BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

34
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggadaan mikroorganisme (agen) di dalam tubuh pejamu (Linda T, 2004). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh invasi patogen atau mikroorganisme yang berkembang biak dan bertahan hidup dengan cara menyebar dari satu orang ke orang lain sehingga menimbulkan sakit pada seseorang. Sedangkan penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila suatu organisme menginvasi, bertumbuh dan/ atau berkembang biak dan menimbulkan kerusakan jaringan dan/atau fungsi di dalam tubuh penjamu (Potter & Perry, 2005). 2.2. Rantai Infeksi Adanya organisme pathogen belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi. Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antara berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entri dan host/pejamu yang rentan. 4 Agen Infeksius

Transcript of BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

Page 1: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian

Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu

menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggadaan

mikroorganisme (agen) di dalam tubuh pejamu (Linda T, 2004). Berdasarkan uraian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh invasi

patogen atau mikroorganisme yang berkembang biak dan bertahan hidup dengan cara

menyebar dari satu orang ke orang lain sehingga menimbulkan sakit pada seseorang.

Sedangkan penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila suatu organisme menginvasi,

bertumbuh dan/ atau berkembang biak dan menimbulkan kerusakan jaringan dan/atau fungsi

di dalam tubuh penjamu (Potter & Perry, 2005).

2.2. Rantai Infeksi

Adanya organisme pathogen belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi. Proses terjadinya

infeksi seperti rantai yang saling terkait antara berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu

agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entri dan host/pejamu yang

rentan.

(Potter & Perry, 2005)

4

Agen Infeksius

ReservoirHost/Pejamu

Portal ExitPortal Entry

Cara Penularan

Page 2: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

5

a. Reservoir

Merupakan tempat dimana mikroorganisme pathogen mampu bertahan hidup tetapi dapat

atau tidak dapat berkembang biak. Contohnya Psuedomonas bertahan hidup dan

berkembang biak dalam reservoir nebilizer yang digunakan dalam perawatan klien

dengan gangguan pernafasan. Tetapi reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia.

Untuk berkembang biak dengan cepat, organism memerlukan lingkungan yang sesuai

dengan cepat, organism memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan,

oksigen, air, suhu yang tepat, PH dan cahaya.

b. Portal Exit

Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar untuk

masuk kedalam host dan menyebabkan infeksi. Pada manusia, kuman dapat keluar

melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane

mukosa yang rusak serta darah.

c. Cara Penularan

Kuman dapat berpindah melalui kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal,

kulit atau darahnya, kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka,

peralatan yang terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk

atau lalat.

d. Portal Entry

Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat

masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang

menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk ke dalam tubuh

e. Host/pejamu

Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan individu terhadap pathogen.

Beberapa faktor yang memepengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia,

keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan

penyakit penyerta.

2.3. Etilogi

Agen Penyebab Infeksi

Page 3: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

6

a. Virus terutama RNA/DNA dengan lapisan protein, subseluler, terkecil, replikasi hanya

pada sel host, tidak sensitif pada antibiotik, 400 infeksi. Hanya apat bereplikasi pada sel

yang hidup. Jenis Virus : Sikolitik dan genetik, Sifat virus : bukan suatu kehidupan, virus

akan mati bila diluar tubuh, dan akan mematikan sel tubuh bila berada di dalam tubuh.

b. Mikoplasma

Bakteri yang tidak biasa yang dapat membelah diri tidak mempunyai dinding sel, resisten

terhadap antibiotik, bergantung kuat terhadap host.

c. Bakteri

Mikroba sel tunggal, mempunyai dinding sel, berkembang sendiri tanpa host,

diklasifikasikan berdasarkan: spheres cocci (bulat), bentuk basil, bentuk spiral, atau

spirochetes, gram posotif dan gram negatif, motilitas, capsulasi. Menurut Sifatnya ada

yang aerob dan ada yang an aerob.

Jenis Bakteri :

Intrasel (Endotoxin) : lembut, cara kerja seperti virus, cara kerja dilepaskan

saat merusak sel.

Ekstrasel (Exotoxin): hanya merusak protein.

d. Rickettsiae

Patogen binatang, menginfeksi manusia melalui gigitan serangga, gram (-), organisme

intrasel, mengancam kehidupan seperti clamydia, lebih kecil, rentan terhadap antibiotik.

e. Protozoa

Sel tunggal, sel tidak berdiferensiasi, tidak punya dinding sel, membran.

f. Jamur

Uniseluler, berkoloni, mempunyai filamen (hifa), menempel sgt kuat di dinding sel,

nukleus, sel kecil.

g. Prions

Proteinaceous infectious particles, tidak punya asam nukleat, long latency, merupakan

mikroorganisme yang baru ditemukan. Penyakit ini terdapat pada hewan yang bisa

menular ke manusia seperti penyakit sapi gila.

h. Parasit

Menumpang pada hostnya dan merugikan hostnya

Page 4: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

7

Co : cacing, kutu

Organ Tempat Pelekatan Bakteri :

1. Membran Mukosa

a. Saluran pernafasan (paling sering)

b. Saluran pencernaan: bakteri masuk melalui air, makanan, jari kotor dsb. Bakteri tahan

terhadap asam lambung, enzim dan empedu

c. Saluran kencing: penularan penyakit seksuak

d. Konjungtiva: membran yg melapisi bola mata

2. Kulit

Bakteri tidak bisa terpenetrasi pada sel kulit yg sehat. Beberapa mikroba dapat

menyerang melalui folikel rambut & kelenjar keringat. Beberapa fungi dapat tumbuh

pada kulit karena mampu memproduksi enzim keratinase.

3. Organ dalam

Mikroba dapat langsung beradhesi pada organ di bawah kulit atau membran mukosa

melalui rute parenteral. Contoh : injeksi, gigitan, luka, sayatan, bedah dsb.

Beberapa mikroba hanya dpt menimbulkan penyakit apabila masuk via rute parenteral.

Contoh : Streptococcus pneumoniae menyebabkan pneumonia bila terhirup, tetapi jika

tertelan tidak menimbulkan penyakit.

2.4. Tanda dan Gejala

Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan

agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali

dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM-

45 M) memberi istilah latin yaitu rubor, calor, dolor, tumor. Sementara Galen menambahkan

dengan Functio laesa.

a. Rubor (merah)

Daerah tubuh yang mengalami radang akan nampak lebih merah. Hal inilah yang paling

mudah terlihat dan akhirnya masyarakat menjadikan sebagai trade mark radang. Misalnya

lapisan permukaan tenggorokan menjadi lebih merah pekat, orang-orang spontan

menyebut radang. Sampai akhirnya ketika orang menyebut radang maka langsung

diasosiasikan sebagai penyakit/ gangguan tenggorokan. Padahal radang tidak hanya di

Page 5: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

8

tenggorokan, seluruh bagian tubuh manusia punya “hak” sama untuk “menikmati”

radang.

b. Calor (panas).

Radang umumnya disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh diklasifikasi atas

hipotermia (< 36°C), normotermi (36-37°C), subfebris (37,8°C) dan febris (>38°C). Dua

yang terakhir disebut juga sebagai demam. Kenaikan suhu tubuh yang menyertai radang

dapat berupa demam subfebris atau demam febris. Kenaikan panas tubuh disebabkan oleh

meningkatnya aktifitas sel-sel imun (pertahanan) tubuh. Namun oleh sebagian orang

tidak merasakan kenaikan suhu tubuh ini secara signifikan padahal ketika dilakukan

pengukuran dengan termometer ternyata demam subfebris, oleh sebab itu pengukuran

suhu tubuh selalu dianjurkan menggunakan termometer dan bukan dengan meletakkan

telapak tangan di dahi atau di leher.

c. Dolor (nyeri)

Tanda radang ini lebih bersifat subyektif sebab tidak dapat di nilai langsung oleh orang

lain kecuali si pemilik tubuh yang menyatakan bahwa timbul rasa sakit. Rasa sakit

muncul akibat pelepasan suatu zat yang dikenal dengan nama prostaglandin.

d. Tumor (pembesaran abnormal dari bagian tubuh)

Segala benjolan yang muncul baik di permukaan luar tubuh maupun sepanjang rongga

tubuh disebut sebagai tumor. Benjolan ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi oleh

reaksi tubuh benjolan ini muncul menyertai tanda-tanda terdahulu. Benjolan dapat

berukuran besar maupun kecil dengan batas yang bisa tegas atau tidak. Contoh yang

sering ditemukan adalah bisul, jerawat, kutil ataupun bengkak.

e. Functio laesa (gangguan fungsi)

Pada keadaan radang maka organ tubuh yang terkena akan mengalami gangguan fungsi.

Misalnya sendi yang kaku pada rematik atau gangguan penyerapan cairan dalam usus

pada keadaan diare. Bagaimana dengan infeksi. Infeksi merupakan adalah keadaan

jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun

parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun

di permukaan rongga dalam tubuh.

Page 6: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

9

Tanda dan Gejala Infeksi oleh Mikroba pada Saluran Nafas antara lain:

a. Batuk

b. Kesulitan bernafas

c. Sakit tenggorokan

d. Pilek

e. Demam

f. Sakit kepala

2.5. Patofisiologi

Bagaimana agen infeksi dapat menyebabkan penyakit :

1. Agen memasuki sel inang dan membunuh sel secara langsung

2. Adhesi (menmpel pada permukaan inang) - Kolonisasi

3. Berinvasi : Merilis (mengeluarkan) racun dan membunuh sel inang

4. Merilis enzim yang menghancurkan jaringan dan pembuluh darah

5. Menginduksi respon inflamasi host yang secara langsung berkontribusi pada jaringan

pengrusakan

Page 7: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

10

2.6. Mikrobiologi

Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada salauran

pernafasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular berbagai cara seperti melalui udara, droplet, air,

dan lain-lain. Bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan diantaranya adalah

Stapylococcus, Mycobacterium tuberculosis, Sterptococcus Pneumoni, Haemophilus

Influenza, Corynebacterium diphtheria, Mycoplasma Pneumoni, Klibsiela Pneumoni,

Bordetella pertusis dan Legionella Pneumophilia.

MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

a. Stapylococcus Aureus

Morfologi : Bentuk bulat,gram +, susunan bergerombol, Koloni bulat, menonjol, Warna

abu – abu, kuning emas putih, Tidak bergerak, tidak membentuk spora, menyebabkan

Pneumonia & abses

b. Streptococcus pneumonia

Morfologi : Bentuk bulat,diplococcus, gram +. Rantai Koloni discoid, bulat, Struktur

protein, menyebakan Pneumonia

c. Streptococcus pyogenus

Bakteri yang melekat pada epitel pharing, pembesarann kelenjar limfa, menyebabkan

Nasofaringitis, tonsillitis, Abses peritonsil

d. Mycobacterium tuberculosis

Morfologi : Bentuk batang, gram +, susunan berkelompok, Koloni pd media, cara

penularan droplet, menyebabkan TBC

e. Haemophilus influenza

Morfologi : Kokobasil, rantai pendek, Golongan bakteri gram negative, menyebabkan

Bronchitis, otitis media, sinusitis

f. Bordetella pertusis

Morfologi : Gram negatif, kokobasil, bergranula, penghasil toksin pertusis, Bakteri ini

melekat & berkembang biak pada permukaan epitel trachea & bronchus, menyebabkan

pneumonia

g. Aspergilus

Page 8: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

11

Morfologi : Jamur berbentuk filament, bercabang, dikotom, warna abu- abu pada koloni

granula invasive, menyebabkan Pneumonia nekrotik, allergi yang di sertai asma

h. Virus influenza

Morfologi : Virus bulat, beberapa strain berfilamen

Pathogenesis : Transmisi virus lewat partikel udara, Dosis inefektif = 10 virus/droplet,

Virus melekat pada epitel hidung & bronchus masuk ke sel. Mengenai Infeksi saluran

nafas atas, Batuk, pilek, demam

i. Avian influenza

Flu burung, virus influenza A, sub tipe H5N1 Virus influenz, ditularkan melalui unggas,

babi, kucing, anjing, manusia

j. Sars ( Severe Acut Respiratory Syndrome)

Corona virus, mengenai saluran nafas atas, virion : bulat, masa inkubasi 2- 5 hari

1. Staphylococcus Aureus

Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada manusia

a. Morfologi dan Identifikasi

Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8 – 1,0 mikron.

Pada sedian langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan,

menggerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombolan

yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari perbenihan kaldu

biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek. Kuman ini tidak

bergerak, tidak berspora dan gram positif.

b. Daya Tahan Kuman

Diantara semua kuman yang tidak membentuk spora, maka staphylococcus aureus

termasuk jenis yang paling kuat daya tahannya. Pada agar miring dapat tetap hidup

sampai berbulan – bulan, baik dalam lemari es maupun dalam suhu kamar.

c. Patogenesis dan Infeksi Stafilokokus

Kuman stafilokokus terutama S.epidermis, merupakan sebagian dari flora normal pada

kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan makanan. Pada 6,6% dari bayi

Page 9: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

12

yang berumur 1 hari telah ditemukan Stafilokokus di hidungnya, 50% pada umur 2 hari,

62% pada umur 3 hari dan 88,8% pada umur 4-8 hari. Kuman ini juga dapat ditemukan

di udara dan lingkunag sekitar kita. Patogenitasnya merupakaan efek gabungan dari

berbagai macam metabolit yang dihasilkannya. Kuman yang patogen ( S. Aureus )

bersifat invasif, penyebab hemolisis, mencairkan gelatin. Selain itu kuman ini dapat

pula menyebabkan terjadinya sistitis dan pielitis bahkan dapat pula menyababkan

terjadinya endokarditis, meningitis dll.

2. Streptococcus Pyogenes

Manusia adalah reservoir alamiah S. Pyogenes, organisme ini terdapat di nasofaring. Inilah

sebabnya organisme ini disebarkan terutama oleh bersin dan batuk, strepkokus patogenik

dapat bertahan hidup selama berminggu – minggu di dalam dahak atau sekresi tubuh lain

sehingga membantu penyebarannya.

a. Morfologi dan Identifikasi

Streptokokus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5 – 1 mikron. Dalam bentuk rantai

yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Streptokokus patogen jika

ditanam dalam perbenihan cair atau padat yang cocok sering membentuk rantai panjang

yang terdiri dari 8 buah kokus atau lebih. Organisme ini tidak bergerak dan merupakan

anaerob fakultatif. Streptokokus yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah gram

positif.

b. Daya Tahan Kuman

Dalam sputum, eksudat dan ekskreta binatang kuman ini dapat hidup terus sampai

beberapa minggu. Pada media biasa pada suhu kamar biasanya mati sesudah 10-14 hari.

Beberapa varietas mati setelah 10 menit pada 55oC dan semua spesies mati setelah 30-60

menit pada suhu 60oC. Pasteurisasi ( 62oC selama 30 menit) cukup untuk mematikan

semua kuman streptokokus yang patogen dalam air susu.

c. Patogenesis

Berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh strepkokus hemolitik kelompok A

mungkin berkaitan dengan produk ekstra seluler yang dihasilkannya dalam jumlah besar.

Lebih dari 20 macam senyawa dihasilkan, sifatnya antigenik dan sebagian besar

nampaknya berperan dalam menimbulkan penyakit.

Page 10: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

13

3. Streptococcus Pneumonia ( Pneumokokus )

Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian atas dan dapat

menyababkan penyakit pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis dan proses infeksi lainnya.

a. Morfologi dan Identifikasi

Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, berukuran 1 mikron,

biasanya berpasangan dan berselubung. Pneumokokus berbentuk bulat, baik yang

berasal dari eksudat maupun perbenihan. Rantaian panjang terdapat bila ditanam dalam

perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kuman ini gram positif, tidak

membentuk spora, tidak bergerak ( tidak berflagel ),. Selubung terutama di buat oleh

jenis yang virulen.

b. Daya Tahan Kuman

Kuman ini dalam sputum yang kering dan tidak terkena sinar matahari secara langsung

dapat tahan beberapa bulan. Kuman ini mati setelah 10 menit pada 52oC, 1 jam oleh

sinar matahari langsung. Pneumokokus lebih mudah mati dengan fenol, HgCl2, kalium

permanganat, selain itu kuman ini rentan terhadap sabun, natrium oleat, zat warna dan

derivat kuinin.

c. Patogenesis

Pneumokokus dapat dibagi menjadi lebih dari 80 tipe serologis berdasarkan perbedaab

antigenik pada kapsul polisakaridanya. Tipe-tipe tersebut dapat ditentukan dengan uji

presipitin dan uji aglutinasi, tetapi yang paling banyak dipakai ialah reaksi quellung

yaitu pembengkakan kapsul dengan adanya antiserum yang tipe-khas. Bahan kapsul

inilah yang mencegah terfagositnya organisme tersebut.

4. Cornybacterium Diphtheriae

Manusia adalah inang alamiah satu – satunya bagi C. diphtheriae, bakteri ini dipindah

sebarkan dari satu orang ke orang lain dengan kontak langsung lewat inti titik air dari sekresi

saluran pernapasan bagian atas. Organisme ini terlokalisasi di tenggorokan yang menjadi

meradang bila bakteri ini tumbuh dan mengeluarkan eksotoksin yang ampuh.

a. Morfologi

Page 11: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

14

Kuman difteri berbentuk batang ramping berukuran 1,5 – 5 mikron X 0,5 – 1 mikron

dan biasanya salah satu ujungnya menggembung sehingga berbentuk gada, tidak

berspora, tidak bergerak, gram positif dan tidak tahan asam.

b. Daya Tahan Kuman

Dibandingkan dengan kuman – kuman lain yang tidak berspora C. diphteriae lebih

tahan terhadap pengaruh cahaya, pengeringan dan pembekuan. Di dalam

pseudomembran kering tahan selama 14 hari tetapi dalam air mendidih hanya tahan

selama 1 menit, dan pada 580c tahan selam 10 menit. Kuman ini mudah dimatikan oleh

desinfektan.

c. Potogenesis

Difteri merupakan penyakit infeksi yang akut dengan masa inkubasi 1-7 hari yang

disebabkan oleh strain C. diphtheriae yang toksigenik. Toksin yang dibuat pada lesi

lokal diabsorpsi oleh darah dan diangkut ke bagian tubuh yang lain, tapi efek toksin

yang paling utama adalah jantung dan saraf perifer. Jalan masuk yang umum adalah

saluran nafas baagian atas dimana organisme berkembang biak pada lapisan superfisial

pada selaput lendir.

5. Mycobacterium Tuberculosis

a. Morfologi

Kuman ini berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5 mikron, bersifat tahan asam, , tidak

bergerak, tidak membentuk spora dan bersifat aerobic. Pada perbenihan berbentuk kokoid dan

berfilamen.

b. Daya Tahan Kuman

Kandungan lipidnya sangat tinggi (20-40% dari berat kering) bahan ini diduga sebagai

penyebab resistensi pertahanan humoral, desinfektans, larutan asam dan basa. Dinding sel yang

tebal dari mycobacterium kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya, sehingga

menyebabkan mikroba ini bersifat hidrofobik dan bersifat impermeable terhadap zat warna.

Daya tahan kuman ini lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman lainnya karena sifat

hirofobik permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat pada debu dapat tahan hidup 8 – 10

hari.

Page 12: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

15

c. Patogenesis

Infeksi terjadi biasanya melalui debu atau droplet yang mengandung kuman tuberkulosis dan

masuk ke jalan napas. Penyakit timbul setelah kuman menetap dan berkembang biak dalam

paru-paru atau kelenjar getah bening regional.

6. Neisseria Meningitidis

Orang dewasa pembawa kuman ( carrier ) dalam nasofaring merupakan sumber penularan

penting kuman meningokokus .

a. Morfologi

Neisseria adalah diplokokus gram negatif dan tidak bergerak, sel-selnya berbentuk khas

seperti ginjal dengan sisi cekungnya terletak bersebelahan. Bakteri ini bergaris tengah

0,6 – 1,0 mikron.

b. Patogenesis

Meningokokus masuk kedalam tubuh lewat traktus respiratorius bagian atas dan

berkembang biak dalam selaput nasofaring. Pada suatu saat terjadi penyebaran secara

hematogen, penyebarannya lewat aliran darah mengakibatkan terjadinya lesi metastatik

di berbagai tempat di badan.

7. Haemophilus Influenzae

a. Morfologi

H. influenzae berbentuk cocobacillus gram negatif dengan ukuran 0,2 – 0,3 X 0,5-0,8

mikron, serta bersimpai. Kuman – kuman tak bersimpai yang berasal dari sputum atau

cairan telinga, bentuknya sering memanjang dan menunjukan sifat-sifat bipoler pada

pewarnaan gram.

b. Daya Tahan Kuman

H. influenzae sangat peka terhadap kebanyakan disinfektan dan kekeringan. Pada suhu

55oC akam mati dalam waktu 30 menit

c. Patogenesis

Infeksi kuman ini terjadi setelah menghirup droplet berasal dari penderita, penderita

baru sembuh dan carrier. Manusia merupakan satu-satunya reservoir bagi kuman ini,. H.

Influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti

faringitis, otitis media dan sinusitis, selain itu infeksi saluran pernafasan juga menjadi

Page 13: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

16

sumber invasi kuman ke dalam peredaran darah dan penyebaran ke lain – lain bagian

tubuh.

8. Bordetella Pertusis

Penyakit pertusis tersebar di seluruh dunia dan mudah sekali menular. Manusia

merupakan satu-satunya sumber Bordetella pertussis, dan penyebaran penyakit ini hampir

selalu disebabkan oleh orang-orang dengan infeksi aktif. Pertusis menular melalui droplet

batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak

mempunyai kekebalan tubuh.

a. Morfologi

Boredetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,

berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk

kuman biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik.Bentuk

koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya.

Bentuk-bentuk filament dan batang-batang tebal umum dijumpai. Simpai dibentuk

tapi hanya dapat dilihat dengan pewarnaan khusus, dan tidak dengan penggabungan

simpai. Kuman ini hidup aerob, tidak membentuk HS, indol serta asetilmetilkarbinol.

Bakteri ini merupakan gram negative dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat

terlihat granula bipolar metakromatik.

b. Patogenesis

Setelah menghisap droplet yang terinfeksi, kuman akan berkembang biak di dalam

saluran pernafasan. Gejala sakit hampir selalu timbul dalam 10 hari setelah kontak,

meskipun masa inkubasi bervariasi antara 5-21 hari.

9. Legionella pneumophila

Bakteri ini ditemukan secara alami di alam, biasanya di air. Bakteri ini tumbuh subur di air

hangat, seperti di kolam air panas, menara pendingin, atau bagian dari system pendingin

bangunan besar. Bakteri ini ditemukan di sungai dan juga kolam, keran air panas dan dingin,

tangki air panas, dan juga tanah di lokasi penggalian. Penyakit ini tampaknya menyebar

melalui udara dari tanah atau sumber air. Semua penelitian hingga saat ini telah

menunjukkan bahwa penularan dari orang ke orang tidak terjadi. Orang dari segala usia

dapat terkena penyakit ini. Namun yang biasanya terkena adalah orang-orang dengan usia

Page 14: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

17

lanjut ( diatas 65 tahun) ataupun orang-orang dengan system imun yang lemah terhadap

penyakit.

a. Karakteristik

Legionella termasuk bakteri gram negative batang yang tidak meragi D-glukosa, dan

juga tidak meragi nitrat menjadi nitrit. Koloni bakteri ini hidup subur menempel di pipa-

pipa karet dan plastic yang berlumut dan tahan kaporit dengan konsentrasi klorin 26

mg/l. legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7oC – 63oC dan tumbuh subur pada

suhu 30oC – 45oC. Bakteri ini termasuk bakteri aerobic dan tidak mampu

menghidrolisis gelatin ataupun memproduksi urease. Bakteri ini juga termausk bakteri

yang nonfermentatif. Bakteri ini juga tidak berpigmen dan tidak berautofluoresensi.

b. Patogenesis

Legionellosis yang disebabkan oleh Legionella pneumophila bisa menjadi penyakit

pernafasan ringan atau dapat cukup parah untuk dapat menyebabkan kematian. Penyakit

ini bisa menjadi sangat serius dan menyebabkan kematian dari 5%-30% kasus yang ada.

Dari 10%-40% orang dewasa yang sehat memiliki antibody menunjukkan paparan

sebelumnya terhadap organism, namun hanya sebagian kecil yang memiliki riwayat

pneumonia sebelumnya. Pada manusia, legionella pneumophila menyerang dan

replikasi di dalam bentuk makrofag. Internalisasi dari bakteri dapat ditingkatkan dengan

adanya antibody dan system komplemen namun tidak mutlak diperlukan. Terdapat

sebuah pseudopod koil di sekitar bakteri dalam bentuk fagositosis yang unik. Begitu

diinternalisasi, bakteri mengelilingi diri dalam membrane vakuola yang terikat yang

tidak bereaksidengan lisosom yang akan menurunkan bakteri. Dalam kompartemen

yang terlindungi ini, bakteri akan berkembang biak. Bakteri menggunakan system

sekresi tipe IV B yang dikenal sebagai ICM/Dot untuk menyuntikkan protein efektor ke

dalam host. Efektor ini terlihat dalam meningkatkan kemampuan bakteri untuk bertahan

hidup dalam sel inang.

10. Rhinovirus

a. Morfologi

Rhinovirus tergolong dalam kelompok pioornavirus, mengandung RNA dan

berdiameter kurang lebih 30 nm.

Page 15: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

18

b. Patogenesis

Sel yang melapisi saluran hidung dan faring tampaknya terserang paling berat karena

merupakan situs replikasi virus secara aktif. Replikasi semacam itu mulai terjadi 24 jam

setelah penularan.

2.7. Farmakologi

Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia.

Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik dan farmakodinamik.

Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang

nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat

kerja obat itu. Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang

mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang

sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya.

Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa

absorpsi, distribusi, metabolisme (biotrans -formasi), dan ekskresi. Tubuh kita dapat

dianggap sebagai suatu ruangan besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang

terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi

obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena

proses ini tergantung pada lintasan obat melalui membran tersebut.

Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein) yang

mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air . Membran dapat ditembus dengan

mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain , maka disebut semi

permeabel. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut dalam lemak dan tanpa muatan

listrik umumnya lebih lancar melintasinya dibanding kan dengan zat-zat hidrofil dengan

muatan (ion).

Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada dua cara:

a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.

Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran misalnya air dan zat hidrofil.

Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, contoh ion anorganik.

b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.

Page 16: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

19

Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pada

enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat dilepaskan lagi. Cepatnya

penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya: glukosa, asam amino

asam lemak, garam besi, vitamin B1,B2 dan B12.

Proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa:

1. Absorpsi

Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang

tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek. Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal.

Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian obat , misalnya melalui alat cerna,

otot rangka, paru-paru, kulit dan sebagainya. Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa factor :

a. Kelarutan obat.

b. Kemampuan difusi melintasi sel membran

c. Konsentrasi obat.

d. Sirkulasi pada letak absorpsi.

e. Luas permukaan kontak obat.

f. Bentuk sediaan obat

g. Cara pemakaian obat.

2. Distribusi.

Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus

melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah

melintasi membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik intra maupun ekstra sel,

sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka penyebarannya umumnya

terbatas pada cairan ekstra sel .

Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa organ dan

jaringan tertentu, karena adanya proses transport aktif, pengikatan dengan zat tertentu

atau daya larut yang lebih besar dalam lemak . Kumulasi ini digunakan sebagai gudang

obat (yaitu protein plasma, umumnya albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak).

Selain itu ada beberapa tempat lain misalnya tulang , organ tertentu, dan cairan transel

yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat

Page 17: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

20

kesusunan saraf pusat dan janin harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak

dan sawar uri. Obat yang mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah

menembusnya.

3. Metabolisme (biotransformasi)

Tujuan biotransformasi obat adalah pengubahannya yang sedemikian rupa hingga mudah

diekskresi ginjal,dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil. Pada umumnya obat

dimetabolisme oleh enzim mikrosom di retikulum endoplasma sel hati. Pada proses

metabolisme molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit

yang lebih polar ini menjadi tidak larut dalam lemak sehingga mudah diekskresi melalui

ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang

aktif (detoksifikasi atau bio-inaktivasi) atau sama aktifitasnya. Proses metabolisme ini

memegang peranan penting dalam mengakhiri efek obat

Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolism, yaitu :

a. Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga

efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita harapkan..

b. Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.

c. Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu yang dapat

menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.

d. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat metabolisme

(inhibisi enzim).

4. Ekskresi.

Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air

seni, dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya. Disamping ini ada

pula beberapa cara lain, yaitu:

a. Kulit, bersama keringat.

b. Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi umum, anestesi

gas atau anestesi terbang.

c. Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.

d. Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid lain. Harus

diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau toksis pada bayi.

Page 18: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

21

e. Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .

Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi

dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat

adalah :

a. Untuk meneliti efek utama obat

b. Mengetahui interaksi obat dalam sel

c. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.

Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna

dalam sintesis obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar

efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia

berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia.

Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan

reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun,

kadar gula darah turun.

2.8. Efek Samping Pemberian Obat

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena

seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang

kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh.

Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun akan menimbulkan pengaruh

buruk terhadap sistem biologik tubuh.

Penggunaan

Rasional Irasional

Tepat indikasi Tidak sesuai Indikasi

Tepat penderita Pemberian dosis tidak tepat

Tepat obat

Page 19: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

22

Tepat dosis

Waspada terhadap efek samping :

Pemberian resep yang tepat atau sesuai indikasi

Penggunaan dosis yang tepat

Lama pemberian obat yang tepat

Interval pemberian obat yang tepa

Aman pada pemberiannya

Terjangkau oleh penderita.

Pengertian efek samping dalam pembahasan ini adalah setiap efek yang tidak

dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu

pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat

ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang

sebagian besar sudah diketahui. Beberapa contoh efek samping misalnya:

Reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik)

Neuropati perifer, efek dari pemberian terapi INH (obat TB)

Buta warna, terutama warna hijau, efek dari pemberian terapi Ethambutol (obat TB)

Ganguan fungsi hati, efek dari pemberian terapi Rifampicin dan Pirazinamid

Ototoksic dan GGK efek dari pemberian terapi Streptomicyn

hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek farmakologik yang berlebihan)

osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek samping karena

penggunaan jangka lama)

hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian obat -

withdrawal syndrome)

fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa awal

kehamilan (efek teratogenik) dan sebagainya.

Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dikesampingkan begitu saja oleh

karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi, misalnya:

Page 20: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

23

Kegagalan pengobatan

Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-induced

diseases) yang semula tidak diderita oleh pasien

Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi,

memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak ekonomik)

Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasilan terapi

lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.

PEMBAGIAN EFEK SAMPING OBAT

Efek samping obat dapat dikelompokkan/diklasifikasi dengan berbagai cara, misalnya

berdasarkan ada/tidaknya hubungan dengan dosis, berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi

efek samping yang terjadi, dsb. Namun mungkin pembagian yang paling praktis dan paling

mudah diingat dalam melakukan pengobatan adalah pembagian jenis-jenis efek samping,

yaitu :

1. Efek samping yang dapat diperkirakan :

a.Efek farmakologik yang berlebihan

Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat

disebabkan karena dosis relatif yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan.

Keadaan ini dapat terjadi karena dosis yang diberikan memang besar, atau karena

adanya perbedaan respons kinetik atau dinamik pada kelompok-kelompok tertentu,

misalnya pada pasien dengan gangguan faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan

sirkulasi darah, usia, genetik dsb., sehingga dosis yang diberikan dalam takaran lazim,

menjadi relatif terlalu besar pada pasien-pasien tertentu

b. Gejala penghentian obat

Gejala penghentian obat (gejala putus obat, withdrawal syndrome) adalah munculnya

kembali gejala penyakit semula atau reaksi pembalikan terhadap efek farmakologik

obat, karena penghentian pengobatan. Contoh yang banyak dijumpai misalnya, agitasi

ekstrim, takikardi, rasa bingung, delirium dan konvulsi yang mungkin terjadi pada

penghentian pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat seperti barbiturat,

Page 21: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

24

benzodiazepin dan alkohol, krisis Addison akut yang muncul karena penghentian

terapi kortikosteroid, hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik yang berlebihan

karena penghentian terapi klonidin, gejala putus obat karena narkotika, dsb.

2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan

a. Reaksi alergi

Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang sering terjadi,

dan terjadi akibat reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya,

seringkali sama sekali tidak tergantung dosis, dan terjadi hanya pada sebagian kecil

dari populasi yang menggunakan suatu obat. Reaksinya dapat bervariasi dari bentuk

yang ringan seperti reaksi kulit eritema sampai yang paling berat berupa syok

anafilaksi yang bisa fatal. Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasnya,

yaitu gejalanya sama sekali tidak sama dengan efek farmakologiknya, seringkali

terdapat tenggang waktu antara kontak pertama terhadap obat dengan timbulnya efek,

reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, walaupun hanya dengan sejumlah sangat

kecil obat, reaksi hilang bila obat dihentikan, keluhan/gejala yang terjadi dapat

ditandai sebagai reaksi imunologik, misalnya rash (ruam) di kulit, serum sickness,

anafilaksis, asma, urtikaria, dll.

Walaupun mekanisme efek samping dapat ditelusur dan dipelajari seperti diuraikan di

atas, namun dalam praktek klinik manifestasi efek samping karena alergi yang akan dihadapi

oleh dokter umumnya akan meliputi:

1. Demam.

Umumnya demam dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan hilang dengan

sendirinya setelah penghentian obat beberapa hari.

2. Ruam kulit (skin rashes).

Ruam dapat berupa eritema, urtikaria, vaskulitis kutaneus, purpura, eritroderma dan

dermatitis eksfoliatif, fotosensitifitas, erupsi, dll.

3. Penyakit jaringan ikat.

Page 22: BAB II Makalah Infeksi, Mikrobiologi Dan Farmakologi Salurann Pernapasan

25

Merupakan gejala lupus eritematosus sistemik, kadang-kadang melibatkan sendi, yang

dapat terjadi pada pemberian hidralazin, prokainamid, terutama pada individu asetilator

lambat (lihat II.2.b.).

4. Gangguan sistem darah.

Trombositopenia, neutropenia (atau agranulositosis), anemia hemolitika, dan anemia

aplastika merupakan efek yang kemungkinan akan dijumpai, meskipun angka

kejadiannya mungkin relatif jarang.

5. Gangguan pernafasan:

Asma akan merupakan kondisi yang sering dijumpai, terutama karena aspirin. Pasien

yang telah diketahui sensitif terhadap aspirin kemungkinan besar juga akan sensitif

terhadap analgetika atau antiinflamasi lain.