BAB II KAJIAN TEORI A. Sarana Prasarana 1. Pengertian...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Sarana Prasarana 1. Pengertian...
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sarana Prasarana
1. Pengertian Sarana dan Prasarana
Menurut KBBI (2007: 999) sarana adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, alat, media.
Mulyasa (2004: 49) memaparkan bahwa yang disebut dengan sarana
belajar merupakan segala peralatan yang secara langsung digunakan oleh
guru atau siswa dalam proses belajar mengajar contohnya seperti gedung,
ruang kelas, meja, kursi, serta media pembelajaran. Selain itu, menurut
Tholib (2000: 97) sarana pendidikan adalah peralatan yang secara
langsung yang dapat mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku,
perpustakaan, labolatorium, dan sebagainya.
Sedangkan Menurut KBBI (2007: 999) prasarana adalah segala sesuatu
yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, proyek, dan sebagainya). Berbeda dengan pendapat
Daryanto (2008: 51) secara bahasa yang disebut dengan prasarana berarti
alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan misalnya : lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan
olahraga, uang dan sebagainya. Adapun prasarana belajar menurut Makin
& Baharuddin (2010: 84) adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pengajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa sarana belajar bertujuan untuk
mempermudah penyampaian materi ajar, dalam artian segala macam
peralatan yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan
penyampaian dan menerima materi pembelajaran. Sedangkan prasarana
belajar untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan dalam artian
segala macam peralatan, perlengkapan, dan benda-benda yang digunakan
guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.
7
2. Standardisasi Sarana dan Prasarana
Kata standardisasi (Handoko, 2011) bukan berasal dari kata standard+
isasi, tetapi merupakan sebuah kata dasar hasil serapan dari bahasa asing.
Kata standardisasi mempunyai arti penyesuaian bentuk (ukuran atau kualitas)
dengan pedoman atau standar yang telah ditetapkan. (Barnawi & Arifin,
2012: 86). Standardisasi sarana dan prasarana sekolah dapat diartikan sebagai
sauatu penyesuaian bentuk, baik spesifikasi, kualitas, maupun kuantitas
sarana dan prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah ditetapkan
untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas publik serta meningkatkan
kinerja penyelenggara sekolah.
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam PP tersebut dikemukakan
bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar sarana dan prasarana pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar
lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Sebagaimana dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. (Mulyasa, 2006: 20)
Standar sarana dan prasarana dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24
Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI).
8
Adapun sarana dan prasarana sekolah dapat dikelompokan menjadi
sejumlah prasarana dengan bermacam-macam sarana yang melengkapinya.
Untuk SD/MI sekurang-kurangnya memiliki 11 jenis prasarana sekolah, yang
meliputi (1) ruang kelas, (2) ruang perpustakaan, (3) ruang laboratorium IPA,
(4) ruang pimpinan, (5) ruang guru, (6) ruang beribadah, (7) ruang UKS, (8)
jamban/WC, (9) gudang, (10) ruang sirkulasi, (11) tempat bermain/olahraga.
a. Ruang Kelas
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek
yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat
khusus yang mudah dihadirkan.
2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan
belajar.
3) Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.
4) Rasio minimun luas ruang kelas 2 m²/peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang kelas 30 m². Lebar minimum ruang kelas 5 m.
5) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan
pandangan ke luar ruangan.
6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru
dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci
dengan baik saat tidak digunakan.
7) Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi peserta
didik
1
buah/peserta
didik
Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran
sesuai dengan kelompok usia peserta didik
dan mendukung pembentukan postur
tubuh yang baik, minimum dibedakan
dimensinya untuk kelas 1-3 dan 4-6. Desai
9
dudukan dan sandaran membuat peserta
didik nyaman belajar.
1.2 Meja peserta
didik
1
buah/peserta
didik
Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh
peserta didik. Ukuran sesuai dengan
kelompok usia peserta didik dan
mendukung pembentukan postur tubuh
yang baik. Minimum dibedakan untuk
kelas 1-3 dan kelas 4-6. Desain
memungkinkan kaki peserta didik masuk
dengan leluasa ke bawah meja.
1.3 Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
1.4 Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan. Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
1.5 Lemari 1 buah/guru Kuat, stabil dan aman. Ukuran memadai
untuk menyimpan perlengkapan yang
dibutuhkan kelas, tertutup dan dapat
dikunci.
1.6 Rak hasil
karya peserta
didik
1 buah/ruang Kuat, stabil dan aman. Ukuran memadai
untuk meletakan hasil karya seluruh
peserta didik yang ada di kelas. Dapat
berupa rak terbuka atau lemari.
1.7 Papan
panjang
1 buah/ruang Kuat, stabil dan aman ukuran minimum
60cm x 120 cm
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Alat peraga (lihat daftar sarana laboratorium IPA)
3 Media Pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Ukuran minimum 90 cm x 200 cm.
Ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan seluruh peserta didik
melihatnya dengan jelas.
4 Perlengkapan lian
4.1 Tempat
sampah
1 buah/ruang
4.2 Tempat cuci
tangan
1 buah/ruang
4.3 Jam dinding 1 buah/ruang
4.4 Soket listrik 1 buah/ruang
(Permendiknas No. 24 Tahun 2007)
10
b. Ruang Perpustakaan
1) Ruang perpustakaan adalah tempat dimana buku-buku disimpan dan
dibaca. Disana guru dan peserta didik dapat memperoleh informasi
dari berbagai jenis bahan pustaka dengan cara membaca, mengamati,
mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
2) Luas ruang perpustakaan sama dengan luas satu kelas dan lebar
minimum ruang perpustakaan 5 m.
3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan
yang memadai untuk membaca buku.
4) Ruang perpustakaan terletak dibagian sekolah yang mudah dicapai.
5) Ruang perpustakaan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada
Tabel 2.2
Tabel 2.2
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Buku
1.1 Buku teks
pembelajaran
1 eksemplar / mata
pelajaran/peserta
didik ditambah 2
esksemplar/mata
pelajaran/sekolah
Termasuk dalam daftar buku teks
pelajaran yang ditetapkanoleh
Mendiknas dan daftar buku teks
muatan lokal yang dietapkan oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota
1.2 Buku panduan
pendidik
1 eksemplar / mata
pelajaran/ guru
mata pelajaran
bersangkutan
ditambah 1
esksemplar/mata
pelajaran/sekolah
1.3 Buku
pengayaan
840 judul/sekolah Terdiri dari 60% non-fiksi dan 40%
fiksi. Banyak eksemplar/sekolah
minimum: 100 untuk 6 rombongan
belajar. 1500 untuk 7-12
rombongan belajar, 2000 untuk 13-
24 rombongan belajar
1.4 Buku
referensi
10 judul/sekolah Sekurang-kurangnya meliputi
Kamus Besar Basaha Indonesia,
11
Kamus Bahasa Inggris,
ensiklopedi, buku statistik daerah,
buku telpon, kitab undang-undang
dan peraturan, dan kitab suci.
1.5 Sumber
belajar lain
10 judul/sekolah Sekurang-urangnya meliputi
majalah, surat kabar, globe, peta,
gambar pahlawan nasional, CD
pembelajaran, dan alat peraga
matematika.
2 Perabot
2.1 Rak buku 1 set/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
dengan baik. Memungkinkan
peserta didik menjangkau koleksi
buku dengan mudah
2.2 Rak majalah 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
majalah. Memungkinkan peserta
didik menjangkau koleksi majalah
dengan mudah
2.3 Rak surat
kabar
1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi
surat kabar. Memungkinkan
peserta didik menjangkau koleksi
surat kabar dengan mudah
2.4 Meja baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke
bawah meja.
2.5 Kursi baca 10 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik.
Desain dudukan dan sandaran
membuat peserta didik nyaman
belajar.
2.6 Kursi kerja 1 buah/petugas Kuat dan stabil. Ukuran yang
memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.7 Meja
kerja/sirkulasi
1 buah/petugas Kuat, stabil dan mudah
dipindahkan. Ukuran yang
memadai untuk bekerja dengan
nyaman.
2.8 Lemari
katalog
1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan kartu-
kartu katalog. Lemari katalog dapat
12
diganti dengan meja untuk
menempatkan katalog
2.9 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk
menampung seluruh peralatan
untuk pengelolaan perpustakaan
dan dapat dikunci
2.10 Papan
pengumuman
1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m²
2.11 Meja
multimedia
1 buah/sekolah Kuat dan stabil. Ukuran memadai
untuk menampung seluruh
peralatan multimedia.
3 Media Pendidikan
3.1 Peralatan
multimedia
1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri
dari 1 aet komputer (CPU,
monitor minimum 15 inci,
printer), TV, radio.
4 Perlengkapan Lain
4.1 Buku
inventaris
1 buah/sekolah
4.2 Tempat
sampah
1 buah/ruang
4.3 Soket listrik 1 buah/ruang
4.4 Jam dinding 1 buah/ruang
(Permendiknas No. 24 Tahun 2007)
c. Ruang Laboratorium IPA
1) Laboratorium SD/MI dapat memanfaatkan ruang kelas.
2) Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung
kegiatan dalam bentuk percobaan.
3) Setiap satuan pendidikan dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti
tercantum pada tabel 2.3
13
Tabel 2.3
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium IPA
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Lemari 1 buah/ Sekolah Ukuran memadai untuk
menyampaikan seluruh alat
peraga. Tertutup dan dapat
dikunci. Dapat memanfaatkan
lemari yang terdapat di ruang
kelas.
2 Peralatan Pendidikan
2.1 Model Kerangka
kamunisa
1 buah/ sekolah Tinggi minimum 125 cm.
Mudah dibawa
2.2 Model tubuh
manusian
1 buah/ sekolah Tinggi minimum 125 cm. Dapat
diamati dengan mudah oleh
seluruh peserta didik. Dapat
dibongkar pasang dan mudah
dibawa
2.3 Globe 1 buah/
Sekolah
Diameter minimum 40 cm.
Memiliki penyangga dan dapat
diputar. Dapat memanfaatkan
globe yang terdapat di ruang
perpustakaan
2.4 Model Tata Surya 1 buah/
Sekolah
Dapat mendemonstrasikan
terjadinya fenomena gerhana
2.5 Kaca pembesar 6 buah/ sekolah
2.6 Cermin datar 6 buah/ sekolah
2.7 Cermin cekung 6 buah/ sekolah
2.8 Cermin cekung 6 buah/ sekolah
2.9 Lensa datar 6 buah/ sekolah
2.10 Lensa cekung 6 buah/ sekolah
2.11 Lensa cembung 6 buah/ sekolah
2.12 Magnet batang 6 buah/ sekolah Dapat mendemonstrasikan gaya
magnet
2.13 Poster IPA terdiri 1 set/sekolah Jelas terbaca dan berwarna
ukuran minimum A1
(Permendiknas No. 24 Tahun 2007)
14
d. Ruang Pimpinan
1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan sejumlah kecil
guru, orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas Dinas
Pendidikan, dan tamu lainnya.
2) Luas minimum ruang pemimpin 12 m² dan lebar minimum 3m.
3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat
dikunci dengan baik.
4) Ruang pimpnan dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel
2.4
Tabel 2.4
Jenis, Rasio dan Deskripsi Sarana Ruang Pimpinan
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi
pimpinan
1 buah/ruang Kuat dan stabil. Ukuran memadai untuk
duduk engan nyaman.
1.2 Meja pimpinan 1 buah/ruang Kuat dan stabil. Ukuran memadai untuk
bekerja dengan nyaman
1.3 Kursi dan meja
tamu
1 set/ruang Ukuran memadai untuk 5 orang duduk
dengan nyaman
1.4 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan
perlengkapan pimpinan sekolah.
Tertutup dan dapat dikunci
1.5 Papan statistik 1 buah/ruang Berupa papan tulis berukuran minimum
1 m²
2 Perlengkapan lain
2.1 Simbol
keterangan
1 set/ruang Terdiri dari benderah merah putih,
garuda pancasila, gambar presiden RI
dan gambar wakil presiden RI
2.2 Tempat
sampah
1 buah/ruang
2.3 Mesin
ketik/komputer
1 set/sekolah
2.4 Filing cabinet 1 set/sekolah
2.5 Brankas 1 set/sekolah
2.6 Jam dinding 1 buah/ruang
(Permendiknas No 24 Tahun 2007)
15
e. Ruang Guru
1) Ruang guru memiliki fungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat
serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m²/pendidik dan luas minimum 32
m²
3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar
lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
4) Ruang guru dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.5
Tabel 2.5
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Guru
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi kerja 1 buah/guru Kuat dan stabil. Ukuran memadai
untuk duduk dengan nyaman.
1.2 Meja kerja 1 buah/guru Kuat dan stabil. Model meja
setengah boro. Ukuran memadai
untuk menulis, membaca,
memeriksa pekerjaan dan
memberikan konsultasi.
1.3 Lemari 1 buah/guru atau 1
bauh yang
digunakan bersama
oleh semua guru
Ukuran memadai untuk
menyimpan perlengkapan guru
untuk persipan dan pelaksanaan
pembelajaran. Tertutup dan dapat
dikunci
1.4 Papan
statistik
1 buah/sekolah Berupa papan berukuran minimum
1 m²
1.5 Papan
pengumuman
1 buah/sekolah Berupa papan berukuran minimum
1 m²
2 Perlengkapan Lain
2.1 Tempat
sampah
1 buah/ruang
2.2 Tempat cuci
tangan
1 buah/ruang
2.3 Jam dinding 1 buah/raung
2.4 Penanda
waktu
1 buah/sekolah
(Permendiknas No 24 Tahun 2007)
16
f. Tempat Ibadah
1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah
melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada
waktu sekolah.
2) Banyaknya tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan
pendidikan dengan luas minimum 12 m²
3) Tempat beribadah dilengkapi sarana prasarana sebagaimana tercantum
pada Tabel 2.6
Tabel 2.6
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Ibadah
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Lemari/Rak 1 buah/tempat
ibadah
Ukuran memadai untuk
menyampaikan perlengkapan ibadah
2 Perlengkapan lain
2.1 Perlengkapan
ibadah
Disesuaikan dengan kebutuhan
2.2 Jam dinding 1 buah/tempat
ibadah
(Permendiknas No 24 Tahun 2007)
g. Ruang UKS
1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta
didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
2) Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
3) Luas minimun ruang UKS 12 m².
4) Ruang UKS dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.7
Tabel 2.7
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang UKS
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat dan stabil
1.2 Lemari 1 bauh/ruang Dapat dikunci
1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat dan stabil
17
1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat dan stabil
2 Perlengkapan Lain
2.1 Catatan kesehatan
peserta didik
1 set/ruang
2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang Tidak kadaluarsa
2.3 Tandu 1 buah/ruang
2.4 Selimut 1 buah/ruang
2.5 Tensimeter 1 buah/ruang
2.6 Termometer badan 1 buah/ruang
2.7 Timbangan badan 1 buah/ruang
2.8 Pengukur tinggi
badan
1 buah/ruang
2.9 Tempat sampah 1 buah/ruang
2.10 Tempat cuci tangan 1 buah/ruang
2.11 Jam dinding 1 buah/ruang
(Permendiknas No 24 Tahun 2007)
h. Jamban
1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan kecil.
2) Minimun 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit
jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita dan 1 unti untuk guru.
Banyak minimun jamban setiap sekolah 3 unit.
3) Luas minimum 1 unit jamban 2 m².
4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah
dibersihkan.
5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban
6) Jamban dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.8
Tabel 2.8
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Jamban
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perlengkapan lain
1.1 Kloset jongkok 1 buah/ruang Saluran berbentuk leher angsa
1.2 Tempat air 1 buah/ruang Volume minimum 200 liter berisi air
bersih
1.3 Gayung 1 buah/ruang
1.4 Gantungan pakian 1 buah/ruang
1.5 Tempat sampah 1 buah/ruang
(Permendiknas No 24 Tahun 2007)
18
i. Gudang
1) Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat penyimpanan sementara peralatan
sekolah/madrasah yang tidak/belum berfungsi dan tempat
penyimpanan asrip sekolah/madrasah yang telah berusia dari 5 tahun.
2) Luas minimum gudang 18 m²
3) Gudang dapat dikunci
4) Gudang dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.9
Tabel 2.9
Jenis, Rasio dan Deskripsi Sarana Gudang
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Lemari 1 buah/ruang Ukuran memadai utuk menyimpan alat-alat dan
sersip berharga
1.2 Rak 1 buah/ruang Ukuran memadai untuk menyimpan peralatan
olahraga, kesenian, dan keterampilan
(Permendiknas No 24 Tahun 2007)
j. Ruang Sirkulasi
1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar
ruang dalam bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik
diluar jam pelajaran. terutama pada saat hujan, ketika tidak
memungkinkan kegiatan-kegitan tersebut berlangsung di halaman
sekolah/madrasah.
2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghuungkan
ruangan-ruangan di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum
30% dari luas total seluruh ruangan pada bangunan, lebar minimum 1,8
m, dan tinggi 2,5 m.
3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan
baik, beratap serta mendapat pencahayaan dan pengawasan yang cukup.
19
4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi
pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan
panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.
6) Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat
tidak lebih dari 25 m.
7) Lebar minmum tangga 1,5 m. tinggi maksimum anak tangga 17 cm,
lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang
kokoh dengan tinggi 85-90 cm.
8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi
bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang
cukup. (Permendiknas No. 24 Tahun 2007)
k. Tempat Bermain/Olahraga
1) Tempat bermain atau berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakulikuler.
2) Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m²/peserta didik.
Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta kurang dari 167, luas
minimum tempat bermain/berolahraga 500 m². Di dalam luasan tersebut
terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m.
3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian
ditanami pohon penghijauan.
4) Tempat bermain/berolahraga diletakan ditempat yang tidak
mengganggu proses pembelajaran di kelas.
5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
6) Ruang bebas yang dimaksud di atas merupakan memliki permukaan
datar, drainase baik, dan tidak mengganggu pohon, saluran air serta
benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.
7) Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana sebagaimana tercantum
pada Tabel 2.10
20
Tabel 2.10
Jenis, Rasio dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain/Berolahraga
No Jenis Rasio Deskripsi
1 PeralatanPendidikan
1.1 Tiang Bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan yang
berlaku
1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang
berlaku
1.3 Peralatan bola voli 1 set/sekolah Minimum 6 bola
1.4 Peralatan sepak bola 1 set/sekolah Minimum 6 bola
1.5 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali
loncat, simpai, bola plastik,
tongkat
1.6 Peralatan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram,
peluru
1.7 Peralatan seni
budaya
1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi
masing-masing satuan pendidikan
1.8 Peralatan
keterampilan
1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi
masing-masing satuan pendidikan
2 Perlengkapan lain
2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah
2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah
(Permendiknas No. 24 Tahun 2007)
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2007 bahawa sarana dan prasarana yang harus ada
dijenjang SD/MI terdiri dari 11 Sarana dengan jenis, rasio dan deskripsi yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolahnya.
3. Macam-macam Sarana Prasarana
Sehubungan dengan sarana belajar mengajar atau pendidikan, Bafadal
(2014: 2-3) mengutip dari Nawawi mengklasifikasikan menjadi beberapa
macam saran pembelajaran, yaitu ditinjau dari sudut (1) habis tidaknya
dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3) hubungannya dengan
proses belajar mengajar. Penjabarannya sebagai berikut :
1) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai
Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana
pembelajaran atau pendidikan, yaitu:
21
a) Sarana pendidikan (belajar) yang habis dipakai.
Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah selaga bahan atau alat
yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu relatif singkat.
Seperti kapur tulis, spidol, penghapus, dan sapu, serta beberapa
bahan kimia yang digunakan dalam pembelajaran IPA.
b) Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama yaitu keseluruhan bahan atau
alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang
relativ lama seperti bangku, kursi, mesin tulis, komputer dan
peralatan olahraga.
2) Ditinjau dari bergeraak tidaknya pada saat digunakan
Sarana belajar atau pendidikan jika ditinjau dari bergerak tidaknya
pada saat digunakan juga dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang
bisa digerakkan atau pindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
Seperti lemari arsip, bangku dan kursi yang bisa digerakkan atau
dipindahkan kemana saja.
b) Sarana pendidikan yang tidak bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bergerak yaitu semua sarana
pendidikan yang tidak bisa atau relativ sangat sulit untuk
dipindahkan seperti tanah, bangunan, sumur, menara, PDAM, yang
relatif tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu.
3) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar
Sarana belajar atau pendidikan ditinjau dari hubungannya dengan
proses belajar mengajar dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses
belajar mengajar seperti kapur tulis, spidol, alat peraga, alat praktik
dan media atau sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru
dalam mengajar.
b) Sarana pendidikan secara tidak langsung berhubungan dengan proses
belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor.
22
Sedangakn prasarana pendidikan atau pembelajaran bisa di
klasifikasikan menjadi dua macam yaitu: Pertama, prasarana pendidikan yang
secra langsung digunakan untuk proses belajar mengajar seperti ruang teori,
ruang perpustakaan, ruang praktek keterampilan, dan ruang labolatorium.
Kedua prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk
proses belajar mengajar, tetapi secara langsung dapat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar seperti ruang kantor, kantin, mesjid, tanah, jalan
menuju sekolah, makar kecil, UKS, ruang kepala lembaga, dan tempat parkir
kendaraan. Bafadal (2014: 3)
Dapat disimpulakan sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi 3
sudut yaitu: habis tidaknya dipakai, bergerak tidaknya pada saat digunakan,
dan hubungannya dengan proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana
pendidikan diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu: prasarana pendidikan
yang secra langsung digunakan untuk proses belajar mengajar dan prasarana
pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar.
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Apabila ditinjau dari waktu perbaikkannya, ada dua macam pemeliharaan
perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan
berkala. Pemeliharaan sehari-hari misalnya, berupa menyapu, mengepel
lantai, dan membersihkan pintu. Sedangkan pemeliharaan berkala misalnya
pengontrolan genting dan pengapuran tembok.(Bafadal. 2008: 49).
Sedangkan menurut Rugaiyah dan Atik Sismiati pemeliharaan adalah
kegiatan merawat, memelihara, dan menyimpan barang-barang sesuai dengan
bentuk-bentuk jenis barangnya, barang tersebut awet dan tahan lama serta
dapat digunakan secara berulang-ulang dalam waktu lama.(Sistimatik, 2011:
66)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan
sarana dan prasarana harus dilakukan secara kontinu terhadap semua barang
yang ada di sekolah. Pemeliharaan mencakup segala upaya yang terus
menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan
23
baik, pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-
hati dalam menggunakannya.
Ada beberapa macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan di sekolah,
ditinjau dari sifatnya, ada empat macam pemeliharaan perlengkapan
pendidikan. Keempat pemeliharaan tersebut cocok dilakukan pada
perlengkapan pendidikan berupa mesin, Pertama, pemeliharaan yang bersifat
pengecekan, Kedua, pemeliharaan yang pencegahan, Ketiga pemeliharaan
yang bersifat perbaikan ringan, Keempat, Pemeliharaan yang bersifat
perbaikan berat. (Bafadal, 2003: 49). Pelaksanaan pemeliharaan barang
inventaris meliputi :
a. Perawatan
b. Pencegahan
c. Penggantian ringan
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. (Slameto, 1991: 2). Sedangkan dalam buku Educational
Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau
suatu penegrtian Abdillah (2002) mengidentifikasi sejumlah pengertian
belajar yang bersumber dari para ahli pendidikan/pembelajaran.
(Aunurrahman, 2016: 35)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh
individu guna mencapai tujuan yang lebih baik.
2. Prinsip Belajar
Dengan mempelajari uraian-uraian yang terdahulu maka calon guru
atau pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-
24
prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi
dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual. Berikut
adalah prinsip-prinsip belajar (Slameto, 1991: 29) yaitu sebagai berikut:
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional.
b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
c. Belajar harus dapat menimbuklan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.
d. Belajar merupakan proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
f. Belajar harus dapat mengembangkan kamapuan tertentu sesuai dengan
tujuan intruksional yang harus dicapainya.
g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
h. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
i. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
j. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response
yang diharapkan.
k. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip
belajar yaitu, perubahan tingkah laku yang disebabkan dari berbagai
faktor-faktor belajar agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan pengalaman yang didapatnya.
25
3. Tujuan Belajar
Kesejajaran guru mencapai sasaran belajar, dan tindak siswa yang
belajar untuk mencapai tujuan belajar sampai lulus dan mencapai tingkat
kemandirian. (1) Guru menyusun secara pembelajaran dan berusaha
mencapai sasaran belajar, suatu prilaku yang dapat dilakukan oleh siswa,
(2) Siswa melakukan tindak belajar yang meningkatkan kemampuan-
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Akibat belajar tersebut siswa
dapat mencapai tujuan belajar tertentu. Dengan makin meningkatnya
kemampuan maka secara keseluruhan siswa dapat mencapai tingkat
kemandirian. (Dimyati & Mudjiono, 2013: 23).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa, dengan
belajar maka kemampuan siswa meningkat. Meningkatnya kemampuan
mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar. Bila semua siswa
menerima sasaran belajar dari guru, maka makin lama siswa membuat
tujuan belajar sendiri. Dengan demikian makin lama siswa akan dapat
membuat program pembelajarannya sendiri.
4. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil yang
merupakan sesuatu yang diperoleh dari sebuah usaha, sedangkan belajar
adalah usaha sadar untuk memperoleh kepandaian atau ilmu pengetahuan.
Hasil belajar menurut Rusman (2015: 67) adalah sejumlah pengalaman
yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu
dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebgai wujud hasil belajar
siswa yang mengacu pada pengalaman berlangsung. Sedangkan menurut
Hasil belajar menurut Sudjana (2010: 22) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Gagne
mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal,
kecakapan intelektual, stategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara
26
Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan
kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar
yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran
dari puncak proses belajar. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:
26-27) menyebutkan jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut :
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menagkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya
menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan keadalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang terkecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan
menilai hasil ulangan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselsaikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan
27
apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
bisa menjadi bisa dan tidak mengerti menjadi mengerti.
5. Indikator Hasil Belajar
Secara umum indikator hasil belajar digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Hasil belajar Kognitif
Yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman intelektual
atau kemampuan berfikir siswa.
b. Hasil belajar Afektif
Yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan sikap dan nilai tau tingkah
laku.
c. Hasil belajar Psikomotorik
d. Yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan keterampilan atau skill.
Benyamin S. Bloom menamakan hal tersebut dengan “The Taksonomi
of Educational Objectives” atau taksonomi tujuan pendidikan Ali (dalam
Mantik, 2011: 59).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator hasil
belajar terdiri dari tiga macam yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
Dari ketiga indikator itu saling berkesinambungan, artinya hasil belajar
siswa tidak hanya pada kognitifnya saja melainkan harus seimbang dengan
ranah afektif dan psikomotornya.
Selain itu menurut Djamarah yang dikutip Supardi (2015: 5) Indikator
hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru dan dikuasai oleh siswa baik secara individual
maupun kelompok.
b. Perubahan dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan dalam
kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa indikator utama
dari hasil belajar itu dapat dipengaruhi dari daya serap siswa terhadap apa
28
yang disampaikan oleh guru, selain itu dapat diketahui dari perubahan dan
pencapaian tingkah laku siswa setelah selsainya proses pembelajaran.
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi
(2008: 24) meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan
yang prima, tidak dalam keadaan lemah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani, dan sebagaainya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi siswa dalam menerima pembelajaran.
2) Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis
meliputi intelegensi, perhatian, bakat, motifasi dan daya nalar
siswa.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar, faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial,
lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan dan lain-lain.
2) Faktor Intrumental
Faktor intrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaanya dicancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor ini diharapkan berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor
instrumental ini berupa kurikulim, sarana dan guru.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh siswa itu sendiri, lingkungan dan guru.
Untuk menghasilkan hasil belajar yang baik maka harus ada keterkaitan
yang signifikan antara siswa itu sendiri, lingkungan dan guru.
29
7. Tipe-tipe Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2016: 23-32) Tipe-tipe hasil belajar adalah sebagai
berikut:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif dibagi menajdi enam taraf, yaitu :
1) Hasil belajar pengetahuan hafalan atau yang dikatakan Bloom
dengan istilah knowladge ialah tingkatan kemampuan yang hanya
meminta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya
konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat
menilai dan menggunakannya. Tipe hasil belajar ini merupakan
prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.
2) Tipe hasil belajar pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan responden untuk memahami arti atau konsep, fakta
situasi yang diketahuinya.
3) Tipe hasil belajar aplikasi adalah tingkat kemampuan seseorang
dalam menerapkan ide, teori, atau suatu petunjuk yang
ditemukannya.
4) Tipe hasil belajar analisis diharapkan seseorang mempunyai
pemahaman dan komprehensif dan dapat memilahkan integrasi
menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu untuk beberapa hal
memahami prosesnya, untuk hal lain memahami secara bekerjanya,
untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.
5) Tipe hasil belajar sintesis adalah salah satu tipe untuk menjadikan
seseorang lebih aktif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil
yang hendak dicapai dalam pendidikan.
6) Tipe hasil belajar evaluasi adalah tingkat kemampuan seseorang
dalam memberikan evaluasi tentang suatu kebijakan mengenai
kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan
partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga negara.
Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman,
aplikasi, analisis dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.
30
b. Ranah Afektif
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.
Kategorinya dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat
yang kompleks, yaitu sebagai berikut :
1) Reciving/attencing, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi
gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing (Penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala dan stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di
dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut.
4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan, prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk
kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem
nilai dll.
5) Karakteristik nilai atau intenalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakuknya. Ke dalamnya termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristinya.
c. Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu, ada enam tingkatan
keterampilan yakni:
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
31
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar, kemampuan perceptual
termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,
motoris dan lain-lain.
3) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
4) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks.
5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspersif dan interpreatif.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat
melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Sudjana (2016: 22) ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaiian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam
aspek dalam ranah psikomotor yakni gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil
belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
8. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Tujuan penilaian hasil belajar untuk memberikan informasi tentang
kemajuan individu siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar
sehubungan dengan kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut
Sudjana (2016: 3) tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut :
a. Memberi informasi tentang kemajuan hasil belajar sesuai dengan
kegiatan belajar yang dilakukannya.
32
b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa
maupun terhadap siswa seluruh kelas.
c. Alat untuk mengatahui tercapainya tujuan pembelajaran.
d. Memberikan motivasi belajar siswa dengan cara memberikan
informasi tentang kemajuan belajarnya dan merangsangnya untuk
melakukan usaha pemantapan siswa seluruh kelas.
e. Memberikan informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, menetapkan tingkat
kesulitan, tingkat kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remidial,
pendalaman materi atau pengayaan.
Tujuan penilaian hasil belajar menurut peneliti adalah untuk
mengukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dan melakukan
revisi sebagai tidak lanjut dari hasil evaluasi. Tujuan penelitian hasil
belajar juga dapat meningkatkan kualitas guru sebagai bahan refleksi
dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.
C. Pembelajaran IPA
1. Pengertian IPA atau Sains
Dahulu, saat ini, dan saat yang akan datang IPA atau Ilmu
Pengetahuan Alam memang berperan sangat penting dalam kehidupan
manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat bergantung
pada alam, zat yang terkandung di alam, dan segala jenis yang terjadi di
alam.
IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan
(reality), atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Cabang
ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi,
Fisika, Kimia, Astronomi/Astrofisika, dan Geologi.
Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga istilah di dalamnya yaitu
“Ilmu”, “Pengetahuan” dan “Alam”. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia baik pengetahuan tentang agama, pendidikan,
33
kesehatan, ekonomi, politik, sosial dan alam sekitar adalah contoh
pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti
pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya.
Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, pengetahuan yang diperoleh
secara ilmiah, artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama
ilmu adalah rasional, artinya masuk akal, logis atau dapat diterima akal
sehat, dan objektif. Artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan
kenyataanya, atau sesuai dengan pengamatan. Dengan pengertian ini IPA
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat
kejadian-kejadian yang ada di alam ini Sukarno (dalam Wisudawati &
Sulistyowati 2014: 23).
IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut
Sujoko & Suyoso (1998: 23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta
diperoleh melalui matode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek,
bermetode dan berlaku secara iniversal. Sedangkan menurut Abdullah
(1998: 18), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara
cara yang satu dengan yang lain.
Berbeda dengan Sumaji (1998: 46) IPA merupakan suatu ilmu
pengetahuan sisial yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis
melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat
produktif. Sedangkan menurut Carin dan Sund (dalam Asih dan Eka 2014:
24) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan
data hasil observasi dan eksperimen.
Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki
empat unsur utama, yaitu :
1. Sikap : IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena
alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA
34
dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat open
ended.
2. Proses : proses memecahkan masalah IPA memungkinkan adanya
prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan ekperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3. Produk : IPA menghasilkan prosedur berupa fakta, prinsip, teori, dan
hukum.
4. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Proses pembelajaran IPA dari keempat unsur itu diharapkan dapat
muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran
secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahu untuk memahami fenomena
alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-
langkah metode ilmiah. Oleh karena itu, IPA sering kali disampaikan
dengan the way of thingking. (Asih dan Eka, 2014: 24)
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh
dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah
dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum
sehingga akan terus disempurnakan.
Seorang guru atau dosen IPA wajib memiliki empat kompetensi
sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
(UU No. 14 Tahun 2005) dan Standar Nasional Pendidikan (PP No.19
Tahun 2005). Kompetensi tersebut ialah:
a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan melaksanakan proses
pembelajaran IPA.
b. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan menguasai materi IPA.
c. Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan menjadi teladan bagi
peserta didik dan sejawan, atasan dan bawahan.
d. Kopetensi sosial, yaitu kemampuan hidup bermasyarakat di sekolah
maupun di luar sekolah.
35
Proses pembelajaran IPA dipengaruhi oleh : masukan peserta didik,
masukan instumental, kurikulum, guru, metode, media, sarana prasarana,
keluaran peserta didik yang berhasil, lulusan yang berhasil dan masukan
lingkungan (Sosial dan Alamiah).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Guru atau dosen IPA adalah seorang
yang profesional. Profesional dalam bidang IPA, artinya ahli dan terampil
dalam menyampaikan pembelajaran IPA kepada peserta didik, IPA
sebagai suatu bidang ilmu, seperti ilmu-ilmu yang lain, memiliki objek
atau bahan kajian (aspek ontologi), memiliki cara memperoleh (aspek
epistomologi), dan kegunaan (aspek aksiologi).
2. Hakikat Pembelajaran IPA
Hakikat Pembelajaran IPA mencakup alam semesta keseluruhan,
benda benda yang ada di permukaan bumi, di luar angkasa, baik yang
dapat dinikmati oleh indra mata maupun yang tidak dapat diamati oleh
indera mata.
Merujuk pada hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA dapat ditanamkan
dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
a. Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam pengamatan, mempergunakan
alat-alat eksperimen untuk menyelsaikan masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah
baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun kehidupan.
Laksmi (dalam Trianto, 2014: 141-142)
Dari uraian tersebut maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA
diharapkan memberikan pengetahuan antara lain :
1) Kesadaran dan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
2) Pengetahuan, yaitu tentang dasar dan prinsip, konsep dan fakta yang
ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan antara
sains dan teknologi.
36
3) Kemampuan dan keterampilan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah, dan melakukan observasi.
4) Sikap ilmiah, antara lain kritis, jujur, terbuka dan lain sebagainya.
5) Kebiasaan mengembangkan berfikir analisis untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam.
Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan, keteraturan perilaku lam serta penerapannya dalam teknologi.
Depdiknas (dalam Trianto, 2014: 143).
D. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari kesalahan pemahaman akan kesamaan karya
penelitian, peneliti juga mendapat beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki kesamaan dalam hal sarana prasarana belajar yang digunakan,
yaitu :
1. Skripsi yang ditulis oleh M. In’maul Wafi (NIM : 123111100), pada
tahun 2016 Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
Fakultas Universitas Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh
pemanfaatan sarana dan prasarana belajar terhadap prestasi belajar
pendidikan agama islam kelas X di SMA N 11 Semarang”. Hasilnya
bahwa peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara variabel pemanfaatan sarana dan prasarana belajar
(X) terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam siswa kelas X di
SMA N 11 Semarang (Y) sebesar 0,635 atau 40,4%. Dibuktikan dengan
persamaan regresi Y = 56,58 + 0,285X, dan hasil varian regensi F
hitung = 75,804 lebih besar dari pada F tabel baik pada taraf signifikasi
1% maupun pada taraf signifikasi 5% yakni F tabel (0,01; 1; 112) =
6,90 dan F tabel (0,05; 1; 112) = 3,94, sehingga hipotesis diterima.
2. Skripsi yang ditulis oleh Alif Futikha Ulfa (NIM : 7101411193), pada
tahun 2015 Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Fakultas
Ekomoni, Jurusan Pendidikan Ekonomi, dengan judul “Pengaruh
Sarana Prasarana Pendidikan terhadap Minat Membaca Literatur
Ekonomi dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi siswa kelas XI
IPS SMA Negeri 1 Jakenan Pati”. Penelitian ini dapat disimpulkan
37
bahwa (1) Adanya pengaruh positif signifikan sarana prasarana
pendidikan terhadap minat membaca siswa di SMA Negeri 1 Jakenan.
(2) Adanya pengaruh negatif signifikan sarana prasarana pendidikan
terhadap prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Jakenan. (3) Secara
klasikal sarana prasarana SMA Negeri 1 Jakenan mempunyai kategori
sedang. (4) Secara klasikal minat membaca siswa SMA Negeri 1
Jakenan mempunyai kategori baik.
3. Skripsi yang ditulis oleh Anang Guliawan (A 510080202) pada tahun
2014 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, dengan judul “Pengaruh Sarana dan Prasarana Belajar Sekolah
Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SD Muhammadiyah 1 Program
Khusus Wonogiri tahun ajaran 2013/2014”. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pengaruh sarana dan prasarana tersebut terhadap
motivasi siswa menunjukan bahwa sarana dan prasarana yang dapat
ditemukan di SD Muhammadiyah 1 Program Khusus Wonogiri
memiliki kategori sarana dan prasarana yang kuat dalam pandangan
siswa sekolah tersebut.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh M. In’maul Wafi, Alif
Futikha Ulfa, dan Anang Guliawan dengan penelitian ini yaitu terletak
pada variabel Y, dimana dari ketiga penelitian terdahulu tersebut
variabel Y mengamati prestasi belajar, minat baca siswa dan motivasi
siswa. Sedangkan variabel X pada penelitian ini mengamati pada hasil
belajar siswa.
E. Kerangka Pemikiran
Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksud belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, dan penyesuaian diri. (Sardiman, 1990: 22)
38
Selama proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan
sejumlah konsep kepada siswa untuk dapat diaplikasikan oleh siswa
dalam memecahkan masalah, khususnya yang berkaitan dengan
pengetahuan alam. Akan tetapi guru harus mampu menjelaskan pelajaran
dengan baik, mampu mensimulasi minat belajar siswa dengan baik,
mampu memanfaatkan sarana prasarana belajar yang ada, mampu
membimbing dan mengarahkan dalam pembelajaran sehingga siswa akan
memiliki semangat dan motivasi dalam belajar, senang dengan kegiatan
pembelajaran yang diikuti dan merasa puas dengan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru, dengan hal ini proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru akan menentukan hasil yang akan diperoleh oleh
siswa.
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-
kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
intern yang berlangsung dialami siswa. Winkel (dalam Eveline Siregar
dan Hartini Nara, 2010: 12)
Kreativitas guru dalam kelas merupakan faktor yang dominan
dalam menentukan hasil belajar siswa serta kualitas pembelajaran.
Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dan kinerja yang bagus, maka
akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga
sebaliknya siswa akan mudah memahami materi yang disampaikan oleh
guru dan akan berdampak positif pada hasil belajarnya. Salah satu untuk
mengukur hasil pembelajaran yaitu dengan tes hasil belajar, hasil belajar
IPA di Kelas V MI Puloerang masih relativ rendah. Rendahnya hasil
belajar disebabkan oleh proses pembelajaran IPA pada materi siklus air
sulit dipahami dan dimengerti oleh beberapa siswa.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan usaha yang dapat
mengatasi masalah tersebut. Suatu usaha yang membuat siswa terlibat
secra aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan
pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa, sehingga dapat terjadi
39
peningkatan hasil belajar IPA siswa. Melalui pemanfaatan sarana
prasarana belajar diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan penejelasan di atas, maka dapat disimpulkan ke dalam
kerangka berfikir yang menunjukan dua variabel di atas yang terdiri dari
variabel idependen dan dependen (Sugiyono, 2010: 66) yaitu
pemanfaatan sarana prasarana oleh guru sebagai variabel X dan hasil
belajar sebagai variabel Y.
Keterangan :
X = Pemanfaatan sarana prasarana oleh guru
Y = Hasil belajar siswa
= Pengaruh
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Pemanfaatan Sarana Prasarana Belajar oleh Guru
dalam Mata Pelajaran IPA Materi Siklus Air
F. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2016: 96) Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Sarana Prasarana
Belajar
Guru memanfaatkan
Pemanfaatan Sarana Belajar
X Y
Hasil Belajar
Siswa
40
Berdasarkan penelitian ini hipotesis yang akan diuji kebenarannya
adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan pemanfaatan
sarana prasarana belajar oleh guru.
H0 : Tidak adanya pengaruh pemanfaatan sarana prasarana belajar
oleh guru terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPA meteri
Siklus Air di kelas V MI Puloerang Kecamatan Lakbok Kabupaten
Ciamis.
Ha : Adanya pengaruh pemanfaatan sarana prasarana belajar oleh guru
terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPA meteri Siklus Air di
kelas V MI Puloerang Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis