BAB II LANDASAN TEORI -...

33
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesejahteran Guru 2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Menurut Alya (1994) kesejahteraan merupakan salah satu faktor yang menentukan serta menciptakan rasa aman sentosa, makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan) dalam melakukan aktifitas. Kesejahteraan yang baik dapat memotivasi seseorang untuk mengembang-kan kemampuannya secara optimal. Demikian pula bila seorang guru merasa sejahtera maka akan berusaha secara optimal untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan profesionalnya guna mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan tugas yang diembannya. Uraian tersebut mengindikasikan bahwa kesejahteraan berkaitan erat dengan keselamatan, ketenteraman, dan kemakmuran. Pekerja yang tidak sejahtera akan sulit mengembangkan profesinya, karena ia selalu menemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat dalam meli-hat peluang untuk mengembangkan dirinya. Makna sejahtera bagi setiap orang memang bersifat relatif, namun ada hal-hal yang dapat dijadikan kriteria sekaligus indikator empirik dalam menentukan tingkat kesejahteraan.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesejahteran Guru

2.1.1 Pengertian Kesejahteraan

Menurut Alya (1994) kesejahteraan merupakan

salah satu faktor yang menentukan serta menciptakan

rasa aman sentosa, makmur, selamat (terlepas dari

segala macam gangguan) dalam melakukan aktifitas.

Kesejahteraan yang baik dapat memotivasi seseorang

untuk mengembang-kan kemampuannya secara

optimal. Demikian pula bila seorang guru merasa

sejahtera maka akan berusaha secara optimal untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

profesionalnya guna mencapai tujuan pendidikan

sesuai dengan tugas yang diembannya. Uraian

tersebut mengindikasikan bahwa kesejahteraan

berkaitan erat dengan keselamatan, ketenteraman,

dan kemakmuran. Pekerja yang tidak sejahtera akan

sulit mengembangkan profesinya, karena ia selalu

menemuai hambatan dalam bekerja yang

menyebabkan kurang bersemangat dalam meli-hat

peluang untuk mengembangkan dirinya. Makna

sejahtera bagi setiap orang memang bersifat relatif,

namun ada hal-hal yang dapat dijadikan kriteria

sekaligus indikator empirik dalam menentukan tingkat

kesejahteraan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

12

Dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 1974,

dinyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu

tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material

maupun spiritual. Kesejahteraan ini meliputi rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir

batin yang memungkinkan setiap warga negara meng-

adakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani,

rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga, serta masyarakat, dengan menjunjung tinggi

hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan

Pancasila.

Sementara itu Supriyadi (1999) mengemukakan

bahwa kesejahteraan meliputi aspek material dan

aspek non material. Aspek material yang meliputi gaji;

insentif; penyediaan fasilitas seperti: perumahan,

perpustakaan, tunjangan-tunjangan, dan lain sebagai-

nya. Aspek non material meliputi antara lain kemu-

dahan kenaikan pangkat, suasana kerja, perlindungan

hukum, dan jaminan sosial.

Sedangkan kesejahteraan menurut Undang-

undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga-

kerjaan, pasal 1 menyatakan bahwa:

Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan

jasmaniah dan rohaniah baik di dalam maupun di

luar hubungan kerja yang secrara langsung mau-pun tidak langsung dapat mempertinggi produk-

tivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman

dan sehat.

Kesejahteraan erat kaitannya dengan kebutuhan

hidup. Di sisi lain satu kebutuhan telah terpenuhi,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

13

muncul kebutuhan yang lain. Hal ini dapat dilihat

tingkatan kebutuhan manusia menurut Maslow (1970)

adalah: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa

aman, (3) kebutuhan menyayangi dan disayangi,

(4) kebutuhan untuk penghargaan, dan (5) kebutuhan

aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis sebagai kebutuh-

an dasar atau kebutuhan pokok adalah merupakan

kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia

yakni kebutuhan akan sandang, pangan dan papan

dan berhubungan langsung terhadap kesejahteraan

manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya maka

manusia harus bekerja dengan harapan mendapatkan

imbalan yang memadai demi kesejahteraannya.

Oleh karena kesejahteraan sangat berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang baik

secara material maupun secara non material demi

meningkatkan produktivitas kerjanya. Aspek material

misalnya, besarnya gaji yang diterima, status kepega-

waian, jaminan pensiun, sedangkan aspek non

material misalnya, suasana kerja, kemudahan naik

pangkat.

Konsep kesejahteraan sangat luas pengertian-

nya, maka konsep kesejahteraan diturunkan ke dalam

sub konsep yaitu kaitannya dengan gaji/upah, tun-

jangan, honorarium, kemudahan berkarier, suasana

kerja, dan perlindungan hukum. Oleh karena itu ke-

sejahteraan berhubungan erat dengan aspek material

dan non material. Indikator dari aspek material

meliputi: gaji, tunjangan, insentif, fasilitas pendukung.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

14

Sedangkan indikator aspek non material meliputi:

status kepegawaian, suasana kerja, promosi jabatan,

pengembangan karir, dan perlindungan hukum.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud kesejahteraan adalah imbalan yang

diberikan kepada seseorang karena menjalankan

tugasnya, sehingga orang tersebut dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya yang meliputi aspek material dan

non material demi meningkatkan produktivitas kerja

atau kinerja.

2.1.2 Kesejahteraan Guru

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru

telah banyak dilakukan oleh negara Indonesia.

Langkah yang dilakukan pemerintah dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan guru dengan mengeluar-

kan kebijakan menaikkan tunjangan fungsional guru

yang berlaku mulai Januari 2003. Diharapkan dengan

menaikkan tunjangan fungsional guru ini kesejah-

teraan guru akan meningkat, sehingga guru bisa

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Berkait-

an dengan kesejahteraan guru juga tertuang dalam

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 1 yang berbunyi:

Pendidik dan tenaga kependidikan berhak mem-

peroleh:

Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;

Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi

kerja;

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

15

Pengembangan karier sesuai dengan pengem-

bangan kualitas;

Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual;

Kesempatan untuk menggunakan sarana,

prasarana, fasilitas, untuk menunjang kelan-

caran pelaksanaan tugas.

Mengingat pentingnya peranan guru dalam

menentukan kemajuan pendidikan, maka kebutuhan

guru perlu diperhatikan oleh pihak lembaga atau

manajemen agar guru lebih giat dalam melaksanakan

pekerjaannya. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan

internal maupun kebutuhan eksternal. Kebutuhan

internal yaitu suatu kebutuhan manusia secara

universal yang meliputi kebutuhan biologis seperti:

sandang, pangan, papan, rekreasi, olah raga; kebutuh-

an psikologis meliputi rasa aman, kepastian masa

depan, ingin dihargai, berprestasi; kebutuhan

spiritual/rohani seperti menjalankan ibadah agama

dan kepercayaan. Kebutuhan eksternal yaitu kebutuh-

an di luar guru terutama berupa fasilitas yang diperlu-

kan untuk mewujudkan kondisi sekolah sebagai lem-

baga pendidikan yang memungkinkan guru melaksa-

nakan pekerjaan jabatan secara efektif, efisien,

produktif dan berkualitas seperti gedung sekolah,

laboratorium, perpustakaan, ruang kantor (Depdiknas,

2001:16).

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kese-

jahteraan guru juga tertuang dalam UU No 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen pasal 14 yang menya-

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

16

takan, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

guru berhak:

memperoleh penghasilan di atas kebutuh-

an hidup minimum dan jaminan kesejah-

teraan sosial;

mendapatkan promosi dan penghargaan

sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

memperoleh perlindungan dalam melaksa-

nakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

memperoleh kesempatan untuk mening-

katkan kompetensi;

memperoleh dan memanfaatkan sarana

dan prasarana pembelajaran untuk me-

nunjang kelancaran tugas keprofesional-

an;

memiliki kebebasan dalam memberikan

penilaian dan ikut menentukan kelulus-

an, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pen-

didikan, kodeetik guru, dan peraturan perundangundangan;

rasa aman dan jaminan keselamatan

dalam melaksanakan tugas;

memiliki kebebasan untuk berserikat

dalam organisasi profesi;

memiliki kesempatan untuk berperan

dalam penentuan kebijakan pendidikan;

memperoleh kesempatan untuk mengem-

bangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau;

memperoleh pelatihan dan pengembangan

profesi dalam bidangnya.

Langkah yang dilakukan pemerintah dalam

upaya peningkatan kesejahteraan guru dengan menge-

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

17

luarkan kebijakan memberikan tunjangan sertifikasi

bagi guru yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu

baik berstatus PNS maupun non PNS yang bertugas di

Yayasan. Diharapkan dengan diberikannya tunjangan

sertifikasi ini kesejahteraan guru akan meningkat

sehingga guru bisa melaksakan tugas secara profe-

sional dengan sebaik-baiknya.

Walaupun tidak diatur secara khusus dalam

undang-undang tentang jaminan kesejahteraan bagi

guru honorer, para guru honorer yang bekerja di dunia

pendidikan, juga melaksanakan tugas sehari-hari

sama dengan guru PNS. Untuk itu guru honorer harus

mendapat perlakuan yang sama dalam bekerja, juga

berhak untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih

baik dari para penyelenggara pendidikan agar kesejah-

teraannya juga meningkat. Setiap orang yang bekerja

pada suatu organisasi atau lembaga berharap akan

mendapatkan imbalan yang layak untuk meningkat-

kan taraf hidupnya. Demikian halnya dengan seorang

guru honorer yang bekerja di suatu lembaga pendi-

dikan atau yayasan pendidikan berharap mendapat-

kan imbalan yang layak untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan hidupnya.

Guru yang tidak sejahtera akan sulit mengkon-

sentrasikan diri dalam mengembangkan profesinya

karena masih memikirkan mencari tambahan pengha-

silan untuk kesejahteraan hidupnya. Begitu penting

aspek kesejahteraan bagi pekerja termasuk guru,

maka pihak lembaga perlu memperhatikan kesejah-

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

18

teraan guru. Dengan perhatian yang memadai terha-

dap kesejahteraan guru, diharapkan guru akan lebih

giat dalam melaksanakan tugasnya.

Kesejahteraan guru yang dimaksud penulis

dalam penelitian ini adalah terpenuhinya jenis kebu-

tuhan fisik guru secara langsung yang berkaitan

dengan kebutuhan fisik, misal kebutuhan pangan,

sandang, juga kebutuhan psikis yang berhubungan

dengan kebutuhan rasa aman, tenteram, ketenangan

dan kedamaian dalam hidup, serta akses memperoleh

informasi dengan mudah, dan adanya perlindungan

hukum dalm bekerja.

2.2 Kualitas Rencana Pelaksanaan Pembela-

jaran

2.2.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembel-

ajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) seba-

gai salah satu bagian program pembelajaran yang

memuat tentang persiapan guru dalam mengajar dan

berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksa-

nakan kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran

lebih terarah, berjalan secara efektif dan efisien

(Usman: 61).

Sejalan dengan pendapat Muslih (2007:53),

rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP) adalah

rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

19

akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa

menerapkan pembelajaran secara terprogram, karena

RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang

tinggi. Tanpa perencanaan yang baik, mustahil target

pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan

rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk

satu pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan

pembelajaran dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik

dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Setiap

pendidik dalam satuan pembelajaran harus menyusun

rencana pelaksannan pembelajaran secara lengkap

dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

efisien, kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan psikis dan psikologis

peserta didik.

Sementara itu menurut Ornstein dalam Mulyasa

(2007: 223) untuk membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran yang efektif harus berdasarkan penge-

tahuan terhadap tujuan umum sekolah, tujuan mata

pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat

peserta didik, isi kurikulum, dan unit-unit pelajaran

yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta

teknik-teknik pembelajaran jangka pendek.

Berdasarkan definisi perencanaan dan pembela-

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

20

jaran seperti diuraikan di atas, maka perencanaan

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dan cara berfikir mengenai sesuatu hal yang akan

dilakukan dengan tujuan agar seseorang dapat ber-

ubah. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Perencanaan pembelajaran

meliputi: (a) menyusun program tahunan, (b) menyu-

sun program semesteran, (c) menyusun program satu-

an pelajaran, dan (d) menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

2.2.3 Langkah-langkah menyusun RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan

langkah penting untuk mencapai keberhasilan pem-

belajaran. Agar rencana pelaksanaan pembelajaran

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu

disusun secara proposional sesuai aturan yang diten-

tukan oleh BSNP.

Langkah-langkah dalam menyusun RPP menu-

rut BSNP (2008: 25) sebagai berikut:

1. Menuliskan identitas, meliputi: (a) nama mata

pelajaran, (b) kelas/semester, (c) jumlah per-

temuan, (d) alokasi waktu;

2. Menuliskan standar kompetensi dan kompe-

tensi dasar dari mata pelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pembelajaran tertentu;

3. Menuliskan indikator pencapaian kompetensi

yang telah dirumuskan dalam silabus;

4. Menuliskan tema, dan bidang pengembangan;

5. Merumuskan tujuan pembelajaran;

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

21

6. Memilih materi pokok pembelajaran;

7. Merumuskan metode mengajar;

8. Mengalokasikan waktu;

9. Langkah-langkah pembelajaran: (a) kegiatan

awal, salam, apersepsi, motivasi, (b) kegiatan inti, Eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, nilai

karakter, dan (c) kegiatan penutup, Refleksi,

kesimpulan, post-tes;

10. Menentukan media/alat dan sumber belajar;

11. Menentukan prosedur penilaian, dan Instru-

men penilaian sesuai indikator yang akan

dicapai.

Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran

merupakan suatu rancangan pembelajaran mata

pelajaran atau tema yang disusun guru untuk dite-

rapkan dalam pembelajaran di kelas agar pembela-

jaran lebih terarah, berjalan efektif, dan efisien serta

tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas harus

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh BSNP

antara lain:

(1) Menuliskan identitas, meliputi: nama satuan

pendidikan, mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, menulis-kan tema, bidang

pengembangan, kelas/ semester, alokasi waktu,

jumlah pertemuan, (2) menuliskan indikator pen-capaian kompetensi, (3) merumuskan tujuan pem-

belajaran, (4) memilih materi pokok pembelajaran,

(5) Merumuskan metode mengajar, (6) langkah-langkah pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan penutup, (7) menentukan

media/alat dan sumber belajar, (8) menentukan prosedur penilaian, dan instrumen penilaian

sesuai indikator yang akan dicapai.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

22

2.3 Kinerja Mengajar Guru

2.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata job performance adalah

prestasi kerja atau prestasi yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas pokoknya dan menjadi

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja

dapat diartikan juga sebagai derajad pelaksanaan

tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimiliki-

nya. Kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja

karena kinerja merupakan hasil dari proses dari

bekerja. Kinerja dapat dimaknai sebagai suatu cara

atau perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas

sehingga dapat menghasilkan suatu produk atau jasa

yang merupakan wujud dari tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

Kinerja dimanifestasikan dari tingkat keberhasil-

an seseorang atau kelompok orang dalam melaksana-

kan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan

untuk mencapai tujuan dan standar yang ditetapkan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Endrawati (2007) yang

menyatakan bahwa, kinerja merupakan prestasi yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya

atau pekerjaannya selama periode tertentu sesuai

standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk

pekerjaan tersebut.

Karena kinerja adalah tindakan yang membuah-

kan hasil yang diinginkan, maka perlu adanya suatu

penilaian kinerja. Menurut Dessler (dalam Indrawati,

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

23

2012) bahwa penilaian kinerja adalah memberikan

umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memo-

tivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemero-

sotan kinerja atau bekerja lebih giat lagi. Lebih lanjut

dinyatakan bahwa penilaian kinerja terdiri dari tiga

langkah:

1. mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan

bahwa atasan dan bawahan sepakat tentang

tugas-tugasnya dan standar jabatan;

2. menilai kinerja berarti membandingkan kinerja

aktual atasan dengan standar-standar yang

telah ditetapkan, dan mencakup beberapa jenis

penilaian;

3. sisi umpan balik berarti kinerja dan kemajuan

atasan dibahas dan direncanakan dibuat

untuk perkembangan apa saja yang dituntut.

Penilaian kinerja memegang peran yang sangat

penting dalam pencapaian tujuan suatu orgasisasi

atau lembaga, penilaian kinerja menurut Notoatmodjo

(2003) bermanfaat untuk:

(1) Peningkatan prestasi kerja; (2) Memperoleh kesempatan kerja yang adil; (3) Memperoleh

kebutuhan-kebutuhan untuk pelatihan pe-ngembangan; (4) Penyesuaian pemberian kom-

pensasi; (5) Pengambilan keputusan-keputus-

an promosi; (6) Mendiagnosa kesalahan-kesa-lahan desain pekerjaan; (7) Mengetahui

penyimpangan-penyimpangan dalam proses rekrutmen dan seleksi.

Sementara itu, Soeprihanto (1988) mengatakan

bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaaan seorang

selama periode tetentu dibandingkan dengan berbagai

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

24

kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran,

atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu

dan telah disepakati bersama. Kinerjanya dikatakan

baik apabila hasil yang dicapai lebih besar dari

standar yang ditetapkan, sebaliknya apabila hasil yang

dicapai lebih rendah dari dari standar yang ditetap-

kan, maka kinerjanya dikatakan tidak baik.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disim-

pulkan bahwa, kinerja adalah suatu hasil kerja secara

kualitas yang dapat dicapai dalam periode tertentu

oleh seorang pegawai atau sekelompok orang dalam

suatu lembaga. Dalam pelaksanaan tugas dipenga-

ruhi oleh kecakapan dan motivasi sesuai wewenang

dan tanggung jawab masing-masing dan tidak melang-

gar hukum dengan dibandingkan berbagai kemung-

kinan seperti standar kerja, sasaran, dan kriteria yang

telah ditentukan dan disepakati terlebih dahulu dalam

tahap perencanaan, pelaksanaan maupun setelah

kegiatan selesai atau berfungsi.

2.3.2 Pengertian Mengajar

Pengertian mengajar menurut Joyce and Well

(1996) menyatakan “teaching” atau mengajar adalah

membantu siswa memperoleh informasi, idea, keter-

ampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengeks-

presikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar

(dalam Andreas, 2011). Kegiatan mengajar dimaksud-

kan untuk memberikan informasi tentang hal-hal baru

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

25

kepada orang lain agar orang tersebut memahaminya.

Sementara itu Nasution (1986) berpendapat

bahwa mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi

proses belajar. Oleh karena mengajar tidak dapat

dipisahkan oleh tugas seorang guru untuk menga-

rahkan perhatian siswa serta menumbuhkan motivasi

siswa agar dapat menerima bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru.

Agar guru dapat mengajar dengan baik, guru

dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keter-

ampilan yang dapat mendukung tugas guru yang

bersangkutan. Kemampuan dan keterampilan yang

diharapkan dari seorang guru dalam melaksanakan

tugas mengajar yaitu kemampuan untuk memper-

siapkan atau merencanakan bahan ajar, kemampuan

untuk melaksanakan pembelajaran.

Selanjutnya sebagai pengajar seorang guru lebih

menekankan pada tugas dalam merencanakan dan

melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru

dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan

teknik dalam mengajar, dan menguasai ilmu atau

bahan yang diajarkan. Sementara itu Gagne dan

Briggs (dalam Nurhayati, 2011) mengemukakan bahwa

dalam kegiatan belajar mengajar tedapat tiga kemam-

puan pokok yang dituntut dari guru, yaitu: (1) meren-

canakan kegiatan belajar mengajar, (2) mengelolaa

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

26

kegiatan belajar mengajar, (3) menilai kegiatan belajar

mengajar.

