Bab II Manajemen Mutu Pendidikan -...

20
8 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Bab II Manajemen Mutu Pendidikan A. Manajemen Sekolah Dalam Era Desentralisasi Era reformasi ditandai dengan adanya daerah otonom, yang digulirkan dalam rangka desentralisasi pemerintahan, dari Pemerintah Pusat ke daerah Kabupaten dan Kota, yang kemudian dikenal sebagai Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah Kota.Sedangkan Pemerintah Daerah Provinsi merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Pusat dalam rangka dekonsentrasi. Dalam era desentralisasi manajemen pendidikan, Pemerintah Pusat menetapkan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS) melalui Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003). Pasal 51 ayat (1) menetapkan bahwa: Pelaksanaan prinsip MBS di sekolah terlihat pada pengembangan kurikulum sekolah yang dibebankan pada satuan pendidikan dan komite sekolah dalam supervisi Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten atau Provinsi, seperti yang tercantum pada pasal 38 ayat (2) Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 sebagai berikut: Artinya, sekolah memiliki kewenangan untuk menyusun dan menetapkan kurikulum sekolahnya yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), meskipun masih dalam koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten untuk SD/MI, SMP/MTs, dan Dinas Pendidikan Provinsi untuk SMA/MA dan SMK/MAK. Hal lainnya yang menggambarkan prinsip MBS adalah tentang pemberian ijazah atau STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) yang ditetapkan dalam pasal 61 ayat (1) dan (2) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 sebagai berikut: Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. (Pasal 38 ayat [2]) (1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. (2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

Transcript of Bab II Manajemen Mutu Pendidikan -...

8 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Bab II

Manajemen Mutu Pendidikan

A. Manajemen Sekolah Dalam Era Desentralisasi

Era reformasi ditandai dengan adanya daerah otonom, yang digulirkan dalam rangka

desentralisasi pemerintahan, dari Pemerintah Pusat ke daerah Kabupaten dan Kota, yang

kemudian dikenal sebagai Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah

Kota.Sedangkan Pemerintah Daerah Provinsi merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Pusat

dalam rangka dekonsentrasi.

Dalam era desentralisasi manajemen pendidikan, Pemerintah Pusat menetapkan prinsip

manajemen berbasis sekolah (MBS) melalui Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003).

Pasal 51 ayat (1) menetapkan bahwa:

Pelaksanaan prinsip MBS di sekolah terlihat pada pengembangan kurikulum sekolah yang

dibebankan pada satuan pendidikan dan komite sekolah dalam supervisi Dinas Pendidikan

Kota/Kabupaten atau Provinsi, seperti yang tercantum pada pasal 38 ayat (2) Undang-undang

Sisdiknas Tahun 2003 sebagai berikut:

Artinya, sekolah memiliki kewenangan untuk menyusun dan menetapkan kurikulum

sekolahnya yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), meskipun masih

dalam koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten untuk SD/MI, SMP/MTs, dan

Dinas Pendidikan Provinsi untuk SMA/MA dan SMK/MAK.

Hal lainnya yang menggambarkan prinsip MBS adalah tentang pemberian ijazah atau STTB

(Surat Tanda Tamat Belajar) yang ditetapkan dalam pasal 61 ayat (1) dan (2) Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 sebagai berikut:

Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan

minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. (Pasal 38 ayat [2])

(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. (2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap

prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 9

Pasal 61 ayat (2) ini menetapkan bahwa sekolah memiliki kewenangan untuk memberikan

STTB kepada siswanya yang telah lulus ujian akhir sekolah (UAS) yang diselenggarakan oleh

sekolah yang terakreditasiA dan B dari Badan Akreditasi Sekolah (BAS).

Dalam hal evaluasi pendidikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan evaluasi

seperti yang ditetapkan dalam pasal 59 ayat (1) sebagai berikut:

Dalam hal ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah hanya melakukan evaluasi terhadap

pengelolaan satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan dalam rangka pengendalian mutu

pendidikan seperti yang ditetapkan dalam pasal 57 ayat (1) dan (2).

Pasal ini mengingatkan penulis pada tahun 1955, waktu penulis menyelesaikan Sekolah

Rakyat (SR), yang saat ini disebut Sekolah Dasar (SD).Pada waktu itu, dari semua siswa kelas 6

SR Karang Anyar Jakarta, hanya satu orang yang tidak lulus ujian akhir sekolah (UAS), karena

hampir 6 bulan ia tidak mengikuti pelajaran dan tidak mengikuti ujian. Hampir semua siswa kelas

6 SR Karang Anyar mendapatkan STTB (Surat Tanda Tamat Belajar). Dari pengalaman penulis

tersebut, STTB yang diperoleh penulis sejalan dengan Pasal 61 ayat (2) yaitu lulus ujian atau

ulangan yang dilakukan oleh sekolah.

Selanjutnya penulis dan seluruh siswa kelas 6 mengikuti Ujian Nasional, bertempat di SR

Tamansari.Hasilnya, hanya 26% siswa SR KarangAnyaryang lulus Ujian Nasional dan

mendapatkan Surat Tanda Lulus. Ujian Nasional yang diikuti penulis mungkin dilakukan dalam

rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas SR Karang

Anyar Jakarta kepada pihak-pihak yang berkepentingan.Mungkin dapat diartikan bahwa

pertanggung jawaban mutu SR Karang Anyar pada waktu itu hanya 26%.

Dipandang dari sisi kewenangan sekolah dalam mengembangkan kurikulum/KTSP [Pasal 38

ayat (2) UU Sisdiknas 2003], kewajiban sekolah dalam melaksanakan pendidikan dan melakukan

pengujian serta pemberian STTB bagi yang lulus Ujian Akhir Sekolah [Pasal 61 ayat (1) dan ayat

(2) UU Sisdiknas 2003] maka sebenarnya Pemerintah telah menetapkan sekolah menjadi Pusat

Pembangunan Masyarakat (Social Development Center). Sekolah harus melaksanakan MBS

dengan pendekatan Peningkatan Mutu Terpadu (Total Quality Management).

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan prinsip manajemen peningkatan mutu

berbasis sekolah (MPMBS) merupakan realisasidari desentralisasi pendidikan, dimana sekolah

melaksanakan Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, sedangkan Dinas Pendidikan

Kota/Kabupaten dan Dinas Pendidikan Provinsi berfungsi Tut Wuri Handayani(motto Kementerian

Pendidikan Nasional dan Kebudayaan), yaitu mendorong sentra-sentra pembangunan masyarakat

melalui lembaga pendidikan.

Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

10 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

B. Administrasi dan Manajemen

Administrasi dan manajemen memiliki arti yang sama yaitu pengelolaan. Indonesia menganut

pendapat bahwa administrasi lebih luas dari manajemen. Hal ini merupakan pengaruh dari

Belanda yang berpendapat bahwa meskipun proses atau fungsi manajemen sama dengan fungsi-

fungsi administrasi, tetapi administrasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari manajemen.

Hal ini terbukti pada penggunaan istilah “Administrator Perkebunan” pada jabatan direktur

utama di Perusahaan Perkebunan dan penggunaan istilah manajer pada sub ordinatnya, seperti

Manajer Keuangan, Manajer Personalia dan sebagainya. Dalam hal ini Administrator Perkebunan

berperan sebagai Direktur Utama, lalu Manajer Keuangan dan Manajer Personalia berperan

sebagai Direktur Keuangan dan Direktur Personalia.

Adanya Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia

menganut pendapat bahwa administrasi lebih luas dari pada manajemen.

Siagian (1982:16) mengemukakan bahwa:

“Administrasi sebagai suatu keseluruhan proses kerjasama antara dua

orang atau lebih yang didasarkan atas alasan-alasan tertentu dalam

upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

Bandingkan dengan pendapat Hersey dan Blanchard (1982, 17) tentang manajemen:

“Management as working with and through individuals and groups to

accomplish organization goals.”

Pendapat Hersey dan Blanchard bahwa manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

orang-orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan, tidak jauh berbeda dengan pendapat

Siagian tentang administrasi.

Itulah sebabnya penulis mengemukakan bahwa administrasi adalah manajemen yang

kemudian sering disebut dengan istilah pengelolaan, tetapi Indonesia menganut pendapat bahwa

administrasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada manajemen. Sedangkan di Amerika

istilah manajemen diartikan sebagai memiliki ruang lingkup yang sama dengan administrasi, oleh

karena itulah ada istilah administrasi pendidikan yang maksudnya adalah manajemen pendidikan.

Dalam menggambarkan bahwa administrasi lebih luas dari manajemen, Siagian (1997:5)

sebagai pakar administrasi negara dari LAN mengemukakan bahwa:

Namun, meskipun Indonesia menganut pendapat bahwa administrasi lebih luas dari

manajemen, tetapi dalam prakteknya hal ini tidak di patuhi oleh lembaga-lembaga yang ada di

Indonesia.Salah satu bukti adalah penggunaan istilah administrasi kesiswaan, administrasi guru,

“Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan

untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan

melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian dapat pula

dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama

administrasi”.

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 11

administrasi sarana dan prasarana pada kegiatan ketatausahaan atau kesekretariatan lembaga

pendidikan.

Penggunaan istilah “administrasi guru” dan administrasi kesiswaan” pada lingkup manajemen

sekolah dapat diartikan bahwa administrasi lebih sempit dibanding manajemen.Hal ini

bertentangan dengan ketetapan LAN bahwa administrasi lebih luas dari manajemen, bukan

sebaliknya. Oleh karena itu sebaiknya, istilah “administrasi murid” atau “administrasi guru” diganti

dengan katatausahaan murid dan ketatausahaan guru atau kesekretariatan murid,

kesekretariatan sarana prasarana dan sebagainya.

Administrasi atau manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,

pengawasan, evaluasi dan fungsi-fungsi lainnya dari manajemen,dalam suatu organisasi atau

lembaga dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Stoner (1981:17) mengemukakan bahwa:

“Management is the process of planning, organizing, leading, and

controlling the efforts of organizing members and of using all other

organizational resources to achieve state organization goals.”

Menurut Stoner, manajemen adalah proses atau kegiatan dari fungsi-fungsi manajemen

terhadap semua sumber daya yang ada dalam organisasi atau komponen-komponen dalam

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian juga De Cenzo dan Robbin (1999:5)

mengemukakan pendapat yang sama yaitu:

“Management is the process of efficiently achieving the objectives of the

organization with and through people.”

Gambaran tentang manajemen yang merupakan proses juga dikemukakan oleh Harold

Koontz, Cyrill O’Donnel bahwa:”……management is the function of getting things done through

people”.Lebih jauh, fungsi-fungsi apa dari manajemen yang dilakukan terhadap komponen atau

sumber daya organisasi, Terry (1986:4) mengemukakan:

Seluruh fungsi-fungsi manajemen bersifat proses, seperti proses perencanaan (planning),

proses pengorganisasian (organizing), proses penggerakkan (actuating), proses pengawasan

(controlling), proses evaluasi (evaluating), proses pengarahan (directing) terhadap komponen-

komponen organisasi atau lembaga.

Komponen-komponen apa yang perlu dikelola dalam suatu organisasi atau lembaga

pendidikan?

C. Manajemen dan Organisasi

Manajemen dan organisasi merupakan dua kata yang sering bergandengan, tetapi kedua kata

itu berbeda sifat. Kata manajemen sesuai dengan fungsi-fungsinya bersifat “proses” atau

“Manajemen merupakan sebuah sebuah proses yang khas, yang terdiri

atas tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian menggerakkan,

dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber

daya manusia serta sumber-sumber lain”.

12 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

“kegiatan”, yaitu proses perencanaan (planning), proses pengorganisasian (organizing), proses

penggerakkan (actuating), proses pengawasan (controlling), proses evaluasi (evaluating) dan

sebagainya. Jadi manajemen atau pengelolaan adalah proses atau kegiatan dan bukan “kata

benda”, melainkan “kata kerja”.

Kata organisasi mengarah pada kata benda atau yang dibendakan, misalnya organisasi

sekolah, organisasi masyarakat, organisasi politik, dan sebagainya.Organisasi merupakan wadah

tempat manajemen berlangsung, misalnya manajemen sekolah, manajemen perusahaan,

manajemen bank, manajemen koperasi, manajemen pemerintah daerah, dan sebagainya.

Organisasi sebagai wadah (mechanical organization) relatif stabil dalam bentuk struktur

organisasi. Struktur organisasi merupakan jabatan-jabatan secara hirarkis yang ditempati orang-

orang yang akan bekerja sama untuk mengupayakan pencapaian tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Dalam penetapan staff (staffing) untuk masing-masing posisi dalam struktur organisasi dikenal

istilah the right man on the right place, artinya kualifikasi dan kompetensi orang-orang yang akan

ditempatkan harus sesuai dengan tuntutan jabatan.

Selanjutnya agar orang-orang dalam organisasi dapat bekerja sama, maka mereka diberi

peran dan fungsi dalam bentuk uraian jabatan, pekerjaan dan tugas, yang dikenal sebagai

“TUPOKSI” (tugas pokok dan fungsi).

Berdasarkan peran orang-orang dalam struktur organisasi, mereka saling interaksi, saling

terhubung, saling ketergantungan dalam sistem organisasi.Dengan demikian organisasi dapat

dipandang dari dua hal, pertama sebagai wadah dalam bentuk sturktur organisasi yang relatif

stabil, yang terdiri dari komponen-komponen organisasi.Kedua, organisasi sebagai proses

interaksi antara komponen aktif (manusia) dan komponen pasif, sehingga organisasi berfungsi

sebagai sistem dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sekolah dan madrasah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah pada jalur

formal, berdasarkan Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas).Pada Undang-undang Sisdiknas tahun 1989 madrasah termasuk pada pendidikan luar

sekolah. Istilah jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah pada Undang-undang

Sisdiknas tahun 1989 diubah menjadi jalur pendidikan formal, jalur pendidikan non formal dan

jalur pendidikan informal, pada Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003.

Secara kelembagaan semua satuan pendidikan di ketiga jalur tersebut, akan membutuhkan

komponen yang sama, yaitu komponen kurikulum, siswa, pendidik dan tenaga kependidikan,

sarana prasarana, dan dana, dalam lingkungan dimana lembaga pendidikan tersebut berada.

Sekolah dan madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki konotasi peran dan fungsi di

lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.

Ada dua peran dan fungsi sekolah, yaitu peran progresif dan konservatif.Sekolah harus dapat

berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (social development center) dalam peran

progresifnya, sedang dalam peran konservatifnya sekolah harus dapat melestarikan budaya

bangsa yang sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional.

Pada waktu negara sedang dilanda 1001 krisis, sebenarnya sekolah dan madrasah memiliki

peran penting dalam membentengi kehancuran negara akibat krisis moral.Sekolah seharusnya

dapat berfungsi sebagai pusat pembangunan karakter bangsa.

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 13

Sekolah sebagai “lembaga” pendidikan memiliki konotasi bahwa organisasi sekolah merupakan

organisasi kreatif yang tumbuh dan berkembang, karena anggota organisasi adalah guru-guru

profesional yang selalu belajar untuk membangun hari esok yang lebih baik dari hari ini.

Lembaga pendidikan seharusnya merupakan “learning organization” dan “creative

organization”.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan sistem organisasi terbuka (open system)

yang memiliki sub sistem atau komponen-komponen pendidikan. Sekolah merupakan wadah bagi

keterlaksanaannya manajemen yang kemudian disebut sebagai manajemen sekolah.

Struktur Organisasi Sekolah

Struktur organisasi dapat digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar2.1: Struktur Organisasi Sekolah

Gambar2.1 menggambarkan struktur organisasi “line and staff” meskipun sebenarnya kepala

sekolah kepada guru tidak murni memiliki “kewenangan komando”.

Bisa juga struktur organisasi sekolah menggunakan “matriks” sebagai berikut:

Gambar2.2: Organisasi Matriks di Sekolah Menengah Kejuruan

Manajer Kurikulum

Manajer Kesiswaan

Manajer Humas

PKS Bid. Kesiswaan

1. Kesiswaan 2. Sarana-Prasarana 3. Keuangan 4. Kepegawaian 5. Surat Menyurat

Kepala Sekolah Administrator Pendidikan

PKS Bid. Kurikulum

Humas 4 3 2 1

Kepala Tata Usaha

Guru

5

ManajerPembelajaran

14 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Dalam gambar2.2 garis komando dari kepala sekolah hanya kepada Kepala Tata Usaha dan

PKS (Pembantu Kepala Sekolah).Garis kepala sekolah kepada guru merupakan garis koordinasi

karena guru bukan “bawahan” kepala sekolah melainkan mitra kerja. Guru merupakan Tenaga

Fungsional yang profesional, sehingga meskipun dalam gambar2.1 dan gambar2.2 guru berada

dibawah kepala sekolah tetapi guru bukan bawahan kepala sekolah.

Sekolah sebagai Lembaga Layanan

Sekolah sebagai lembaga layanan (service industry) merupakan piramida terbalik (lihat

gambar2.3).Administratorsekolah sebagai “pemimpin” lembaga pendidikan berada dibagian

terbawah dari piramida organisasi sehingga menjadi “tumpuan” dari manajemen sekolah yang

terdiri dari para wakil dan atau pembantu kepalasekolah, serta kepala tata usaha dan stafnya.

Guru, sebagai kelompok fungsional, adalah “pelanggan dalam” atau internal customersyang

harus mendapat pelayanan dari pemimpin lembaga beserta manajemennya. Siswa dan orang tua

siswa serta masyarakat adalah “pelanggan luar” atau external customersyang harus mendapatkan

layanan, baik dari guru maupun dari pimpinan lembaga dan manajemen.

Keberhasilan pelaksanaan MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) terlihat

dari adanya mutu pendidikan, baik dalam bentuk quality in fact, yaitu kesesuaian profil

kemampuan lulusan dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, maupun quality in

perception yaitu kepuasan pelanggan, khususnya siswa dan orang tua siswa serta masyarakat

pada umumnya, atau kualitas lulusan yang dipersepsikan oleh mereka.

(A) (B)

Gambar2.3 : Piramida Organisasi Industri (A) dan Organisasi Layanan (B)

Gambar2.3 (A) bisa digunakan oleh organisasi manufaktur seperti pabrik atau perusahaan

dimana struktur organisasi “line and staff” dapat digunakan secara keseluruhan.Sedangkan

sekolah yang merupakan lembaga layanan, menggunakan struktur organisasi dengan piramida

terbalik (gambar 2.3 [B]).

Direktur

Wk Direktur

Manajer Operasional

Operator

Guru

Siswa

PKS

Kepsek

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 15

Manajemen dan Personalia Pendidikan di Sekolah

Manajemen sekolah merupakan proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen terhadap

komponen-komponen pendidikan di sekolah.

