BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

26
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Gaya Mengajar 1. Pengertian Gaya Mengajar a. Gaya Secara bahasa istilah gaya dalam bahasa Inggris disebut style, yang berarti corak, mode atau gaya (Desmita, 2012:145). Kata “gaya” bermakna (1) kekuatan: kesungguhan berbuat, (2) kuat, (3) sikap, gerakan (4) irama dan lagu, (5) ragam, (6) cara melakukan gerakan (Yuandito, 2000:126). Sedangkan gaya yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ragam, sikap dan gerakan. b. Mengajar Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik atau murid di sekolah (Oemar Hamalik, 2013:44). Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2012: 48). Pupuh dan Sobry (2014:8) menuliskan bahwa mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Mengajar merupakan kegiatan di mana keterlibatan individu anak didik mutlak adanya. Apabila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali disadari guru agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu dalam konsep pengajaran atau pendidikan. Menurut Nana Sudjana (1991) dalam Pupuh dan Sobry (2014:9) sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhknan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan pada anak didik dalam melakukan proses.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Gaya Mengajar

1. Pengertian Gaya Mengajar

a. Gaya

Secara bahasa istilah gaya dalam bahasa Inggris disebut style, yang berarti

corak, mode atau gaya (Desmita, 2012:145). Kata “gaya” bermakna (1) kekuatan:

kesungguhan berbuat, (2) kuat, (3) sikap, gerakan (4) irama dan lagu, (5) ragam,

(6) cara melakukan gerakan (Yuandito, 2000:126). Sedangkan gaya yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ragam, sikap dan gerakan.

b. Mengajar

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik atau murid

di sekolah (Oemar Hamalik, 2013:44). Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan

dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2012: 48). Pupuh dan

Sobry (2014:8) menuliskan bahwa mengajar menurut pengertian mutakhir

merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks

dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen

yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan

pengajaran.

Mengajar merupakan kegiatan di mana keterlibatan individu anak didik

mutlak adanya. Apabila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar.

Hal ini perlu sekali disadari guru agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap

kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang

sudah baku dan menyatu dalam konsep pengajaran atau pendidikan. Menurut

Nana Sudjana (1991) dalam Pupuh dan Sobry (2014:9) sama halnya dengan

belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat

menumbuhknan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap

berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan pada anak didik

dalam melakukan proses.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

14

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasanya mengajar

merupakan proses pemberian atau transformasi ilmu dari seorang guru kepada

peserta didik dalam satu kegiatan dan lingkungan belajar tertentu dan

membimbing peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Gaya mengajar

Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantar siswa mencapai tujuan

yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, perilaku mengajar yang

dipertunjukan guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka

ragam perilaku guru mengajar ini jika ditelusuri akan diperoleh gambaran tentang

pola umum interaksi antara guru, isi, atau materi pembelajarandan siswa. Menurut

Lapp (1975) dalam Sumiadi dan Asra (2009:74) pola umum ini oleh Dianne Lapp

dan kawan-kawan diistilahkan dengan “Gaya Mengajar” atau Teaching Style

(Lapp dkk, 1975:1).

Manen dalam Marzuki (1999:21), mengemukakan bahwa gaya mengajar

adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting hubunganya dengan murid,

bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebisaan dan cara istimewa dari tingkah

laku atau pembicaraan guru atau dosen. Gaya mengajar guru mencerminkan

bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi

oleh pandanganya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang

digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.

Gaya mengajar dipandang sebagai dimensi atau kepribadian yang luas

yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri

sendiri dan orang lain. Penelope Peterson dalam Allan C. Ornstein (1990:526)

mendefinisikan gaya mengajar sebagai gaya guru dalam hal bagaimana guru

memanfaatkan ruang kelas, pilihan kegiatan pembelajaran dan materi, dan cara

mengelompokan siswa mereka (Abdul Majid, 2013:273).

Berikut ini beberapa pengertian lain gaya mengajar:

1) Menurut Thoifuri, (2008:81) “Gaya mengajar adalah bentuk penampilan

guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya

yang bersifat kurikuler adalah guru yang mengajar disesuiakan dengan

tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

15

bersifat psikologis adalah gaya mengajar yang disesuaikan dengan motivasi

siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar”.

2) Menurut Suparman S, (2010:63) “Gaya mengajar adalah suatu metode yang

dipakai oleh guru ketika sedang melakukan pengajaran guru biasanya sangat

erat kaitanya dengan gaya belajar anak didik”.

3) Menurut Ali, (2004:57) “Gaya mengajar adalah gaya mengajar yang

dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara melaksakan pengajaran,

sesuai dengan pandanganya sendiri. Disamping itu, landasan psikologis,

terutama teori belajar yang dipegang serta kurikulum yang dilaksanakan

juga turut mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan”. Hal ini senada

dengan yang disampaikan oleh Ornstein (1980: 252-253) bahwa:

“gaya mengajar dapat dilihat dari dua aspek pembahasan yaitu: aspek

ekspessif dan aspek instrumental. Aspek ekspresif adalah gaya mengajar

berkaitan dengan hubungan emosional yang berkembang antara guru

dengan siswa secara keseluruhan yang meliputi dimensi kehangatan,

autoritas, simpati, ketergantungan dan aspek-aspek lain tentang keadaan

emosional yang dilaksanakan oleh guru. Aspek instrumental dari peran

mengajar menggambarkan bagaimana peran guru menjalankan tugasnya

untuk membantu siswa belajar, bagaimana mereka mengorganisasikan

belajar, menentukan standar di dalam kelas dan menentukan apakah para

siswanya telah memenuhi standar tersebut.”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar adalah ciri-ciri

kebiasan guru yang ditunjukan saat mengajar sesuai dengan pandanganya

mengenai teori mengajar, kurikulum yang dilaksanakan dan kebutuhan siswa.

d. Definisi Konseptual dan Operasional

2. Macam-Macam Gaya Mengajar

Hermawan dkk (2007:58) dalam Abdul Majid, (2013:279-280)

mengelompokan gaya mengajar guru yang diterapkan dalam proses pembelajaran

menjadi empat yang diturunkan dari aliran pendidikan, yaitu gaya mengajar

klasik, teknologis, personalisasi, dan interaksional.

a. Gaya Mengajar Klasik

Guru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan konsepsi sebagai

satu-satunya cara belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya. Guru

masih mendominasi kelas dengan tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

16

aktif, sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses

pembelajaran. Gaya mengajar klasik tidak sepenuhnya disalahkan saat kondisi

kelas mengharuskan seorang guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas yang

mayoritas siswanya pasif. Dalam pembelajaran klasik, peran guru sangat

dominan, karena dia harus menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu,

guru harus ahli (expert) pada bidang pelajaran yang diampunya. Dalam model

pembelajaran seperti ini, siswa cenderun bersikap pasif (hanya menerima materi

pembelajaran).

b. Gaya Mengajar Teknologis

Guru menerapkan gaya mengajar teknologis sering menjadi bahan

perbincangan yang tidak pernah selesai. Argumentasinya bahwa setiap guru

dengan gaya mengajar tersebut mempunyai watak yang berbeda-beda, kaku,

moderat dan fleksibel. Gaya ini mensyaratkan seorang guru untuk berpegang pada

berbagai sumber media yan tersedia. Guru mengajar dengan memerhatikan

kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulun untuk mampu menjawab segala

persoalan yang dihadapi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minat masing-masing, sehingga

memberi banyak manfaat pada diri siswa.

c. Gaya Mengajar Personalisasi

Pembelajaran personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman,

dan pola perkembangan mental siswa. Dominasi pembelajaran ada di tangan

siswa, dimana siswa dipandang sebagai suatu pribadi. Guru yang menerapkan

gaya mengajar personalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan pencapaian

prestasi belajar siswa. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran untuk

membuat siswa lebih pandai, melainkan agar siswa menjadi dirinya lebih pandai.

Guru dengan gaya megajar personalisasi ini akan selalu meningkatkan belajar

siswa dan senantiasa memandang siswa seperti dirinya sendiri. Guru tidak dapat

memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan gurunya, karena siswa tersebut

mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

17

d. Gaya Mengajar Interaksional

Dalam pembelajaran interaksional, peran guru sangat dominan. Guru dan

siswa berupaya memodifikasi berbagai ide atau ilmu yang dipelajari untuk

mencari bentuk baru berdasarkan kajian yang dipelajari. Guru dengan gaya

mengajar interaksional lebih mengedepankan dialog dengan siswa sebagai bentuk

interaksi yang dinamis. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling

ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek pembelajaran, dan

tidak ada yang dianggap paling baik atau paling jelek.

Gaya mengajar yang dilakukan oleh setiap guru berbeda-beda sesuai

dengan kebiasaan dan cara mereka dalam mengajar. Namun setiap guru pada

prakteknya tidak hanya menunjukan satu macam gaya dalam proses pembelajaran.

Jika guru yang memahami kemampuannya dalam mengajar serta memahami

kebutuhan peserta diidiknya maka guru akan dengan mudah melakukan variasi-

variasi dalam mengajar.

3. Landasan Gaya Mengajar

Ada emapat macam gaya mengajar, yaitu gaya mengajar klasik,

teknologis, personalisasi dan interaksional. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 77-

80) masing-masing dari gaya mengajar tersebut mempunyai landasan, yaitu:

a. Pembelajaran Klasik dan Landasanya

Pendidikan klasik lebih menekankan guru sebaga model. Siswa dituntut

meniru aya guru. Hal ini berlandaskan teori bahwa siswa akan menirukan apa

yang diamati dan telah memperoleh reinforcement. Jadi, siswa akan meniru guru.

Proses peniruan terjadi terutama melalui bahasa. Oleh karenanya belajar

dilakukan secara verbal, dan guru berusaha menajarkan bagaimana melatih

kemampuan berfikir melalui bahasa.

Gaya mengajar klasik mempunyai dua macam aliran, yaitu:

1) Aliran Perenialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang

berpusat pada kemanusiaan (humanity).

Aliran ini berpandangan bahwa setiap generasi harus dididik dengan

budaya yang dianggap benar dan sahih (valid). Isi pembelajaran lebih

banyak mengenai dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

18

dunia luar, karena hal ini dianggap sebagai upaya “memanusiakan

manusia.” Manusia dibedakan dari jenis makhluk hidup lain karena ia

mempunyai intelektual. Oleh karenanya upaya memanusiakan manusia

dilakukan dengan mengembangkan inteleknya. Pembelajaran dasar yang

dianggap paling penting adalah “The three R‟s” untuk tingkat Sekolah

Dasar yaitu Reading (membaca), Writing (menulis), dan Arrithmatics

(berhitung). Tujuan pendidikan perenialism adalah memperbaiki intelek

dengan mendisiplin mental.

2) Aliran Essensialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang

berkenaan dengan science.

Berbeda dengan perenialism, aliran ini lebih realistis, tidak filisofis.

Budaya yang disampaikan dalam pembelajaran hanya berisi informasi

yang bersifat praktis, dengan tujuan mendidik keterampilan yang esensial

dan berguna untuk hidup produktif. Oleh karenanya menekankan pada

science dan keterampilan produktif. Pandangan penganut aliran ini adalah

bahwa tujuan pendidikan diarahkan agar siswa dapat bekerja dengan baik.

Ini dijadikan ukuran penilaian kebaikan pendidikan. Disamping itu

pendidikan juga bertujuan mengantarkan siswa untuk dapat bergaul pada

semua lapisan masyarakat dan memperoleh sukses finansial. Mereka

menganggap pendidikan adalah jalan menuju sukses. Sedangkan sukses itu

sendiri diukur dari segi materi.

b. Pembelajaran Teknologis dan Landasanya

Para penganut aliran teknologis yakin bahwa pendidikan merupakan

cabang terpenting dari scientific technology. Pendidikan teknologis memandang

manusia dari tingkah lakunya yang dapat diamati. Tingkah laku ini dijadikan

dasar perumusan tujuan. Dengan demikian tinggallah dipikirkan bagaimana

memanipulasi lingkungan agar siswa dapat mencapai tujuan itu. Untuk itu dapat

digunakan perangkat baik hardware (seperti mesin, televisi dan sebagainya)

ataupun software (seperti programa, modul, dan sebagainya). Perangkat itu dapat

berfungsi sebagai guru. Dengan demikian guru bukan lagi dipandang sebagai

elemen sentral dalam pembelajaran, juga dalam proses belajar mengajar.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

19

c. Pembelajaran Personalisasi dan Landasanya

Gaya pembelajaran personalisasi bersifat Child Centered (berpusat pada

siswa). Ini didasarkan pada teori pendidikan yang menyatakan bahwa, pendidikan

sesungguhnya berpusat pada siswa serta pengalaman yang disadarinya. Kegiatan

pendidikan didasarkan atas minat dan kebutuhan atau keinginan siswa.

Ada dua aliran dari personalisasi, yaitu Aliran Proressive dan Aliran

Romantik. Golongan progressive memandang bahwa situasi mengajar berfungsi

menentukan disiplin dan arah pengalaman belajar yang dapat menuntun atau

menentukan struktur intelegensi. Dalam pelaksanaanya pendidikan membimbing

dan mengarahkan kegiatan siswa dalam memenuhi kebutuhan yang tidak

disadarinya. Tokoh Progressivism ialah John Dewey.

Golongan Romantic (tokohnya J.J Russeau) memandang bahwa siswa

harus bebas (ide tentang kembali ke alam). Pendidikan harus mengisolasi siswa

dari lingkungan masyarakat, karena pendidikan merupakan proses individual,

bukan proses sosial. Pendidikan juga bukan hanya sekedar memberi informasi

atau keterampilan, tetapi merupakan proses perkembangan pribadi sepanjang

hayat. Peran guru adalah menyiapkan lingkungan agar siswa dapat memperoleh

pengalaman.

d. Pembelajaran Interaksional dan Landasanya

Pembelajaran interaksional menekankan pada proses yang bersifat

dialogis. Dalam hal ini guru menyodorkan masalah kepada siswa, selanjutnya

dengan proses diskusi, siswa mengemukakan pandangan, pendapat, argumentasi,

juga menanggapi dan menyela atau mendukung pendapat yang lain, sehingga

ditemukan kesimpulan tentang masalah yang dibahas itu.

Dasar pandangan pembelajaran interaksioanal adalah bahwa hasil belajar

diperoleh melalui interaksi antara guru-siswa, dan siswa-siswa lain, juga interaksi

antara siswa dengan materi pembelajaran yang dipelajari, serta antara pikiran

siswa dengan kehidupanya. Pandangan ini berakar dari falsafah yan memandang

bahwa pada hakikatnya manusia sudah mempunyai kemampuan untuk

memikirkan dan menemukan jawaban terhadap masalah kehidupan yang dihadapi.

Fungsi pembelajaran dalam hal ini adalah menumbuhkan dan mengungkap

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

20

kemampuan itu melalui upaya penciptaan kondisi dan kemungkinan untuk

tumbuh dan berkembangnya hal itu. Oleh karenanya pembelajaran tidak dilakukan

dengan cara “mengajar” tetapi dengan mengembangkan suasana dialogis.

4. Karakteristik Gaya Mengajar

Gaya mengajar guru dalam proses pembelajaran berbeda-beda antar satu

dengan yang lainnya. Karakteristik guru dalam mengajar dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Karakteristik gaya mengajar guru yang positif

1) Menguasai materi pelajaran secara mendalam

2) Mempunyai wawasan luas

3) Komunikatif

4) Dialogis

5) Menggabungkan teori dan praktik

6) Bertahap

7) Mempunyai variasi pendekatan

8) Tidak memalingkan meteri pelajaran

9) Tidak terlalu menekan dan memaksa

10) Humoris tapi serius (jamal Ma‟mur Asmani, 2009:115-137)

b. Karakteristik gaya mengajar guru yang negatif

1) Duduk diatas meja ketika mengajar

2) Mengajar sambil merokok

3) Mengajar sambil main hp

4) Tidur sewaktu mengajar

5) Menganggap diri paling pandai

6) Mengajar secara monoton

7) Sering bolos mengajar

8) Tidak disiplin

9) Berpakaian tidak rapi

10) Membiarkan murid saling menyontek

11) Suka memberi PR tanpa mengoreksi (Masykur Arif Rahman,

2011:5-6).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

21

Dari karakter-karakter tersebut diatas setiap guru tidak mungkin memiliki

semua karakter positif dan begitu pula sebaliknya tidak semua guru memilki

karakter yang negatif. Ada guru yang memiliki sebagian dari karakter yang positif

yang sering nampak pada tingkah lakunya ketika proses pembelajaran tetapi

sesekali menunjukan karakter negatifnya, maka siswa sebagai orang yang

memberi perhatian penuh pada guru akan menyimpulkan guru tersebut

berkarakter positif karena yang sering nampak pada guru tersebut adalah hal-hal

yang positif, begitu pula sebaliknya.

Guru jarang menyadari bahwa setiap perilaku yang nampak dihadapan

peserta didik akan menimbulkan anggapan atau penilaian bagi mereka. Sehingga

akan menghasilkan kesimpulan mengenai karakter guru tersebut. Jadi sudah

selayaknya seorang guru sebisa mungkin untuk selalu mempertahankan karakter

positifnya dan meminimalisir hal-hal negatif yang akan mempengaruhi peserta

didik dalam proses pembelajaran.

5. Tujuan dan Manfaat Variasi Mengajar

Pengertian „Variasi‟ menurut kamus ilmiah populer adalah „selingan‟,

„selang-seling‟, atau „pergantian‟. Menurut Udin S. Winataputra (2004) dalam

Pupuh dan Sobry (2014:91) mengartikan „variasi‟ sebagai keanekaan yang

membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan

atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan

kesan yang unik. Adapun variasi mengajar merupakan keanekaragaman dalam

penyajian kegiatan mengajar.

Proses pembelajaran adakalanya siswa atau guru mengalami kejenuhan.

Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Kejenuhan

siswa dalam proses pembelajaran dapat diamati selama proses belajar mengajar

berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama

teman atau pura-pura ke kamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan.

Karenanya pengajaran yang bervariasi sangat penting sehingga situasi dan kondisi

belajar mengajar berjalan normal. Tujuan dan manfaat variasi mengajar adalah

sebagai berikut:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

22

a. Tujuan variasi mengajar

Menurut Syaifudin bahri Djamarah dan Azwan Zain (2002:181-185)

variasi mengajar bertujuan untuk:

1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi

proses belajar mengajar.

2) Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.

3) Membentuk siskap positif terhadap guru dan sekolah.

4) Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.

5) Mendorong anak didik untuk belajar.

b. Manfaat variasi mengajar

Menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (1995: 65) dalam Hendri Budiyanti

(2012: 23) manfaat variasi mengajar adalah:

1) Memelihara dan meningkatkan siswa yang berkaitan dengan aspek

belajar.

2) Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu melalui

kegiatan investigasi dan eksplorasi.

3) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

4) Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi

keindahan belajar.

5) Mendorong aktifitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan

berbagai kagiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berbagai

tingkat kognitif.

Jika dilihat dari tujuan dan manfaat variasi mengajar di atas peserta didik

merupakan objek yang nantinya menjadi ukuran dalam mengetahui variasi

mengajar guru yang dilakukan. Jika ingin mengetahui bagaimana guru melakukan

variasi dalam mengajar maka lihatlah tujuan dan manfaat yang didapat dan dirasa

oleh peserta didik.

6. Komponen Variasi Gaya Mengajar

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan

meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

23

menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara

guru dengan siswa.

a. Variasi gaya mengajar

Guru dalam proses pembelajaran hendaknya memiliki variasi gaya

mengajar. Menurut Syaiful bahri Djamarah (2002:188), variasi gaya mengajar

tersebut adalah:

1) Variasi Suara

Suara guru ketika menyampaikan materi dalam proses pembelajaran bisa

bervariasi dalam intonasi, nada, volume dan kecepatan. Ketika mengajar penting

bagi guru untuk memahami bagaimana dia menyampaikan materi dengan

penjelasanya. Guru yang biasa memakai suara datar dalam menyampaikan materi

akan mempengaruhi minat mendengar siswanya. Sehingga seorang guru

hendaklah memberikan penjelasan dengan intonasi, nada, volume dan kecepatan

yan serasi dan sesuai.

2) Penekanan (Focusing)

Berfungsi untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek

yang paling penting atau aspek kunci. Penekanan dilakukan kepada beberapa

peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang tengah disampaikan agar

siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang

diterimanya. Misalnya guru menggunakan kalimat “sekali lagi bapak/ibu

tekankan” atau “coba anda perhatikan” dan sebagainya. Hal ini akan

menimbulkan perhatian siswa sehingga pandangan siswa akan tertuju dan fokus

pada guru yang tengah menyampakan materi yang dipelajari dalam proses

pembelajaran.

3) Pemberian Waktu (Pausing)

Setelah guru menyampaikan meteri pelajaran, siswa perlu diberi waktu

untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. Untuk menarik

perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi

sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian

pelajaran ke bagian berikutnya. Peserta didik dalam keadaan seperti ini biasanya

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

24

selain memberikan perhatian penuh pada guru juga akan memiliki waktu untuk

berusaha memahami materi yang disampaikan.

4) Kontak Pandang

Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya

menyampaikan informasi, dan dengan pandanganya dapat menarik perhatian anak

didik. Selama menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru

hanya memandang ke luar, ke atas atau ke siswa tertentu saja. Jadi guru dalam

berinteraksi dengan siswa pandanglah semua siswa yang sedang mengikuti

pembelajaran, sehingga mereka akan merasa diperhatikan.

5) Gerakan Anggota Badan

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang

penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja tetapi juga

menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan. Dalam berkomunikasi gerak

tubuh akan mempengaruhi apa yang disampaikan karena pada hakikatnya ketika

kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain semuanya ikut berbicara

termasuk anggota badan kita.

6) Pindah Posisi

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas ketika proses pembelajaran

dapat menarik perhatian siswa. Karena selama proses pembelajaran guru menjadi

pusat perhatian siswanya. Dengan bergerak, berarti guru tidak berada dalam satu

posisi saja, malainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini selain

bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak

monoton. Seorang guru hendaknya bisa menguasi kelas dan bebas menjangkau

seluruh ruang kelas. Bukan berarti guru selalu berpindah-pindah saat proses

pembelajaran tetapi berpindahlah sesuai dengan kebutuhan. Misal ketika siswa

yang duduk di belakang mulai tidak memperhatikan maka guru dekati dan pindah

posisi agar anak bisa fokus kembali.

b. Variasi media dan bahan pengajaran

Penggunaan media akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya

atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media ada alih

pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

25

dengan guru yang hanya berceramah saja. Ada tiga komponen dalam variasi

media, yaitu:

1) Variasi media pandang

Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran

diantaranya: buku, majalah, globe, peta, film, film strip, TV, radio, recorder,

gambar, mode, demonstrasi, dan sebagainya. Alat ini berguna untuk:

a) Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang

konkret.

b) Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran.

c) Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.

d) Mengembangkan cara berfikir siswa yang konsisten dan

berkesinambungan.

e) Memberikan pengalaman baru dan unik.

2) Variasi media dengar

Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi

proses belajar anak didik. Karena itu diperlukan media lainnya yang

memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap

suara itu. Hal ini bisa dilakukan dengan guru merekam suaranya di rumah atau

merekam suara lain yang patut didengarkan dan mempunyai relevansi dengan

materi pelajaran.

3) Variasi media taktik

Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif.

Misalnya guru memperlihatkan dan menjelaskan tata cara berwudhu, setelah itu

siswa disuruh untuk menggambarkan tata cara tersebut. Cara ini akan meudahkan

siswa untuk mengingat urutan tata cara wudhu dan sebagainya.

c. Variasi interaksi

Variasi interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal yaitu:

1) Siswa belajar atau melakukan aktifitas lainnya dalam ruang lingkup

pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru.

2) Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara

aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

26

Namun di antara dua jenis tersebut jenis yan pertama akan lebih baik.

Sekalipun yang ideal adalah guru dan siswa memiliki peranan yang

proporsional. Dalam arti, guru tidak mendominasi kelas, dan siswa juga

memilki kebebasan tanpa berarti tidak ada kendali guru. Maka dalam

konteks interaksi ini hendaklah guru berdiri di tengah-tengah.

B. Minat Belajar

1. Pengertian minat belajar

a. Minat

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri dengan sesuatu dari luar diri (Djaali, 2013:121). Minat

sebagaimana dirumuskan dalam “Encyclopedia of Psychology” adalah faktor yang

ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap

objek, orang dan kegiatan dalam lingkunganya (Zainudin Arif, 2012:19).

Menurut pandangan para ahli, minat itu dimaknai secara beragam,

berbeda-beda, sesuai dengan cara dan sudut pandang mereka masing-masing

(Makmun Khairani, 2014:136-137). Sebagian dari pandangan tersebut adalah:

1) John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi

pengertian minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan

perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan.

Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu

dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukan kinerja

yang tinggi.

2) Menurut Kamisa (1997) minat diartikan sebagai kehendak, keinginan

atau kesukaan.

3) Menurut Sutjipto (2001) bahwa minat adalah kesadaran seseorang

terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai

kaitan dengan dirinya. Artinya minat harus dipandang sebagai sesuatu

yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang

untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan

mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

27

4) Menurut Zakiah Daradjat dkk (2011), minat adalah kecenderungan jiwa

yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berhara bagi orang. Sesuatu yang

berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat adalah gejala psikologis yang

menunjukan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi

sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan

senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut.

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu (Ngalim Purwanto, 1988: 64). Jadi minat menjadi

salah satu faktor penting untuk seseorang melakukan sesuatu karena ingin

tercapainya tujuan. Minat timbul bersamaan dengan adanya ketertarikan serta

kesenangan seseorang terhadap sesuatu, sehingga kegiataan atau sesuatu yang

akan menimbulkan minat harus dapat membuatnya tertarik sehingga memilki

kecenderungan terhadapnya.

b. Belajar

Pengertian belajar menurut beberapa ahli (Ngalim Purwanto, 2013:84-85)

1) Gagne, dalam buku the condition of learning (1977) menyatakan

bahwa:” belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan

isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia

mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

2) Hilgard dan bower dalam buku theories of Learning (1975)

mengemukakan.” Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yag disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana

perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecendererungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-

keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan

sebagainya).”

3) Morgan, dalam buku introduction to psychology (1978)

mengemukakan: ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

28

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.”

4) Witherington, dalam buku educational psychology mengemukakan:

”belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebgai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan

dengan adanya elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,

yaitu bahwa:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih

buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,

seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang banyi.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,

harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup

panjang. Berapa periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan

pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu

periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan atau

bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-

perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan,

adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya

berlangsung sementara.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:

perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, berfikir,

keterampilan, percakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

29

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam lingkungan

tertentu untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Usaha yang

dilakukan memilki tujuan yang pasti dan melalui waktu serta tahapan-tahapan

tertentu.

c. Minat belajar

Menurut Gie (1998) dalam Makmun Khairani (2014:142), minat berarti

sibuk, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari

pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian minat belajar adalah keterlibatan

sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh

perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang

pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.

Sedangkan menurut Hardjana (1994) dalam Makmun Khairani (2014:142),

minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan

dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk

belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha,

pengajaran atau pengalaman.

Menurut Makmun Khairani (2014:148-149) Kurangnya minat belajar

siswa dimungkinkan salah satunya karena kurang menariknya pembelajaran yang

mereka harus hadapi setiap hari di sekolah. Salah satu hal yang menyebabkan

kurang menariknya proses pembelajaran adalah sikap guru. Guru selaku figur atau

tokoh teladan yang dibanggakan, tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi

objek “keluhan” peserta didiknya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari

ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai materi pelajaran yang akan

diajarkan, guru yang mengantuk dan tertidur di meja. Selain itu, sikap sering

terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda dengan peserta didik tertentu

saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar

semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi peserta didik tertentu.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

30

2. Ciri-ciri Minat Belajar

Minat belajar memiliki beberapa ciri, menurut Elizabeth Hurlock dalam

(Susanto, 2013:62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar, yaitu sebagai

berikut:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar.

c. Perkembangan minat munkin terbatas.

d. Minat tergantung pada kesempatan belajar.

e. Minat dipengaruhi oleh budaya.

f. Minat berbobot emosional.

g. Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap

sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Menurut Slameto (2003:57) siswa yang berminat dalam belajar adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminati.

c. Memperoleh sustu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang

diminati.

d. Lebih menyukai hal yang menjadi minatnya daripada hal yang

lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang memilki minat

belajar maka ia akan memberikan perhatian penuh terhadap pelajaran, responsif

ketika proses pembelajaran berlangsung dan kecenderungan memperhatikan dan

fokus terhadap pelajaran yang tengah berlangsung.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

Minat sebagai salah satu aspek psikologi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik yang bersifat dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat dari

dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan

kebiasaan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

31

pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta

latar belakang sisial budaya (Slameto: 1995). minat belajar membentuk sikap

akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Menurut Syah

(2003:132) dalam minat belajar seorang siswa memiliki faktor-faktor yang

mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, perbedaan tersebut dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal

Adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi dua aspek

yaitu:

1) Aspek fisiologis

Kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat

kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam pembelajaran.

2) Aspek psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri

dari intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.

b. Faktor eksternal siswa

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Terdiri dari

dua macam yaitu:

1) Lingkungan sisial

Lingkungan sosial terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman

sekelas.

2) Lingkungan nonsosial

Lingkungan nonsosial terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor

materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat

belajar.

c. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan

siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi

tertentu. Dalam hal ini sikap guru dalam mengajar harus bisa mengimbangi

dengan melakukan pendekatan pembelajaran dengan tepat. Selaku figur atau

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

32

tokoh teladan yang dibanggakan, tidak jarang sikap guru di sekolah jiga menjadi

objek “keluhan” peserta didiknya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari

ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai materi pelajaran yang akan

diajarkan, guru yang mengantuk dan tertidur di meja. Selain itu, sikap sering

terlambat masuk kelas disaat mengajar, bercanda dengan peserta didik tertentu

saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar

semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi peserta didik tertentu

(Makmun Khairani, 2014:149).

4. Indikator minat belajar

Menurut Djamarah (2002:132) indikator minat belajar yaitu rasa suka atau

senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan, adanya kesadaran

untuk belajar tanpa disuruh, berpartisispasi dalam aktivitas belajar, serta

memberikan perhatian.

Menurut Slameto (2010:180) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan

senang, ketertarikan penerimaan dan keterlibatan siswa. Dari beberapa indikator

diatas, dalam penelitian ini menggunakan mengelompokan indikator-indikator

tersebut dalam beberapa dimensi, yaitu:

a. Kesukaan

Dalam dimensi kesukaan memiliki indikator:

1) Gairah

Gairah atau keinginan akan dimilli oleh siswa apabila dia merasa tertarik

atau berminat terhadap suatu barang atau kegiatan tertentu. Maka tidak

akan ada keterpaksaan dalam mengikuti proses pembelajaran. Misal:

merasa senang saat mengikuti pelajaran, selalu antusias menghadiri

pelajaran.

2) Inisiatif

Inisiatif adalah kemampuan untuk memutuskan dan melakukan sesuatu

yang benar tanpa harus diberi tahu, mampu menemukan apa yang

seharusnya dikerjakanterhadap sesuatu yang ada di sekitas, berusaha

untuk terus bergerak untuk melakukan beberapa hal walau keadaan terasa

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

33

semakin sulit. Misal: mencari sumber belajar lain selain buku panduan

yang biasa digunakan saat pembelajaran.

b. Ketertarikan

Dalam dimensi ketertarikan memiliki indikatot:

1) Responsif

Responsif adalah kesadaran akan tugas yang harus dilakukan dengan

sungguh-sungguh. Kepekaan yang tajam dalam menyikapi berbagai hal

yang dihadapinya dan kepahaman makna tanggungjawab yang harus

dipikul adalah ciri utaa kperibadiannya. Misal: cepat menjawab jika guru

bertanya mengenai materi pembelajaran.

2) Kesegeraan

Kesegeraan adalah suatu perlakuan atau sikap yang dilakukan dengan

segera tanpa menunda-nunda. Misal: segera mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru tanpa guru harus mengulang-ualang perintahnya.

c. Perhatian

Dalam dimensi perhatian memilki indikator:

1) Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran, jiwa dan fisik pada

sebuh objek. Konsentrasi belajar siswa merupakan suatu perilaku dan

fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dengan baik dalam

setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi

pelajaran yang telah diberikan. Misal: fokus dan perhatian penuh pada

guru yang sedang memberikan penjelasan mengenai suatu materi

pelajarn.

2) Ketelitian

Ketelitian yaitu melakukan sesuatu kegiatan atau memperhatiakn

suatu objek dengan seksama atau cermat. Misal: berusaha

memperhatikan dan memahami penjelasn guru ataupun jika guru

mempraktikan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran, contoh ketika

guru mencontohkan tata cara wudhu yang benar maka ia akan

berusaha memperhatikannya dengan teliti dan hati-hati.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

34

d. Keterlibatan

Dalam dimensi keterlibatan memiliki indikator:

1) Kemauan

Kemauan merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang

untuk mengerjakan suatu hal dalam kehidupan nyata. Kemauan

merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri. Dorongan

dapat juga dkatakan sebagai kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan

tertentu. Dalam belajar kemauan merupakan faktor penting karena jiak

tidak ada kemauan maka belajar akan dilakukan dengan keterpaksaan

dan akan sulit untuk mencapai tujuan pemleajaran. Misal: dengan

senang hati mengumpulkan tugas teman-teman atau belajar bersama

dengan teman-teman untuk mendiskusikan sesuatu yang berkaitan

dengan materi pelajaran.

2) Kerja keras

Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-

sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target atau

tujuan tercapai dan selalu mengutamakan atau memeperhatikan

kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Dalam kegiatan

pembelajaran siswa yeng bekerja kears akan selalu berusaha

memahami materi yang disampaikan oleh gurunya agar tujuan

pembelajaran tercapai. Misal: berusaha mengerjakan pekerjaan

rumah atau tugas-tugas yang dberikan guru semaksimal mungkin.

C. Urgensi Gaya Mengajar Guru PAI terhadap Minat Belajar Siswa

Pembelajaran atau kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapain tujuan

pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar

dirancang dan dijalankan secara profesional. Dalam hal ini kebiasaan guru dalam

mengajar menjadi penting untuk diperhatikan sehingga akan menimbuhkan minat

belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Agar lebih dapat

memahami betapa pentingnya peran guru dalam pembelajaran maka kita harus

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

35

mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesi keguruan

khususnya.

Metode memang penting dalam proses pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran akan tetapi guru jauh lebih penting dari pada metode,

sebagaimana kaidah pendidikan dalam Islam yang menyebutkan bahwa:

س أهم مه الطزيقة الطزيقة أهم مه المدة والمدر

“Metode itu lebih penting daripada materi tetapi guru itu lebih penting daripada

metode.”

Dalam proses belajar mengajar jika materinya bagus tetapi metode atau

cara penyampaianya kurang, maka jauh dari keberhasilan. Akan tetapi

bagaimanapun arahan guru jauh lebih penting daripada belajar otodidak meskipun

paham metode. Oleh sebab itu, gaya mengajar guru menjadi faktor penting dalam

proses pembelajaran dan dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus

dilakukan secara benar. Islam mementingkan profesionalisme, keberhasilan Nabi

sebagai pendidik didahului dengan bekal kepribadian (personality) yang

berkualitas unggul. Begitu juga dengan guru yang merupakan pendidik

profesional harus melakukan pekerjaanya dengan benar.

Guru Pendidikan Agama Islam atau lebih sering disebut dengan GPAI

diharapkan dalam menjalankan tugas-tugas kependidikanya dapat berhasil secara

optimal. Guru PAI pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesional.

Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri. Aspek personal ini

diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru

dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena

tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Sedangkan aspek

profesional menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi

profesional sebagai seorang guru (GPAI).

Atas dasar itulah, maka asumsi yang melandasi keberhasilan GPAI dapat

diformulasikan sebagai berikut: ”Guru Pendidikan Agama Islam akan berhasil

menjalankan tugas kependidikannya bilamana ia memilki kompetensi personal-

religius, dan kompetensi profesional-religius.” Kata religius selalu dikaitkan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

36

dengan kompetensi tersebut yang menunjukan adanya komitmen GPAI bahwa

ajaran Islam sebagai kriteria utama sehingga segala masalah perilaku

kependidikannya dihadapi, dipertimbangkan, dipecahkan dan didudukkan dalam

perspektif Islam (Abdul Majid, 2012:99-100).

Oleh karena itu Guru PAI memilki tanggungjawab lebih dalam proses

pembelajaran. Selain mentransformasi atau menyampaikan ilmu kepada peserta

didik juga membangun pemahaman peserta didik mengenai ajaran agama Islam

yang merupakan ajaran yang sangat kompleks membahas segala aspek kehidupan.

Proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru dan siswa. Menurut Abdul

Majid (2012:109) secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna

sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui

berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang

sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk

membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar.

Kegiatan pembelajaran harus ada hubungan yang saling berkesinambungan

antar peserta didik, pemberi materi atau pendidik serta materi yang akan

disampaikan. Tanpa ada ketiga aspek tersebut, maka pembelajaran tidak dapat

berjalan. Disini peran guru menjadi sangat penting. Guru dalam pembelajaran

salah satunya berperan sebagai motivator, dimana seorang guru harus dapat

membangakitkan semangat belajar siswa.

Guru dalam proses pembelajaran menjadi pusat perhatian siswanya. Oleh

karena itu, kebiasaan guru dalam mengajar akan memberikan dampak pada siswa.

Dampak yang ditimbulkan bukan hanya yang positif tapi juga negatif. Guru yang

menyadari pearannnya sebagai motivator akan selalu berusaha mengembangkan

kemampuan dalam mengelola pembelajaran, membuat inovasi-inovasi baru dalam

mengajar serta berusaha menemukan kebiasaan baik dalam mengajar yang

menjadikan cirinya dalam mengajar dan membuat perhatian siswa meningkat dan

menumbuhkan minat belajar. Siswa dalam proses pembelajaran sebagai pihak

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

37

yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya

secara optimal.

Guru dan murid atau siswa memegang peran penting dalam proses

pembelajaran. Peserta didik atau siswa adalah pribadi yang “unik” yang

mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam proses

berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak

ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan brsama

dengan individu-individu yang lain.

Fungsi murid dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai subjek dan

objek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena muridlah

yang menerima pelajaran dari guru. Guru mengajar dan murid belajar. Jika tugas

pokok guru adalah “mengajar”, maka tugas pokok murid adalah “belajar”.

Keduanya amat berkaitan dan saling bergantungan, satu sama lain tidak

terpisahkan dan berjalan serempak dalam proses belajar mengajar.

Sebagai objek, murid menerima pelajaran, bimbingan dan berbagai tugas

serta perintah dari guru atau sekolah dan sebagai subjek, ia menentukan dirinya

sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai hasil

belajar. Tugas- tugas murid sebagai subjek senantiasa berkaitan dengan

kedudukannya sebagai objek.

Dengan dasar pandangan tersebut di atas, maka tugas murid dapat dilihat

dari berbagai aspek, sejalan dengan aspek tugas guru, yaitu aspek yang

berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan

aspek yang berhubungan dengan administrasi. Selain dari itu muridpun bertugas

pula untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama

temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi

kepentinganya sendiri (Zakiah Daradjat, 2014:268-269).

Seorang siswa yang menyadari bahwa dirinya memerlukan ilmu, maka dia

akan senantiasa memanfaatkan waktu belajarnya dengan baik. Jika dia tidak

memahami hal yang diajarkan maka danjurkan untuk bertanya kepada gurunya,

karena guru dipandang sebagai seorang yang berilmu dan lebih mengetahui

dibandingkan dengan dirinya. Dalam Islam juga sebaga salah stu bentuk

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - sc.syekhnurjati.ac.id

38

pendidikan, siswa sebagai peserta didik dan orang yang belum mengetaui ilmu

dianjurkan untuk bertanya kepada ahlinya sebagaimana Allah berfirman dalam

surah al-Nahl ayat 43:

كز إن كنتم لاتعلمون ... فسئلوا أهل الذ

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui.”

Murid atau siswa lebih mengetahui kebutuhanya, dalam hal ini berarti

kebutuhan dalam belajar. Kebutuhan dalam belajar biasanya tercipta dari kegiatan

yang membuat perhatian meningkat sehingga berminat pula untuk melakukan

pembelajaran dengan baik dan benar.