Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

100
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, umat manusia khusus nya umat islam dalam kehidupan modern ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di satu sisi harus mampu mengikuti perkembangan global di bidang ekonomi dan tekhnologi, sementara disisi lain juga harus berpegang teguh pada ketentuan yang ada dalam syariah. Dengan kata lain, umat islam harus mampu bertahan menyesuaikan diri di era globalisasi dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Selain itu, masih terdapat anggapan bahwa islam sering kali menjadi penghambat kemajuan. Sebagian meniali bahwa islam hanya berkaitan dengan masalah ritual keagamaan, namun pada kenyataannya dalam islam terdapat berbagai sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah pembangunan ekonomi serta industri perbankan sebagai slah satu penggerak perekonomian. Dalam pandangan islam kegiatan ekonomi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan materi, tetati harus memiliki nilai ibadah. Sistem ekonomi islam lebih menitik beratkan kepada persaudaraan umat manusia yang disertai keadilan ekonomidan sosial serta distribusi pendapatan yang adil. Upaya memperkenalkan sistem ekonomi berdasarkan 1

description

MAKALAH AKAD SALAM DAN PERTANIAN

Transcript of Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Page 1: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman, umat manusia khusus nya umat islam dalam

kehidupan modern ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di satu sisi harus

mampu mengikuti perkembangan global di bidang ekonomi dan tekhnologi,

sementara disisi lain juga harus berpegang teguh pada ketentuan yang ada dalam

syariah. Dengan kata lain, umat islam harus mampu bertahan menyesuaikan diri

di era globalisasi dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Selain itu,

masih terdapat anggapan bahwa islam sering kali menjadi penghambat kemajuan.

Sebagian meniali bahwa islam hanya berkaitan dengan masalah ritual keagamaan,

namun pada kenyataannya dalam islam terdapat berbagai sistem yang mencakup

seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah pembangunan ekonomi serta industri

perbankan sebagai slah satu penggerak perekonomian. Dalam pandangan islam

kegiatan ekonomi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan materi, tetati

harus memiliki nilai ibadah. Sistem ekonomi islam lebih menitik beratkan kepada

persaudaraan umat manusia yang disertai keadilan ekonomidan sosial serta

distribusi pendapatan yang adil. Upaya memperkenalkan sistem ekonomi

berdasarkan pandangan islam tersebut harus melewati jalan panjang tidak hanya

dari segi pemantapan fondasi teoritis dan praktis tetapi lebih dari itu di perlukan

kekuatan untuk meyakinkan kelompok pelaku utama keuangan internasional dan

negara maju bahwa sistem keuangan yang berbasis pada prinsip ekonomi islam

dapat menjamin terselenggaranya perekonomian dunia yang lebih baik dan

membawa kesejahteraan umat manusia sesuai konsep islam.

Lembaga keuangan khususnya Bank, merupakan inti sari sistem keuangan

di setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi

perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan untuk

menyimpan dana-dananya. Karena sebagian besar masyarakat sulit mencari

lembaga keuangan atau bank untuk menghimpun dana masyarakat yang jauh dari

riba atau yang halal dan aman.

1

Page 2: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuksimpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

( Undang- undang Perbankan No.21 tahun 2008 pasal 1 ayat 2)

Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia telah menujukan bahwa

perbankan dengan sistem konvensional bukan satu-satunya sistem yang dapat

diandalkan. Perbankan syariah merupakan salah satu sistem perbankan lain yang

lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan. Perbankan

syariah yang dilaksakan diatas prinsip yang berbeda dengan perbankan

konvensional yang kenyataan nya lebih terbukti mampu bertahan pada saat krisis

sekalipun. Saat ini, sistem pebankan syariah lebih berkembang dan menjadi

alternatif menarik bagi kalangan perusahaan sebagi pelaku bisnis, akademisi

sebagi sumber penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna

jasa pebankan. Pada prinsip operasional bank syariah terdapat ciri khusus, yaitu

pemilik dana menyimpan dan menanamkan dananya di bank syariah tidak dengan

motif untuk mendapatkan bunga. Bank syariah secara umum bertujuan untuk

mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi satu masyarakat dengan

melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial, dan investasi sesuai kaidah

syariah. Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil, sedangkan bank nvensional

menggunakan sistem bunga sebagai dasar untuk menentukan imabalan yang

diberikan kepada nasabah yang bertujuan untuk mencapai keuntungan setinggi-

tingginya ( profit maximization).

Salahsatu pembiayaan yang di kenal bank syariah adalah pembiayaan yang

menggunkan akad jual beli.Akad pembiayaan jual beli di kembangkan oleh bank

syariah adalah tiga akad yaitu al-murabahah, al-istishna, dan as-salam.Masing-

masing jenis akad pembiayaan jual beli memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

Return atas pembiayaan jual beli berasal dari selisih antara harga jual dan harga

beli yang disebut dengan margin keuntungan.Salah satu pembiayaan syariah yang

dapat digunakan untuk sektor pertanian adalah akad Bai’ Salam. Menurut Kaleem

(2008) kontrak Bai’ Salam sepenuhnya telah dapat diterima oleh perbankan

modern. Masalah dapat diselesaikan melalui kontrak Salam paralel dimana bank

2

Page 3: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

masuk ke dalam dua kontrak yang terpisah - pertama dengan penjual (produsen)

dan kedua dengan pembeli komoditas. Kerjanya sebagai penengah antara kedua

pihak. Satu-satunya syarat adalah bahwa kontrak-kontrak dengan kedua pihak

harus sepenuhnya independen satu sama lain. Namun, aplikasi akad Bai’ Salam

sangat ditentukan oleh penerimaan dari para petani. Sehingga diperlukan suatu

penelitian terhadap penerimaan akad Bai’ Salam di kalangan para petani.Menurut

Amin, et al. (2010) yang melakukan riset terhadap penerimaan pembiayaan

syariah dengan menggunakan akad Qardhul Hassan menemukan bahwa

penerimaan akad Qardhul Hassan dipengaruhi oleh Sikap, Norma 3 Subjektif

dan Harga. Dengan analogi penerimaan pembiayaan Qardhul Hasan tersebut,

maka perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan variabel Sikap, Norma

Subjektif dan Harga sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan petani

terhadap akad Bai’ Salam. Akad Bai’ Salam merupakan akad jual beli antara

bank dengan nasabahnya atas suatu barang, dimana harganya dibayar oleh bank

dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian oleh nasabah

(produsen) kepada bank dalam jangka waktu yang telah disepakati. Selanjutnya,

bank dapat menjual kembali barang tersebut kepada nasabah/pihak lain (pembeli).

Syarat utama dari Bai’Salam adalah jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah

barang yang dijual harus jelas dan menguntungkan. Keuntungan diperoleh oleh

bank dari selisih harga jual barang antara bank kepada pihak lain (pembeli) dan

nasabah (produsen) kepada bank. Pada umumnya banyak dilakukan untuk

pembiayaan sektor pertanian (Kristiyanto, 2008). Akad Bai’ Salam merupakan

bentuk jual beli sesuatu dalam tanggungan yang dijelaskan dengan harga yang

dibayar dimuka. Ulama fiqh menyebutnya dengan istilah bai’u al-maḫâwij,

karena Bai’ Salam termasuk jenis jual beli yang tidak nyata dan atas dasar

tuntutan kebutuhan orang yang bertransaksi. Bagi yang memiliki uang,

diamembutuhkan pembelian barang.Sementara orang yang memiliki barang, dia

membutuhkan uang sebelum barang tersebut ada ditangannya, untuk

dibelanjakannya baik untuk dirinya sendiri dan bagi tanamannya sampai panen.

Untuk orang yang membeli disebut muslim atau rabbu as-silm. Sementara

3

Page 4: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

pembeli disebut muslam ilaih. Barang yang dijual dinamakan muslam fûh. Dan,

alat penukarnya disebut dengan ra’su as-salam (Sabiq, 2009).

Untuk mengetahui masalah (pembiayaan dan pemasaran serta

produktivitas) yang dihadapi oleh petani pada saat penanaman dan pemanenan,

kontribusi lembaga pembiayaan formal dan informal pada sektor pertanian dan

metode pembiayaan syariah dengan akad Bai’ Salam dapat digunakan sebagai

alternatif untuk pembiayaan sektor pertanian di Kabupaten Bogor, serta

profitabilitas yang dihasilkan dari usaha pertanian di Kabupaten Bogor, maka

peneliti menggunakan Analisis Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh petani di Kabupaten Bogor, sedangkan sampel yang direncanakan dalam

penelitian ini adalah petani dari Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parung Panjang,

Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan. Jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.Metode pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik

convinience sampling.

Indonesia memiliki potensi ekonomi dari bidang pertanian yang sangat

besar.Hal ini karena Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup

besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan kondisi biofisik lahan

(fisiografi, bentuk wilayah,lereng dan iklim), luas potensi lahan basah yang belum

digarap adalah 16,7 juta hektar. Sedangkan untuk lahan kering masih tersisa lahan

potensial seluas 22,3 juta hektar (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

2005). Namun, potensi yang besar tersebut tidak dapat dioptimalkan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.Sebagai negara agraris, Indonesia

mengimport beras, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang sangat

besar.Pada tahun 2011, Indonesia mengimpor beras sebanyak 800.000 ton, dari

Vietnam sebanyak 500.000 ton dan dari Thailand sebanyak 300.000 ton

(bisniskeuangan.kompas.com, 2012).Hal ini adalah tantangan bagi semua pihak

untuk dapat memanfaatkan potensi ketersediaan lahan yang sangat luas tersebut

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi pertanian dalam negeri

dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.Balitbang Pertanian dalam Bachrein

(2006) mengatakan bahwa usaha tani haruslah dipandang sebagai suatu komersial

4

Page 5: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

yang otonom, berorientasi pasar dan bertujuan untuk meraih hasil usaha

(laba).Oleh karena itu, petani adalah manajer yang bebas mengelola usaha

taninya.Pada kenyataannya, petani saat ini hanyalah menjadi objek dari bisnis

pertanian tersebut.Hal ini disebabkan karena berbagai keterbatasan yang dimiliki

petani dan semakin meningkatnya sistem kapitalisme di bidang pertanian (Sitepu,

2008). Menurut Muhammad (2009), menempatkan bisnis dan nilai etika serta

moralitas agama sebagai dua kutub yang binary opposition tidak lain adalah cara

pandang sistem kapitalisme. Hal ini diperparah oleh mitos masyarakat modern

yang mengamini bahwa ekonomi dan bisnis adalah kegiatan yang harus dijauhkan

dari nilai etika atau moral. Padahal Syariah Islam telah mengatur cara pemenuhan

kebutuhan manusia (usaha bisnis) sesuai dengan tuntutan garis-garis maqâshidasy

syariah.

Menurut Beik dan Hafiduddin (2008) salah satu permasalahan mendasar

yang dihadapi oleh sektor pertanian di Indonesia adalah ketersediaan kredit

(pembiayaan).Marsden et al. dalam Kaleem (2008) mengatakan bahwa sektor

pertanian memiliki permintaan yang meningkat untuk kredit selama periode

waktu tertentu karena meningkatnya penggunaan pupuk, pestisida, benih unggul

dan mekanisasi. Menurut Syukur dalam Kurnia (2009) segementasi pelaku usaha

agribisnis ditinjau dari sisi perbankan ada empat segmentasi yaitu, pertama

kelompok usaha agribisnis yang feasible dan bankable, kedua kelompok usaha

agribisnis yang feasible tapi tidak bankable, ketiga kelompok usaha agribisnis

yang tidak feasible tapi bankable dan keempat kelompok usaha agribisnis yang

tidak feasible dan tidak bankable. Sehingga pembiayaan perbankan bagi sektor

pertanian sangat terbatas. Hal ini diperparah dengan adanya bunga pada

pembiayaan konvensional (non-syariah), dimana pendanaan kegiatan agribisnis di

Indonesia masih memberlakukan tingkat bunga yang sangat tinggi yang hampir

sama dengan tingkat bunga komersial (Wulandari dan Suroso, 2004)

1.2 Identifikasi Masalah

5

Page 6: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Sebagaimana latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan beberapa pernyataan yang merupakan gambran ruang lingkup

penelitian yang akan di teliti sebagi berikut :

1. Masalah apa saja yang timbul dalam pembiayaan dan pemasaran yang

dihadapi oleh petani di Kabupaten Bogor pada saat penanaman dan

pemanenan?

2. Berapa besar kontribusi lembaga pembiayaan formal dan informal pada sektor

pertanian di Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana respon petani tehadap pembiayaan syariah dengan akad Bai’

Salam dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembiayaan sektor pertanian

di Kabupaten Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas penulis merumuskan

tujuan penelitian sebagia berikut :

1. Untuk mengetahui Masalah apa saja yang timbul dalam pembiayaan dan

pemasaran yang dihadapi oleh petani di Kabupaten Bogor pada saat

penanaman dan pemanenan.

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi lembaga pembiayaan formal dan

informal pada sektor pertanian di Kabupaten Bogor.

3. Untuk mengetahui respon petani tehadap pembiayaan syariah dengan akad

Bai’ Salam dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembiayaan sektor

pertanian di Kabupaten Bogor.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil dari penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak, antara lain :

1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, wawasan

serta menambah pengetahuanyang berharga dalam memahami dan

6

Page 7: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

mempelajari ilmu yang berhubungan dengan judul penelitian, baik dari segi

teoritis maupun sosialisasinya secara rill dalam kehidupan penulis.

2. Bagi petani

Dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat

bagi para petani khususnya petani yang ada di daerah bogor sebagi bahan

masukan dalam pengambilan keputusan untuk peminjaman dana kepada bank

syariah dengan menggunakan menggunakan pembiayaan akad jual beli as-

salam yang di harapkan dapat menaikan pendapatan parapetani.

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini diharaokan dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan

yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dalam

mengembangkan penelitian lebih lanjut lagi.

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kabupaten Bogor,

sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah petani dari

Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cibungbulang dan

Kecamatan Pamijahan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 100 responden.Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

non-probability sampling dengan teknik conviniencesampling.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah 2 minggu.

7

Page 8: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Bank Syariah

2.1.1.1 Konsep Dasar Bank Syariah

Menurut Drs. Ismail, MBA., Ak mengenai konsep dasar Bank Syariah

dalam bukunya Perbankan Syariah:

Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan

bank konvesional. Salah satu ciri khas babnk syariah yaitu tidak menerimma atau

membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau membebankan bagi

hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan. Konsep

dasar bank syariah didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis. Semua produk dan jasa

yang ditaawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan hadis

Rasulullah SAW.

Bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992.Bank syariah pertama di

Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia.Pada tahun 1992 hingga 1999,

perkembangan Bank Muamalat Indonesia, masih tergolong stagnan. Namun sejak

adanya krisis moneter yang melanda indonesia pada tahun 1997 dan 1998, maka

para bankir melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena

dampak krisis moneter. Para bankir berpikir bahwa BMI, satu-satunya bank

syariah di Indonesia, tahan terhadap krisis moneter. Pada tahun 1999, berdirilah

Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari bank Susila Bakti. Bank

Susila Bakti merupakan bank konvesional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara,

kemudian dikonversi menjadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua di

Indonesia.

Pendirian Bank Syaiah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir

syariah.Bila BSM berhasil, maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang.

8

Page 9: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Sebaliknya, bila BSM gagal, maka besar kemungkinan bank syariah di Indonesia

akan gagal. Hal ini disebabkan karena BSM merupakan bank syariah yang

didirikan oleh Bank BUMN milik pemerintah.Ternyata BSM dengan cepat

mengalami perkembangan.Pendirian Bank Syariah Mandiri diikuti oleh pendirian

beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.

Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank

konvesional.Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para

nasabahnya.Dalam sistem operasional bank syariah, ppembayaran dan penarikan

bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal

sistem bunga, baik bunga yang dipeoleh dari nasabah yang meminjam uang atau

bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank

syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah memiliki fungsi

menghimpun dana dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya ialah menyalurkan

dana kepada pihak lain yang membutuhkan dana dalam bentuk jual beli maupun

kerja sama usaha.

Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang

menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah

menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang

menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi

hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dlam syariah islam. Bank syariah

menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam

akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin

keuntungan, bentuk bagi hasil, dan bentuk lainnya sesuai dengan syariah islam.

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum

islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak

membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah

maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari kad dan perjanjian

antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat diperbankan syariah

harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah islam.

9

Page 10: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Undang-undang perbankan syariah No.21 tahun 2008 menyatakan bahwa

perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah

dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya

terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank

pembiayaan rakyat syariah (BPRS).

Bank umum syariah adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai

dengan akta pendiriannya, bukan merupakan bagian dari bank

konvesional.Beberapa contoh bank umum syariah antara lain Bank Syariah

Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Bukopin,

Bank BCA Syariah, dan Bank BRI Syariah.

Unit usaha syariah merupakan unit usaha syariah yang masih dibawah

pengelolaan bank konvesional. Unit usaha syariah (UUS) adalah unit kerja dari

kantorpusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor

atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit

kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negri yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor cabang pembantu syariah dan unit syariah. Contoh unit usaha

syariah antara lain BNI Syariah, Bank Permata Syariah, BII Syariah, dan Bank

Danamon Syariah.

2.1.1.2 Fungsi Bank Syariah

Menurut Drs. Ismail, MBA., Ak mengenai Fungsi Bank Syariah dalam

bukunya Perbankan Syariah:

Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu:

1. Penghimpun dana masyarakat

Fungsi bank syariah yang pertama yaitu mengimpun dana dari masyarakat

yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk titipan dengan menggunakan akad Al-Wadiah dan dalam bentuk investasi

dengan menggunakan akad al-Mudharabah. Al-Wadiah adalah akad antara pihak

10

Page 11: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama

menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima titipan untuk

dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan

dalam islam. Al-Mdharabah merupakan akad antara pihak yang memiliki dana

kemudian menginvestasikan dananya atau disebut juga dengan shahibul maal

dengan pihak kedua atau bank yang menerima dana yang disebut juga dengan

mudharib, yang mana pihak mudharib dapat memanfaatkan dana yang

diinvestasikan oleh shahibul maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam

syariah islam.

Masyarakat mempercayai bank syariah sebagai tempat yang aman untuk

melakukan investasi, dan menyimpan dana (uang). Masyarakat yang kelebihan

dana membutuhkan keberadaan bank syariah untuk menitipkan dananya atau

menginvestasikan dananya dengan aman. Keamanan atas dana (uang) yang

dititipkan atau diinvestasikan di bank oleh masyarakat merupakan faktor yang

sangat penting yang menjadi pertimbangan. Masyarakat akan merasa lebih aman

apabila uangnya diinvestasikan di bank syariah. Dengan menyimpan uangnya di

bank, nasabah juga akan mendapatkan keuntungan berupa return atas uang yang

diinvestasikan yang besarnya tegantung kebijakan masing-masing bank syariah

serta tergantung pada hasi yang diperoleh bank syariah.

Return merupakan imbalan yang diperoleh nasabah atau sejumlah dana

yang diinvestasikan di bank. Imbalan yang diberikan oleh bank bisa dalam bentuk

bonus dalam hal dananya dititipkan dengan menggunakan akad al-Wadiah, dan

bagi hasil dalam hal dana yang diinvestasikan menggunakan akad al-Mudharabah.

Dalam menghimpun dana pihak ketiga, bank menawakan produk titipan dan

investasi antaa lain; giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan

deposito mudharabah, serta investasi syariah lainnya yang diperkenankan sesuai

dengan sistem operasional bank syariah.

2. Penyaluran dana kepada masyarakat

Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada

masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat memperoleh

11

Page 12: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan

persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat

penting bagi bank syariah. Bank syariah akan memperoleh return atas dana yang

disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank atas penyaluran dana ini

tergantung pada akad nya.

Bank menyalukan dana kepada masyarakat dengan menggunakan

bermacam-macam akad, antaa lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja

sama usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas

penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan

merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank.

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang

menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.

Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, di samping merupakan

aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan berupa pendapatan margin

keuntungan dan bagi hasil, juga untuk memanfaatkan dana yang idle ( idle fund).

Bank telah membayar sejumlah tertentu atas dana yang telah dihimpunnya. Pada

akhir bulan atau pada saat tertentu bank akan mengeluarkan biaya atas dana yang

telah dihimpun dari masyarakat yang telah menginvestasikan dananya di bank.

Bank tidak boleh membiarkan dana masyarakat mengendap. Dana nasabah

investor harus segera disalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan aga

memperoleh pendapatan.

Pembiayaan bank syariah dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana

satu pihak sebagai shahibul maal dan pihak lain sebagai mudharib.

Musyarakah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana

semua pihak merupakan patner dan mengikutsertakan modal dalam usaha

yang dijalankan.

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.

12

Page 13: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

d. Transaksi minjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa.

3. Pelayanan jasa bank

Bank syariah, disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada

masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa bank

syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

menjalankan aktivitasnya.Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank

syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan

oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan,

penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan

pelayanan jasa bank lainnya.

Aktivitas pelayanan jasa,merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank

syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yank berasal dari fee atas

pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi

informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang memuaskan

nasabah.Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang

cepat dan akurat.Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan

ke akuratannya.Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam

meningkatkan kualitas produk layanan jasanya. Dengan pelayanan jasa, bank

syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut fe based income.

2.1.1.3 Jenis dan Kegiatan Bank Syariah

Menurut Drs. Ismail, MBA., Ak mengenai Jenis dan Kegiatan Bank

Syariah dalam bukunya Perbankan Syariah:

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan maupun transaksi perbankan

lainnya.Transaksi yang dapat ditawarkan oleh bank berbeda antara satu bank dan

bank lainnya.Beberapa bank syariah menawarkan semua produk perbankan,

sebagian bank syariah hanya menawarkan produk tertentu dan seterusnya.Produk

13

Page 14: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

dan jasa bank syariah yang dapat diberikan kepada masyarakat tergantung jenis

banknya.

A. Jenis Bank Syariah Ditinjau Dari Segi Fungsinya

1. Bank Umum Syariah

Bank umum syariah (BUS) adalah bank yang dalam aktivitasnya

melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah dan melaksanakan

kegiatan lalu lintas pembayaran. Bank umum syariah dapat melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam

dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeuarkan oleh loembaga

yang memliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank umum

syariah disebut juga dengan full branch, karena tidak dibawah koordinasi bank

konvesional, sehingga aktivitasnya terpisah dengan konvensional. Bank umum

syariah dapat dimiliki oleh bank konvensional, akan tetapi aktivitas serta

pelaporannya terpisah dengan induk banknya.

Bank umum syariah memiliki akta pendirian yang terpisah dari induknya,

bank konvesional, atau berdiri sendiri, bukan anak perusahaan bank konvesional.

Sehingga setiap laporan yang diterbitkan oleh bank syariah akan terpisah dengan

induknya. Dengan demikian, dalam hal kewajiban memberikan pelaporan kepada

pihak lain seperti BI, dirjen pajak, dan lembaga lain, dilakukan secara terpisah.

Kegiatan bank umum syariah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fungsi

utama yaitu:

a. Penghimpun dana masyarakat

Bank umun syariah menghimpun dana dari masyarakat dengan cara

menawarkan berbagai jenis produk pendanaan antara lain giro wadiah,

tabungan wadiah, tabungan mudharabah, deposito mudhorobah, dan

produk pendanaan lainnya yang diperbolehkan sesuai dengan syariah

islam. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan dengan

akad wadiah dan mudharabah. Dengan menghimpun dana sari

14

Page 15: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

masyarakat, maka bank syariah akan membayar biaya dalam bentuk

bonus untuk akad wadiah dn bagi hasil untuk akad mudharabah.

b. Penyaluran dana kepada masyarakat

Bank umun syariah perlu menyalurkan dananya kepada pihak yang

membutuhkan dana, agar tidak terjadi idle fund. Bank umum syariah

dapat menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan serta dalam

bentuk penempatan dana lainnya. Dengan aktivitas penyaluran dana ini

bank syariahakan memperoleh pendapatan dalam bentuk margin

keuntungan bila menggunakakn akad jual beli, bagi hasil bila

menggunakan akad kerja sama usaha, dan sewa bila menggunakan

akad sewa menyewa.

c. Pelayanan jasa

Bank umum syariah juga menawarkan produk palayanan jasa untuk

membantu transaksi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa bank syariah.

Hasil yang diperoleh bank atas pelayanan jasa syariah yaitu berupa

pendapatan fee dan komisi.

2. Unit usaha syariah

Unit usaha syariah merupakan unit usaha yang dibentuk oleh bank

konvensional, akan tetapi dalam aktivitasnya menjalankan kegiatan perbankan

berdasarkan prinsip syariah, serta melaksanakan kegiatan lalu lintas pembayaran.

Aktivitas unit usaha syariah sama dengan aktivitas yang dilakukan oleh bank

umum syariah, yaitu aktivitas dalam menawrkan produk penghimpunan dana

pihak ketiga, penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan, serta

memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya. Unit usaha syariah (UUS) adalah

unit kerja dari kantor pusat bank konvesional yang berfungsi sebagai kantor induk

dari kakntor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan

unit syariah, (undang-undang perbankan no.21 tahun 2008).

Unit usaha syariah tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih menjadi bagian

dari induknya yang pada umumnya bank konvensional. Unit usaha syariah tidak

memiliki kantor pusat, karena merupakan bagian atau unit tertentu dlam stuktur

15

Page 16: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

organisasi bank konvensional. Namun demikian tarnsaksi unit usaha syariah tetap

dipisahkan dengan transaksi yang terjadi di bank konvensional. Hal ini dilakukan

dengan alasan bahwa semua transaksi syariah tidak boleh dicampur dengan

transaksi konvensional. Unit usaha syariah memberikan laporan secara terpisah

atas aktivitas oprasionalnya, meskipun pada akhirnya dilakukan konsolidasi oleh

induknya.

Unit usaha syariah tidak memiliki akta pendirian secara terpisah dari

induknya bank konvensional, akan tetapi merupakan devisi tersendiri atau cabang

tersendiri yang khusus melakukan transaksi perbankan sesuai syariah islam.

Berapa contoh unit usaha syariah antara lain, bank danamon syariah, BII syariah,

bank permata syariah, CIMB naiaga syariah, dan unit usaha syariah lainnya.

Secara umum, kegiatan unit usaha syariah sama dengan bank umum syariah.

3. Bank pembiayaan rakyat syariah

Bank pembiayaan syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran atau transaksi dalam lalu lintas

giral. Fungsi BPRS pada umumnya terbatas pada hanya penghimpunan dana dan

penyaluran dana.

a. Penghimpun dana masyarakat

BPRS menghimpun dana masyarakat dengan menawarkan produk

tabungan wadiah, mudharabah,dan deposito mudharabah. BPRS akan

membayar bonus atau bagi hasil atas dana simpan dan investasi

nasabah. Besarnya bonus yang diberikan kepada nasabah sesuai

dengan kemampuan bank dan bagi hasil yang diberikan sesuai dengan

ksepakatan antara bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) dan

nasabah.

b. Penyaluran dana pada masyarakat

BPRS menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan dan

penempatan pada bank syariah lain atau BPRS lainnya. Dari aktivitas

16

Page 17: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

penyaluran dana ini BPRS memperoleh pendapatan dalam bentuk

margin keuntungan yang berasal dari pembiayaan dengan akad jual

beli atau pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan kerja

sama usaha.

c. BPRS tidak melaksanakan transaksi lalu lintas

BPRS tiidak melaksanakan transaksi lalu lintas pembayaran, oleh

karena itu BPRS tidak diperbolehkan menawarkan produk giro

wadiah. Hal inilah yang membedakan antara bank umum syariah atau

unit usaha syariah dengan BPRS.

B. Jenis Bank Syariah Ditinjau Dari Segi Statusnya

1. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank syariah yang dapat melakukan aktivitas

transaksi ke luar negri atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing

secara keseluruhan. Produk yang ditawarkan oleh bank devisa lebih lengkap

dibanding produk yang ditawarkan oleh bank non devisa. Bank devisa wajib

menyampaikan laporan keuangan sekurang-kurangnya dalam dua bahasa, yaitu

bahasa indonesia dan inggris.

2. Bank Nondevisa

Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh

bank nondevisa masih terbatas pada transaksi dalam negri atau transaksi

dalam mata uang rupiah saja. Bank nondevisa dapat mengubah statusnya

menjadi bank devisa apabila telah memenuhi persyaratan menjadi bank

devisa. Salah satu persyartan menjadi bank devisa yaitu telah memperoleh

keuntungan dua tahun trakhir secara berturut-turut. Produk dan jada yang

ditawarkan oleh bank nondevisa lebih terbatas dibanding dengan bank

nondevisa.

17

Page 18: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

C. Jenis bank syariah ditinjau dari segi levelnya.

1. Kantor pusat

Kantor pusat merupakan antor yang menjadi pusat dari kantor cabang

diseluruh wilayah negara maupun kantor cabang yang ada dinegara lain. Setiap

bank hanya memiliki satu kantor pusat yang berlokasi dinegara di mana bank

syariah didirikan. Tugas utama kantor pusat bank syariah antara lain menyusun

kebijakan oprasional bank secara keseluruhan, membuat perencanaan strategis,

dan melakukan terhadap oprasional yang terjadi di kantor cabang bank syariah.

Kantor pusat tidak melakukan kegiatan dalam melayani produk jasa

perbankkan kepada masyarakat umum, akan tetapi terbatas pada pelayanan

aktivitas dan transaksi kantor cabang, yang meliputi transaksi antarkantor seperti

transaksi antarkantor pusat dan kantor cabang, transaksi antarcabang dan transaksi

lainnya yang tidak dapat dilayani oleh kanto cabang. Ksntor pusat bank syariah

berada di wilayah negara indonesia.

2. Kantor wilayah

Kantor wilayah, merupakan perwakilan dari kantor pusat yang

membawahi suatu wilayah tertentu. Pembagian kantor wilayah didasarkan pada

besar kecilnya bank maupun wilayah yang menjadi target pemasarannya. Kantor

wilayah tidak melayani transaksi perbankan secara langsung, akan tetapi sebagai

koordinator dari kantor cabang dalam mencapai target penghimpun dana,

penyaluran dana, maupun pelayanan jasa. Kantor wilayah bank dibagi

berdasarkan area, misalnya kantor wilayah jakarta, kantor wilayah indonesia

timur, dan lainnya.

3. Kantor cabang

Kantor cabang penuh merupakan kantor cabang yang di beri kewenangan

oleh kantor pusat atau kantor wilayah untuk melakukan semua transaksi

perbankan. Dengan kata lain, semua transaksi perbankan dapat dilakukan oleh

kantor cabang penuh. Kantor cabang penuh menawarkan semua produk baik

produk penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa pelayanan perbankan.

Kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu dan kantor kas, oleh

18

Page 19: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

karena itu kantor cabang pembantu dan kantor cabnag kas bertanggungjawab

kepada kantor cabang penuh dalam melakukan aktivitas oprasionalnya.

4. Kantor cabang pembantu

Berbeda dengan kantor cabang penuh yangf dapat melayani semua

transaksi perbankan, kantor cabang pembantu hanya dapat melayani beberapa

aktivitas perbankan. Pada umumnya, kantor cabang pembantu lebih memfokuskan

pada aktivitas oenghimoun dana pihak ketiga saja. Dalam hal pembiayaan, kantor

cabang pembantu hanya diberi kewenangan untuk mencari calon nasbah.

Keputusan persetujan maupun penolakan pembiayaan dilakukan oleh kantor

cabang. Pimpinan kantor cabang pembantu menjadi salah satu komite

pembiayaan.

5. Kantor kas

Kantor kas merupakan kantor cabnag yang paling kecil, karena aktivitas

yang dapat dilakukan oleh kantor kas oada mulanya hanya meliputi transaksi yang

terkait dengan tabungan baik setoran dan penarikan tunai. Transaksi lain, seperti

pwmbukuan simpanan giro wadiah, deposito mudharabah, pemberian

pembiayaan, pelayanan transfer, kliring, inkaso, ditangani oleh kantor cabang

penuh sebagai induknya.

Dalam perkembangannya, saat ini kantor kas juga dapat melayani secara

langsung produk dan jasa bank yang ditawarkan, misalnya ransaksi lalu lintas

pembayaran, transfer, kliring, intencity kliring dan transaksi pembayaran lalu

lintas giral lainnya. Simpanan giro wadiah, tabungan wadiah, mudharabah, dan

deposito mudharabah juga dapat dilayani melalui kantor kas, dan menjadi beban

target kantor kas dalam memperoleh dana pihak ketiga.

2.1.2 Pembiayaan Syariah

2.1.2.1 Konsep Pembiayaan Syariah

Menurut Drs. Ismail, MBA., Ak mengenai Konsep Pembiayaan Syariah

dalam bukunya Perbankan Syariah:

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana

kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam

19

Page 20: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

dana kepada pengguna dana. Pembiayaan sangat bermanfaat bagi bank syariah,

nasabah, dan pemerintah.Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk

mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank

syariah kepada nasabah.Pembiayaan secara luas berarti financing atau

pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang

telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

Menurut Kasmir pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil. Sedangkan menurut Muhammad pembiayaan secara luas

berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun

dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk

mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti

Bank Syariah kepada nasabah.Dalam kondisi ini arti pembiayaan menjadi sempit

dan pasif.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998:

“Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak

lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah,

pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada

prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.”

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit

yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return atas

pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai

dengan akad-akad yang disediakan dibank syariah. Dalam Undang-Undang

Perbankan No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang

20

Page 21: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak di kenal karena bank

syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam

menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan.Bank syariah

menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan.Sifat

pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang

diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.

2.1.2.2 Unsur-unsur Pembiayaan Syariah

Menurut Drs. Ismail, MBA., Ak mengenai Unsur-unsur Pembiayaan Syariah

dalam bukunya Perbankan Syariah:

1. Bank Syariah

Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak lain

yang membutuhkan dana.

2. Mitra Usaha / Partner

Merupakan pihak yang mendapatkan pembiayan dari bank syariah, atau

pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.

3. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan

benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu

yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama

yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan.Oleh karena itu

sebelum sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan

penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara

intern maupun ekstern.Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon

pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik

nasabah terhadap bank.

4. Kesepakatan / Akad

Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak bank.Kesepakatan ini

dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak

21

Page 22: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

menandatangani hak dan kewajiban masing - masing.Kesepakatan ini kemudian

dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak.

5.  Jangka Waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka

waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah

disepakati.Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang

sudah disepakati kedua belah pihak.Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa

diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

6.   Risiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan

memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu

pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar

risikonya, demikian pula sebaliknya.

Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko disengaja, maupun risiko

yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha

nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi

pembiayaan yang diperoleh.

7.   Balas Jasa

Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga.

Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada

nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank.Bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.

2.1.2.3 Fungsi Pembiayaan Syariah

Pembiayaan yang diberikan pleh bank syariah berfungsi sebagai

membantu masyarakatdalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan

usahanya. Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan uasaha,

dan lain-lain yang membutuhkan dana.

Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain :

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.

22

Page 23: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Pembiayaan dapatmeningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya

belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akakn

membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

b. Pembayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.

Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak

yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara untuk mengatasi

gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana.

Bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk di salurkab kepada pihak

yang membutuhkan. Dana yang berasal dari golongan yang kelebihan

dana, apabila di salurkan kepada pihak yang membutuhkan dana, maka

akan efektif, karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang

membutuhkan dana.

c. Pembiayaan sebagai alat pengendalian harga

Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang

beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong kenaikan harg.

Sebaliknya, pembatasan pembiayaan, akan berpengaruh pada jumlah uang

yang beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki

dampak pada penurunan harga.

d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi

yang ada.

Pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan oleh bank

syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra

(pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, akan

memproduksi barang, mengolah bahan baku nmenjadi barang jadi,

meningkatkan

23

Page 24: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

2.1.2.4 Jenis-jenis Pembiayaan Syariah

Jenis-jenis Pembiayaan

A. Berdasarkan Tujuan Penggunaannya1. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan yang ditujukan untuk

memberikan modal usaha seperti antara lain pembelian bahan baku

atau barang yang akan diperdagangkan.

2. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi adalah pembiayaan yang ditujukan untuk modal

usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian barang

modal berupa aktiva tetap / investaris.

3. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan

untukpembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan

perseorangan ( pribadi ).

B. Berdasarkan Cara Pembayaran / Angsuran Bagi Hasil1. Pembiayaan Dengan Angsuran Pokok dan Bagi Hasil Periodik

Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil periodik adalah

angsuran untuk jenis pokok dan bagi hasil dibayar / diangsur tiap

periodik yang telah ditentukan misalnya bulanan.

2. Pembiayaan Dengan Bagi Hasil Angsuran Pokok Periodik dan Akhir

Pembiayaan dengan bagi hasil angsuran pokok periodik dan akhir

adalah untuk bagi hasil dibayar / diangsur tiap periodik sedangkan

pokok dibayar sepenuhnya pada saat akhir jangka waktu angsuran

3. Pembiayaan Dengan Angsuran Pokok dan Bagi Hasil Akhir

Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil akhir adalah untuk

pokok dan bagi hasil dibayar pada saat akhir jangka waktu

pembayaran, dengan catatan jangka waktu maksimal satu bulan.

C. Berdasarkan Jangka Waktu Pemberiannya1. Pembiayaan dengan Jangka Waktu Pendek umumnya dibawah 1 tahun

24

Page 25: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Pembiayaan dengan Jangka Waktu Menengah umumnya sama dengan

1 tahun

2. Pembiayaan dengan Jangka Waktu Panjang, umumnya diatas 1 tahun

sampai     dengan 3 tahun.

3. Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam kasus yang

tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau

penyelamatan pembiayaan

D. Berdasarkan Sektor Usaha yang dibiayai

1. Pembiayaan Sektor Perdagangan (contoh : pasar, toko kelontong, warung sembako dll.)

2. Pembiayaan Sektor Industri (contoh : home industri; konfeksi)

3. Sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan

Pembiayaan ini diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor

pertanian, perkebunan, dan peterbakan, serta perikanan.

4. Sektor jasa

Beberapa sektor jasa sebagaimana tersebut di bawah ini yang dapat

diberikan oleh bank antara lain:

Jasa pendidikan

Jasa rumah sakit

Jasa angkutan

Jasa lainnya

5. Sektor perumahan

Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra usaha yanbg

bergerak di bidang pembangunan perumahan. Pada umumnya

diberikan dalam bentuk pembiayaan konstruksi, yaitu pembiayaan

untuk pembangunan perumahan. Carapembayaran kembali yaitu di

potong dari rumah yang terjual.

25

Page 26: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

E. Berdasarkan dari segi jaminan1. Pembiayaan dengan jaminan

Pembiayaan dengan jaminan merupakan jenis pembiayaan yang

didukung dengan jaminan ( agunan) yang cukup. Agunan atau

jaminan dapat di golongkan menjadi jaminan perorangan, benda

berwujud, dan benda tidak berwujud.

2. Pembiayaan tanpa jaminan

Pembiayaan yang diberikqan kepada nasabah tanpa di dukung adanya

jaminan. Pembiayaan ini berikan oleh bank syariah atas dasar

kepercayaan. Pembayaran tanpa jaminan ini risikonya tinggi karaean

tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank sayriah apabila nasabah

wanprestasi.

3. Pembiayaan dilihat sari jumlahnya

Dilihat dari jumlahnya, pembiayaan dibagi menjadi pembagian retail,

menengah, dan koporasi.

2.1.3 Sektor Pertanian di Indonesia

2.1.3.1 Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia

Pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan.Sebagai

penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian

memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat.Di masa lampau,

pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi

penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan

pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis.Hal ini dicapai dengan

memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan

kacang kedelai.Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil

produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas

petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian

kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan

peningkatan penghasilan.Walapun telah ada pergeseran menuju bentuk pertanian

dengan nilai tambah yang tinggi, pengaruh diversifikasi tetap terbatas hanya pada

26

Page 27: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

daerah dan komoditas tertentu di dalam setiap sub-sektor. Pengalaman Negara

tetangga menekankan pentingnya dukungan dalam proses pergeseran tersebut.

Sebagai contoh, di pertengahan tahun 1980-an sewaktu Indonesia mencapai

swasembada beras, 41% dari semua lahan pertanian ditanami padi, sementara saat

ini hanya 38%; suatu perubahan yang tidak terlalu besar dalam periode 15 tahun.

Sebaliknya, penanaman padi dari total panen di Malaysia berkurang setengahnya

dari 25% di tahun 1972 menjadi 13% di 1998. Selain itu seperti tercatat dalam

hasil studi baru-baru ini, ranting pemilik usaha kecil/ pertanian industrial,

hortikultura, perikanan, dan peternakan, yang sekarang ini berkisar 54% dari

semua hasil produksi pertanian, kemungkinan besar akan berkembang menjadi

80% dari pertumbuhan hasil agraris di masa yang akan datang. Panen beras tetap

memegang peranan penting dengan nilai sekitar 29% dari nilai panen agraris.

Tetapi meskipun disertai dengan tingkat pertumbuhan hasil yang tinggi, panen

beras tidak akan dapat mencapai lebih dari 10% nilai peningkatan pertumbuhan

hasil. Dari paparan yang telah diuraikan diatas, maka perkembangan sektor

pertanian yang terjadi saat ini tidak menunjukan progress yang baik bagi beberapa

pihak penting, seperti petani. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan pertanian

saat ini dan nilai indeks yang di terima petani (IT) yang semakin menurun pada

periodenya.

Kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian

Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan

arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

1. Perkembangan Sejak Awal Dekade 1970-an

Selama periode 1995-1997 pangsa PDB dari sector pertanian (termasuk

peternakan, kehutanan, dan perikanan) mengalami penurunan (pada harga konstan

1993). Pada saat krisis mencapai puncaknya tahun 1999, semua sector mengalami

pertumbuhan negative, kecuali listrik, gas, dan air minum dengan tetap positif

2,6% sector pertanian mengalami pertumbuhan -0,7%, dan sector industri

manufaktur -11,4%. Rendahnya pertumbuhan output pertanian pada tahun-tahun

tertentu disebabkan salah satunya oleh musim kemarau yang panjang, yang

memang merupakan salah satu kendala serius tidak saja bagi kelangsungan

27

Page 28: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

kegiatan pertanian, tetapi juga bisa berdampak negative terhadap tingkat daya

saing produk-produk pertanian, termasuk padi.

2. Produksi Padi/Beras

Peranan sector pertanian di Indonesia sangat krusial karena harus memenuhi

kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya lebih dari 200 juta prediksi

kebutuhan beras nasional didasarkan pada asumsi :

· Setiap penduduk mengkonsumsi 144 kilogram per tahun

· Seluruh penduduk mengkonsumsi beras,

· Indonesia tetap dengan luasan wilayah dan penduduk yang relative sama

(artinya, lepasnya propinsi kecil, seperti Timor Timur, tidak banyak

berpengaruh dalam hitungan) Walaupun merupakan suatu Negara agraris

yang besar, ternyata Indonesia sangat tergantung pada impor beras.

3. Daya Saing dan Perkembangan Ekspor

a. Dampak Liberalisasi

Perdagangan Penerapan liberalisasi perdagangan dunia berdampak negative

terhadap ekspor komoditas pertanian Indonesia. Memang dalam jangka pendek

liberalisasi perdagangan atas beras atau kebijakan pemerintah yang secara tiba-

tiba mengenakan tariff nol terhadap impor beras bisa berdampak negative

terhadap sektor-sektor pertanian Indonesia.terutama melihat kenyataanya bahwa

sector pertanian di Indonesian di dominasi oleh petani-petani gurem yang

mengusahakan pertanian padi nya selama ini secara tradisional dengan luas lahan

rata-rata 0,5 ha dan tanpa didukung oleh teknologi modern serta kualitas sumber

daya manusia dan manajemen yang baik.

b. Perkembangan Ekspor Beras

Data dari Departemen Pertanian (Deptan) menunjukkan bahwa beras bukan

merupakan salah satu produk pertanian yang diunggulkan untuk ekspor,

melainkan komoditas- komoditas lainnya, seperti karet, minyak kelapa sawit, teh,

kopi, dan kakau. Namum ini bukan berarti Indonesia tidak pernah mengekspr

beras.Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai

28

Page 29: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

pengekspor beras adalah Sulawesi Selatan.Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

paling tidak beberapa daerah tertentu mampu menghasilkan beras dengan kulaitas

tinggi yang diminati oleh pasar dunia.

Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah

produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar

Jawa.Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk

bertani.Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan

untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga

bertambah.Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis

semakin berkurang.Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat

produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan.Salah satu penyebab dari

produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga

berkurang.Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu

diperbaiki.Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah

lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global

semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan

pertanian. Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita

akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.

Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor

pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk

memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk

pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita

juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian

Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan

arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

2.1.3.2 Masalah Pendanaan Sektor Pertanian

Salah satu permasalahan utama pengembangan usaha di bidang pertanian

di Indonesia adalah masalah permodalan. Masalah permodalan dan pembiayaan

usaha di bidang pertanian tersebut mempunyai cerita yang panjang sejalan upaya

29

Page 30: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Berbagai

program terobosan telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain:

1) Proyek Peningkatan Pendapatan Petani (Departemen Pertanian),

2) Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang dibina oleh Departemen Sosial,

3) Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UUPKS), binaan

BKKBN,

4) Program Penguatan UKM yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara

Koperasi dan UKM,

5) Program-program pemberdayaan masyarakat dengan berbagai bentuk dan

strateginya.

Dimana semua program tersebut dimaksudkan untuk memberikan penguatan

permodalan kepada masyarakat miskin (kelompok masyarakat yang tidak

memiliki akses modal/kredit perbankan).

Modal bisa bersumber dari investasi dari luar negeri dan/atau dalam negeri

dan dana pinjaman (kredit) dari bank. Hasil studi yang dilakukan oleh Supranto

(1998) menyimpulkan bahwa rendahnya laju pertumbuhan sektor pertanian,

khususnya di sub sektor bahan makanan, antara lain disebabkan oleh kurangnya

investasi dari dalam dan luar negeri disektor tersebut dan kredit yang mengalir

kesektor tersebut relative kecil jika dibandingkan kesektor lain, seperti industri

manufaktur. Alasannya adalah kegiatan pertanian mempunyai risiko, misalnya

gagal panen, jauh lebih tinggi dibandingkan kegiatan industri karena sektor

pertanian sangat tergantung pada iklim.Selain itu, kegiatan industri manufaktur

memiliki nilai tambah atau keuntungan yang jauh lebih tinggi dibanding kegiatan

pertanian. Selain itu, studi dari simatupang (1995) juga memberikan suatu

informasi yang berharga yang menujukkan bahwa kredit perbankan lebih banyak

mengucur kesektor industri manufaktur dan sector jasa daripada kesektor

pertanian, hal itu menyebabakan sektor pertanian menderita underinvestment ,

yang menunjukan bahwa investasi kesektor pertanian cenderung menurun

dibanding ke sektor industri dan jasa. Penurunan ini dapat dikaitkan dengan sifat

investasi di sektor pertanian yang rate of return on investmen (ROI)-nya rendah

sehingga kurang menarik bagi investor.

30

Page 31: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

2.1.4 Pembiayaan Salam

2.1.4.1 Pengertian Salam

Dalam pengertian yang sederhana menurut Drs. Ismail, MBA., Ak. , bai`

as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangakan

pembayarannya dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang

dilakukan pada saat akhir kontrak

2.1.4.2 Jenis Salam

Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana

barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli

melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di

kemudian hari.

2. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara

pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier)

atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilikibarang

pesanan dan memesan kepada pihak lainuntuk menyediakan barang pesanan

tersebut.

Salam parallel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada

akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung

pada akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat

tidak diperbolehkan.

Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel

terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-

menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

2.1.4.3 Dasar Syariah Salam

a. Sumber Hukum Akad Salam

1. Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….” (Q.S 2:282)

31

Page 32: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1)

2. Al-Hadits “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengantakaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari Muslim) “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)

b. Rukun dan Ketentuan Akad Salam

Rukun salam ada tiga, yaitu:

1. Pelaku, terdiri atas penjual(muslim illaihi) dan pembeli(al muslam) 2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal

salam (ra’su maalis salam) 3. ijab Kabul/serah terima

Ketentuan sayri’ah, terdiri:

1. Pelaku adalah cakap hokum dan baligh 2. Objek akad

Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:

1) Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya. 2) Modal salam bebrbentuk uang tunai 3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau

pelunasan piutang.

Ketentuan syariah barang salam , yaitu:

1)Barang tersebut harus dapat dibedakan mempunyai spesifikasi dan karakteristik yang jelas sehingga tidak ada gharar.

2) Barang tersebut harus dapat dikuantifikasikan. 3) Waktu penyerahan barang harus jelas. 4) Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan.5) Apabila barang tidak ada pada waktu yang ditentukan amaka akad

menjadi fasakh/ rusakdan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad.

32

Page 33: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

6) Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak.

7) Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran

8) Apabila barang yang dikirim kualitasnya rendah, pembeli boleh memilih atau menolaknya.

9) Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempoasalan diketahui oleh kedua belah pihak.

10)Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara syariah.

11) Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. 12) Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.

Ijab kabul

Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho diantara pelaku-pelaku akad baik

secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara

kmunikasi modern.

c. Berakhirnya Akad Salam

Hal-hal yang dpat membatalkan kontrak adalah:

1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.

2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam

akad.

3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk

menolak atau membatalkan akad.

4. Barang yang dikirim kualitsnya tidak sesuai akd tetapi pembeli

menerimanya.

5. Barang diterima.

Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kualitasnya dan pembeli memilih

untuk membatalkan akad, maka pembeli berhak atas pengembalian modal

salam yang sudah diserahkannya. Pembatalan dimungkinkan untuk

keseluruhan barang pesanan, yang mengakibatkan pengembalian semua modal

salam yang telah dibayarkan. Dapat juga berupa pembatalan sebagian

penyerahan barang pesanan dengan pengembalian sebagian modal salam.

33

Page 34: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

2.2 Kerangka Pemikiran

Salah satu pembiayaan syariah yang dapat digunakan untuk sektor

pertanian adalahakad Bai’ Salam.Menurut Kaleem (2008) kontrak Bai’ Salam

sepenuhnya telah dapatditerima oleh perbankan modern. Masalah dapat

diselesaikan melalui kontrak Salam paraleldimana bank masuk ke dalam dua

kontrak yang terpisah - pertama dengan penjual (produsen)dan kedua dengan

pembeli komoditas. Kerjanya sebagai penengah antara kedua pihak.

Satusatunyasyarat adalah bahwa kontrak-kontrak dengan kedua pihak harus

sepenuhnyaindependen satu sama lain. Namun, aplikasi akad Bai’ Salam sangat

ditentukan olehpenerimaan dari para petani.Sehingga diperlukan suatu penelitian

terhadap penerimaan akadBai’ Salam di kalangan para petani.

Menurut Beik dan Hafiduddin (2008) salah satu permasalahan mendasar

yangdihadapi oleh sektor pertanian di Indonesia adalah ketersediaan kredit

(pembiayaan).Marsdenet al. dalam Kaleem (2008) mengatakan bahwa sektor

pertanian memiliki permintaan yangmeningkat untuk kredit selama periode waktu

tertentu karena meningkatnya penggunaanpupuk, pestisida, benih unggul dan

mekanisasi. Menurut Syukur dalam Kurnia (2009)segementasi pelaku usaha

agribisnis ditinjau dari sisi perbankan ada empat segmentasi yaitu :

Pertama kelompok usaha agribisnis yang feasible dan bankable

Keduakelompok usahaagribisnis yang feasible tapi tidak bankable

Ketiga kelompok usaha agribisnis yang tidak feasible tapi bankable dan

Keempat kelompok usaha agribisnis yang tidak feasible dan tidakbankable.

Sehingga pembiayaan perbankan bagi sektor pertanian sangat terbatas. Hal

inidiperparah dengan adanya bunga pada pembiayaan konvensional (non-syariah),

dimanapendanaan kegiatan agribisnis di Indonesia masih memberlakukan tingkat

bunga yang sangattinggi yang hampir sama dengan tingkat bunga komersial

(Wulandari dan Suroso, 2004).

34

Page 35: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

2.3 Hipotesis

Menurut Moh.Nazir (2003 : 151) yang dimaksud dengan hipotesis adalah :

”jawaban sementara terhadap masalah penelitian, kebenarannya harus diuji secara

empiris”.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mencoba mengemukakan

hipotesis sebagai berikut :

1. Akad bai’ salam dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam

bidang pertanian.

2. Kontrak bai’ salam telah sepenuhnya diterima oleh perbankan modern.

3. Aplikasi bai’ salam memerlukan penelitian lebih lanjut agar dapat

diterima oleh para petani.

35

Page 36: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek atau Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kabupaten

Bogor, sedangkan sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah petani

dari Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cibungbulang dan

Kecamatan Pamijahan.

3.2 Meode Penelitian

3.2.1 Metode Yang Digunakan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan satu kali

dalam satu periode (single cross sectional design).Penelitian deskriptif merupakan

tipe riset konklusif (Cooper dan Schindler, 2008).Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan

cara membuat kuisioner yang akan dibagikan kepada responden. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari hasil riset kepustakaan (library research) berupa

penelitian terdahulu, buku-buku yang terkait, jurnal dan informasi valid yang

diperoleh dari internet.

Untuk mengetahui masalah (pembiayaan dan pemasaran serta produktivitas)

yang dihadapi oleh petani pada saat penanaman dan pemanenan, kontribusi

lembaga pembiayaan formal dan informal pada sektor pertanian dan metode

pembiayaan syariah dengan akad Bai’ Salam dapat digunakan sebagai alternatif

untuk pembiayaan sektor pertanian di Kabupaten Bogor, serta profitabilitas yang

dihasilkan dari usaha pertanian di Kabupaten Bogor, maka peneliti menggunakan

Analisis Deskriptif.Digunakan Microsoft Office Excel 2003 untuk menguji

Analisis Deskriptif.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Untuk menganalisis pengaruh “Sikap” (Attitudes), “Norma Subjektif”

(Subjective Norm), ”Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap pinjam modal”

36

Page 37: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

dan ”Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon” terhadap

Penerimaan (Acceptance) untuk menggunakan akad Bai’ Salam sebagai metode

pembiayaan syariah bagi sektor pertanian digunakan Regresi Logistik, karena

variabel terikat bersifat dikotomi (bersedia atau tidak bersedia untuk

menggunakan akad Bai’ Salam). Menurut Ghozali (2011) Regresi Logistik

bertujuan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat

diprediksi dengan variabel bebasnya.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability

sampling dengan teknik convinience sampling.Jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.

3.3 Model/Paradigma Penelitian

Untuk melakukan analisis Regresi Logistik digunakan software SPSS 15.0

for Windows.Dalam diagram, Model Penelitian dapat dilihat pada Gambar berikut

ini.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 3.1

Model Penelitian (Sumber : Amin et al., 2010)

37

SIKAP

NORMA SUBJEKTIF

HARGA DARI AKAD

BAI’ SALAM RELATIF

TERHADAP PINJAM

MODALHARGA DARI AKAD BAI’

SALAM RELATIF

TERHADAP SISTEM IJON

PENERIMAAN UNTUK

MENGGUNAKAN

AKAD BAI’ SALAM

Page 38: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

3.4 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis

Ghozali (2011) menyatakan bahwa, tahapan dalam pengujian dengan

menggunakan uji Rergresi Logistik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.

Beberapa test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Statistik yang

digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Penurunan likelihood (-

2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain

model yang dihipotesiskan fit dengan data.

2. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square). Merupakan ukuran yang

mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression.

3. Kelayakan Model Regresi, dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, berarti model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

4. Matriks Klasifikasi, Tabel Klasifikasi 2X2 menghitung nilai estimasi

yang benar (correct) dan salah (incorrect) . Pada model yang sempurna,

maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan

peramalam 100%.

5. Estimasi Parameter dan Interpretasinya, Estimasi maksimum likelihood

parameter dari model dapat dilihat pada tampilan output variable in the

equation.

38

Page 39: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Untuk mengetahui masalah pembiayaan dan pemasaran yang dihadapi oleh

petani di Kabupaten Bogor pada saat penanaman dan pemanenan, dapat dilihat

pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Metode Pengadaan Input Pertanian dan Penjualan Hasil Pertanian

Sumber Pengadaan Input Pertanian (%)

sumber Penjualan Hasil Pertanian (%)

Tunai 30Tunai (setelah panen) 62

Tunai (sebelum panen) 1

Kredit 4 Kredit 9

Keduanya 66 Keduanya 28

TOTAL 100 100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Hasil yang diperoleh memberikan informasi bahwa mayoritas petani atau

sebanyak 70% responden membutuhkan pembiayaan untuk pengadaan input

pertanian, hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki petani. Hasil ini

senada dengan pendapat Beik dan Hafiduddin (2008) yang menyatakan bahwa

salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh sektor pertanian di

Indonesia yaitu ketersediaan kredit (pembiayaan).Aburaida (2011) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa permintaan kredit (pada sektor pertanian)

muncul untuk modal kerja jangka pendek.Sedangkan untuk pemasaran hasil

pertanian, memberikan informasi bahwa petani memiliki daya tawar yang baik

dalam hal penjualan, karena mayoritas pembeli membayar secara tunai.

Menurut Ashari dan Saptana dalam Rahmita (2011), pemerintah telah

berusaha mengatasi permasalahan lemahnya permodalan petani dengan

39

Page 40: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

meluncurkan berbagai program kredit untuk sektor pertanian.Kredit untuk petani

tersebut memakai sistem bunga yang menunjukkan hasil kurang memuaskan,

bahkan menimbulkan permasalahan baru yaitu membengkaknya hutang petani

dan kredit macet.Berdasarkan hal tersebut model pembiayaan dengan skema

sesuai syariah merupakan model pembiayaan alternatif untuk sektor pertanian.

Untuk mengetahui masalah produktivitas petani di Kabupaten Bogor pada

saat pemanenan, maka responden ditanyakan tentang masalah utama yang dapat

menyebabkan hasil panen rendah (Tabel 4.2), masalah utama yang yang dihadapi

ketika menjual hasil panen (Tabel 4.3), dan siapa pembeli yang paling sering

membeli hasil panen.

Tabel 4.2

Masalah Utama yang Menyebabkan Hasil Panen Rendah

Masalah Utama (%) Ranking

Kualitas benih, pupuk dan pestisida yang tidak bagus 46 1

Tidak tersedia pengairan yang cukup untuk lahan pertanian 29 2

Hama dan Penyakit tanaman 20 3

Tidak tersedia mesin dan alat pertanian yang dibutuhkan 3 4

Tidak tersedia kendaraan untuk transportasi 2 5

Rendahnya penyuluhan tentang tata cara pertanian yang baik 0 6

Total 100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Menurut pengamatan peneliti di lapangan, menemukan bahwa sebagian

besar petani menggunakan benih dari menyisihkan sebagian dari hasil panen

sebelumnya, hal ini mengindikasikan ketiadaan modal petani untuk membeli

benih kualitas unggul hasil penelitian terkini.Selain itu, pemupukan dengan jenis,

dosis dan waktu yang tepat merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan

produktivitas, karena keterbatasan modal petani, menyebabkan petani seringkali

memberikan pemupukan dengan dosis yang kurang dan jadwal yang seringkali

terlambat.

40

Page 41: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Tabel 4.3

Masalah Utama yang Dihadapi Ketika Menjual Hasil Panen

Masalah Utama (%) Ranking

Terpaksa menjual ke tengkulak dengan harga yang rendah,

karena harus segera bayar hutang44 1

Hasil panen rusak karena banjir dan cuaca buruk (kekeringan) 27 2

Tidak ada kendaraan untuk menjualnya ke kota atau ke pasar 12 3

Tidak menerima uang tunai pada waktu penjualan hasil panen 7 4

Pemerintah tidak perduli terhadap hasil panen petani karena

membeli dengan harga yang rendah7 5

Tertipu oleh pembeli 3 6

Total 100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Senada dengan temuan yang ditunjukkan pada Tabel 3. diatas, ketika

responden ditanyakan tentang siapa yang paling sering membeli hasil panen,

sebanyak 43% responden menyatakan bahwa tengkulak adalah pembeli yang

paling sering membeli hasil panen dan juga sebesar 43% responden menyatakan

pemilik penggilingan padi atau pemilik pengolahan hasil panen merupakan

pembeli yang paling sering membeli hasil panen. Dan hanya 14% responden yang

menyatakan bahwa pembeli besar dari pasar di kota yang merupakan pembeli

hasil panen.

Untuk mengetahui kontribusi lembaga pembiayaan formal dan informal

pada sektor pertanian di Kabupaten Bogor, responden ditanyakan mengenai

bagaimana mereka mendapatkan modal untuk membiayai penanaman dalam satu

musim. Sebesar 29% responden menyatakan memakai tabungan sendiri, 24%

responden menyatakan bahwa mereka meminjam ke tengkulak, 19% responden

meminjam ke teman/tetangga, 17% pinjam ke toko pertanian, 6% responden

menjual hasil pertanian sebelum panen, dan hanya 5% pinjam ke Bank atau

Koperasi. Dari hasil tersebut diperoleh informasi bahwa 60% petani mendapatkan

41

Page 42: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

modal dari sumber informal. Hasil ini sejalan dengan temuan dari Aburaida

(2011) yang menyatakan bahwa di area pedesaan Sudan, petani kecil lebih senang

dengan institusi keuangan informal dengan alasan: hubungan yang lebih erat

dengan pemberi pinjaman, elastisitas waktu pembayaran dan kondisi sosial petani.

Selain itu, adanya keterbatasan petani untuk mengakses sumber keuangan

formal.Tingginya margin keuntungan yang diinginkan oleh perbankan dan tidak

adanya jaminan serta batas waktu yang singkat adalah beberapa alasan petani

tidak menggunakan sumber pembiayaan formal (Aburaida, 2011).

Untuk mendapatkan pembiayaan dari sumber formal, seperti Perbankan atau

Koperasi, biasanya diperlukan jaminan (collateral). Ketika responden ditanyakan

mengenai jaminan apa yang akan diserahkan untuk meminjam uang, sebesar 52%

responden menyatakan tidak ada jaminan sama sekali, sedangkan 43% responden

menawarkan jaminan diri pribadi/nama baik dan hanya 5% responden yang

menyatakan memberikan jaminan barang berharga. Hal ini senada dengan

penelitian Aburaida (2011) dan Kaleem (2008) yang menemukan bahwa tipe

jaminan yang diserahkan sebagian besar petani adalah jaminan diri pribadi. Dari

hasil penelitian juga diperoleh bahwa 56% responden membayar pinjaman mereka

setelah panen, sedangkan 17% dan 27% responden membayar pinjaman mereka

setelah mendapatkan uang dari hasil usaha selain pertanian dan sesuai perjanjian

kapan akan dilunasi. Menurut Aburaida (2011), Petani biasanya meminjam

kepada toko tani, toko hasil pertanian, petani yang lebih mampu, pemilik traktor,

dan lain sebagainya, dimana petani berjanji akan membayarnya setelah panen.

Untuk mengetahui apakah metode pembiayaan syariah dengan akad Bai’

Salam dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembiayaan sektor pertanian di

Kabupaten Bogor, maka responden diminta menyatakan pendapatnya tentang cara

jual beli Salam.

Tabel 4.4

Pendapat Petani terhadap Cara Jual Beli Salam

42

Page 43: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Pendapat terhadap cara jual beli Salam (%)

Bagus

Tidak Bagus

Tidak Tahu

Total

59

12

29

100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Tabel 4.4. diatas memberikan informasi bahwa, sesuai dengan kebutuhan

petani akan modal awal untuk penanaman, maka opini responden terhadap cara

jual beli Salam menunjukkan sebanyak 59% responden menyatakan bagus,

sisanya sebanyak 29% tidak tahu dan 12% tidak bagus. Ada berbagai alasan yang

diperoleh oleh peneliti yang menyebutkan cara jual beli Salam bagus, diantaranya

petani telah memiliki kepastian pembeli dan kepastian harga yang telah ditetapkan

diawal, serta adanya kepastian modal diawal penanaman.

Argumentasi petani tersebut dikuatkan dengan pernyataan Wulandari dan

Suroso (2004) bahwa untuk aktivitas pemasaran hasil pertanian, Bai’ Salam

merupakan solusi pembiayaan secara syariah untuk mengatasi kendala kepastian

harga bagi petani. Argumentasi yang menyebutkan cara jual beli Salam tidak

bagus dan tidak tahu, diantaranya yaitu ketidakpastian kuantitas dan kualitas hasil

panen yang disebabkan ketidakpastian kondisi cuaca dan iklim, hasil panen yang

terlalu sedikit, tidak ingin menjual hasil panen karena untuk digunakan sebagai

keperluan sehari-hari dan telah terbiasa dengan cara pinjam modal ke tengkulak

dan menjual hasil panen kepada tengkulak serta penawaran harga jual hasil panen

yang dianggap reponden dapat memangkas keuntungan mereka.

Penelitian ini mengungkapkan persentase margin untuk pembeli hasil panen

dengan cara jual beli Salam. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5.berikut

ini.

Tabel 4.5

Persentase Margin untuk Pembeli dengan Cara Jual Beli

43

Page 44: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Salam

Persentase Margin (%)

0% - 3%

4% - 6%

7% - 9%

10% - 12%

13% - 15%

>15%

Total

23

13

16

21

22

5

100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Tabel 4.5.diatas menunjukkan bahwa sebagian besar petani yaitu hampir

50% responden bersedia memberikan harga jual dengan persentase margin untuk

pembeli sebesar lebih dari 10%.Hal ini senada dengan pendapat Mujahidin (2010)

yang menyebutkan, biasanya harga pada pembiayaan dengan akad Bai’ Salam

yang disepakati lebih rendah dari harga pasar. Namun, dalam penentuan harga

Salam, tidak diperbolehkan menggunakan harga pasar di masa yang akan datang

(Al Zaabi, 2010). Hal tersebut dimaksudkan agar kepentingan pembeli tidak

terabaikan dan petani juga dapat terpenuhi kebutuhannya. Demi terwujudnya

pemenuhan kebutuhan pokok (hâjat al dhâruriyat) manusia dalam perspektif

maqâshid asy syariah, maka cara jual beli Salam dapat digunakan sebagai

pembiayaan syariah pada sektor pertanian.

4.2 Pembahasan

Menurut Uthman dalam Putri dan Dewi (2011) mengatakan bahwa, Salam

adalah kombinasi dari pembiayaan, produksi dan penjualan. Oleh karena itu,

untuk mendorong terpenuhinya cita-cita luhur untuk mensejahterakan petani dan

meningkatkan produksi hasil pertanian, maka Perbankan Syariah sebagai lembaga

intermediary dapat menyalurkan pembiayaan dengan cara jual beli Salam dengan

44

Page 45: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

kisaran persentase margin antara 10-15%. Peneliti menyadari, bahwa untuk

meningkatkan kesejahteraan petani dan memberikan keuntungan bagi Perbankan

Syariah sebagai pembeli dalam akad Bai’ Salam, maka persentase margin yang

disarankan adalah sebesar 12,5% dengan maksimal jangka waktu pembiayaan

adalah 6 (enam) bulan. Namun, bila jangka waktu pembiayaan untuk hasil

pertanian lebih dari 6 (enam) bulan, maka disarankan dilakukan negosiasi dengan

kenaikan persentase margin sebesar 0,5% setiap bulan. Misalkan, untuk panen

hasil pertanian yang memerlukan waktu 7 (tujuh) bulan, maka persentase margin

yang digunakan adalah sebesar 13%.

Walaupun, persentase margin sebesar 12,5% tersebut lebih rendah 1,5%

dibanding persentase margin yang mengacu pada Margin program Kredit Usaha

Rakyat (KUR) di Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk Segmen Ritel yaitu sebesar

14% (syariahmandiri.co.id., 2012). Namun, persentase margin sebesar 12,5%

dengan maksimal jangka waktu pembiayaan adalah 6 (enam) bulan, secara

kumulatif diharapkan akan memberikan keuntungan bagi pihak Perbankan

Syariah. Hal ini tentunya masih memerlukan kajian lebih lanjut untuk menghitung

profitabilitas Perbankan Syariah. Dibawah ini disajikan simulasi cara jual beli

Salam dengan persentase margin untuk pembeli sebesar 12,5% untuk komoditi

Gabah Kering:

Harga pasar Gabah Kering pada saat akad : Rp 4,000,000/ton

Persentase Margin untuk pembeli sebesar 12,5% : Rp 500,000/ton

Harga beli Salam dengan margin sebesar 12,5% : Rp 3,500,000/ton

Dari simulasi diatas, Perbankan Syariah (sebagai pembeli) akan membayar

harga beli gabah kering dari petani sebesar Rp 3.500.000,- per ton atau lebih

rendah 12,5% dari harga pasar gabah kering pada saat akad. Hal ini dimaksudkan

agar kepentingan pihak Perbankan Syariah sebagai pembeli tidak terabaikan. Pada

kondisi ini Perbankan Syariah melakukan pembayaran kepada petani secara tunai

dan penyerahan gabah kering oleh petani akan dilakukan 4 (empat) bulan

kemudian.

45

Page 46: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Perbankan Syariah sebagai pembeli akan menanggung resiko gagal serah

hasil pertanian dari petani sebagai pihak penjual. Terdapat 3 (tiga) solusi yang

ditawarkan untuk meminimalkan resiko tersebut.Pertama, apabila petani hanya

mampu menyerahkan setengah (1/2) dari perjanjian quantity transaksi jual beli

Salam, maka petani diharuskan mengembalikan uang kepada pembeli sejumlah

dari setengah quantity hasil panen yang tidak dapat diserahkan. Misalnya

perjanjian quanitity adalah 4 ton dengan harga Rp 3.500.000,- per ton, pada saat

penyerahan hasil panen 4 (empat) bulan kemudian, Petani hanya menyerahkan

sebanyak 2 (dua) ton, maka petani berkewajiban mengembalikannya dalam

bentuk uang sebesar 2 (dua) ton dikali Rp 3.500.000,- per ton adalah Rp

7.000.000,-. Kedua, petani dapat meminta kepada Perbankan Syariah sebagai

pembeli untuk ditunda penyerahan setengah quantity yang gagal serah tersebut

hingga saat panen berikutnya, dengan syarat bahwa gagal serah disebabkan gagal

panen karena kondisi cuaca (kekeringan atau banjir) bukan disebabkan karena

kelalaian petani dalam melakukan pemeliharaan tanaman. Ketiga, petani sebagai

penjual dapat membeli kekurangan setengah quantity dari petani lain yang

kemudian diserahkan kepada Perbankan Syariah sebagai pembeli.

Selanjutnya dengan skema akad Bai’ Salam Paralel, Perbankan Syariah

dapat menjualnya kembali kepada pemilik penggilingan padi dengan harga jual

adalah harga pokok ditambah margin penjualan. Pemilik penggilingan padi juga

akan diuntungkan oleh akad Bai’ Salam Paralel, karena pemilik penggilingan padi

akan mendapatkan jaminan kontinuitas ketersediaan bahan baku gabah kering.

Dalam grafik, Model skema pembiayaan syariah bagi sektor pertanian dengan

menggunakan akad Bai’ Salam Paralel dapat dilihat pada Gambar 3. berikut ini.

46

Jual Beli Komoditas

Penyerahan Komoditas

Penjual Salam (Petani)

Jual Beli Salam

Pembeli (Penggilingan Padi)

Bank Syariah

(Pembeli / Penjual)

Gambar 4.1

Skema Akad Bai’ Salam Paralel

Page 47: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Terdapat perbedaan mendasar antara sistem ijon dengan Bai’ Salam ditinjau

dari perhitungan margin.Dibawah ini disajikan simulasi perhitungan margin yang

diperoleh oleh petani (penjual) dan perbankan syariah (pembeli).

Tabel 4.6

Simulasi Perhitungan Perbandingan Margin Antara Sistem Ijon Dengan Bai’ Salam

Petani (Penjual) Penyedia pembiayaan (Pembeli)

Perhitungan

MarginSistem Ijon Bai' Salam

Perhitungan

MarginSistem Ijon Bai' Salam

Revenue 2.000.000 15.000.000 Revenue 20.000.000 20.000.000

Cost 0 11.000.000 Cost 13.000.000 15.000.000

Margin 2.000.000 4.000.000 Margin 7.000.000 5.000.000

Berdasarkan simulasi pada Tabel 4.6. diatas, dapat diketahui bahwa di sisi

Petani (penjual), pada sistem jual beli ijon, diperoleh margin hanya Rp

2.000.000,- yang diperoleh dari harga penawaran pada sistem jual beli ijon,

dimana pembeli dengan leluasa membeli hasil panen petani dengan harga yang

47

Page 48: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

sangat rendah karena posisi tawar pembeli yang sangat kuat dihadapan petani.

Sedangkan pada sistem jual beli Salam, petani memperoleh margin sebesar Rp

4.000.000,-. Hasil ini diperoleh dari selisih antara pendapatan yaitu Rp

15.000.000,- (harga penawaran dengan jual beli Salam sebesar Rp 3000,- per

kilogram dikali 5 ton atau 5000 kilogram gabah kering) dengan biaya yang harus

dikeluarkan yaitu Rp 11.000.000,- (biaya produksi sekitar Rp 2200 per kilogram

dikali hasil panen sebesar 5 ton).

Di sisi penyedia pembiayaan (pembeli), pada sistem jual beli ijon, diperoleh

margin sebesar Rp 7.000.000,- diperoleh dari selisih pendapatan yaitu Rp

20.000.000,- (Rp 4000 per kilogram dikali 5 ton gabah kering) dengan biaya Rp

13.000.000,- (untuk membayar petani sebesar Rp 2.000.000,- dan pemeliharaan

tanaman sebesar Rp 11.000.000,-). Sedangkan dengan sistem jual beli Salam,

penyedia pembiayaan (pembeli) mendapatkan margin sebesar Rp 5.000.000,-

diperoleh dari selisih pendapatan Rp 20.000.000,- (Harga pasar gabah kering Rp

4000,- per kilogram dikali hasil panen gabah kering sebanyak 5 ton) dengan biaya

sebesar Rp 15.000.000,- (Harga penawaran jual beli Salam Rp 3000 per kilogram

dikali 5 ton gabah kering).

Berdasarkan Simulasi pada Tabel 4.6.diatas, maka dapat diketahui bahwa

manfaat dengan menggunakan akad Bai’ Salam bagi petani adalah petani

memperoleh margin yang lebih besar yaitu Rp 4.000.000,- dibandingkan dengan

menggunakan sistem ijon yaitu Rp 2.000.000,-. Oleh karena itu, diharapkan

dengan menggunakan akad Bai’ Salam dapat meningkatkan kesejateraan petani.

Kemudian secara makro akan meningkatkan daya beli petani. Di lain sisi, pihak

penyedia pembiayaan dengan menggunakan akad Bai’ Salam juga memperoleh

margin yang menarik yaitu Rp 5.000.000,-, secara kumulatif akan memberikan

keuntungan bagi penyedia pembiayaan.

Keseimbangan (equilibrium) margin antara sistem jual beli ijon dengan jual

beli Salam dapat diperoleh bila penyedia pembiayaan (pembeli) menaikkan harga

penawaran pada sistem jual beli ijon sebesar Rp 4.000.000,-. Simulasi perhitungan

perbandingan margin dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

48

Page 49: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Tabel 4.7

Equilibrium Margin Sistem Ijon dengan Bai' Salam bagi Petani (Penjual) dan

Penyedia Pembiayaan (Pembeli)

Petani (Penjual) Penyedia pembiayaan (Pembeli)

Perhitungan

MarginSistem Ijon Bai' Salam

Perhitungan

MarginSistem Ijon Bai' Salam

Revenue 4.000.000 15.000.000 Revenue 20.000.000 20.000.000

Cost 0 11.000.000 Cost 15.000.000 15.000.000

Margin 4.000.000 4.000.000 Margin 5.000.000 5.000.000

Dengan demikian, juga dapat diketahui perbedaan perhitungan margin bagi

petani dan penyedia pembiayaan antara pembiayaan dengan cara pinjam modal

dan pembiayaan dengan akad Bai’ Salam. Dibawah ini disajikan simulasi

perhitungan margin antara pembiayaan dengan pinjam modal dan pembiayaan

dengan akad Bai’ Salam bagi petani dan penyedia pembiayaan.

Tabel 4.8

Simulasi Perhitungan Perbandingan Margin Antara Pinjam Modal Dengan Bai’

Salam

Petani (Penjual) Penyedia pembiayaan (Pembeli)

Perhitungan

MarginSistem Ijon Bai' Salam

Perhitungan

MarginSistem Ijon Bai' Salam

Revenue 20.000.000 15.000.000 Revenue 2.800.000 20.000.000

Cost 13.800.000 11.000.000 Cost 500.000 15.000.000

Margin 6.200.000 4.000.000 Margin 2.300.000 5.000.000

Berdasarkan Tabel diatas, diketahui bahwa pada pembiayaan pinjam modal,

petani memperoleh margin sebesar Rp 6.200.000,- diperoleh dari selisih antara

pendapatan dari hasil menjual hasil panen sebesar Rp 20.000.000,- (Rp 4000 per

kilogram dikali 5 ton gabah kering) dengan biaya penanaman dan membayar

49

Page 50: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

bunga sebesar Rp 13.800.000,- (biaya penanaman Rp 11.000.000,- ditambah

membayar bunga dengan persentase 14% sebesar Rp 2.800.000,-). Sedangkan

pada pembiayaan akad Bai’ Salam, petani mendapatkan margin sebesar Rp

4,000.000,-. Sehingga dapat dikatakan bahwa di sisi petani, margin pada

pembiayaan dengan akad Bai’ Salam lebih kecil dibandingkan dengan margin

pada pembiayaan dengan pinjam modal. Oleh karena itu, sebagian besar petani

tentunya akan lebih memilih pinjam modal atau berbasis hutang sebagai sumber

pembiayaan usaha pertanian mereka.

Hal ini sesuai dengan pendapat Akerlof dalam Ross et al. (2002) dalam

Teori Ketidaksimetrisan Informasi, menyatakan bahwa sebuah usaha yang ”sehat”

akan lebih memilih instrumen berbasis hutang, karena pemilik usaha tidak akan

pernah mau berbagi keuntungan dengan orang lain dan memilih membayar biaya

modal. Menguatkan pendapat Akerlof diatas, Harris dan Raviv dalam Ross et al.

(2002) dalam Teori Signaling menyatakan bahwa, sebuah usaha akan lebih

memilih untuk mengoptimalkan sumber pendanaan berbasis hutang, dibandingkan

dengan menggunakan dana internal atau ekuitas. Lebih lanjut Harris dan Raviv

dalam Ross et al. (2002) menyatakan bahwa sebuah usaha menggunakan

instrumen berbasis hutang untuk membiayai ekspansi bisnis atau investasi

produktif lainnya.Teori ini sesuai untuk usaha yang diekspektasikan dalam fase

tumbuh.

Senada dengan pernyataan Akerlof dan Harris dan Raviv diatas, Myers

dalam Ross et al. (2002) dalam Teori Pecking Order, menyatakan bahwa terdapat

hubungan negatif antara arus kas saat ini dan utilisasi instrumen berbasis hutang,

artinya dengan menggunakan instrumen berbasis hutang maka arus kas usaha saat

ini akan semakin meningkat. Lebih lanjut Myers dalam Ross et al. (2002)

berpendapat bahwa, suatu usaha memiliki preferensi pemilihan sumber

pembiayaan berasal dari dana eksternal yaitu hutang dan ekuitas. Suatu usaha

yang membutuhkan dana eksternal mengindikasikan adanya masalah kesulitan

keuangan. Dalam kondisi ini, posisi tawar (bargaining position) perusahaan

menjadi kurang menguntungkan.

50

Page 51: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Penelitian ini juga melakukan pengukuran terhadap profitabilitas dari usaha

pertanian di Kabupaten Bogor. Menurut Hyuha et al. (2011), untuk mengukur

profitability petani, diperlukan informasi struktur biaya (cost structure) yang

digunakan. Tabel 4.9.menunjukkan informasi rata-rata biaya produksi pertanian.

Tabel 4.9Rata-rata Biaya Produksi untuk Penanaman dalam Satu Musim

Tipe Biaya (Cost Type)Rata-rata Biaya

(Rupiah)Persentase

(%)Beli Benih, pupuk dan pestisida

Bayar sewa mesin dan alat pertanian

Bayar buruh tani (bagi hasil) / buruh angkut

Total Variable Costs (TVC)

Total Fixed Costs (TFC)

Total Costs (TVC+TFC)

1,219,500

689,000

3,138,000

5,046,500

2,780,500

7,827,000

16%

9%

40%

64%

36%

(Sumber : Data Primer, 2012)Berdasarkan Tabel diatas, rata-rata biaya yang dibutuhkan oleh petani untuk

penanaman dalam satu musim yaitu sekitar Rp 7.827.000,-. Dengan komposisi

struktur biaya untuk variable costs sebesar 64% dan untuk fixed costs sebesar

36%. Tingginya komponen fixed costs disebabkan karena mayoritas petani tidak

memiliki lahan sendiri atau mengelola lahan milik orang lain.

Dari hasil perhitungan total biaya, maka selanjutnya dapat dilakukan

pengukuran profitability. Menurut Langemeier (1996), pengukuran profitability

dapat menjelaskan efisiensi antara sumberdaya yang digunakan oleh petani untuk

menghasilkan keuntungan (profit). Tabel 10.berikut ini akan menyajikan

informasi profitability petani untuk satu siklus atau satu musim penanaman,

khususnya petani di Kabupaten Bogor yang menjadi objek pada penelitian ini.

Tabel 4.10

51

Page 52: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Hasil Perhitungan Profitabilitas Petani di Kabupaten Bogor

Variabel Rupiah

Total Cost (TVC+TFC)

Total Revenue (TR)

Gross Margin (TR-TVC)

Net Farm Income (TR-TC)

Net Return on Investment atau Net Farm Income/Total Cost

(%)

Profit Margin Ratio atau Net Farm Income/Total Revenue (%)

7,827,000

10,882,500

5,836,000

3,055,500

39%

28%

(Sumber : Data Primer, 2012

Hasil perhitungan profitabilitas petani yang disajikan dalam Tabel 10.diatas

mengindikasikan bahwa rata-rata pendapatan kotor (gross margin) yang dapat

dihasilkan petani di Kabupaten Bogor adalah Rp 5.836.000,- dan rata-rata

pendapatan bersih (net farm income) adalah Rp 3.055.500,-. Nilai positif pada net

farm income berarti usaha pertanian menguntungkan (profitable) dan layak untuk

dijalankan.Hasil ini menunjukkan usaha pertanian yang dijalankan oleh petani di

Kabupaten Bogor adalah usaha yang dapat terus hidup (viable enterprises).

Net return on investment yang diperoleh yaitu 39% atau 0,39,

mengindikasikan bahwa setiap Rp 1.000.000,- yang diinvestasikan dalam usaha

pertanian dapat menghasilkan imbal hasil (return) sebesar Rp 390.000,-. Nilai net

return on investment yang dihasilkan ini menunjukkan nilai yang sangat menarik

bagi investor potensial, khususnya perbankan syariah. Sejalan dengan hasil net

return on investment, nilai profit margin ratio juga menunjukkan nilai yang sangat

menarik bagi investor potensial dengan nilai 28%. Sehingga dapat dikatakan

usaha pertanian adalah usaha yang menguntungkan, baik bagi petani yang

menjalankan maupun bagi investor.

Regresi Logistik

52

Page 53: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Dari hasil Regresi Logistik, diketahui bahwa terjadi penurunan likelihood (-

2LogL), hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan

data. Selisih nilai -2LogL dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.11

Selisih Nilai -2LogL dari Model

Selisih nilai -2LogL Selisih Degree of Freedom (df) Sig.

63,186 3 .000

(Sumber : Output SPSS hasil olahan peneliti, 2012)

Output SPSS diatas menunjukkan selisih nilai -2LogL sebesar 63,186

dengan df = 2 dan angka signifikansi <.005, yang berarti penambahan variabel

bebas memberikan pengaruh nyata terhadap model, atau dengan kata lain model

dinyatakan fit.

Menurut Ghozali (2011), Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan

seperti nilai R2 pada linier multiple regression. Dibawah ini disajikan hasil output

SPSS untuk nilai Nagelkerke’s R2.

Tabel 4.12

Nilai Nagelkerke’s R2

Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

0,468 0,63

(Sumber : Output SPSS hasil olahan peneliti, 2012)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Nagelkerke’s R2 sebesar 0,632

yang berarti variabilitas variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variabilitas

variabel independent sebesar 63,2% dan sisanya sebesar 36,8% dijelaskan oleh

faktor lain.

53

Page 54: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Ghozali (2011) menyatakan bahwa, kelayakan model regresi dinilai dengan

menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Dibawah ini

disajikan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test.

Tabel 4.13

Nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Nilai test Sig.

8,977 .344

(Sumber : Output SPSS hasil olahan peneliti, 2012)

Menurut Ghozali (2011), jika nilai Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of

Fit Test Statistic lebih besar 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan

berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model

dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Pada Tabel 13. diatas

dapat dilihat bahwa nilai Hosmer dan Lemenshow’s Goodness of Fit Test Statistic

sebesar 8,977 dengan probabilitas signifikansi 0,344 yang nilainya jauh diatas

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima karena

cocok dengan data observasinya dan pengujian hipotesis dapat dilakukan.

Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan penerimaan (acceptance) petani untuk menggunakan

akad Bai’ Salam sebagai metode pembiayaan syariah untuk usaha pertanian

mereka. Menurut Ghozali (2011) Untuk menghitung nilai estimasi yang benar

(correct) dan salah (incorrect) dapat dilihat dari Tabel Klasifikasi dari output

SPSS. Tabel Klasifikasi dapat dilihat Pada Tabel dibawah.

Tabel 4.14Tabel Klasifikasi

ObservedPredicted Percentage

CorrectAcceptance

54

Page 55: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Acceptance 0 (tidak) 1 (ya)

0 (tidak) 47 12 79,7

1 (ya) 2 39 95,1

Overall Percentage 86,0

(Sumber : Output SPSS hasil olahan peneliti, 2012)

Dengan demikian tabel di atas memberikan nilai overall percentage sebesar

(47+39)/100 = 86%, yang berarti ketepatan model penelitian ini adalah sebesar

86%. Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal

dengan tingkat ketepatan peramalan 100%. Output SPSS hasil analisis regresi

logistik, dapat dilihat pada Tabel 4.15.berikut ini.

Tabel 4.15

Hasil Analisis Regresi Logistik

Variabel Koefisien Sig.

Sikap 0,765 0,038

Norma Subjektif 0,643 0,018

Harga dari akad Bai’ Salam Relatif terhadap Pinjam Modal 0,631 0,230

Harga dari akad Bai’ Salam Relatif terhadap Sistem Ijon 1,359 0,007

Konstanta -9,949 0,000

(Sumber : Output SPSS hasil olahan peneliti, 2012)

Dari hasil output SPSS diatas diperoleh hasil bahwa, variabel bebas ”Sikap”

memiliki nilai signifikansi 0,038, variabel bebas ”Norma Subjektif” memiliki nilai

signifikansi 0,018 dan variabel bebas ”Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap

sistem ijon” memiliki nilai signifikansi 0,007, menunjukkan nilai yang lebih kecil

dari 0,050. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ”Sikap” dan

”Norma Subjektif” serta ”Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon”

55

Page 56: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

memiliki pengaruh terhadap penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam.

Dari nilai positif pada koefisien variabel ”Sikap” dan ”Norma Subjektif” serta

”Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon”, dapat dikatakan bahwa

pengaruh yang terjadi adalah pengaruh yang positif. Dengan demikian,

interpretasi dapat dilakukan dengan menyatakan bahwa semakin tinggi nilai

”Sikap” dan ”Norma Subjektif” serta ”Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap

sistem ijon” dari seorang responden, maka probabilitas responden tersebut untuk

menerima akad Bai’ Salam juga semakin tinggi.

Sedangkan nilai signifikansi dari variabel bebas ”Harga dari akad Bai’

Salam relatif terhadap pinjam modal” menunjukkan nilai jauh diatas 0,050 yaitu

0,230, sehingga dapat disimpulkan bahwa ”Harga dari akad Bai’ Salam relatif

terhadap pinjam modal” tidak mempengaruhi penerimaan untuk menggunakan

akad Bai’ Salam atau dengan kata lain variabel ”Harga dari akad Bai’ Salam

relatif terhadap pinjam modal” tidak dimasukkan kedalam model hasil penelitian.

Berdasarkan Tabel 4.15. diatas, maka model regresi logistik yang terbentuk

dari hasil penelitian ini, dinyatakan dalam persamaan berikut ini:

Lnp

= -9,949 + 0,765X1 + 0,643X2 + 1,359X31-p Atau

p= e (-9,949 + 0,765X

1 + 0,643X

2 + 1,359X

3)

1-pKeterangan :

p= odds Penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam

1-p

p = Probabilitas Penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam

X1 = Sikap

X2 = Norma Subjektif

X3 = Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon

e = Eksponensial

56

Page 57: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Dari persamaan logistik diatas dapat dilihat bahwa log of odds penerimaan

untuk menggunakan akad Bai’ Salam secara positif berhubungan dengan Sikap

dan Norma Subjektif serta Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem

ijon. Jika nilai Sikap dan Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon

dianggap konstan, maka (odds) penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam

naik dengan faktor sebesar e 0,643 atau sebesar 1,90 untuk setiap unit kenaikan

Norma Subjektif. Sedangkan jika variabel Norma Subjektif dan Harga dari akad

Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon dianggap konstan, maka (odds)

penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam naik dengan faktor sebesar

e0,765 atau sebesar 2,15 untuk setiap unit perubahan dari Sikap. Dan bila variabel

Sikap dan Norma Subjektif serta Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap

sistem ijon dianggap konsta, maka (odds) penerimaan untuk menggunakan akad

Bai’ Salam adalah 0,00 (e -9,949). Dalam diagram, dapat dilihat pada Gambar

4.berikut ini.

Gambar 4.2

Model Penelitian Hasil Analisis Regresi Logistik

Keterangan: * Signifikan positif

Hasil tidak signifikan

57

SIKAP

NORMA SUBJEKTIF

HARGA DARI AKAD

BAI’ SALAM RELATIF

TERHADAP PINJAM

MODALHARGA DARI AKAD BAI’

SALAM RELATIF

TERHADAP SISTEM IJON

PENERIMAAN UNTUK

MENGGUNAKAN AKAD

BAI’ SALAM

(R2 = 63,2%)

Page 58: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

Menurut Ajzen (1991), bahwa sikap berkembang dari kepercayaan

seseorang memegang keyakinan tentang obyek sikap. Dalam hal ini, petani

memiliki keyakinan bahwa dengan menggunakan akad Bai’ Salam, mereka

memiliki kepastian akan modal, pembeli dan harga diawal. Maka sesuai dengan

pendapat Ajzen (1991), hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh

yang positif antara sikap para petani terhadap penerimaan untuk menggunakan

akad Bai’ Salam.

Adanya pengaruh sikap terhadap penerimaan untuk menggunakan akad Bai’

Salam, sejalan dengan temuan Lada et al. (2009), bahwa sikap secara signifikan

berpengaruh terhadap penerimaan untuk mengkonsumsi produk halal. Begitu juga

Taib et al. dalam Amin et al. (2010) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara sikap dengan penerimaan untuk menggunakan akad

musharakah mutanaqisah untuk pembiayaan perumahan. Sedangkan Tarkiainen

dan Sundqvist dalam Amin et al. (2010), menemukan bahwa niat konsumen untuk

membeli makanan organik dapat diprediksi dengan sikap mereka.

Selain variabel Sikap, variabel Norma Subjektif diketahui memiliki

pengaruh yang positif terhadap penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam.

Menurut Ajzen (1991), keyakinan normatif concern dengan kemungkinan bahwa

penting rujukan individu atau kelompok menyetujui atau menolak melakukan

suatu perilaku yang diberikan. Kekuatan dari setiap keyakinan normatif (n)

dikalikan dengan motivasi seseorang untuk mematuhi (m) dengan rujukan yang

bersangkutan, dan norma subyektif (SN) berbanding lurus dengan jumlah yang

dihasilkan produk di seluruh rujukan penting n. Dalam persamaan dapat dilihat

pada persamaan berikut ini: SN = ∑ ni mi

Sejalan dengan temuan ini, Ramayah et al. dalam Amin et al.

(2010) menemukan bahwa Norma Subjektif adalah faktor yang signifikan

berpengaruh terhadap penerimaan untuk menggunakan internet banking, atau

dengan kata lain, semakin besar tekanan norma subjektif maka semakin tinggi niat

untuk menerima internet banking. Tarkiainen dan Sundqvist dalam Amin et al.

58

ni-n

Page 59: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

(2010), menegaskan bahwa norma subjektif dapat memprediksi niat konsumen

untuk membeli makanan organik.

Berdasarkan Gambar 4.2. Diatas, temuan pada penelitian ini menyatakan

bahwa, variabel “harga dari Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon” berpengaruh

signifikan positif terhadap penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam,

yang artinya semakin tinggi harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem

ijon maka semakin tinggi penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam. Hasil

ini menunjukkan bahwa petani di Kabupaten Bogor beranggapan bila

menggunakan akad Bai’ Salam, maka akan lebih menguntungkan bagi usaha

pertanian mereka, dibandingkan dengan harga pada transaksi dengan sistem ijon.

Senada dengan temuan diatas, menurut Anugrah (2009) dalam penelitiannya

tentang sistem agribisnis komoditas buah Mangga, menyatakan bahwa pada

sistem ijon komoditas buah Mangga, transaksi pembelian buah Mangga dilakukan

pada saat pohon Mangga masih berbunga, dimana cara perhitungan dan

penaksiran dilakukan pada satuan pohon Mangga. Kemudian pada saat itu juga

terjadi transaksi. Oleh karena itu, harga penawaran dari pembeli sangat rendah,

yang menyebabkan keuntungan bagi petani akan tergerus oleh pembeli. Sehingga

petani tentunya akan lebih memilih cara jual beli Salam dibandingkan jual beli

sistem ijon.

Temuan lain dari penelitian ini yaitu, Variabel “harga dari Bai’ Salam relatif

terhadap pinjam modal” diketahui tidak berpengaruh terhadap penerimaan untuk

menggunakan akad Bai’ Salam, yang artinya bahwa harga pada akad Bai’ Salam

tidak lebih menguntungkan daripada harga dengan cara jual beli pada umumnya

dengan kondisi petani meminjam modal untuk penanaman. Walaupun petani akan

dihadapkan pada konsekuensi harus membayar bunga yang cukup besar pada

pinjam modal, namum pinjam modal menjadi pilihan petani. Hal ini senada

dengan Teori Ketidaksimetrisan Informasi (Akerlof dalam Ross et al, 2002), Teori

Signaling (Harris dan Raviv dalam Ross et al., 2002), dan Teori Pecking Order

(Myers dalam Ross et al., 2002), yang memiliki kesamaan teori bahwa suatu

usaha akan lebih memilih instrumen berbasis hutang (pinjam modal) untuk

membiayai aktivitas operasional usaha.

59

Page 60: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

60

Page 61: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Untuk tujuan identifikasi masalah pembiayaan dan pemasaran yang dihadapi

oleh petani di Kabupaten Bogor, dapat disimpulkan bahwa mayoritas petani

atau 70% responden membutuhkan pembiayaan untuk pengadaan input

pertanian. Sedangkan untuk pemasaran hasil pertanian, 43% responden

menyatakan bahwa tengkulak adalah pembeli yang paling sering membeli

hasil panen.Untuk tujuan identifikasi masalah produktivitas petani di

Kabupaten Bogor, dapat disimpulkan bahwa kualitas benih, pupuk dan

pestisida yang tidak bagus merupakan masalah utama (rangking pertama)

yang menyebabkan hasil panen rendah.

2. Untuk tujuan mengetahui kontribusi lembaga pembiayaan formal dan informal

pada sektor pertanian di Kabupaten Bogor, dapat disimpulkan bahwa

sebanyak 60% petani mendapatkan modal dari sumber informal.

3. Mayoritas petani (59% responden) menyatakan cara jual beli Salam bagus.

Sehingga disimpulkan bahwa metode pembiayaan syariah dengan akad Bai’

Salam dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembiayaan sektor pertanian

di Kabupaten Bogor.

4. Untuk tujuan pengukuran profitabilitas usaha pertanian di Kabupaten Bogor.

Dapat disimpulkan bahwa, rata-rata pendapatan bersih petani (net farm

income) adalah Rp 3.055.500,-. Dengan nilai Net Return on Investment (Net

ROI) yang diperoleh yaitu 39%, ini menunjukkan nilai yang sangat menarik

bagi investor potensial, khususnya perbankan syariah sebagai penyedia

pembiayaan syariah.

5. Dari hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa Sikap, Norma Subjektif

dan Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon berpengaruh

signifikan positif terhadap Penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam.

Sedangkan Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap pinjam modal tidak

berpengaruh terhadap Penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam.

61

Page 62: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

6. Nilai Koefisien Determinasi (nilai Nagelkerke’s R2) sebesar 0,632 yang berarti

variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel

bebas adalah sebesar 63,2% dan sisanya sebesar 36,8% dijelaskan oleh faktor

lain. Dengan melihat matriks klasifikasi, maka dapat dikatakan persamaan

pada model ini memiliki tingkat ketepatan peramalan sebesar 86%.

5.2 Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan serta kesimpulan yang telah

dikemukakan diatas, maka saran atau rekomendasi dari penelitian ini yang

mungkin dapat ditindaklanjuti adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas petani memerlukan

pembiayaan untuk usaha pertanian mereka, dapat menjadi perhatian dan

pertimbangan dari perbankan syariah atau pemerintah melalui berbagai

program pembiayaan. Hal ini tentunya sudah banyak dilakukan, namun demi

peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani, disarankan agar program

pembiayaan adalah program yang pro kepada petani, salah satunya

pembiayaan dengan akad Bai’ Salam.

2. Hasil penelitian ini menemukan bahwa mayoritas petani menyatakan akad Bai’

Salam bagus. Walaupun demikian, diperlukan adanya sosialisasi kepada

petani bahwa pembiayaan dengan cara jual beli Salam memberikan

konsekuensi pelunasan hasil komoditas pertanian yang harus diserahkan

sesuai dengan jumlah dan kualitas yang telah disepakati diawal kontrak dan

penyerahan hasil agar sesuai dengan tempo penyerahan yang telah disepakati.

3. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa profitabilitas yang dihasilkan dari

usaha pertanian di Kabupaten Bogor sudah layak dan menguntungkan

(profitable), peneliti menyarankan agar dapat dipertahankan oleh petani.

Walaupun demikian, peningkatan kuantitas dan kualitas masih sangat

diperlukan untuk tujuan yang lebih luas, misalnya untuk tujuan ketahanan

pangan nasional.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa hampir 50% petani

bersedia memberikan harga jual dengan persentase margin untuk pembeli

62

Page 63: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

yaitu lebih dari 10%, dapat menjadi perhatian perbankan syariah. Oleh karena

itu, disarankan kisaran persentase margin yaitu antara 10% - 15%. Namun,

untuk mencapai tujuan bersama, peneliti menyarankan pada persentase

sebesar 12,5% dengan maksimal jangka waktu pembiayaan adalah 6 (enam)

bulan.

5. Sikap dan Norma Subjektif merupakan faktor utama yang mempengaruhi

penerimaan petani untuk menggunakan akad Bai’ Salam, hasil ini

menunjukkan bahwa penelitian ini mengaplikasikan model klasik Theory of

Reasoned Action (TRA).Sehingga dapat disarankan penggunaan model TRA

untuk riset-riset akad keuangan syariah lainnya.

6. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, variabel “harga dari akad Bai’

Salam relatif terhadap sistem ijon” berpengaruh signifikan positif terhadap

penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam, dan variabel “harga dari

akad Bai’ Salam relatif terhadap pinjam modal” tidak berpengaruh terhadap

penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam, sehingga disarankan agar

petani lebih memilih akad Bai’ Salam sebagai pembiayaan bagi usaha

pertanian mereka, karena lebih menguntungkan daripada dengan sistem ijon

dan tidak akan terjerat oleh sistem bunga pada pinjam modal.

63

Page 64: Bab i,II,III,IV,V Makalah Akad Salam

DAFTAR PUSTAKA

Suwiknyo, Dwi. Pengantar Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010.

Ismail.Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Nurhayati, Sri. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Antonio, Muhammad Syafi’l. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan.

Tazkia Institute, 1999.

Muthaher, Osmad. Akuntansi Perbankan Syariah. Graha Ilmu, 2012.

http://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/02/manajemen-pembiayaan-

syariah/

inspirasitabloid.wordpress.com/2011/07/01/Lembaga-keuangan-mkro-dalam-

permodalan-pertanian/

Asboch.blogspot.com/2013/03/Perkembangan-Pertanian-di-indonesia.html?m=1

64