Mengajar dalam arti luas adalah suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur berbagai sumber daya

lingkungan dan menghubungkan dengan kepentingan

anak sehingga terjadi proses mengajar. Hal ini sepen-

dapat dengan Gagne dan Perrot (Widyastono, 1999)

bahwa dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tiga

kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru,

yaitu; (1) merencanakan kegiatan belajar mengajar,

(2) mengelola kegiatan belajar mengajar, dan (3) me-

nilai kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru

bertujuan untuk mengarahkan perhatian siswa, me-

motivasi siswa agar dapat menerima bahan pelajaran

yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu kegiatan

mengajar diharapkan dapat mempersiapkan siswa

untuk berperan aktif sehingga siswa mau mendengar-

kan, menerima, serta memberi motivasi agar siswa

siap mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh

guru.

Berdasarkan pengertian mengajar, dapat disim-

pulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan guru dengan tujuan membantu siswa agar

memperoleh informasi, idea, pengetahuan, keteram-

pilan, nilai, dan cara berfikir dalam mengekspresikan

dirinya.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

27

2.3.3 Pengertian Guru TK

Pengertian guru dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedu-

dukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendi-

dikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang

diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undang-

an.

Kedudukan guru sebagai tenaga pendidik pro-

fesional bertujuan melaksanakan sistem pendidikan

nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasio-

nal, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga

negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.

Guru merupakan unsur yang dominan dalam

proses pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar meng-

ajar dapat berjalan dengan baik apabila guru dapat

memainkan perannya dengan baik dan optimal. Jika

guru tidak dapat berperan dengan baik dalam proses

pembelajaran maka kegiatan belajar mengajar tidak

akan dapat berlangsung dengan baik pula. Jadi

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

28

berhasil tidaknya proses pembelajaran tergantung

dapa guru tersebut.

Guru pada dasarnya merupakan salah satu

komponen dalam proses pembelajaran yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan.

Sebagai komponen dalam bidang kependidikan,

seorang guru harus berperan serta secara aktif dan

menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesio-

nal, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin

berkembang, sehingga ia dituntut memiliki integritas,

loyalitas, dedikasi, dan responsibility untuk mewujud-

kan dirinya menjadi guru profesional.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendi-

dikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendi-

dikan dasar, dan pendidikan menengah (PP 19: 2005

pasal 1.1). Hal ini mengisyaratkan bahwa guru meru-

pakan salah satu indikator yang menentukan kualitas

pendidikan. Bagus tidaknya kualitas pendidikan akan

terlihat dari kinerja dan kompetensi guru sebagai

pendidik yang melaksanakan proses pembelajaran.

Dalam arti khusus, guru Taman Kanak-Kanak

tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melaksa-

nakan transfer of knowledge, tapi juga sebagai

“pendidik” yang berkewajiban melaksanakan transfer

of values, sekaligus sebagai “pelatih” yang melakukan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

29

transfer of skill, dan “pembimbing” yang memberikan

pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar (Isjoni,

2007: 49).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini dinyatakan bahwa Guru Taman

Kanak-Kanak adalah tenaga profesional yang bertugas

merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran,

menilai proses dan hasil pembelajaran, serta melaku-

kan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan

anak didik. Guru Taman Kanak-Kanak terdiri dari

guru inti dengan kualifikasi akademik S1 atau D IV

jurusan pendidikan, dan guru pendamping dengan

kualifikasi akademik minimal D-II PGTK. Guru Taman

Kanak-Kanak harus mempunyai kompetensi antara

lain: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi profe-

sional,(3) kompetensi paedagogik, dan (4) kompetensi

sosial.

Dari beberapa pengertian guru yang telah dike-

mukakan, dapat disimpulkan bahwa guru Taman

Kanak-Kanak adalah Guru Taman Kanak-Kanak

adalah tenaga profesional dengan kualifikasi akademik

minimal D-II yang bertugas merencanakan, melaksa-

nakan proses pembelajaran, menilai proses dan hasil

pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, penga-

suhan dan perlindungan anak didik dan mempunyai,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kom-

petensi paedagogik, dan kompetensi sosial.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

30

2.3.4 Pengertian Kinerja Mengajar Guru

Menurut Uno dkk. (2001) kinerja mengajar guru

dapat terlihat dalam tugasnya sebagai seorang penga-

jar, dan sebagai administrator dalam kegiatan pem-

belajaran. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk kegiatan

antara lain: merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi atau menilai proses belajar mengajar.

Kegiatan guru mencakup pengaturan dan penggunaan

teknologi pembelajaran, mengatur kegiatan belajar,

memanfaatkan lingkungan belajar, memberikan bim-

bingan, pengarahan dan dorongon kepada siswa.

Dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan di kelas maupun di luar kelas hanya bisa

dilakukan oleh seorang guru.

Guru juga dapat diinterpretasikan sebagai pem-

bimbing atau fasilitator belajar siswa, seperti yang

disampaikan (Sudiyono: 2001).

Kinerja mengajar adalah prestasi yang diperlihat-kan guru dalam menyampaikan materi pembela-

jaran (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) ke-

pada siswanya, karena guru mempunyai kemam-puan melaksanakan dan mengevaluasi proses

belajar mengajar dalam suasana interaksi edukasi

di sekolah.

Hanif (2004) menyebutkan bahwa kinerja meng-

ajar guru memuat empat dimensi yaitu keterampilan

mengajar, keterampilan manajemen, kedisiplinan dan

ketertiban, dan keterampilan hubungan pribadi.

Berdasarkan pengertian kinerja dan dimensi kinerja

mengajar guru dapat didefinisikan sebagai prestasi

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

31

kerja guru yang ditunjukkan dengan: 1. Keterampilan Mengajar

Ada enam keterampilan mengajar yang harus

dikuasai guru agar memiliki kinerja mengajar yang

baik yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan,

mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan

menutup pelajaran.

2. Keterampilan Manajemen

Guru perlu memiliki keterampilan untuk menge-

lola kelas, siswa, tugas siswa dan tugas guru.

Keterampilan mengelola kelas diwujudkan dengan

terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif,

cepat bertindak bila ada gangguan dalam pembel-

ajaran, guru berlaku adil dalam pembelajaran.

3. Disiplin dan Tertib

Sekolah memiliki peraturan baik bagi siswa,

karyawan maupun gurunya. Peraturan diperlukan

agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Kedisi-

plinan seorang guru ditunjukkan dengan kedatangan

di sekolah tepat waktu, menyelesaikan tugas dengan

penuh tanggung jawab.

4. Hubungan antar Pribadi

Keberhasilan guru dan siswa dalam melaksana-

kan kegiatan belajar mengajar membutuhkan kerja

sama antar guru, dengan orang tua, kepala sekolah,

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

32

dan siswa itu sendiri. Kerjasama sesama guru dan

kepala sekolah dapat saling membantu menyelesaikan

masalah yang dihadapi guru baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Kerjasama dengan orang tua

siswa diperlukan untuk memberikan masukan terkait

dengan kondisi siswa sehingga guru dapat membantu

siswa dengan cara yang tepat. Sedangkan kerjasama

dengan siswa diperlukan untuk membantu memecah-

kan masalah-masalah baik yang terkait dengan mata

pelajaran maupun masalah pribadi atau sosial siswa.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, kinerja

mengajar guru diwujudkan dalam kegiatan merenca-

nakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

dan menilai hasil belajar (Dharma 2008). Kegiatan

guru dalam kinerja mengajar secara rinci dapat

dijelaskan:

1. Merencanakan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran guru

perlu membuat perencanaan yang dapat digunakan

sebagai pedoman pembelajaran baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Dengan perencanaan yang baik

diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

maksimal. Perencaan pembelajaran dituangkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP meru-

pakan penjabaran dari silabus untuk mencapai kom-

petensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP

sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

33

belajar, dan penilaian hasil belajar.

2. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran

Guru dalam melaksanakan pembelajaran meng-

acu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Standar

proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran

yang meliputi perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan aktivitas anta-

ra guru dan siswa dalam pembelajaran yang berlang-

sung di kelas atau tempat yang telah ditetapkan dalam

perencanaan. Pelaksanaan pembelajaran meliputi:

(1) Kegiatan pendahuluan antara lain: menyiapkan

peserta didik, apersepsi dengan memberikan pertanya-

an yang terkait dengan pelajaran yang akan disampai-

kan, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelas-

kan materi pembelajaran; (2) Kegiatan inti pembela-

jaran antara lain: proses eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi. Dalam eksplorasi, guru melibatkan anak

didik secara aktif untuk mencari informasi yang luas

tentang topik atau tema yang dipelajari. Dalam proses

elaborasi, guru memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi, untuk memunculkan gagas-

an baru secara lisan maupun tertulis. Sedangkan

dalam proses konfirmasi, guru memberikan umpan

balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulis-

an, isyarat, maupun reword terhadap keberhasilan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

34

peserta didik; (3) Kegiatan penutup, kegiatan antara

guru bersama peserta didik membuat rangkuman,

melakukan evaluasi dan merefleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan secara terprogram.

3. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian pendidikan merupakan proses

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik

(Permendiknas nomor 20 tahun 2007). Penilaian

dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran

untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi

peserta didik, dan digunakan sebagai bahan penyu-

sunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memper-

baikai proses pembelajaran.

Kinerja mengajar mengajar guru diperjelas

dengan pendapat Candiasa, dkk (2001) yang menyata-

kan bahwa kinerja mengajar guru adalah prestasi

dalam melaksanakan tugas pokok guru seperti yang

dirumuskan dalam lokakarya Pendidikan Nasional

yang meliputi:

1. Merencanakan kegiatan pembelajaran;

2. Merencanakan pengorganisasian bahan pela-

jaran;

3. Merencanakan pengelolaan kegiatan pembela-

jaran;

4. Merencanakan pengelolaan kelas;

5. Merencanakan media dan sumber belajar;

6. Menentukan teknik evaluasi;

7. Membuat alat evaluasi;

8. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

35

9. Membuka kegiatan pembelajaran;

10. Mengelola kegiatan inti;

11. Mengorganisasikan waktu, siswa, dan fasilitas;

12. Melaksanakan evaluasi;

13. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran;

14. Melaksanakan evaluasi dalam proses pembe-

lajaran;

15. Membuat soal evaluasi;

16. Melaksanakan evaluasi;

17. Melaksanakan analisis hasil evaluasi.

Kinerja mengajar guru adalah prestasi yang

diperlihatkan guru dalam menyusun rencana pem-

belajaran, mengelola waktu, kelas, menyampaikan

materi pembelajaran (sikap, pengetahuan, dan keter-

ampilan) kepada siswanya dan mengevaluasi proses

belajar dalam suasana interaksi edukatif di sekolah.

Pengertian kinerja mengajar juga diperjelas

dengan tugas mengajar dalam proses belajar mengajar

dengan indikator (Masidjo 1995):

(1) Merencanakan program mengajar, (2) melak-sanakan proses belajar mengajar, (3) menilai hasil

belajar, (4) melaksanakan tindak lanjut hasil

penilaian prestasi belajar, dan (5) melaksanakan bimbingan belajar peserta didik.

Guru yang memiliki kinerja mengajar tinggi

adalah guru yang mengutamakan tugasnya, sehingga

secara berkesinambungan akan mewujudkan dan

meningkatkan prestasi kerja, yang dimanifestasikan

dalam bentuk kerja keras, disiplin, tekun, dan ber-

wawasan ke depan.

Sedangkan berdasarkan keputusan Mendikbud

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

36

Republik Indonesia No. 025/0/1995 tentang petunjuk

teknis ketentuan pelaksanaan jabatan fungsional guru

dan angka kredit, unsur utama yang merupakan

refleksi kinerja mengajar guru diukur dari prestasi

yang dicapai atau dilaksanakan oleh guru mulai dari

kemampuan menyusun program pembelajaran, me-

laksanakan program pembelajaran, melaksanakan

evaluasi, melaksakan analisa hasil belajar, menyusun

dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan,

melakukan bimbingan dan konseling.

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 yang mengatur Standar Nasional

Pendidikan Bab VI mengenai Standar Pendidik dan

Tenaga kependidikan, Bagian Kesatu tentang Pendidik,

Pasal 28 Ayat 3, menyebutkan bahwa kompetensi yang

harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran dalam

kinerja mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah, serta pendidikan anak usia dini, termasuk

di dalamnya guru TK meliputi:

1. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, danpengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

37

Kepribadian pendidik yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak

mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masya-

rakat, serta secara objektif mengevaluasi kinerja

sendiri.

3. Kompetensi Sosial

Kemampuan pendidik berkomunikasi dan ber-

interaksi secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta

didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat

sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Kemampuan pendidik dalam penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang me-

mungkinkannya membimbing peserta didik memper-

oleh kompetensi yang ditetapkan.

Secara umum ada sejumlah kompetensi dasar

yang harus dimiliki oleh seorang guru TK untuk

menunjukkan profesionalisme dalam bidang pekerja-

annya. Standar kompetensi tersebut dikemukakan

oleh National Association of Education for Young

Childrens (NAEYC) tahun 1994 sebagai berikut:

(1) Mendukung perkembangan dan belajar anak;

(2) Membangun hubungan dengan keluarga dan

masyarakat; (3) Mengamati, mendokumentasikan, dan menilai; (4) Mengajar dan belajar; (5) Menjadi

seorang profesional.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

38

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) bahwa dalam kegiatan belajar

mengajar terdapat tiga kemampuan pokok yang di-

tuntut dari guru, yaitu: (1) Merencanakan kegiatan

belajar mengajar, (2) Mengelola kegiatan belajar

mengajar dan (3) Menilai kegiatan belajar mengajar.

Kemampuan guru dalam merencanakan kegiat-

an belajar mengajar meliputi:

(1) Menentukan indikator pembelajaran,

(2) Merumuskan tujuan pembelajaran,

(3) Menentukan alat dan bahan pembelajaran,

(4) Menentukan metode pembelajaran, (5) Menentukan waktu pembelajaran,

(6) Merancang pengelolan kelas,

(7) Menentukan sumber belajar, (8) Merancang alat dan cara penilaian.

Sedangkan kemampuan guru dalam mengelola

kegiatan belajar mengajar meliputi:

1. Kegiatan pendahuluan meliputi: (a) Menyam-

paikan apersepsi, (b) Memberikan motivasi, informasi tujuan pembelajaran;

2. Kegiatan inti meliputi: (a) Menyajikan materi

pembelajaran, (b) Menggunakan metode pem-belajaran, (c) Menggunakan alat dan media

pembelajaran, (d) Menguasai materi, (e) Menata

ruang dan sumber belajar, (f) Mengelola kelas, (g) Bersikap terbuka dan luwes serta memban-

tu mengembangkan sikap positif anak terha-

dap kegiatan bermain sambil belajar, (h) Meng-

gunakan bahasa komunikatif; (i) Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran;

3. Kegiatan penutup meliputi: (a) Membuat sim-

pulan dan rangkuman, (b) Melaksanakan eva-luasi, (c) Memberikan tindak lanjut.

Berdasarkan uraian tentang kinerja mengajar,

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

39

dapat disimpulkan bahwa kinerja mengajar adalah

suatu kemampuan atau prestasi, serta keterampilan

yang diperlihatkan seseorang berdasarkan motivasi

dan persepsi dalam melaksanakan tugas sebagai guru

dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar,

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan meng-

evaluasi kegiatan pembelajaran.

2.4 Kerangka Pikir

Sebagaimana diuraikan pada landasan teori,

terdapat gambaran bahwa kesejahteraan dan kualitas

rencana pelaksanaan pembelajaran mempunyai

hubungan dengan kinerja mengajar guru. Untuk itu

perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui

hubungan kesejahteraan dan kualitas rencana pelak-

sanaan pembelajaran dengan kinerja mengajar guru

TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.

Variabel dalam penelitian ini adalah kesejah-

teraan guru, kualitas rencana pelaksanaan pembela-

jaran sebagai variabel bebas dan kinerja mengajar

guru sebagai variabel terikat. Dari variabel bebas dan

variabel terikat tersebut akan diukur melalui angket

dan observasi dengan menggunakan skor penskalaan

pada guru TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten

Temanggung. Dari skor total yang didapat melalui

angket dan observasi, data akan dihitung nilai kore-

lasinya antara variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir teoritis dapat

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

40

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.4.1 Hubungan Kesejahteraan Guru dengan Kinerja

Mengajar Guru

Kesejahteraan guru yang tercermin dengan

terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual akan

membuat guru lebih bergairah dan bersemangat dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini

terjadi karena guru tidak memikirkan hal-hal lain

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga lebih

banyak waktu dan energi untuk berkonsentrasi guna

menunaikan tugasnya. Kondisi yang demikian di mana

guru merasa aman, tentram, kesehatan yang terjamin

ini diduga mempunyai hubungan dengan kinerja guru.

Kesejahteraan Guru

(X1)

Kualitas RPP (X2)

Kinerja Mengajar Guru

(Y)

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

41

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nggeolima (2005)

dan Nutabonis yang menunjukkan adanya hubungan

yang positif dan signifikan antara kesejah-teraan guru

dengan kinerja guru pada SMA dan SMK Negeri di

Kota SoE. Temuan ini sejalan dengan temuan Samtono

(2002), Harsanto (2003), dan Nggulindima (2006) yang

menyatakan bahwa ada hubungan positif dan

signifikan sebesar 0,402 antara kesejahteraan dan

kinerja guru.

2.4.2 Hubungan Kualitas Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran dengan Kinerja Mengajar Guru

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan

persiapan yang harus dilakukan guru sebelum meng-

ajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disu-

sun berdasarkan kriteria yang dipersyaratkan akan

mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Hasil penelitian Waimuri (2012) mene-

mukan ada hubungan yang positif dan signifikan

sebesar 0,922 antara pengembangan RPP dengan

kompetensi mengajar guru.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terda-

pat hubungan yang signifikan antara kualitas rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan kinerja mengajar

guru, artinya dengan rencana pelaksanaan pembel-

ajaran yang berkualitas, maka kinerja mengajar guru

akan lebih meningkat dan lebih baik sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

42

2.5 Hipotesis Penelitian

Arikunto (2002) mendifinisikan hipotesis adalah

pernyataan yang bersifat sementara terhadap perma-

salahan penelitian sampai terbukti melalui daya yang

terkumpul. Berdasarkan kajian teori dan hasil peneli-

tian, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam

penelitian ini:

2.5.1 Hipotesis Empirik

Dari rumusan masalah seperti yang dikemuka-

kan pada Bab I maka hipotesis empirik yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kesejahteraan guru dengan kinerja mengajar guru

TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten

Temanggung;

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

kinerja mengajar guru TK di Kecamatan Tembarak

Kabupaten Temanggung.

2.5.2 Hipotesis Statistik

1. Ho < 0

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kesejahteraan guru dengan kinerja mengajar guru

TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten

Temanggung.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5144/3/T2_942011084_BAB II.pdfmenemuai hambatan dalam bekerja yang menyebabkan kurang bersemangat

43

H1 ≥ 0

Terdapat hubungan yang signifikan antara

kesejah-teraan guru dengan kinerja mengajar

guru TK di Kecamatan Tembarak Kabupaten

Temanggung

2. Ho < 0

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran

dengan kinerja mengajar guru TK di Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung.

H1 ≥ 0

Terdapat hubungan yang signifikan antara kua-

litas rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

kinerja mengajar guru TK di Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung.