BAB II Makalah. Asli. Print

51
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Indra 2.1.1 Pengertian Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit) (Sloane, 2003). 2.1.2 Fungsi 1.Mata Menerima rangsangan berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk di tafsirkan (Sloane, 2003) 2. Telinga a. Telinga luar : mengumpulkan dan memindah kan gelombang suara ketelinga tengah. b. Telinga tengah : memindahkan getaran membare timpani ke cairan di koklen, diprosesnya memperkuat energi suara. c. Telinga dalam : Koklea : Tempat sistem sensorik mendengar Aparatus Vestibularis : Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan dan memberi 3

description

free

Transcript of BAB II Makalah. Asli. Print

30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sistem Indra2.1.1 Pengertian

Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit) (Sloane, 2003).2.1.2 Fungsi

1. MataMenerima rangsangan berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk di tafsirkan (Sloane, 2003)2. Telingaa. Telinga luar : mengumpulkan dan memindah kan gelombang suara ketelinga tengah.b. Telinga tengah : memindahkan getaran membare timpani ke cairan di koklen, diprosesnya memperkuat energi suara.

c. Telinga dalam : Koklea : Tempat sistem sensorik mendengar Aparatus Vestibularis : Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan dan memberi masukan yang penting untuk mempertahankan postur dan keseimbangan (Sloane, 2003).

3. LidahSebagai indra pengecap, indra pengecap tersebut terletak pada bagian permukaan atas terbagi menjadi beberapa daerah yang peka terhadap rasa yang berbeda-beda (manis, pahit, asin, dan masam). Pada permukaan lidah juga bisa merasakan panas, dingin, kasar, halus (Sloane, 2003).

4. HidungAlat indra sebagai pencium, terdapat rongga hidung bagian dalam dan bagian atas, rongga bagian atas berfungsi sebagai penerimaan rangsangan bau. Rangsangan bau diterima oleh selaput lendir pembau yang memiliki sel-sel pembau untuk diteruskan ke gelembung bau dengan melalui saraf menuju ke otak untuk ditasfirkan (Sloane, 2003). 2.1.3 Mata

A. Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Sloane, 2003). Mata terletak di dalam orbita. Mata berbentuk bulat dan tertanam di dalam lemak, terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan fibrosa bagian luar, lapisan pembuluh darah dan berpigmen, serta bagian dalam adalah lapisan saraf.

Struktur mata:

1) Lapisan luar terdiri atas sklera dan kornea.

Sklera berwarna putih dan tidak tembus cahaya. Kornea mengandung banyak serabut saraf. Tidak terdapat pembuluh darah, dan tembus cahaya. Kornea berfungsi memfokuskan bayangan benda pada retina. Kornea dilindungi oleh selaput pelindung konjungtiva (Sloane, 2003)2) Lapisan tengah terdiri atas koroidea dan iris.

Koroidea mengandung banyak pembuluh darah dan berfungsi member nutrisi pada retina. Bagian depan koroidea dan belakang kornea terdapat iris. Iris mengandung pigmen warna sehingga mengakibatkan perbedaan warna pada mata. Lubang bulat di tengah iris disebut pupil. Pupilmerupakan jalan masuknya cahaya. Pupil akan mengecil jika cahaya terang. Sebaliknya, pupil jika cahaya redup (Sloane, 2003).3) Lapisan dalam, tempat retina berada

Pada retina inilah terdapat fotoreseptor. Ada dua macam fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang mengandung rodopsin dan diperlukan untuk melihat dalam suasana remang.Sel kerucut mengandung pigmen iodopsin dan mampu menerima rangsang warna dan sinar terang.Bagian yang berada di belakang lensa mata diisi oleh vitreous humor yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata agar tetap bundar. Sementara itu, ruangan di antara lensa, iris, dan kornea diisi oleh aqueous humor. Aqueous humor berfungsi memberi makan kornea dan lensa (Sloane, 2003).B. Proses Melihat

Alur mekanisme penglihatan pada mata sebagai berikut :

1. Cahaya memasuki mata melalui jendela transparan di dalam sklera, yaitu kornea.

2. Kemudian melewati pupil yang berlubang di dalam tabir otot yang disebut iris. Iris ini berpigmen. Iris dapat berkontraksi dan berdilatasi terhadap berbagai jumlah cahaya yang masuk ke mata.

3. Cahaya difokuskan oleh lensa yang elastis, tepat dibelakang iris. Ligamen menahan lensa ke korpus sillaris, bagian anterior dari lapisan koroid.

4. Sinar difokuskan sebagai bayangan terbalik pada retina dibelakang mata. Retina hampir transparan dan bagian anterior mata mempunyai penampilan hitam coklat gelap karena lapisan yang berpigmen dan bervaskuler.

5. Serabut-serabut saraf dari retina menjalar melalui sekelompok lubang-lubang di dalam sklera, pada diskus optikus membentuk saaf optikus ke otak (Cambridge, 1999).

2.1.4 Hidung

A. Anatomi dan Fisiologi Hidung

Gambar 2. Anatomi hidungStruktur organ hidung sebagai alat indera pembau adalah sebagai berikut :

1. Rongga hidung bagian dalam, terdapat sekat yang memisahkan rongga tersebut menjadi bagian kiri dan kanan. Rongga hidung sendiri pada bagian atap dibatasi oleh lempeng tipis, sedangkan bagian dasar oleh langit-langit, dan bagian sisi oleh karang hidung (Pearce, 2002).2. Rongga hidung bagian atas, terdapat lendir pembau yang berfungsi sebagai penerima rangsang bau. Rangsang bau diterima oleh selaput lendir pembau yang memiliki sel-sel pembau untuk diteruskan ke gelembung pembau. Dari gelembung pembau inilah rangsang bau bergerak melalui berkas saraf pembau menuju ke otak untuk ditafsirkan (Pearce, 2002).B. Proses Penciuman

a. Yang berperan : epitel olfaktorius (pada bagian luar bulbus olfaktorius) di bagian tengah septum nasal & bag lateral di atas konkha superior

b. Nervus olfaktorius atau saraf kranial ke-1

c. Serabut sarafnya muncul pada bagian atas selaput lendir hidung

d. Nervus olfaktorius dilapisi sel2 khusus yg mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berikatan dg serabut2 di bulbus olfaktorius

e. Dari bulbus olfaktorius, stimulus bergerak melalui traktus olfaktorius

f. Mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktori di lobus temporalis otak untuk ditafsirkan

g. Syarat rasa penciuman : senyawa harus mudah menguap, mempunyai sedikit kelarutan dalam air maupun lemak

h. Rasa penciuman distimulasi oleh gas atau unsur2 halus yg terhirup. Rasa penciuman sangat peka, tetapi kepekaannya mudah hilang, jika dihadapkan dg suatu bau yang sama untuk suatu waktu yg cukup lama

i. Rasa penciuman diperlemah jika selaput lendir hidung sangat kering, sangat basah atau membengkak. Mis. Orang yg terserang pilek (Pearce, 2009).Alurnya:

Rangsang (bau) > lubang hidung > epitelium olfaktori > mukosa olfaktori > saraf olfaktori > talamus >hipotalamus > otak (pearce, 2009).2.1.5 Telinga

A. Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga adalah organ pendengran .saraf yang melayani indra ini adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius.telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian:telinga luar ,telinga tengah,dan telinga dalam (Sloane, 2003).1. Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula ,yaitu daun kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksterna ,suatu lintasan sempit yang panjangnya sekitr 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani (Sloane, 2003).2. Membran timpani(gendang telinga)adalah perbatasan telinga tengah

Membraan timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal dan membran mukosa pada permukaan eksternal (Sloane, 2003). Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah,dan memiliki tegangan, ukuran, ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis (Sloane, 2003).3. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal

Tuba eustachius menghubungkan telinga tengah dengan faring

Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap,menelan atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani (Sloane, 2003).4. Telinga dalam berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal,di sisi medial telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin tulang dan labirin membranosa di dalam labirin tulang. (Sloane, 2003)

Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe,suatu cairan yang menyerupai cairan serebrospinalis terdiri atas 3 bagian yaitu vestibula, saluran setengah lingkaran dan koklea. (Sloane, 2003)

Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut yang terdiri atas vestibuli dan fenestra koklus. (Sloane, 2003).B. Proses Mendengar

Suara ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara, yang kecepatan dan volumenya berbeda beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timfani bergetar. Getaran getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui maleus yang terkait pada membrane itu. Karena gerakan gerakan yang timbul pada setiap tulang ini sendiri, maka tulang tulang itu memperbesar getaran, yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibular menuju perilimfe. Getaran peri limfe dialihkan melalui membran menuju endolimfe dalam saluran koklea, dan rangsangan mencapai ujung ujung akhir saraf dalam organ corti, untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius. (Pearce, 2002) Alur mekanisme pendengaran sebagai berikut:

1. Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga.

2. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang pendengaran ke jendela oval.

3. Getaran struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.

4. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissner dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.

5. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basiler yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani.6. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.

7. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah.

8. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membrantektorial, terjadilah rangsangan (impuls).

9. Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran (Guyton , 2003).

2.1.5.1 FrekuensiFrekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia berkisar dari sekitar 20 sampai maksimum 20.000 siklus per detik (hertz). Pada hewan, terutama kelelawar dan anjing frekuensi yang jauh lebih tinggi dapat terdengar. Ambang telinga manusia beragam sesuai nada suara , dengan kepekaan tertinggi dalam rentang 1000-4000 Hz. Nada suara pria rata-rata dalam percakapan adalah 120 Hz dan untuk wanita adalah sekitar 250 Hz ( Ganong, 2005).

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi secara beragantian mengenai timpani.Gelombang berjalan melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det pada 20 0C setinggi permukaan laut.Amplitudo gelombang suara dapat dinyatakan berdasarakan perubahan tekanan maksimum di gendang telinga, tetapi lebih mudah menggunakan skala relatif. Skala desibel adalah salah satunya. Intensitas suara dalam bel adalah logaritma perbandingan intensitas suara terhadap suara standar. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa skala desibel merupakan skala log. Dengan demikian, angka 0 dB bukan berarti tidak ada suara melainkan intensitas suara yang setara dengan standar (Ganong, 2005).2.1.5.2 Hambatan Mendengar

The Deaf

Hambatan sensori pendengaran yang berakibat pada kesulitan untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Hard of Hearing

Hambatan sensori pendengaran dimana pendengaran yang tersisa masih dapat digunakan untuk melaksanakan proses mendengar ( APM). Hambatan sensori pendengaran ringan (mild hearing loss)

Mengalami sedikit kesulitan untuk mendengar suara bisik, jika dialami sejak lahir sedikit gangguan dalam perkembangan bahasa

Hambatan sensori pendengaran sedang (moderat hearing loss)

Mengalami kesulitan menerima pembicaraan terutama suara konsonan nada-nada tinggi. Hambatan sensori pendengaran sedang berat (moderate severe hearing loss)

Sulit mendengar meskipun nada suara keras . Hambatan sensori pendengaran berat (severe hearing loss) sering tidak mengerti apa yang disampaikan orang lainHambatan sensori pendengaran total (profound hearing loss) sama sekali tidak mendengar (Ganong, 2005).2.1.6 LidahA. Anatomi dan Fisiologi LidahGambar 4. Anatomi lidah

Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah. Bila lidah digulung ke belakang, tampak permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian poterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Permukaan atasnya ditutupi papil-papil yang terdiri dari tiga jenis yaitu:1. Papila sirkumvalata

Ada delapan hingga dua belas buah jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papila ini adalah jenis papila jenis terbesar dan tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.

2. Papila fungiformis

Papila jenis ini menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah serta bentuknya seperti jamur.

3. Papila filiformis

Papila jenis ini adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Papila ini lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh daripada rasa pengecapan yang sebenarnya (Pearce, 2009).B. Proses PenciumanMakanan/Larutanzat berasaPapila lidahSaraf gustatoriMedula oblongataTalamusPusat rasa pada korteksserebrum (Gayton, 2007).Membran sel-sel pengecap, seperti kebanyakan sel-sel reseptor sensorik lainnya, mempunyai muatan negatif di bagian dalam yang berlawanan dengan bagian luar. Pemberian zat pengecap pada rambut-rambut pengecap akan menyebabkan hilangnya sebagian potensial negatif, sehingga sel pengecap mengalami depolarisasi. Di sebagian besar keadaan, penurunan potensial dalam kisaran yang luas, hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi zat perangsang. Perubahan potensial listrik pada sel pengecap ini disebut potensial reseptor untuk pengecapan (Guyton, 2007).

Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor di sebagian besar zat yang terangsang dengan vili pengecap adalah dengan pengikatan zat kimia kecap pada molekul reseptor protein yang dekat atau menonjol melalui membran vilus. Hal ini kemudian akan membuka kanal ion, sehingga membuat ion natrium yang memiliki muatan positif masuk dan mendepolarisasi kenegatifan normal di dalam sel. Selanjutnya, zat kimia kecap secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga akan menghilangkan rangsangan (Guyton, 2007).

Tipe protein reseptor disetiap vilus pengecap menentukan tipe rasa yang akan diterima. Untuk ion natrium dan ion hidrogen, yang secara berurutan melepaskan sensasi kecap rasa asin dan asam, protein reseptor akan membuka kanal ion yang spesifik pada membran sel kecap di bagian apikal, dengan cara mengaktifkan reseptor. Namun demikian, untuk sensasi rasa manis dan pahit, bagian molekul protein reseptor yang menonjol ke membran di bagian apikal, akan mengaktifkan substansi second messenger transmiter di dalam sel, dan second messenger ini yang akan menyebabkan perubahan kimia untuk melepaskan sinyal pengecapan (Guyton, 2007).B. Histologi Mukosa Mulut Mukosa rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng (stratified squamous epithelium), namun diklasifikasikan kepada 3 kelompok menurut lokasi dan fungsinya :a. Mastikatory Mucosa : Mukosa yang terlibat dalam fungsi mastikasi yaitu gingival dan palatum durum, dilapisi oleh epitel berkeratinisasi yang menyerupai epitel yang melapisi kulit pada tubuh. b. Lining Mucosa : Mukosa yang memerlukan fleksibilitas untuk membantu proses pengunyahan, percakapan, maupun penelanan bolus makanan yaitu mukosa pipi, palatum molle dan dasar mulut, dilapisi oleh epitel yang tidak berkeratinisasi. c. Specialized Mucosa : Mukosa yang membalut bagian dorsal lidah yang berikatan langsung ke otot lidah. Mukosa di lidah dilapisi oleh epitel yang berkeratinisasi dan tidak berkeratinisasi.2.2 Saraf kranial yang berperan dalam sistem indraCranial nervus (CN) terdiri dari 12 pasang saraf cranial yang disusun dalam nama dan angka romawi, muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa saraf cranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan serabut motorik (Sloane, 2003).

Klasifikasi saraf ini meliputi :

1. Saraf Olfaktori (CN I) (Saraf Sensorik)

Saraf ini berasal dari epitelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus plfaktori sampai ke ujung lobus temporal, tempat persepsi indera penciuman berada (Sloane, 2003).

2. Saraf Optik (CN II) (Saraf Sensorik)

a. Impuls dari batang kerucut retina mata dibawa kebadan sel akson yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melalui foramen optic.

b. Serabut dari bagian nsal pada setiap mata menyilang dibagian anterio hipotalamus untuk membentuk kiasma optic, serabut pada bagian temporal setiap mata tanpa bersilang.

c. Seluruh serabut memanjang saat traktus optic bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus, dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indra penglihatan (Sloane, 2003).

3. Saraf Okulomotor (CN III) (Saraf gabungan, sebagian besar terdiri dari saraf motorik)

a. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls keseluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka mata, dan ke otot polos tertentu pada mata.

b. Serabut sensori membawa informasi indera otot (kesadaran proprioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak (Sloane, 2003).

4. Saraf Troklear (CN IV) (Saraf gabungan, sebagian besar terdiri dari saraf motorik)

a. Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata.

b. Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot oblik superior ke otak (Sloane, 2003).

5. Saraf Trigeminal (CN V) (Saraf gabungan, terdiri dari saraf sensorik)

Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah, dan rongga nasal serta rongga oral (Sloane, 2003).

6. Saraf Abdusen (CN VI) (Saraf gabungan, terdiri dari saraf motorik)

a. Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginversi otot rektus lateral mata.

b. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons (Sloane, 2003).

7. Saraf Fasial (CN VII) (Saraf gabungan)

a. Neuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva.

b. Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah (Sloane, 2003).

8. Saraf Vestibulokoklear (CN VIII) (Saraf sensorik)

Saraf ini memiliki dua devisi, antara lain :

a. Cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indra pendengaran dalam organ corti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.

b. Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrum dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam (Sloane, 2003).9. Saraf Glosofaringeal (CN XI) (Saraf gabungan)

a. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid.

b. Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dan sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring (Sloane, 2003).

10. Saraf Vagus (CN X) (Saraf gabungan)

a. Neuron motorik berasal dari dalam medula dan menginervasi hamper semua organ toraks dan abdomen.

b. Neuron sensorik membawa informasi dan faring, laring, trake, esophagus, jantung dan visera abdominal ke medula dan pons.

11. Saraf Aksesori Spinal (CN XI) (Saraf gabungan terdiri dari serabut motorik)

Neuron motorik berasal dari dua area yaitu bagian cranial berawal dari medula dan menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal mucul dari medula spinalis serviks dan menginversi otot trapezius dan sternokleidomastoid (Sloane, 2003).

12. Saraf Hipoglosal (CN XII) (Saraf gabungan terdiri dari saraf motorik)

a. Neuron motorik berawal dari medula dan mensuplai otot lidah.

b. Neuron sensorik membawa informasi dari spindle otot di lidah (Sloane, 2003).2.2.1 Koordinasi antar alat Indra

Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Bebereapa kesan yang disampaikan alat indera akan diartikan oleh otak. Beberapa kesan ditimbulkan dari luar seperti sentuhan, pengecapan pengelihatan, penciuman, dan suara. Dan timbul dari dalam seperti rasa haus, lapar, dan sakit. Panca indera manusia saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain, karena sesungguhnya otaklah yang mengkoordinasikan dan menghubungkan sistem indra (Pearce, 2010).

Saraf merupakan struktur atau sistem menyerupai tali yang menghatarkan impuls antara bagian sistem saraf pusat dan bagian-bagian dari tubuh (Dorland, 1998). Ada dua belas pasang saraf kranial. Beberapa daripadanya adalah serabut campuran. yaitu gabungan saraf motorik dan saraf sensorik, sementara lainnya adalah atau hanya saraf motorik, ataupun hanya saraf sensorik, misalnya saraf untuk panca indra (Pearce, 2010).

Sebagai contoh, saraf trigeminus yang terdapat di mata khususnya kornea, hidung khusunya membran mukosa, dan bagian duapertiga anterior lidah (Moore. Dkk,. 2002).

Selain saraf sistem indra juga saling berhubungan dari struktur anatominya. Sebagai contoh, antara mata dan hidung dihubungkan dengan duktus nasolakrimalis sebagai penyalir air mata dari sakus konjungtiva ke rongga hidung. Antara telinga dan hidung dihubungkan dihubungkan oleh tuba eustachius. Antara hidung dan mulut atau lidah dihubungkan dengan faring (Leeson, dkk,. 1996). 2.2.2 Hubungan Sistem Saraf dengan Sistem InderaTubuh kita terdiri dari beberapa organ yang kesemuanya bekerja tanpa saling menggangu antara organ satu dengan organ yang lain. Hal ini terjadi karena pada tubuh kita terdapat suatu sistem yang mengkoordinasi dari sistem organ yang berpusat di otak. Sistem koordinasi dalam tubuh melibatkan sistem saraf, endoktrin, dan alta indra. Semua rangsangan dari lingkungan luar akan diterima oleh alat indera sebagai penerima rangsangan (reseptor), Rangsangan yang diterima oleh setiap alat indera akan dialirkan dalam bentuk impuls melalui serabut saraf ke sistem saraf pusat (otak) (Kusnadi, 2007). 2.3 StimulusStimulus atau rangsangan adalah setiap agen, tindakan, atau pengaruh yang menghasilkan reaksi fungsional atau tropikpada reseptor atau jaringan peka rangsang (Dorland, eds 28) 2.3.1 Macam-macam stimulus atau rangsangan Ada beberapa macam rangsanganberdasarkan intensitasnya (Gayton, 2007) :

1.Rangsangan subliminal

Yaitu rangsang terkecil yang belum mampu menimbulkan respons.2. Rangsanganliminal

Yaitu rangsangan terkecil yang mampu menimbulkan respon.3.Rangsangan supraliminal

Yaitu rangsangan terkecil yang mampu menimbulkan respons yang lebih besar.4.Rangsangan submaksimal

Yaitu rangsang dengan intensitas yangbervariasi dari minimal sampai maksimal.5.Rangsangan maksimal

Yaitu rangsangan dengan intensitas terbesar(maksimal) dan hasil responsnya maksimal.1. Rangsangansupramaksimal

Yaitu rangsangan dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi respons yang dihasilkan sama dengan maksimal. Rangsangan tersebut ditngkap oleh reseptor sensorik yang kemudian mengubahnya menjadi impuls saraf. 2.3.2 Transduksi stimulus yang diterima sistem indra

Reseptor sensoris mentransduksikan energi stimulus dan menghantarkan sinyal ke sistem saraf (Gyton, 2007).Sensasi, dan persepsi dikembangkan diotak, diawali oleh resepsi sensoris(sensory reseption) yaitu deteksi energi suatu stimulus oleh sel-sel sensoris. Sebagian besar reseptor sensoris (sensory reseptor) adalah neuron atau sel-sel epitelium yang terspesialisasi yang terdiri dari sel itu sendiri atau dalam kelompok dengan jenis sel lain didalam organ sensoris, seperti mata dan telinga. Reseptor sensoris yang disebut eksteroreseptor mendeteksi stimulus dari luar tubuh, seperti panas, cahaya, tekanan dan bahan kimia. Reseptor sensoris lainnya yang disebut interoreseptor mendeteksi stimulus didalam tubuh, seperti tekanan darah dan posisi tubuh. Semua stimulus mempersentasikan bentuk-bentuk energi, dan fungsi umum sel-sel reseptor adalah mengubah energi stimulus menjadi perubahan dalam potensial membran dan kemudian menghantarkan sinyal ke sistem saraf (Gayton, 2007).2.4 Reseptor2.4.1 Reseptor berdasarkan strukturnya Terdiri dari beberapa jenis reseptor, antara lain (Gayton, 2007) :

1. Reseptor saraf

Merupakan reseptor saraf yang paling sederhana, yang hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat di temukan pada reseptor nyeri nosiseptor.2. Reseptor nonsaraf

Merupakan struktur saraf yang lebih rumit dapat di temukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan resepptor khusus dan bukan reseptor saraf. 2.4.2 Reseptor berdasarkan lokasi sumber rangsang

Terdiri dari beberapa reseptor antara lain (Guyton, 2007) :

1. Interoreseptor, merupakan reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh. 2. Eksteroreseptor, berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh.2.4.3 Reseptor berdasarkan jenis rangsang yang dapat di terimanya

1. Kemoreseptor, reseptor yang menerima rangsang berupa rangsangan zat kimia. 2. Termoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan suhu.3. Mekanoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan mekanik.

4. Fotoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan cahaya.

5. Megnetoreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan medan magnet.

6. Elektroreseptor, reseptor yang menerima rangsang yang berupa rangsangan listrik (Guyton, 2007).2.5 Sensasi2.5.1Pengertian

Sensasi adalah proses menangkap stimuli dan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Menurut Saputra (2009), sensasi adalah perasaan atau kesadaran yang terjadi diotak hasil interpretasi impuls sensori yang sampai diotak dari struktur -struktur lain. Seperti kulit, otot dan sendi, serta dari organ organ khusus. 2.5.2 Struktur yang menimbulkan sensasi

1. Ujung serabut saraf yang menerima rangsangan sensasi tersebut2. Saraf sensorik yang menghantar impuls sensasi itu ke otak3. Pusat sensori di otak yang menginterpretasi impuls tersebut dan menyimpan sebagai ingatan (Saputra, 2009).2.5.3 Ciri ciri Sensasi

1. Sensasi yang muncul akhibat stimulus dari luar tubuh misalnya pendengaran, penglihatan, rasa, tekanan, sakit luar, suhu. Organ organ ini dikenal dengan organ sensasi luar.

2. Sensasi yang muncul akhibat stimulus dari dalam tubuh, misalnya rasa lapar, haus. Organ organ yang menyadarkan rasa ini dikenal sebagai organ dari sensasi luar. Organ ini termasuk organ sensasi dalam yang memberi kesadaran tentang kedudukan tubuh yaitu otot dan sendi serta sensasi dari saluran setengah lingkaran dibagian telinga dalam (Saputra, 2009).2.5.4 Macam Sensasi

1. Sensasi khusus adalah indra penglihat, pendengar , pembau dan peraba.

2. Sensasi umum adalah termasuk semua sensasi yang lain seperti permukaan dan sensasi dalam.

3. Sensasi permukaan, uju g saraf sensorik yang terdapat dikulit menerima sensasi permukaan seperti rasa sakit,sentuhan, suhu (panas dan dingin).

4. Sensasi dalam, seperti tekanan, sakit dalam (Saputra, 2009).2.5.5 Sumber Sensasi

1. Eksteroseptor sensitif terhadap stimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh : misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu, penciuman, pengelihatan, serta pendengaran.2. Properioseptor terletak pada tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan ekuilibrium.

3. Interoseptor ( viseroseptor ) dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang terjadi akibat perubahan selama proses digesti, ekskresi, dan sirkulasi (Saputra, 2009).2.6 Kelainan Sistem Indera

a. Kelainan Pada Indera Penglihatan

1. Rabun Senja

Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Akhibatnya, menghambat pembentukan rodopsin dalam sel kerucut. Hal ini menyebabkan penderita menjadi rabun ketika berada pasda kondisi kurang cahaya seperti saat senja hari atau malam hari (Kusnadi, 2007).2. Glaukoma

Glaukoma merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh meningkanya tekanan dalam bola mata. Penyakit ini disebabkan oleh penyumbatan saluran air mata, gangguan lensa, katarak yang sudah pecah, dan penyakit pada bagian dalam bola mata misalnya penyakit pada iris mata (Kusnadi, 2007).

3. Katarak

Katarak merupakan kelainan berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kekeruhan lensa mata. Katarak biasanya identik dengan usia lanjut, walaupun sebenarnya dapat juga terjadi pada bayi, anak-anak, remaja dan orang dewasa setelah mengalami cedera mata. Katarak bisa disebabkan oleh luka pada mata, sinar matahari yang berlebihan, penggunaan obat-obatan terutama obat steroid, diabetes, faktor keturunan, dan pertambahan usia. Beberapa gejala timbulnya katarak dapat berupa penglihatan yang berkabut (buram), kesulitan melihat di malam hari, sensitif melihat cahaya, adanya lingkaran bias pada mata, dan warna mata tampak menguning. Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan, alat bantu, dan tindakan medis untuk menyembuhkan katarak, kecuali jalan operasi (Kusnadi, 2007).4. Kelainan Refraksi, meliputi : Miopia (penglihatan dekat)

Pada miopia pada miopian atau penglihatan dekat, sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh di fokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata yang terlalu panjang, atau kadang kadang daya bias sistim lensa terlalu kuat (Kusnadi, 2007)

Tidak ada mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang otot siliari dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak mempunya mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas di retina. Namun, bila objek di dekatkan ke mata, bayangan akhirnya akan menjadi cukup dekat sehingga dapat di fokuskan di retina. Kemudian, bila objek terus di dekatkan ke mata, pasien miopia dapat menggunakan mekanisme akomondasi agar bayangan yang terbentuk tetap terfokus secara jelas. Seorang pasien miopia titik jauh yang terbatas untuk pengelihatan jelas (Kusnadi, 2007). Hiperopia (Penglihatan jauh)

Hiperopia dikenal sebagai penglihatan jauh, biasanya akibat bola mata terlalu pendek , atau kadang kadng sistem lensa terlalu lemah . Pada keadaan ini seperti yang ditunjukan oleh gambar 65-68 bagian tengah, terlihat bahwa cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem lensa sehingga tidak terfokus di retina. Untuk mengatasi kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Dengan menggunakan mekanisme akomodasi, pasien hiperopia dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien menggunakan sebagian dari otot siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh, ia tetap masih mempunyai sisa daya akomodasi untuk melihat dengan tegas objek yang mendekati mata sampai otot siliaris telah berkontraksi maksimum. Pada orang tua, sewaktu lensa menjadi presbiop, pasien hiperopia sering tidak dapat berakomodasi, cukup kuat untuk memfokuskan objek jauh sekali pun, apalagi untuk memfokuskan objek dekat (Kusnadi, 2007) Astigmatisma

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada suatu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu bidang di mata. Contoh lensa astigmatisma adalah permukaan lensa seperti telur yang terletak pada sisi datangnya cahaya. Derajat kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang telur tidak sama dengan derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu pendek (Kusnadi, 2007).

Karena lengkung lensa astigmtis pada suatu bidang lebih kecil dari pada lengkung pada bidang yang lain, cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada suatu sisi tidak dibelokkan sama kuatnya dengan cahaya yang mengenai bagian perifer pada bidang yang lain. Hal tersebut dilukiskan dalam gambar 49-14, yang memperlihatkan berkas cahaya dipancarkan dari titik sumber dan berjalan melalui lensa astigmatis yang lonjong. Cahaya dalam bidang vertikal, yang ditandai oleh bidang BD, dibiaskan secara kuat oleh lensa astigmatis karena kelengkungan pada bidang vertikal lebih cembung dari pada bidang horizontal. Sebaliknya, cahaya dalam bidang horizontal, yang ditandai oleh bidang AC dibelokkan tidak sekuat cahaya yang melewati bidang vertikal. Jelaslah bahwa cahaya yang melelui lensa astigmtik tidak seluruhnya dibiaskan menuju satu titik fokus, karena cahaya yang melalui suatu bidang dari lensa difokuskan lebih jauh dari cahaya yang melalui bidang yang lain (Kusnadi, 2007).

Daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena selama akomodasi, lengkung lensa mata berubah kurang lebih sma kuatnya di semua bidang, oleh karena itu pada astigmatisma kedua bidang memerlukan derajat akomodasi yang berbeda. Sehingga pada pasien astigmatisma bila tidak dibantu dengan kaca mata penglihatannya tidak pernah tajam (Kusnadi, 2007). Presbiopi

Presbiopi adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang terjadi pada orang-orang tua atau orang orang yang sedang usia lanjut. Di atas usia 40 tahun, lensa mata banyak mengalami kehilangan kelenturan sehingga tidak mampu memfokuskan tanda yang letaknya jauh maupun dekat dengan tajam, Kelainan ini diatasi dengan penggunaan kacamata berlensa rangkap (Kusnadi, 2007).b. Kelainan Pada Indera Pendengar

1. Tuli

Kehilangan kemampuan mendengar. Ada dua macam tuli, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli Konduktif disebabkan adanya gangguan transmisi suara ke dalam koklea, misalnya adanya kotoran telinga yang menumpuk dan karena adanya peradangan pada telinga tengah yang menyebabkan kerusakan tulang tulang pendengaran. Sedangkan tuli saraf merupakan hilangnya kemampuan mendengar karena adanya kerusakan pada koklea, organ korti, ataupun pusat saraf pendengaran di otak (Kusnadi, 2007).2. Otitis Media

Otitis media atau radang telinga tengah, merupakan kelainan pada pendengaran pada saluran pernafasan bagian atas. Hal ini disebabkan oleh adanya saluran eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan saluran pernafasan atas (faring) (Kusnadi, 2007).3. Motion Sickness

Motion sickness atau mabuk perjalanan, merupakan gangguan pada fungsi vestibular (keseimbangan), karena rangsangan yang terus menerus oleh gerakan gerakan atau getaran yang terjadi selama perjalanan laut , udara, ataupun di darat. Impuls dari labirin akan dijalarkan ke pusat muntah sehingga menimbulkan rasa jual dan rasa muntah yang disertai pusing, badan dingin, dan muka pucat (Kusnadi, 2007).3. Kelainan Pada Indera Pembau

1. Anosmia

Kehilangan rasa bau atau yang hilangnya daya menghidu. Penyakit ini disebabkan:

Penyumbatan rongga hidung missal tumor Reseptor-reseptor pembauan rusak karena infeksi virus/atrophi

Gangguan pada saraf ke I, bulbus, traktus olfaktorius/cortex otak karena kepala atau tumor (Guyton, 2007).2. Hiposmia

Pengurangan sensifitas olfaktorius atau berkurangnya kepekaan dalam menghidu (Guyton, 2007).3. Disosmia

Distori gaya menghidu atau indera penciuman berubah. Penyakit ini disebabkan oleh: Infeksi didalam sinus

Kerusakan parsial pada saraf olfaktorius

Kebersihan mulut yang jelek sehingga terjadi infeksi mulut yang berbau tidak enak yang tercium oleh hidung (Guyton, 2007).

4. Influenza

Yaitu infeksi saluran pernafasan atas sehingga kurang mampu menerima rangsangan bau dan selera makan berkurang (Guyton, 2007).5. Epistaksis (mimisan)

Disebabkan karena perdarahan berasal dari bagian sepertiga anterior hidung. Epistaksis yang seringkali terjadi akibat mencungkil-cungkil hidung yang menyebabkan robeknya vena-vena pada vestibulum nasi (Guyton, 2007).4. Kelainan Pada Indera Pengecap

Lidah yang punya peran sangat penting dalam bicara, pengunyahan penelanan dan juga pembersihan rongga mulut, dapat juga mengalami kelainan-kelainan (Guyton, 2007).1. Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok (Guyton, 2007).

2. Atropic glossitis. Penyakit ini juga sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada penderita anemia. (Guyton, 2007).3. Geografic tongue. Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal (Guyton, 2007).

4. Fissured tongue. Lidah akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah, kadang juga bercabang-cabang. (Guyton, 2007).

5. Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini kebanyakan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf (Guyton, 2007).

6. Kanker lidah Kanker disebabkan oleh merokok dan minum minuman beralkohol terlalu banyak. Pengobatan dilakukan dengan cara operasi, radiasi sinar-X, dan kemoterapi (Guyton, 2007).

7. Median Rhumboid GlossitisSuatu peradanga pada lidah yang disebabkan oleh penurunan sistem imun, dengan tanda tandanya lidah mengelupas atrofi papila

Median rhomboid glossitis terjadi pada garis tengah lidah di posterior papila circumvellate . Biasanya lesi ukuran tidak lebih dari 2cms dalam dimensi terbesar. Lesi ini lebih sering terjadi pada laki-laki . Lesi dapat muncul keputihan jika ada produksi keratin berlebihan . Jika ada infeksi candida berhubungan , daerah sesuai langit-langit lunak akan menunjukkan eritema.2.7 Saliva2.7.1 Pengertian SalivaSaliva adalah sekresi yang berkaitan dengan mulut, diproduksi oleh tiga pasang kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut (Sherwood, 2001; Irianto, 2004).2.7.2 Sekresi SalivaPengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut (Despopoulos dan Silbernagl, 2000). Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu (Sherwood, 2001).

Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1) refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva didapat, atau terkondisi. Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva didapat (terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini (Sherwood, 2001).

Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf otonom di tempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis, yang berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis, di pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya selama keadaan saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres (Sherwood, 2001).

Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva terutama dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan inferior batang otak (Guyton dan Hall, 2008).

Obyek-obyek lain dalam mulut dapat menggerakkan refleks saliva dengan menstimulasi reseptor yang dipantau oleh nervus trigeminal (V) atau inervasi pada lidah dipantau oleh nervus kranial VII, IX, atau X. Stimulasi parasimpatis akan mempercepat sekresi pada semua kelenjar saliva, sehingga menghasilkan produksi saliva dalam jumlah banyak (Martini, 2006; Tortora dan Derrickson, 2009).BAB IIIKONSEP MAPPING

BAB IVPEMBAHASAN Ketika kita mendapat rangsang dari luar tubuh. Kita pasti melakukan suatu reaksi sebagai proses timbal balik dari dari rangsangannya. Ada berbagai macam reseptor pada manusia. Pada indera penglihatan ada fotoreseptor, pada indera pengecap dan penciuman ada kemoreseptor, pada indera pendengaran dan peraba ada mekanoreseptor. Contonhya pada lidah, taste bud akan bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap. Hal itu akan menstimulasi dendrite sensorik di sekitar sel sensorik dan mengakibatkan impuls saraf di sepanjang saraf fasial dan saraf glosofaringeal menuju insula korteks serebelar. Sedangkan pada telinga ada koklea yang mengandung serabut saraf cabang koklea dari saraf vestibulokoklear, di mana serabut saraf ini akan bersinapsis dalam medulla dan dalam otak tengah untuk berasenden menuju korteks auditori yang terletak jauh di dalam fisura lateral hemisfer serebral. Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan.

Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan. Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot ciliary atau siliaris. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliaris relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa memanjang dan pipih. Proses pemfokusan objek pada jarak yang berbeda-beda disebut daya akomodasi. Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.

Telinga adalah tempat beradanya indera pendengaran yang memiliki saraf pendengaran. Telinga terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Pada bagian rumah siput tersebut terdapat ujung saraf yang berhubungan dengan pusat pendengaran. Didalam telinga juga terdapat alat keseimbangan yang terletak pada tiga saluran setengah lingkaran. Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

Hidung merupakan indera pembau pada manusia. Hidung merupakan indera khusus yang terletak di dalam rongga hidung. Daerah sensitif pada indera pembau terletak di bagian atas rongga hidung.

Setelah rangsangan diterima, rangsangan akan dilanjutkan menuju sistem saraf. Bisa menuju sistem saraf pusat atau sistem saraf perifer. Setelah sistem saraf menerima rangsangan akan diteruskan menuju efektor, lalu terjadi proses timbal balik. Yaitu tubuh memberikan respon atau aksi dari rangsangan tersebut. Bisa berupa tindakan, refleks, atau memori. Bahkan ketiganya bisa terjadi secara bersamaan.Adanya sensasi turut mempengaruhi kinerja sistem penginderaan, karena sensasi disini berfungsi memberikan respon akhir dari olahan-olahan pendefinisian otak atas stimulus yang terjadi pada system penginderaan. Sensasi ini sendiri dapat dibedakan menjadi 3, yang pertama eksteroseptor (terletak pada atau dekat permukaan tubuh), proprioseptor (terletak pada ekuilibrum dan otot), serta interoseptor (terletak pada organ visceral dan pembuluh darah).BAB VKESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Mata menerima rangsang berupa cahaya, telinga menerima rangsang berupa suara, hidung menerima rangsang berupa bau, lidah menerima rangsang berupa rasa, dan kulit menerima rangsang berupa sentuhan. Selanjutnya, stimulus yang dirasakan oleh sistem indera akan dibawa oleh saraf-saraf dan disalurkan menuju otak. Tiap indera akan berfungsi dengan sempurna apabila indera tersebut secara anatomi tidak ada kelainan, bagian untuk penerima rangsang, dan saraf-saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja dengan baik. Untuk terjadinya suatu sensasi dibutuhkan stimulus yang menimbulkan respon serta adanya alat indera sebagai reseptor yang dapat mengadakan renspon terhadap stimulus yang berupa impuls untuk dihantarkan oleh saraf sensoris yang berada di saraf kranial menuju otak khususnya korteks serebri area fungsional sensoris.5.2 Saran

Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai sistem penginderaan serta saraf-saraf yang mengaturnya. Kita harus selalu memperhatikan kesehatan tubuh khususnya alat indera. Jika terdapat kelainan lebih baik segera hubungi dokter. Karena jika kelainan itu semakin parah dan menyebabkan bermunculnya penyakit maka itu akan memperburuk kesehatan kita. Lebih baik kita mencegah daripada mengobati. Karena mencegah itu lebih baik dan lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKAGanong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGCGuyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Limantara, W. 1996. Sinopsis Anatomi. Jakarta : Hiprokrates Luiz, Carlos dan Jose, Carneiro. Histologi Dasar. Jakarta : EGCSloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

Saputra. 2009. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Tangerang : Bina Rupa Aksara PublisherSutoyo, Daryono. 2009. Histologi. Surakarta : UNS Press Syaifuddin, Azwar. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa. Jakarta : EGCPearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Price, A.Sylvia dan Wilson, M. Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC

Gambar 1. Anatomi mata

Gambar 3. Anatomi telinga

SISTEM INDRA KHUSUS

TASTE BUDS

RETINA

GLOMERULUS PADA BULBUS OLFAKTORI

ORGAN CORTI PADA KOKLEA

GUSTATORI

OLFAKTORI

VISUAL

AUDITIF

GELOMBANG SUARA

CAHAYA

KIMIA

KIMIA

SENSASI

SENSASI

SENSASI

SENSASI

SARAF AFEREN

CORTEX CEREBRUM

PERSEPSI

30

31

34

34

35

3