538 1,03%

6 Endapan Lumpur 1.721,219 9,70%

7 Formasi Aurimi 706,746 3,98%

8 Formasi Biri 2,297 0,01%

9 Formasi Buru 452,871 2,55%

10 Formasi Kukunduri 163,251 0,92%

11 Formasi Makats 298,323 1,68%

12 Formasi Unk 5.580,653 31,46%

13 Terumbu Koral Terangkat 2.540,865 14,32%

14 Ultramafik 108,340 0,61%

Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 – 2033

1) Topografi

Kondisi topografi atau kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi relatif beragam

mulai dari wilayah pesisir yang datar sampai dengan pegunungan dengan kemiringan

lereng yang curam. Berdasarkan hasil perhitungan pada citra peta kabupaten, dapat

diketahui bahwa sebagian besar (sekitar 52,16%) wilayah Kabupaten Sarmi memiliki

kondisi topografi yang cukup curam dengan tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%.

Kemudian untuk wilayah kabupaten dengan kemiringan lereng lahannya berkisar antara 0

sampai 8% memiliki proporsi luasan wilayah sebesar 37,39%. Kondisi ini memberikan

gambaran bahwa wilayah Kabupaten Sarmi yang datar terutama pada kawasan pesisir

cukup rentan terhadap terjadinya banjir dan genangan air. Lebih jelasnya terkait dengan

kondisi topografi/kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada

tabel berikut.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 92

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Tabel 2.30. Kondisi Topografi/Kemiringan Lereng Kabupaten Sarmi

No Kemiringan Lereng Luas (KM2) %

1 0 – 8% 6.632,131 37,39

2 8 – 15% 980,531 5,53

3 15 – 40% 874,783 4,93

4 >40% 9.252,555 52,16

Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 – 2033

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 93

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.24. Peta Geologi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 94

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2.5.1.2. Penggunaan Lahan dan Tanah

1) Penggunaan Lahan

Kondisi lahan pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat mengindikasikan tingkat pertumbuhan

dan perkembangan wilayah kabupaten secara umum. Pola penggunaan lahan pada

Kabupaten Sarmi secara umum masih didominasi oleh penggunaan lahan tidak terbangun

atau non budidaya seperti hutan, semak belukar ataupun rawa. Kondisi penggunaan lahan

pada Kabupaten Sarmi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Permukiman

Permukiman penduduk yang terdapat Kabupaten Sarmi terdiri dari permukiman kampung

dan permukiman kota. Permukiman kota terkonsentrasi pada perkotaan Sarmi yang berada

di Distrik Sarmi Kota, sementara itu permukiman kampung tersebar pada perdesaan Sarmi

yang berada pada distrik di luar Sarmi Kota. Secara umum kawasan permukiman

perdesaan di wilayah Kabupaten Sarmi berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan

ataupun mengikuti garis pantai namun untuk permukiman penduduk yang berada di

perkotaan Sarmi yang membentuk pola grid (persegi) seperti kompleks perumahan dinas

bagi PNS dan militer. Permukiman yang berada di luar perkotaan Sarmi memiliki kondisi

yang relatif terpisah atau menyebar dengan jarak antar kampung yang relatif jauh (rata-rata

lebih dari 5 km), sementara permukiman pada perkotaan Sarmi memiliki pola yang

memusat dan berdekatan.

b. Lahan Pertanian

Lahan pertanian saat ini juga dibudidayakan pada wilayah Kabupaten Sarmi dimana

lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman penduduk. Lahan pertanian berupa

sawah sebagian besar dibudidayakan penduduk di daerah transmigrasi pada Distrik

Bonggo karena penduduk transmigran memiliki pengetahuan dan kemampuan yang

memadai untuk mengolah lahan sawah yang umumnya digunakan untuk budidaya

pertanian tanaman pangan seperti padi, kacang, jagung dan lainnya. Selain sawah, lahan

pertanian yang dibudidayakan penduduk di Kabupaten Sarmi berupa tegal atau pekarangan

yang dimanfaatkan penduduk untuk pertanian sayuran, jagung, ubi kayu dan lainnya.

Lokasi tegal atau pekarangan ini umumnya masih disekitar lingkungan rumah penduduk.

Lahan pertanian lainnya yang ada di Kabupaten Sarmi berupa perkebunan yang umumnya

menempati lahan di luar permukiman penduduk. Komoditas perkebunan yang diusahakan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 95

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

oleh penduduk Sarmi meliputi pinang, kelapa, kakao dan tanaman buah-buahan. Lahan

perkebunan banyak dijumpai pada sepanjang kawasan pesisir utara Sarmi mulai dari

wilayah Bonggo Timur sampai dengan Sarmi Kota.

c. Hutan Sagu

Hutan sagu di Kabupaten Sarmi pada umumnya berasosiasi dengan hutan rawa yang

terletak di belakang hutan mangrove atau hutan pantai. Hutan sagu juga terletak di wilayah

rawa sepanjang sungai terletak di belakang formasi hutan nipah yang tidak terjangkau oleh

pasang surut air laut. Selain tanaman sagu yang tumbuh secara alami, pada kawasan hutan

sagu ini juga terdapat kebun sagu yang diusahakan secara rutin oleh penduduk. Tanaman

sagu ini merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan penduduk sebagian besar distrik

di luar perkotaan Sarmi dikarenakan sagu merupakan bahan pangan pokok penduduk

terutama untuk penduduk di perdesaan pedalaman yang tidak dapat mengakses atau

mengkonsumsi beras.

d. Hutan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di

Kabupaten Sarmi masih didominasi kawasan hutan. Selain hutan sagu yang telah diuraikan

sebelumnya, kawasan hutan yang terdapat di wilayah Sarmi meliputi hutan produksi dan

hutan lindung. Hutan produksi dimanfaatkan untuk aktivitas produksi kehutanan seperti

penebangan kayu dan pengolahan hasil hutan lainnya. Pada wilayah hutan Kabupaten

Sarmi terdapat beberapa lokasi penebangan kayu yang diusahakan oleh perusahaan swasta

seperti pada Distrik Pantai Timur dan Distrik Pantai Barat. Hutan produksi pada

Kabupaten Sarmi terdiri dari hutan produksi konversi yang tersebar di sepanjang pesisir

utara wilayah Sarmi serta hutan produksi terbatas yang berada di bagian pedalaman, seperti

di Tor Atas dan Apawer Hulu.

Kemudian kawasan hutan lain yang ada di Kabupaten Sarmi adalah hutan lindung, dimana

hutan jenis ini umumnya berada pada bagian tengah wilayah kabupaten, dengan kondisi

topografi yang cukup terjal. Sebagian besar masih berupa hutan alami yang masih belum

dirambah oleh manusia sehingga kealamian ekosistem atau habitatnya masih terjaga

dengan baik. Jenis hewan besar dan liar masih dapat ditemui pada kawasan hutan lindung

ini antara lain babi, kanguru, kasuari dan beberapa jenis burung kakatua, elang kepala putih

dan jenis cendrawasih. Sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Sarmi berada pada

wilayah Distrik Tor Atas serta Pantai Timur Barat.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 96

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2) Tanah

Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk sebagai hasil proses terhadap faktor faktor

pembentuk tanah yang antara lain bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu.

Oleh karena pembentuk tanah tersebut mempengaruhi perkembangan tanah, maka jenis

tanah bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya, demikian juga produktivitas dalam

pemanfaatannya. Berdasarkan jenisnya, maka jenis tanah di Kabupaten Sarmi ada 5 (lima)

yaitu latosol, mediteran rensina, organosol aluvial, podsolik merah kuning, hidromorf

kelabu, podsolik coklat kelabu/rensina.

Untuk jenis tanah yang cukup dominan pada wilayah Kabupaten Sarmi ini adalah jenis

tanah inceptisol dengan sebaran mencapai 11.541 km2 atau 65,81% dari luas wilayah

kabupaten. Tanah inceptisol menyebar dari kawasan pesisir di wilayah Pantai Timur dan

Bonggo sampai dengan kawasan pegunungan di wilayah Tor Atas dan Apawer Hulu.

Tanah inceptisol ini secara umum cocok untuk aktivitas pertanian serta aktivitas budidaya

lainnya, dimana karakter tanah jenis ini kurang memiliki asam namun relatif produktif atau

subur. Kemudian jenis tanah lain yang terdapat di wilayah Kabupaten Sarmi adalah ultisol

dengan luas sebaran sekitar 4.482,043 km2 atau 25,56% dari luas kabupaten. Tanah Ultisol

tersebar di sebagian wilayah Apawer hulu, Pantai Barat, Sarmi Kota serta Bonggo Timur

dengan karakter tanah yang relatif tidak stabil atau rawan terjadi erosi lahan serta tanah ini

kurang produktif sehingga kurang mendukung untuk pengembangan aktivitas pertanian.

Jenis tanah lain di wilayah Kabupaten Sarmi dengan proporsi sebaran yang relatif kecil

adalah tanah entisol, histosol serta mollisol. Untuk lebih jelas mengenai kondisi luasan

jenis tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.31. Kondisi Sebaran Jenis Tanah Kabupaten Sarmi

NO. JENIS TANAH LUAS (KM2) PERSENTASE

1. Inceptisol 11.541,098 65,81%

2. Ultisol 4.482,043 25,56%

3. Entisol 1.181,097 6,74%

4. Histosol 329,120 1,88%

5. Mollisol 3,294 0,02%

Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 – 2033

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 97

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.5.1.3. Hidrologi

Wilayah Sarmi memiliki potensi kandungan air permukaan yang cukup tinggi baik berupa

sungai maupun danau. Pada wilayah Kabupaten Sarmi terdapat beberapa sungai besar yaitu

Sungai Apawer, Sungai Iramuar, Sungai Muwar, Sungai Verkam, Sungai Moaif, Sungai

Bier, Sungai Unk, Sungai Biri, Sungai Wiru, Sungai Sermoif serta Sungai Tor. Pada

wilayah Kabupaten Sarmi terdapat 5 danau yakni Danau Teum seluas 133.500 km2, Danau

Piamform seluas 2.384 km2 serta Danau Boeire seluas 4.568 km2, Danau Daru seluas

1.531 km2, Danau Wae seluas 1.234 km2. Sebagian wilayah Kabupaten Sarmi termasuk

dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani, yang terhimpun oleh sub DAS Verkam, sub

DAS Tor, sub DAS Biri, sub DAS Sermo serta sub DAS Grime. Terdapat beberapa sungai

dengan wilayah tangkapan (catchment area) yang sangat luas yaitu Sungai Apawer dengan

wilayah tangkapan mencapai 2.874.000 km2, kemudian Sungai Moaif sebesar 2.097.000

km2, Sungai Biri seluas 2.173.000 km2 serta Sungai Wiru sebesar 1.953.000 km2. Lebih

jelasnya, karakteristik sungai pada Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.32. Kondisi Hidrologi Kabupaten Sarmi

No. Nama Sungai

Karakteristik Debit Sub Das

Panjang (Km)

Catchments Area(Km2)

Qn (M3/S) Q10 (M3/S)

1. Appuvar 233.330 2.874.000 217.400 297.838 Apauwer

2. Iramuar 19.260 124.000 14.556 22.708 Sermo

3. Muwar 61.374 880.100 89.658 129.107 Verkume

4. Verkam 87.610 303.200 82.380 118.628 Verkume

5. Verkam1a 6.814 128.300 16.235 25.326 Verkume

6. Moaif 129.863 2.097.000 164.060 224.763 Tor

7. Bulianang 61.727 475.600 50.519 74.768 Tor

8. Verkam1 52.700 581.000 48.717 72.101 Tor

9. Bier * * * * Tor

10. Unk * * * * Tor

11. Biri 116.087 2.173.000 142.385 195.067 Biri

12. Wiru 117.274 1.953.000 117.932 161.567 Wiru

13. Wiru1 38.753 541.800 26.987 62.758 Wiru

14. Sermoaif 113.113 1.296.000 83.786 39.941 Sermo

15. Tor 37.840 837.100 42.404 114.786 Apauwer

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Dir. Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005

* : Data tidak tersedia

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 98

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2.5.1.4. Iklim

Kajian tentang iklim sangat dibutuhkan dalam pembangunan pada sektor pertanian. Data

iklim yang digunakan berasal dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi

Periode 2012 – 2013 yang meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,

kecepatan angin dan arah angin.

Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.

Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada

bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC.

1) Curah Hujan dan Tipe Iklim

Rata-rata curah hujan Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 270,4 mm. Curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan November yakni 534,5 mm dan curah hujan terendah terjadi

pada bulan Oktober yakni 181,9 mm.

Berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson, maka tercatat bulan basah ( >100 mm)

sejumlah 60 bulan, bulan kering ( <60 mm ) 43 bulan dan bulan lembab ( 60<x<100 mm)

sebanyak 15 bulan, sedangkan tidak tercatat sebanyak 2 data. Dengan memperhitungkan

bulan kering dan bulan basah maka harga Quotient (Q) adalah 0,717, sehingga tipe iklim

daerah studi termasuk tipe iklim D dimana tipe tersebut menunjukkan bahwa bulan basah

dan bulan kering relatif berimbang. Data curah hujan bulanan tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2.33. Rata-rata bulanan Curah Hujan, Temperatur, Kelembaban, Kecepatan Angin

Selama Periode 2012 – 2013

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 99

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No Bulan

Parameter

Curah Hujan (mm)

Kelemba-ban (%)

Temperatur (°C)

Kecepatan Angin(m/detik)

Maks. Min.

1. Januari 407,4 85 31,8 23,7 0,4

2. Februari 192,9 84 31, 8 23,5 0,4

3. Maret 224,5 84 31,4 23,9 0,4

4. April 228,4 84 31,4 24,2 0,4

5. Mei 239,8 84 32,6 24,1 0,4

6. Juni 289,8 84 30,8 23,5 0,4

7. Juli 188,0 83 30,5 23,0 0,4

8. Agustus 208,0 82 30,8 22,6 0,4

9. September 198,6 81 30,6 23,2 0,4

10. Oktober 181,9 81 31,2 23,2 0,4

11. November 534,5 79 31,2 23,6 0,4

12. Desember 350,8 83 31,6 23,9 0,4

Jumlah 3.244,6 994 374,86 282,4 4,8

Rata-Rata 270,4 82,83 31,3 23,5 0,4

Sumber : Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi, 2014

2) Temperatur Udara

Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.

Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada

bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC

3) Kelembaban Udara

Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 82,83 %. Rata-rata

tekanan udara permukaan di atas landasan (QFF) yaitu 1.009,6 mb dan rata-rata tekanan

permukaan di atas laut (QFE) yaitu 1.008,6 mb. Rata-rata penyinaran matahari yaitu 5,6

dan kecepatan angin 0,4 knot.

4) Kecepatan dan Arah Angin

Kecepatan angin rata-rata tahunan adalah 0,4 m/detik, juga kecepatan angin tertinggi dan

terendah yaitu 0,4 m/detik. Berdasarkan mawar angin (Gambar 2.25) terlihat bahwa

kecepatan rata-rata bulanan terbanyak adalah antara 0,4 m/detik.

2.5.1.5. Pola Transportasi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 100

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Hingga saat ini ketersediaan prasarana transportasi, baik untuk transportasi darat, udara di

Kab. Sarmi masih rendah. Jaringan jalan hanya menjangkau beberapa distrik di wilayah

Kab. Sarmi. Untuk transportasi udara beberapa distrik telah memiliki lapangan udara

perintis.

1) Sistem Transportasi Darat

Panjang jalan Kabupaten Sarmi pada tahun 2013 sepanjang 960,68 km. Jika dirinci

menurut pemerintahan yang berwewenang mengelola jalan, panjang jalan Kabupaten

Sarmi tahun 2013 yang dikelola oleh negara sepanjang 155,90 km, panjang jalan yang

dikelola oleh propinsi sepanjang 316,90 km, dan panjang jalan yang dikelola oleh

Kabupaten Sarmi sepanjang 442,90 km.

2) Sistem Transportasi Udara

Banyaknya lalu lintas pesawat udara di Kabupaten Sarmi tahun 2012 tercatat bahwa

pesawat yang datang dan berangkat sebanyak 203 pesawat. Banyaknya penumpang yang

datang sebanyak 1.023 orang, penumpang transit sebanyak 28 orang, dan penumpang

berangkat sebanyak 1.246 orang.

.

2.5.2. Komponen Biologi

2.5.2.1. Flora

Hutan di Kabupaten Sarmi memiliki tipe hutan hujan tropis yang kaya dengan keragaman

flora dan fauna. Kekayaan potensi sumberdaya hayati yang tinggi ini memungkinkan,

karena hutan di wilayah ini relatif masih utuh dan merupakan perpaduan empat ekosistem

utama yaitu ekosistem pesisir pantai, rawa, dataran rendah dan ekosistem pegunungan.

Ekosistem rawa terbagi lagi menjadi ekosistem air tawar dan air payau, dan pada muara

sungai terdapat ekosistem peralihan yaitu ekosistem estuaria/ekosistem mangrove yang

juga memperkaya keanekaragaman hayati Kabupaten Sarmi.

Dari pembagian kawasan di kabupaten Sarmi untuk perlindungan dan Pemanfaatan Hutan.

Maka, kawasan hutan Sarmi dapat dibagi menjadi Kawasan Hutan Lindung (KSA dan HL)

yaitu 447.517 Ha dan kawasan Hutan Produksi (HPT + HP + HPK) yaitu 952.727 Ha dan

sisa Kawasan yaitu Areal Penggunaan lain (APL + Tubuh air) yaitu 33.450 Ha.

Berdasarkan RTRW Provinsi Papua fungsi hutan produksi di Kabupaten Sarmi terbagi atas

hutan produksi (HP) 378.464 Ha, Hutan Produksi Tetap (HPT) 269,567 Ha, dan Hutan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 101

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Produksi Konversi (HPK) 304,696 Ha. Adapun Kawasan hutan produksi tetap terdapat di

Distrik Bonggo Timur, Bonggo, Pantai Timur, Pantai Timur Barat, Distrik Tor Atas dan

Apawer. Untuk kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Distrik Pantai Timur, Pantai

Timur Barat, Tor Atas, Sarmi Selatan, Pantai Barat dan Apawer Hulu, sedangkan kawasan

hutan konversi terdapat di Distrik Bonggo, Bonggo Timur, Pantai Timur Barat, Tor Atas,

Sarmi Timur, Sarmi Kota, Sarmi Selatan, Pantai Barat, Apawer Hulu, Pulau Liki, dan

Pulau Armo.Jenis-jenis flora akan dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan

dibahas dalam dokumen ANDAL.

2.5.2.2. Fauna

Keberadaan satwa di areal rencana lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit

PT. Dharma Buana Lestari, tidak terlepas dari kondisi lingkungannya yang masih

menunjang untuk kehidupan satwa-satwa tersebut, sebagai habitatnya. Dalam kawasan

yang memberikan jasa lingkungan alami, menjadi habitat kunci dalam sebuah landscape

yang terdapat kumpulan individu spesies atau sekelompok spesies yang memanfaatkannya

secara temporer. Kawasan-kawasan tersebut diatas menjadi suatu indikator keberadaan

satwa-satwa liar, baik golongan mamalia, reptil, burung. Jenis-jenis fauna/satwa akan

dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan dibahas dalam dokumen ANDAL.

2.5.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Secara administrasi, calon lokasi proyek termasuk dalam wilayah Kabupaten Sarmi,

Provinsi Papua. Secara Geografis, Kabupaten Sarmi terletak antara 138°05’ - 140°30’

Bujur Timur dan 1°35’- 9°35’ Lintang Selatan. Kabupaten Sarmi memiliki luas wilayah

17.740 km2, yang terdiri dari 10 distrik, 84 kampung, dan 2 kelurahan. Distrik Tor Atas

merupakan distrik di Kabupaten Sarmi yang memiliki wilayah terluas yakni 4.499 km2 atau

25,36 persen. Sedangkan Distrik Sarmi merupakan distrik yang memiliki wilayah terkecil

yakni 471 km2 atau 2,66 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Sarmi. Secara spesifik,

calon lokasi proyek berada dalam wilayah Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan

Pantai Timur Barat.

2.5.3.1. Kependudukan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 102

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Banyaknya penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS

tercatat sebanyak 36.638 orang. Penduduk terbanyak terdapat di Distrik Sarmi yakni

12.899 orang (35,21 persen). Distrik Apawer Hulu memiliki penduduk paling sedikit yakni

1.631 orang (4,45 persen).

Kepadatan penduduk Kabupaten Sarmi sebesar 2,07 orang per km2. Ini menunjukkan

bahwa dalam 1 km2 terdapat sekitar 2 orang. Rasio jenis kelamin Kabupaten Sarmi tahun

2012 yaitu 119,52. Semua distrik di Kabupaten Sarmi memiliki rasio jenis kelamin di atas

100. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk

perempuan. Data kependudukan di wilayah studi disajikan pada tabel-tabel berikut :

Tabel 2.34. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan

Penduduk Menurut Distrik (Wilayah Studi) di Kabupaten Sarmi tahun 2012

Kabupaten/Distrik

Luas(Km2)

Penduduk (orang) Rasio Jenis Kelamin

Kepadatan Penduduk

(orang/km2)Laki-laki Perempuan Jumlah

Kab. Sarmi 17.740 19 948 16 690 36.638 119,52 2,07

- Tor Atas 4.499 1.012 897 1.909 112,82 0,42

- Pantai Timur 3.139 1.269 1.098 2.367 115,57 0,75

- Pantai Timur Barat 4.020 2.216 1.915 4.131 115,72 1,03

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Distrik Tor Atas merupakan distrik yang

memiliki luas wilayah sebesar 4.499 Km2, Distrik Pantai Timur Barat merupakan distrik

yang memiliki luas wilayah sebesar 4.020 Km2, sedangkan Distrik Pantai Timur

merupakan distrik dengan luas wilayah sebesar 3.139 Km2. Distrik Tor Atas dengan

jumlah penduduk sebanyak 1.909 orang, Distrik Pantai Timur Barat dengan jumlah

penduduk sebanyak 4.131 orang dan Distrik Pantai Timur dengan jumlah penduduk

sebanyak 2.367 orang.

Tabel 2.35. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten

Sarmi tahun 2012

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 103

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Kelompok UmurPenduduk (orang)

Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 2 324 2 198 4 522

5 – 9 2 351 2 185 4 536

10 – 14 2 125 1 888 4 013

15 – 19 1 763 1 435 3 198

20 – 24 1 681 1 403 3 084

25 – 29 1 847 1 559 3 406

30 – 34 1 808 1 532 3 340

35 – 39 1 505 1 298 2 803

40 – 44 1 363 1 059 2 422

45 – 49 1 198 880 2 078

50 – 54 875 585 1 460

55 – 59 527 299 826

60 – 64 301 183 484

65 – 69 157 101 258

70 – 74 73 44 117

75+ 50 41 91

Jumlah 19 948 16 690 36 638

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur tersebut di atas dapat digunakan untuk

menghitung Rasio Ketergantungan di Kabupaten Sarmi. Rasio Ketergantungan merupakan

perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0 – 14 tahun (belum produktif) ditambah

dengan jumlah penduduk ≥ 65 tahun (tidak produktif) dibandingkan dengan jumlah

penduduk usia 15 – 64 tahun (produktif), biasanya dinyatakan dalam persen (%).

2.5.3.2. Sosial Ekonomi

1) Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2013 mempunyai lapangan usaha di

bidang pertanian, yang tercatat sebanyak 74,06 persen. Sedangkan penduduk Kabupaten

Sarmi yang bekerja di bidang industri tercatat sebanyak 3,14 persen dan bekerja di bidang

jasa-jasa sebanyak 22,79 persen.

2) Kesempatan kerja

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 104

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan

penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi

yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap

pertambahan angkatan kerja.

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan

tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja

dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan

dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu

keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh

para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan

atas tenaga kerja. Kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

- Kesempatan kerja permanen, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan orang

bekerja secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk

bekerja. Misalnya adalah orang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta yang

memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja ditempat lain.

- Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan seseorang

bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu

kesempatan kerja baru. Misalnya adalah orang yang bekerja sebagai pegawai lepas pada

perusahaan swasta, dimana pekerja mereka tergantung order.

Kesempatan kerja yang ada di Kabupaten Sarmi menunjukkan bahwa ada kesempatan

kerja permanen maupun kesempatan kerja temporer. Kesempatan kerja permanen

ditunjukkan dengan adanya penduduk yang bekerja di instansi pemerintah (Guru, Pegawai

Distrik, dll) maupun swasta (pertambangan, dll),sedangkan kesempatan kerja temporer

ditunjukkan dengan adanya penduduk yang bekerja sebagai buruh/tenaga kerja harian

lepas/kontrak, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Kabupaten Sarmi tahun 2013,

penduduk Kabupaten Sarmi yang termasuk angkatan kerja sebanyak 19.151 orang, terdiri

dari 18.335 orang bekerja dan 816 orang pengangguran. Sedangkan yang termasuk bukan

angkatan kerja sebanyak 6.289 orang.

.

2.5.3.3. Sosial Budaya

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 105

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

1) Agama

Banyaknya tempat ibadah diKabupaten Sarmidi sekitar rencana areal kerja PT.

DBL,disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.36. Banyaknya Tempat Ibadah menurut Distrik di KabupatenSarmi, 2011

DistrikBanyaknya Tempat Ibadah

Mesjid Surau/LanggarGereja Kristen

Gereja Katolik

Pura

Kab. Sarmi 13 12 115 3 1

- Tor Atas - - 10 - -

- Pantai Timur - - 14 - -

- Pantai Timur Barat - - 11 - -

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2012

2) Pendidikan

Jumlah sekolah di Kabupaten Sarmi yang terdaftar pada Departemen Pendidikan Nasional

tercatat sebanyak 85 sekolah. Terdiri dari sekolah SD sebanyak 62 sekolah, SMP 18

sekolah, SMA 4 sekolah, dan SMK 1 sekolah. Rasio murid terhadap guru pada tingkat

Sekolah Dasar (SD) negeri sebesar 15,60. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sarmi

tahun 2013, untuk seorang guru SD mengajar sekitar 15 siswa.

Tabel 2.37. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid tahun 2012

No. Jenis Sekolah

Sekolah Guru Murid

D.Tor Atas

D.Pantai Timur

D. Pantai Timur Barat

D.Tor Atas

D. Pantai Timur

D.Pantai Timur Barat

D.Tor Atas

D. Pantai Timur

D. Pantai Timur Barat

1. SD Negeri 2 - 2 16 - 8 212 - 132

2. SD sawasta - 3 1 - 20 7 - 419 345

3. SMP Negeri 1 1 1 10 8 8 66 88 157

4 SMP Swasta - - - - - - - - -

5. SMA Negeri - - - - - - - - -

6. SMA Swasta - - - - - - - - -

7. SMK Negeri - 1 - - 17 - - 117 -

8. SMK Swasta - - - - - - - - -

Jumlah 3 5 4 26 50 23 278 624 634

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

2.5.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 106

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Banyaknya fasilitas kesehatan di Kabupaten Sarmi tahun 2013 tercatat sebanyak 9

puskesmas, 25 puskesmas pembantu, 12 puskesmas keliling, 113 posyandu dan 3 polindes.

Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Sarmi tahun 2013 tercatat

sebanyak 25 dokter, 112 perawat, 88 bidan, 10 apoteker, dan 69 tenaga non medis.

1) Jenis Penyakit

Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014, diketahui

bahwa jenis penyakit yang diderita oleh penduduk di Kabupaten Sarmi,dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.38. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Sarmi Tahun 2013

No Jenis PenyakitBanyaknya

Kasus

1 Gangguan saluran pernafasan (ISPA) 5.462

2 Malaria 4.665

3 Penyakit pada system otot/Jaringan Pengikat 3.509

4 Malaria Tropika 2.142

5 Diare 1.710

6 Penyakit Kulit Infeksi 1.589

7 Gastritis 1.559

8 Malaria Tersiana 958

9 Ruda Paksa 916

10 Penyakit Lain 845

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

Gambar 2.25. Peta Situasi Sekitar

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 107

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.6. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU

KEGIATAN

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 108

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Di sekitar lokasi rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

PT. Dharma Buana Lestari terdapat beberapa usaha dan/atau kegiatan lainnya, antara lain

yaitu:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan area Hutan Produksi yang dapat dikonversi

dan Rencana lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari,

Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi,

Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

2.7. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT

Sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17

tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak

Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, serta Keputusan Gubernur Provinsi Irian Jaya

Nomor 37 Tahun 2001 tentang  Peran Serta Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam

Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup di Provinsi Irian Jaya, maka

PT. Dharma Buana Lestari sudah membuat pengumuman terkait dengan rencana usaha

pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit melalui media cetak yaitu

Koran Cenderawasih Pos yang diterbitkan pada tanggal 16, 17 dan 19 Juli 2014 (Lampiran

10).

Selain itu, PT. Dharma Buana Lestari juga telah melakukan Konsultasi Publik terkait

dengan rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit yang

dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2014 bertempat di Kantor Kepala Distrik Pantai

Timur Barat. Konsultasi Publik tersebut dihadiri oleh PT. Dharma Buana Lestari, Asisten

II Setda Kabupaten Sarmi, BPLH Provinsi Papua, Kepala Bapeldada Kabupaten Sarmi,

Kepala Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat serta pewakilan dari

masyarakat setempat (Lampiran 11).

Berdasarkan hasil Konsultasi Publik dihasilkan saran dan masukan dari masyarakat, yaitu:

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 109

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Harus ada perlindungan hukum yang pasti dan jelas serta tegas bagi masyarakat pemilik

hak ulayat

Setiap orang yang perusahaan bawa dari luar papua untuk bekerja di perusahaan harus

orang yang tunduk kepada norma-norma agama dan adat istiadat masyarakat lokal

Apabila perusahaan kelapa sawit sudah bekerja sampai sukses, saya mohon perusahaan

tidak boleh terbitkan sertivikat kepada karyawan, supaya hak ulayat yang dikelola oleh

perusahaan dapat dikembalikan kepada masyarakat adat

Suatu saat bila perusahaan beroperasi nanti yang terkena dampak adalah masyarakat

yang berada di pesisir pantai

Jagalah pembuangan limbah dengan baik, jangan sampai limbahnya dibuang ke sungai

Apabila hutan dikelola, akan terjadi erosi, bagaimana cara perusahaan mengatasi ini.

Perusahaan tolong bangun 1 unit asrama untuk mahasiswa/I di jayapura, tolong juga

perhatikan mahasiswa/I kami yang sedang kuliah saat ini dan nanti

Bila perusahaan telah beroperasi, tolong berikan beasiswa kepada anak-anak kami yang

berprestasi

Kami selaku masyarakat setuju dengan adanya rencana akan dibuka serta dibangunnya

pabrik kelapa sawit di wilayah distrik pantai timur barat kabupaten sarmi

Memberikan lapangan kerja untuk kami masyarakat, anak-anak kami yang ada

dibangku pendidikan agar diperhatikan.

