BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan...

27
6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Saham Banyak orang menganggap perdagangan di pasar modal hampir sama dengan tempat judi. Benarkah demikian? Memang banyak investor yang bertransaksi saham tanpa informasi yang jelas. Sebagian dari mereka hanya menebak-nebak apakah suatu saham akan naik atau turun. Umumnya mereka mengharapkan hasil yang instant, dengan pengetahuan yang instant pula. Alangkah baiknya jika mereka menginvestasikan pengetahuan mereka untuk memahami strategi perdagangan saham dengan lebih baik. Kesimpulannya, persepsi masyarakat harus diperbaiki dengan cara banyak membantu mereka menganalisa investasi saham. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis). II.1.1 Analisis Fundamental Menurut James L. Bickford (2008), “Analisa fundamental adalah suatu penyelidikan ekonomi dan didasarkan pada asumsi bahwa penawaran dan permintaan mata uang adalah hasil dari proses ekonomi yang bisa dilihat dalam praktiknya dan yang bisa diprediksi”. Sedangkan Dedhy Sulistiawan (2007), juga menjelaskan mengenai analisa fundamental sebagai “analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha”.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

      6  

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Analisa Saham

Banyak orang menganggap perdagangan di pasar modal hampir sama dengan

tempat judi. Benarkah demikian? Memang banyak investor yang bertransaksi saham

tanpa informasi yang jelas. Sebagian dari mereka hanya menebak-nebak apakah suatu

saham akan naik atau turun. Umumnya mereka mengharapkan hasil yang instant,

dengan pengetahuan yang instant pula. Alangkah baiknya jika mereka menginvestasikan

pengetahuan mereka untuk memahami strategi perdagangan saham dengan lebih baik.

Kesimpulannya, persepsi masyarakat harus diperbaiki dengan cara banyak membantu

mereka menganalisa investasi saham.

Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham di masa

mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis) dan

analisis fundamental (fundamental analysis).

II.1.1 Analisis Fundamental

Menurut James L. Bickford (2008), “Analisa fundamental adalah suatu

penyelidikan ekonomi dan didasarkan pada asumsi bahwa penawaran dan permintaan

mata uang adalah hasil dari proses ekonomi yang bisa dilihat dalam praktiknya dan yang

bisa diprediksi”. Sedangkan Dedhy Sulistiawan (2007), juga menjelaskan mengenai

analisa fundamental sebagai “analisis sekuritas yang menggunakan data-data

fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha”.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

7  

Untuk mata uang, suatu strategi perdagangan fundamental terdiri dari strategi

penilaian di mana suatu mata uang tertentu diperdagangkan berdasarkan bebagai kriteria,

kecuali pergerakan harga. Kriteria ini memang termasuk bahan untuk dianalisis, akan

tetapi tidak membatasi pada kondisi perekonomian suatu Negara yang diwakili dengan

mata uangnya, kebijakan moneternya, dan unsur-unsur lainnya yang mendasar bagi

perekonomian. Konsentrasi dari analisis fundamental meliputi kekuasaan ekonomi,

sosial, dan politik, yang mengendalikan penawaran dan permintaan. Tidak ada satu pun

tatanan kepercayaan yang mengendalikan analisis fundamental, kecuali kebanyakan

analis fundamental yang melihat kepada berbagai indikator ekonomi makro seperti

tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, inflasi, dan pengangguran.

II.1.2 Analisis Teknikal

James L. Bickford menjelaskan motivasi untuk mempercayai semua analisis

teknikal adalah “bahwa data teknis pada masa lalu dan sekarang (harga pembukaan,

tertinggi, terendah, dan penutupan) memberikan informasi yang memadai untuk

meprediksikan fluktuasi harga dalam waktu yang singkat selanjutnya”. Dedhy

Sulistiawan “analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik

harga dan volume historis”. Analisa yang dimaksud adalah grafik pergerakan harga (atau

volume) saham, obligasi, option, future, forex, dan instrumen keuangan lainnya.

Menurut Murphy (1999) dan Luca (2000) terdapat tiga asumsi dasar dalam analisis

teknis, yaitu:

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

8  

1. Market Price Discounts Everything

Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengaruh

terhadap harga saham. Kejadian atau peristiwa tersebut akan tercermin

pada harga sahamnya. Hal ini terjadi karena harga pasar saham tersebut

secara alami ditentukan oleh permintaan dan penawaran para pelaku pasar.

Peristiwa yang dimaksud tersebut bukan hanya aspek fundamental, tetapi

juga aspek politik, keamanan, psikologi pasar, dan aspek lain baik bersifat

ekonomis maupun nonekonomis. Jika mayoritas investor memiliki persepsi

yang buruk terhadap suatu saham dalam suatu waktu, maka saham akan

turun. Begitu pula sebaliknya, harga saham akan naik jika mayoritas

investor memiliki persepsi yang baik. Sebagai konsekuensinya analis tidak

akan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya

mempelajari perubahan harga pada market saja. Kondisi ini dinyatakan

dengan ungkapan lama yang terkenal di Wall Street, yaitu “sell on good

news”. Kondisi tersebut terjadi karena harga yang ada di market telah

merefleksikan berita tersebut sehingga kenaikan harga yang terjadi akan

terbatas.

2. Price moves in trend

Harga saham akan bergerak dalam suatu tren. Prinsip dasar dalam

penggunaan analisis teknikal adalah jangan pernah mengambil keputusan

transaksi yang melawan tren harga. Pengguna analisis ini percaya bahwa

semua informasi tercermin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

9  

menunjukan sikap para pelaku pasar/ investor atas suatu saham. Tren turun

menunjukan mayoritas pelaku pasar mengharapkan sahan tersebut turun,

dan sebaliknya. Semakin banyak pelaku pasar menginginkan saham

tersebut (keinginan ini dipicu oleh berbagai informasi, baik informasi

finansial maupun non-finansial), permintaan akan naik dan akan berakibat

pada harga saham yang juga akan naik. Dalam kondisi tersebut jangan

pernah mencoba mengambil keputusan yang melawan kehendak pasar.

Pahami tren yang ada dan ikuti kemana tren tersebut akan bergerak agar

kita bisa memanfaatkan pergerakan harga tersebut untuk meningkatkan

hasil investasi.

3. History repeats itself

Data historis dapat digunakan untuk meprediksikan data/harga saham di

masa mendatang. Hal ini diyakini oleh pengguna analisis teknikal

mengingat adanya faktor psikologis para pelaku pasar yang secara umum

bersifat konstan. Maksudnya adalah manusia cenderung bereaksi terhadap

sesuatu dengan cara yang sama. Misalnya jika terjadi kecelakaan pesawat

terbang maka akan ada kecendrungan para masyarakat takut untuk

berpergian menggunakan pesawat terbang. Namun kecemasan tersebut

hanya terjadi selama beberapa saat saja. Setelah beberapa waktu, mereka

melupakannya dan lupa terhadap kecemasan tersebut. Dalam bursa saham,

hal ini bisa dilihat ketika terjadi peledakan bom di suatu tempat yang

strategis atau penting, misalnya gedung BEJ di Jakarta atau gedung World

Trade Centre (WTC) di USA, maka harga saham akan turun secara drastis.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

10  

Penurunan ini sebenarnya terjadi karena adanya panic selling atau

kepanikan investor yang berlebihan sehingga mereka menjual saham tanpa

banyak pertimbangan. Namun setelah beberapa waktu, mereka sadar bahwa

harga sudah turun terlalu jauh (sangat murah), maka mereka mulai membeli

dan harga akan kembali ke dalam kondisi normal.

II.2 Analisis Teknikal Modern

Pengguna analisa teknikal ini biasa disebut sebagai chartist. Penggunanya

percaya bahwa tren dan signyal transaksi suatu saham dapat diperoleh berdasarkan

bentuk pola tertentu dari grafik harga saham. Beberapa istilah yang sering digunakan,

antara lain : chart, trend, support, dan resistance.

II.2.1 Chart, Trend, Support and Resistance

Edianto Ong mendefenisikan chart adalah “sebuah gambar atau grafik yang

fungsi utamanya menunjukan riwayat pergerakan nilai harga saham pada suatu periode

waktu tertentu, sehingga dibutuhkan sebagai alat utama untuk melakukan suatu analisa

secara teknikal”. Terdapat tiga jenis chart yang paling sering digunakan, yaitu : line

chart, bar chart, point and figure chart, dan candlestick charts

1. Line Chart

Line chart adalah sebuah charts yang terbentuk dengan cara

menghubungkan setiap titik dari harga penutupan pada tiap sesi. Oleh karena

itu line chart tidak memberikan gambaran atas informasi lain seperti: harga

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

11  

pembukaan, harga tertinggi, maupun harga terendah. Contoh line chart dapat

dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Line Chart

2. Bar Chart

Bar chart terbentuk dari empat jenis harga, yaitu : harga penutupan, harga

tertinggi, harga terendah dan harga penutupan. Harga pembukaan selalu

berada di sebelah kiri, dan harga penutupan selalu berada di sebelah kanan.

Sedangkan harga tertinggi dan harga terendah dihubungkan dengan garis

vertikal di tengah antara harga pembukaan dan harga penutupan.

Bar chart juga sering disebut dengan OHLC charts, yang menerangkan

- O artinya = Opening Price (harga pembukaan)

- H artinya = Highest Price (harga tertinggi)

- L artinya = Lowest Price (harga terendah)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

12  

- C artinya = Closing Price (harga penutupan)

Gambar 2. Bar chart

3. Candlestick Chart

Sama halnya seperti sebuah bar di dalam bar chart, pada setiap candle di

dalam candlestick juga mencerminkan empat komponen harga, yaitu :

- O artinya = Opening Price (harga pembukaan)

- H artinya = Highest Price (harga tertinggi)

- L artinya = Lowest Price (harga terendah)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

13  

- C artinya = Closing Price (harga penutupan)

Hanya saja badan atau body dari candlestick dibedakan warnanya antara

harga yang naik (menguat) dengan harga yang turun (melemah), sehingga

lebih mudah untuk dilihat secara visual dibandingkan dengan bar chart.

Disebut dengan “candlestick” karena bentuknya yang menyerupai “batang

lilin”.

Green candle (badan candle yang berwarna hijau) menandakan pergerakan

harga yang naik pada sesi tersebut, atau harga penutupan berada di atas harga

pembukaan. Red candle (badan candle yang berwarna merah) menandakan

pergerakan harga yang turun pada sesi tersebut, atau harga penutupan yang

lebih rendah daripada harga pembukaan. Ada beberapa macam tipe

candlestick chart yaitu: Hammer, , morning star, doji, hanging man, dark

cloud cover, evening star, shooting star, dragonfly, gravestone.

3.1 Hammer

Hammer terjadi setelah trend menurun yang kuat. Jika terjadi setelah

trend menguat yang tajam maka disebut hanging man. Bentuknya

seperti bullish pattern dengan lowest price yang dalam serta tidak

memiliki highest price. Contoh gambar Hammer :

Gambar 3. Hammer Candlestick

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

14  

3.2 Morning Star

Pattern seperti ini menandakan harga telah mencapai titik bawah

(support) yang potensial. Munculnya star (candle yang ditengah)

mengindikasikan akan terjadi trend balik bila diikuti bullish pada

candle berikutnya. Star dapat berupa bull candle atau bear candle.

Gambar 4. Morning Star

3.3 Doji

Candlestick yang harga pembukaannya (hammer) sama dengan harga

penutupan, menunjukan kekuatan bulls (pembeli) dan bears (penjual)

yang seimbang.

Gambar 5. Doji

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

15  

3.4 Hanging Man

Terjadi setelah uptrend yang signifikan. Terdiri dari dua candle dengan

lowest price yang jauh kebawah tanpa highest price. Pattern seperti ini

adalah kebalikan dari hammer pada bullish candlestick formation.

Gambar 6. Hanging Man

3.5 Dark Cloud Cover

Merupakan bearish pattern . Akan lebih kuat pengaruhnya apabila candle

kedua muncul dibawah dari bullish candle pertama.

Gambar 7. Dark Cloud Cover

3.6 Evening Star

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

16  

Menunjukan bahwa harga sudah mencapai titik resistance point-nya. Star

(candle yang ditengah) menunjukkan kemungkinan terjadi trend balik

berupa bearish. Star dapat berupa bear candle atau pun bull candle.

Gambar 8. Evening Star

3.7 Shooting Star

Merupakan trend balik minor. Star harus memiliki highest price yang

cukup panjang untuk dapat dikatakan shooting star.

Gambar 9. Shooting star

3.8 Dragonfly

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

17  

Juga merupakan titik balik. Hanya saja disini menunjukkan bahwa lowest

price-nya jauh lebih besar dibanding highest price.

Gambar 10. Dragonfly

3.9 Gravestone

Open dan close serta lowest price adalah sama. Sementara highest price

jauh meninggi.

Gambar 11. Gravestone

4. Point and Figure Chart

Point and figure berbeda dengan penggambarang grafik lainnya karena tidak

digambarkan dalam waktu tapi dalam jumlah perdagangan dalam suatu

kisaran harga tertentu. Grafik point and figure terdiri dari serangkaian “O”

yang menggambarkan harga turun dan “X” yang menggambarkan harga naik.

Gambar 12. Point and Figure

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

18  

Masih mengarah kepada buku Ediando Ong yang menafsirkan Trend adalah

“kecendrungan arah pergerakan harga pada suatu pasar”. Trend merupakan

salah satu faktor kunci dalam studi teknikal analisis yang sering dikatakan

dengan kalimat “Trend is your friend” atau ”Never fight the trend”.

Dalam Dow Theory dikatakan bahwa terdapat tiga jenis tren, antara lain:

1. Uptrend (kecendrungan harga naik),

Gambar 13. Uptrend

2. Downtrend (kecendrungan harga turun),

Gambar 14. Downtrend

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

19  

3. Sideways or Trendless (kecendrungan harga ke samping/tetap).

Gambar 15. Sideways or Trendless

Masih mengacu pada bukunya, Edianto Ong menjelaskan Garis

support adalah “level di mana terdapat kecendrungan harga akan naik, karena

pembeli yang lebih banyak daripada penjual, atau demand lebih besar dari

pada supply”. Sedangkan garis resistance adalah “level di mana terdapat

kecendrungan harga akan turun, karena penjual lebih banyak daripada

pembeli, atau supply lebih besar daripada demand. Untuk lebih jelasnya kita

dapat melihatnya pada gambar di bawah ini.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

20  

Gambar 16. Support and Resistance

II.2.2 Bollinger Band

Indikator ini pertama kali ditemukan oleh seorang pakar teknikalis bernama John

Bollinger pada tahun 1980-an. Teknik ini juga merupakan Moving Average yang

dikembangkan menjadi dua garis, yaitu garis atas yang disebut Upper Band, dan garis

bawah yang disebut Lower Band. Kedua garis pada indikator ini “membungkus”

pergerakan harga saham yang 95% berada di dalamnya seperti pada MA Envelopes.

Pergerakan harga saham yang berada di luar garis atas menandakan kondisi yang sedang

overbought atau sinyal bearish. Sedangkan pergerakan harga saham yang berada di luar

garis bawah menandakan kondisi sedang oversold atau sinyal bullish.

Meskipun sangat mirip dengan MA (Moving average) Envelope namun Bollinger

Band memiliki cara perhitungan yang berbeda karena melibatkan perhitungan volatility

harga sebuah saham. Hal ini membuat tampilan garis Bollinger band yang bisa “melebar

dan menyempit” berbeda dengan MA Envelope yang konstan. Setting standar yang

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

21  

direkomendasikan oleh John Bollinger adalah 20-2. Artinya menggunakan MA-20

dengan 2 standar deviasi (2SD). Garis atas (Upper Band) adalah hasil MA-20

ditambahkan 2SD. Garis bawah (Lower Band) adalah hasil MA-20 dikurangi 2SD.

Standar deviasi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukan volatilitas

sebuah saham, misalnya dengan mengukur perbedaan nilai harga penutupan dengan nilai

rata-rata. Semakin tinggi standar deviasi maka menunjukan volatilitas yang semakin

tinggi. Volatilitas yang tinggi ini pada garis Bollinger Band akan tercermin pada kedua

garisnya yang membuka (melebar atau semakin berjauhan). Semakin dekat nilai harga

penutupan dengan harga rata-rata maka standar deviasi akan semakin rendah,

menandakan volatilitas sedang rendah. Hal ini akan tercermin pada kedua garis

Bollinger Band yang merapat.

Gambar 17. Bollinger Band Low Volatility

 

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

22  

Gambar 18. Bollinger Band High Volatility

Rumus Bollinger Band:

Middle Bollinger Band berdasarkan n-day MA

Upper Band = Middle Band + 2 * n period Standard Deviation

Lower Band = Middle Band – 2 * n period Standard Deviation

Perhitungan standar deviasi :

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

23  

Di mana:

Xi :Harga saham

X :Rata-rata harga saham/ MA

n :Periode

Contoh Perhitungan :

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

24  

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

25  

Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya bahwa terkadang suatu saham

walaupun sedang dalam kondisi oversold (bullish) ataupun overbought (bearish) bisa

saja tetap berada dalam sentiment tersebut selama beberapa waktu. Pada sebuah uptrend

yang kuat harga akan berfluktuasi terus di sekitar garis atas atau upper band. Pada

sebuah downtrend yang kuat harga akan terus “menempel” pada garis bawah atau lower

band. Karena hal ini maka signal yang didapat dari indikator Bollinger Band lebih baik

dikonfirmasikan lagi dengan teknik lain. Penulis sendiri lebih cenderung menggunakan

Bollinger Band sebagai secondary tools atau alat konfirmasi saja. Contohnya niat untuk

membeli saham tersebut akan ditunda “jika seluruh body candlestick” ternyata berada di

luar Upper Band. Probabilitas harga saham untuk naik tentu lebih kecil. Sebaliknya bila

kondisi seperti ini mengkonfirmasi sebuah rencana jual, maka saat itu trader akan

berlangsung masuk full-positions sekaligus (biasanya trader melakukan averaging-up).

Teknik yang sama juga digunakan untuk posisi taking-profit. Bila body

candlestick sudah “sepenuhnya” berada di luar garis Bollinger Band maka posisi yang

sudah ada akan ditutup sebagian (dikurangi) ataupun ditutup semuanya sekaligus (bila

body candle meloncat jauh di atas / di bawah garis Bollinger). Cara alternatif lain untuk

mengantisipasi hal ini adalah dengan messenger stop-order agar lebih dekat.

Gambar 19. Bollinger Band Over Bought and Sold

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

26  

II.2.3 Fibonacci

Fibonacci adalah nama lain dari seorang ahli matematika Italia di abad ke-12

yang juga dikenal dengan nama Leonardo Pisano. Pada teori ini mengggunakan basis

perhitungan dari golden ratio pada perhitungan Fibonacci, yaitu :

0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144, dan seterusnya. Rasio ini sering disebut juga PHI. Ini

adalah contoh deret perhitungannya :

233/144 = 1,618 610/377 = 1,618

377/233 =1,618 987/610 = 1,618

PHI memiliki peranan yang luas dalam kehidupan di alam raya ini. Fischer

(1997) menyatakan phi merupakan “The most important mathematical presentation of

natural phenomena ever discovered”. Deret Fibonacci diterapkan pada hampir seluruh

hukum alam. Deret ini dapat kita temukan pada tubuh kita sendiri. Tubuh manusia rata-

rata adalah jika antara pusar dan telapak kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi

seorang manusia setara dengan 1,618 unit. Lalu jarak antara ujung jari dan siku

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

27  

dibandingkan dengan jarak antara pegelangan tangan dan siku, jarak antara garis bahu

dan ujung atas kepala dibandingkan panjang kepala, jarak antara pusar dan lutut

dibandingkan dengan jarak telapak kaki, semua ini menghasilkan PHI. Selain itu PHI

juga kita temukan pada lebah, dalam setiap sarang lebah, lebah betina jumlahnnya lebih

banyak dari lebah jantan, perbandingan lebah betina dengan lebah jantan menghasilkan

ratio yang sama yaitu PHI. Pada tumbuhan, PHI juga ditemukan pada bunga matahari.

Biji bunga matahari tumbuh dengan melawan spiral, rasio dari setiap diameter rotasi ke

rotasi berikutnya berjumlah sama yakni phi. Hampir semua ciptaan Tuhan di muka bumi

ini dipengaruhi oleh PHI. Mengacu pada bukunya, Fischer juga menyatakan bahwa deret

Fibonacci ditemukan pada pyramid, kerang laut spiral, sampi lukisan Leonardo Da

Vinci yang terkenal Monalisa. Pada wajah Monalisa dan bahkan kita sendiri terdapat

rasio emas ini. Panjang wajah dibandingkan dengan lebah wajah, jarak antara bibir dan

titik dimana kedua alis mata bertemu dibandingkan panjang hidung, panjang wajah

dibandingkan jarak antara ujung rahang dan titik di mana kedua alis mata bertemu,

panjang mulut dibandingkan lebar hidung, dsb.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa deret Fibonacci menjadi

acuan hukum alam (nature’s law). Berdasarkan penelitian, deret Fibonacci dapat

digunakan sebagai salah satu cara analisa teknikal untuk memprediksi pergerakan harga

saham di masa mendatang. Hal ini dikarenakan fluktuasi harga di pasar meurupakan

refleksi yang kuat dengan fenomena alam, dan hukum alam dapat diukur dengan deret

Fibonacci. Dalam analisis teknikal kita menggunakan kedua rasio tersebut, yakni PHI

dan phi. Phi merupakan kebalikan dari PHI. Sedangkan phi merupakan direct ratio dari

PHI, yaitu 1/PHI sehingga hasil yang didapat adalah 0,618. Rasio-rasio inilah yang akan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

28  

kita pakai dalam analisis teknikal. Phi digunakan untuk menentukan besarnya koreksi

dalam support dan resistance.

II.2.4 Fibonacci Retracement

Sejalan dengan perkembangan dunia pasar modal, indikator Fibonacci

berkembang menjadi empat bagian besar, yakni Fibonacci Retracement, Fibonacci

Expansion, Fibonacci Fan, Fibonacci Arc. Namun, untuk membatasi ruang lingkup,

Penulis hanya akan membahas mengenai Fibonacci Retracement sebagaimana akan

digunakan dalam penelitian. Retracement adalah istilah yang digunakan pada dunia

saham untuk menggambarkan persentase penurunan suatu nilai harga saham dari puncak

tertinggi ke dasar setelahnya. Pada setiap pergerakannya, baik uptrend maupun

downtrend, suatu harga saham tentu tidak pernah bergerak searah secara terus menerus.

Pergerakan arah yang berlawanan dengan tren aslinya ini disebut dengan koreksi atau

secondary trend di dalam Dow Theory. Retracement mempunyai level-level tertentu

yang paling banyak menarik minat para teknikalis. Dow Theory menggunakan

percentage retracement 1/3 (atau 33%), ½ (atau 50%) dan 2/3 (atau 66%). Artinya:

pergerakan harga diprediksi akan cenderung melanjutkan tren yang berlangsung setelah

terkoreksi pada level-level ini. Di antara ketiga level tersebut di atas, level yang paling

popular adalah retracement 50%. Sedangkan retracement 38.2% disebut sebagai level

minimum, dan 61.8% di sebut sebagai level maksimum. Bila suatu tren utama tetap

bertahan, seharusnnya koreksi akan terhenti di level maksimum 61.8%.

Level 61.8% dikatakan menjadi area yang rendah resiko untuk membeli pada

sebuah major uptrend ; atau menjual pada sebuah major downtrend. Bila level

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

29  

maksimum ini tertembus, maka lebih besar kemungkinan terjadi reversal dan harga akan

berlanjut atau menuju ke level retracement 100%.

Gambar 20. Fibonacci Retracement

Alternatif retracement lainnya yang hampir mirip dengan Dow Theory

dikemukakan oleh William Delbert Gann (1878-1955) yang membagi sebuah tren

menjadi 8 bagian, yaitu: 1/8, 2/8, 3/8, 4/8, 5/8, 6/8, 7/8, dan 8/8. Namun dia lebih

menekankan level terpenting pada: 3/8 (38%), 4/8(50%) dan 5/8 (62%).

Meskipun demikian, persentase retracement yang lebih standar digunakan saat

ini adalah: 38,2% - 50% - 61,8%. Angka persentase 38,2%, 50% dan 61,8% ini didapat

dari perhitungan Fibonacci, sehingga disebut sebagai Fibonacci Retracement. Berikut

ini adalah contoh perhitungan Fibonacci Retracement.

0,00 merupakan angka pertama dari deret Fibonacci

0,236 merupakan pembagian fn dengan fn+3

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

30  

0,382 merupakan hasil dari phi/PHI = 0,618⁄1,618

0,500 merupakan setengah dari 1

0,618 merupakan direct ratio 1/PHI = 1/1,618

1,618 merupakan PHI ratio

Penggunaan Fibonacci Retracement ini cukup mudah, trader hanya perlu

menguhubungkan antara “Swing High” dengan ”Swing Low” dari harga. Swing high

adalah candlestick yang terletak di antara candlestick-candlestick yang lebih tinggi

disebelah kanan dan kirinya. Sedangkan Swing Low merupakan kebalikan dari Swing

High yaitu bagian yang lebih rendah dibandingkan candle disebelah kanan dan kirinya.

Untuk lebih jelasnya gambar di bawah ini menunjukan apa yang menjadi Swing High

dan Swing Low.

Gambar 21. Swing High and Swing Low

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

31  

Dengan menghubungkan Swing High dan Swing Low pada Fibonacci Retracement maka

secara otomatis harga support dan resistance akan muncul disana. Berikut ini adalah

contoh gambar Retracement dengan menghubungkan Swing High dengan Swing Low.

Gambar 22. Retracement Swing High and Low

Seni dalam Fibonacci adalah bagaimana menentukan Swing High dan Swing Low yang

tepat sehingga mendapatkan support dan resistance yang ideal. Trader memerlukan

pengalaman dan trial error untuk menentukannya, semakin sering trader

menggunakannya maka akan semakin mahir jadinya.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Analisa Sahamthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00071-AK Bab 2.pdfakan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan

32  

II.2.5 Risk Reward Ratio

Menurut David Keller (2008), Risk Reward Ratio adalah sebuah rasio yang

banyak digunakan oleh banyak investor untuk membantu membandingkan hasil yang

diharapkan dari suatu investasi dengan jumlah resiko ini dilakukan untuk mendapatkan

kembali reward. Rasio ini dihitung dengan membagi matematis jumlah keuntungan

trader yang akan dibuat bila ada posisi tertutup (yakni reward) oleh jumlah ia berani

kehilangan jika harga bergerak di arah yang tidak terduga (yakni risk).

Sebagai contoh : katakanlah seorang trader membeli 100 lot saham dari

perusahaan pada harga $20 dan meletakan order stop loss pada $15 dan memastikan

kerugian yang berani ditanggung tidak melebihi $500. Mari kita asumsikan trader ini

percaya harganya akan mencapai $30 dalam beberapa hari ke depan. Dalam kasus ini

trader berani untuk menanggung resiko kerugian sebesar $5 per lot dan mendapatkan

keuntungan $10 per lot setelah trader menutup transaksinya. Semenjak trader

menetapkan untuk membuat keuntungannya dua kali lipat dari kerugian yang berani

ditanggung, trader mengatakan perbandingan 1:2 risk/reward ratio.