Bab II Makalah

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diagnosis Penyakit Pulpa 2.1.1 Pulpitis Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik yang akut.Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa. 1. Etiologi Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan dentin, penyebab kedua adalah cedera. 2. Gejala Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun 3

description

PULPA

Transcript of Bab II Makalah

Page 1: Bab II Makalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis Penyakit Pulpa

2.1.1 Pulpitis

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan

gambaran klinik yang akut.Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh

terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika

radang sudah mengenai kavum pulpa.

1. Etiologi

Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan

dentin, penyebab kedua adalah cedera.

2. Gejala

Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena

oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun

sakit. Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga dan kadang sampai ke

punggung.

3. Pemeriksaan:

- Sondasi (+)

- Perkusi (-)

- Reaksi dingin, manis dan asam (+)

- Pembesaran kelenjar (-)

- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari

3

Page 2: Bab II Makalah

4

- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.

- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar

ke kepala dan telinga kadang ke punggung

4. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam

hal ini dapat dilakukan beberapa pengujian :

- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis

Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam

dan manis (+)

- Penguji Pulpa Elektrik

Pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri,

kadang belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri

- Perkusi Dengan Pangkal Sonde

Pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan

karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya

paktor sugesti yang mendasarinya.Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka

peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.

- Roentgen Gigi

Pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist

berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa.Pemeriksaan

radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah

peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.

Page 3: Bab II Makalah

5

a. Pulpitis Reversible

Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak

parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali dan

pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan

atau yang berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal atau atrisi oklusal,

sebagian prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur enamel

yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis reversible tidak

menimbulkan gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada, gejala biasanya timbul dari

suatu pola tertentu.

Aplikasi cairan atau udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri

tajam sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan

nyeri atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin

menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas

diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal

yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan.

Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal

akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya

dipertahankan tetap. Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada kedua

keadaan, sehat atau sakit, tampaknya.

Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan

hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat.Secara mikroskopis

terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah

Page 4: Bab II Makalah

6

dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten.Meskipun sel

inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.

Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala

sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar.Lebih sering diakibatkan oleh

rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan,

terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan

dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:

- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah

rangsangan dihilangkan

- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul

bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.

- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-

kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.

- Tes vitalitas: gigi masih vital

- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika

karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu

kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan.Perawatan

periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas

meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis

kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas

Page 5: Bab II Makalah

7

dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut.Bila dijumpai pulpitis

reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya sudah cukup, begitu gejala telah

reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis.

Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang tepat,

maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang perawatannya

adalah eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.

b. Pulpitis Ireversible

Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang

persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu

stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang

terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.

Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan

oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan.Rasa sakit

bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah

stimulus/jejas termal dihilangkan.

Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari

karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga

disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis.Pulpitis irreversibel bisa juga

terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan

perawatan dengan baik.

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu

paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan

Page 6: Bab II Makalah

8

temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas

atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang

menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut

jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa

penyebab yang jelas.Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk,

tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah.Rasa sakit bisa sebentar-

sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan

tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus

eksternal.Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di

dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.

Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat

pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak

seperti kulit.Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam

pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak

tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase

pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat

kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang

bocor.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:

- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta

menyebar

- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan

sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.

Page 7: Bab II Makalah

9

- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi

dan tekan kadang-kadang ada keluhan.

- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi

dinyatakan vital.

- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan

akut.Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang

terutama leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan terjadi radang

akut.Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan

leukosit mati serta membentuk eksudat atau nanah.Tampak pula sel-sel radang kronis

seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.

Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan

penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden

(meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol.Pada gigi

posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa koronal

atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa

radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.Pengambilan secara bedah

harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi.

Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi

endodontik dan restorasi yang tepat.

Page 8: Bab II Makalah

10

2.1.2 Nekrosis Pulpa

Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai

stimulus (panas atau dingin).Pulpa normal merespon terhadap panas atau dingin

dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik.Juga perkusi pada

gigi tidak menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak akan

merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami kalsifikasi karena

proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau penyebab lainnya, tes suhu tidak

akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal.

Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien yang pulpanya masih

berfungsi.Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena hasilnya tidak

tetap sehingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.

A. Pengertian Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari

inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat

trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis.

Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:

1. Tipe koagulasi

Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan

yang padat.

2. Tipe liquefaction

Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang

lunak atau cair.Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa

H2S, amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2.

Page 9: Bab II Makalah

11

Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan

bau busuk pada peristiwa kematian pulpa.Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut

masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut

gangren pulpa3.

B. Etiologi

Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada

umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan

atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran

darah ke pulpa.Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau

dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang

mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis2. Penyebab

nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat, ataupun

akrilik.Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi

seperti arsen dan paraformaldehid.Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam

beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun.Kondisi atrisi dan karies

yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa.Nekrosis pulpa lebih

sering terjadi pada kondisi fase kronis dibanding fase akut.

C. Patofisiologi

Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki

kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk

mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi

kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa

maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat

Page 10: Bab II Makalah

12

kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau

penyembuhan.Semakin luas kerusakan jaringan pulpayang meradang semakin berat

sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.Nekrosis pulpa

pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan pulpa.Ini

bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat

terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi

bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa.

Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan

bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang

pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai

hasil dari operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat

restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada

enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah

infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.

Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karenaproses trauma, operative

procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini

mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan

pulpa.

Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan

nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya

prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada

akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan

obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya

Page 11: Bab II Makalah

13

dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa.Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan

degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral

pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan

menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri

untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks.Semuaproses tersebut

dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

2.2 Macam-macam endodontic bedah

1. Apical curettage

Pengambilan kelainan periapikal dengan menggunakan alat kuret. Kuretase pada

kelainan periapikal harus benar-benar meninggalkan rongga tulang yang bersih,

sehingga tidak mengganggu dalam proses kesembuhan. Apabila kuretase ini tidak

bersih makakemungkinan untuk mengalami kekambuhan dari kelainan periapikal

tersebut ada.Kuretase dari apeks ini sangat penting untuk (Walton & torabinejad,

1998), yaitu:

a. Memperoleh akses dan pandangan yang baik ke daerah apeks 

b. Membuang jaringan yang terinflamasi

c. Memperoleh spisemen untuk pemeriksaan histologis.

d. Dapat memperkecil perdarahan

2. Apeks reseksi

Apeks reseksi merupakan suatu tindakan membuka daerah apikal dari gigi secara

bedah,kuretase, pemotongan apikal gigi sekaligus melakukan perwatan endodontik.

Page 12: Bab II Makalah

14

Dalam litertaur yang lain menyebutkan bahwa reseksi apeks merupakan suatu

tindakan yangterdiri dari membuat insisi pada jaringan lunak, mengambil sebagian

tulang alveol, danmemotong apikal gigi (Grossman, 1995).

Indikasi Tindakan Apeks Reseksi (Grossman, 1995):

1. Kondisi umum penderita baik 

2. Gigi yang terlibat kista tidak lebih dari sepertiga akar gigi

3. Gigi tidak goyang.

4. Hasil perbenihan negative tidak pernah tercapai selama perawatan akar

non- bedah

5. Perawatan saluran akar konvensional tidak berhasil

6. Kelainan dan kesulitan anatomis dari gigi yang mengalami kelainan

periapikal.

Kontraindikasi Tindakan Apeks Reseksi (Grossman, 1995):

a. Kondisi umum penderita yang jelek dan kurang menguntungkan.

b. Gigi dengan poket periodontal yang dalam dan gigi mengalami

kegoyangan lebih darinormal derajat kegoyangan lebih dari 2

c. Gigi tidak penting dan mahkota gigi lebih panjang dari akar gigi.

d. Gigi telah dirawat beberapa kali dengan tindakan apeks reseksi dan

menghasilkan penyembuhan yang gagal karena penyembuhan apeks

reseksi yang tidak sempurna.

Page 13: Bab II Makalah

15

e. Letak gigi yang akan dioperasi sangat sulit.

f. Kelainan periapikal yang hanya memerlukan perawatan saluran akar

konvensional.

g. Ketrampilan dan pengalaman yang terbatas dari operator

h. Keradangan local yang akut

3. Root resection/ apikeoktomi

Apikoektomi adalah suatu prosedur pemotongan akar gigi bagian apikal

yang terinfeksi dan penguretan jaringan nekrosis dan jaringan yang meradang pada

daerah periapikal gigi (Archer,1975). Apikoektomi pertama kali dilakukan oleh

Farrar dan Brophy sebelum tahun 1880 dan sejak itu terus dilakukan penyempurnaan

teknik pembedahan hingga saat ini. Masa lalu apikoektomi merupakan perawatan

untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada perawatan

endodontik,sehingga sering teknik ini dilakukan berulang-ulang pada gigi yang

sama sehingga menyebabkan hanya sedikit akar yang tersisa atau bahkan tidak ada

akar lagi yang tertinggal. Apikoektomi yang berulang-ulang tidak dapat

menghilangkan sumber dari kegagalan perawatan endodontik dan akibatnya

prosedur ini seringkali mengalami kegagalan meskipun prosedur pembedahan

telah dilakukan dengan sebaik mungkin. Prosedur ini baru akan berhasil dengan

baik bila saluran akar gigi diisi dengan baik dan benar.

Indikasi apikoektomi menurut Grossman (Archer,1975, Dym,2001) adalah :

a. Kerusakan yang luas jaringan periapikal, tulang atau membran periodontal

yangmengenai sepertiga atau lebih apeks akar gigi.

b. Pada apeks agar gigi terdapat kista.

Page 14: Bab II Makalah

16

c. Instrumen saluran akar patah pada sepertiga akar atau saluran tersumbat oleh

batu pulpa dan lain-lain.

d. Perforasi pada sepertiga saluran akar.

e. Pada gigi yang muda dimana apeks belum tertutup sempurna dan pengisian

saluran akar sukar mendapatkan hasil yang baik karena saluran akar berbentuk

terompet.

f. Bahan pengisi saluran akar patah dan masuk ke jaringan periapikal dan

merupakan suatu iritan.

g. Saluran akar telah dirawat dan diisi dengan baik tetapi masih terdapat

periodontitis apikalis.

h. Saluran akar yang sangat melengkung dengan daerah rerefraksi.

i. Resorbsi internal dan eksternal pada akar gigi.

j. Overfilling pada pengisian saluran akar.

k. Fraktur sepertiga apikal dengan kematian pulpa.

l. Tidak dapat didapatkan perbenihan negative pada perawatan endodontik.

m. Adanya kelainan pada daerah periapikal gigi yang telah memakai mahkota

dowel, mahkota dan jembatan, dll.

Kontraindikasi menurut Grossman : (Archer, 1975)

a. Bila pemotongan ujung akar dan kuretase mengakibatkan dukungan tulang

alveolar menjadi sangat berkurang.

b. Gigi dengan saku periodontal yang dalam dan kegoyangan gigi yang berat.

c. Terdapat periodontal abses.

Page 15: Bab II Makalah

17

d. Pada daerah yang sukar dicapai karena pandangan kurang luas.

e. Traumatik oklusi tidak dapat diperbaiki.

f. Telah berulang kali dilakukan apikoektomi.

g. Terdapat penyakit-penyakit umum yang juga merupakan kontraindikasi untuk

dilakukan pembedahan.

4. Hemiseksi

Hemiseksi adalah pembuangan sebuah akar dan separuh mahkota gigi yang

berakar dua (tarigan, 2006).

Jika suatu lesi karies telah meluas sampai ke daerah bifurkasi, gigi tersebut

dapat dipisahkan menjadi dua segmen dengan cara separasi gigi (Tarigan, 2006).

Hemiseksi hanya dapat dilakukan jika telah diindikasikan untuk pembuatan

pilar suatu mahkota jembatan. Amputasi akar pada umumnya dilakukan pada molar

atas yang berakar tiga, tetapi kadang-kadang juga dilakukan pada molar bawah.

Dalam hal ini, akar yang kena penyakit dipisahkan dari bagian akar koronal dengan

cara pemotongan (Tarigan, 2006).

Pada semua tindakan di atas, pulpa harus dirawat secara endodontic terlebih

dahulu (Tarigan, 2006).

Indikasi (Tarigan, 2006):

Perawatan hemiseksi dianjurkan jika proses patologis tidak dapat diatasi

dengan prosedur perawatan yang lain, dan jika bagian gigi yang normal harus

dipertahankan atas pertimbangan rekonstruksi.

Page 16: Bab II Makalah

18

Kontraindikasi (Tarigan, 2006):

a. Keadaan antomis yang tidak menguntungkan.

b. Adanya penyakit yang telah lanjut pada periodontal dengan resorpsi tulang di

sekeliling akar.

c. Penanganan endodontic tidak dapat dilaksanakan jika saluran akar menurut criteria

periodontal masih layak dipertahankan, tetapi dari sudut enddonti tidak dapat

dioperasi sehingga gigi itu harus diekstraksi.

d. Walaupun ada indikasi untuk hemiseksi, tetapi jika ternyata rekonstruksi

5. Endodontik Implant

Suatu implant endodontic adalah suatu perpanjangan akar dari metal atau logam,

dengan tujuan menaikkan perbandingan akar terhadap mahkota untuk memberi gigi

stabilitas lebih baik pada lengkung (Grossman, 1995).

Implant endodontic berguna untuk perawatan berikut (Grossman, 1995):

a. Gigi dengan kerusakan periodonsium yang memerlukan stabilisasi

b. Fraktur melintang pada akar yang melibatkan lepasnya fragmen apical atau adanya

2 fragmen yang tidak dapat dicocokkan

c. Resorpsi patologik apeks akar yang menyertai abses kronis

d. Gigi tanpa pulpa dengan akar yang biasa pendek

e. Resorbsi internal yang mempengaruhi integritas dan kekuatan akar

f. Gigi yang memerlukan akar tambahan untuk memperbaiki dukungan alveolarnya.

6. Pulp Capping

Tujuan pulp capping adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa dengan

menempatkan selapis material proteksi / terapeutik yang sesuai, baik secara langsung

Page 17: Bab II Makalah

19

pada pulpa yang terbuka berdiameter kurang lebih 1 mm atau di atas lapisan dentin

yang tipis dan lunak. Bahan yang dipakai Ca(OH)2 yang mempunyai khasiat

merangsang odontoblas membentuk dentin reparatif. Pemberian Ca(OH)2 langsung

mengenai pulpa pada gigi sulung dapat merangsang odontoblas yang berlebihan

sehingga menyebabkan resorpsi interna.

Teknik pulp capping ini ada dua cara :

1. Pulp Capping Indirek

2. Pulp Capping Direk

1. Pulp Capping Indirek.

Definisi :

Pemberian bahan terapitik pada dentin yang terinfeksi di atas pulpa pada

kavitas yang dalam, dimana pulpa belum terbuka

Indikasi :

1) Karies yang dalam, dimana lapisan dentin di atas pulpa sudah sedemikian

tipis

2) Tanpa adanya gejala inflamasi.

Kontra Indikasi :

1) Adanya rasa sakit spontan.

2) Adanya tanda – tanda kondisi patologi klinis maupun radiografis.

a. Riwayat sakit pulpa.

· Rasa sakit spontan dan berdenyut.

· Rasa sakit karena rangsangan.

Page 18: Bab II Makalah

20

b. Gambaran patologis pulpa.

· Resorpsi interna.

· Kalsifikasi pada pulpa.

· Radiolusen di daerah furkasi atau periapikal.

· Penebalan periodontal membrane di daerah apikal.

· Resorpsi akar pada gigi sulung mencapai 2/3 akar atau lebih.

c. Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan pulpa.

· Kegoyangan gigi.

· Perdarahan gingiva.

Teknik pulp capping indirek :

1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.

2) Isolasi daerah kerja.

3) Gunakan bur fisur untuk membuka daerah karies.

4) Gunakan bur kecepatan rendah (carbide bor) untuk mengangkat dentin

karies,kemudian irigasi dengan aquadest steril.

5) Keringkan kavitas setelah dibersihkan.

6) Tempatkan basis kalsium hidroksida Ca(OH)2 di atas selapis tipis dentin

yangtinggal (tersisa 1 mm) kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai

basistumpatan

7) Lakukan restorasi amalgam / mahkota stainless steel

Page 19: Bab II Makalah

21

2. Pulp Capping Direk.

Definisi :

Pemberian bahan terapitik / medikamen pada daerah pulpa yang terbuka untuk

merangsang terbentuknya barrier atau dentin reparatif yaitu dentin barrier atau

calcific barrier.

Indikasi :

1) Pulpa vital terbuka kecil (pin point) seujung jarum karena kesalahan waktu

preparasi kavitas atau ekskavasi jaringan dentin lunak.

2) Terbukanya pulpa kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm.

3) Untuk gigi tetap muda pembentukan akar dan apeks belum sempurna

Kontra indikasi :

Kontra indikasi pada pulp capping direk sama dengan kontra indikasi pulp

capping indirek.

Teknik pulp capping direk :

1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.

2) Isolasi daerah kerja.

3) Perdarahan yang terjadi akibat perforasi dihentikan.

4) Irigasi kavitas dengan aquadest untuk mengeluarkan kotoran dari dalam

kavitas, kemudian dikeringkan kavitas tersebut.

5) Letakkan bahan kalsium hidroksid pada daerah pulpa yang terbuka dan

biarkan sampai kering.

6) Kemudian beri semen fosfat dan tambalan sementara.

Page 20: Bab II Makalah

22

7) Setelah 6 minggu, bila reaksi pulpa terhadap panas dan dingin normal

dapatdilakukan restorasi tetap.

Evaluasi :

Pemeriksaan ulang perawatan dilakukan minimal 4 – 6 minggu.

Perawatan berhasil :

· Tidak ada keluhan subyektif.

· Gejala klinis baik.

· Pada gambaran radiografik terbentuk dentin barrier pada bagian pulpa yang

terbuka.

· Tidak ada kelainan pulpa dan periapikal