2.8. DAMPAK PENTING HIPOTETIK

Penentuan dampak penting hipotetik diperoleh dari hasil pelingkupan dampak rencana

kegiatan terhadap lingkungan kegiatan di sekitar, hasil sosialisasi khususnya temu muka,

konsultasi dan diskusi, masukan para pakar, instansi terkait, data sekunder dan tinjauan

lapangan. Proses pelingkupan tersebut terdiri dari dua tahap yaitu:

i) Identifikasi Dampak Potensial

ii) Evaluasi Dampak Potensial

2.8.1. Identifikasi Dampak Potensial

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 110

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Identifikasi dampak potensial merupakan tahap awal dari proses pelingkupan. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan, baik primer maupun

sekunder, yang mungkin timbul pada kegiatan mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi,

operasi dan pasca operasi. Identifikasi dampak potensial ini dilakukan melalui:

1) Penelaahan Pustaka

Penelaahan pustaka dilakukan guna menangkap permasalahan lingkungan yang

bersifat project specific melalui penelaahan laporan atau dokumen sejenis.

2) Diskusi/Brainstorming

Diskusi/brainstorming dilakukan diantara anggota tim penyusun AMDAL guna

memperoleh kata sepakat mengenai identifikasi dampak potensial yang perlu dicermati.

Diskusi dengan anggota tim studi dilakukan secara sinambung terutama untuk

merumuskan jenis dan karakteristik dampak yang potensial timbul, serta sejak awal

mengkaji sifat aliran dampaknya.

3) Survei pendahuluan

Survei pelingkupan/pendahuluan dilakukan guna mempertajam hasil identifikasi

dampak potensial sebelumnya, sehingga diperoleh daftar dampak potensial yang

sifatnya spesifik lokasi (site specific). Untuk itu dalam survei pelingkupan dilakukan

pengumpulan data melalui:

a) Penggalian informasi melalui tokoh masyarakat

Kegiatan ini dilakukan dengan cara wawancara dengan para tokoh masyarakat. Hal ini

dilakukan guna mendapatkan permasalahan setempat baik yang berkaitan langsung

dengan rencana kegiatan maupun masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya.

Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menangkap hal-hal yang dianggap

penting oleh tokoh masyarakat, serta persepsi mereka terhadap rencana kegiatan.

b) Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait

Jenis data sekunder yang dikumpulkan pada saat survei pelingkupan meliputi RTRW

Kabupaten Sarmi, Monografi Kampung/desa/distrik serta data-data lain yang

diperlukan.

c) Pengumpulan data primer

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 111

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan secara umum dan

menyeluruh terhadap kondisi fisiografi dan bentuk wilayah, tanah/lahan, sungai,

pemanfaatan lahan di sekitar lokasi rencana kegiatan, dan aktivitas perekonomian di

sekitar.

4) Matriks interaksi

Setelah memperoleh data mengenai deskripsi rencana kegiatan dan rona awal

lingkungan secara umum, maka kemudian dituangkan ke dalam matriks interaksi yang

menunjukkan adanya keterkaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensial

menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan hidup yang potensial terkena

dampak. Apabila terjadi interaksi antara komponen rencana kegiatan dan komponen

lingkungan akan diberi tanda silang (X). Dengan matriks interaksi ini diharapkan

dapat diperoleh daftar komponen lingkungan yang potensial terkena dampak rencana

kegiatan. Selanjutnya matriks identifikasi dampak potensial rencana kegiatan

pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) disajikan pada

Tabel 2.39.

Pada tahap ini diidentifikasi dan diinventarisir dampak potensial yang mungkin timbul

tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak atau penting tidaknya dampak, sehingga

belum ada upaya penilaian apakah dampak tersebut merupakan dampak penting atau

tidak. Metode yang digunakan adalah metode matriks dengan cara menghubungkan antara

komponen rencana kegiatan sebagai sumber dampaknya dengan jenis dampak yang

mungkin terjadi.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 112

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.39. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Terhadap Komponen Lingkungan

Tahap dan Jenis Kegiatan

Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak, dan Dampak Potensial Yang Kemungkinan Timbul

Pra KonstruksiKonstruksi Operasional Pasca

Operasional

Pen

erim

aan

dan

Mob

ilisa

si

Ten

aga

Ker

ja

Mob

ilis

asi a

lat

ber

at d

an a

lat

angk

ut m

ater

ial k

onst

ruk

si

Kebun Pabrik

Pen

erim

aan

dan

Mob

ilisa

si

Ten

aga

Ker

ja

Kebun

Pen

gan

gku

tan

Has

il P

anen

(T

BS

& C

PO

)

Pabrik

Pro

ses

Per

izin

an d

an S

urve

i L

apan

gan

Sos

iali

sasi

Keg

iata

n

Pen

gad

aan

Lah

an

Pem

bu

kaa

n d

an P

enyi

apan

L

ahan

Pem

ban

gun

an S

aran

a d

an

Pra

sara

na

Keb

un

Pen

anam

an T

anam

an

Kel

apa

Saw

it

Pem

elih

araa

n T

anam

an

Bel

um

Men

ghas

ilk

an

(TB

M)

Pem

atan

gan

Lah

an d

an

Pon

das

i PK

S

Pem

ban

gun

an P

abri

k

Kel

apa

Saw

it (

PK

S)

Pem

elih

araa

n T

anam

an

Men

ghas

ilk

an (

TM

)

Pem

anen

an d

an P

erk

iraa

n

Has

il

Pro

ses

Pen

gola

han

Kel

apa

Saw

it &

Int

i Saw

it

Pen

gop

eras

ian

Boi

ler

Pen

gola

han

Lim

bah

Pem

utu

san

Hu

bun

gan

K

erja

Pen

gem

bal

ian

Sar

ana

dan

P

rasa

ran

a

1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21I. FISIK-KIMIA1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal) X2. Penurunan Kualitas Udara X X X X X X X X3. Peningkatan Kebisingan X X X X X X X4. Hidrologi

a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water) X X Xb. Penurunan Kuantitas Air Permukaan X Xc. Peningkatan Laju Erosi X X

5. Penurunan Kualitas Air Permukaan X X X X X X X X X X X6. Penurunan Kualitas Air Tanah X X X7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect X X X8. Penurunan Kesuburan Tanah X XII. TRANSPORTASI9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas X X10. Peningkatan Kerusakan Jalan X XIII. BIOLOGI11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat X X12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat X X13. Terganggunya Keberadaan Biota Air X X X X X X X X X X XIV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA14. Peningkatan Jumlah Penduduk X X X15. Mata Pencaharian

a. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha X X X X Xb. Hilangnya Mata Pencaharian X X X

16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat X X17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat X X X X X X X X X X X X X X X18. Gangguan Kamtibmas X X X X X X X X X X X X X19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum X X X XV. Kesehatan Masyarakat20. Penurunan Sanitasi Lingkungan X X X X X X X21. Peningkatan Morbiditas X X X X

Keterangan : X = dampak potensial

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 113

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Gambar 2.26. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma

Buana Lestari pada Tahap Pra-konstruksi

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 114

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.27. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma

Buana Lestari pada Tahap Konstruksi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 115

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Gambar 2.28. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma

Buana Lestari pada Tahap Operasi

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 116

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.29. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma

Buana Lestaripada Tahap Pasca Operasi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 117

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.8.2. Evaluasi Dampak Potensial

Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap dampak potensial yang telah diidentifikasi

dengan memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan

dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak perlu dikaji). Sehingga diperoleh

dampak-dampak berpotensi penting yang merupakan dampak penting hipotetik (DPH) dan

selanjutnya akan ditelaah dalam dokumen ANDAL.

Berdasarkan Permen LH Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen

Lingkungan Hidup, Lampiran I untuk Pedoman Penyusunan Dokumen Kerangka Acuan,

beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu dampak potensial

dapat menjadi Dampak Penting Hipotetik (DPH) atau tidak adalah dengan melihat apakah

pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang

mengacu pada Standard Operational Procedure (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi

bagian dari rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah dan/atau

standar internasional, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pertimbangan dan kriteria-kriteria penentuan dampak penting hipotetik yang

ada, hasil ringkasan evaluasi dampak potensial dari rencana kegiatan perkebunan dan

pabrik pengolahan sawit oleh PT. Dharma Buana Lestari disajikan pada tabel di bawah ini.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 118

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.40. Ringkasan Proses Pelingkupan Studi AMDAL Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

PT. Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

I Tahap Pra-konstruksi/Persiapan

1 Proses perizinan dan Survei Lapangan

Mengutamakan penduduk lokal untuk terlibat dalam kegiatan survei

Mata pencaharian penduduk

Terbukanya kesempatan kerja saat survei lapangan

Kegiatan survei lapangan untuk mengetahui kondisi awal dari lahan yang direncanakan dipergunakan sebagai lokasi perkebunan sawit. Kegiatan ini meliputi kegiatan berbagai kajian yang digunakan untuk penyusunan rancang bangun dan studi kelayakan lahan dan lingkungan untuk rencana kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini akan melibatkan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja lapangan. Berdasarkan hasil konsultasi publik dengan masyarakat setempat, masyarakat sangat berharap mereka dilibatkan dalam kegiatan survei seperti dalam kegiatan penentuan tata batas tapak proyek, dll. Namun demikian, dalam kegiatan survei lapangan ini hanya dibutuhkan

Dampak tidak penting hipotetik karena jumlah tenaga kerja yang diserap sangat sedikit sekali

- -

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 119

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

sedikit tenaga kerja (<10 orang). Dengan jumlah penduduk usia produktif di Kab. Sarmi

- Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan

Dengan dilibatkannya tenaga kerja lokal dalam kegiatan survei lapangan akan menimbulkan sikap dan persepsi masyarakat yang negatif terhadap rencana kegiatan, karena adanya penduduk yang tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Namun karena penyerapan tenaga kerja untuk kegiatan survei lapangan sedikit sekali (<10 orang) dan lebih diutamakan kepada pemilik hak ulayat. Oleh karena itu, tidak akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat

Dampak tidak penting hipotetik karena tenaga kerja yang dilibatkan terutama adalah pemilik hak ulaya

- -

- Keamanan dan Ketertiban Masyrakat

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat

Dampak kegiatan proses perizinan dan survei lapangan terhadap komponen lingkungan kamtibmas merupakan dampak turunan dari terbukanya kesempatan kerja dan sikap serta persepsi negatif masyarakat. Oleh karena itu dampak kegiatan terhadap komponen kesempatan kerja dan sikap serta persepsi negatif masyarakat bukan merupakan

Dampak tidak penting hipotetik karena merupakan dampak turunan dari terbukanya kesempatan kerja dan sikap serta persepsi masyarakat

- -

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 120

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

dampak penting hipotetik, maka dampak kegiatan ini terhadap komponen kamtibmas tidak termasuk dampak penting hipotetik

2 Sosialisasi kegiatan - Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan

Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan terutama bertujuan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan perusahaan, peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan serta memberikan gambaran manfaat serta dampak yang diperoleh dari rencana kegiatan. Adanya kekurangan informasi atau kesimpangsiuran informasi dari rencana kegiatan ini akibat tidak tepatnya tata cara dan informasi yang disampaikan pada saat sosialisasi kepada masyarakat akan berdampak terhadap timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama 6 bulan, yaitu selama kegiatan sosialisasi berlangsung

- Keamanan dan Ketertiban Masyrakat

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di

Dampak kegiatan sosialisasi terhadap komponen lingkungan kamtibmas merupakan dampak turunan dari timbulnya sikap serta persepsi negatif masyarakat. Oleh

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde,

Selama 6 bulan, yaitu selama kegiatan sosialisasi berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 121

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

lingkungan masyarakat

karena dampak kegiatan terhadap komponen kesempatan kerja dan sikap serta persepsi negatif masyarakat merupakan dampak penting hipotetik, maka dampak kegiatan ini terhadap komponen kamtibmas termasuk dampak penting hipotetik

Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 Pengadaan Lahan - Mendapat uang penghormatan/tali asih atas tanah ulayat/adat sesuai kesepakatan dan status lahan yang diusahakan

- Masyarakat dapat memanfaatkan kayu yang bernilai ekonomi di atas lahan yang akan dibuka dengan terlebih dahulu diupayakan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)

Kepemilikan lahan pemilik hak ulayat

Hilangnya mata pencaharian penduduk

Pengadaan lahan dapat menyebabkan penduduk kehilangan hak untuk mempergunakan lahan yang dibebaskan, sementara pekerjaan lain belum dimilikinya

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 122

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

- Pemberian kebun plasma diutamakan kepada pemilik tanah ulayat/adat

- Membuka kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan.

- Pendekatan secara adat

- Mendapat uang penghormatan/tali asih atas tanah ulayat/adat sesuai kesepakatan dan status lahan yang diusahakan

- Masyarakat dapat memanfaatkan kayu yang bernilai ekonomi di atas lahan yang akan dibuka dengan terlebih dahulu diupayakan Izin Pemanfaatan Kayu

Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya sikap dan persepsi masyarakat yang negatif

Sebagian anggota suku pemilik hak ulayat atas lahan yang dibebaskan belum tentu menyetujui pembebasan tersebut. Anggota suku yang tidak mendapat bagian yang seperti diharapkan akan mempunyai persepsi negatif dan mempengaruhi yang lainnya yang dapat menjadi keresahan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Pengadaan/pembebasan lahan yang diperlukan untuk kebun Kelapa Sawit seluas 16.726,10 Ha diperkirakan/ diasumsikan dapat dilakukan selama 3 tahun. Namun semuanya tergantung dari masyarakat pemilik lahan apakah mau

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 123

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

(IPK)- Pemberian kebun

plasma diutamakan kepada pemilik tanah ulayat/adat

- Membuka kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan.

menyerahkan lahannya atau tidak, sehingga batas waktu kajian untuk sikap dan persepsi masyarakat dianggap dapat dilakukan selama 3 tahun.

- Pendekatan secara adat

- Mendapat uang penghormatan/tali asih atas tanah ulayat/adat sesuai kesepakatan dan status lahan yang diusahakan

- Masyarakat dapat memanfaatkan kayu yang bernilai ekonomi di atas lahan yang akan dibuka dengan terlebih dahulu diupayakan Izin

Timbulnya gangguan kamtibmas

Munculnya gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat sebagai akibat dampak turunan dari sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan perusahaan

Dampak kegiatan pada tahap pra-konstruksi yang meliputi kegiatan pengadaan lahan dapat menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat. Hal ini akan berdampak lanjutan terhadap gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat. Terutama awalnya timbul dari sikap dan persepsi ngatif masyarakat terhadap kegiatan perusahaan.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. DBL. Oleh karena di wilayah Papua umumnya kepemilikan tanah berdasar-kan hak ulayat. Sering terjadi tuntutan ganti rugi lahan yang berkepanjangan

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 124

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Pemanfaatan Kayu (IPK)

- Pemberian kebun plasma diutamakan kepada pemilik tanah ulayat/adat

- Membuka kesempatan lapangan kerja bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan keahlian yang diperlukan.

II Tahap Konstruksi

1 Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Pembuatan saluran drainase dan septic tank di lokasi basecamp dan emplasement karyawan

Kualitas air permukaan

Meningkatnya kandungan TDS, BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat, penurunan DO, akibat limbah domestik

Aktivitas tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi kebun dan pabrik pengolahannya selama di base camp akan menghasilkan limbah domestik padat maupun cair yang dapat mencemari lingkungan di sekitar lokasi base camp dan emplasement. Limbah domestik dari aktivitas karyawan dapat menurunkan sanitasi lingkungan dan kualitas air permukaan. Begitu pula dengan limbah cair berupa grey water yang dialirkan melalui saluran drainase menuju badan air

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh dan Sungai Biri yang merupakan badan air penerima dari limbah cair domestik, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan

2 tahun, yaitu selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 125

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

penerima. Dengan adanya limbah cair domestik ini akan menambah zat pencemar bagi badan air penerima

limbah cair domestik base camp dan emplasement

- Biota air Gangguan terhadap keberadaan biota air akibat penurunan kualitas air badan air penerima

Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat aktivitas tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi kebun dan pabrik pengolahannya selama di base camp yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan pada badan air penerima (Sungai Maro). Penurunan kualitas air permukaan ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan TDS, BOD, COD, H2S, fosfat, nitrit dan nitrat, penurunan DO, akibat limbah domestik.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh dan Sungai Biri yang merupakan badan air penerima dari limbah cair domestik, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan limbah cair domestik base camp dan emplasement

2 tahun, yaitu selama kegiatan konstruksi kebun dan pabrik berlangsung

Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai

Kependudu-kan

Peningkatan jumlah penduduk

Jumlah tenaga kerja kegiatan konstruksi perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) adalah sebanyak 520 orang dan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu:

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 126

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

kualifikasi kebutuhan pada saat awal penanaman kelapa sawit simultan pada masa konstruksi akan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 870 – 1.450 orang. Perekrutan tenaga kerja ini terutama diambil dari tenaga kerja lokal maupun dari luar sehingga diperkirakan terjadi migrasi penduduk dari luar menuju wilayah Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat. Masa kerja tenaga kerja konstruksi cukup lama sekitar 24 – 36 bulan.

Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan

Sosial Ekonomi

Terbukanya kesempatan kerja sebagai mata pencaharian penduduk

Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan konstruksi saat puncak kegiatan konstruksi mencapai 520 orang akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan pendapatan penduduk, sehingga dianggap dampak penting hipotetik sebab sebagian besar adalah tenaga kerja non skill (umum) sehingga dapat dipenuhi dari tenaga kerja setempat.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 127

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Timur Barat

Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan

Sosial Ekonomi

Perubahan adat istiadat dan pola kebiasaan masyarakat

Adanya tenaga kerja pendatang yang bekerja pada tahap konstruksi akan berinteraksi dengan pekerja penduduk lokal yang adat istidatnya berbeda. Pembauran penduduk dengan latar budaya, adat kebiasaan yang berbeda, setidaknya akan saling mempengaruhi. Dalam kurun waktu kegiatan 24 – 36 bulan, pola adat kebiasaan masing- masing akan mencapai keseimbangan, dimana pendatang dapat menyesuaikan dengan pola adat kebiasaan setempat dan penduduk lokal dapat menerima pola adat kebiasaan pendatang.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan

Sosial Ekonomi

Timbulnya Persepsi negatif

Sikap dan persepsi masyarakat akan menjadi positif pada saat salah satu anggota keluarganya diterima menjadi tenaga kerja. Namun sikap dan persepsi ini akan dapat menjadi negatif bagi penduduk yang tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar,

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 128

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Penerimaan tenaga kerja dengan mengutamakan penduduk lokal sesuai kualifikasi kebutuhan

Sosial ekonomi

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Kegiatan konstruksi perkebunan dan pabrik pengolahannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi penduduk lokal yang tidak dapat bekerja. Disamping itu adanya pekerja pendatang dengan latar budaya yang tidak sama dengan penduduk lokal, dapat menjadi penyebab terjadinya konflik dengan penduduk lokal. Kecemburuan sosial dan perbedaan budaya dapat berkembang menjadi konflik fisik, manakala muncul pemicunya, sehingga terjadi gangguan keamanan.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

- Perubahan layanan fasilitas sosial dan fasilitas

Perubahan layanan fasos dan fasum akibat

Peningkatan kebutuhan fasilitas lingkungan merupakan dampak turunan dari peningkatan jumlah penduduk dari adanya penerimaan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 129

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

umum peningkatan jumlah penduduk

tenaga kerja yang berasal dari luar lokasi tapak proyek. Bertambahnya penduduk tentunya akan menuntut peningkatan berbagai fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan, pendidikan, hiburan dan jalan. Keberadaan tenaga kerja pendatang ini juga dapat menimbulkan kegiatan ikutan seperti keberadaan warung-warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi pendatang maupun penduduk lokal. Dengan demikian dampak termasuk dampak penting hipotetik.

Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Penyediaan fasilitas sanitasi, jamban, tempat sampah yang memadai

Kesehatan masyarakat

Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

Adanya penerimaan tenaga kerja akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk di sekitar lokasi kegiatan, sehingga sanitasi lingkungan dapat menurun dari aktivitas dan pola hidup tenaga kerja pendatang tersebut. Dengan jumlah tenaga kerja pendatang cukup banyak dengan masa kerja sekitar 24 - 36 bulan, akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair domestik cukup

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu,

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 130

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

banyak, sehingga akan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.

Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

-Pembuatan saluran drainase dan septic tank

-Pembuatan tempat sampah dan TPSS

-Pembangunan klinik bagi karyawan dan masyarakat

Kesehatan masyarakat

Peningkatan morbiditas masyarakat

Kegiatan konstruksi akan melibatkan tenaga kerja yang cukup banyak sehingga akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair domestik yang berpotensi menurunkan kualitas sanitasi lingkungan sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas kesehatan masyarakat sekitar maupun karyawan di sekitar tapak proyek. Selain itu, peningkatan morbiditas masyarakat dapat secara langsung disebabkan oleh pekerja pendatang yang berpenyakit sehingga menular kepada pekerja lainnya maupun masyarakat lokal.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

2 Mobilisasi alat berat dan alat angkut material konstruksi

- Kualitas udara Penurunan kualitas udara dan kebisingan

Kendaraan pengangkut alat berat dan bahan-bahan bangunan akan mengeluarkan gas buang kendaraan sepanjang perjalanannya dan pada saat melewati jalan tanah akan

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek Selama masa konstruksi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 131

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

menghasilkan debu, disamping itu bunyi kendaraan ini menimbulkan kebisingan. Selama kegiatan mobilisasi alat berat dan alat angkut material akan melalui perkampungan/desa yang berada di dalam maupun di luar lokasi tapak proyek, sehingga akan berdampak langsung terhadap penduduk sekitarnya.

Pengaturan jarak antar kendaraan, dan pengawalan pihak yang berwenang

Lalu lintas Terganggu-nya kelancaran lalu lintas

Bahan dan material konstruksi kebun dan pabrik direncanakan berasal dari Sarmi dan sekitarnya. Pengangkutan bahan dan material konstruksi ini akan melalui Ruas Jalan Sarmi. Kendaraan angkut bahan dan material konstruksi yang digunakan berupa dump truck selama tahap konstruksi diperkirakan akan berdampak terhadap kelancaran arus lalu lintas jalan tersebut. Namun demikian, arus kendaraan dari pusat Kota Sarmi menuju lokasi tapak proyek saat ini masih tergolong sedikit, sehingga tidak akan mengganggu arus lalu lintas di jalan yang dilalui

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 132

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

- Lalu lintas Peningkatan kerusakan jalan umum

Meningkatnya mobilitas kendaraan pengangkut alat berat dan material konstruksi di ruas jalan Sarmi dan tapak proyek akan berdampak terjadinya kerusakan ruas jalan tersebut. Jenis kendaraan yang digunakan merupakan kendaraan berat seperti dump truck, truck container, excavator, bulldozer, dan alat angkut bahan serta material konstruksi. Kondisi jalan dari Sarmi sampai ke tapak proyek sebagian telah diaspal dan sebagian aspalnya telah terkelupas dan berlubang-lubang. Namun sebagian besar kondisi jalan penghubung dari kampung ke kampung lainnya kondisinya masih jalan tanah. Oleh sebab itu, kegiatan mobilisasi kendaraan dan alat berat ini berpotensi menimbulkan kerusakan jalan umum yang digunakan.

Disimpulkan menjadi DPH

Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan angkutan bahan dan material konstruksi

Selama masa konstruksi

Sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan kegiatan mobilisasi peralatan dan material

Sosial Ekonomi Budaya

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Persepsi negatif dapat timbul karena adanya sesuatu yang dilihat atau didengar dianggap akan merugikan kepentingannya. Kebisingan, asap knalpot, debu, kemacetan dan kekhawatiran jalan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama,

Selama masa konstruksi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 133

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

rusak, merupakan hal yang dikhawatirkan penduduk akan mengurangi kenyamanan.

Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

- Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat

Munculnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat, terutama di lingkungan kegiatan perusahaan disebabkan oleh ketidakpuasaan masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dari kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi. Dampak ini merupakan dampak turunan dari sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap perusahaan yang dapat terakumulasi menjadi sikap anarkis dan vandalisme.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama masa konstruksi

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 134

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

3 Penyiapan Lahan dan Pembukaan Lahan

Pemeliharaan sempadan (buffer zone) dengan pemukiman dan jalan raya

Iklim mikro Perubahan iklim mikro (peningkatan temperatur dan penurunan kelembaban)

Perubahan iklim mikro disebabkan menurunnya ruang terbuka hijau di tapak proyek akibat kapasitas kalor spesifik permukaan tanah menjadi lebih rendah karena vegetasinya hilang dan suhu permukaan menjadi lebih tinggi pada siang (kenaikan albedo) dibandingkan dengan keadaan sebelum dibuka. Sebagai akibatnya, panas yang lebih tinggi ini akan mengalir ke lokasi yang sedikit menerima radiasi matahari. Akhirnya bukan hanya tanah yang hilang penutupnya saja yang menerima panas tetapi juga lokasi-lokasi sekitarnya

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan wilayah sekitar proyek

3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung

-Pengaturan leveling permukaan tanah, aliran air lambat

Hidrologi Peningkatan aliran air permukaan (run off)

Pembersihan lahan dari tumbuhan baik untuk kebun, sarana prasarana, dan bangunan pabrik, akan menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka, tidak ada tumbuhan yang dapat menahan tetesan air hujan pada lahan yang sudah terbuka, sehingga air hujan akan lebih banyak yang dialirkan dari kondisi sebelumnya. Peningkatan air larian ini akan berlangsung terus, selama

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek, Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 135

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

permukaan tanah masih terbuka.

-Penanaman tanaman penutup tanah (land cover crop)

-Pembuatan saluran drainase

Erosi dan sedimentasi

Terjadinya erosi dan sedimentasi

Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan akan berdampak terhadap profil tanah yaitu susunan horizon tanah, struktur dan agregasi tanah sehingga pori-pori tanah lebih cenderung menjadi pori aerasi (makro), sebagai akibat sekundernya adalah lemahnya ikatan antar butiran tanah, sehingga mudah hancur oleh pukulan air hujan, mudahnya butiran tanah terbawa oleh aliran air permukaan (run off) akan menyebabkan erosi, meningkatnya butiran tanah yang terbawa kedalam air dapat menyebabkan sedimentasi.

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek, Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung

Pengaturan leveling permukaan tanah, aliran air lambat, pembuatan drainase pengendap

Kualitas air permukaan

Penurunan kualitas air permukaan

Kegiatan pembukaan lahan dan penyiapan lahan diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi kegiatan, karena limpasan air hujan akan membawa sedimen (padatan tersuspensi) dari area kegiatan ke sungai terdekat dan terjadinya kekeruhan dan peningkatan zat padat tersuspensi tidak bisa dihindari karena adanya

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri,dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek

3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 136

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

aliran air permukaan secara kontinyu. Tingginya kandungan tersuspensi ini akan mengurangi penetrasi cahaya/sinar matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis. Diperkirakan peningkatan kekeruhan dan kandungan zat padat tersuspensi yang akan terjadi sangat besar dan akan mempengaruhi kualitas air permukaan di wilayah studi. Pencemaran air ini juga dapat mengganggu kehidupan biota air.

- Ruang dan lahan

Perubahan fungsi ruang dan lahan

Kondisi vegetasi eksisting areal rencana perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah semak belukar yang diselingi tegakan berupa tanaman hutan, sisa penebangan kayu, dan sebagian kecil areal tanaman dan bibit kelapa sawit, akan berubah menjadi kebun kelapa sawit seluas sekitar 16.726,10 ha, rencana pembangunan lahan untuk tanaman inti 10.000 ha, tanaman plasma 3.400 ha dan 3.326,10 ha area yang tidak bisa ditanam

Disimpulkan tidak menjadi DPH, karena sebagian lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya tidak akan dipakai (di encluve), meskipun masuk kedalam batas proyek sesuai dengan izin lokasi yang

- -

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 137

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

telah diperoleh

Penurunan kesuburan tanah

Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan untuk lokasi rencana kebun sawit yang dilakukan meliputi pembersihan lahan berupa semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup lainnya dan mendongkel tunggul batang yang telah ditebang. Dengan Sistem Konservasi Tanah dan Air yang akan diterapkan dalam kegiatan tersebut akan mempertahankan produktivitas/ sumber daya lahan. Selain itu, dengan Sistem Penutup Tanah Leguminosa (Legume Cover Crop/atau LCC), berguna untuk mencegah erosi permukaan, menekan perkembangan gulma yang sekaligus mengurangi penyiangan, menambah bahan organik dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air untuk tanaman.

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

-Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dengan

Biologi Hilangnya tutupan vegetasi dan

Pada saat melakukan pembukaan dan penyiapan lahan akan berdampak pada hilangnya

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek 3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 138

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

mempertahankan koridor ruang gerak fauna

hilangnya habitat fauna darat

tutupan vegetasi darat di areal tersebut terutama lahan hutan yang ada. Hilangnya vegetasi dalam skala yang relatif luas akan mengganggu kondisi keseimbangan ekosistem, diantaranya hilangnya habitat fauna tertentu baik dari jenis mamalia, aves, reptilia dan serangga. Kerusakan ataupun musnahnya habitat fauna akan mengakibatkan kepunahan hewan terutama untuk satwa yang mobilitasnya rendah, sedangkan satwa dengan mobilitas tinggi akan berpindah ke lokasi lain yang lebih aman.

Pembukaan lahan dilakukan secara bertahap dengan mempertahankan koridor ruang gerak fauna. Para pekerja dilarang berburu hewan liar yang ada di areal lokasi PT. DBL

Biologi Terganggu-nya fauna darat

Gangguan terhadap fauna darat/satwamerupakan dampak lanjutan dari terganggunya vegetasi/flora di areal yang dibuka. Kerusakan ataupun musnahnya habitat fauna akan mengakibatkan kepunahan hewan terutama untuk satwa yang mobilitasnya rendah, sedangkan satwa dengan mobilitas tinggi akan berpindah ke lokasi lain yang lebih aman. Selain itu, suara bising dari peralatan yang

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dimana dilakukannya pembukaan dan penyiapan lahan

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 139

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

digunakan menyebabkan fauna yang menempati daerah tersebut menjadi tergangggu, sehingga fauna tersebut terdorong untuk melakukan migrasi ke tempat yang baru.

-Penanaman tanaman penutup tanah (land cover crop)

-Pembuatan saluran drainase

Biota air Gangguan terhadap biota air

Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan. Penurunan kualitas air permukaan ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan sedimen tersuspensi yang masuk ke sungai melalui aliran air permukaan dan erosi.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun, selama kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan berlangsung

- Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan berdampak terhadap kepercayaan masyarakat kepada perusahaan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor

Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung, 3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 140

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

- Kamtibmas Timbulnya gangguan keamanan di lingkungan sekitar tapak proyek.

Gangguan keamanan di lingkungan masyarakat mungkin terjadi akibat ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap rencana kegiatan PT. DBL. Hal ini dapat disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai, dll. Adanya gangguan kamtibmas ini berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dan pihak PT. DBL

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung, 3 tahun

- Kesehatan masyarakat

Meningkat-nya angka kesakitan (morbiditas) akibat meningkat-nya populasi nyamuk

Kegiatan penebangan pohon menyebabkan terbuka lahan di area yang dibuka. Lahan terbuka ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim mikro di kawasan tersebut, sehingga meningkatkan pertumbuhan populasi nyamuk malaria,

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1,

Selama kegiatan pembukaan lahan berlangsung, 3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 141

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

malaria nyamuk malaria lebih menyukai hidup pada lahan terbuka, berupa semak, rawa, dll.

Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

4 Pembangunan sarana dan prasaranakebun

Penyiraman secara berkala pada waktu kegiatan dilakukan pada musim kemarau

Kualitas udara dan kebisingan

Penurunan kualitas udara dan kebisingan

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kebun di lokasi tapak proyek, meliputi pembuatan saluran untuk menyalurkan air, pelaksanaan konstruksi, pekerjaan struktur jalan angkut meliputi pekerjaan perkerasan badan jalan, pembangunan jembatan, basecamp dan lain sebagainya. Kegiatan ini akan meningkatkan kadar debu (TSP) dan kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya, terutama pada kegiatan pembangunan jalan, jembatan serta basecamp pada musim kemarau. Dimana, pada lokasi kegiatan terdapat permukiman penduduk.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun selama kegiatan pembangunan berlangsung

Pembuatan saluran drainase dan saluran

Hidrologi Peningkatan Air larian

Pembersihan lahan dari tumbuhan baik untuk bangunan pabrik dan

Disimpulkan Tapak proyek, Sungai

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 142

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

air darurat di sekeliling lokasi tapak proyek serta kolam pengendapan

(run off) sarana prasarana, akan menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka, tidak ada tumbuhan yang dapat menahan tetesan air hujan pada lahan yang sudah terbuka, sehingga air hujan akan lebih banyak yang dialirkan dari kondisi sebelumnya. Peningkatan air larian ini akan berlangsung terus, selama permukaan tanah masih terbuka.

menjadi DPH Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Pembuatan saluran drainase dan saluran air darurat di sekeliling lokasi tapak proyek serta kolam pengendapan

Kualitas air permukaan

Penurunan kualitas air permukaan akibat dari

Peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) di badan air penerima

Penurunan kualitas air permukaan pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kebun merupakan dampak turunan dari adanya aliran air permukaan pada lahan lokasi rencana yang membawa sedimen tersuspensi dan ceceran bahan dan material yang masuk ke badan air penerima di sekitar lokasi perkebunan. Dampak kegiatan ini cenderung meningkat pada musim hujan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun

Pembuatan saluran drainase dan saluran air darurat di sekeliling lokasi tapak proyek

Biota air Gangguan terhadap keberadaan biota air

Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pembangunan

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-

3 tahun selama kegiatan pembangunan berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 143

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

serta kolam pengendapan

akibat penurunan kualitas air di badan air penerima

sarana dan prasarana kebun yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan pada badan perairan. Penurunan kualitas air permukaan ini disebabkan oleh meningkatnya kandungan sedimen tersuspensi yang masuk ke BAP melalui aliran air permukaan dan erosi.

anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

- Sosial Ekonomi Budaya

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kebun, akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun selama kegiatan pembangunan berlangsung

- Kamtibmas Timbulnya gangguan keamanan di

Gangguan keamanan di lingkungan masyarakat mungkin terjadi akibat ketidakpuasan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan,

3 tahun selama kegiatan pembangunan

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 144

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

lingkungan sekitar tapak proyek.

sebagian masyarakat terhadap rencana kegiatan PT. DBL. Hal ini dapat disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai, dll. Adanya gangguan kamtibmas ini berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dan pihak PT. DBL. Oleh karena itu, dampak kegiatan termasuk dampak penting hipotetik.

yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

berlangsung

- Fasilitas sosial dan fasilitas umum

Meningkat-nya jumlah fasos dan fasum

Pembangunan sarana dan prasarana kebun, terutama jalan dan jembatan akan memberikan dampak positif untuk aksesibilitas penduduk di sekitar lokasi tapak proyek. Namun demikian, akses jalan yang dibangun pada umumnya diperuntukkan untuk kegiatan proyek dan terbatas bagi karyawan proyek

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

- Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi Lingkungan

Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat dan sanitasi

Kegiatan ini akan meningkatkan kadar debu (TSP) dan kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya terutama pada kegiatan pembangunan jalan, jembatan

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 145

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

lingkungan serta basecamp pada musim kemarau. Dampak ini akan berdampak turunan terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan di sekitar lokasi kegiatan maupun penduduk sekitar. Namun demikian, karena kegiatan ini berlokasi jauh dari permukiman penduduk, maka diperkirakan tidak akan berdampak berarti terhadap kesehatan dan sanitasi lingkungan.

5 Penanaman tanaman kelapa sawit

Mengutamakan masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan perusahaan

Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Kegiatan penanaman tanaman kelapa sawit akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 146

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

- Keamanan dan ketertiban masyarakat

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat

Gangguan keamanan di lingkungan masyarakat mungkin terjadi akibat ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap rencana kegiatan PT. DBL. Hal ini dapat disebabkan antara lain, adanya pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai. Adanya gangguan kamtibmas ini berpotensi menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar dan pihak PT. DBL.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha

6 Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM)

-Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida dan pestisida sesuai dosis

-Pemberian pupuk, herbisida maupun pestisida pada musim penghujan perlu

Kualitas air permukaan

Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan BOD, COD, dan unsur kimia lainnya)

Kegiatan pemeliharaan tanaman Kelapa Sawit yang belum menghasilkan diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi kegiatan, karena ceceran bekas pupuk serta ceceran bahan-bahan pertisida yang terbawa oleh limpasan air hujan akan membawa unsur-unsur kimia yang terkandung dalam pupuk dan pestisida dari area kegiatan ke sungai terdekat dan terjadinya

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Selama operasional kebun berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 147

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

mendapatkan perlakuan khusus

-Membuat saluran drainase disekitar areal kebun untuk meminimalisir atau mencegah masuknya pupuk, herbisida atau pestisida ke badan air yang dibawa oleh aliran air hujan

peningkatan BOD dan COD serta unsur-unsur kimia lainnya tidak bisa dihindari karena adanya aliran air hujan tersebut. Diperkirakan terjadi peningkatan kadar-kadar bahan unsur kimia tertentu yang akan terjadi dan akan mempengaruhi kualitas air permukaan di wilayah studi. Pencemaran air ini dapat mengganggu kehidupan biota air.

Pemupukan dan penggunaan pestisida dilakukan sesuai dosis

Kualitas air tanah

Penurunan kualitas air tanah

Kegiatan pemeliharaan tanaman Kelapa Sawit yang belum menghasilkan diperkirakan berdampak terhadap kualitas air tanah yang tercemar akibat kegiatan pemeliharaan TBM yang menggunakan pupuk, pestisida maupun herbisida yang meresap dan masuk menuju akuifer tanah. Pemeliharaan dilakukan kurang lebih selama 6 tahun sesuai dengan rencana penanaman. Dengan jangka waktu tersebut, maka terdapat kemungkinan akan mempengaruhi kualitas air tanah dimana di lokasi rencana tapak proyek juga terdapat permukiman penduduk.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama operasional kebun berlangsung

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 148

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

-Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida dan pestisida sesuai dosis

-Pemberian pupuk, herbisida maupun pestisida pada musim penghujan perlu mendapatkan perlakuan khusus

-Membuat saluran drainase disekitar areal kebun untuk meminimalisir atau mencegah masuknya pupuk, herbisida atau pestisida ke badan air yang dibawa oleh aliran air hujan

Biota air Gangguan terhadap biota air

Dampak kegiatan pemeliharaan TBM merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan. Hal ini terutama disebabkan oleh kandungan kimia dari bahan pupuk dan pestisida yang masuk ke badan air penerima dan meracuni serta menyebabkan kematian pada biota air di perairan di sekitar lokasi kegiatan.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Selama operasional kebun berlangsung

- Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama,

Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 149

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

- Keamanan dan ketertiban masyarakat

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat

Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan akan berdampak terhadap penurunan kualitas air permukaan, air tanah, gangguan terhadap biota air. Apabila tidak dikelola dengan baik dan benar akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan. Hal ini akan berdampak lanjutan terhadap timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban terhadap pelaksanaan kegiatan maupun lingkungan masyarakat sekitar

Disimpulkan menjadi DPH

mpung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Selama 3 tahun pengembangan kebun seluas 16.726,10 Ha

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 150

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

7 Pematangan lahan dan pondasi PKS

- Kualitas Udara ambient

Penurunan Kualitas udara dan kebisingan

Kegiatan pematangan lahan dengan menggunakan alat berat, juga didalamnya terdapat kegiatan gali timbun, diprakirakan akan menyebabkan menurunnya kualitas udara (peningkatan CO, SOx, NOx, sebaran debu lokal/TSP) dan meningkatnya kebisingan. Kegiatan ini terutama akibat peningkatan kandungan TSP dan kebisingan di lokasi kegiatan

Disimpulkan menjadi DPH

Lokasi rencana pabrik

Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan

- Hidrologi Peningkatan Air larian (run off)

Kegiatan pematangan lahan untuk rencana lokasi pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit akan merubah tutupan lahan yang akan mengakibatkan perubahan koefisien air larian yang selanjutnya mempengaruhi debit air larian di tapak proyek dan infiltrasi air hujan. Peningkatan run off ini akan mempengaruhi debit aliran badan air penerima wilayah daerah di sebelah hilirnya

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan

- Erosi dan Sedimentasi

Meningkat-nya erosi tanah akibat aliran air permukaan

Pada saat pekerjaan pematangan lahan biasanya dilakukan pengupasan tanah permukaan pada bagian yang lebih tinggi kemudian ditimbunkan pada

Disimpulkan menjadi DPH

-Tapak proyek-Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri,

Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 151

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

(run off water)

daerah yang lebih rendah. Akibat penggalian, pemotongan, perataan dan pengurugan tanah, maka tekstur lapisan tanah menjadi rusak atau hancur serta terjadi perubahan posisi lapisan tanah. Akibat kerusakan struktur tanah lapisan permukaan menjadi gembur, tidak padat dan kurang padu dan meningkatkan air larian terutama pada saat terjadi hujan, maka akan menimbulkan adanya kandungan tanah yang terikut dengan aliran air larian (run off)

dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

- Kualitas air Penurunan kualitas air permukaan akibat peningkatan kandungan TSS di badan air penerima

Kegiatan pematangan lahan untuk lokasi rencana pabrik pengolahan kelapa sawit dengan melakukan pengurugan dan pemadatan tanah akan menurunkan lahan resapan air sehingga meningkatkan aliran air permukaan. Bersama aliran air permukaan ini akan terbawa sedimen tersuspensi (TSS) yang akan masuk menuju badan air penerima atau sungai di sekitar lokasi pabrik sehingga akan menurunkan kualitas badan air penerima. Tingginya kandungan tersuspensi ini akan mengurangi

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 152

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

penetrasi cahaya/sinar matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis

Berkurang-nya tutupan vegetasi darat dan terganggu-nya keberadaan fauna darat

Kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik pengolahan sawit akan menghilangkan tegakan vegetasi yang ada di lokasi tapak proyek. Lokasi pabrik yang direncanakan terletak di sekitar sungai besar kemungkinan memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang cukup tinggi. Dengan hilangnya berbagai jenis flora ini akan mengakibatkan terganggunya keberadaan satwa liar di habitat tersebut. Namun dengan luas lahan pabrik sekitar 20 ha sehingga perubahan yang terjadi sangat kecil sekali

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

- Terganggu-nya biota air

Dengan menurunnya kualitas air, diprakirakan kehidupan biota air dapat terganggu.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Brri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Selama kegiatan pematangan lahan untuk lokasi pabrik, 6 bulan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 153

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

8 Pembangunan pabrik pengolahan Kelapa Sawit (PKS)

- Kualitas udara ambient

Penurunan Kualitas udara dan kebisingan

Pekerjaan konstruksi pabrik, pemasangan alat proses produksi, pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan lain sebagainya. Kegiatan ini meliputi pemasangan pondasi bangunan, kerangka dan struktur bangunan serta mesin-mesin produksi yang juga menggunakan berbagai alat berat. Kegiatan ini dilakukan pada lahan seluas ± 20 ha dan terletak dekat dengan permukiman penduduk. Kampung terdekat dengan lokasi pabrik, yaitu Kampung Arare berjarak ± 5 km dari lokasi kegiatan. Oleh karena itu, diperkirakan dampak kegiatan terhadap penurunan kualitas udara ini termasuk penting.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

2 tahun, selama kegiatan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berlangsung

Pembuatan saluran drainase dan kolam pengendapan di sekeliling lokasi rencana kegiatan

Kualitas air Penurunan kualitas air permukaan dengan meningkat-nya kandungan TSS, BOD dan COD

Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi kegiatan, karena ceceran bahan dan material bangunan yang terbawa oleh limpasan air hujan ke sungai terdekat sehingga meningkatkan kandungan BOD dan COD serta unsur-unsur kimia

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 154

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

lainnya. Dengan jangka waktu pembangunan yang cukup lama, yaitu 18 – 24 bulan dan letak rencana pabrik yang harus dekat dengan sungai

- Biota air Terganggu-nya biota air

Dengan menurunnya kualitas air, diprakirakan kehidupan biota air dapat terganggu.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, dan anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun

- Sosial Ekonomi Budaya

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Kegiatan pembangunan PKS akan menimbulkan respon negatif dari masyarakat jika pengelolaan kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik sehingga menimbulkan pencemaran pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Terutama dampak kegiatan terhadap kualitas udara dan kebisingan.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

2 tahun, selama kegiatan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 155

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)

Dari persepsi negatif masyarakat, dapat berkembang menjadi ketidaksenangan, kemudian secara psychologis timbul kebencian dan dapat menjadi konflik. Hal ini menimbulkan rasa tidak aman bagi para pekerja dan demikian pula penduduk setempat lainnya.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

2 tahun, selama kegiatan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berlangsung

III Tahap Operasi/Produksi

1 Penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja

Pembuatan saluran drainase, septic tank dan grease trap di lokasi kebun dan pabrik, terutama kantor dan perumahan karyawan

Kualitas air permukaan

Penurunan kualitas air permukaan (peningkatan kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan

Penerimaan tenaga kerja berjumlah lk. 870 – 1.450 orang untuk operasional kebun dan pabrik, akan menghasilkan limbah domestik padat maupun cair yang dapat mencemari kualitas air di sekitar perumahan dan lokasi pabrik. Limbah domestik dari aktivitas karyawan dapat menurunkan sanitasi lingkungan

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan

2 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 156

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat akibat limbah domestik)

dan kualitas air permukaan. Begitu pula dengan limbah cair berupa grey water yang dialirkan melalui saluran drainase menuju badan air penerima. Dengan adanya limbah cair domestik ini akan menambah zat pencemar bagi badan air penerima.

limbah cair domestik base camp dan emplasement

Perubahan ruang, lahan dan multiplier effect

Perubahan ruang dan lahan (tumbuhnya multiplier Effect dan pengembangan wilayah)

