GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

13
1 GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Papua (UNIPA) (dalam Blog Anak Kampung Kluang-Lembata), ia menulis dalam Blognya bahwa, lingkaran kekerasan di Tanah Papua mencerminkan kompleksitas persoalan yang serius di daerah Timur Indonesia ini. Tragedi kekerasan hadir silih berganti ditambah dengan resistensi perjuangan status sejarah politik Papua, macetnya jargon “pemberdayaan masyarakat Papua dari pemerintah, dan saling tipu akibat “gula-gula” otonomi khusus dan semakin terpinggirkannya masyarakat Papua ditengah interkoneksi kuasa kapital global yang mencengkram bumi Cenderawasih. Dalam rezim pembangunan sentralistik Orde Baru hingga saat ini, gerakan sosial diseluruh Indonesia dan di Tanah Papua dianggap komunis atau separatis, gerakan sosial yang berarti rakyat yang sadar dan bergerak menyuarakan aspirasinya menjadi ancaman serius bagi negara. Dengan cerdas negara merendahkan makna rakyat yang bergerak dengan kesadaran perlawanan menjadi masa yang berarti bisa dikendalikan oleh kekuasaan negara 1 . 1 Sumber: fb Ngurah Suryawan (10 April 2012) Antroplogi Gerakan Sosial Bangsa Papua: sebuah pemikiran oleh I Ngurah Suryawan dosen Fakultas sastra Universitas Negeri Papua (UNIPA) (Blog Anak Kampung Kluang-Lembata)

Transcript of GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

Page 1: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

1

GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA (Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Papua (UNIPA)

(dalam Blog Anak Kampung Kluang-Lembata), ia menulis dalam

Blognya bahwa, lingkaran kekerasan di Tanah Papua mencerminkan

kompleksitas persoalan yang serius di daerah Timur Indonesia ini.

Tragedi kekerasan hadir silih berganti ditambah dengan resistensi

perjuangan status sejarah politik Papua, macetnya jargon

“pemberdayaan masyarakat Papua dari pemerintah, dan saling tipu

akibat “gula-gula” otonomi khusus dan semakin terpinggirkannya

masyarakat Papua ditengah interkoneksi kuasa kapital global yang

mencengkram bumi Cenderawasih.

Dalam rezim pembangunan sentralistik Orde Baru hingga saat ini,

gerakan sosial diseluruh Indonesia dan di Tanah Papua dianggap

komunis atau separatis, gerakan sosial yang berarti rakyat yang sadar

dan bergerak menyuarakan aspirasinya menjadi ancaman serius bagi

negara. Dengan cerdas negara merendahkan makna rakyat yang

bergerak dengan kesadaran perlawanan menjadi masa yang berarti

bisa dikendalikan oleh kekuasaan negara1.

1 Sumber: fb Ngurah Suryawan (10 April 2012) Antroplogi Gerakan Sosial Bangsa Papua: sebuah pemikiran oleh I Ngurah Suryawan dosen Fakultas sastra Universitas Negeri Papua (UNIPA) (Blog Anak Kampung Kluang-Lembata)

Page 2: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

2

Dominasi negara atas masyarakat adalah ciri utama Orde Baru,

pengawasan negara atas masyarakat berjalan secara ekstensif.

Campur tangan pemerintah ada diseluruh wilayah kehidupan sehari-

hari. Birokrasi pemerintah daerah maupun birokrasi militer era Orde

Baru mengontrol masyarakat dengan berbagai cara dominasi sulit

berkembang. Secara Jelas dapat kita perhatikan bahwa ruang publik

bagi masyarakat Papua Barat untuk mengembangkan diskursus-

diskursus, gerakan-gerakan sosial lainnya yang diperlukan dalam

masyarakat demokratis nyaris tidak tersedia karena yang selalu ada

adalah kontrol dan tekanan atau dominasi negara terhadap

masyarakat terlalu kuat. Gerakan atau aksi sosial masyarakat Papua

Barat oleh negara dianggap sebagai gerakan separatis dan harus

diwaspadai dengan penanganan yang cepat. Awalnya masyarakat

Papua Barat tidak mengenal kata separatis. Gerakan pengacau

keamanan (GPK), ungkapan stigma yang diberikan negara terhadap

masyarakat Papua Barat.

