BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · 2017. 10. 5. · 2.2 TEORI GERAKAN SOSIAL 2.2.1 Pengertian Gerakan...

26
14 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang ditemukan dalam melakukan penelitian. Dalam bab II ini dibahas beberapa teori yaitu teori feminisme dan juga teori Gerakan sosial. Feminisme juga dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial. Gerakan yang muncul akibat adanya praktek praktek bias gender dalam hal ini perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Oleh sebabnya, perempuan muncul untuk menunjukan sikap terhadap hal tersebut. Untuk itu dibawah ini dijelaskan secara singkat apa yang dimaksud dalam hal hal diatas. 2.1 TEORI PERAN FEMINISME 2.1.1 Defenisi feminisme Gerakan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh prespektif feminisme. Teori feminisme beranjak dari asumsi bahwa gender merupakan konstruksi yang meskipun bermanfaat, tetapi didominasi oleh bias laki laki dan cenderung opresif terhadap perempuan. Teori feminisme berperan menentang asumsi asumsi gender yang hidup dalam masyarakat dan mencapai cara yang lebih membebaskan kaum perempuan. 1 Topik mengenai perempuan selalu menarik perhatian dalam dunia sekarang ini. Ketertinggalan perempuan Indonesia dibandingkan laki laki adalah sesuatu 1 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003, 86.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · 2017. 10. 5. · 2.2 TEORI GERAKAN SOSIAL 2.2.1 Pengertian Gerakan...

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Landasan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk

    menjelaskan permasalahan yang ditemukan dalam melakukan penelitian. Dalam

    bab II ini dibahas beberapa teori yaitu teori feminisme dan juga teori Gerakan

    sosial. Feminisme juga dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial.

    Gerakan yang muncul akibat adanya praktek – praktek bias gender dalam hal ini

    perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Oleh sebabnya, perempuan

    muncul untuk menunjukan sikap terhadap hal tersebut. Untuk itu dibawah ini

    dijelaskan secara singkat apa yang dimaksud dalam hal – hal diatas.

    2.1 TEORI PERAN FEMINISME

    2.1.1 Defenisi feminisme

    Gerakan perempuan di Indonesia dipengaruhi oleh prespektif feminisme.

    Teori feminisme beranjak dari asumsi bahwa gender merupakan konstruksi yang

    meskipun bermanfaat, tetapi didominasi oleh bias laki – laki dan cenderung

    opresif terhadap perempuan. Teori feminisme berperan menentang asumsi –

    asumsi gender yang hidup dalam masyarakat dan mencapai cara yang lebih

    membebaskan kaum perempuan.1

    Topik mengenai perempuan selalu menarik perhatian dalam dunia sekarang

    ini. Ketertinggalan perempuan Indonesia dibandingkan laki – laki adalah sesuatu

    1Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003,

    86.

  • 15

    yang tidak bisa dipungkiri. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, salah

    satunya adalah karena stereotype sosial dan budaya yang masih menempatkan

    perempuan pada posisi subordinat laki – laki.2 Gerakan perempua

    Perjuangan perempuan untuk mendapat perlakuan lebih baik dari laki – laki

    disebut dengan feminisme.3 Secara umum dalam ensiklopedia feminisme,

    feminisme diartikan sebagai sebuah ideologi pembebasan perempuan karena yang

    melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan

    mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.4 Selain itu, feminisme juga

    diartikan sebagai sebuah kepercayaan bahwa perempuan semata – mata karena

    mereka adalah perempuan diperlakukan tidak adil dalam masyarakat yang

    dibentuk untuk memperioritaskan cara pandang laki – laki serta kepentingannya.

    Dimana laki – laki selalu dianggap yang paling kuat sedangkan perempuan lemah,

    laki – laki dianggap lebih rasional dan mereka emosional, laki – laki dianggap

    aktif dan perempuan pasif.5 Sedangkan menurut Gerda Lener, terdapat beberapa

    defenisi mengenai istilah feminisme. Diantaranya, feminisme adalah sebuah

    doktrin yang menyokong hak – hak sosial dan politik yang setara bagi perempuan;

    menyusun suatu deklarasi perempuan sebagai sebuah kelompok dan sejumlah

    teori yang telah diciptakan oleh perempuan; kepercayaan pada perlunya

    perubahan sosial yang luas dan berfungsi untuk meningkatkan daya perempuan.6

    2Siti Hariti Sastriyani, Perempuan di Sektor Publik, (Yogyakarta: Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada dan Tiara Wacana,2008),107. 3Sarah Gamble, Feminisme dan Ostfeminisme, (Yogyakarta: Jalasutra, 2001(,3. 4Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Surakarta: Fajar Pustika Baru,2007), 158.

    5Sarah Gamble, Feminisme dan Ostfeminisme, (Yogyakarta: Jalasutra, 2001),1.

    6http://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMINISME oleh Fajar Apriani,S.sos.,M.si diunduh pada tanggal 15 April 2015

    http://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMINISMEhttp://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMINISME

  • 16

    Lebih lanjut dikemukakan juga oleh Lerner, feminisme dapat mencakup baik

    gerakan hak – hak perempuan maupun emansipasi perempuan. Ia mendefenisikan

    kedua posisi tersebut sebagai gerakan hak – hak perempuan berarti sebuah

    gerakan yang peduli dengan pemenangan bagi keseteraan perempuan dengan laki

    – laki dalam semua aspek masyarakat dan memberi mereka akses pada semua hak

    – hak dan kesempatan – kesempatan yang dinikmati laki – laki dalam institusi –

    institusi dari masyarakat tersebut.7 Feminisme juga merupakan sebuah wawasan

    sosial, yang berakar dalam pengalaman kaum perempuan menyangkut

    diskriminasi dan penindasan oleh karena jenis kelamin, suatu gerakan yang

    memperjuangkan pembebasan kaum perempuan dari semua bentuk seksisme dan

    sebuah metode analisis ilmiah yang digunakan pada hampir semua cabang ilmu.

    John Wolski Conn juga berpendapat bahwa feminisme merupakan seperangkat

    ide yang tertata dan sekaligus suatu rencana aksi yang praktis, yang berakar dalam

    kesadaran kritis kaum perempuan tentang bagaimana suatu kebudayaan yang

    dikendalikan arti dan tindakannya oleh kaum laki – laki, demi keuntungan mereka

    sendiri, menindas kaum perempuan dan serentak merendahkan martabat kaum

    laki – laki sebagai manusia.8

    Para perempuan yang ambil bagian dalam pergerakan hak – hak sipil

    menyadari bahwa bukan saja laki – laki yang mempunyai andil dalam

    kepemimpinan.Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kaum

    perempuan untuk dapat memimpin dan setara derajatnya dengan kaum laki –

    7Ibid., 8Anne M.Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, (Semarang: Ladero,2002),28-29.

  • 17

    laki.9 Perempuan tersubordinasi oleh faktor – faktor yang dikonstruksikan secara

    sosial. Banyak mitos dan kepercayaan yang menjadikan kedudukan perempuan

    berada lebih rendah daripada laki – laki. Hal itu semata – mata karena perempuan

    dipandang dari segi seks, bukan dari segi kemampuan, kesempatan dan aspek –

    aspek manusiawi secara universal, yaitu sebagai manusia yang berakal, bernalar,

    dan berperasaan.10

    Perempuan dimana – mana mencurahkan tenaga untuk

    membina keluarga, perempuan memegang peranan dalam usaha kesejahteraan

    masyarakat. Namun keberadaannya masih dirasakan ada ketimpangan dalam

    pengakuan dan penghargaan terhadap perempuan dibandingkan laki – laki.11

    Keadaan ini sangat merugikan perempuan dalam memanfaatkan peluang kerja

    yang tersedia, termasuk dalam melaksanakan perannya sebagai ibu dan pendidik

    anak – anaknya. Perempuan sebagai individu mempunyai harapan – harapan,

    kebutuhan – kebutuhan, minat dan potensinya sendiri. Perempuan juga

    memerlukan aktualisasi diri yang seoptimal mungkin untuk pengembangan

    sumber daya manusia secara umum.12

    Perempuan dapat terkonstruksi secara sosial sebagai makhluk yang tunduk,

    loyal, lembut, pasrah, dan mengabdi, serta tempat yang dianggap sesuai untuk

    perempuan adalah rumah, peran yang harus diemban dan tidak boleh ditinggalkan

    9Ibid.,20 10http://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMINISME oleh Fajar Apriani,S.sos.,M.si diunduh pada tanggal 15 April 2015

    11 Siti Hariti Sastriyani, Perempuan di Sektor Publik, (Yogyakarta: Pusat Studi Wanita

    Universitas Gadjah Mada dan Tiara Wacana,2008),113. 12Ibid.,114.

    http://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMINISMEhttp://scholar.google.co.id/BERBAGAI+PANDANGAN+MENGENAI+GENDER+DAN+FEMINISME

  • 18

    adalah mengurus urusan – urusan rumah tangga.13

    Perempuan tidak dapat

    berkembang menurut keinginannya, karena ada pembagian peran antara laki – laki

    dan perempuan, yaitu perempuan berada dalam sektor domestik sedangkan laki –

    laki pada sektor publik.14

    Pembagian peran tidak ditentukan karena antara

    keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilih

    menurut kedudukan, fungsi, dan peran masing – masing dalam berbagai bidang

    kehidupan dan pembangunan.15

    2.1.2 Model – model Feminisme

    Riley mengelompokan bentuk – bentuk feminisme kedalam empat model

    utama, yang masing – masingnya memberi sumbangsih khas bagi pemahaman

    tentang perilaku masyarakat menyangkut peran masing – masing:16

    Feminisme liberal :feminisme liberal lebih menekankan pada motivasi

    utamanya ialah upaya menggapai kesederajatan yang penuh antara kaum

    perempuan dan kaum laki – laki dalam setiap ranah kehidupan

    bermasyarakat. Ciri khas yang menentukan feminisme liberal ialah

    penakanannya pada kesetaraan sosial, khususnya untuk mencapai

    keseteraan hak – hak ekonomi dan politik bagi kaum perempuan.

    Feminisme liberal mengkampanyekan hak – hak kaum perempuan untuk

    mengambil keputusan sendiri.

    13Ibid.,115

    14Ibid.,

    15Ibid.,118. 16Anne M.Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, (Semarang: Ladero,2002),38.

  • 19

    Feminisme kultural : gerakan ini memusatkan perhatian pada rupa – rupa

    sumbangsih serta nilai secara tradisional dipertalikan dengan kaum

    perempuan, serta ihwal mengasuh dan berbela rasa, serta kekhasan yang

    dapat mereka hasilkan demi perbaikan masyarakat.

    Feminisme radikal: gerakan ini berupaya untuk membasmi setiap bentuk

    dominasi kaum laki – laki.17

    Feminisme Sosialis: Feminisme sosialis menekankan bahwa penindasan

    gender disamping penindasan kelas adalah merupakan sumber penindasan

    perempuan.18

    Bagi penulis, keberadaan gerakan perempuan harus mampu berperan

    strategis dalam menguatkan gerakan sosial di Indonesia. Karena feminisme juga

    dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial. Gerakan yang muncul akibat

    adanya praktek – praktek bias gender dalam hal ini perlakuan tidak adil terhadap

    kaum perempuan. Oleh sebabnya, perempuan muncul untuk menunjukan sikap

    terhadap hal tersebut. Perempuan ketika ditempatkan dalam gerakan sosial bukan

    mau berbicara soal persamaan derajat laki – laki dan perempuan tetapi peran

    perempuan dalam gerakan sosial mau menunjukan bahwa perempuan juga bisa

    ada dalam dunia publik tidak hanya dalam dunia domestik berdasarkan pembagian

    peran.

    17Ibid.,40 18Ibid.,42.

  • 20

    2.2 TEORI GERAKAN SOSIAL

    2.2.1 Pengertian Gerakan Sosial

    Beberapa pengertian Gerakan sosial yang diungkapkan beberapa para ahli

    antara lain :

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan atau

    agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program

    terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan

    untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. 19

    Sidney

    Tarrow, Gerakan Sosial sebagai sebuah tantangan kolektif yang dilakukan

    sekelompok orang yang memiliki tujuan dan solidaritas bersama, dalam konteks

    interaksi yag berkelanjutan dengan kelompok elite, lawan, dan penguasa.20

    Singh,

    gerakan sosial pada umumnya memobilisasi para partisipannya untuk memperoleh

    perbaikan atas dan terhadap ketidakpuasan tertentu, atau berjuang untuk tujuan

    dan sasaran yang spesifik. Baginya gerakan sosial ditandai kehadiran suatu

    ideologi yang diterima partisipannya, menggunakan langkah – langkah strategis

    untuk mencapai sasaran, memiliki struktur keorganisasian dengan sistem

    komunikasi dan kepemimpinan yang jelas, mobilisasi menentang lawan, dan pada

    akhirnya dampaknya akan terasa di masyarakat.21

    Bruce J Cohen, Gerakan sosial

    adalah gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk

    merubah ataupun mempertahankan unsur tertentu dari msayarakat yang lebih

    19 Rajendra Singh, Social Movement, Old and new: A post Modernist Critique (London:

    Sage Publications,2001), 34

    20 Sidney Tarrow, Power in Movement : Social Movements in contentious politic.

    (Cambridge: Cambridge University Press, 1998) ,4-5

    21Rajendra Singh, Social Movement, Old and new: A post Modernist Critique (London:

    Sage Publications,2001), 36

  • 21

    luas.22

    Anthony GiddensmenyatakanGerakan sosial sebagai suatu upaya kolektif

    untuk mengejar kepentingan bersama, atau mencapai tujuan bersama melalui

    tindakan kolektif di luar lingkup lembaga – lembaga yang mapan.23

    Selain itu

    Robert Mirsel, dalam bukunya yang berjudul Teori Pergerakan Sosial

    mendefenisikan Gerakan Sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang

    tak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau

    menghalangi perubahan dalam masyarakat.24

    Gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya

    ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata

    lain, gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan

    rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Gerakan

    tersebut merupakan gerakan yang lahir dari prakarsa masyarakat menuntut

    perubahan dalam institusi,kebijakan atau struktur pemerintahan. Tuntutan

    perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan

    konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak

    sebagain masyaraat. Karena gerakan sosial lahir dari masyarakat maka

    kekurangan apapun ditubuh pemerintah menjadi sorotannya.25

    Gerakan sosial merupakan jawaban spontan maupun terorganisir dari

    masyarakat terhadap negara yang mengabaikan hak-hak rakyat, yang ditandai oleh

    penggunaan cara-cara di luar jalur kelembagaan negara atau bahkan yang

    22 Bruce J. Cohen, SosiologiSuatuPengantar. ( Jakarta: RinekaCipta, 1992),128

    23

    Fadhilah Putra dkk, GerakanSosial, Konsep, Strategi, hambatan Dan

    TantanganGerakanSosial di Indonesia, (Malang:PlaCID‟sdan Averroes Press,2006),1

    24 Robert Mirsel, TeoriPergerakanSosial, (Yogyakarta:Reist Book,2004), 6-7

    25JuwanoSudarsono, Pembangunan Politik Dan PerubahanPolitik, (Jakarta:Gramedia,

    1976) , 24-25

  • 22

    bertentangan dengan prosedur hukum dan kelembagaan negara. Gerakan sosial

    dapat dipahami sebagai upaya bersama masyarakyat yang hendak melakukan

    pembaruan atas situasi dan kondisi sosial politik yang dipandang tidak berubah

    dari waktu ke waktu atau juga untuk menghentikan kondisi status quo. Selain itu

    gerakan sosial (social movement) adalah aktifitas sosial berupa gerakan sejenis

    tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk

    organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu

    isu – isu social atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau

    mengkampayekan sebuah perubahan sosial.26

    Gerakan sosial itu dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan

    bagi gerakan itu. Jadi ada sekelompok besar rakyat yang terlibat secara sadar

    untuk menuntaskan sebuah proses perubahan sosial. Selanjutnya gerakan sosial ini

    gelombang pergerakan dari individu-individu, kelompok yang mempunyai tujuan

    yang sama yaitu suatu perubahan sosial.27

    Gerakan seperti ini bisa dilakukan sekelompok kecil anggota masyarakat

    saja, namun mereka dapat membawa pesan yang membuat gerakan ini berpotensi

    untuk berkembang. Dalam pandangan Wilson gerakan sosial tidak bertujuan

    untuk memperoleh kepentingan pribadi para anggotanya dan bukan pula untuk

    memperoleh posisi – posisi kekuasaan. Akan tetapi, secara spesifik ditunjukan

    sebagai tawar menawar untuk mempengaruhi pembuat kebijakan mengambil

    26Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta

    :KencanaPrenadamedia Group, 2013) ,217

    27NoerFauzi, MemahamiGerakan – Gerakan Rakyat DuniaKetiga,(Yogyakarta : Insist

    Press, 2005) , 21.

  • 23

    solusi yang menguntungkan bagi mereka. Dengan demikian, tujuan akhir dari

    gerakan sosial ini adalah untuk memperoleh sebuah perubahan.

    Secara historis, gerakan sosial di Indonesia dapat dikatakan memiliki

    sejarah yang kuat. Hal itu dapat dilihat berbagai gerakan sosial yang dimulai sejak

    perlawanan rakyat Indonesia pada masa kolonialisme Belanda. Mulai saat itu

    gerakan sosial telah banyak dilancarkan hingga masih berlanjut sampai sekarang,

    yaitu di sebuah era yang dinamakan era Neoberalisme yang dibungkus dalam

    kemasan globalisasi. 28

    2.2.2 Teori Gerakan Sosial Klasik/Lama dan Teori Gerakan Sosial Klasik

    baru29

    Dalam perspektif ini, beranggapan bahwa gerakan sosial lahir karena

    dukungan dari mereka yang terisolasi dan teralineasi di masyarakat. Gerakan

    sosial klasik ini merupakan cerminan dari perjuangan kelas di sekitar proses

    produksi, dan oleh karenanya gerakan sosial selalu dipelopori dan berpusat pada

    kaum buruh. Paradigma dalam gerakan ini adalah Marxist Theory, sehingga

    gerakan ini selalu melibatkan dirinya pada wacana idiologis yang meneriakkan

    „anti kapitalisme‟, „revolusi kelas‟ dan „perjuangan kelas‟.Orientasi nya juga

    selalu berkutat pada penggulingan pemerintahan yang digantikan dengan

    pemerintahan diktator proletariat. Tetapi dalam konteks saat ini teori gerakan

    28Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta

    :KencanaPrenadamedia Group, 2013) ,227.

    29Dimpos, Manalu, Gerakan Sosial dan perubahan Kebijakan publik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009) ,33 – 34.

  • 24

    sosial klasik ini sudah jarang di jumpai di lapangan dan bahkan nyaris lenyap dari

    rohnya gerakan dan telah digantikan oleh teori gerakan sosial baru.30

    Teori gerakan sosial baru muncul sebagai kritik terhadap teori lama

    sebelumnya yang selalu ada dalam wacana ideologis kelas. Gerakan sosial baru

    adalah gerakan yang lebih berorientasi pada isu dan tidak tertarik pada gagasan

    revolusi. Tampilan dari gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari

    gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya.

    Gerakan sosial baru beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal perlawanan

    timbul tidak hanya dari gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat

    secara langsung dalam sistem produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban,

    kaum menengah. Karena sistem kapitalisme telah merugikan masyarakat yang

    berada di luar sistem produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial,

    seperti berubahnya media hubung antara masyarakat sipil dan negara dan

    berubahnya tatanan dan representasi masyarakat kontemporer itu sendiri.

    Gerakan sosial baru menaruh konsepsi ideologis mereka pada asumsi

    bahwa masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami

    penciutan dan digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal

    Gerakan sosial baru mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan

    kontradiksi dalam istilah kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru

    didefenisikan oleh tampilan gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang

    non materialistik.Karena gerakan sosial baru tidak ditentukan oleh latar belakang

    kelas, maka mengabaikan organisasi serikat buruh industri dan model politik

    30Ibid 35

  • 25

    kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput.

    Dan berbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan

    oleh pluralitas cita-cita, tujuan , kehendak dan heterogenitas orientasi basis sosial

    mereka.31

    Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari

    masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang

    perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi

    struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi

    dan identitas kolektif.

    Jean Cohen menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam

    empat pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi

    kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu (b) aktornya

    berjuang untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan upaya sadar

    untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka

    melalui penalaran, (d) para aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara

    dan ekonomi pasar.

    Ciri – ciri Gerakan Sosial Baru (GSB) meliputi : GSB memiliki tujuan

    atau ideologi untuk melawan tata sosial yang didominasi oleh negara dan pasar,

    pengorganisasian dalam GSB menggunakan saluran diluar politik normal, demo

    yang mengganggu. Selain itu juga struktur GSB selalu terbuka, responsif,

    terdesentralisasi. Aktor yang perperan dalam GSB yaitu kelompok kelas

    31Ibid, 36

  • 26

    menengah baru dan medan atau area yang di pakai melintasi sekat bangsa dan

    masyarakat. 32

    Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru menurut Cohen adalah

    untuk menata kembali relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk

    menciptakan ruang publik yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi

    dan kebebasan individual

    2.2.3 Tahapan - Tahapan Gerakan Sosial

    Smelser mengungkapkan, ada empat komponen dasar dari tindakan sosial

    (social action), yaitu: 33

    (1) Tujuan-tujuan yang bersifat umum (generalized ends) atau nilai-nilai (values),

    yang memberikan arahan yang paling luas terhadap perilaku sosial dengan tujuan

    tertentu (purposive social behavior);

    (2) Ketentuan-ketentuan regulatif yang mengatur upaya-upaya pencapaian tujuan

    tersebut, yakni aturan-aturan yang terdapat dalam norma (norms);

    (3) Mobilisasi energi individual untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan

    dalam kerangka normatif. Jika yang kita anggap sebagai aktor adalah individu,

    kita menanyakan bagaimana ia termotivasi; dan jika kita melihat dalam tingkatan

    sistem sosial, kita menanyakan bagaimana individu-individu yang termotivasi ini

    diorganisasikan dalam peran-peran dan organisasi-organisasi;

    32Jurnalanalisissosial, Volume 6, (YayasanObor Indonesia,1995) hal 28

    33 Neil J. Smelser, Theory Of Collective Behavior, (London : Routledge and Kegan Paul

    and new York:the Free Press of Gilencoe,1962),17-18

  • 27

    (4) Fasilitas situasional yang tersedia, di mana para aktor menggunakannya sebagai

    sarana. Fasilitas ini termasuk pengetahuan tentang lingkungan, perkiraan

    konsekuensi dari tindakan, perangkat dan keterampilan.

    Komponen paling umum dari tindakan sosial terletak dalam sistem nilai.

    Komponen ini begitu umum sehingga tidak punya spesifikasi norma, organisasi,

    atau fasilitas tertentu untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Nilai itu, misalnya,

    demokrasi, yang secara umum menjadi ideologi gerakan mahasiswa 1998.

    Meskipun ada elemen-elemen yang sama dalam definisi demokrasi di berbagai

    negara seperti sistem representasi, kekuasaan mayoritas, dan sebagainya, nilai ini

    tidak memberikan pengaturan institusional yang persis.34

    Norma bersifat lebih spesifik ketimbang nilai. Norma bisa bersifat formal,

    seperti ditemukan dalam peraturan hukum, bisa juga informal. Namun nilai dan

    norma saja belum menentukan bentuk organisasi tindakan manusia, seperti: siapa

    yang menjadi pelaksana upaya pencapaian tujuan ini, bagaimana tindakan-

    tindakan para pelaksana ini distrukturkan dalam peran dan organisasi, semacam:

    gerakan mahasiswa, pers mahasiswa, dan sebagainya. Mobilisasi motivasi ke

    dalam tindakan terorganisasi adalah komponen ketiga untuk mewujudkan tujuan

    nilai dan norma tadi35

    Komponen terakhir adalah fasilitas situasional. Ini bisa berupa sarana yang

    mendukung, bisa juga hambatan yang mempersulit pencapaian tujuan konkret

    dalam konteks peran dan organisasi. Komponen terakhir ini mengacu ke

    pengetahuan seorang aktor tentang peluang dan keterbatasan lingkungan, dan

    34Ibid., 19 35Ibid., 20

  • 28

    dalam sejumlah kasus, tentang pengetahuan terhadap kemampuannya sendiri

    dalam mempengaruhi lingkungan. Pengetahuan ini bersifat relatif, bagi

    kemungkinan pencapaian tujuan yang menjadi bagian dari keanggotaannya pada

    suatu peran atau organisasi.

    Horton dan Hunt merumuskan tahapan gerakan sosial sebagai berikut: 36

    (1) Tahap ketidaktenteraman, karena ketidakpastian dan ketidakpuasan semakin

    meningkat;

    (2) Tahap perangsangan, yakni ketika perasan ketidakpuasan sudah sedemikian besar,

    penyebab-penyebabnya sudah diidentifikasi, dan saran-saran tindak lanjut sudah

    diperdebatkan;

    (3) Tahap formalisasi, yakni ketika para pemimpin telah muncul, rencana telah

    disusun, para pendukung telah ditempa, dan organisasi serta taktik telah

    dimatangkan;

    (4) Tahap institusionalisasi, yakni ketika organisasi telah diambil alih dari para

    pemimpin terdahulu, birokrasi telah diperkuat, dan ideologi serta program telah

    diwujudkan. Tahap ini seringkali merupakan akhir kegiatan aktif dari gerakan

    sosial;

    (5) Tahap pembubaran (disolusi), yakni ketika gerakan itu berubah menjadi

    organisasi tetap atau justru mengalami pembubaran.

    36Paul B Horton & Chester L Hunt, Sosiologi, terjemahanAminudin Ram danTitaSobari.

    Jakarta:PenerbitErlangga, 1993) ,248.

  • 29

    2.2.4 Ciri – ciri Gerakan Sosial

    Berdasarkan pengertian – pengertian diatas, ada beberapa hal yang dapat

    dicatat sebagai ciri – ciri atau karakter yang melekat dalam gerakan sosial.

    Pertama, gerakan sosial merupakan salah satu bentuk perilaku kolektif. Kedua,

    gerakan sosial senantiasa memiliki tujuan untuk membuat perubahan sosial atau

    untuk mempertahankan suatu kondisi. Artinya bahwa, tujuan sekelompok orang

    untuk melakukan gerakan sosial tidak selalu didasari oleh motif – motif

    perubahan, karena bisa juga disadari atau tidak ditujukan untuk mempertahankan

    keadaan (status Quo). Ketiga, gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik

    yang terlibat dalam perebutan kekuasaan secara langsung.37

    Ciri – ciri gerakan

    sosial lainnya juga ditandai dengan adanya tujuan atau kepentingan bersama,

    tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan

    masyarakat atau institusi yang ada didalamnya. Selain itu Giddens dan Light,

    Keller dan Calhoun menyebutkan ciri lain gerakan sosial, yaitu penggunaan cara

    yang berada diluar institusi yang ada. 38

    Adapun ciri – ciri lain tentang Gerakan Sosial menurut beberapa para ahli

    yaitu. Menurut Bruce Cohen ciri – ciri gerakan sosial, adanya gerakan kelompok,

    terorganizir, memiliki rencana dan sasaran yang tepat, memiliki ideologi, dan

    merubah atau mempertahankan.39

    Selain itu Robert Mirsel juga menyebutkan

    bahwa gerakan sosial dilakukan oleh sekelompok orang, memiliki seperangkat

    37Jurnalanalisissosial, Volume 6, (YayasanObor Indonesia,1995) ,31

    38KamantoSunarto, PengantarSosiologi, (Jakarta :LembagaPenerbitfakEkonomi,

    UniversitasIndonesia, 2004) ,195.

    39 Bruce J Cohen, SosiologiSuatuPengantar, (Jakarta: Rineka Cipta,1992),82.

  • 30

    keyakinan dan tindakan yang terlembaha dan selain itu gerakan sosial dilakukan

    untuk memajukan perubahan di dalam suatu masyarakat.40

    2.2.5 Tipe Gerakan sosial

    Disekitar kita banyak terdapat macam-macam gerakan sosial. Seperti

    halnya gerakan buruh, gerakan petani, gerakan mahasiswa, gerakan religius,

    gerakan sosial, gerakan radikal, gerakan ideologi, dan kalau kita menganalisis

    secara terperinci maka sangat banyak macam-macam gerakan sosial yang tumbuh

    di dalam tataran masyarakat.Karena keragaman gerakan sosial sangat besar, maka

    berbagai ahli sosiologi mencoba menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria

    tertentu. David Aberle, misalnya, dengan menggunakan kriteria tipe perubahan

    yang dikehendaki (perubahan perorangan dan perubahan sosial) dan besar

    pengaruhnya yang diingginkan ( perubahan untuk sebagain dan perubahan

    menyeluruh). Membedakan empat tipe gerakan sosial, tipologi Aberle adalah

    sebagai berikut:41

    a. Alterative Movement

    Ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku

    perorangan. Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk

    merubah perilaku tertentu, seperti misalnya kampanye agar orang tidak minum-

    minuman keras. Dengan semakin menyebarnya penyakit AIDS kini pun banyak

    40 Robert Mirsel, TeoriPergerakanSosial: KilasanSejarahdanCatatanBibliografis. (Jakarta: reistbook,2004), 214. 41 Light, Keller dan Craig Calhoun, Sosiology, (New York, EdisiKelima, Alfred A.

    Knopf, 1989),599-600.

  • 31

    dilancarkan kampanye agar dalam melakukan perbuatan sek dengan bertanggung

    jawab.

    b. Rodemptive Movement

    Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena yang

    hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan. Gerakan

    ini kebanyakan terdapat di bidang agama. Melalui gerakan ini , misalnya,

    perorangan diharap untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya sesuai dengan

    ajaran agama.

    c. Reformative Movement

    Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun

    lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya

    gerakan kaum homoseks untuk memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup

    mereka atau gerakan kaum perempuan yang memperjuangkan persamaan hak

    dengan laki-laki. Gerakan people power di Filipina atau gerakan menentang

    pedana mentri Suchinda di Thailand pun dapat dikategorikan dalam tipe ini

    karena tujuannya terbatas, yaitu pergantian pemerintah.

    d. Transformative Movement

    Gerakan ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh.

    Gerakan kaum Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di

    Cambodia. Suatu proses dalam mana seluruh penduduk kota dipindahkan ke desa

  • 32

    dan lebih dari satu juta orang Cambodia kehilangan nyawa mereka karena di

    bunuh kaum Khamer Merah, menderita kelaparan atau sakit merupakan contoh

    ekstrim gerakan sosial semacam ini. Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh

    rezim komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an serta di Tiongkok sejak akhir 40-

    an untuk mengubah masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis pun

    mengakaibatkan menentang diskriminasi oleh orang kasta-kasta bawah, menengah

    dan atasmu mendapat di kategotikan dalam ini karena keberhasilan gerakan

    mereka akan berarti pula perombakan mendasar pada masyarakat India. 42

    Selain

    itu menurut Peter Burke, seorang sosiologi Amerika, ia mengatakan bahwa ada

    dua tipe gerakan sosial, yaitu gerakan sosial untuk memulai perubahan dan

    gerakan sosial yang dilakukan sebagai reaksi aatas perubahan yang terjadi.43

    Lihat tabel :44

    Tipe Perubahan Yang Dikehendaki

    Perubahan Perorangan Perubahan Sosial

    Besarnya

    Perubahan

    Yang

    Dikehendaki

    Perubahan

    Sebagian

    Alternative Social

    Movements

    Reformative Social

    Movements

    Perubahan

    Menyeluruh

    Rodemptive Social

    Movements

    Transformative Social

    Movements

    43Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta

    :KencanaPrenadamedia Group, 2013) ,227.

    44

    Sidney Tarrow, Power in Movement : Social Movements in contentious politic.

    (Cambridge:Cambridge University Press, 1998) , 10.

  • 33

    2.2.6 Fungsi Gerakan Sosial

    Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul

    dalam dua abad terakhir sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil

    dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai

    tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan

    sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakan-

    gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten”

    dapat dilihat sebagai berikut:45

    1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik

    dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui

    penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang

    dominan.

    2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian

    dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting.

    Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak

    pemimpin yang sekarang memimpin negaranya.

    Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak

    memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara.

    Kenyataan ini banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang

    memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi

    45http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan-sosial/diunduhpada, 29 Oktober

    2014, jam 7.03 WIB

    http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan-sosial/

  • 34

    dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana

    gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari

    tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga.46

    2.2.7 Jenis – jenis Gerakan sosial

    Gerakan sosial terdiri dari berbagai macam jenis gerakan. Meskipun

    semua ini diklasifikasikan sebagai jenis gerakan yang berbeda, jenis – jenis

    gerakan ini bisa tumpah – tindih, dan sebuah gerakan tertentu mungkin

    mengandung elemen – elemen dari satu jenis gerakan. Jenis – jenis gerakan sosial

    tersebut antara lain: 47

    Gerakan protes, gerakan ini bertujuan untuk mengubah

    atau menentang sejumlah kondisi sosialyang ada. Sebagian pihak ahli mengamati

    gerakan sosial, mengklasifikasikan protes menjadi dua yaitu gerakan reformasi

    yang bertujuan mencapai reformasi, dan gerakan reformasi merupakan upaya

    untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasar masyarakat

    itu sendiri. Sedangkan gerakan revolusioner bertujuan untuk merombak ulang

    seluruh masyarakat dengan cara melenyapkan institusi – institusi lama dan

    mendirikan institusi baru. Gerakan regresif, gerakan ini didefenisikan sebagai

    gerakan sosial yang bertujuan untuk mengembalikan perubahan sosial atau

    menentang sebuah gerakan protes.48

    Gerakan religius, gerakan ini dapat

    dirumuskan sebagai gerakan sosial yang berkaitan dengan isu – isu spritual atau

    hal – hal gaib, yang menentang atau mengusulkan alternatif terhadap beberapa

    46http://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/diunduhpada 22 oktober

    2014, jam18:40

    47Elly M. Setiadi&UsmanKolip, PengantarSosilogiPolitik, (Jakarta :KencanaPrenadamedia Group, 2013) , 217. 48Ibid, 218

    http://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/

  • 35

    aspek dari agama atau tatanan kultural yang dominan. Gerakan utopia/komunal,

    gerakan ini adalah gerakan sosial yang berusaha melakukan perubahan lewat

    contoh – contoh, dengan membangun sebuah masyarakat model dikalangan

    sebuah kelompok kecil. 49

    Gerakan perpindahan, gerakan perpindahan ini

    banyak terjadi ketika suatu daerah atau negara dianggap sudah tidak memiliki

    kemampuan untuk melindungi suatu kelompok, maka mereka harus melakukan

    gerakan perpindahan ke suatu tempat atau negara lain untuk meminta

    perlindungan. Gerakan ekspresif, gerakan ini dapat membantu orang untuk

    menerima kenyataan yang biasa muncul di kalangan orang tertindas. Dengan

    gerakan ini dapat menimbulkan peran tertentu. Gerakan personal, gerakan sosial

    jenis ini berpusat pada satu orang, biasanya adalah individu yang karismatis, dan

    diperlakukan oleh anggota gerakan seperti dewa. Gerakan reformasi, gerakan

    yang didedikasikan untuk mengubah beberapa norma, biasanya norma hukum.

    50Gerakan radikal, gerakan yang didedikasikan untuk adanya perubahan

    terhadap sistem nilai dengan melakukan perubahan – perubahan secara substansi

    dan mendasar. Gerakan perempuan, di arena sosial , gerakan perempuan

    berkembang menolak bentuk – bentuk diskriminasi yang dihadapi oleh

    perempuan. Jika dilihat dari sifat perjuangannya, gerakan perempuan ini muncul

    sebagai salah satu bentuk kesadaran untuk mengejar ketertinggalan dan melawan

    49Ibid, 219 50Ibid, 223

  • 36

    ketidakadilan yang diterima oleh perempuan terkait dengan konstruksi sosial

    terhadap jenis kelamin sebagai perempuan.51

    2.2.8Faktor – faktor penyebab Gerakan Sosial

    Faktor apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial? Mengapa

    orang melibatkan diri kepada perilaku kolektif yang bertujuan mempertahankan

    ataupun mengubah masyarakat? Dalam ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai

    penjelasan, baik bersifat psikologis maupun bersifat sosiologis. Penjelasan yang

    sering dikemukakan mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan

    sosial.

    Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena

    menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang

    ekonomi (seperti hilangnya peluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    pokoknya: pangan, sandang, papan). Para penganut penjelasan ini menunjuk pada

    fakta bahwa gerakan sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang disebabkan

    oleh sosial seperti kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok.

    Beberapa ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang sependapat

    dengan penjelasan deprivasi semata-mata. Mereka menunjuk pada fakta bahwa

    gerakan sosial sering muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan

    dibidang ekonomi. Oleh sebab itu dirumuskanlah penjelasan yang memakai

    51 Dr. Abdul Wahid Situmorang, GerakanSosial :Teori&Praktik, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2013),62.

  • 37

    konsep deprivasi sosial relatif.52

    James Davies mengemukakan bahwa meskipun

    tingkat kepuasan masyarakat meningkat terus, namun mungkn saja terjadi

    kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi

    kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yuang diinginkan masyarakat dengan

    apa yang diperoleh secara nyata. Kesenjangan ini dinamakan deprivasi sosial

    relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif ini semakin melebar sehingga melewati

    batas toleransi masyarakat, misalnya karena pertumbuhan ekonomi dan sosial

    diikuti dengan kemacetan bahkan kemunduran mendadak maka, menurut teori

    Davies revolusi akan tercetus.53

    Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat bahwa

    deprivasi tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan terjadinya gerakan

    sosial.54

    2.2.9 Strategi Gerakan Sosial

    Strategi gerakan sosial berkembang secara kreatif sesuai dengan kultur dan

    kondisi sosial politik yang muncul disuatu daerah. Pemahaman demikian harus

    lebih dahulu disadari oleh setiap pelaku atau aktor penggerak perubahan sosial

    sebelum ia memutuskan untuk bekerja dalam dunia gerakan. Menculnya gerakan

    sosial sebagai kekuatan dalam rangka untuk melakukan perubahan masyarakat

    52KamantoSunarto, PengantarSosiologi, (Jakarta,

    LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia, 2004), 198.

    53 Light, Keller dan Craig Calhoun, Sosiology, (New York, EdisiKelima, Alfred A.

    Knopf, 1989) ,600-601.

    54Ibid, hal 602 - 604

  • 38

    tidak lepas dari posisi strategis dari sekelompok kekuatan sosial yang menjadi

    pioner atau katalisator dari sebuah gerakan.55

    Untuk membangun suatu strategi yang baik kita mempunyai modal sosial

    yang termanifestasikan melalui hubungan – hubungan dan jaringan dari hubungan

    – hubungan tersebut yang merupakan sumber daya yang berguna dalam penentuan

    dan reproduksi kedudukan sosial, kemudian yang termasuk modal budaya adalah

    keseluruhan kualifikasi intelektual yang diproduksi secara formal maupun warisan

    keluarga.

    Ada 2 tipe strategi menurut Bourdieu yaitu :56

    1. Strategi reproduksi, strategi ini dirancang oleh agen untuk

    mempertahankan atau meningkatkan modal ke arah masa depan. Strategi

    ini merupakan sekumpulam praktik, jumlah dan komposisi modal serta

    kondisi sarana produksi menjadi patokan utama dalam strategi ini.

    2. Strategi penukaran kembali, strategi ini berkenan dengan penggerakan –

    penggerakan agen dalam ruang sosial. Ruang sosial tempat pergerakan

    agen, terstruktur dalam dua dimensi, yakni keseluruhan jumlah modal

    yang terstruktur dan pembentukan jenis modal dominan dan yang

    terdominasi.57

    3. Strategi pendidikan diarahkan dengan tujuan agar pelaku sosial

    mempunyai kecakapan yang sesuai dan yang dibutuhkan dalam struktur

    55Arizal,Mutahir, Intelektual kolektif, Pierre Bourdieu, sebuah gerakan untuk melawan dominasi, (Bantul-Yogyakarta, Kreasi Wacana,2011), 41.

    56Ibid., 70 57Ibid, 71

  • 39

    sosial agar mampu menerima warisan kelompok atau bahkan mampu

    memperbaiki posisi sosial.

    4. Strategi ekonomi diarahkan untuk mempertahankan atau menambah

    berbagai modal, investasi bukan hanya modal ekonomi tetapi juga modal

    sosial.58

    58Ibid.,72