Makalah pernapasan

26
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia, maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen-patogen yang dapat mempengaruhi pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang , obstruksi aliran udara berlangsung secara reversibel, dan bronkuspasme. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika. Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat dibutuhkan.Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.

Transcript of Makalah pernapasan

Page 1: Makalah pernapasan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sistem pernafasan merupakan suatu sistem yang penting bagi kehidupan manusia,

maka sistem pernafasan harus di jaga dari patogen-patogen yang dapat mempengaruhi

pernafasan manusia seperti penyakit asma bronkial. Asma merupakan penyakit radang kronis

umum dari saluran udara yang ditandai dengan gejala variabel dan berulang , obstruksi aliran

udara berlangsung secara reversibel, dan bronkuspasme. Dari tahun ke tahun prevalensi

penderita asma semakin meningkat.Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14

tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in

Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003

menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia

mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma

diderita oleh 20 juta penduduk amerika.

Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di

Journal of Allergy and Clinical Immunologytahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus

yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3%

penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang

mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas

sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan

rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami

oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di

USA sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi

dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat

sangat dibutuhkan.Dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai tentang Asma dan

pemberian Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma.

Page 2: Makalah pernapasan

2. Rumusan Masalah

a. Menjelaskan tentang pengertian asma

b. Menjabarkan tentang anatomi fisiologi sistem pernafasan

c. Menjelaskan klasifikasi asma

d. Menjabarkan tentang etiologi asma

e. Menyebutkan manifestasi klinik dari asma

f. menjabarkan tentang patofisiologi

g. Menjelaskan penatalaksaan

h. Menyebutkan komplikasi asma

i. Memberitahukan pemeriksaan penunjang pada klien asma

j. Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma

3. Manfaat

Manfaat bagi penulis :

Makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang penyakit asma dan penyusunan

asuhan keperawatan klien dengan gangguan asma.

Manfaat bagi Pembaca :

- Pembaca dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan diri.

- Pembaca dapat mencegah sejak dini penyakit asma.

- pembaca dapat mengetahui masalah gangguan penyakit asma.

Page 3: Makalah pernapasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma

Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan

bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luar

saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau

dengan pengobatan (Buku Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

FKUI).

Asthma Bronchiale adalah penyakit yang mempunyai karakteristik dengan

peningkatan respon trakhea dan bronkus dengan berbagai macam stimulasi:

psikologis, otonom, infeksi, endokrin, kekebalan imun dan biokimia. (Nancy

Holloway Medical, Surgical Nursing Care Plan).

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh

periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :

1996). Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan

dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan

bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :

2001).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit

gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya

periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan

yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. Anatomi fisologi Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang mengantarkan udara

luas agar bersentuhan dengan membran-membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar

udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, pharing, laring, bronkus dan bronkioulus

yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia.

a. Hidung

Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan.

Partikel-partikel yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat di dalam hidung,

Page 4: Makalah pernapasan

sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa, gerakan silia mendorong lapisan

mukus ke posterior di dalam rongga hidung dan ke superior di dalam saluran pernafasan

bagian bawah.

b. Pharing

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di

bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher.

Hubungan pharing dengan rongga-rongga lain: ke atas berhubungan dengan rongga hidung

dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga

mulut. Tempat hubungan ini bernama istmus fausium lubang esophagus.

Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah

bening. Perkumpulan getah bening dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah

tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tengkorak)

yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.

Rongga tekak dibagi menjadi 3 bagian:

1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.

2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring.

3. Bagian bawah skali dinamakan laringofaring.

c. Laring

Laring terdiri dari satu seri cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot pita suara.

Laring dianggap berhubungan dengan fibrasi tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh

lebih penting. Pada waktu menelan laring akan bergerak ke atas glotis menutup.

Alat ini berperan untuk membimbing makanan dan cairan masuk ke dalam esophagus

sehingga kalau ada benda asing masuk sampai di luar glotis maka laring mempunyai fungsi

batuk yang membantu benda dan sekret dari saluran inspirasi bagian bawah.

d. Trakea

Trakea disokong oleh cincin tulang yang fungsinya untuk mempertahankan oagar trakea tatap

terbuka. Trakea dilapisi oleh lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, jurusan silia ini

bergerak jalan ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir halus yang

turut masuk bersama dengan pernafasan dapat dikeluarkan.

Page 5: Makalah pernapasan

e. Bronkus

Dari trakea udara masuk ke dalam bronkus. Bronkus memiliki percabangan yaitu bronkus

utama kiri dan kanan yang dikenal sebagai karina. Karina memiliki syaraf yang menyebabkan

bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak

simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar yang arahnya hampir vertikal, sebalinya

bronkus ini lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus bercabang lagi menjadi

bronkus lobaris dan kemudian segmentalis. Percabangan ini berjalan terus dan menjadi

bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli.

f. Bronkiolus

Saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar

udara ke tempat pertukaran gas paru-paru setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan

unit fungsional paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorik,

duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis, alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya

oleh dinding septus atau septum.

Alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfaktan yang dapat mengurangi

tegangan pertukaran dalam mengurangi resistensi pengembangan pada waktu inspirasi dan

mencegah kolaps alveolus pada ekspirasi.

Peredaran Darah Paru-Paru

Paru-paru mendapat dua sumber suplai darah yaitu dari arteri bronkialis (berasal dari aorta

thorakhalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus) dan arteri pulmonalis. Sirkulasi

bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sitemik dan berfungsi memenuhi

kebutuhan metabolisme paru.

Vena bronkialis besar bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah

ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah ke vena

pulmonalis. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan jantung mengalirkan darah

vena campuran ke paru-paru. Di paru-paru terjadi pertukaran gas antara alveoli dan darah,

darah yang teroksigenasi dikembalikan ke ventrikel kiri jantung melalui vena pulmonalis,

yang selanjutnya membagikannya melalui sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh.

Proses pernafasan dipengaruhi oleh:

Ventilasi : pergerakan mekanik udara dari dan paru-paru.

Perfusi : distribusi oksigen oleh darah keseluruh pembuluh darah di paru-paru.

Page 6: Makalah pernapasan

difusi : pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

C. Klasifikasi asma

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik,

seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibotic dan aspirin) dan spora

jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic

terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang

disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Instrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak

spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma menjadi lebih berat dan sering

sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan

emfisiema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang aling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan

non alergik.

D. Etiologi

Asma agaknya di turunkan secara poligenik dan alergi salah satu faktor pencetus asma

tetapi belum pasti bagaimana caranya. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada

patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya

alergen, infeksi, exercise. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan

presipitasi timbulnya serangan asthma

Faktor predisposisi

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya

mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat

alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar

Page 7: Makalah pernapasan

dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa

diturunkan.

Faktor presipitasi

Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

- ngestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan

debu.

Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga

bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul

harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum

diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium

hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu

libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan

asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas

tersebut.

Page 8: Makalah pernapasan

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :

1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2) Pembengkakan membran bronkus.

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.

Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas

serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas

cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot

bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

Tingkat I :

a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test

provokasi bronkial di laboratorium.

Tingkat II :

a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan

adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

Tingkat III :

a. Tanpa keluhan.

b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.

Tingkat IV :

a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

Page 9: Makalah pernapasan

b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

Tingkat V :

a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang

berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada

asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis,

gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

F. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,

kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya

sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta

meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan

penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan

gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata

dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang

disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti

eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien

dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak

jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan

asma.

G. Penatalaksanaan

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas

b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.

c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun

penjelasan penyakit.

Page 10: Makalah pernapasan

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti :

1. Abenis (Beta)

Medikasi awal untuk mendilatasi otot-otot polos bronchial, meningkatkan gerakan siliarism,

menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan menguatkan efek bronkodilatasi dari

kortikosteroid. Contoh: Epinenin, Abuterol, Meraproterenol

2. Methil Santik

Mempunyai efek bronkodilator, merileksasikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan

gerakan mukus, dan meningkatkan kontraksi diafragma. Contoh: Aminofilin, Theofilin

3. Anti Cholinergik

Diberikan melalui inhalasi bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk antibodi

dan methil santin karena penyakit jantung. Contoh: Atrofin

4. Kortikosteroid

Diberikan secara IV, oral dan inhalasi. Mekanisme kerjanya untuk mengurangi inflamasi dan

bronkokonstriktor. Contoh: hidrokortison, prednison dan deksametason

5. Inhibitor Sel Mast

Contoh: natrium bromosin adalah bagian integral dari pengobatan asma yang berfungsi

mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik.

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :

1) Oksigen 4-6 liter/menit.

2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi

nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg

atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.

3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.

4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang

menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

H. Komplikasi

Efisema

Atelektasis

Bronkiektasis

Bronkopneumonia

Page 11: Makalah pernapasan

Status asmatikus

Kegagalan jantung

Kegagalan pernafasan

Pnemu thoraks

Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup

memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas

melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental.

Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk

melakukan ventilasi.

Kematian

I. Pemeriksaan Lab/ Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

a. Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

b. Tes provokasi :

1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

3) Tes provokasi bronkial seperti :

Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara

dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.

4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

g. Pemeriksaan sputum.

Page 12: Makalah pernapasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S

DENGAN GANGGUAN ASMA

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang

Tgl MRS : 10 April 2008

Dx Medis : Asma bronkial, susp gastritis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. Z

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Alamat : Kencana Wungu Gg IV Semarang

Hub dg ps : Suami

c. Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : sesak nafas

Riwayat penyakit sekarang : Pasien datanng jam 15.00 dengan keluhan sesak nafas

mulai tadi siang, mual, muntah 2 kali dan perut sakit ulu hati

Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan pernah obname kurang lebih satu tahun

yang lalu dengan penyakit yang sama

Riwayat penyakit keluarga/keturunan : Pasien mengatakan orang tua pernah sakit

asma dan hipertensi

d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Survei Primer

a. Airway (A) :

Page 13: Makalah pernapasan

Bunyi ronchi basah dan wheezing

b. Breathing (B) :

Nafas spontan, RR: 22kali/menit, ada retraksi dada

c. Circulation (C) :

TD : 100/70 mmHg, Nadi : 156 x/m, Suhu : 36,4 oC, Saturasi 93% dan akral dingin

Survei Sekunder

a. Tanda vital

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 156x/menit

Suhu : 36,4 o C

RR : 22 x/m

b. Kesadaran

Composmentis, GCS : E=4, M=6, V=5

c. Keadaan umum

Sadar, sesak nafas dan lemas

d. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : Bentuk mesochepale, tak ada lesi, bersih

2. Rambut : Warna kehitama, tak rontok bersih

3. Mata : Kongtiva anemis, sclera anikterik, pupil isokor

4. Hidung : bersih, panjang O2 masker 8 liter / menit

5. Telinga : Bersih, tak ada hematom/ perdarahan, serumen kental

6. Mulut : bersih, tak ada lesi, tak ada perdarahan

7. Gigi : Lengkap, terdapat caries gigi dan bersih

8. Thorax : Pergerakan simetris, bunyi sonor, auskultasi ada ronchi basah, dan

weezhing

9. Abdomen :

I : simetris, tak ada pembesaran

A : peristaltik 25 x/menit

P : nyeri tekan pada ulu hati dan epigastrik skala 5 (0-10)

P : bunyi hipertimpani

10. Kulit : Pucat bersih, tak ada lesi

11. Genetalia : Bersih, tak ada phimosis

12. Extremitas ROM penuh, aktif tanpa bantuan, capillary refill time < 3 detik

Page 14: Makalah pernapasan

e. Pola Kesehatan Fungsional

No Pola Sebelum sakit Sesudah sakit

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pasien mengatakan jika sakit selalu

berobat ke dokter pasien mengatakan akan tetap berobat sampai sembuh,

badan enak

2. Pola nutrisi dan metabolisme Pasien mengatakan makan 3 kali sehari (nasi,

sayur, lauk, minum teh) Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang.

Pasien dari tadi siang belum makan hanya minum hangat.

3. Pola eliminasi Pasien mengatakan BAB 1x ssehari dan BAK 7-8x/hr Sejak

tadi siang Bak 1x

4. Pola aktivitas dan latihan keluarga mengatakan pasien aktif bekerja ibu rumah

tangga, mengurus anak keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau

dibawa bekerja tambah sesek

5. Pola istirahat dan tidur keluarga mengatakan tidur biasanya 6-7 jam/ hari, tak

ada gangguan tidur

6. Pola persepsi dan konsep diri keluarga mengatakan yakin penyakitnya akan

segera sembuh

7. Pola hubungan dan peran keluarga mengatakan hubungan keluarga selalu

harmonis, selama di UGD anak dan adik menunggui

8. Pola reproduksi seksual Pasien mengatakan mempunyai anak 4 orang, sudah

besar-besar

9. Pola perssepsi kognitif Pasien mengatakan memang penyakitnya kadang

kamuh-kambuhan dan segera akan sembuh, tapi kok yang sekarang ada mual-

mualnya

10. Pola penganggulangan stress pasien mengatakan apabila ada masalah penting

yang menganggu pikiran saya kan cerita sama anak dan suami jadi lega

11. Pola nilai dan kepercayaan Pasien mengatakan Tuhan akan menyembuhkan

penyakit saya dan saya akan berusaha berobat

f. Data Penunjang

1. GDS = 131 mg/dl

2. SaO2 = 96%

3. Therapi obat

a. Sesdent = papaferin 1 ml

b. Zantidine 1 ampul oplos 20cc dengan NaCl

Page 15: Makalah pernapasan

2. Analisa Data

Nama : Ny. S No RM : 11001233

Umur : 32 tahun

Dx Medis : Asma bronkial

Ruang : UGD

No tgl/wkt Data Fokus Etiologi problem

10 april 2008 DS : Pasien mengatakan sesak nafas dan mempunyai riwayat peyakit

asma

DO : Pasien sesak, RR : 22x/menit, bunyi ronchi basah, wheezing. Nadi : 156 x/m,

SaO2 : 96 % , TD : 110/70 mmHg, tak batuk peningkatan sekresi dan bronchospasme

Gangguan jalam nafas.

10 april 2008 DS : Pasien mengatakan mual, muntah 2x cair dari siang, ulu hati nyeri

sepert diremes-remes dengan skala 5 (0-10)

DO : Pasien muntah, wajah tampak tegang, turgor kulit elastis, Nadi : 156 x/m, TD :

110/70 mmHg , S : 36,4 OC Peningkatan asam lambung Gangguan rasa nyaman

nyeri( epigastrik)

10 april 2008 DS : Keluarga mengatakan hanya tiduran soalnya kalau dibawa aktivitas

tambah sesak

DO : Pasien tampak membatasi aktivitas, kulit pucat Nadi : 156 x/m, SaO2 : 96%,

TD : 110/70 mmHg ketidak seibangan suplai oksigen dengan kebutuhan Intoleransi

aktifitas

3. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.

2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru

3. Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Page 16: Makalah pernapasan

Diagnosa keperawatan 1

Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.

Tujuan : jalan nafas kembali efektif

Kriteria hasil : sesak nafas berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan

sputum, wheezing berkurang atau hilang, tanda vital dalam batas normal, keadaan

umum baik.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas,catat adanya bunyi nafas

R/ beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas

redup dengan ekpirasi mengi (empysema), tidak ada fungsi nafas (nafas berat).

b. Kaji frekuensi pernfasan catat rasio inspirasi dan ekpirasi.

R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada penerimaan

selama stress atau adnay proses infeksi akut. Pernfasan dapat melambat dan ekpirasi

memanjang di banding inspirasi.

c. Kaji posisi klien yang aman,

R/ Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada

penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan

frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

d. Observasi karakteristik batuk menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk

keefektifan memperbaiki upaya batuk.

e. R/ batuk dapat menetap tidak efektif , khuidudnya pada lansia, sakit akut.

f. Berikan air hangat. R/ Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

g. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1x1 ( inhalasi).

h. R/ membebaskan spasme jalan nafas, mengi dam produksi mukosa.

Diagnosa Keperawatan 2

Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru.

Tujuan : pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal, TTV dalam batas normal, batuk

berkurang, ekpansi dada paru mengembang.

Intervensi :

a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada,catat upaya pernafasan ter

pengguinaan otot bantu pernafasan atau pelebaran nasal.

Page 17: Makalah pernapasan

R/ kecepatan biasanya mencapai kedalaman bervariai tergantung derajat gagal nafas.

Ekpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasi atau nyeri dada.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti crekels, mengi.

R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

R/ duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernafasan.

d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

R/ kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering atau iritasi.

e. Bantu klien dalam nafas dan latihan batuk.

R/dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah

ketidaknyamanan upaya bernafas.

f. Kolaborasi berikan O2 tambahan- berikan humidifikasi tambahan, misalnya:

nebulezer.

R/ memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban

membran pada mukosa dan membantu pengenceran sputum.

Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : keadaan mukosa baik, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien

menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 x/menit, BB normal.

Intervensi :

a. Kaji status nutrisi klien (tekstur, kulit, rambut, konjuntiva )

R/ menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.

b. Jekaskan pada kliententang pentingnya makanan

R/ petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan

kperawatan.

c. Timbang BB dan TB

R/ Penurunan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.

d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien .

e. Anjurkan klien minum air hangat setelah makan.

R/ air hangat dapat mengurangi mual.

Page 18: Makalah pernapasan

f. Kolaborasi dengan tim gizi.

R/ menentukan kaloiri individu dan kebutuahan dalm pembatasan. Berikan obat sesuai

indikasi.

Diagnosa Keperawtan 4

Intoleran aktivitas berhubungan dengna kelemahan fisik

Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Kriteria hasil : keadaan umum baik, badan tidak lemah,klien dapat beraktivitas secra

mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang.

Intervensi :

a. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat laporan dyspnea peningkatan,

kelemahan, kelelahan dan perubahan terhadap tanda vital selama dan setelah aktivitas.

R/ menetapkan kebutuhan atau kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi.

b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan

aktivitas dan istirahat.

R/ tirah barting di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan

metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.

R/ klien mungkin nyaman denagn kepala tinggi atau menunduk kedepaan meja atau

bantal.

d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang di perlukan. Berikan kemjuan peningkatan

aktivitas selama fase penyembuhan.

R/ menimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.

e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

R/ menurunkan stress dan rangsangan berlebihan menaikan istirahat.

Page 19: Makalah pernapasan

Diagnosa Keperawatan 5

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Tujuan : pengetahuan klien tentang proses penyakitnya menjadi bertambah.

Kriteria hasil : klien mengerti definisi penyakit asma, penyebab dan pencegahan dari

asma, komplikasi dari asma.

Intervensi :

a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakitnya, lamanya penyembuhan, harapan

kesembuhan.

R/informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah

berlebihan.

b. Berikan infomasi dalam bentuk tulisan dan vrbal.

R/ kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi atau

mengikuti program medik.

c. Tekankan pentingnya melanjukna batuk efektif atau latihan nafas.

R/ selama 6-8 minggu setelah pulang klien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya

d. Identifikasi tanda dan gejala yang memrlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.

R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah, meminimalkan komplikasi.

e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatn umum dan kesejahteraan, misalnya:

istiurahat dan aktivitas seimbang, diet baik.

R/ menaikan pertahanan imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

4. Perencanaan

Perencanaan disusun bersama pasien dan keluarga disesuaikan dengan gangguan yang

terjadi. Perencanaan lebih ditekankan mengobservasi tanda-tanda vital terutama pernafasan.

Membantu anak mendapatkan posisi tidur yang nyaman guna lebih meningkatkan

pengembangan paru, melatih nafas dan batuk efektif, membantu anak dalam pemenuhan

kebutuhan dasarnya, dan memberi penyuluhan tentang pentingnya kesehatan, serta

memberikan informasi kepada keluarga guna pencegahan terhadap serangan asma.

Page 20: Makalah pernapasan

5. Imlementasi

Semua rencana keperawatan yang disusun dapat dilaksanakan dari implementasi

dilaksanakan dalam bentuk observasi, tindakan keperawatan dan penyuluhan pada pasien

dan keluarga.

6. Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan evaluasi berdasarkan masalah

yang muncul pada pasien: ketidakefektifan jalan nafas sudah teratasi karena anak tidak

mengeluh sesak lagi. Batuk agak berkurang, therapi oksigen sudah dihentikan dan pernafasan

21 x/menit. Gangguan pola nafas sudah teratasi karena anakmengatakan dapat bernafas lega.

Intoleransi aktivitas sudah teratasi karena anak sudah tidak sulit bernafas, infus Dextrosa 5%

sudah di aff, anak dapat melakukan kebutuhan dasarnya seperti mandi, makan minum, serta

buang air besar dan buang air kecil secara mandiri.

Page 21: Makalah pernapasan

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Penyakit imflamasi kronik saluran

nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik

berupa mengi,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari.

Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap

rangsangan tertentu. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asthma, Faktor predisposisi :Genetik. Faktor presipitasi :

Alergen,Perubahan cuaca,Stress, Lingkungan kerja, Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat di bagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala :

Intermintten,Persisten ringan, Persisten sedang,Persisten berat.

Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasrkan berat ringannya gejala:

1. Serangan asma akut ringan,

2. Serangan asma akut sedang,:

3. Serangan asma akut berat,

2. Saran

Bagi para pembaca yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit

asma anda dapat mencarinya di buku-buku tentang penyakit asma atau tentang kesehatan

lainya tentang pernafasan bagian atas. Atau anda dapat mengunjungi situs-situs tentang

kesehatan.

Page 22: Makalah pernapasan

DAFTAR PUSTAKA

Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates ,

2000

Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.

Jakarta , EGC, 2002

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 1997

Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001

Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998

Page 23: Makalah pernapasan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah

memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa

pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.

Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi

Muhammad SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas komunikasi terapeutik. Dalam makalah ini

kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguam Asma” yang sangat

berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan

memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Safariah Amd.kep selaku guru mata

pelajaran Komunikasi Terapeutik yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang

bagaimana cara menyusun makalah asuhan keperawatan ini hingga kami mampu

menyelesaikannya. Untuk selanjutnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat

menambah pengetahuan tentang cara penyusunan asuhan keperawatan bagi kami sendiri dan

juga bagi siswa-siswi Smks Kesehatan Karya Persada Muna, khususnya bagi siswa-siswi

jurusan keperawatan.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami membuka diri untuk

menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak, Penulis berharap semoga

makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Semoga makalah yang kami susun ini

berguna bagi kita semua. Amin-amin yarabbal ‘alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi

wabarakatuh.

Raha

Penyusun

Page 24: Makalah pernapasan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1. LATAR BELAKANG................................................................................... 1

2. RUMUSAN MASALAH............................................................................... 2

3. MANFAAT.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3

A. PENGERTIAN ASMA................................................................................. 3

B. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................ 3

C. KLASIFIKASI ASMA................................................................................. 6

D. ETIOLOGI ASMA...................................................................................... 6

E. MANIFESTASI KLINIK........................................................................... 8

F. PATOFISIOLOGI....................................................................................... 9

G. PENATALAKSANAAN........................................................................... 9

H. KOMPLIKASI............................................................................................... 10

I. PEMERIKSAAN LAB/PENUNJANG....................................................... 11

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN............................................................................................... 12

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................. 15

3. PERENCANAAN....................................................................................... 15

4. IMPLEMENTASI....................................................................................... 20

5. EVALUASI................................................................................................... 20

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN............................................................................................. 21

2. SARAN....................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22

Page 25: Makalah pernapasan

TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S”

DENGAN GANGGUAN ASMA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. ZULFIA

2. ASNARTI

3. NURSIA

SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA

KABUPATEN MUNA

2014

Page 26: Makalah pernapasan

TUGAS : KOMUNIKASI TERAPEUTIK

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY / TN “S”

DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. SITTI WULAN PURNAMA WAHDA SYAM

2. MUSTIKA SARI

3. ROSLI

4. DARMITA

SMKS KESEHATAN KARYA PERSADA

KABUPATEN MUNA

2014