Meningkatnya aktifitas operasional kebun menimbulkan terbukanya sumber mata pencaharian masyarakat dengan adanya kesempatan kerja pada saat operasional kebun yang sudah berjalan dengan perekrutan lk. 1.000 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tenaga kerja sebagai kontraktor, suplayer dan yang terlibat dalam sector informal lainnya sebagai komponen multiplier effect yang jumlahnya jauh lebih banyak juga terikut beraktifitas. Keberadaan dan operasional PT. DBL mendukung dalam perkembangan wilayah dengan multiplier effect yang ditimbulkannya tersebut terjadi peningkatan aktifitas perekonomian, sehingga dapat meningkatkan pendapatan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

5 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 157

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Pemerintah Daerah dan masyarakat, dengan demikian dikategorikan dampak penting

Pembuatan saluran drainase dan septic tank di lokasi basecamp dan emplasement karyawan

Biota Air Terganggu-nya keberadaan biota air

Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat limbah yang dihasilkan dari kegiatan/aktivitas tenaga kerja perkebunan dan PKS. Dampak terhadap kualitas air merupakan dampak penting hipotetik, maka dampak kegiatan terhadap keberadaan biota air juga merupakan dampak penting hipotetik

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, mencakup sebaran limbah cair domestik sejauh 750 m ke arah hilir dari saluran pembuangan limbah cair domestik base camp dan emplasement

2 tahun

- Sosial Ekonomi

Peningkatan jumlah penduduk

Dari 870 – 1.450 orang pegawai yang diterima bekerja di PT. DBL, diperkirakan sekitar 50% berasal dari luar Distrik Patai Timur dan Pantai Timur Barat, sebagian diantaranya membawa serta anggota keluarganya. Penduduk pendatang ini akan manambah tingkat kepadatan Distrik Patai Timur dan Pantai Timur Barat atau kampung disekitarnya selama perusahaan

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu,

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 158

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

beroperasi. Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

- Terbukanya kesempatan kerja

Tenaga kerja yang akan diterima menjadi pekerja di PT. DBL berjumlah sekitar 870 – 1.450 orang. Penghasilan yang akan diterima minimal sesuai dengan UMR Papua, pendapatan ini sangat berarti bagi penduduk yang sebelumnya tidak mendapat penghasilan seperti ini.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

- Perubahan pola kebiasaan masyarakat

Adanya tenaga kerja pendatang yang bekerja pada tahap operasi sekitar 870 – 1.450orang akan berinteraksi dengan pekerja penduduk lokal yang adat istidatnya berbeda. Pembauran penduduk dengan latar budaya,

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru,

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 159

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

adat kebiasaan yang berbeda, akan saling mempengaruhi. Dalam kurun waktu kegiatan 24 – 36 bulan, pola adat kebiasaan masing-masing akan mencapai keseimbangan, dimana pendatang dapat menyesuaikan dengan pola adat kebiasaan setempat dan penduduk lokal dapat menerima pola adat kebiasaan pendatang.

Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya Persepsi negatif

Sikap dan persepsi masyarakat akan menjadi positif pada saat salah satu anggota keluarganya diterima menjadi tenaga kerja. Namun sikap dan persepsi ini akan dapat menjadi negatif bagi penduduk yang tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

Timbulnya gangguan

Gangguan Penerimaan tenaga kerja operasi perkebunan dan PKS dapat me-

Disimpulkan Kampung yang berada di sekitar

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 160

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

kamtibmas keamanan nimbulkan kecemburuan sosial bagi penduduk lokal yang tidak dapat bekerja. Disamping itu adanya pekerja pendatang dengan latar budaya yang tidak sama dengan penduduk lokal, dapat menjadi penyebab terjadinya konflik dengan penduduk lokal. Kecemburuan sosial dan perbedaan budaya dapat berkembang menja di konflik fisik, manakala muncul pemicunya, sehingga terjadi gangguan keamanan.

menjadi DPH lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Fasos dan Fasum

Peningkatan jumlah fasos dan fasum

Peningkatan kebutuhan fasilitas lingkungan merupakan dampak turunan dari peningkatan jumlah penduduk dari adanya penerimaan tenaga kerja yang berasal dari luar lokasi tapak proyek. Bertambahnya penduduk tentunya akan menuntut peningkatan berbagai fasilitas lingkungan seperti fasilitas peribadatan, pendidikan, hiburan dan jalan. Keberadaan tenaga kerja pendatang ini juga dapat menimbulkan kegiatan ikutan seperti keberadaan warung-

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 161

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi pendatang maupun penduduk lokal. Dengan demikian dampak termasuk dampak penting hipotetik.

dan Pantai Timur Barat

Kesehatan masyarakat

Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

Adanya penerimaan tenaga kerja akan meningkatkan jumlah permukiman penduduk di sekitar lokasi kegiatan, sehingga sanitasi lingkungan dapat menurun dari aktivitas dan pola hidup tenaga kerja pendatang tersebut. Dengan jumlah tenaga kerja pendatang cukup banyak dengan masa kerja cukup lama, akan menimbulkan limbah padat dan limbah cair domestik cukup banyak, sehingga akan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

2 Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)

-Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu

Air permukaan

Penurunan kualitas air permukaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) diperkirakan akan menurunkan kualitas air permukaan di sekitar lokasi

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, anak-anak

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 162

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida dan pestisida sesuai dosis dan penyemprotan tidak dilakukan pada lokasi yang berbatasan dengan badan air penerima

-Pemberian pupuk, herbisida maupun pestisida pada musim penghujan perlu mendapatkan perlakuan khusus

-Membuat saluran drainase disekitar areal kebun untuk meminimalisir atau mencegah masuknya pupuk, herbisida atau pestisida ke badan air yang dibawa oleh aliran air hujan

kegiatan, karena ceceran pupuk serta bahan-bahan pertisida yang terbawa oleh limpasan air hujan masuk ke sungai terdekat. Masuknya kandungan pupuk ke badan air penerima akan menyebabkan meningkatnya kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat serta unsur-unsur kimia dari pestisida tidak bisa dihindari karena adanya aliran air hujan tersebut. Diperkirakan terjadi peningkatan kadar-kadar bahan unsur kimia tertentu yang akan terjadi dan akan menurunkan kualitas air permukaan di wilayah studi

sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan dilakukan secara terkendali, yaitu penggunaan jumlah dan jenis pupuk, herbisida

Kualitas air tanah

Penurunan kualitas air tanah

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) diperkirakan berdampak terhadap kualitas air tanah yang tercemar akibat kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 163

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

dan pestisida sesuai dosis

menggunakan pupuk, pestisida maupun herbisida yang meresap dan masuk menuju akuifer tanah. Pembibitan dilakukan kurang lebih selama 10 – 12 bulan dan pemeliharaan tanaman sawit dilakukan dalam jangka waktu 24 – 36 bulan atau hingga tanaman sawit siap dipanen. Dengan jangka waktu tersebut, maka terdapat kemungkinan tersebut akan mempengaruhi kualitas air tanah dimana di lokasi rencana tapak proyek juga terdapat permukiman penduduk. Oleh sebab itu, kegiatan ini diperkirakan berdampak penting hipotetik.

Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dosis

Kesuburan Tanah

Penurunan kesuburan Tanah

Pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) salah satunya dilakukan kegiatan pemberian pupuk urea, RP, MOP dan HGFB pada tanaman sawit. Hal ini akan meningkatkan kesuburan tanah di dalam lokasi tapak proyek. meskipun dampak tergolong positif, namun kegiatan ini akan berlangsung lk. 25 tahun, dalam jangka waktu yang relatif

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek 5 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 164

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

lama, dampak pupuk yang tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan kesuburan, karena kondisi lingkungan tertentu yang berubah, bisa menjadi berpengaruh sebaliknya, yaitu dapat menurunkan kesuburan dan dapat menumbuhkan jenis hama yang lain.

-Penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dosis dan penyemprotan tidak dilakukan pada lokasi yang berbatasan dengan badan air penerima

Biologi Terganggu-nya biota air

Terganggunya kehidupan biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan akibat kegiatan pemeliharaan tanaman. Penurunan kualitas air permukaan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kandungan TDS, penurunan DO, peningkatan kandungan BOD, COD, H2S, fosfat, ammoniak, nitrit dan nitrat serta unsur-unsur kimia dari pestisida tidak bisa dihindari karena adanya aliran air hujan tersebut.

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri, anak-anak sungai di dalam lokasi tapak proyek dan Teluk Maffin

3 tahun

3 Pemanenandan perkiraan hasil

Prioritas perekrutan tenaga kerja lokal setempat

Sosial ekonomi masyarakat

Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk lokal setempat

Kegiatan pemanenan hasil kebun sawit membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak pada musimnya. Tenaga kerja pemanenan ini umumnya dapat dilakukan oleh tenaga kerja lokal baik yang berstatus BHL maupun

Disimpulkan tidak menjadi DPH oleh karena perekrutan tenaga kerja akan dilakukan pada saat tahap

- -

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 165

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

karyawan tetap. Namun demikian, untuk tenaga kerja pemanenan direkrut pada saat tahap kegiatan penerimaan tenaga kerja. Oleh karena itu pada saat pemanenan tidak akan dilakukan lagi perekrutan tenaga kerja

kegiatan penerimaan tenaga kerja, sehingga pada saat pemanenan tidak dilakukan lagi penerimaan tenaga kerja

Kesehatan masyarakat

Penurunan sanitasi lingkungan

Kegiatan pemanenan hasil kebun sawit akan menghasilkan limbah padat, berupa kayu, pelepah dan gulma. Limbah padat tersebut diperkirakan dalam setahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008). Jika limbah tersebut tidak dikelola akan menurunkan sanitasi terhadap lingkungan.

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek 3 tahun

4 Pengangkutan hasil (TBS & CPO)

- Kualitas Udara

Penurunan kualitas udara dan kebisingan

Kegiatan pengangkutan hasil panen (TBS) dengan menggunakan dump truck dari lokasi kebun ke lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) akan menyebabkan material tanah seperti debu akan terangkat dan berterbangan di lokasi kebun dan di sepanjang jalan mulai dari

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru,

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 166

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

kebun sampai ke lokasi pabrik. Tingginya kadar debu di udara akan mengganggu kesehatan manusia yang terkena dampak langsung secara terus menerus dalam waktu yang lama.

Kegiatan pengangkutan TBS menggunakan dump truck akan menimbulkan kebisingan dari mesin-masin dum truck yang digunakan. Lalu lintas kendaraan angkut TBS akan melalui permukiman penduduk di sekitar lokasi tapak proyek. Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa tingkat kebisingan yang timbul dari mesin kendaraan truck dapat mencapai (Environmental Data Book, 1992) adalah 108 dBA pada sumbernya. Sehingga diperkirakan pada jalur permukiman yang dilalui akan melebihi baku mutu tingkat kebisingan untuk permukiman sebesar 55 dBA. Beberapa permukiman di kampung-kampung di dalam lokasi tapak proyek terletak berbatasan dengan jalan umum yang juga akan digunakan untuk pengangkutan

Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 167

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

TBS dan CPO.

- Transportasi/ Lalu lintas

Terganggunya kelancaran arus lalu lintas jalan umum

Kegiatan pengangkutan TBS dari lokasi kebun ke lokasi pabrik diprakirakan dapat minimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup berupa terganggunya kelancaran lalu lintas akibat peningkatan jumlah arus lalu lintas jalan oleh armada pengangkutan TBS. Namun demikian, fasilitas jalan yang digunakan adalah milik perusahaan dan berada di dalam kawasan kebun serta volume arus lalu lintas kendaraan di lokasi proyek masih sangat rendah.

Kegiatan pengangkutan CPO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut dari lokasi pabrik menuju pelabuhan di Kota Sarmi diprakirakan dapat minimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup berupa terganggunya kelancaran lalu lintas akibat peningkatan jumlah arus lalu lintas jalan oleh armada pengangkutan CPO. Namun demikian, volume arus lalu lintas di Sarmi saat ini masih sangat

Disimpulkan TIDAK menjadi DPH

- -

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 168

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

rendah dan tidak adanya kemacetan lalu lintas, diperkirakan tidak akan terpengaruh oleh kegiatan pengangkutan CPO.

- Kualitas jalan Peningkatan kerusakan jalan

Meningkatnya mobilitas truk sebagai kendaraan pengangkut hasil (TBS dan CPO) selama tahap operasional diperkirakan akan berdampak terjadinya kerusakan ruas jalan umum. Kondisi jalan sebagian besar telah diaspal namun ada sebagian jalan yang berlubang. Kondisi jalan penghubung dari kampung ke kampung lainnya kondisinya masih jalan tanah.

Disimpulkan menjadi DPH

Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut TBS dan CPO

3 tahun

Sikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pengangkutan hasil produksi CPO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut dari lokasi pabrik menuju pelabuhan di Kota Sarmi melalui jalan umum yang digunakan masyarakat. Dengan perkerasan berupa tanah dan beberapa diantara aspal namun jika dilalui kendaraan berat akan mudah rusak.

Disimpulkan menjadi DPH

Sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut CPO

2 tahun

5 Proses pengolahan -Pemeliharaan mesin Kualitas udara Penurunan Pada saat proses pengolahan Disimpulkan Tapak proyek 3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 169

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

kelapa sawit dan inti sawit

produksi-Menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja

-Menyediakan ruang terbuka hijau disekitar lokasi pabrik

ambient Kualitas Udara dan Kebisingan

kelapa sawit dan pengolahan inti sawit di pabrik dengan melalui berbagai tahap pengolahan akan menimbulkan limbah/cemaran udara berasal dari pembakaran solar dari generating set, pembakaran cangkang sawit dan tandan kosong kelapa sawit dari unit boiler PLTU akan mengeluarkan emisi gas buang berupa kandungan CO, SOx, NOx, TSP. Emisi gas buang tersebut dapat menurunkan kualitas udara ambient di lokasi pabrik dan sekitarnya dan akan dapat terpapar pada penduduk atau masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik, terutama karyawan yang tinggal di perumahan pabrik. Uap minyak pada proses pemanasan, dapat tersebar, dan menimbulkan bau. Dampak ini akan berlangsung selama kegiatan operasional pabrik berlangsung.

Disamping itu suara bising dari mesin mesin dan peralatan yang digunakan dapat terdengar beberapa ratus meter disekitar lokasi pabrik. Kegiatan

menjadi DPH dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 170

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

pengolahan kelapa sawit dan inti sawit dengan beroperasinya alat-alat pengolahan berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan kebisingan. Meskipun jarak lokasi pabrik jauh (> 500 meter dari perumahan karyawan dan jauh dari kampung terdekat, namun kebisingan ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran bagi karyawan yang bekerja di lokasi pabrik.

Efisiensi penggunaan air dengan melakukan reuse air limbah yang telah diolah pada unit IPAL

Kuantitas air permukaan

Penurunan debit air sungai

Kegiatan pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam memerlukan kapasitas air dalam jumlah yang sangat besar untuk proses-proses pada press station, hidrocyclone, vacum injector, bearing collector fan bearing, underfurnace, turbo alternator, klarifikasi, pencucian pabrik serta kantor dan perumahan . Untuk kebutuhan proses produksi CPO diperlukan air sebanyak lk. 1,25 m3 untuk setiap ton produk. Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton/jam, maka diperlukan air sebanyak 75 m3/jam dan dengan jam operasional pabrik selama 20 jam,

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai Birri

5 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 171

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

maka dalam sehari diperlukan air sebanyak 150 m3/hari. Sementara itu untuk operasional domestik diperlukan air besih sebesar lk. 150 m3/hari. Air ini bersumber dari air permukaan yang terdapat di sekitar lokasi pabrik. Sehingga dengan debit pengambilan yang cukup besar ini akan mempengaruhi debit air permukaan sebagai sumber air.

- Penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Land Application (LA)

- Pembangunan saluran drainase dan saluran limbah secara terpisah di seluruh lahan pabrik

Kualitas air permukaan

Penurunan kualitas air permukaan

Pembuangan air limbah dari kegiatan proses pengolahan kelapa sawit ke badan air penerima yang telah diolah di IPAL akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai tersebut khususnya karena peningkatan kandungan parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, total N serta pH. Penurunan kualitas air badan air penerima ini dikhawatirkan akan menurunkan daya dukung dan daya tampung sungai tersebut.

Disimpulkan menjadi DPH

Bagian hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai Birri.

2 tahun

- Penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan

Biota air Terganggu-nya biota air

Dengan menurunnya kualitas air, kehidupan biota air di badan air penerima diprakirakan akan terganggu, sehingga biota air di

Disimpulkan menjadi DPH

Bagian hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai

2 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 172

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Land Application (LA)

- Pembangunan saluran drainase dan saluran limbah secara terpisah di seluruh lahan pabrik

aliran badan air tersebut akan berkurang jumlah dan jenisnya.

Birri.

- Kesehatan masyarakat

Penurunan sanitasi lingkungan akibat timbulan limbah kegiatan produksi

Pada proses pengolahan kelapa sawit dan inti sawit dari mulai bahan baku akan menimbulkan berbagai jenis limbah, antara lain tandan kosong, cangkang, sabut halus, abu sisa pembakaran cangkang dan sabut halus dari ketel (boiler) serta sludge/cake dari unit IPAL serta limbah cair, dsb. Limbah-limbah ini pada umumnya disimpan di tempat terbuka dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan polusi udara dan bau yang menyengat. Selain itu, tumpukan limbah ini akan menimbulkan kesan lingkungan yang kumuh dan dapat menjadi sumber penyakit

Disimpulkan menjadi DPH

Lokasi penyimpanan limbah proses produksi pabrik

2-3 tahun

6 Pengoperasian boiler - Pembangunan cerobong pengendali emisi gas buang dari unti pembakaran boiler

Kualitas udara ambient

Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan

Sebaran gas SO2, dan partikulat yang berasal dari kegiatan pembakaran bahan bakar boiler (cangkang sawit dan tandan

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 173

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

- Penggunaan wet scrubber pada unit cerobong boiler

kosong kelapa sawit). Sebaran partikulat akan mudah dikenali dari warna pertikulat (abu kehitam-hitaman) yang menempel pada permukaan tanaman dan bangunan. dampak yang timbul berlangsung dalam waktu yang lama selama proses produksi dan sebarannya luas.

Kegiatan mesin boiler di lakukan di dalam lokasi proyek yang cukup luas dan tata letak bangunannya ditempatkan di lokasi yang jauh dari permukiman, maka peningkatan kebisingan terbatas di lokasi proyek dan tidak menyebar ke lingkungan permukiman. Meskipun jarak lokasi pabrik jauh (> 500 meter dari perumahan karyawan dan terletak jauh dari kampung terdekat, namun kebisingan ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran bagi karyawan yang bekerja di lokasi pabrik

kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Efisiensi penggunaan air dengan melakukan reuse air limbah yang

Kuantitas air permukaan

Penurunan debit air Sungai

Kegiatan pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton/jam memerlukan kapasitas air dalam

Disimpulkan menjadi DPH

Sungai Timwah, Sungai Weuseh, dan Sungai Birri.

5 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 174

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

telah diolah pada unit IPAL

jumlah yang sangat besar untuk proses-proses produksinya, termasuk untuk unit boiler sebagai pendukung proses produksi. Air ini bersumber dari air permukaan yang terdapat di sekitar lokasi pabrik. Sehingga dengan debit pengambilan yang cukup besar ini akan mempengaruhi debit air permukaan sebagai sumber air.

- Kualitas air permukaan

Peningkatan temperatur air Sungai

Air buangan dari boiler ketika di keluarkan (blowdown), masih dalam keadaan panas (80-90 oC), apabila dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan suhu air pada badan air penerima meningkat.

Disimpulkan menjadi DPH

Hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk Maffin

2 tahun

- Biota air Terganggu-nya habitat dan keberadaan biota air

Peningkatan suhu air permukaan dapat menyebabkan gangguan bahkan kematian pada biota air di badan air penerima. Pembuangan sisa air dari unit boiler dengan suhu 80 - 90 oC juga akan merusak habitat biota air, terutama benthos serta nekton pada badan air penerima tersebut.

Disimpulkan menjadi DPH

Hilir Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk Maffin

2 tahun

- Sosial Ekonomi Timbulnya Dengan terjadinya perubahan Disimpulkan Tapak proyek 3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 175

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

sikap dan persepsi negatif masyarakat

kualitas lingkungan akibat penurunan kualitas udara dari kegiatan operasional boiler serta penurunan kualitas air akibat peningkatan temperatur air badan penerima yang disebabkan oleh pembuangan air panas dari unit boiler, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya ketergantungan masyarakat lokal setempat pada sungai sebagai sumber kebutuhan hidup terutama dari ikan-ikan yang terdapat di Sungai

menjadi DPH dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

- Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat

Meningkat-nya angka kesakitan masyarakat

Sebaran gas SO2, danpartikulat yang berasal dari kegiatan pembakaran bahan bakar boiler (cangkang sawit dan tandan kosong kelapa sawit). Terutama sebaran partikulat dapat menempel pada permukaan tanaman dan bangunan sehingga menurunkan sanitasi lingkungan sekitar. Selain itu, sebaran partikulat ini dapat terpapar pada

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar,

2 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 176

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

tenaga kerja serta masyarakat sekitar sehingga meningkatkan angka penderita sakit saluran pernafasan atas (ISPA).

Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

7 Pengolahan limbah - Kualitas udara ambient

Timbulnya bau dari sebaran gas NH3 dan gas Methane (CH4)

Dari proses pengolahan limbah cair di unit IPAL ini dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Dari proses pengolahan limbah cair di unit IPAL akan menimbulkan bau dari sebaran gas NH3 dan gas Methane (CH4) yang cukup menyengat dan dapat mencapai permukiman penduduk sekitar lokasi pabrik dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi penduduk sekitar maupun karyawan yang berada di lokasi pabrik.

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

3 tahun

Air permukaan

Penurunan kualitas air

Untuk mengolah limbah buangan PKS, PT. DBL merencanakan

Disimpulkan tidak menjadi

- -

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 177

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

permukaan membangun dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Pembuangan air limbah dari kegiatan proses pengolahan kelapa sawit ke badan air penerima yang telah diolah di IPAL akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai tersebut khususnya karena peningkatan kandungan parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, total N serta pH. Namun demikian, seluruh air limbah yang telah diolah pada unit IPAL akan digunakan sebagai land application sehingga tidak ada limbah proses produksi yang dibuang ke badan air penerima.

DPH, karena tidak ada limbah proses produksi yang dibuang ke badan air penerima

Peraturan Menteri Pertanian No. KB.340/-452/MENTAN/XII/95 tentang Standarisasi Pengolahan Limbah PKS.

Air tanah Penurunan kualitas air tanah

Air limbah yang diaplikasikan dapat meresap kedalam tanah dan masuk kedalam akuifer dan mencemari air sumur penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan kebun dan pabrik

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama,

2 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 178

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

Biologi Terganggu-nya biota air

Dampak kegiatan terhadap biota air merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan dari limbah proses produksi CPO. Namun demikian, karena dampak kegiatan ini tidak berdampak terhadap kualitas air permukaan, maka kegiatan ini tidak berdampak pula terhadap keberadaan biota air.

Disimpulkan tidak menjadi DPH, karena tidak ada limbah proses produksi yang dibuang ke badan air penerima

- -

- Sosial Ekonomi

Timbulnya Persepsi negatif dan gangguan kamtibmas

Timbulnya dampak negatif dari operasi IPAL dapat menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat akibat penurunan kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan masyarakat. Hal ini juga memicu timbulnya gangguan

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde,

2 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 179

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat jika terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat lokal setempat.

Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

- Kesehatan masyarakat

Penurunan kualitas sanitasi lingkungan

Bau yang ditimbulkan dari operasi IPAL, menyebabkan estetika, dan sanitasi lingkungan menjadi menurun

Disimpulkan menjadi DPH

Tapak proyek dan Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur

3 tahun

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 180

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

dan Pantai Timur Barat

IV Tahap Pasca Operasi

1 Pemutusan hubungan kerja

- Sosial kependudukanMasyarakat

Berkurang-nya jumlah penduduk

Pekerja pendatang, setelah tidak ada lagi ikatan hubungan kerja dengan perusahaan, akan kembali ketempat asalnya, kecuali yang menikah dengan penduduk setempat mempunyai tanah garapan, atau usaha lain. Dengan demikian jumlah penduduk disekitar lokasi kegiatan akan berkurang

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

Tenaga kerja yang akan di PHK sebelum waktu yang diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut

Mata pencaharian

Hilangnya Mata Pencaharian

Kegiatan pemutusan hubungan kerja dengan telah berakhirnya kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian tenaga kerja yang ada. Dengan jumlah tenaga kerja Sekitar 870 – 1.450 orang akan mengalami PHK dari PT. DBL, bagi pekerja yang tidak bisa menabung, pemutusan hubungan kerja ini akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian, sedangkan bagi yang bisa menabung, dapat menggunakan tabungannya untuk

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai

6 bulan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 181

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

modal usaha. sebagian akan mencari pekerjaan baru, sebagian akan usaha sendiri, sedangkan petani plasma dapat meneruskan usaha kelapa sawit dan mencari pembeli buah di lokasi yang lain, atau tanaman lain yang dapat dipasarkan

Timur Barat

Tenaga kerja yang akan di PHK sebelum waktu yang diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut

Sosial budaya masyarakat

Timbulnya sikap dan persepsi negatif serta gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat

Sebagian besar pekerja di PT. DBL, berstatus pegawai tidak tetap, ketika perusahaan ini berhenti beroperasi, mereka biasanya akan diberhentikan tanpa menerima pesangon seperti pegawai tetap. Untuk sementara waktu mereka akan mempunyai persepsi yang negatif terhadap perusahaan tersebut, tetapi setelah lama dan/atau mendapat pekerjaan lain, persepsi tersebut akan lambat laun hilang dengan sendirinya.

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

2 Pengembalian sarana dan prasarana

- Ruang dan Lahan

Perubahan ruang, lahan dan multiplier effect

Beberapa sarana dan prasarana yang tidak diperlukan oleh pemilik lahan akan dibongkar, demikian pula tanaman kelapa sawit yang sudah tidak menghasilkan akan hilang,

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 182

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

berubah menjadi tanaman lain. Disekitar lokasi pabrik akan tumbuh perkampungan baru dengan kegiatan penduduk yang bervariasi, pedagang, petani, jasa, pertukangan dan sebagainya.

Sosial Ekonomi

Terbukanya kesempatan kerja

Pengembalian sarana dan prasarana akan menjadi lahan usaha baru bagi beberapa penduduk, antara lain jasa pembongkaran bangunan, angkutan barang, material peralatan pabrik, dan beberapa perabotan rumah tangga, dan sebagainya.

Disimpulkan menjadi DPH

Kampung yang berada di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe 1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat

6 bulan

- Sikap dan persepsi masyarakat

Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat

Dengan berakhirnya kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), maka seluruh sarana dan prasarana akan dikembalikan ke pemerintah daerah Kab. Sarmi

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 183

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

No.

Deskripsi Rencana yang Berpotensi Menimbulkan

Dampak Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan yang

Sudah Direncanakan Sejak Awal sebagai

Bagian dari Rencana Kegiatan

Komponen Lingkungan

terkena Dampak

Pelingkupan

Wilayah StudiBatas Waktu

KajianDampak Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak Penting

Hipotetik (DPH)

sementara lahan akan dikembalikan kepada pemegang hak ulayat sehingga tidak akan timbul persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan tersebut.

- Fasos dan Fasum

Peningkatan jumlah fasos dan fasum

Setelah kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berakhir, seluruh sarana dan prasarana yang ada akan diserahkan pemerintah daerah Kab. Sarmi dan lahan akan dikembalikan kepada pemegang hak ulayat. Sehingga seluruh sarana, prasarana dan fasilitas lainnya dapat digunakan oleh masyarakat dan diatur melalui kebijakan pemerintah setempat.

Disimpulkan tidak menjadi DPH

- -

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 184

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.41. Matriks Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan terhadap Komponen Lingkungan

Tahap dan Jenis Kegiatan

Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak, dan Dampak Potensial Yang Kemungkinan Timbul

Pra KonstruksiKonstruksi Operasional Pasca

Operasional

Pen

erim

aan

dan

Mob

ilisa

si

Ten

aga

Ker

ja

Mob

ilis

asi a

lat

ber

at d

an a

lat

angk

ut m

ater

ial k

onst

ruk

si

Kebun Pabrik

Pen

erim

aan

dan

Mob

ilisa

si

Ten

aga

Ker

ja

Kebun

Pen

gan

gku

tan

Has

il P

anen

(T

BS

& C

PO

)

Pabrik

Pro

ses

Per

izin

an d

an S

urve

i L

apan

gan

Sos

iali

sasi

Keg

iata

n

Pen

gad

aan

Lah

an

Pem

bu

kaa

n d

an P

enyi

apan

L

ahan

Pem

ban

gun

an S

aran

a d

an

Pra

sara

na

Keb

un

Pen

anam

an T

anam

an

Kel

apa

Saw

it

Pem

elih

araa

n T

anam

an

Bel

um

Men

ghas

ilk

an

(TB

M)

Pem

atan

gan

Lah

an d

an

Pon

das

i PK

S

Pem

ban

gun

an P

abri

k

Kel

apa

Saw

it (

PK

S)

Pem

elih

araa

n T

anam

an

Men

ghas

ilk

an (

TM

)

Pem

anen

an d

an P

erk

iraa

n

Has

il

Pro

ses

Pen

gola

han

Kel

apa

Saw

it &

Int

i Saw

it

Pen

gop

eras

ian

Boi

ler

Pen

gola

han

Lim

bah

Pem

utu

san

Hu

bun

gan

K

erja

Pen

gem

bal

ian

Sar

ana

dan

P

rasa

ran

a

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20I. FISIK-KIMIA1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal) DPH2. Penurunan Kualitas Udara DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH3. Peningkatan Kebisingan DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH4. Hidrologi

a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water) DPH DPH DPHb. Penurunan Kuantitas Air Permukaan DPH DPHc. Peningkatan Laju Erosi DPH DPH

5. Penurunan Kualitas Air Permukaan DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH TPH6. Penurunan Kualitas Air Tanah DPH DPH DPH7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect TPH DPH TPH8. Penurunan Kesuburan Tanah TPH DPHII. TRANSPORTASI9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas TPH TPH

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 185

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Tahap dan Jenis Kegiatan

Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak, dan Dampak Potensial Yang Kemungkinan Timbul

Pra KonstruksiKonstruksi Operasional Pasca

Operasional

Pen

erim

aan

dan

Mob

ilisa

si

Ten

aga

Ker

ja

Mob

ilis

asi a

lat

ber

at d

an a

lat

angk

ut m

ater

ial k

onst

ruk

si

Kebun Pabrik

Pen

erim

aan

dan

Mob

ilisa

si

Ten

aga

Ker

ja

Kebun

Pen

gan

gku

tan

Has

il P

anen

(T

BS

& C

PO

)

Pabrik

Pro

ses

Per

izin

an d

an S

urve

i L

apan

gan

Sos

iali

sasi

Keg

iata

n

Pen

gad

aan

Lah

an

Pem

bu

kaa

n d

an P

enyi

apan

L

ahan

Pem

ban

gun

an S

aran

a d

an

Pra

sara

na

Keb

un

Pen

anam

an T

anam

an

Kel

apa

Saw

it

Pem

elih

araa

n T

anam

an

Bel

um

Men

ghas

ilk

an

(TB

M)

Pem

atan

gan

Lah

an d

an

Pon

das

i PK

S

Pem

ban

gun

an P

abri

k

Kel

apa

Saw

it (

PK

S)

Pem

elih

araa

n T

anam

an

Men

ghas

ilk

an (

TM

)

Pem

anen

an d

an P

erk

iraa

n

Has

il

Pro

ses

Pen

gola

han

Kel

apa

Saw

it &

Int

i Saw

it

Pen

gop

eras

ian

Boi

ler

Pen

gola

han

Lim

bah

Pem

utu

san

Hu

bun

gan

K

erja

Pen

gem

bal

ian

Sar

ana

dan

P

rasa

ran

a

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2010. Peningkatan Kerusakan Jalan DPH DPHIII. BIOLOGI11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat DPH TPH12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat DPH TPH13. Terganggunya Keberadaan Biota Air DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH TPHIV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA14. Peningkatan Jumlah Penduduk DPH DPH TPH15. Mata Pencaharian

c. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha TPH DPH DPH DPH TPH DPHd. Hilangnya Mata Pencaharian DPH DPH

16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat DPH DPH17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat TPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH TPH TPH18. Gangguan Kamtibmas TPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum DPH TPH DPH TPHV. Kesehatan Masyarakat20. Penurunan Sanitasi Lingkungan DPH TPH DPH DPH DPH DPH DPH21. Peningkatan Morbiditas DPH DPH TPH DPH

Keterangan : DPH = Dampak Penting Hipotetik TPH = Tidak Penting Hipotetik

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

II - 186

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.30. Diagram Alir Proses Pelingkupan Rencana Usaha Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 187

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.9. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

2.9.1. Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun (overlay) dari batas

wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan kendala

teknis yang dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah studi penentuannya disesuaikan

dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data (waktu,

dana, tenaga, teknis, dan metode telahaan). Berikut diuraikan batas wilayah studi AMDAL

rencana usaha pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit :

a. Batas Proyek

Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana usaha dan/atau kegiatan akan

dilakukan (pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca-operasi). Adapun batas proyek

studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan

Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari adalah lahan seluas ± 16.726,10 Ha, sesuai Izin

Lokasi dari Bupati Kabupaten Sarmi No. 78 tahun 2013,tanggal 14 Juni 2013 yang

berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat. Batas tapak

proyek adalah:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan

Rencana lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

b. Batas Ekologis

Batas ekologis yaitu merupakan ruang persebaran dampak dari rencana pembangunan

perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari

berdasarkan media air, yaitu Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk

Maffin, yang merupakan badan air penerima dari dampak yang dihasilkan berupa

penurunan kualitas air permukaan akibat limbah pabrik dan perkebunan, sedimentasi, erosi

dan peningkatan TSS.

Sedangkan melalui medium udara, yaituberdasarkan sebaran polutan berupa emisi gas

buang dari kegiatan operasional boiler menurut arah angin dominan, persebaran emisi gas

buang dan debu terbang dari kegiatan mobilisasi kendaraan operasional pada tahap

konstruksi maupun operasional.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 188

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

c. Batas Sosial

Batas sosial yaitu ruang disekitar rencana kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang

merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan

nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan

proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan

mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas ini

pada dasarnya merupakan ruang dimana masyarakat yang terkena dampak lingkungan

(seperti limbah, emisi atau kerusakan lingkungan) tinggal atau melakukan kegiatan.

Adapun batas sosial studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan

pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari, adalah Kampung yang berada

di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe

1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai

Timur dan Pantai Timur Barat.

d. Batas Administratif

Batas administratif yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur

batas di atas. Adapun batas administratif studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan

perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari adalah Distrik

Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi. Peta batas

wilayah studi disajikan pada Gambar 2.32.

2.9.2. Batas Waktu Kajian

Batas kajian studi ANDAL rencana pembangungan perkebunan dan pabrik pengolahan

kelapa sawit berdasarkan jenis kegiatan pada saat pra-konstruksi, konstruksi, operasional

dan tahap pasca operasional. Penentuan batas waktu kajian didasarkan atas pertimbangan:

1) Kondisi rona lingkungan tidak berubah signifikan dalam tempo yang singkat, yaitu

apabila perkembangan wilayah seperti saat ini.

2) Kebijaksanaan pemerintah tidak berubah dalam hal lingkungan.

3) Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak banyak mengalami perubahan

mendasar.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 189

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

Batas waktu kajian untuk masing-masing dampak pada setiap tahapan kegiatan disajikan

pada Tabel 2.56.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 190

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.31. Peta Batas Wilayah Studi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 191

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

2.1. DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI.......................................1

2.1.1. STATUS STUDI AMDAL....................................................................................................................12.1.2. LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN.....................................................................................12.1.3. KESESUAIAN LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN RENCANA TATA RUANG......................3

2.2. URAIAN SINGKAT RENCANA KEGIATAN......................................................................................11

2.2.1. KEGIATAN UTAMA PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS)....................................112.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit........................................................................................................112.2.1.2. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS).....................................................................................13

2.2.2. RENCANA PENGEMBANGAN KEMITRAAN............................................................................................252.2.3. JADWAL DAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK...............................................26

2.2.4.1. Tahap Pra-konstruksi.......................................................................................................................282.2.4.2. Tahap Konstruksi..............................................................................................................................302.2.4.3. Tahap Operasional.................................................................................................................................61

TAHAP PROSES...................................................................................................................................... 86

F U N G S I.............................................................................................................................................. 86

A L A T.................................................................................................................................................... 86

LIMBAH.................................................................................................................................................. 86

2.2.4.4. Tahap Pasca Operasi........................................................................................................................88

2.3. PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT)...............................88

2.4. ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM AMDAL........................................................................90

2.5. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL (ENVIRONMENTAL SETTING).................................90

2.5.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia..................................................................................................912.2.1.....................................................................................................................................................1002.5.2. Komponen Biologi..............................................................................................................1012.5.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat......................................................1022.5.4. Komponen Kesehatan Masyarakat....................................................................................107

2.6. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN............................109

2.7. HASIL PELIBATAN MASYARAKAT...............................................................................................109

2.8. DAMPAK PENTING HIPOTETIK..................................................................................................110

2.8.1. Identifikasi Dampak Potensial...........................................................................................111I. FISIK-KIMIA............................................................................................................................................1131. IKLIM MIKRO (PENINGKATAN TEMPERATUR UDARA LOKAL).............................................................................113III. BIOLOGI..............................................................................................................................................113

IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA..........................................................................................................................1132.8.2. Evaluasi Dampak Potensial................................................................................................118

I. FISIK-KIMIA............................................................................................................................................1191. IKLIM MIKRO (PENINGKATAN TEMPERATUR UDARA LOKAL).............................................................................119III. BIOLOGI..............................................................................................................................................119

IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA..........................................................................................................................119

2.9. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN.................................................................119

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 192

PT. DHARMA BUANA LESTARIBAB II PELINGKUPAN

2.9.1. Batas Wilayah Studi...........................................................................................................1192.9.2. Batas Waktu Kajian............................................................................................................119

TABEL 2.1. RENCANA ALOKASI PENGGUNAAN LAHAN................................................................................................11TABEL 2.2. RENCANA PENGEMBANGAN TANAMAN INTI DAN PLASMA...........................................................................11TABEL 2.3. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT.......................................................13TABEL 2.4. JENIS MESIN DAN PERALATAN PABRIK.....................................................................................................14TABEL 2.5. JADWAL RENCANA KEGIATAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITPT.

DHARMA BUANA LESTARI.....................................................................................................................27TABEL 2.6. KEBUTUHAN TENAGA KERJA UNTUK TAHAP PENYIAPAN KEBUN BIBIT DAN PENYIAPAN BASECAMP (ORANG)........30TABEL 2.7. RENCANA KEBUTUHAN TENAGA KERJA....................................................................................................31TABEL 2.8. DAFTAR PERALATAN DAN ALAT BERAT YANG DIMOBILISASI PADA TAHAP KONSTRUKSI......................................34TABEL 2.9. DAFTAR JENIS BAHAN BANGUNAN YANG AKAN DIGUNAKAN........................................................................35TABEL 2.10. PERKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN DAN MATERIAL BANGUNAN....................................................................36TABEL 2.11. MAKSIMUM TINGGI SISA TEBANGAN....................................................................................................38TABEL 2.12. PRAKIRAAN JUMLAH KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK KEGIATAN DOMESTIK PADA TAHAP KONSTRUKSI..............41TABEL 2.13. KELAS JALAN DAN PERUNTUKAN DI PT. DHARMA BUANA LESTARI..............................................................44TABEL 2.14. JENIS PARIT YANG AKAN DIBANGUN.....................................................................................................46TABEL 2.15. RENCANA PEMBANGUNAN KEBUN KELAPA SAWIT INTI DAN PLASMA..........................................................50TABEL 2.16. KEBUTUHAN BAHAN TANAMAN...........................................................................................................51TABEL 2.17. DOSIS PEMUPUKAN PADA PERSEMAIAN/PEMBIBITAN...............................................................................53TABEL 2.18. JENIS DAN DOSIS INSEKTISIDA, FUNGISIDA DAN HERBISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA

TBM........................................................................................................................................................58TABEL 2.19. PEMUPUKAN PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM).................................................................59TABEL 2.20. PENGGUNAAN PESTISIDA PADA TANAMAN MENGHASILKAN.......................................................................62TABEL 2.21. PEMUPUKAN PADA TANAMAN MENGHASILKAN......................................................................................63TABEL 2.22. TINGKAT KEMATANGAN BUAH YANG AKAN DIPANEN...............................................................................65TABEL 2.23. PERKIRAAN PRODUKSI DAN RENDEMEN KELAPA SAWIT.............................................................................66TABEL 2.24. PRAKIRAAN LIMBAH PADAT YANG DIHASILKAN.........................................................................................71TABEL 2.25. KONSENTRASI AIR LIMBAH KELAPA SAWIT.............................................................................................78TABEL 2.26. KANDUNGAN UNSUR HARA PADA AIR LIMBAH KELAPA SAWIT..................................................................78TABEL 2.27. KONSENTRASI AIR LIMBAH SETELAH IPAL UNTUK LAND APPLICATION....................................................79TABEL 2.28. PENGOLAHAN LIMBAH PADAT PADA PKS PT. DHARMA BUANA LESTARI......................................................83TABEL 2.29. KONDISI GEOLOGI KABUPATEN SARMI......................................................................................92TABEL 2.30. KONDISI TOPOGRAFI/KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN SARMI.................................................................93TABEL 2.31. KONDISI SEBARAN JENIS TANAH KABUPATEN SARMI................................................................97TABEL 2.32. KONDISI HIDROLOGI KABUPATEN SARMI...................................................................................98TABEL 2.33. RATA-RATA BULANAN CURAH HUJAN, TEMPERATUR, KELEMBABAN, KECEPATAN ANGIN SELAMA PERIODE 2012 –

2013.....................................................................................................................................................100TABEL 2.34. LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, RASIO JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT DISTRIK

(WILAYAH STUDI) DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2012....................................................................................103TABEL 2.35. JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2012...104TABEL 2.36. BANYAKNYA TEMPAT IBADAH MENURUT DISTRIK DI KABUPATEN..........................................106TABEL 2.37. BANYAKNYA SEKOLAH, GURU DAN MURID TAHUN 2012........................................................106TABEL 2.38. JUMLAH KASUS 10 PENYAKIT TERBANYAK DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2013..........................................107TABEL 2.39. MATRIKS IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL RENCANA KEGIATAN TERHADAP KOMPONEN LINGKUNGAN..........113

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 193

BAB II PELINGKUPANPT. DHARMA BUANA LESTARI

TABEL 2.40. RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN STUDI AMDAL PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI DI KABUPATEN SARMI....................................119

Tabel 2.41. Matriks Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan terhadap Komponen Lingkungan.............................................................................................................................................................119

GAMBAR 2.1. PETA LOKASI AREAL PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI......2GAMBAR 2.2. PETA RENCANA POLA RUANG RTRW PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 – 2033.............................................5GAMBAR 2.3. PETA KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2012....................................6GAMBAR 2.4. PETA RENCANA POLA RUANG KAB. SARMI.............................................................................................7GAMBAR 2.5. PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN KABUPATEN SARMI................................................................................8GAMBAR 2.6. PETA INDIKATIF PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU...............................................................................9GAMBAR 2.7. LAYOUT RENCANA BLOK KEBUN PT. DBL............................................................................................10GAMBAR 2.8. PETA LAY OUT TATA LETAK PABRIK....................................................................................................18GAMBAR 2.9. DIAGRAM ALIR PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT..............................................................................22GAMBAR 2.10. NERACA BAHAN PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT..........................................................................23GAMBAR 2.11. DIAGRAM PENGOLAHAN AIR BAKU UNTUK KEBUTUHAN PABRIK KELAPA SAWIT DAN

DOMESTIK..............................................................................................................................................25GAMBAR 2.12. STRUKTUR ORGANISASI PT. DHARMA BUANA LESTARI.........................................................................33GAMBAR 2.13. RENCANA JALAN KEBUNPT. DBL.....................................................................................................45GAMBAR 2.14. KONSTRUKSI JEMBATAN KAYU..........................................................................................................47GAMBAR 2.15. KONSTRUKSI GORONG-GORONG.......................................................................................................48GAMBAR 2.16. DIMENSI SALURAN DRAINASE KEBUN................................................................................................49GAMBAR 2.17. DIAGRAM RENCANA IPAL...............................................................................................................77GAMBAR 2.18. PARIT SEKUNDER PADA SISTEM FLATBED...........................................................................................80GAMBAR 2.19. PENGALIRAN LIMBAH CAIR PADA AREAL KEBUN DENGAN SISTEM FLATBED..............................................80GAMBAR 2.20. BAGAN ALIR PENGELOLAAN OLIE DAN PELUMAS BEKAS......................................................82GAMBAR 2.21. SUMBER LIMBAH DALAM PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.............................................................86GAMBAR 2.22. DIAGRAM PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT...............................................................................87GAMBAR 2.23. MODEL PENDEKATAN CD: HUBUNGAN TRIPARTIT ANTARA PT. DHARMA BUANA LESTARI, PEMERINTAH DAN

MASYARAKAT.............................................................................................................................................90GAMBAR 2.24. PETA GEOLOGI........................................................................................................................94GAMBAR 2.25. PETA SITUASI SEKITAR..................................................................................................................108GAMBAR 2.26. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI...................................114GAMBAR 2.27. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP KONSTRUKSI.........................................115GAMBAR 2.28. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP OPERASI..............................................116GAMBAR 2.29. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARIPADA TAHAP PASCA OPERASI......................................117GAMBAR 2.30. DIAGRAM ALIR PROSES PELINGKUPAN RENCANA USAHA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN

PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI DI KABUPATEN SARMI............119Gambar 2.31. Peta Batas Wilayah Studi........................................................................................................119

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITDISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 194