Dalam posisi itu juga negara memberikan lebel yang lain lagi

kepada masyarakat Papua Barat, misal seperti apa yang dikemukakan

Neles Tebay bahwa Pemerintah Indonesia sudah biasa merangkum

segala permasalahan di Papua Barat dengan “tiga K” (kemiskinan,

kebodohan dan keterbelakangan). Orang luar yang sama sekali tidak

mengunjungi Papua Barat dapat menerima begitu saja pandangan

Page 3: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

3

bahwa “tiga K” merupakan akar dari gejolak sosial atau gerakan-

gerakan sosial yang muncul di Tanah Papua Barat.2

Akibat dari “tiga K” yang diulangi terus menerus adalah

muncullah rasa superior dalam diri orang luar. Akhirnya mereka

memandang rendah terhadap orang asli Papua Barat. Mereka

menganggap bahwa yang bisa hanya, yang mampu, kaya, pintar hanya

mereka, maju, dan modern. Masyarakat Papua Barat sendiri melihat

dirinya dengan memakai kacamata orang luar, tidak melihat sesuatu

hal dalam dirinya yang positif agar bisa keluar dari dominasi tersebut.

Dengan demikian muncullah sebuah gerakan-gerakan masyarakat

ditunggangi kelompok-kelompok kritis dan intelektual Papua Barat

untuk menuntut keadilan kepada pemerintah pusat. Mengapa harus

intelektual? mungkin karena politik dan wakil rakyat Papua yang

seharusnya menjerit penderitaan itu ternyata bungkam, maka kaum

intelektual menjerit anti diskriminasi terhadap pembangunan disegala

bidang.

Seperti kata Vaclav Havel3 intelektual adalah mereka yang

membaktikan diri hidup untuk berpikir demi kepentingan umum dan

melihat persoalan masyarakat dan konteksnya yang lebih luas.

Intelektual itu tidak hanya kaum yang menggunakan pikiran secara

luas, tetapi juga berpihak kepada nilai-nilai kemanusiaan yang

2 Dumma Scrates Sofyan (2010) kita meminum air dari sumur kita sendiri( Kata pengantar,

Neles Tebai) 3 Jurnal Basis Edisi khusus Piere Bourdieu, dua bulanan, No 11-12, Tahun ke 52.

November-Desember 2003

Page 4: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

4

universal. Tipe intelektual seperti ini kita lihat dengan jelas pada Piere

Bourdieu.4

Bagi Bourdieu intelektual menanggung kepentingan universal,

yakni mempertahankan kebenaran dan keperpihakan pada yang

tertindas karena:

1. Intelektual merupakan fraksi subordinat, terdominasi dari kelas

dominan (dominate fraction of dominant class) dengan demikian

intelektual mempunyai solidaritas dengan kelas lain yang

terdominasi terutama dominasi yang dilakukan dalam kerangka

kepentingan ekonomi

2. Intelektual secara tradisional mempunyai tanggungjawab moral.

3. Intelektual mempunyai otoritas untuk melakukan refleksi atas

realitas yang dihadapi.

yang paling utama bagi intelektual, menurut Bourdieu adalah

mempertahankan otonomi sebagai intelektual yakni mereka sebagai

intelektual dalam berkarya dan menyuarakan kepentingan kelompok

yang terpinggirkan oleh kuasa ekonomi dan politik, Mutahir, (2011:

9). Setelah bergulirnya era reformasi di Indonesia membuka pintu bagi

timbulnya para intelektual dengan berbagai pemikiran baru untuk

menyelesaikan permasalahan-permasalahan besar bangsa Indonesia.

Gelombang euforia politik menuntut terbukanya ruang publik, yang

muncul kemudian terbukannya ruang publik yang memang

diperuntukkan bagi masyarakat (civil society).

4 Jurnal Basis Edisi khusus Piere Bourdieu. Dua bulanan, No 11-12, Tahun ke 52.

November-Desember 2003

Page 5: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

5

Dalam kontek Indonesia demokrasi ruang publik tercipta hanya

untuk ruang publik elit yang bisa mengontrol ruang-ruang publik

masyarakat, dengan kata lain liberisasi muncul untuk digunakan

sekedar mewadahi nafsu atau keinginan elit. Orde Baru memang

sudah usai, dominasi atas masyarakat sudah runtuh, tetapi kebebasan

yang ada hanya menjadi ruang pertarungan antar elit politik daerah,

elit politik pusat, dan elit politik internasional, untuk meraih dominasi

politik ekonomi dan lagi-lagi masyarakatlah yang menjadi korban

penindasan.

Dalam konteks Papua setelah reformasi, pemerintah RI perlu

memberikan otonomi khusus. Apabila semua pihak mendukung

pelaksanaan otonomi khusus ini yaitu memberikan kebebasan seluas-

luasnya kepada bangsa Papua Barat untuk menentukan isi otonomi

khusus. Namun perlu diketahui juga bahwa kehadiran otonomi khusus

bukan hanya diberikan begitu saja. Upaya pergerakan para intelek

Papua Barat dan tokoh-tokoh masyarakat Papua Barat yang membawa

aspirasi masyarakat Papua untuk lepas dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia kepada presiden RI waktu itu B.J. Habibie, setelah Suharto

lengser dari kekuasaan.

Jadi lahirnya otonomi punya banyak arti, seperti yang

dikemukakan Sem Karoba dkk (2001) bahwa “otonomi punya banyak

arti, secara teori, secara retorika dan realita politik, ekonomis dari

aspek demokrasi, HAM dan supermasi hukum. Retorika ini dikaitkan

dengan realitas implementasi otonomi itu, variasi arti ini disebabkan

oleh oleh dua aspek antara teori dan pengalaman hasil retorika itu,

Page 6: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

6

ada yang sesuai dengan teori, ada juga yang tidak. perbedaan itu

disebabkan latarbelakang dan kepentingan antara penguasa dan

bangsa/wilayah yang diberi otonomi dan realitas sosial, politik,

budaya, ekonomi masyarakat. Politik otonomisasi di Papua Barat

punya kaitan langsung dengan retorika dan kebijakan politik global.

(Karoba, dkk, 2001).

Dalam era demokrasi di Indonesia menurut penulis ada dua

gerakan sosial, yakni gerakan kelas dan gerakan kelompok etnik

misalnya gerakan buruh untuk kenaikan upah seperti yang terjadi di

PT Freeport Indonesia, dan di wilayah Indonesia lainnya, dan kelas

miskin lawan kelas yang kaya, dan yang mendukung gerakan ini hanya

mereka yang mendapatkan keuntungan ekonomi, dan muncullah

gerakan-gerakan sosial lainnya untuk menuntut keadilan terhadap

negara.

Di Papua Barat ada kelas petani dan kelas tuan tanah (kepala suku

adat) yang memunculkan banyak persoalan antara pemilik dan yang

memiliki secara sosial kultural. Masyarakat setempat bisa saja

melahirkan kekerasan, kerusuhan petani antara pemilik dan yang tidak

memiliki lahan, antara pendatang dan tuan rumah dan masalah sosial

lainnya. Gerakan sosial memberikan sumbangsih kedalam

pembentukan opini publik dengan memberikan ruang diskursus-

diskursus masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan

sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik (Public

opinion) yang dominan.

Page 7: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

7

Jurgen Habermas memilah ruang publik menjadi dua, ruang

publik bagi kalangan borjuis (kalangan berduit) dan ruang publik

kalangan bersahaja (tak berduit) jadi kaum tak berduit adalah satu

bentuk fenomena sosial masyarakat yang menunjukan bahwa

dominasi kaum berduit atau kelas menengah jauh lebih kuat menjadi

dasar pertimbangan pengambilan kebijakan ketimbang kaum kelas

bawah. Hardiman, (2010)5 Melihat perkembangan pembangunan dan

masyarakat orang asli Papua Barat kian tersudutkan dari

kesejahteraan, kepemenuhan kebutuhan dasar. Papua dieksploitasi

kekayaan alamnya dan telah menghasilkan keuntungan tak terhitung

bagi perusahaan-perusahaan nasional dan internasional. Kontribusi

bagi pembangunan negara diberikan, tetapi tidak sedikit rakyat hidup

dalam kemiskinan dan ketidakpastian hidup di Tanah sendiri.

Penderitaan kian semakin berat, sehingga muncullah gerakan sosial

ditunggangi kelompok-kelompok kritis dan berintelektual. Hal seperti

inilah yang dipraktekkan Pierre Bourdieu. Bourdieu bukanlah seorang

intelektual yang hanya berbicara dan mengajar saja tetapi seorang

intelektual yang terlibat pada perjuangan kelompok

termarjinalisasikan. ( Basis, 2003).6

Bourdieu memberi contoh pada kita bagaimana seorang

intelektual harus bersikap, ia tidak semata-mata memihak yang lemah,

tetapi juga memihak demi alasan yang lebih luas, yakni kesejahteraan

5 Hardiman Budi, 2010. Jurgen Habermas, tentang Etika Politik, makalah w klap

2010, BU, UKSW. 6 Jurnal Basis Edisi khusus Pirre Bourdieu. Dua bulan, No 11-12, Tahun ke 52.

November-Desember 2003.

Page 8: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

8

bangsa, nasional bahkan internasional. Demikian juga yang terjadi

kaum intelektual kita, jika kita anti diskriminasi pembangunan, anti

korupsi, anti ketidakadilan maka sikap kita mengambil bukan karena

romantisme perjuangan dan pemihakan yang kadang-kadang

sloganisasi atau aksionisme (action)) belaka, tetapi dengan sikap

intelektual kita secara objektif bisa menunjukkan, bangsa kita

membutuhkan orang-orang cerdas untuk menjadi tombak untuk

melawan ketidakadilan yang terjadi di Tanah Papua.

Dibalik diskriminasi pembangunan, sistem pemerintahan yang

carutmarut, pengiriman transmigrasi terus menerus terjadi,

menggadaikan Tanah Papua melalui Program Merauke Integrated

Food and Energi Estate, PT Freepot Indonesia di Timika, bangkitnya

individualisme karena adanya otonomisasi, masyarakat kita di Papua

Barat bisa ambruk justru karena kita memusuhi yang lemah dan kita

memihak kepada yang kuat. Sesungguhnya ini menyimpan kejadian,

bahwa masyarakat kita berada dalam sistem sosial yang sempurna

yang hanya ada dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak

mungkin diwujudkan dalam kenyataan. Artinya bahwa neoliberalisme

sungguh-sungguh telah menjadi kenyataan di Tanah Papua bila hal itu

terjadi, bakal tamatlah riwayat bangsa Papua Barat yang hendak

membangun diri atas dasar peri kemanusiaan dan keadilan sosial ini

(Kompas 28 Mei 2011)7.

Dilihat dari sudut pandang ‘wacana politik ruang’ seperti yang

digambarkan oleh Habermas, bahwa dipilah ruang publik menjadi dua

7 Menggadaikan Papua Demi Pangan. Kompas, 28 Mei 2011.

Page 9: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

9

yaitu ruang publik bagi kalangan borjuis (kalangan berduit) dan ruang

publik untuk kalangan bersahaja (tak berduit). Gagalnya berbagai aksi

atau gerakan sosial di Tanah Papua Barat menuntut pelanggaran Hak

Asasi Manusia (HAM) sebagai kaum bersahaja adalah satu bentuk

fenomena sosial daerah yang menunjukan bahwa dominasi kaum

berduit atau kelas menengah jauh lebih kuat menjadi dasar

pertimbangan pengambilan kebijakan ketimbang kaum bersahaja atau

umumnya warga Papua Barat.

Foucault (1984:252) mengatakan bahwa, ruang adalah hal yang

paling mendasar dari praktek kekuasaan, atau ruang adalah produk

sosial. Sementara itu menurut Levebvre mengatakan bahwa hubungan

sosial hadir di dalam dan melalui ruang hubungan sosial ini tidak

memiliki realitas di luar ruang dimana mereka dihidupkan, dialami,

dan dipraktekkan. Jadi gerakan-gerakan mahasiswa dan masyarakat

tentunya sangat ditentukkan oleh situasi masa kini. Bila ia adalah satu

produk sosial, maka proses produksinya sedang dimulai sekarang dan

apa yang eksis sekarang tak lepas dari proses produksi sosial.

(Levebvre (1991:24).

Tampilnya gerakan sosial “Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa”

(P3B) terbentuk karena sebuah keprihatinan akan kondisi masyarakat

di Tanah Papua Barat dan kepedulian akan melakukan perubahan

untuk masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Papua Barat.

Gerakan sosial P3B menciptakan ruang komunikasi, interaksi, diskusi,

dan bertukar pikiran untuk mendiskusikan hal-hal yang menjadi

keprihatinan P3B dikalangan mahasiswa, masyarakat, para intelektual

Page 10: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

10

yang kritis dan keprihatinan terhadap perkembangan pembangunan

masyarakat di Tanah Papua Barat. Melalui diskusi lepas, dan

membangun komunikasi dari jejaring sosial seperti fecebook, twitter,

frendster, websaid P3B dan jejaring sosial lainnya untuk

membicarakan fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam

kehidupan.

Sedikit sejarah P3B bahwa, P3B dirintis sejak tahun 1999, dan

diresmikan pada 1 September tahun 2008, akta notaris Chandra

Lim.S.H.LL.M. No 1. Awal terbentuknya Perkumpulan Papua Pusaka

Bangsa berawal dari keprihatinan bapak Harry Widjaja. Pak Harry yang

juga adalah salah satu pendiri Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa

(P3B), dan sekaligus ketua P3B.

Pada tahun 1999 ia berangkat ke Papua Barat pertama kalinya

dan ke Nabire melalui Biak, Papua, untuk melihat sekolah berasrama

di Nabire, Tahun 2006 dimulailah pendekatan yang lebih terarah

untuk mendalami permasalahan yang terjadi di Papua Barat, setelah

mengunjungi lebih dari 20 kabupaten di provinsi Papua dan provinsi

Papua Barat pada tahun 2008. Kemudian membentuk suatu organisasi

dan didirikannya, Lembaga Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa.

