Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

21
Beberapa Paradigma Ilmu Sosial Setiap paradigma memiliki perspektif yang berbeda dalam memandang realitas. Berikut dipaparkan 3 paradima besar dalam ilmu-ilmu sosial yang dikutip oleh Salim (2006:72) dari Dedy N. Hidayat: Tiga Paradigma Ilmu Sosial Positivisme & Post-positivisme Konstruktivisme (interpretif) Teori Kritis Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode terorganisir untuk mengkombinasikan deductive logicmelalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan bagi memprediksi pola umum gejala sosial tertentu Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas socially meaningful action’ melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap ‘the real structure’ dibalik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian Contoh Teori Contoh Teori Contoh Teori Ekonomi Politik Liberal, Teori Modernisasi, Teori Pembangunan Negara Berkembang, Interaksionisme Simbolik (Iowa School), Agenda Setting, Teori Fungsi Media Konstruktivisme Ekonomi Politik (Golding & Murdock), Fenomenologi, Etnometodologi, Interaksi Simbolik (Chicago School), Konstruksionisme (Social Construction of Reality Peter L . Berger) Strukturalisme Ekonomi Politik (Schudson), Instrumentalisme Ekonomi Politik (Chomsky, Gramsci dan Adorno), Teori Tindakan Komunikasi (Jurgan Habermas)

description

panduan paradigma

Transcript of Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Page 1: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Setiap paradigma memiliki perspektif yang berbeda dalam memandang realitas. Berikut dipaparkan 3 paradima besar dalam ilmu-ilmu sosial yang dikutip oleh Salim (2006:72) dari Dedy N. Hidayat:

Tiga Paradigma Ilmu Sosial

Positivisme &Post-positivisme

Konstruktivisme(interpretif)

Teori Kritis

Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode terorganisir untuk mengkombinasikan ‘deductive logic’ melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas   yang dapat digunakan bagi memprediksi pola umum gejala sosial tertentu

Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas ‘socially meaningful action’ melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial

Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap ‘the real structure’ dibalik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian

Contoh Teori Contoh Teori Contoh Teori

Ekonomi Politik Liberal, Teori Modernisasi, Teori Pembangunan Negara Berkembang, Interaksionisme Simbolik (Iowa School), Agenda Setting, Teori Fungsi Media

Konstruktivisme Ekonomi Politik (Golding & Murdock), Fenomenologi, Etnometodologi, Interaksi Simbolik (Chicago School), Konstruksionisme (Social Construction of Reality Peter L . Berger)

Strukturalisme Ekonomi Politik (Schudson), Instrumentalisme Ekonomi Politik (Chomsky, Gramsci dan Adorno), Teori Tindakan Komunikasi (Jurgan Habermas)

Sumber: Diambil dari Dedy N. Hidayat (Paradigma & Metodologi, 09/12/1998) (Salim, 2006:72).

 

Istilah paradigma positivisme/post positivisme selalu dilekatkan dengan perspektif atau pendekatan objektif/positivistik, sedangkan istilah paradigma konstruktivisme dan kritis selalu dilekatkan dengan perspektif atau pendekatan subjektif/interpretif. Dalam perkembangannya, paradigma positivisme/post positivisme telah melahirkan berbagai metode penelitian khususnya di ranah penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma konstruktivisme dan kritis telah melahirkan berbagai metode penelitian khususnya di ranah penelitian kualitatif.

Dua Mahzab Dalam Penelitian Komunikasi

Dalam melakukan penelitian di bidang komunikasi terdapat 2 metode yakni metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif terinspirasi oleh Mahzab Chicago dengan menggunakan pendekatan objektif/positivistik, sedangkan penelitian kualitatif

Page 2: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

dipopulerkan oleh Mahzab Frankfurt dengan menggunakan pendekatan subjektif/intrepretif. Berikut sekilas penjelasan tentang kedua mahzab tersebut:

Mahzab Chicago

Mahzab ini dipelopori oleh para pakar penelitian dari Amerika Serikat diantaranya Robert Ezra Park, Paul F. Lazarsfeld, Harold D. Lasswell, Bernard Berelson, Robert K. Merton, David Lerner, Wilbur Schramm, David K. Berlo, Ithiel De Sofa Pool, Charles Wright dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh mahzab ini lebih menitik beratkan pada efek komunikasi massa baik secara langsung maupun tak langsung terhadap khalayak. Disini digambarkan khalayak yang pasif saat menerima pesan-pesan media. Jadi media begitu perkasa dalam mempengaruhi atau merubah sikap dan prilaku khalayak. Mahzab ini disebut juga dengan aliran positivisme empirik yang menganggap bahwa penelitian harus bebas nilai yang diuji dalam dunia nyata, yaitu dunia yang dapat dindera (dilihat, dirasakan, diraba atau dapat dialami).

Mahzab Frankfurt

Mahzab ini dipelopori oleh para pakar penelitian dari Jerman diantaranya Th. Adorno, M. Horkheimer, W. Benjamin, M. Marcuce. Mahzab ini menghasilkan sebuah teori bernama Teori Kritis dan penelitiannya dinamakan Critical Research (Penelitian Kritis). Jika Mahzab Chicago lebih menekankan pada efek komunikasi massa, maka pada penelitian Mahzab Frankfurt lebih berfokus pada pengawasan sistem komunikasi untuk menarik kesimpulan tentang lembaga media massa yang menyebarkan pesan, bukan untuk mengetahui efek komunikasinya terhadap khlayak.

Kritik Mahzab Frankfurt Terhadap Mahzab Chicago

Kritik Mahzab Frankfurt diantaranya menyatakan bahwa penelitian komunikasi massa yang positivistik empirik oleh Mahzab Chicago yang tidak menggunakan teori sosial secara umum tidak dapat mengkaji fenomena-fenomena komunikasi massa. Dalam hal penelitian tentang efektivitas iklan misalnya, karena pihak sponsor ingin mengetahui apakah dana yang dikeluarkannya itu bermanfaat atau tidak, maka disitu tidak dipertanyakan manfaat sosial dari iklan tersebut. Bahkan penelitian Mahzab Chicago yang selalu didanai oleh pihak sponsor, hasil penelitiaannya pun harus disesuaikan dengan kehendak sponsor, sehingga disini hasil penelitiannya jelas diragukan kesahihannya karena sangat rawan dengan manipulasi data dan fakta demi memuaskan keinginan pihak sponsor. Hal ini juga menjadi sorotan kritik dari Mahzab Frankfurt.

Dua Pendekatan yang Melandasi Penelitian Komunikasi

Ada 2 Metode Penelitian komunkasi yang saat ini digunakan, yaitu Metode Penelitian Kuantitatif dan Metode Penelitian Kualitatif. Penelitian Kuantitatif dilandasi oleh pendekatan objektif, sedangkan Penelitian Kualitatif dilandasi oleh pendekatan subjektif /interpretif.

Pendekatan Objektif/Positivistik Sebagai Landasan Metode Penelitian Kuantitatif

Pendekatan objektif/positivistik diterapkan dalam penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis atas hipotesis mengenai hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam. Pendekatan ini memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan bila kita dapat

Page 3: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penelitian atau mengambil jarak dari objek yang diteliti. Jadi penelitian yang dilakukan harus bebas nilai, artinya terlepas dari interpretasi atau penilaian dari si peneliti. Metode penelitian cenderung menganggap manusia itu pasif seperti mesin atau hewan yang prilakunya bisa diramalkan sehingga bisa digeneralisasikan. Penelitian ini bersifat deduktif, artinya berfikir dari hal-hal yang bersifat umum ke khusus. Peneliti mengambil kesimpulan umum terlebih dahulu untuk melakukan generalisasi yang disebut sebagai hipotesis untuk kemudian diuji kebenarannya.

Sebagai ilustrasi, hipotesis yang menyatakan bahwa “Tayangan kekerasan di televisi menimbulkan perilaku agresif pada anak-anak,” sehingga dapat disimpulkan, “Semakin sering anak-anak menonton tayangan kekerasan di televisi, maka perilaku anak akan semakin agresif.” Disini terlihat hubungan sebab akibat dimana terdapat 2 variabel (yang tentunya ini merupakan ciri dari Metode Penelitian Kuantitatif), yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Tayangan kekerasan di televisi sebagai variabel bebas yang mempengaruhi perilaku agresif anak sebagai variabel terikat.

Jadi disini jelas terlihat bahwa menurut pendekatan pendekatan objektif sebagai landasan dari metode penelitian kuantitatif, perilaku manusia sebagai objek penelitian dapat diramalkan sehingga dapat digeneralisasikan. Penelitian Kuantitatif ini bertujuan menguji teori.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini bersifat deskriptif dengan menggunakan wawancara yang berstruktur, survei korelasional, serta eksperimen yang menekankan pada pencarian penjelasan kausal dan mekanistik atas fenomena komunikasi.

Pendekatan Subjektif/Interpretif Sebagai Landasan Metode Penelitian Kualitatif

Menurut pendekatan subjektif/interpretif bahwa perilaku manusia itu sangat unik dan tidak bisa diramalkan karena manusia memiliki kehendak bebas. Berbeda dengan sesuatu (benda) yang hanya sekedar bergerak, atau mesin yang bergerak karena dikendalikan, ataupun hewan yang bertindak hanya karena insting. Jadi manusialah yang yang menciptakan struktur, bukan struktur yang menentukan perilaku manusia. Ini berarti manusia aktif bertindak dalam membetuk realitas. Manusialah yang menstruktur dunia, bukan dunia yang menstruktur manusia. Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial bersifat majemuk, tidak tunggal, sehingga tidak bisa digeneralisasikan. Beberapa prinsip pendekatan subjektif diantaranya:

Setiap manusia itu unik, tidak persis sama dengan yang lain sehingga perilaku mereka tidak bisa diuraikan secara kausal dan karenanya tidak dapat diramalkan

Bila terdapat tatanan kausal dalam fenomena perilaku manusia, tatanan tersebut begitu kompleks sehingga penemuan tidak tercapai secara permanen

Dalam ilmu alam, fakta sekarang selalu didahului oleh fakta yang lalu, namun perilaku manusia tidak hanya ditentukan oleh perilaku masa lalu tapi juga tujuan masa depan

Bila perilaku manusia merupakan bagian dari tatanan kausal dari peristiwa-peristiwa dan prinsipnya dapat diramalkan, akan sia-sia berusaha membuat pilihan antara kebaikan dan kejahatan, serta meminta orang untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Kaum subjektivis merasa, untuk mengelola perilaku manusia sebagai materi untuk diteliti secara ilmiah terhambat oleh keterlibatan langsung peneliti dalam perilaku yang mereka ingin

Page 4: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

jelaskan,sehingga penelitian itu sendiri tidak bisa lepas dari interpretasi peneliti secara subjektif. Penelitian kualitatif tidak bertujuan menguji teori, melainkan untuk menghasilkan model atau teori baru. Jika penelitian kuantitatif ingin memprediksi seberapa besar pengaruh tayangan kekerasan di televisi terhadap prilaku agresif anak, maka penelitian kualitatif tidak bermaksud demikian. Penelitian kualitatif justru ingin menggali lebih jauh lagi mengapa bisa muncul kecenderungan prilaku agresif anak, faktor-faktor apa saja yang mungkin bisa menjadi penyebabnya. Adapun tayangan kekerasan di televisi mungkin hanya menjadi salah satu penyebab dari sekian banyak penyebab yang lain. Disini penelitian kualitatif tidak mengenal adanya variabel bebas dan terikat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif dengan menggunakan wawancara yang mendalam (tidak berstruktur), pengamatan berperan serta, analisis dokumen, studi kasus, studi historis-kritis dengan penafsiran sujektif.

 

Rentang Pendekaan Objektif dan Interpretif

Meski masih banyak dipertentangkan, tapi sekedar sebagai perbandingan dapat disimak pendapat Bavelas yang mencoba menggambarkan perbedaan kedua metode ini sebagai berikut:

Penelitian Kuantitatif                            Penelitian Kualitatif

Angka-angka                                                      Tanpa angka-angka

Parametik                                                           Nonparametik

Statistik                                                                Nonstatistik

Empiris                                                                 Tidak empiris

Objektif                                                                 Subjektif

Deduktif                                                                Induktif

Pengujian hipotesis                   Penjelajahan (Exploratory)

Eksperimental                                                    Noneksperimental

Laboratorium                                                     Dunia nyata

Artifisial                                                                Alamiah

Dapat digeneralisasikan                 Tidak dapat digeneralisasikan

Sumber: Deddy Mulyana dan Solatun dalam bukuya:”Metode Penelitian Komunikasi”

Sedangkan rentang perspektif subjektif – perspektif objektif menurut Morgan dan Smircich, adalah sebagai berikut:

Page 5: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Sementara pemetaan Teori Komunikasi dalam rentang Perspektif Objektif dan Perspektif Subjektif/interpretif menurut Griffin:

Sumber: Em Griffin. A First Look at Communication Theory, Edisi ke-3, NY, 1997

Beberapa pakar ada yang tidak sependapat dengan pemetaan di atas Misalnya Prof. Dr. Deddy Mulyana, menilai teori interaksi simbolik masuk pada perspektif subjektif karena manusia secara aktif memaknai simbol-simbol yang mereka buat untuk berinteraksi antara satu sama lain.

METODE PENELITIAN KOMUNIKASI

Metodologi Kuantitatif

Yaitu penelitian yang menjelaskan suatu masalah yang menggambarkan hubungan antar variabel yang kemudian hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan. Penelitian ini tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis, melainkan lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset merupakan representasi dari seluruh populasi. Dalam melakukan analisis data, metode ini memerlukan bantuan perhitungan ilmu statistik baik statistik deskriptif maupun inferensial.

Dalam penelitian ini peneliti harus bersikap objektif dan memisahkan diri dari data, artinya peneliti tidak boleh membatasi konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Batasan konsep dan alat ukurnya harus diuji terlebih dahulu untuk memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas. Oleh karenanya peneliti tidak boleh melibatkan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif.

Page 6: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Karena penelitian ini bersifat menguji teori, maka harus diterapkan teori-teori yang relevan yang melandasi penelitian tersebut, mulai dari tataran Grand Theory, Middle Range Theory,sampai pada Applied Theory-nya.

Jenis Penelitian Komunikasi dengan Metodologi Kuantitatif

1. Metode Survei

Yakni metode penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya dengan tujuan memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Survei ini terdiri dari:

a. Survei Deskriptif

Jenis survei yang digunakan untuk menggambarkan populasi yang sedang diteliti. Fokus penelitian ini adalah perilaku yang sedang terjadi dan terdiri dari satu variabel. Misalnya menggambarkan variabel sosiodemografis responden dalam riset “Bagaimana karakteristik sosiodemogafis pembaca Kompas?”, maka peneliti akan menggambarkan tingkat pendidikan responden, tingkat penghasilan, agama, jenis kelamin, tempat tinggal, usia, status perkawinan dan lain-lain

b. Survei Eksplanatif (Analitik)

Jenis survei ini digunakan untuk mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Peneliti tidak sekedar menggambarkan terjadinya fenomena tapi menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Dengan kata lain, peneliti ingin menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Analisis data menggunakan uji statistik inferensial. Misalnya seorang praktisi iklan ingin mensurvei apakah frekwansi terpaan iklan mempengaruhi keinginan orang untuk membeli produk yang diiklankan.

Survei Eksplanatif ini terbagi dua yaitu:

1)      Komparatif: bermaksud untuk membuat komparasi (perbandingan) antara variabel yang satu dengan lainnya yang sejenis. Misalnya: “Apakah ada perbedaan antara tingkat kepuasan pembaca Tribun dan Batam Pos?”

2)      Asosiatif: Bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antar variabel. Misalnya: “Apakah ada hubungan antara terpaan media massa dengan pengetahuan politik mahasiswa?”

2. Metode Analisis Isi (Content Analysis)

Yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif. Sistematis berarti proses analisis tersusun secara sistematis mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya maupun kategori yang dipakai untuk menganalisisnya. Objektif berarti peneliti harus mengesampingkan faktor-faktor yang subjektif atau personal sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila diteliti peneliti lain hasilnya relatif sama. Analisis ini harus dikuantitatifkan ke dalam angka-angka, misalnya: “70% berita berita Kompas selama setahun

Page 7: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

adalah bertema politik”. Atau misalnya: “Iklan politik di harian Tribun 50% lebih banyak dibanding di harian Riau Pos”

Analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak (tersurat/manifest/nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal-hal yang tersirat (latent), misalnya ideologi dibalik berita dilakukan analisis isi kualtatif, seperti analisis framing, analisis wacana dan semiotika yang telah banyak berkembang di dalam Ilmu Komunikasi.

3. Metode Eksperimen

Yaitu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat dengan memanipulasi satu variabel atau lebih pada pada satu kelompok ekperimental atau lebih, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Peneliti harus membagi responden dalam 2 kelompok. Kelompok yang satu dimanipulasi dengan pesan tertentu, dan kelompok dua yang tidak dimanipulasi. Kemudian peneliti melihat efek manipulasi tersebut terhadap kelompok satu dengan membandingkannya dengan kelompok dua. Contoh, judul penelitian: “Pengaruh tayangan kekerasan di TV terhadap perilaku agresif anak”. Kelompok anak yang satu disuruh menonton tayangan kekerasan di TV, sedangkan kelompok dua disuguhi acara ringan seperti komedi atau acara ringan lainnya. Kelompok satu disebut kelompok eksperimental, kelompok dua disebut kelompok kontrol. Jika kekerasan diukur dengan perilaku memukul, menendang, mencubit dan yang lainnya, bila anak-anak yang setelah menonton tayangan kekerasan di TV ketika diamati banyak yang memukul, menendang, mencubit, berarti terbukti bahwa acara kriminal tersebut telah mempengaruhi perilaku agresif pada anak-anak.

Teori atau Model Komunikasi Pendukung Metode Penelitian Kuantitatif

Ada beberapa teori atau model komunikasi yang mendukung meode penelitian kuantitatif, diantaranya:

1. Model Komunikasi David K. Berlo

David K.Berlo menggambarkan konsep komunikasi secara sederhana yang melibatkan unsur-unsur tersebut, yang dikenal dengan sebutan model proses komunikasi “S-M-C-R” (Source, Message, Channel, Receiver). Model yang menggambarkan komunikasi berjalan secara linier dari source ke receiver ini berasumsi bahwa komunikasi meupakan suatu proses dimana sumber secara kuat merubah perilaku penerima.

2. Model Komunikasi Lasswell

Model Lasswell atau juga dikenal dengan Formula Lasswell menerangkan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Jawaban dari pertanyaan itu adalah: Source, Message, Media, Receiver and Effect (cognitive, affective, behaviour). Model ini juga menggambarkan komunikasi berjalan secara linier dari source ke receiver.

3. Teori Jarum Suntik (Hypodemic Needle) dan Teori Peluru (Bullet Theory)

Kedua teori ini memiliki esensi yang sama, yaitu sama-sama mengangap khalayak itu bersifat paswif dalam menerima pesan komunikasi. Teori Hipodermic Needle dipelopori oleh Carl

Page 8: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Hovland ini berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Disebut sebagai Teori Jarum Suntik karena dalam teori ini dikesankan seakan-akan komunikasi “disuntikkan” langsung ke dalam jiwa komunikan sebagaimana obat disimpan dan disebarkan ke dalam tubuh sehingga terjadi perubahan dalam sistem fisik, begitu pula pesan-pesan persuasif merubah sistem psikologis.

Sementara Teori peluru yang dipelopori oleh Wilbur Schramm ini di tahun 1950-an berasumsi bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Namun di tahun 1970-an lewat karya tulisnya, Schramm mencabut teori ini karena menemukan fakta bahwa khalayak yang menjadi sasaran media itu ternyata tidak pasif.

4. Teori Agenda Setting

Teori Agenda Setting yang diperkenalkan oleh M.E. Mc. Comb dan D.L. Shaw ini berasumsi bahwa media membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan tekhnik pemilihan dan penonjolan, media memberi tekanan mana isu yang lebih penting (Becker, 1982). Jadi apa saja yang menjadi agenda media di satu sisi, adalah juga merupakan agenda khalayak di sisi lain.

5. Teori Uses and Gratification

Teori Uses and Gratification yang dipopulerkan oleh Katz, Blumler dan Gurevitch ini, bukan mempermasalahkan bagaimana media merubah sikap dan perilaku khalayak, melainkan bagaimana khalayak bersikap dan bertindak terhadap media. Jadi khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, dan bila itu terpenuhi, maka mereka akan merasa puas.

6. Model Matematika Komunikasi Claude, Shanon dan Warren Weaver

Pandangan lain tentang model linier-mekanistis yaitu model matematis yang dipopulerkan oleh Claude, Shanon dan Warren Weaver. Mereka mendefinisikan komunikasi sebagai “All the procedures by which one mind may effect another” atau seluruh prosedur dimana suatu pemikiran dapat mempengaruhi yang lain. Dengan definisi tersebut komponen komunikasi meliputi sumber (source), penyandi (encoder), pesan (message), penyandi balik (decoder), sasaran (destination) dan gangguan (noise).

7. Teori Kultivasi

Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini  dikemukakan oleh George Gerbner, yangberdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi  yang dikaitkan dengan materi berbagai program   televisi yang ada di Amerika Serikat.Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam  kehidupan sehari-hari”.

8. Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Response)

Page 9: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Jadi efek yang timbuladalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: (1) Pesan (Stimuli); (2) Komunikan (Organism) (3) Efek (Response). Dalam proses perubahan sikap, sikap komunikan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari yang dialaminya. Mar’at (1984) mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: (1) Perhatian; (2) Pengertian (3) Penerimaan.

Metodologi Kualitatif

Yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mementingkan besarnya populasi atau sampel, bahkan dengan populasi atau sampel yang terbatas namun dilinai sudah cukup mendalam untuk bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak diperlukan lagi sampel yang lain. Yang lebih ditekankan adalah masalah kedalaman (kualitas) data dan bukan banyaknya (kuantitas) data.

Dalam penelitian ini peneliti merupakan bagian integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Jadi peneliti merupakan instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif yang hasilnya lebih kasuistik, tidak bisa digeneralisasikan. Bahkan dalam penelitian eksploratif misalnya, peneliti tidak memilki konsep awal tentang apa yang diteliti sehingga tentu saja tidak memiliki desain penelitian. Ini dimaksudkan agar peneliti melakukan penelitian dalam setting yang alamiah, membiarkan peristiwa yang diteliti mengalir secara normal tanpa mengontrol variabel yang diteliti.

Jadi penelitian ini tidak bermaksud menguji teori, melainkan justru berusaha menemukan sebuah model atau teori baru yang dapat berlaku secara spesifik untuk kasus-kasus tertentu. Intersubjektifitas atau pemahaman bersama dalam penelitian ini menjadi begitu penting.

Jenis Penelitian Komunikasi dengan Metodologi Kualitatif

1. Metode Deskriptif Kualitatif

Yaitu sebuah metode penelititan dengan ciri-ciri berikut (Ardianto, 2010:60):

1. Mencari teori (hypothesis-generating), bukan menguji teori (hypothesis-testing), heuristic, ataupun verifikasi.

2. Menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting)

3. Peneliti terjun langsung ke lapangan, dan bertindak sebagai pengamat. Disini ia tidak berusaha untuk memanipulasi variabel. Bahkan ia terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori-teori tertentu.

2. Metode Wawancara Mendalam (in depth interview)

Page 10: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Yaitu suatu metode dalam penelitian kualitatif, dimana seorang atau sekelompok responden mengkomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk didiskusikan secara bebas. Wawancara mendalam dapat dilakukan melalui telepon. Seringkali pewawancara dilatih secara psikologis agar ia dapat menggali perasaan atau sikap yang tersembunyi dari responden (Dun, 1986). Wawancara mendalam ini tidak terstruktur seperti wawancara pada penelitian kuantitatif dengan kuesionernya. Komunikasi antara peneliti dan yang diteliti berlangsung secara alamiah, bahkan subjek yang diteliti tidak menyadari bahwa ia sebenarnya sedang diteliti. Jadi saat melakukan wawancara, peneliti tidak menunjukkan jati dirinya sebagai peneliti kepada subjek yang diteliti sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi yang orisinal.

3. Metode Kelokmpok Diskusi Terfokus (Focus Groups Discussion)

Focus Groups Discussion (FGD) merupakan suatu tekhnik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok berdasakan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.

4. Metode Studi Kasus

Merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah satu kasus secara intensif, mendalam, mendetil, dan komprehensif dengan menggunakan berbagai sumber data. Metode ini membutuhkan berbagai instrumen pengumpulan data seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik dan lainnya.

5. Metode Fenomenologi

Fenomenologi memandang komunikasi sebagai pengalaman melalui diri sendiri atau diri orang lain melalui suatu dialog. Tradisi ini memandang manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia.

Menurut Polkinghorne (Creswell,1998: 51-52): “a phenomenological study describes the meaning of the lived experiences for several individuals about a concept or the phenomenon. Phenomenologist explore the structure of cosciousness in human experiences“. Studi fenomenologi menggambarkan makna pengalaman hidup bagi beberapa individu tentang suatu konsep atau fenomena. Kaum fenomenologi berusaha mengekslorasi struktur kesadaran pada penglaman manusia. Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Alfred Schultz.

6. Metode Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik memandang makna diciptakan dan dilanggengkan melalui interaksi dengan kelompok-kelompok sosial. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan dan merubah aneka konvensi seperti peran, norma, aturan dan makna-makna yang ada dalam suatu kelompok sosial. Tokoh-tokohnya: George Herbert Mead, Herbert Blumer.

7. Metode Grounded Teori

Page 11: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

Merupakan suatu pendekatan yang reflektif dan terbuka, dimana pengumpulan data, pengembangan konsep-konsep teoritis dan ulasan literatur berlangsung dalam proses siklis berkelanjutan. Tokoh-tokohnya: Daymon, Holloway.

8. Metode Etnometodologi

Etnometodologi merupakan salah satu cabang ilmu sosiologi yang mempelajari berbagai upaya, langkah dan penerapan pengetahuan umum pada kelompok komunitas untuk menghasilkan dan mengenali subjek, realitas dan alur tindakan yang bisa dipahami bersama-sama (Kuper, dalam Basrowi dan Sukidin, 2002). Etnometodologi beranggapan bahwa aspek dari pemahaman bersama atas dunia sosial bergantung pada berbagai metode alasan yang terselubung. Metode ini bersifat prosedural yang secara sosial dimiliki bersama dan tidak pernah berhenti dipergunakan di setiap realitas yang terjadi. Metode ini merupakam suatu studi empiris tentang bagaimana orang menanggapi pengalaman dunia sosialnya masing-masing serta realitas sosial atas interaksi yang berlangsung sehari-hari. Tokoh-tokohnya: Garfinkle.

9. Metode Etnografi

Secara harfiah etnografi berarti tulisan atau laporan hasil penelitian di lapangan seorang antropolog tentang suatu suku bangsa selama beberapa bulan atau tahun. Tujuan penelitian etnografi adalah mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat, yaitu cara hidup masyarakat. Untuk itu peneliti harus melakukan interview secara mendalam dengan beberapa informan dan melakukan observasi sambil berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Tokoh-tokohnya: Radcliffe-Brown, Malinowski.

10. Metode Dramaturgi

Metode ini berfokus pada penelitian terhadap ungkapan-ungkapan yang tersirat (tersembunyi/ tidak tampak), yakni ungkapan yang lebih bersifat teatris, kontekstual, non verbal dan tidak intensional. Dalam analisis ini, orang aakan berusaha memahami makna untuk mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang lain, baik dipancarkan dalam mimik wajah, isyarat dan tindakan. Menurut tokohnya, Erving Goffman, semua itu mempunya keakuratan yang lebih dibanding dengan ungkapan verbal. Dalam Dramaturgi ini dikenal ada 2 panggung individu dalam tindakannya sehari-hari, yaitu panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Perilaku individu bisa saja berbeda di kedua panggung tersebut, dan inilah yang diteliti dalam metode dramaturgi ini.

11. Metode Sejarah

Secara umum, sejarah meliputi pengalaman masa lalu untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan sekarang dan apa yang akan dikerjakan di masa depan. Sejarah menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta pada masa lampau (Fox, dalam Sevilla dkk)

Menurut Rakhmat sejarah adalah studi tentang masa lalu dengan menggunakan kerangka paparan dan penjelasan. Dengan metode historis, ilmuwan sosial mencoba menjawab masalah-masalah yang dihadapinya. Penelitian sejarah dimulai dengan perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, pengumpuan data, evaluasi data dan pelaporan hasil penelitian.

Page 12: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

12. Metode Analisis Wacana

Teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa yang terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyatan (Heryanto, 2000). Karena itulah ia dinamakan analisis wacana. Dalam linguistik, wacana digunakan untuk menggambarkan sebuah struktur yang luas melebihi batasan-batasan kalimat (Sunarto, 2001).

Analisis wacana adalah seperangkat prinsip metodologis yang luas, diterapkan pada bentuk-bentuk ujaran/percakapan dan teks, baik yang terjadi secara alamiah maupun yang telah direncanakan sebelumnya. Sumber data untuk analisis wacana meliputi wawancara, percakapan, artikel, surat kabar, press release, media, siaran berita televisi, dokumen kebijakan perusahaan, bahkan percakapan informal, bincang-bincang penyiar radio (Daymon dan Holloway, 2008).

Beberapa pendekatan analisis wacana diantaranya pendekatan Teun A van Dijk, Norman Fairclough, Ruth Wodak dan lain-lain.

13. Metode Analisis Framing

Analisis framing, yang pertama kali diperkenalkan oleh Barelson, merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks. (Sobur, 2001). Robert Entman merupakan salah satu ahli yang meletakkan dasar analisis framing untuk studi isi media. Konsep framing Entman digunakan untuk menggambarkan konsep proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapat alokasi lebih besar daripada isu yang lain.

Model lain dalam analisis framing diantaranya Murray Edelman, William A. Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

14. Metode Analisis Semiotika

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda atau simbol. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda. Dengan demikian semiotik mempelajari hakekat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda ada sesuatu yang tersenbunyi di baliknya, dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Jadi tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Bignel, dalam Listiorini, 1999).

Analisis semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena itu sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Misalnya, kita bisa mempertanyakan, “Mengapa iklan mobil x menampilkan model wanita cantik duduk diatasnya?”; “Apa makna logo palu-arit pada bendera partai komunis?”; “Apa makna sosial dari lirik lagu Imagine milik John Lennon?” dan sebagainya yang itu semua bisa diteliti dengan metode semiotika.

Kebanyakan pemikiran tentang semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan diantara tiga hal: benda (yang dituju), manusia

Page 13: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

(penafsir) dan tanda (simbol). Seperti yang dijelaskan oleh Charles Saundders, ahli semiotik modern, dimana semiosis diartikan sebagai hubungan diantara tanda, benda dan arti. Tanda tersebut mempresentasikan benda atau yang ditunjuk oleh pikiran si penafsir. Tokoh yang paling poluler dalam metode semiotika adalah Roland Barthes, yang menggunakan istilah first order signification untuk denotasi, dan second order signification untuk konotasi dalam semiotika.

15. Metode Partisipatif

Beberapa ahli memandang penelitian partisipatori sebagai masalah yang ditujukan untuk mengumpulkan pengetahuan baru dengan orang-orang (sebagai partisipan) mampu menetapkan pengetahuan tersebut.

Ada tiga karakteristik pokok dalam penelitian partisipatori. Pertama, waktu yang disediakan dalam proses penanganan masalah yang sulit harus sesuai. Kualitas hubungan antara subjek-subjek yang diteliti dan peneliti menentukan kualitas penelitian partisipatori. Kedua, metode yang digunakan harus dapat memungkinkan terselenggaranya pemikiran secara bersama-sama oleh peneliti dan anggota adat dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Ketiga, proses penelitian harus merupakan suatu rangkaian analisis yang permanen, pernataan, pemikiran tindakan, analisis dan lainnya. Penelitian partisipatif itu mengikuti seatu rangkaian penelitian pedagogi dan tindakan, strategi yang disusun harus menunjukkan langkah-langkah yang berurutan dari fase ke fase (Ardianto, 2010:83).

16. Metode Biografis

Biografis adalah sejarah atau catatan tertulis tentang kehidupan seseorang individu. Sebagian besar pakar berpendapat bahwa biografi seyogyanya berjalan diantara narasi dan penceritaan hal-hal khusus menuju konsep-konseptualisasi, interpretasi dan penjelasan yang lebih abstrak.

Menggeluti biografi merupakm aktivitas konstruksionis yang aktif, mulai dari pemilihan tokoh hingga pencarian berbagai data, pemilihan dan tema citra atau sosok akhir yang hendak dimunculkan. Kisah-kisah dan gagasan yang diciptakan oleh seorang penulis biografi seyogyanya bermanfaat dalam memecahkan lebih lanjut aneka persoalan kehidupan profesionalnya (Denzin dan Lincoln, 2009)

17. Metode Konvergensi Simbolik

Teori Konvergensi Simbolik (Symbolic Convergence Theory), diilhami oleh Bales lalu dikembangkan oleh Ernest Bormann. Teori ini dibangun dalam kerangka paradigma naratif yang meyakini bahwa manusia merupakan homo narrans yakni makhluk yang saling bertukar cerita atau narasi untuk menggambarkan pengalaman dan realitas sosialnya (Bormann, 1985).

Konvergensi simbolik akan menghasilkan tema-tema fantasi drama-drama besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita yang dipaparkan visi retorik(Bormann dalam Putnam and Pacanowsky, 1983:110). Itulah teori konvergensi simbolik dikatakan identik dengan studi tema-tema fantasi.

Teori konvergensi simbolik menegaskan bahwa solidaritas dan kohesivitas kelompok dapat dicapai melalui kecakapan bersama dalam membaca dan menafsirkan tanda-tanda, kode-kode dan teks-teks budaya. Hal ini membawa kepada terbentuknya realitas bersama (shared

Page 14: Beberapa Paradigma Ilmu Sosial

reality). Sebagai teori yang berparadigma narratif maka penelitian yang menerapkanteori ini lebih mementingkan pengumpulan data interpretif ketimbang data kuantitatif sebagaimana dikembangkan dalam teori berparadigma rasional (Bormann, 1986).

Menurut teori ini, cerita atau tema-tema fantasi diciptakan melalui interaksi simbolik dalam kelompok kecil dan kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang terbagi (Littlejohn, 2008:165). Contoh penelitian penelitian yang menggunakan metode ini misalnya dengan judul:

“Konvergensi simbolik pada jamaah tabligh Bandung” (Studi tema-tema fantasi dalam dakwah-dakwah di lingkungan jamaah tabligh Bandung).

 

 DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Effendy, Onong Uchayana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. 2004. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS.

Kriyantono, Rachmat. 2010. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Littlejohn Stephen W. and Foss. 1996. Theories of Human Communication. Belmont, Californa: Wadsworth.

Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media. Bandung PT. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.