Apabila fungsi-fungsi manajemen kita pilih (A) Perencanaan, (B) Pengorganisasian, (C)

Penggerakan, (D) Pengawasan dan (E) Evaluasi, serta komponen pendidikan di sekolah kita

tetapkan: (1) Kurikulum, (2) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Personalia), (3) Siswa, (4)

Sarana dan Prasarana, (5) Keuangan, dan (6) Lingkungan, maka ruang lingkup manajemen

sekolah dapat digambarkan dalam matriks berikut ini:

Fungsi

Manajemen

Komponen

Pendidikan Pere

nca

naan

(A)

Pengorg

anis

asi

an

(B)

Penggera

kkan

(C)

Pengaw

asa

n

(D)

Evalu

asi

(E)

1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1

2. Personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2

3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3

4. Sarana prasarana A.4 B.4 C.4 D.4 E.4

5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5

6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6

Tabel2.1:Ruang Lingkup Manajemen Sekolah

Matriks dalam tabel 2.1 di atas menggambarkan bahwa kegiatan A1, B1, C1, D1 dan E1,

adalah kegiatan manajemen kurikulum, demikian juga kegiatan A2 hingga E2 adalah kegiatan

manajemen personalia. Dengan demikian matriks dalam tabel 2.1 tersebut menggambarkan

ruang lingkup kegiatan manajemen sekolah dengan kegiatan yang dimulai dari A1 yaitu

perencanaan kurikulum hingga E6 yaitu evaluasi lingkungan. Dengan kata lain manajemen

sekolah meliputi:

Manajemen kurikulum (program pendidikan),

Manajemen kesiswaan,

Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan (personalia),

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan (fasilitas),

Manajemen keuangan, dan

Manajemen hubungan masyarakat (humas).

Tabel 2.1 terdahulu menggambarkan ruang lingkup manajemen sekolah. Keenam jenis

manajemen sekolah ada penanggungjawabnya atau manajernya seperti yang digambarkan dalam

tabel 2.2 berikut ini:

16 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Fungsi

Komponen

Pere

nca

naan (

A)

Pengorg

anis

asi

an (

B)

Penggera

kkan (

C)

Pengaw

asa

n (

D)

Evalu

asi

(E)

Bidang-

bidang

manajemen

sekolah

Penang-

gung

Jawab

1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 Manajemen

Kurikulum

PKS Bidang

Kurikulum

2. Personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 Manajemen

Personalia

KTU

3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 Manajemen

Kesiswaan

PKS

Kesiswaan

4. Sarana

Prasarana

A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 Manajemen

Fasilitas

KTU

5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 Manajemen

Keuangan

KTU

6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6 Manajemen

Lingkungan

PKS Humas

Tabel 2.2: Ruang Lingkup Manajemen Sekolah dan Penanggung Jawabnya

Baris pertama menggambarkan ruang lingkup manajemen kurikulum dengan fungsinya A1,

B1, C1, D1 dan E1, dan penanggung jawabnya adalah Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Bidang

Kurikulum.Baris ketiga menggambarkan ruang lingkup manajemen kesiswaan dengan

penanggung jawabnya PKS Kesiswaan.

Baris kedua, keempat, dan kelima menggambarkan ruang lingkup manajemen personalia,

manajemen fasilitas, dan manajemen keuangan dengan penanggung jawabnya adalah Kepala

Tata Usaha (KTU) Sekolah.

Baris keenam menggambarkan ruang lingkup manajemen lingkungan dengan penanggung

jawabnya PKS Bidang Humas

Seluruh kegiatan manajemen sekolah sudah ada penanggungjawabnya. Semua kegiatan

manajemen pendidikan di sekolah sudah ada manajernya, selanjutnya apa peran dan fungsi

Kepala Sekolah?

Kalau seluruh kegiatan dalam kolom horizontal sudah ada manajernya, siapa yang akan

mengkoordinasikan perencanaan sekolah yaitu kegiatan A1, A2 s/d A6?

Siapa pula yang akan mengkoordinasikan kegiatan B1 s/d B6, C1 s/d C6, D1 s/d D6 dan E1

s/d E6?

Semua itu menjadi tanggung jawab Kepala Sekolahsebagai Administrator Sekolah, yaitu:

A. Merencanakan sekolah

B. Mengorganisasikan sekolah

C. Menggerakkan sekolah

D. Mengawasi sekolah

E. Mengevaluasi sekolah

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 17

Sehingga tabel 2.2 dapat disempurnakan menjadi tabel 2.3 berikut ini:

Fungsi Komponen

Pere

nca

naan (

A)

Pengorg

ani-

sasi

an (

B)

Penggera

kkan (

C)

Pengaw

asa

n (

D)

Evalu

asi

(E) Bidang-

Bidang Manajemen

Sekolah

Penanggung Jawab

1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 Manajemen Kurikulum

PKS Bidang Kurikulum

2. Personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 Manajemen Personalia

KTU

3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 Manajemen Kesiswaan

PKS Kesiswaan

4. Sarana Prasarana

A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 Manajemen Fasilitas

KTU

5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 Manajemen Keuangan

KTU

6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6 Manajemen Lingkungan

PKS Humas

Sekolah

Vis

i, M

isi, t

uju

an

Penst

ruktu

ran,

Penst

affan, Pera

n d

an

Fungsi

Kom

unik

asi

,

mem

otivasi

Pengendalia

n,

pengaw

asa

n

Pem

eca

han m

asa

lah,

pengem

bila

n

keputu

san

Administrasi Sekolah

Kepala Sekolah sebagai

Pemimpin Pendidikan

dan Administra-tor Sekolah

Tabel 2.3:Hubungan Antara Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah

Berdasarkan tabel 2.3tersebut, terlihat jelas bahwa administrasi sekolah meliputi manajemen

kurikulum, manajemen personalia, manajemen siswa, manajemen sarana prasarana, manajemen

keuangan dan manajemen lingkungan sekolah.

Sesuai dengan pendapat LAN (Lembaga Administrasi Negara) bahwa administrasi lebih luas

dari manajemen, meskipun memiliki fungsi-fungsi yang sama dengan manajemen.

Dengan demikian maka Kepala Sekolah, seperti halnya di Perkebunan dimana pimpinan

tertinggi disebut sebagai Administrator Perkebunan, maka Kepala Sekolah adalah

AdministratorSekolah.Dapat juga disebut sebagai Direktur Sekolah, karena Kepala Sekolah

bertanggung jawab dalam menetapkan arah (direction) dari sekolah melaluipenetapan visi, misi

dan tujuan sekolah.

D. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah

Tabel 2.3 menggambarkan bahwa manajemen pendidikan di sekolah tidak terlepas dari

administrasi pendidikan yang menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah. Administrasi pendidikan di

sekolah berdasarkan tabel 2.3 tersebut adalah:

Perencanaan sekolah

Pengorganisasian sekolah

Penggerakkan sekolah

Pengawasan sekolah, dan

Evaluasi sekolah.

18 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Administrasi sekolah juga meliputi:

Manajemen Kurikulum

Manajemen Personalia Pendidikan

Manajemen Kesiswaaan

Manajemen Sarana-Prasarana Pendidikan

Manajemen Keuangan, dan

Manajemen Hubungan Masyarakat.

Uraian ini menggambarkan bagaimana hubungan kepemimpinan pendidikan dengan

manajemen.Kepala Sekolah berperan sebagai administrastator pendidikan di sekolah atau yang

biasa kita sebut sebagai pemimpin sekolah.Dalam hal ini peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin

pendidikan di sekolah (school-leader) tidak bisa terlepas dengan perannya sebagai manajer

(administrator) pendidikan di sekolah.

Dengan demikian peran kepemimpinan pendidikan di sekolah tidak bisa lepas dari fungsi-

fungsi manajemen, seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini:

No Peran Kepala Sekolah

sebagai Administrator

Peran Kepala Sekolah sebagai

Pemimpin Pendidikan

1 Perencanaan sekolah Menetapkan arah organisasi, melalui

perumusan visi, misi, strategi dan

tujuan

2 Pengorganisasian sekolah Membangun organisasi pembelajaran

yang kreatif (learning &creative

organization)

3 Menggerakkan organisasi

sekolah

Memotivasi staff, mengubah mind set

dan motivasi staff

4 Mengawasi penyelenggaraan

pendidikan di sekolah

Mengendalikan organisasi sekolah

agar lebih cepat (acceleration)

5 Mengevaluasi sekolah Pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan

Tabel 2.4: Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Pemimpin Pendidikan

Apa perbedaan antara pemimpin dan manajer atau administrator?

Seseorang bisa menjadi seorang pemimpin tanpa menjadi manajer contohnya tokoh

masyarakat (informal leader).Sebaliknya seseorang bisa menjadi manajer tanpa harus menjadi

pemimpin contohnya akuntan.

Ada pendapat bahwa memimpin tidak sama dengan mengelola, seperti yang dikemukakan

Gary Yukl (2002:5) dengan mengutip pendapat Bennis and Nanus (1985) dan Zaleznik (1977)

bahwa:“…leadership and management are qualitatively different and mutually exclusive..”

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 19

Kepemimpinan dan manajerial itu berbeda, sehingga Yukl (2002) mengemukakan bahwa

kepemimpinan dan kemampuan manajemen keduanya tidak akan dimiliki oleh orang yang sama.

Artinya, seorang yang memiliki kemampuan memimpin tidak akan baik bila diberi beban menjadi

manajer, demikian pula sebaliknya. Lebih jauh Yukl (2002) menjelaskan bahwa ada orang yang

memiliki kemampuan memimpin dan ada orang yang memiliki kemampuan mengelola. Tetapi

tidak akanada orang yang akan memiliki keduanya, karena pemimpin akan memiliki sistem nilai

dan kepribadian yang berbeda dengan manajer.

Seorang manajer memiliki sistem nilai yang relatif stabil, keteraturan, dan efisien, sedangkan

seorang pemimpin memiliki sistem nilai yang fleksibel, adaptif, dan normatif.

Lebih jauh Gary Yukl (2002:5) mengutip pendapat Bennis dan Nanus (1985) mengemukakan

bahwa:”Manajer are people who do things right and leader are people who do the right things”.

Manajer adalah orang yang melaksanakan pekerjaan dengan benar, sesuai dengan rencana

dalam organisasi, dan menggerakkan orang-orang dalam organisasi, dikendalikan, dievaluasi agar

tujuan organisasi tercapai.Gerakan atau kecepatan organisasi dalam mencapai dan mengejar

tujuan telah ditetapkan dalam rencana.Standar mutu proses dan hasil, gerakan organisasi yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan pemimpin mengerjakan hal-hal yang benar, yang baik, yang kadang-kadang tidak

sesuai benar dengan rencana awal, tetapi demi percepatan (acceleration) pencapaian tujuan ia

laksanakan.

Apakah benar bahwa kepemimpinan dan kemampuan manajemen itu dua hal yang berbeda,

sehingga tidak dapat dilakukan oleh orang yang sama?

Orang boleh berteori, bahwa leader (pemimpin) dan manajer tidak dapat dijabat oleh satu

orang yang sama.

Bagaimana implementasinya?

Dalam organisasi besar seperti partai politik dan organisasi massa, maka teori tersebut dapat

digunakan dengan baik. Seorang pemimpin partai politik, tidak perlu melakukan manajemen

partai karena motor penggeraknya adalah sekretaris jenderal partai yang menetapkan kecepatan

(velocity) gerakan partai mencapai tujuannya. Pemimpin partai menetapkan percepatan

(acceleration) gerakan partai.

Demikian juga di organisasi massa seperti ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia),

Sekretaris Jenderal ICMI yang mengelola organisasi massa tersebut, dengan segala perangkat

organisasi yang ada dibawahnya.

Bagaimana halnya di lembaga pendidikan?Apakah teori tersebut dapat digunakan di sekolah?

Apakah diperlukan jabatan pemimpin sekolah yang terpisah dari jabatan manajer sekolah?

Pada tingkat Dinas Pendidikan Kota Kabupaten dan Propinsi, saat ini sudah muncul jabatan

Sekretaris Dinas Pendidikan disamping Kepala Dinas, apakah Kepala Dinas berperan sebagai

pemimpin dan Sekretaris berperan sebagai manajer?

Kepala Dinas dan sekretarisnya dapat saja berperan sebagai pemimpin dan manajer

mengingat luasnya wilayah dan besarnya organisasi Dinas Pendidikan, tetapi bagaimana dengan

sekolah?

20 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Menyimak perjalanan perusahaan perkebunan yang sudah ada sejak zaman penjajahan

Belanda dulu, bahwa pimpinan tertinggi dari perusahaan disebut administrateur perkebunan dan

membawahi manajer-manajer, maka peran pemimpin (leader) dirangkap oleh administrator yang

berfungsi sebagai “manajer” perkebunan dengan ruang lingkup yang lebih luas dari manajer–

manajer dibawahnya seperti manajer keuangan dan sebagainya.

Pola ini dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, sehingga Kepala Sekolah

menjadi pemimpin pendidikan (leader) dan juga administrator pendidikan di sekolah yang

membawahi manajer kurikulum, manajer kesiswaan, dan sebagainya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mintzberg (1973) yang dikutip oleh Yukl (2002:6) bahwa

kepemimpinan merupakan satu dari sepuluh peran manajer. Artinya, bahwa kepemimpinan

merupakan salah satu peran dari manajer, namun merupakan peran utama dari manajer seperti

yang dapat digambarkan dalam gambar berikut ini:

Gambar2.4diatas menggambarkan bahwa kepemimpinan merupakan inti dari manajemen dan

komunikasi merupakan inti dari kepemimpinan.

Gambar2.4 sejalan dengan pendapat Yukl (2002:14) yang menggambarkan tingkat proses

kepemimpinan dalam organisasi yang digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.5: Levels of Conceptualization for Leadership Processes (Yukl, 2002:14)

Proses intra individu pemimpin adalah kinerja pemimpin hasil kompetensi kepribadian, sosial,

manajerial, kewirausahaan dan supervisi.

Proses dyadic adalah proses komunikasi antara pemimpin dengan orang-orang dalam

organisasi, dengan tujuan agar orang-orang dalam organisasi dapat bekerja dengan

menggunakan semua potensi yang dimilikinya dan membangun organisasi pembelajaran

(learning organization) yang kreatif (creative organization).

Komunikasi dalam kelompok (group processes) didorong oleh pemimpin baik dalam

pertemuan formal maupun informal agar dapat membangun organisasi yang solid.

Manajem

en

Kepemimpinan

Komunik

asi

Gambar 2.4: Hubungan Antara Manajemen dan

Kepemimpinan

Organization

Group

Dyadic

Individual

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 21

Sedangkan proses organisasi (organizational processes) merupakan komunikasi

antarkelompok dalam organisasi dengan masyarakat sekeliling terkait dengan fungsi open

system dari organisasi.

Hubungan antara kepemimpinan (leadership) dengan manajemen dalam peran dan fungsi

kepala sekolah seperti yang digambarkan dalam tabel 2.3.

Hal ini sejalan dengan pendapat Kotter (1990) yang dicuplik oleh Yukl (2002:6) bahwa:

Management seeks to produce predictability and order by (1) setting operational goals, establishing action plans with timetables, and allocating resources; (2) organizing and staffing (establishing structure, assigning people to jobs); and (3) monitoring results and solving problems. Leadership seeks to produce organizational change by (1) developing a vision of the future and strategies for making necessary changes, (2) communicating and explaining the vision, and (3) motivating and inspiring people to attain the vision.

Perbedaan manajemen dan kepemimpinan dilihat dari proses dan hasilnya adalah bahwa

manajemen berupaya mencapai hasil yang dapat diprediksi keteraturannya melalui:

1) Menetapkan sasaran, program kerja dan sarana pendukung

2) Mengorganisasikan, menetapkan staff dan peran & fungsinya

3) Monitoring dan evaluasi hasil serta memecahkan masalah

Sedangkan kepemimpinan berupaya mengubah dan mengembangkan organisasi melalui:

1) Menetapkan visi, misi dan strategi

2) Mengkomunikasikan visi secara internal dan eksternal

3) Memotivasi dan memberi inspirasi orang-orang dalam organisasi untuk mencapai visi

Manajemen dan kepemimpinan kedua-duanya menetapkan apa yang harus dilaksanakan,

membuat jaringan kerja dan berusaha untuk menjamin semua proses berjalan mencapai dan

memperoleh tujuan yang ditetapkan. Yukl (2002:41) menggambarkan empat proses utama dalam

manajemen seperti yang digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar2.6: Four Primary Processes in Managing (Yukl, 2002:41)

Keempat proses utama manajemen dalam gambar tersebut juga merupakan peran seorang

pemimpin, khususnya influence dan decision making.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

Decision Making

Influencing Exchanging information

Building relationships

22 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Kepemimpinan merupakan bagian integral dan inti dari manajemen. Allah Swt.

menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin dimuka bumi (Q.S. Al Baqarah [2]:30)

dan me-manage dirinya, menentukan jalan hidupnya (way of life), menentukan visi,

misi dan tujuan hidup keluarganya agar berbahagia di dunia dan akhirat.

Dalam organisasi kecil seperti sekolah dan organisasi menengah seperti perusahaan

perkebunan, kepemimpinan dan manajemen (administrasi) dijabat satu orang. Kepala

sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah dan juga sebagai administrator

sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah merupakan direktur (director) sekolah dan

juga principal.

Administrator perkebunan merupakan pemimpin perusahaan perkebunan.

Pada organisasi besar seperti partai politik dan organisasi massa kepemimpinan

dijabat oleh seorang pemimpin yang bisa disebut sebagai Ketua Umum dan

manajemen organisasi partai atau organisasi massa dijabat oleh sekretaris yang

disebut sebagai Sekretaris Jenderal. Secara umum kita mengenal istilah Ketua Umum

Partai, Sekretaris Jenderal Partai, dan contoh lain misalnya Ketua Umum ICMI serta

Sekjen ICMI.

E. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management/TQM)

Manajemen berbasis sekolah dengan menggunakan pendekatan total quality management

(TQM) dapat disebut sebagai manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah

(MPMBS).

Total quality management adalah pengembangan dan peningkatan dari quality assurance.

TQM is about creating a quality culture where the aim of every

member of staff is to delight their customers and where the structure

of their organization allows them to do so (Sallis, 1993:26).

TQM merupakan penciptaan budaya mutu, yaitu semua orang dalam organisasi berorientasi

pada kepuasan pelanggan, untuk memperoleh standar mutu yang dipersepsikan oleh

pelanggan.Artinya semua orang berusaha untuk mencapai hasil dengan standar mutu yang

ditetapkan sebelumnya (Quality in Fact) dan juga mutu dalam pandangan pelanggan (Quality in

Perception).

TQM terjadi bila sekolah melakukan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan secara

berkesinambungan setelah sekolah melakukan manajemen jaminan mutu (TQA).

TQM Continuous

Improvement

Prevention

Quality

Assurance Quality

Control Detection

Inspection

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 23

Gambar2.7: Hierarkhi dan Pertumbuhan Konsep Kualitas

Sallis mengemukakan bahwa:

TQM is a philosophy of continuous improvement, which can provide any

educational institution with a set of practical tools for meeting and

exceeding present and future costumer needs, wants and expectations

(Sallis, 1993:34).

Sallis mengemukakan bahwa TQM merupakan filosofi tentang peningkatan yang berkelanjutan

yang memungkinkan lembaga pendidikan meraih harapan pelanggan pada saat ini maupun masa

depan. Pendapat Sallis ini sejalan dengan fungsi progresifnya sekolah sebagai pusat

pembangunan masyarakat yang berorientasi kemasa depan.

Proses peningkatan mutu yang dilakukan secara berkesinambungan pada kegiatan

manajemen sekolah dapat disebut sebagai manajemen mutu terpadu atau total quality

manajemen (TQM).

Pertumbuhan Konsep Mutu

Quality control merupakan konsep mutu yang paling tua, yaitu meliputi pendeteksian dan

pengukuran komponen atau aspek-aspek dari produk akhir yang tidak sesuai dengan standar,

yang dilaksanakan oleh quality controllers atau inspectors. Inspeksi dan testing atau ujian banyak

dilakukan dalam dunia pendidikan untuk mengukur dan menetapkan apakah hasil pendidikan

memenuhi standar yang ditetapkan dalam kurikulum atau tidak.Contoh implementasinya adalah

Ebtanas, UAN atau UN.

Quality assurance (total quality assurance-TQA) terjadi apabila quality control dilaksanakan

pada saat sebelum proses, dan juga dalam proses, serta akhir dari proses. Pengontrolan mutu

dalam proses dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa barang diproduksi sesuai dengan prosedur

dan tahap-tahap yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, quality assurance is a

means of producing defects and fault free products, atau zero defects atau getting things right

first time and every time. Artinya dalam dunia pendidikan adalah bahwa quality assurance

merupakan sarana untuk menyelenggarakan pendidikan “bebas dari kesalahan” dan hasilnya

adalah quality standards, atau standar kompetensi yang dimiliki para lulusannya.

Apakah TQAdapat digunakan dalam manajemen pendidikan?

Dalam proses jaminan mutu di organisasi manufaktur misalnya pada sebuah pabrik mobil

maka “standar mutu” diterapkan pada bahan mentah (raw input), proses produksi dan quality

control pada hasil. Apakah standarisasi mutu “raw input” dapat diterapkan pada lembaga

pendidikan?

Kalaulah siswa sebagai raw input sekolah harus di-standarisasi seperti bahan mentah suatu

pabrik mobil, misalnya, maka hal itu tidaklah mungkin, karena seleksi siswa baru tidak akan

mungkin menghasilkan siswa yang “standar.” Hal ini sesuai dengan pendapatLynton Graybahwa:

24 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

“Human being are notoriously non-standard and they bring into

educational situation a range of experiences, emotion and opinions

which cannot be kept in the background of the operation. Judging

quality is very different from inspecting the output of a factory, or

judging the service provided by a retail outlet (Sallis, 1993:28).

Calon siswa baru bukankah “raw input” yang dapat distandarisasikan, mereka memiliki

karakteristik yang berbeda, sehingga penerapan TQA di sekolah akan berbeda dengan di pabrik

mobil.

Namun demikian, sekolah tetap harus melakukan “standarisasi” calon siswa baru dengan

melakukan testing masuk, dan memilih mereka yang memenuhi “standar siswa baru.” Upaya

“standarisasi” siswa baru sebagai input tidak dapat disamakan dengan standarisasi bahan mentah

(raw input) bagi suatu produk mobil, misalnya. “Standar siswa baru” adalah mereka yang

memiliki kompetensi minimal sebagai pra-syarat memasuki sekolah yang merupakan lanjutan dari

sekolah sebelumnya.Dengan standar proses dalam pembelajaran, maka lulusannya diharapkan

akan memiliki standar kompetensi yang sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengontrolan mutu dalam dunia pendidikan pada masa dulu adalah dengan inspeksi, sehingga

dikenal pejabat pengawas mutu yaitu inspektur sekolah (school inspector).Pada era Kurikulum

1994, pengontrolan mutu pendidikan dilakukan dengan tes tengah semester, tes akhir semester,

dan tes akhir tahun. Siswa yang lulus dalam ujian akhir yang dilakukan secara nasional (Ebtanas,

UAN) diberikan STTB.

Pada era ini, orang-orang berlomba untuk mendapatkan ijazah, siswa berusaha lulus ujian

akhir dan mendapatkan STTB dengan nilai tinggi. Demikian pula masyarakat berupaya

mendapatkan ijazah S1, S2 dan bahkanS3 dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya,

sehingga tidak heran bila muncul lembaga yang langsung dapat me”wisuda” S1, S2 atauS3 dengan

gelar dari luar negeri, tanpa kuliah.Gelar menjadi status diri seseorang bukan manfaat dirinya

bagi masyarakat seperti sabda RasulullahSaw.bahwamanusia yang baik adalah manusia yang

paling bermanfaat bagi manusia-manusia lainnya. Perlu diingat bahwa seseorang akan

bermanfaat bagi orang lain bila ia memiliki kemampuan.

Tahap kedua dalam pertumbuhan mutu adalah era manajemen jaminan mutu (total quality

assurance). Apabila manajemen kurikulum, manajemen personalia, manajemen fasilitas,

manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, serta hubungan masyarakat dilaksanakan dengan

prinsip-prinsip manajemen yang benar akan menghasilkan komponen pendidikan yang bermutu.

Demikian juga, bila kepala sekolah melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, dan

dengan komponen-komponen pendidikan yang bermutu, maka sekolah akan bermutu. Sekolah

akan mampu menghasilkan lulusan yang bermutu. Dengan kata lain, sekolah dapat “menjamin

mutu lulusannya” melalui penyelenggaraan pendidikan yang “mutunya terjamin.” Dalam hal ini,

sekolah melaksanakan manajemen jaminan mutu.

Tahap berikutnya dalam pertumbuhan mutu adalah manajemen sekolah dengan pendekatan

mutu terpadu (Total Quality Management-TQM) yaitu manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah (MPMBS). Peningkatan mutu akan terlihat bila sekolah punya titik awal dengan standar

mutu yang ditetapkan dalam upayanya melaksanakan manajemen jaminan mutu (TQA).

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 25

Peningkatan yang berkesinambungan (continuous improvement) dari setiap komponen

pendidikan dalam kepemimpinan pendidikan yang professional merupakan terlaksananya

manajemen mutu terpadu (Total Quality Management). Dengan kata lain, pelaksanaan

manajemen jaminan mutu (TQA), yang dilaksanakan dengan peningkatan mutu secara bertahap

dan berkesinambungan (continuous improvement), merupakan pelaksanaan manajemen mutu

terpadu (TQM). Artinya MPMBS terlaksana apabila sekolah telah melakukan upaya standardisasi

mutu, atau jaminan mutu sesuai dengan kemampuan sekolah saat itu dan kemudian sekolah

meningkatkan mutunya secara bertahap dan berkesinambungan.

Manajemen Jaminan Mutu (Total Quality Assurance/TQA)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 Tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) bahwa Pemerintah dan Masyarakat bertanggung jawab atas

penjaminan mutu pendidikan.

Berdasarkan Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tersebut sekolah wajib melaksanakan

Manajemen Jaminan Mutu (Total Quality Assurance/TQA).

Apa yang disebut mutu pendidikan?

Pasal 1 ayat 1 Permendiknas No. 63 Tahun 2009 menetapkan bahwa:

Selanjutnya pasal 2 ayat 2 menetapkan apa yang dimaksud dengan penjaminan mutu yaitu:

Salah satu tujuan penjaminan mutu adalah terbangunnya budaya mutu pendidikan formal,

non formal dan informal (pasal 2 ayat 2[a]) berdasarkan paradigma yang ditetapkan pada pasal 3

ayat 1 sebagai berikut :

Mutu Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang

dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.

Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu

oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggaraan satuan atau

program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat

untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsamelalui

pendidikan.

Penjaminan mutu pendidikan menganut paradigma :

a. Pendidikan untuk semua yang bersifat inklusif dan tidak

mendiskriminasikan peserta didik atas dasar latar belakang apa pun;

b. Pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik yang

memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik

menjadi insan pembelajar mandiri yang kreatif, inovatif, dan

berkewirausahaan; dan

c. Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan/atau

pembangunan berkelanjutan (education for sustainable

development), yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan

peserta didik menjadi rahmat bagi sekalian alam.

26 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

Prinsip-prinsip dalam penjaminan mutu ditetapkan dalam pasal 3 ayat 2 sebagai berikut :

Target utama jaminan mutu di lembaga pendidikan adalah peserta didik hasil dari pendidikan

yang bermutu ditetapkan dalam pasal 4 ayat 1 sebagai berikut:

Ketegasan bahwa sekolah harus melaksanakan ditegaskan pada pasal 5 sebagai berikut:

Sedangkan evaluasi dan super visi terhadap Manajemen Jaminan Mutu yang dilaksanakan

sekolah dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemda Kabupaten dan Kota seperti

yang antara dijelaskan pada pasal 8 ayat 1:

Bagaimana pelaksanaan manajemen jaminan mutu di sekolah?

Penjaminan mutu pendidikan dilakukan atas dasar prinsip :

a. Keberlanjutan;

b. Terencana dan sistematis, dengan kerangka waktu dan target-target

capaian mutu yang jelas dan terukur dalam penjaminan mutu

pendidikan formal dan nonformal;

c. Menghormati otonomi satuan pendidikan formal dan nonformal;

d. Memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat berkelanjutan

dengan regulasi Negara yang seminimal mungkin;

e. SPMP merupakan system terbuka yang terus disempurnakan secara

berkelanjutan.

Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mengacu pada mutu kehidupan

manusia dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang

mencakup sekurang-kurangnya:

a. Mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan kepribadian;

b. Kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional,

serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi,

dan minat masing-masing;

c. Muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni yang mewarnai dan memfasilitasi kehidupan;

d. Kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan;

e. Tingkat kemandirian serta daya saing, dan;

f. Kemampuan untuk menjamin keberkelanjutan diri dan

lingkungannya.

Penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal dilaksanakan oleh

satuan atau program pendidikan.

Pemerintah kabupaten atau kota wajib mensupervisi, mengawasi, dan

mengevaluasi, serta dapat memberi fasilitas, saran, arahan, dan/atau

bimbingan kepada penyelenggara satuan pendidikan sesuai

kewenangannya berkaitan dengan penjaminan mutu satuan pendidikan.

Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 27

Manajemen jaminan mutu di sekolah harus dilakukan terhadap semua komponen pendidikan

di sekolah. Artinya adalah bahwa:

Manajemen Kurikulum

Manajemen Personalia

Manajemen Kesiswaan

Manajemen Sarana Prasarana

Manajemen Keuangan, dan

Manajemen Lingkungan

dilakukan dengan pendekatan total quality assurance (TQA), sehingga masing-masing

komponen pendidikan memenuhi standar mutu yang ditetapkan sebelumnya.

Manajemen Jaminan Mutu digambarkan dalam matriks pada tabel 2.5sebagai berikut:

Fungsi

Komponen

Peren- canan

( A )

Peng- Organi- sasian ( B )

Peng-gerak-

kan ( C )

Penga- wasan

( D )

Evaluasi

( E )

Hasil

1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 Q

2. personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 Q

3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 Q

4. Sarana Prasarana A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 Q

5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 Q

6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6 Q

Sekolah Q Q Q Q Q TQA

Tabel 2.5: Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Matriks di atas menggambarkan bahwa apabila manajemen kurikulum dilaksanakan dengan

baik, yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip perencanaan dan pengembangan kurikulum,

maka akan diperoleh kurikulum yang berkualitas (Q). Demikian juga halnya apabila manajemen

personalia, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan,

dan hubungan masyarakat, dilaksanakan dengan baik akan diperoleh komponen pendidikan yang

berkualitas (Q). Komponen pendidikan yang berkualitas tersebut digambarkan dalam kolom

“Hasil” yaitu Q.

Bila kepala sekolah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan staf,

pengawasan dan evaluasi sekolah dengan baik, maka akan diperoleh manajemen sekolah yang

baik yang digambarkan dalam baris sekolah yaitu Q. Kolom Q dan baris Q akan bermuara pada

TQA (Total Quality Assurance), artinya manajemen jaminan mutu terjadi bila kepala sekolah

melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, sehingga menjadikan tumpuan bagi

keberhasilan manajemen semua komponen pendidikan. Dengan kata lain, keberhasilan wakil

kepala sekolah bidang kurikulum, bidang kesiswaan, kepala tata usaha sekolah, dan bidang

humas, akan sangat bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan.

Pelaksanaan manajemen jaminan mutu (TQA) di sekolah merupakan langkah awal menuju

pelaksanaan manajemen mutu terpadu (TQM), yang dalam konteks manajemen berbasis sekolah

disebut sebagai MPMBS (manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah).