Bab II Makalah
description
Transcript of Bab II Makalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis Penyakit Pulpa
2.1.1 Pulpitis
Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan
gambaran klinik yang akut.Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh
terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika
radang sudah mengenai kavum pulpa.
1. Etiologi
Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan
dentin, penyebab kedua adalah cedera.
2. Gejala
Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena
oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun
sakit. Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga dan kadang sampai ke
punggung.
3. Pemeriksaan:
- Sondasi (+)
- Perkusi (-)
- Reaksi dingin, manis dan asam (+)
- Pembesaran kelenjar (-)
- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari
3
4
- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.
- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar
ke kepala dan telinga kadang ke punggung
4. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam
hal ini dapat dilakukan beberapa pengujian :
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam
dan manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
Pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri,
kadang belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
Pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan
karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya
paktor sugesti yang mendasarinya.Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka
peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
Pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist
berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa.Pemeriksaan
radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah
peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
5
a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak
parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali dan
pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan
atau yang berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal atau atrisi oklusal,
sebagian prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur enamel
yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis reversible tidak
menimbulkan gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada, gejala biasanya timbul dari
suatu pola tertentu.
Aplikasi cairan atau udara dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri
tajam sementara. Jika stimuli dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan
nyeri atau ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin
menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas
diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon awal
yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan.
Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal
akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya
dipertahankan tetap. Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada kedua
keadaan, sehat atau sakit, tampaknya.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat.Secara mikroskopis
terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah
6
dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten.Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar.Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan makanan,
terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila rangsangan
dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-
kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu
kemudian tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.
Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan.Perawatan
periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas
meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis
kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas
7
dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih lanjut.Bila dijumpai pulpitis
reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya sudah cukup, begitu gejala telah
reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis.
Apabila rasa sakit tetap ada walaupun telah dilakukan perawatan yang tepat,
maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang perawatannya
adalah eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.
b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang
terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan
oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan.Rasa sakit
bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari
karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga
disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis.Pulpitis irreversibel bisa juga
terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan
perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan
8
temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas
atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut
jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa
penyebab yang jelas.Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk,
tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah.Rasa sakit bisa sebentar-
sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan
tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal.Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di
dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak
seperti kulit.Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam
pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak
tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau draenase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat
kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang
bocor.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta
menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan
sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
9
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi
dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi
dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi
Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan
akut.Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel radang
terutama leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan terjadi radang
akut.Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada daerah nekrosis dan
leukosit mati serta membentuk eksudat atau nanah.Tampak pula sel-sel radang kronis
seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan
penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden
(meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol.Pada gigi
posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa koronal
atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa
radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.Pengambilan secara bedah
harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi.
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi
endodontik dan restorasi yang tepat.
10
2.1.2 Nekrosis Pulpa
Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai
stimulus (panas atau dingin).Pulpa normal merespon terhadap panas atau dingin
dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik.Juga perkusi pada
gigi tidak menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa tidak akan
merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami kalsifikasi karena
proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau penyebab lainnya, tes suhu tidak
akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap sehat dan berfungsi normal.
Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien yang pulpanya masih
berfungsi.Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes ini karena hasilnya tidak
tetap sehingga tidak diperlukan untuk melihat status kesehatan.
A. Pengertian Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari
inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis.
Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan
yang padat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang
lunak atau cair.Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa
H2S, amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2.
11
Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan
bau busuk pada peristiwa kematian pulpa.Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut
masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut
gangren pulpa3.
B. Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada
umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan
atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran
darah ke pulpa.Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau
dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang
mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis2. Penyebab
nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat, ataupun
akrilik.Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi
seperti arsen dan paraformaldehid.Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam
beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun.Kondisi atrisi dan karies
yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa.Nekrosis pulpa lebih
sering terjadi pada kondisi fase kronis dibanding fase akut.
C. Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk
mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan.Akan tetapi apabila terjadi inflamasi
kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa
maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat
12
kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
penyembuhan.Semakin luas kerusakan jaringan pulpayang meradang semakin berat
sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.Nekrosis pulpa
pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan pulpa.Ini
bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat
terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi
bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa.
Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan
bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang
pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai
hasil dari operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat
restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada
enamel, fraktur dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah
infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karenaproses trauma, operative
procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini
mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan
pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan
nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada dasarnya
prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan
obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
13
dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa.Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan
degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral
pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan
menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri
untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks.Semuaproses tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
2.2 Macam-macam endodontic bedah
1. Apical curettage
Pengambilan kelainan periapikal dengan menggunakan alat kuret. Kuretase pada
kelainan periapikal harus benar-benar meninggalkan rongga tulang yang bersih,
sehingga tidak mengganggu dalam proses kesembuhan. Apabila kuretase ini tidak
bersih makakemungkinan untuk mengalami kekambuhan dari kelainan periapikal
tersebut ada.Kuretase dari apeks ini sangat penting untuk (Walton & torabinejad,
1998), yaitu:
a. Memperoleh akses dan pandangan yang baik ke daerah apeks
b. Membuang jaringan yang terinflamasi
c. Memperoleh spisemen untuk pemeriksaan histologis.
d. Dapat memperkecil perdarahan
2. Apeks reseksi
Apeks reseksi merupakan suatu tindakan membuka daerah apikal dari gigi secara
bedah,kuretase, pemotongan apikal gigi sekaligus melakukan perwatan endodontik.
14
Dalam litertaur yang lain menyebutkan bahwa reseksi apeks merupakan suatu
tindakan yangterdiri dari membuat insisi pada jaringan lunak, mengambil sebagian
tulang alveol, danmemotong apikal gigi (Grossman, 1995).
Indikasi Tindakan Apeks Reseksi (Grossman, 1995):
1. Kondisi umum penderita baik
2. Gigi yang terlibat kista tidak lebih dari sepertiga akar gigi
3. Gigi tidak goyang.
4. Hasil perbenihan negative tidak pernah tercapai selama perawatan akar
non- bedah
5. Perawatan saluran akar konvensional tidak berhasil
6. Kelainan dan kesulitan anatomis dari gigi yang mengalami kelainan
periapikal.
Kontraindikasi Tindakan Apeks Reseksi (Grossman, 1995):
a. Kondisi umum penderita yang jelek dan kurang menguntungkan.
b. Gigi dengan poket periodontal yang dalam dan gigi mengalami
kegoyangan lebih darinormal derajat kegoyangan lebih dari 2
c. Gigi tidak penting dan mahkota gigi lebih panjang dari akar gigi.
d. Gigi telah dirawat beberapa kali dengan tindakan apeks reseksi dan
menghasilkan penyembuhan yang gagal karena penyembuhan apeks
reseksi yang tidak sempurna.
15
e. Letak gigi yang akan dioperasi sangat sulit.
f. Kelainan periapikal yang hanya memerlukan perawatan saluran akar
konvensional.
g. Ketrampilan dan pengalaman yang terbatas dari operator
h. Keradangan local yang akut
3. Root resection/ apikeoktomi
Apikoektomi adalah suatu prosedur pemotongan akar gigi bagian apikal
yang terinfeksi dan penguretan jaringan nekrosis dan jaringan yang meradang pada
daerah periapikal gigi (Archer,1975). Apikoektomi pertama kali dilakukan oleh
Farrar dan Brophy sebelum tahun 1880 dan sejak itu terus dilakukan penyempurnaan
teknik pembedahan hingga saat ini. Masa lalu apikoektomi merupakan perawatan
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada perawatan
endodontik,sehingga sering teknik ini dilakukan berulang-ulang pada gigi yang
sama sehingga menyebabkan hanya sedikit akar yang tersisa atau bahkan tidak ada
akar lagi yang tertinggal. Apikoektomi yang berulang-ulang tidak dapat
menghilangkan sumber dari kegagalan perawatan endodontik dan akibatnya
prosedur ini seringkali mengalami kegagalan meskipun prosedur pembedahan
telah dilakukan dengan sebaik mungkin. Prosedur ini baru akan berhasil dengan
baik bila saluran akar gigi diisi dengan baik dan benar.
Indikasi apikoektomi menurut Grossman (Archer,1975, Dym,2001) adalah :
a. Kerusakan yang luas jaringan periapikal, tulang atau membran periodontal
yangmengenai sepertiga atau lebih apeks akar gigi.
b. Pada apeks agar gigi terdapat kista.
16
c. Instrumen saluran akar patah pada sepertiga akar atau saluran tersumbat oleh
batu pulpa dan lain-lain.
d. Perforasi pada sepertiga saluran akar.
e. Pada gigi yang muda dimana apeks belum tertutup sempurna dan pengisian
saluran akar sukar mendapatkan hasil yang baik karena saluran akar berbentuk
terompet.
f. Bahan pengisi saluran akar patah dan masuk ke jaringan periapikal dan
merupakan suatu iritan.
g. Saluran akar telah dirawat dan diisi dengan baik tetapi masih terdapat
periodontitis apikalis.
h. Saluran akar yang sangat melengkung dengan daerah rerefraksi.
i. Resorbsi internal dan eksternal pada akar gigi.
j. Overfilling pada pengisian saluran akar.
k. Fraktur sepertiga apikal dengan kematian pulpa.
l. Tidak dapat didapatkan perbenihan negative pada perawatan endodontik.
m. Adanya kelainan pada daerah periapikal gigi yang telah memakai mahkota
dowel, mahkota dan jembatan, dll.
Kontraindikasi menurut Grossman : (Archer, 1975)
a. Bila pemotongan ujung akar dan kuretase mengakibatkan dukungan tulang
alveolar menjadi sangat berkurang.
b. Gigi dengan saku periodontal yang dalam dan kegoyangan gigi yang berat.
c. Terdapat periodontal abses.
17
d. Pada daerah yang sukar dicapai karena pandangan kurang luas.
e. Traumatik oklusi tidak dapat diperbaiki.
f. Telah berulang kali dilakukan apikoektomi.
g. Terdapat penyakit-penyakit umum yang juga merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan pembedahan.
4. Hemiseksi
Hemiseksi adalah pembuangan sebuah akar dan separuh mahkota gigi yang
berakar dua (tarigan, 2006).
Jika suatu lesi karies telah meluas sampai ke daerah bifurkasi, gigi tersebut
dapat dipisahkan menjadi dua segmen dengan cara separasi gigi (Tarigan, 2006).
Hemiseksi hanya dapat dilakukan jika telah diindikasikan untuk pembuatan
pilar suatu mahkota jembatan. Amputasi akar pada umumnya dilakukan pada molar
atas yang berakar tiga, tetapi kadang-kadang juga dilakukan pada molar bawah.
Dalam hal ini, akar yang kena penyakit dipisahkan dari bagian akar koronal dengan
cara pemotongan (Tarigan, 2006).
Pada semua tindakan di atas, pulpa harus dirawat secara endodontic terlebih
dahulu (Tarigan, 2006).
Indikasi (Tarigan, 2006):
Perawatan hemiseksi dianjurkan jika proses patologis tidak dapat diatasi
dengan prosedur perawatan yang lain, dan jika bagian gigi yang normal harus
dipertahankan atas pertimbangan rekonstruksi.
18
Kontraindikasi (Tarigan, 2006):
a. Keadaan antomis yang tidak menguntungkan.
b. Adanya penyakit yang telah lanjut pada periodontal dengan resorpsi tulang di
sekeliling akar.
c. Penanganan endodontic tidak dapat dilaksanakan jika saluran akar menurut criteria
periodontal masih layak dipertahankan, tetapi dari sudut enddonti tidak dapat
dioperasi sehingga gigi itu harus diekstraksi.
d. Walaupun ada indikasi untuk hemiseksi, tetapi jika ternyata rekonstruksi
5. Endodontik Implant
Suatu implant endodontic adalah suatu perpanjangan akar dari metal atau logam,
dengan tujuan menaikkan perbandingan akar terhadap mahkota untuk memberi gigi
stabilitas lebih baik pada lengkung (Grossman, 1995).
Implant endodontic berguna untuk perawatan berikut (Grossman, 1995):
a. Gigi dengan kerusakan periodonsium yang memerlukan stabilisasi
b. Fraktur melintang pada akar yang melibatkan lepasnya fragmen apical atau adanya
2 fragmen yang tidak dapat dicocokkan
c. Resorpsi patologik apeks akar yang menyertai abses kronis
d. Gigi tanpa pulpa dengan akar yang biasa pendek
e. Resorbsi internal yang mempengaruhi integritas dan kekuatan akar
f. Gigi yang memerlukan akar tambahan untuk memperbaiki dukungan alveolarnya.
6. Pulp Capping
Tujuan pulp capping adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa dengan
menempatkan selapis material proteksi / terapeutik yang sesuai, baik secara langsung
19
pada pulpa yang terbuka berdiameter kurang lebih 1 mm atau di atas lapisan dentin
yang tipis dan lunak. Bahan yang dipakai Ca(OH)2 yang mempunyai khasiat
merangsang odontoblas membentuk dentin reparatif. Pemberian Ca(OH)2 langsung
mengenai pulpa pada gigi sulung dapat merangsang odontoblas yang berlebihan
sehingga menyebabkan resorpsi interna.
Teknik pulp capping ini ada dua cara :
1. Pulp Capping Indirek
2. Pulp Capping Direk
1. Pulp Capping Indirek.
Definisi :
Pemberian bahan terapitik pada dentin yang terinfeksi di atas pulpa pada
kavitas yang dalam, dimana pulpa belum terbuka
Indikasi :
1) Karies yang dalam, dimana lapisan dentin di atas pulpa sudah sedemikian
tipis
2) Tanpa adanya gejala inflamasi.
Kontra Indikasi :
1) Adanya rasa sakit spontan.
2) Adanya tanda – tanda kondisi patologi klinis maupun radiografis.
a. Riwayat sakit pulpa.
· Rasa sakit spontan dan berdenyut.
· Rasa sakit karena rangsangan.
20
b. Gambaran patologis pulpa.
· Resorpsi interna.
· Kalsifikasi pada pulpa.
· Radiolusen di daerah furkasi atau periapikal.
· Penebalan periodontal membrane di daerah apikal.
· Resorpsi akar pada gigi sulung mencapai 2/3 akar atau lebih.
c. Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan pulpa.
· Kegoyangan gigi.
· Perdarahan gingiva.
Teknik pulp capping indirek :
1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
2) Isolasi daerah kerja.
3) Gunakan bur fisur untuk membuka daerah karies.
4) Gunakan bur kecepatan rendah (carbide bor) untuk mengangkat dentin
karies,kemudian irigasi dengan aquadest steril.
5) Keringkan kavitas setelah dibersihkan.
6) Tempatkan basis kalsium hidroksida Ca(OH)2 di atas selapis tipis dentin
yangtinggal (tersisa 1 mm) kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai
basistumpatan
7) Lakukan restorasi amalgam / mahkota stainless steel
21
2. Pulp Capping Direk.
Definisi :
Pemberian bahan terapitik / medikamen pada daerah pulpa yang terbuka untuk
merangsang terbentuknya barrier atau dentin reparatif yaitu dentin barrier atau
calcific barrier.
Indikasi :
1) Pulpa vital terbuka kecil (pin point) seujung jarum karena kesalahan waktu
preparasi kavitas atau ekskavasi jaringan dentin lunak.
2) Terbukanya pulpa kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm.
3) Untuk gigi tetap muda pembentukan akar dan apeks belum sempurna
Kontra indikasi :
Kontra indikasi pada pulp capping direk sama dengan kontra indikasi pulp
capping indirek.
Teknik pulp capping direk :
1) Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
2) Isolasi daerah kerja.
3) Perdarahan yang terjadi akibat perforasi dihentikan.
4) Irigasi kavitas dengan aquadest untuk mengeluarkan kotoran dari dalam
kavitas, kemudian dikeringkan kavitas tersebut.
5) Letakkan bahan kalsium hidroksid pada daerah pulpa yang terbuka dan
biarkan sampai kering.
6) Kemudian beri semen fosfat dan tambalan sementara.
22
7) Setelah 6 minggu, bila reaksi pulpa terhadap panas dan dingin normal
dapatdilakukan restorasi tetap.
Evaluasi :
Pemeriksaan ulang perawatan dilakukan minimal 4 – 6 minggu.
Perawatan berhasil :
· Tidak ada keluhan subyektif.
· Gejala klinis baik.
· Pada gambaran radiografik terbentuk dentin barrier pada bagian pulpa yang
terbuka.
· Tidak ada kelainan pulpa dan periapikal