BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pembina Pramuka 1....
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pembina Pramuka 1....
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Guru Pembina Pramuka
1. Pengertian Guru
Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta, secara harfiahnya guru
didefinisikan sebagai “berat” adalah pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik. Dalam definisi yang lebih luas juga, setiap
orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang
guru (Abdul, 2009: 19).
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa guru
adalah seseorang anggota masyarakat yang bersedia mengabdikan dirinya
terhadap dunia pendidikan, guru juga memiliki peran yang vital dalam dunia
pendidikan mengingat perannya sebagai agen pembelajaran.
(E. Mulyasa, 2011: 46).
Menurut Usman (2009: 5) guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan menurut Nasution
(1989: 1) juga mengungkapkan bahwa jabatan guru ialah suatu profesi yang
hanya dilakukan oleh orang yang mendapat didikan khusus untuk itu, seperti
halnya dengan jabatan dokter.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan jabatan seorang pengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi yang mempunyai kemampuan dari didikan
khusus untuk mengabdikan dirinya terhadap dunia pendidikan yang dapat
memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak didik.
11
2. Pengertian Pembina Pramuka
Menururt Jana T (2011: 4) pembina Pramuka adalah seorang anggota
Pramuka dewasa yang telah mengikuti kursus pelatih pembina Pramuka
sebagaimana yang diisyaratkan dalam keputusan Kwartir Nasional gerakan
pramuka Nomor 202 Tahun 2011 tentang sistem pendidikan dan latihan
gerakan pramuka pada lampiran bagian II pasal 9, yaitu : kursus pelatih
pembina pramuka adalah kursus untuk menyiapkan tenaga pelatih pembina
pramuka, terdiri atas 2 (dua) jenjang yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
a) Jenjang pertama kursus bagi pelatih pembina Pramuka adalah kursus
pelatih pembina pramuka tingkat dasar (KPD). KPD hanya boleh
diselenggarakan oleh Kwartir Nasional dan Kwartir daerah. Lulusan
KPD adalah calon pelatih pembina Pramuka yang akan bertugas di
Kwartir Cabang
b) Kursus pelatih pembina Pramuka tingkat lanjutan (KPL), merupakan
jenjang lanjutan dari kursus pelatih pembina pramuka tingkat dasar
Pembina Pramuka adalah anggota dewasa gerakan Pramuka yang
bertugas untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
kegiatan kepramukaan ditingkat gugus depan (gudep).
http://pramukamifa.blogspot.co.id/2017/05/pengertian-pembina-pramuka-
pembantu.html.
Pengertian pembina Pramuka dari beberapa teori diatas dapat
disimpulkan bahwa pembina Pramuka adalah seorng anggota dewasa yang
telah mengikuti kursus pelatih pembina pramuka untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengawasi kegiatan pramuka ditingkat gugus depan.
3. Peran Guru Pembina Pramuka
Soekanto (2012: 243) menyatakan bahwa peran merupakan aspek
dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannnya, maka ia menjalankan suatu
peran.
12
Menurut Levinson dalam Soerjono (2006: 24) mengemukakan peran
mencakup tiga hal yaitu:
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi.
c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Peran pembina Pramuka merupakan guru yang mengawasi dan
membimbing peserta didik dalam kegiatan Pramuka mempunyai peranan
ganda sebagai berikut
a. Penyelenggara Pendidikan
1) Mengantar peserta didik untuk mencapai tujuan
2) Menyusun program kegiatan
3) Memimpin dan membimbing
4) Penyelenggara kegiatan
b. Penggerak Organisasi
1) Penggerak dan pengelola organisasi kepramukaan
2) Memimpin dan memotivasi semua orang yang ada dalam organisasi
3) Pengusaha dana untuk mendukung gerak kehidupan organisasi
(http://drd-sawerigading-simpurusiang.blogspot.co.id/p/peran-tugas
dan -tanggung-jawab-pembina.html).
Berdasarkan teori diatas peran pembina Pramuka dapat dikatakan
sebagai suatu usaha andil atau ikut serta yang dilakukan oleh guru dengan
cara penggerak, mengelolah organisasi pramuka, memimpin dan
memberikan motivasi untuk anak didik mencapai sebuah tujuan.
Peran pembina Pramuka sangatlah penting dalam kegiatan pramuka,
namun pembina Pramuka harus mempunyai syarat-syarat tertentu untuk
menjadi pembina Pramuka adapun syarat-syarat menjadi pembina Pramuka
sebagai berikut:
13
a. Berjiwa Pancasila, menjunjung tinggi dan melaksanakan UUD 1945.
b. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka.
c. Menepati janji dan kode kehormatan gerakan Pramuka.
d. Anggota gerakan Pramuka yang berusia minimum 21 tahun
e. Berkemauan keras, sanggup dan mempunyai waktu untuk membina Siaga.
f. Mempunyai riwayat hidup yang baik, dan menjalankan kewajiban agama
yang diyakininya, berbudi luhur serta pantas diteladani.
g. Mempunyai kecakapan dan ilmu membina Siaga serta mau meningkatkan
Karang Pamitran yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan kader
gerakan Pramuka
h. Mempunyai banyak nyanyian, permainan, cerita-cerita menarik yang
mengandung pendidikan dan mau menambah perbendaharaan hal-hal
tersebut melalui membaca buku-buku yang menunjang suksesnya
membina Siaga.
i. Memiliki kesabaran, dan mau menerima saran perbaikan demi kesuksesan
pembinaan.
https://darwoto.wordpress.com/2011/08/22/syaratpembinapembantu-
pembina-siaga/
Syarat-syarat ini yang harus dimiliki pembina Pramuka untuk
meningkatkan potensi siswa dan membentuk karakter pada siswa, karena
pembina Pramuka yang tidak termasuk kedalam syarat-syarat pembina
Pramuka tidak tahu cara membina Pramuka.
B. Hakikat Ekstrakulikuler Pramuka
1. Pengertian Ekstrakulikuler
Menurut Popi Sopianti (2010: 99) ekstrakurikuler adalah wahana
pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang
terkait langsung maupun tidak terkait langsung dengan materi kurikulum,
sebagai bahan yang tidak terpisahkan dari tujuan kelembagaan. Pramuka
merupakan materi kurikulum yang tidak dapat diberikan di dalam kelas,
14
namun ditempatkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kepribadian peserta didik.
Menurut Depdiknas yang dikutip Tri Ani Hastuti (2008: 63)
ekstrakurikuler merupakan program sekolah, berupa kegiatan siswa yang
bertujuan memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, optimasi
pelajaran yang terkait, menyalurkan bakat dan minat, kemampuan dan
keterampilan serta untuk lebih memantapkan kepribadian siswa. Tujuan ini
mengandung makna bahwa kegiatan ekstrakurikuler berkaitan erat dengan
proses belajar mengajar.
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrakulikuler merupakan
suatu program sekolah yang dapat mengembangkan potensi siswa. Baik
dengan aktivitas yang terikat maupun tidak terikat.
2. Tujuan Ekstakulikuler
Estrakurikuler adalah merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa
yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan, menyalurkan bakat dan
minatsiswa.http://www.landasanteori.com/2015/11/pengertianekstrakurikulr
definisi. html.
Menurut Popi Sopianti (2010: 99-100) tujuan kegiatan ekstrakurikuler
adalah menumbuh kembangkan pribadi siswa yang sehat jasmani dan
rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan
tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya
melalui kegiatan positif di bawah tanggung jawab sekolah. Pembibingan
yang bersifat ekstrakurikuler antara lain diarahkan pada kecakapan hidup,
yang meliputi kecakapan individual, kecakapan sosial, kecakapan
vokasional, kecakapan intelektual serta pembimbingan kepemudaan.
Menurut Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993: 22)
mengemukakan bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan
di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di
luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas
15
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai
bidang studi.
Menurut Wiyani (2013: 111) menjelaskan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kompetensi siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
c. Memacu kemampuan mandiri, percaya diri, dan kreativitas siswa.
d. Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa.
e. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
f. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
g. Membina budi pekerti yang luhur.
Berdasarkan teori di atas tujuan ekstrakulikuler adalah merupakan
kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah maupun di
luar sekolah dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, kacakapan dan
menumbuh kembangkan pribadi siswa yang baik.
3. Fungsi Ekstrakurikuler
Setiap kegiatan yang diadakan pasti memiliki fungsi. Fungsi dari
kegiatan ekstrakurikuler menurut Zainal Aqib & Sujak (2011: 69), yaitu:
a. Pengembangan,
Pengembangan yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan
potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial
Sosial yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik
16
c. Rekreatif
Rekreatif yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan
bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir
Persiapan karir yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Fungsi ekstrakurikuler ini untuk mengembangkan kemampuan dan
kreatif anak didik dengan kegiatan yang menyenangkan, dan dapat
bersosialisasi dengan teman maupun lingkungan disekitarnya.
4. Pengertian Pramuka
Menurut Sulaeiman ( 2014: 20-21) Pramuka adalah singkatan dari Pra-
ja Mu-da Ka-rana. Praja, artinya rakyat atau warga negara. Muda artinya
usia 7-21 tahun. Karana, berasal dari bahasa sansekerta dan berarti
perbuatan, penghasilan, perbuatan, pertunjukan, aksi, tindakan, upacara.
Sedangkan Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan
sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik,
menyenangkan, sehat, teratur, terarah, prktis yang dilakukan di alam
terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang
sasaran akirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Gerakan
pramuka adalah suatu gerakan yang diorganisasikan, artinya gerakan yang
terpimpin, teratur, dan mempunyai tatatertib.
Pramuka adalah proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis yang dilakukan di tempat terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan
dan metode kepramukaan, tujuan akhirnya pembentukan karakter, moral,
dan pikiran akhlakmulia. http://www.dosenpendidikan.com/ pengertian-dan-
sejarah-gerakan-pramuka-menurut-para-ahli.
Ekstrakurikuler kepramukaan diselenggarakan oleh gerakan Pramuka
bermaksud untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin
17
bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia serta
keterampilan hidup prima. Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan
melalui Gugus depan gerakan Pramuka yang berpangkalan di sekolah
dengan upaya pembinaan melalui proses kegiatan belajar dan mengajar di
sekolah. Melalui pendidikan kepramukaan dapat dilakukan pembinaan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan berbangsa dan
bernegara berdasarkan Pancasila, pendidikan pendahuluan bela negara,
kepribadian dan budi pekerti luhur, berorganisasi, pendidikan
kewiraswastaan, kesegaran jasmani, daya kreasi, persepsi, apresiasi dan
kreasi seni, tenggang rasa serta kerjasama (Gunawan, 2014: 265).
Pengertian Pramuka berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan
Pramuka merupakan kegiatan yang dilakukan di luar sekolah dan keluarga
yang dilakukan dalam bentuk yang menarik dan diorganisasikan dengan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan.
Kegiatan Pramuka memiliki bentuk lambang sebagai tanda pengenal
untuk membedakan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bentuk lambang
Pramuka adalah bayangan (silhouette) tunas kelapa, terdapat arti kiasan
pada lambang Pramuka (Satya Nugraha, 2013: 18-20) sebagai berikut:
a. Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal (tunas), yang
istilahnya cikal bakal di Indonesia berarti penduduk asli yang pertama
yang menurunkan generasi baru. jadi lambang buah yiur tumbuh itu
mengkiaskan bahwa seorang pramuka merupakan inti bagi kelangsungan
hidup bagi bagsa indonesia.
b. Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga
ini mengkiaskan bahwa seorang Pramuka adalah orang yang sehat
jasmani dan rohaninya, kuat dan uletbesar tekadnya dalam menghadapi
segala tantangan hidup dalam menempuh segala ujian dan kesukaran
untuk mengabdi pada tanah air dan bangsa Indonesia
c. Buah nyiur dapat tumbuh di mana saja, yang membuktikan besarnya
daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekelilingnya.
Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa seorang pramuka dapat
18
menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana ia berada dalam keadaan
bagaimanapun juga
d. Buah nyiur tumbuh menjulang tinggi ketas dan merupakan salah satu
pohon yang tertinggi di Indonesia. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa
seorang pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, mulia, jujur,
dan tegak tidak mudah diombang-ambing oleh sesuatu
e. Akar nyiur tumbuh kuat erat di dalam tanah. Lambang ini mengkiaskan
tekad dan keyakina seorang pramuka yang berpegang pada dasar-dasar
atau landasan yang baik, benar, kauat, dan nyata, yaitu, tekad dan
keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna untuk
mencapai cita-citanya.
f. Nyiaur adalah pohan yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya.
Lambang ini mengkiasakan bahwa seorang pramuka adalah manusia
yang berguna, dan membaktikan kegunaannya pada tanah air, bangsa dan
NKRI serta kepada umat manusia.
Lambang Pramuka menunjukan bahwa kegiatan Pramuka beda dengan
kegiatan yang lainnya, Pramuka harus mempunyai cita-cita yang tinggi,
tidak gampang menyerah, dapat mengadapi segala hal dimanapun berada
dan Pramuka merupakan manusia yang berguna bagi bangsa dan NKRI
serta kepada umat manusia.
5. Sejarah Pramuka
Sulaeiman (2014: 12) menjelaskan sejarah gerakan pramuka bahwa
gerakan ini dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden-Powell, seorang
letnan jendral angkatan bersenjata Britania raya, dan William Alexander
Smith, pendiri Boy’s Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama
(dikenal sebagai jamboree) di kepulauan Brownsea, Inggris. Ide untuk
mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya
berjuang mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, dari serangan
tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer.
Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk
19
menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah membantu militer
mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tapi
penting, misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke
seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka
selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat
mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai
penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara
sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini kemudian
digunakan sebagai logo dari gerakan pramuka internasional.
Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking
membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah
buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku
terlaris saat itu. Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan
Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul the birchbark roll of the
woodcraft indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di
Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan
menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda. Pertemuannya dengan
Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, aids to
scouting dengan versi baru yang diberi judul boy’s patrols. Buku tersebut
dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda ketika
itu. Kemudian untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah
perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama
seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di kepulauan Brownsea
Inggris. (Ibid, 22)
Metode organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem patroli
atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi kunci dari pelatihan
kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk
membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu di
antara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut. Setelah bukunya
diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses.
Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur
20
Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari
pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul scouting for
boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (boy scout
handbook) edisi pertama. Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya
dapat memberikan ide baru untuk beberapa oraganisasi pemuda yang telah
ada. Tetapi yang terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah
organisasi baru dan meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia
pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta
mengembangkan organisasi yang mereka dirikan tersebut. Seiring dengan
bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan
membimbing mereka, ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh
karena itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah pusat pelatihan
kepemimpinan bagi orang dewasa (adult leadership training center). Pada
tahun 1919 sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan
tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul aids to
scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan
dan disatukan dalam buku berjudul rovering to success for rover
scouts pada tahun 1922. Sekalipun gerakan kepanduan didirikan Baden-
Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham orang
Amerika yang membantu Inggris di Afsel. Burnham banyak belajar teknik
hidup di alam bebas dari ayahnya yang menjadi pastor di tempat
penampungan (reservasi) orang Indian. Burnham yang sukses menghadapi
beberapa perang pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afsel & berkenalan
dengan Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnham lah Baden-Powell
menyusun berbagai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan
seorang Boy Scout (Pandu) yang terinspirasi orang Indian, selanjutnya di
gerakan kepanduan, Burnham diangkat sebagai “kepala suku” pertama dari
gerakan yang didirikan Baden-Powell yaitu scout is game.(Ibid, 23).
21
6. Fungsi Pramuka dan Tujuan Pramuka
Kegiatan Pramuka memiliki fungsi dan tujuan dalam kegiatan
Pramuka (Pah Tim, 2015: 13) diantaranya sebagai berikut:
a. Fungsi Pramuka
1) Kegiatan yang Menarik Bagi Anak dan Pemuda
Kegiatan yang menarik (game) disini dimaksudkan kegiatan yang
menyenangkan dan mengandung pendidikan.
2) Pengabdian Bagi Orang Dewasa
Bagi orang dewasa pramuka bukan lagi permainan, tetapi suatu
tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian.
3) Alat Bagi Masyarakat dan Organisasi
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat dan juga alat bagi organisasi untuk
mencapai tujuan organisasinya.
b. Tujuan Pramuka
Gerakan Pramuka mendidik anak-anak dan pemuda indonesia
dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang melaksanakannya
disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa dan
masyarakat indonesia dengan tujuan agar setiap pramuka :
1) Memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak, berjiwa
patri-otrik, taat hukum, disiplin, menjujung nilai-nilai luhur bangsa,
berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani.
2) Menjadi warga negara yang berjiwa pancasila, setia dan patuh pada
Negara kesatuan republik Indonesia serta menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya
sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap
sesama hidup dan alam lingkuangan.
22
Menurut Rahmatika (2015: 21) tujuan pramuka yaitu:
a. Memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,
berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani.
b. Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya
sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap
sesama hidup dan alam lingkungannya.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan fungsi dari Pramuka
sebagai alat dan pengabdian untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan organisasi. Sedangkan tujuan pramuka untuk mendidik anak-anak
dan pemuda indonesia dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan
untuk menjadi kepribadian yang baik serta memiliki kepedulian terhadap
sesama hidup dan alam lingkungannya.
7. Prinsip Dasar Kepramukaan Dan Metode Kepramukaan
Menurut Andi Bob Sunardi (2013: 87-88) terdapat prinsip kepramuka
dan metode kepramukaan diantaranya sebagai berikut:
a. Prinsip dasar kepramukaan adalah sebagai berikut
1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam
seisinya.
3) Peduli terhadap dirinya pribadi.
4) Taat terhadap kode kehormatan pramuka
b. Metode kepramukaan adalah sebagai berikut:
1) Pengamalan kode penghormatan pramuka
2) Belajar sambil melakukan
3) Sistem kelompok
23
4) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani
anggota muda dan anggota dewasamuda
5) Kegiatan di alam terbuka
6) Sistem tanda kecakapan
7) Sistem kesatuan terpisah untuk putra dan putri
8) Kiasa dasar
Prinsip dasar pramuka dan metode pramuka merupakan kegiatan yang
harus memiliki Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Peduli
terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. Dalam
melakukan kegiatan Pramuka harus sesuai dengan aturan-aturan yang sudah
ditetapkan.
8. Kegiatan Kepramukaan
Kegiatan pramuka memiliki beberapa kegiatan untuk memberi
pengetahuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. (Pah
Tim, 2015: 68-70). diantaranya sebagai berikut :
a. Berkemah
Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kegiatan
ini umumnya dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau
dari keramaian secara umum untuk menikmati keindahan alam.
Berkemah dalam kepramukaan adalah salah satu macam kegiatan dalam
kepramukaan yang dilaksanakan secara out bond. Kegiatan ini
merupakan salah satu media pertemuan untuk pramuka.
1) Tujuan Perkemahan
(a) Memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara
unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, menjaga
lingkungan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab akan
masa depan yang menghormati keseimbangan alam
(b) Mengembangkan kemampuan diri mengatasi tantangan yang
dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebih di dalam
24
dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangan dalam
kesederhanaan.
(c) Membina kerjasama dan persatuan dan persaudaraan.
b. Baris Berbaris
Baris berbaris adalah wujud latihan fisik, yang diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan
kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Maksud dan tujuan baris berbaris adalah menumbuhkan sikap jasmani
yang tegap tangkas, rasa persatuan, rasa disiplin dan tanggung jawab.
1) Menumbuhkan jasmani yang tegap tangkas, mengarahkan
pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga
sacara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan
sempurna.
2) Rasa persatuan adalah adnaya rasa senasib sepenanggungan serta
ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
3) Rasa disiplin, mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan
pribadi yang pada hakikatnya tidak lain dari pada keiklasan
penyisihan pilihan hati sendiri.
4) Rasa bertanggung jawab, keberaniaan untuk bertindak yang
mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau
sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan
merugikan.
c. Sistem Syarat Kecakapan Umum
Syarat kecakapan umum (SKU) penting bagi setiap anggota pramuka
untuk meningkakan kemampuan dan keterampilan anggota pramuka.
Tingkatan-tingkatan di dalam masing-masing anggota didasarkan pada
kemampuan setiap anggota dalam menempuh syarat-syarat kecakapan
umum, hal tersebut disesuaikan dengan salah satu prinsip di dalam
gerakan pramuka yaitu prinsip sistem syarat tanda kecakapan umum.
Sistem tanda kecakapan umum dapat membuat anggota pramuka lebih
bersemangat dalam berlatih dan dapat dijadikan bahan evaluasi oleh
25
Pembina tentang sejauh mana penguasaan materi oleh anggota terhadap
materi-materi yang diberikan oleh pembina. Andi Bob Sunardi (2013: 4)
ada beberapa cara yang dapat dilakukan di dalam menempuh syarat-
syarat kecakapan umum, antara lain:
1) ujian langsung, baik secara tertulis maupun lisan
2) Secara tidak langsung, Pembina dapat mengamati apakah anggota
pramuka tersebut sudah dianggap mampu atau tidak pada syarat-syarat
tertentu.
3) Bentuk ujian/tes dapat pula dilaksanakan berupa praktik (peragaan).
Kegiatan Pramuka yang dijelaskan di atas merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan pengalaman, persatuan kedisplinan, kerjasama,
dan menumbuhkan jasmani yang sehat. Pembiana juga dapat memantau
sejauh mana terjadi perubahan karakter dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di dalam kegiatan Pramuka.
Ada empat sifat gerakan pramuka, yaitu:
1) Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan kepanduan nasional
Indonesia
2) Gerakan Pramuka membantu pemerintah dan masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan dibidang pendidikan, khususnya pendidikan
luar sekolah
3) Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuatan sosial politik, bukan bagian
salah satu organisasi sosial politik serta tidak menjalankan kegiatan
politik yang onarkis
4) Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggota, pemeluk
agamadan kepercayaanyan
Sifat-sifat dalam Pramuka yang dijelaskan di atas merupakan kebebasan
dalam kegiatan Pramuka yang ikut dalam didalamnya dan manfaat dari
Pramuka itu sendiri baik untuk pemerintah maupun untuk masyarakat.
26
C. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan dalam arti sempit Pendidikan dalam arti mikro
(sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di
keluarga, sekolah maupun di masyarakat.Namun pendidikan dalam arti sempit
sering diartikan sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah
terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas-tugas sosial mereka). Dalam arti sempit, pendidikan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu
peserta didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah
atau tujuan pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak
dirumuskan dan ditetapkan oleh para siswanya.
b) Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup
bervariasi, mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun
bahkan lebih dari itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan
yang ditetapkan dalam satuan waktu.
Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus
yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program
pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi
mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga
pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau
disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik
bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
http://sastrawanpemula.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pengertianpendidikan.
html?m=1
27
2. Pengertian Karakter
Menurut Heri Gunawan (2012: 20-21) pengertian karakter, kita dapat
melihat dari dua sisi, yakni sisi kebahasaan dan istilah. Menurut bahasa
(secara etimologis), istilah karakter berasal dari bahasa latin kharakter,
kharessian, dan xharaz, dalam bahasa yunani characterdari bahasa
charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa
inggris diterjemahkan menjadi character dan dalam bahasa indonesia lazim
disebut dengan karakter.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat
bahasa Dapertemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang memebedakan seseorang dengan
yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak, maka istilah
berkarakter, artinya memilki karakter, memiliki kepribadian, berprilaku,
bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Dalam bahasa Arab, karakter diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u’ (budi
pekerti, tabiat atau watak. Kadang juga diartikan syakhiyyah yang artinya
lebih dekat dengan personality (kepribadian).Secara terminologi (istilah),
karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung
pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan,
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat. Karkater juga diartikan sebagai akhlak dan budi pekerti bangsa.
Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan budi pekerti.
Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak
berakhalak atau memiliki standar norma dan prilaku yang baik.
28
Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian
tentang karakter, didalam buku Barnawi dan M. Arifin (2012: 20-21)
sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli, diantarannya sebagai
berikut:
1) Hornby and parnwell (1972) mendefinisikan karakter artinya kualitas
mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
2) Hermawan kartajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang
dimilki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli, dan
mengakar pada kebribadian benda atau individu tersebut dan merupakan
mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta
merespons sesuatu.
3) Samsuri menyatakan bahwa terminologi “karkater” sedikitnya memuat
dua hal: values (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan
cerminan dari nilai apa yang melekat dalam sebuah ensitas. Sebagai
aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secar
utuh dari sesorang: mentalitas, sikap, dan prilaku.
4) Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berprilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakt, bangsa, maupun negara, individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
5) Syaiful anam menukil beberapa pendapat pakar tentang makna karakter :
a) Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku yang
ditampilkan.
b) Doni Koesoema A. Memahami bahwa karakter sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya,
atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan.
c) Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian
tentang karkater. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang
29
bertingkah laku. Apabila seseorang berprilaku tidak jujur, kejam atau
rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan prilaku buruk.
Sebaliknya, apabila seseorang berprilaku jujur, dan suka menolong
tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua,
istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru
bisa disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila
tingkah lakunnya sesuai kaidah moral.
d) Sedangkan Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat
dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
6) Dirjen dikti mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan
terjawantahkan dalam prilaku. Karakter secara koheren memancar dari
hasil olah pikir, olah hati, olahraga, serat olah rasa dan karsa sesorang
atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau
sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral,
dan ketegaran dalm menghadapi kesulitan dan tantangan.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut diatas, dapat dimaknai
bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang
yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter, secara lebih
jelas, mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, keterampilan.
Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik,
kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, prilaku seperti
jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam
situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang
memungkinkan sesorang berinterkasi secara efektif dalam berbagai
keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan
masyarakatnya. Dari kata karakter kemudian berkembang kata karateristik.
30
Karateristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, sosial,emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik
adalah seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik. Karakter sendiri
sesungguhnya ibarat pisau bermata dua. Pisau itu dapat anda manfaatkan
untuk mengiris sayur, mengupas kulit buah atau berbagai manfaat positif
lainnya. Namun, jika anda tidak hati-hati, mata pisau itu pada satu sisi bisa
memberi manfaat, sementara di sisi lain, bisa memberi niali negatif.
Demikian juga dengan karakter. Seorang anak yang memiliki karkater
pemberani akan memiliki keyakinan diri yang tinggi. Ia tidak takut
menghadapi apapun. Namun, keberanian ini jika tidak dikelola secara baik,
juga akan menghadirkan efek negatif, seperti ceroboh. Sifat sabar pada
seorang anak misalnya, akan membuatnya hati-hati, cermat, dan tabah
dalam menghadapi setiap persoalan. Tetapi, jika sabar tidak dikelola secara
tepat, akan bermetamorfosis menjadi peragu, takut, dan pasif.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai
sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter juga dapat diartikan
sebagai tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau
kebiasaan. Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa Latin karakter,
yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan
akhlaq. Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau
dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. Ada istilah
yang pengertiannya hampir sama dengan karakter, yaitu personality karakter
yang artinya bakat, kemampuan, sifat, dan sebagainya, yang secara konsiten
diperagakan oleh seseorang, termasuk pola-pola perilaku, sifat-sifat fisik,
dan ciri-ciri kepribadian. Sedangkan secara terminologis (istilah), karakter
diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor
kehidupannyasendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti
yang menjadi ciri khas seorang atau sekelompok orang. (Agus Zaenul Fitri,
2012: 20).
31
Menurut Doni Koesoema A (2010: 29) memahami karakter sama
dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik,
atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan.
Pengertian karakter bisa dilihat dari dua dimensi. Pertama, ia
menunjukan bagaimana ia bertingkah laku. Apabila seseorang berprilaku
tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan
perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berprilaku jujur, suka
menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua,
istilah karakter kait dengan `personality`.Seseorang bisa disebut orang yang
berkarakter (a person of character) apabila apabila tingkah lakunya sesuai
kaidah moral. Karakter berkaitannya dengan kekuatan moral, berkonotasi
`positif`, bukan netral. Jadi orang yang berkarakter adalalah orang yang
mempunyai kualitas moral (tertentu) positif (Aqib, 2013: 118).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan karakter merupak ciri
atau karakteristik tingkahlaku orang yang mempunyai kualitas moral positif
yang dimiliki dari bentukan-bentukan lingkungan.
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Suyanto (2010: 34-37) merumuskan bahwa pendidikan karakter
adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Pendidikan karakter merupkan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiiki kepribadian,
akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi
ciri khas peserta didik tersebut.
Menurut D. Yahya Khan yang dikutip Jamal Ma‟mur Asmani (2011:
30-31) pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan
berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai
keluarga, masyarakat, dan bangsa. Serta membantu orang lain untuk
32
membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain,
pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi
otak tengah secara alami.
Pendidikan karakter menurut Amri, dkk. (2011: 5), berpijak pada
karakter dasar manusia yang mencakup nilai moral universal dan bersumber
pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai karakter dasar manusia meliputi nilai
cinta kepada Tuhan, tanggung jawab, jujur, hormat, santun, kasih sayang,
peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, keadilan,
kepemimpinan, rendah hati, toleransi, dan cinta persatuan. Nilai-nilai dasar
karakter manusia tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih banyak atau
lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkugan sekolah.
Hajar Pamadi (2011: 92) menyebutkan bahwa pendidikan karakter
adalah pendidikan nilai; artinya nilai yang ada dalam seseorang dan nilai
yang ditampilkan dalam tingkah laku. Menurut Yulia Ayriza (2011: 16)
pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti yang menanamkan
nilai moral manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata.
Menurut E. Mulyasa (2011: 1) pendidikan karakter merupakan upaya
untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin,
sifat dan kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih
baik. Zubaedi (2011: 17) menyatakan bahwa pendidikan karakter dipahami
sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam
bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dengan interaksi
dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya.
Agus Zaenul Fitri (2012: 21) menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habits) sehingga sifat anak
akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan
bijak serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan secara lengkap Ratna Megawangi (2012: 5) menyatakan
bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-
anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
33
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada lingkungannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah suatu tindakan seseorang untuk merubah maupun
mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik menuju yang lebih baik,
dan merupakan sikap maupun tingkah laku yang mencerminkan akan
perbuatan seseorang baik buruknya suatu perbuatan tersebut dimasyarakat
yang akan diminta mempertanggungjawabannya.
4. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa
dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu. Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang
diterimanya, yang pada giliranya semakin mempertajam visi hidup yang
akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus (on going
formation). Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan dialektis yang
semakin mendekatkan dengan kenyataan yang ideal, melalui proses refleksi
dan interaksi secara terus-menerus antara idealisme, pilihan sarana, dan
hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif. (Kesuma, 2011: 135).
Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki
beberapa tujuan menurut pusat kurikulum tujuan pelaksanaan pendidikan
budaya dan karakter bangsa sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai penerus bangsa
34
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
(Puskur, 2010: 7).
Terdapat beberapa definisi pendidikan karakter sebagai mana yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli yang telah dirangkum Muchlas Samani dan
Harianto (2012: 44-45) sebagai berikut :
a. Thomas Lickona
mendifinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sunggguh-
sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak
dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Lickona
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara
sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.
b. Alfie Kohn
Dalam Noll menyatakan bahwa hakikatnya pendidikan karakter dapat
didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas
pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah diluar bidang
akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh menjadi
seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna yanga sempit
pendidikan karakter dimakanai sebagai jenis pelatihan moral yang
merefleksikan nilai tertentu.
c. Scerenko
pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-
sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,
didorong, dan diperdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan
biografi para bijak dan pemikir besar), serta prakik emulasi (usaha yang
maksimal untk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan
dipelajari).
35
d. Anne Lockwood
mendifinisikan pendidikan karakter sebagai aktifitas berbasis sekolah
yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa seperti
ternyata dalam perkataannya: pendidikan karakter didefinisikan sebagai
setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat yang
lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda
dengan memengaruhi secara eksplisit nilai-nilai kepercayaaan non-
relativistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan
nilai-nilai tersebut.35
menurut Darmiyati Zuhdi, dkk (2010: 39) menyatakan bahwa :
Pendidikan watak (karakter) bertujuan mengajarkan nilai-nilai tradisonal
tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang
baik dan bertanggung jawab, yang juga menggambarkan nilai-nilai perilaku
moral. Dalam konteks yang lebih luas, tujuan pendidikan karakter dapat
dipilah menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang.nTujuan jangka
pendek dari pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa
dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu. Tujuan jangka panjangnya adalah mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu, yang pada gilirannya semakin
mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri
secara terus-menerus (on going formation). (Doni Koesoema, 2010: 135).
Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 29-30)“Dalam arti
luas tujuan pendidikan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang
baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh
dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan cenderung memiliki
tujuan hidup.
Lebih lanjut menurut E. Mulyasa (2011: 9) menyatakan bahwa :
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu dan proses hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia
36
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada36satuan pendidikan.
Dharma Kesuma, dkk. (2011: 9-10) membagi tujuan pendidikan
karakter sebagai berikut:
a. Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pegembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak,
baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus
dari sekolah)
b. Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta
didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
sekolah
c. Tujuan ketiga pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karater secara bersama.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi
prilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang diperhatikan
oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter, atau watak dan citra
sekolah/madrasah dimata masyarakat luas.
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya
bertujuan untuk membentuk peserta didik untuk pandai, pintar
berpengetahuan dan cerdas tetapi juga berorientasi untuk membentuk
manusia yang berbudi pekerti luhur, berpribadi dan bersusila (Agus
Wibowo, 2012: 18). Agus Zaenul Fitri (2012: 22) juga menambahkan
bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola
sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif,
berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk siswa bersikap dan
bertingkah laku secara mandiri dan mengarahkannya dengan kebaikan yang
37
dilakukan oleh sekolah dengan mempasilitasi untuk pengembangan potensi
anak dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif.
Menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2012: 9),
bahwa tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah antara lain adalah:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta
didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-
nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan formal
meliputi nilai kejujuran, tanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras,
percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir kreatif, logis, inovatif, mandiri,
ingin tahu, cinta ilmu, santun, toleransi, demokratis, dan nasionalis (Asmani,
2011: 36-41).
Menurut Zuriah (2011: 243-244) Nilai-nilai dalam pendidikan
karakter pada sekolah tingkat menengah meliputi nilai ketuhanan, taat
kepada ajaran agama, percaya diri, disiplin, kerja keras, tanggung jawab,
terbuka, berpikir positif, ingin tahu, kasih sayang, gotong royong,
kesetiakawanan, hormat, sopan santun, jujur, dan dapat mengendalikan diri
sendiri.
Suyadi (2013: 7-9) 18 nilai karakter versi Kemendiknas telah
mencakup nilai-nilai karakter dalam berbagai agama, termasuk Islam.
Disamping itu, ilmu pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif
untuk diterapkan dalam praktis pendidikan, baik sekolah maupun madrasah.
Lebih dari itu, 18 nilai karakter tersebut telah dirumuskan standar
kompetensi dan indikator pencapaiannya di semua mata pelajaran. Berikut
ini 18 nilai karakter versi kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku
38
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun
Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) Sebagai berikut:
a. Religius
yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini
adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran
kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
b. Jujur
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang salah, dan melakukan yang benar), sehingga menjadi
orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
Muchlas Samani dan Hariyanto (2013: 51) menjelaskan bahwa jujur
adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang
dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat
dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating).
Secara singkat Agus Wibowo (2012: 40) mengartikan bahwa jujur adalah
orang yang berbicara dan berbuat harus apa adanya, tanpa menutupi
dengan kebohongan.
Abdul Majid dan Dian Andayani (2011: 48) menyatakan bahwa
deskripsi jujur yaitu biasa mengatakan yang sebenarnya, apa yang
dimiliki dan diinginkan, tidak pernah bohong, biasa mengakui kesalahan
dan biasa mengakui kelebihan orang lain. Sejalan dengan Nurul Zuriah
(2007: 83) yang menyatakan bahwa jujur merupakan sikap dan perilaku
yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan
berani mengakui kesalahan. Jujur bisa diartikan mengakui, berkata atau
memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Buchari Alma (2010: 116) juga menambahkan bahwa kejujuran
seeseorang bisa dilihat dari ketepatan pengakuan atau dari apa yang
dibicarakan sesuai dengan kenyataan atau kebenaran yang terjadi.
39
Menurut Mahmud Muhammad (2008: 1) jujur dalam arti sempit
adalah sesuainya ucapan lisan dengan kenyataan dan dalam pengertian
yang lebih umum adalah sesuainya lahir dan batin. Kejujuran merupakan
kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan diri dan
bertindak secara benar (truthfully).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa jujur adalah sikap
dan prilaku seseorang yang menunjukan sikap yang benar sesuai dengan
kenyataannya dan tidak suka berbohong
c. Toleransi
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap
perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis,
pendapat dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan
terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
Abdullah bin Nuh (Hasyim, 1979) dalam kamus-barunya
menjelaskan pengertian toleransi berasal dari bahasa toleran yang berarti
bersifat menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain
berpendapat lain dan tenggang rasa terhadap orang yang berlainan
agama. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Hasyim, 1979)
mengungkapkan bahwa pengertian toleransi yaitu sifat atau sikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
pandapat, pandangan, kepercayaan, kelakuan dan sebagainya yang lain
atau bertentangan dengan pendiriannya sendiri
Aspek–aspek toleransi Yang dimaksud dengan aspek-aspek
toleransi disini ialah suatu sikap atau tindakan yang merupakan dasar
bagi terwujudnya toleransi tersebut, khususnya toleransi antar umat
beragama (Jamrah, 1986).
Adapun aspek toleransi tersebut antara lain ialah :
1) Dialog antar umat beragama Adapun yang dimaksud dengan dialog
antar umat beragama adalah pembicaraan yang mendalam, suatu
keterbukaan antar umat beragama. Dalam suasana ini, kiranya dialog
antar beragama sangat penting dan harus selalu diadakan, untuk
40
menuju toleransi, sehingga tercipta rukun dan damai antar umat
beragama tersebut. Dengan dialog, setiap umat beragama membuka
diri bagi pandangan yang berbeda-beda dengan tetap diharapkan agar
setiap umat beragama sadar bahwa tidak selamanya perbedaan menuju
kepada permusuhan.
2) Kerja sama kemasyarakatan Kerja sama atau tolong menolong adalah
suatu dasar umum bagi semua masyarakat. Sehubungan dengan
toleransi antar umat beragama maka kerjasama ini adalah suatu dasar
bago terwujudnya toleransi tersebut. Bila kerja sama ini terbina
dengan baik kiranya bisa digambarkan bahwa toleransi akan terwujud.
Melalui kerjasama sosial kemasyarakatan, rasa saling ketergantungan,
rasa keakraban dan persaudaraan serta rasa saling hormat antar umat
beragama dapat dipupuk dengan baik sehingga dalam menghadapi
persoalan-persoalan agamis yang serba berbeda itu, akan terwujud
pula sikap toleransi. Jamrah, A.S dan Thalib, M. (1986). Toleransi
beragama dalam islam. Yogyakarta : Pd Hidayat.
d. Disiplin
yakni kebiasaan dan tindakan yang berkonsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Disiplin dapat
didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan
taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk
menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang
yang diberikan kepadanya (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 291).
Istilah disiplin mempunyai arti kepatuhan atau ketaatan seseorang
dalam mengikuti tata-tertib maupun aturan karena adanya dorongan dari
luar dirinya. Namun terkadang disiplin sebagai ketaatan bisa lahir karena
kesadaran diri sendiri atau lahir dari dorongan dalam diri orang tersebut.
Kepatuhan merupakan kesediaan seseorang menaati semua nilai dan
norma yang berlaku. Disiplin erat kaitannya dengan hukuman karena
istilah disiplin dan penghukuman sering memiliki arti yang sama.
41
Penyamaan istilah seperti di atas dapat menyebabkan sejumlah
masalah. Penghukuman ini biasanya dilakukan pada siswa. Pengajaran
disiplin merupakan pengajaran yang kita lakukan kepada siswa. Pada
umumnya, penghukuman memiliki kaitan yang rendah dengan perilaku
yang diusahakan untuk diubah, sehingga menjadi akibat yang kuat dari
perilaku ini (Siri Nam. S, 2008: 33).
Sikap disiplin mempunyai beberapa tujuan, menurut Maman Rachman
dalam bukunya Tu’u Tulus (2004: 35-36) menyatakan bahwa disiplin
penting bagi para siswa. Pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai
berikut:
1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang.
2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya
terhadap lingkungannya.
4) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan
individu lainnya.
5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7) Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
8) Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan
lingkungannya
Kedisplinan merupakan sikap dan perilaku yang mematui akan
tata tertib yang berlaku, namun dalam membentuk prilaku dan sikap
yang disiplin memerukan dorongan dari orang lain tertama di dalam
sekolah guru sangat berperan penting dalam mendorong siswa untuk
bersikap dan berprilaku disiplin.
42
e. Kerja keras
yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas,
permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
g. Mandiri
yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak
boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
h. Demokratis
yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak
dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar,
dan dipelajari secara lebih mendalam.
j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme
yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu atau golongan.
k. Cinta tanah air
yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia,
peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi,
politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa
lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
43
l. Menghargai prestasi
yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui
kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang
lebih tinggi.
m. Komunikatif, Senang Bersahabat Atau Proaktif
yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui
komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif
dengan baik.
n. Cinta Damai
yakni sikap dan perilku yang mencerminkan suasana damai, aman,
tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau
masyarakat tertentu.
o. Gemar Membaca
yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu
secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal,
majalah, koran dan sebagainya sehingga menimbulkan kebijakan bagi
dirinya.
p. Peduli Lingkungan
yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar.
q. Peduli Sosial
yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap
orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
r. Tanggung Jawab
yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
Tangungjawab yang harus dimiliki seseorang memiliki macam-
macam tanggungjawab diantaranya:
1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
44
Menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya
sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan
menganai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah
mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena
merupakan seorang pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri,
perasaan sendiri berangan-angan sendiri sebagai perwujudan dari
pendapat perasaan dan berangan-angan manusia berbuat dan
bertindak.
2) Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari
suami-istri, ayah ibu dan anak anak, dan juga orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga, kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan.
3) Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia
lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena
membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan
manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia disini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung
jawab seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan
hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkat
laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat.
4) Tanggung Jawab Terhadap Bangsa/Negeri
Bahwa setiap manusia adalah warga Negara suatu Negara dalam
berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh
norma-norma atau ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak
dapat berbuat semuanya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka
ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
45
5) Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia dibumi ini bukanlah tanpa tanggung
jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai
tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan
tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan. Yang
diruangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.
Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera
diperingatkan oleh Tuhan dan jika peringatan yang keraspun manusia
masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan.
Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan. Berarti
meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap
Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi
tanggungjawabnya manusia harus berkorban. http:// indrapurmana.
blogspot.com/2012/06/16 manusia-dan-tanggung-jawab
Menurut Said Hamid Hasan (Zubaedi, 2011: 74), nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal
dari empat sumber, yaitu:
a. Agama, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaan. Oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan karakter
harus didasari nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
b. Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945
yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal yang terdapat dalam
UUD 1945. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-
nilai yang mengatur kehidupan pilitik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya, dan seni.
c. Budaya, manusia yang hidup bermasyarakat selalu didasari oleh nilai-
nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai budaya ini dijadikan
dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
46
komunikasi antara anggota masyarakat tersebut. Budaya begitu penting
dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber
nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
d. Tujuan Pendidikan Nasional, sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah
sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan nilai-nilai karakter yang
ada harus ada di sekolah meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan
atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosialtanggung jawab
Selain nilai-nilai karakter terdapat Prinsip pendidikan karakter
menurut Lickona yang dikutip Suyanto (2010 : 54 - 69) adalah sebagai
berikut:
a. Sekolah hendaknya mempromosikan nilai-nilai etik pokok dan
pendukung yang akan digunakan sebagai pondasi pendidikan karakter
b. Karakter hendaknya secara komprehensif meliputi pemikiran, perasaan
dan tingkah laku
c. Menggunakan pendekatan yang komprehensif intensional dan proaktif
terhadap pengembangan karakter
d. Menciptakan sekolah sebagai komunitas yang saling memperhatikan
e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan tindakan
f. Memasukan kurikulum akademik yang menantang dan berarti yang
menghormati semua pembelajar, mengembangkan karakter mereka dan
membantu mereka mencapai kesuksesan
g. Berusaha menanamkan motivasi dalam diri siswa
47
h. Melibatkan staff sekolah sebagai komunitas belajar dan komunitas moral
yang memiliki tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan berusaha
menanamkan komitmen mereka pada nilai-nilai yang digunakan untuk
menuntun siswa
i. Menanamkan moral leadership dan dukungan lebih luas terhadap inisiatif
pendidikan karakter
j. Melibatkan keluarga dan masyarakat sebagai partner dalam pendidikan
karakter
k. Mengevaluasi karakter sekolah dan staf sekolah apakah mereka sudah
menjadi pendidik karakter yang baik, dan sejauh mana siswa
memanifestasikan karakter itu dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan dari prinsip pendidikan
karakter adalah sekolah sebagai pondasi pendidikan serta sebagai sarana
komunitas antar anak didik dengan guru maupun anak didik dengan staff
sekolah untuk mengembagkan potensi anak didik dan membentuk karakter
anak didik.
D. Kerangka Pikir
Pada kegiatan pramuka guru harus dapat menempatkan diri dan
menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai
“Bapak” yang bertanggungjawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa
anak. Ki Hajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam
proses pendidikan dengan ungkapan:
Ing Rasa Sung Tulada berarti di depan memberi teladan. Asas ini sesuai
dengan prinsip modeling yang de kemukakan oleh Sarason (1972) atau
Bandura (1977). Sarason dan Bandura sama-sama menekankan pentingnya
modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam
mengubah prilaku inovasi seseorang.
Ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk
berprakasa. Asas ini memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra setara
48
(ditengah), serta sebagai fasilitator (menciptakan peluang). Asas ini
menekankan produktivitas dalam pembelajaran.
Tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan
arahan. Hal ini mempunyai makna yang kuat tentang peran dan fungsi guru.
Para guru perlu berperan sebagai pendorong atau motivator (Majid, 2009: 126).
Pendidikan karakter pada hakekatnya merupakan bagian integral dari
pembangun karakter bangsa. Pendidikan karakter yang diarahkan untuk
pencapaian tujuan pendidikan nasional (pasal 3 undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional), yang berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan
dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan
membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Pendidikan diharapkan
dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek
yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya
dan karakter bangsa (http://fadlolymasterteacher. wordpress.com/2011 /10/
14/uu-no-20-tahun-2003-pasal-3/).
Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah
atau perguruan tinggi, tetapi juga pendidikan nonformal dan pendidikan
informal. Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan
nasional pada saat yang ini masih tetap memikul Peranan multidimensi.
Pendidikan berperanan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu
pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan seperti
pembentukan karakter dan watak bangsa.
Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata
pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, penanaman moral,
nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Guru harus mampu
memberikan penghargaan kepada yang berprestasi dan hukuman kepada yang
melanggar, menumbuh suburkan nilai-nilai yang baik dan sebaliknya
mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya
49
menerapkan pendidikan berdasarkan karakter dengan menerapkan kandungan
nilai-nilai luhur Pancasila ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata
pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti pelajaran agama, sejarah,
moral pancasila dan kebudayaan asli bangsa Indonesia. Di sekolah juga ada
ektrakurikuler yang bisa menjadi wadah pengembangan karakter, seperti
ekstrakulikuler pramuka. Pada pembentukan karakter siswa menggunakan
kegiatan pramuka yang mempunyai suatu Prinsip dasar dan metode
kepramukaan, Prinsip dasar dan metode kepramukaan
Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,
kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk
membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup
sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara kesatuan
republik Indonesia, mengamalkan pancasila, serta melestarikan lingkungan
hidup (http://aynulyaqin. blogspot. co. id/).
Sebagaimana tergambar dalam diagram berikut ini:
UU RI NO. 20 TAHUN
2003
PENDIDIKAN
PEMBINA
PENGETAHUAN
dan PRAKTIK
PRILAKU
BERKARAKTER
SISWA
50
Bagan diatas dapat menjelaskan bahwa undang-undang RI No. 20 tahun
2003 merupakan sistem pendidikan. Melalui pendidikanlah sebagai alternatif
yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa
yang lebih baik. Dalam pendidikan dibutuhkan peran guru yang dapat
memberikan pengetahuan dan praktik untuk membentuk karakter siswa yang
baik.