Fokusnya pada pengintegrasian masyarakat pada pendidikan dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat.

Komunitas ini juga didirikan untuk menuntun perubahan

paradigma kaum muda/i Papua Barat dari berorientasi Pegawai Negeri

Sipil (PNS) kepada paradigma yang berorientasi ekonomi dan bisnis

dalam membangun negeri Papua Barat. Menghimpun segala informasi

Page 11: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

11

mengenai peluang-peluang bisnis baik untuk kemanfaatan personil

maupun dan keperluan investasi pemerintah daerah Provinsi Papua

dan Papua Barat serta pemerintah daerah kabupaten. Sebagai media

produktif dalam rangka menambah dan mengembangkan

pengetahuan bisnis melalui cara-cara diskusi lepas. Membangun

jaringan dan mitra-mitra bisnis Nasional maupun Internasional

sekaligus mempelajari bagaimana cara merawat jaringan dengan baik

dan produktif.

Berdasarkan paparan di atas penelitian ini diarahkan untuk

melihat gerakan sosial Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B),

terutama dalam strategi pendidikan dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat melalui gerakan sosial dan aktor yang terlibat di

dalamnya. Dalam penelitian ini aktor atau agen perubahan yang akan

dikaji adalah komunitas Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B).

Empat (3) hal akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Pertama adalah

sejauh mana P3B beraktivitas dalam upayanya membangun

pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ke dua strategi

yang dipakai untuk mencapai tujuan membangun pendidikan dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ketiga menganalisa tingkat

pencapaian tujuan dengan melihat kondisi-kondisi yang berpengaruh.

Memaparkan strategi P3B dalam upayanya membangun pendidikan

dan memberdayakan ekonomi masyarakat Papua Barat, dengan

menganalisis capaian pembangunan dan pemberdayaan yang diraih.

Perlu diketahui bahwa komunitas ini pusat kegiatannya di

Jakarta, dan mempunyai cabang di beberapa kota/kabupaten di Papua

Page 12: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

12

Barat (provinsi Papua dan provinsi Papua Barat). Penelitian akan

berfokus di Jakarta, alasan penelitian lokasi tersebut dikarenakan

kantor pusat dan aktivitas P3B di Jakarta, dan aktivitas diskusi.

Sedangkan penelitian secara khusus yang dilakukan terhadap

kelompok mahasiswa yang berdomisili di beberapa kota studi di Jawa,

yang tergabung dalam komunitas gerakan sosial Perkumpulan Papua

Pusaka Bangsa.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan persoalan

penelitian sebagai berikut:

“Bagaimana Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B) melakukan

gerakan sosial dalam rangka mentransformasikan masyarakat asli

Papua Barat” (studi terhadap perkumpulan Papua Pusaka Bangsa di

Jakarta). Konsekuensi dari rumusan masalah tersebut telah

memunculkan pertanyaan penelitian seperti terurai di bawah ini:

1. Bagaimana latarbelakang dan proses terbentuknya gerakan

sosial P3B?

2. Bagaimana strategi gerakan yang dilakukan P3B dalam

upayanya membangun pendidikan dan memberdayakan

ekonomi masyarakat Papua Barat?

3. Bagaimana pencapaian upaya P3B beserta kondisi-kondisi

yang mempengaruhinya dalam membangun pendidikan dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat?

Page 13: GERAKAN SOSIAL PERKUMPULAN PAPUA PUSAKA BANGSA

13

1.2. Tujuan penelitian

1. Menggambarkan dan menganalisis latarbelakang dan proses

terbentuknya gerakan sosial P3B

2. Menggambarkan strategi gerakan yang dilakukan P3B dalam

upaya membangun pendidikan dan memberdayaan ekonomi

masyarakat Papua Barat.

3. Menganalisis pencapaian upaya P3B beserta kondisi-kondisi

yang mempengaruhi dalam membangun pendidikan dan

memberdayakan ekonomi masyarakat Papua Barat.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Akademisi yaitu dapat memberi, tambahan pengetahuan

kepada mereka yang bermaksud mendalami masalah-

masalah gerakan-gerakan sosial yang berhubungan dengan

pembangunan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat Papua

2. Praktis yaitu memberikan masukan bagi masyarakat orang

asli Papua Barat dan pemerintah provinsi Papua dan provinsi

Papua Barat pada umumnya dalam hal yang terkait dengan

gerakan sosial untuk pembangunan pendidikan dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat