Sarana Dan Prasarana UIN.ps

25
BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan pembahasan dalam paparan data, selanjutnya penulis akan melakukan diskusi hasil penelitian proses manajemen sarana dan prasarana pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) di lembaga MAN Kraton Pasuruan. Adapun pemaparan diskusi hasil penelitian sebagai berikut: A. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana pada Sekolah yang Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Manajemen sarana dan prasarana pada hakekatnya merupakan suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu secara sistematik. Menurut A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara menyeluruh dan teliti. Alat-alat yang setiap hari digunakan harus didahulukan kemudian alat-alat yang sering digunakan baru alat-alat yang jarang digunakan. 1 Adapun secara sederhana proses manajemen sarana dan prasarana mencakup kegiatan-kegiatan pada pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana pada gambar proses manajemen perlengkapan sekolah berikut ini: 1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002) hlm. 93 134

Transcript of Sarana Dan Prasarana UIN.ps

134

BAB V

DISKUSI HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan pembahasan dalam paparan data, selanjutnya penulis

akan melakukan diskusi hasil penelitian proses manajemen sarana dan

prasarana pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah

(MBS) di lembaga MAN Kraton Pasuruan. Adapun pemaparan diskusi hasil

penelitian sebagai berikut:

A. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana pada Sekolah yang

Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen sarana dan prasarana pada hakekatnya merupakan suatu

proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu secara sistematik. Menurut

A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara menyeluruh dan teliti. Alat-alat

yang setiap hari digunakan harus didahulukan kemudian alat-alat yang sering

digunakan baru alat-alat yang jarang digunakan.1

Adapun secara sederhana proses manajemen sarana dan prasarana

mencakup kegiatan-kegiatan pada pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan,

inventarisasi dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana

pada gambar proses manajemen perlengkapan sekolah berikut ini:

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002)

hlm. 93

134

135

Gambar. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah2

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengadaan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di

MAN Kraton Pasuruan telah berusaha diupayakan dengan perencanaan sebaik

dan sematang mungkin. Hal ini dilakukan guna menghindari suatu kesalahan

dan kegagalan dalam melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan.

Perencanaan atas kebutuhan tersebut telah dituangkan dal am

bentuk rencana program kerja 5 tahun MAN Kraton Pasuruan dan juga

Rencana Anggaran & Pendapatan Belanja Madrasah (RAPBM) MAN Kraton

Pasuruan yang dilakukan setiap satu semester sekali.

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh dari analisa data

bahwa kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di MAN Kraton

Pasuruan didasarkan atas rencana program kerja 5 tahun atas daftar kebutuhan

2 brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, seri Manajemen

Peningkatana Mutu Pendididkan Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004),

hal. 7

1 Pengadaan:

- Analisis kebutuhan

- Analisis anggaran

- Seleksi

- Keputusan

- Pemerolehan 2 Pendistribusian:

- Pengalokasian

- Pengiriman

3

Penggunaan dan Pemeliharaan 4

Inventarisasi

5

Penghapusan

136

yang telah disusun sebelumnya dengan waktu yang telah ditetapkan. Namun

dengan perencanaan tersebut adakalanya kegiatan pengadaan sarana dan

prasarana di MAN Kraton Pasuruan tersebut terlaksana ada yang belum

terlaksana, hal ini tidak terlepas dari adanya bantuan insidental dari Negara,

komite madrasah dan juga pihak lain yang peduli dengan pengembangan

pendidikan di MAN Kraton Pasuruan.

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan, menggantikan barang

yang rusak, hilang, dihapuskan, atau sebab lain yang dapat dipertanggung

jawabkan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah oleh

Bafadal dijelaskan bahwa pada hakekatnya merupakan upaya merealisasikan

rencana pengadaan yang telah disusun sebelumnya.3

Proses prencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan bukanlah

sekedar sebagai upaya pencarian ilham, melainkan upaya memikirkan

perlengkapan yang dibutuhkan di masa yang akan datang dan bagaimana

pengadaannya secara sistematis, rinci, dan teliti berdasarkan informasi yang

realistis tentang kondisi madrasah.

Menurut pernyataan Nawawi bahwa usaha pengadaan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara tepat

memerlukan dan mengembangkan sejumlah dana, komunikasi yang tepat dan

cepat tentang kebutuhan peralatan dapat memungkinkan disusunnya

perencanaan yang lengkap.4

3 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), hal. 30 4 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Inti Idayu Press, 1993), hal. 63

137

Sedangkan makna pengadaan itu sendiri yaitu kegiatan untuk

menghadirkan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka menunjang

pelaksanaan tugas-tugas sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan.

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan di

MAN Kraton Pasuruan dilakukan dengan cara: pembelian, menerima hibah

dari yayasan dan menerima bantuan dari pemerintah. Adapun masalah

perolehan dana di peroleh dengan 2 cara, yaitu: dana dari DIPA dan dana dari

Komite Madrasah. Terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana yang

pengadaan dananya bersumber dari DIPA mengajukan laporan secara tertulis

kepada atasan dengan memasukkan daftar kebutuhan sesuai dengan

perencanaan yang direncanakan oleh madrasah. Sedangkan realisasinya ketika

pihak MAN Kraton Pasuruan hendak membelanjakan atau menggunakan dana

tersebut terdapat 2 tahapan: Pertama, ketika proses pembelian sebelum

orang/petugas membelanjakan barang kebutuhan terlebih dahulu ada

komunikasi dengan pihak pejabat pembuat komitmen (PPK), kemudian baru

belanja. Kedua, setelah pembelanjaan barang kebutuhan atau sarana tersebut

baru kemudian sarana didistribusikan kepada masing-masing pihak yang

membutuhkan, baik yang dibutuhkan oleh kelas, kantor, laboratorium maupun

pihak-pihak lain yang membutuhkan berdasarkan daftar barang yang telah

dibeli. Terkait dengan penggunaan dana yang ada pada komite madrasah

dibelanjakan sesuai dengan daftar kebutuhan yang sebelumnya dirapatkan

terlebih dahulu bersama anggota komite dan seluruh pihak pengelola sekolah.

138

Perencanaan merupakan proses melakukan sesuatu agar tidak sia-

sia dan mencapai hasil maksimal dan hal ini juga diajarkan dalam islam,

sebagaimana dalam sebuah hadits:

Artinya: “Sesungguhnya Allah senang jika seseorang di antara

kamu mengerjakan suatu perbuatan lalu dia mengerjakannya

secara sempurna” (HR. Thabrani)

Menurut A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara

menyeluruh dan teliti. Alat-alat yang setiap hari digunakan harus didahulukan

kemudian alat-alat yang sering digunakan baru alat-alat yang jarang

digunakan.5

الحق بال نظام يغلبه الباطل بالنظام

Artinya: Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. (Maqolah Sayyidina Ali).

6

Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis

kebutuhan dan penentuan skala prioritas bagi kegiaan-kegiatan untuk

mendapatkan urutan pertama, kedua dan seterusnya agar dilaksanakan sesuai

dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya.7

2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pendistribusian atau penyaluran sarana dan prasarana madrasah

merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggung jawab dari seorang

5 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002)

hlm. 93 6 Muhammad Al Baqir, Mutiara Nahjul Balaghoh, Bandung: Mizan 1994)

7 H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta,

1996), hal. 117

139

penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang

membutuhkan barang itu.8

Di MAN Kraton Pasuruan pendistribusian sarana dan prasarana

yang sudah di beli didistribusikan langsung kepada masing-masing yang

membutuhkan barang tersebut dan sekaligus sebagai penanggung jawab

barang tersebut, sehingga penanggung jawabnya jelas, sebagaimana dalam

pengadaan sarana dan prasarana madrasah di MAN Kraton Pasuruan

disesuaikan dengan kebutuhan yang di ajukan oleh beberapa Waka dan

berbagai Unit yang membutuhkan.

Berkaitan dengan pendistribusian barang perlu adanya penyusunan

alokasi pendistribusian. Menurut Bafadal menyatakan ada empat hal yang

harus diperhatikan dan ditetapkan dalam penyusunan alokasi, yaitu:

a. Penerima barang yaitu orang yang menerima barang dan sekaligus

mempertanggungjawabkannya sesuai dengan daftar barang yang

diterima

b. Waktu penyaluran barang

c. Jenis barang yang akan disalurkan kepada pemakai

d. Jumlah barang yang akan didistribusikan.9

Pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian barang yang dapat

ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah, yaitu sistem langsung dan

sistem tidak langsung. Dengan menggunakan sistem langsung berarti barang-

barang yang sudah diterima dan diinventarisasikan langsung disalurkan pada

bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih

dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem pendistribusian yang tidak

langsung, berarti barang-barang yang sudah diterima dan sudah

8 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), hal. 38 9Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), hal. 41

140

diinventarisasikan tidak langsung disalurkan, melainkan harus disimpan

terlebih dahulu digudang penyimpanan dengan teratur.10

3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pemeliharaan merupakan kegiatan mengupayakan penjagaan atau

pencegahan kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam

kondisi siap pakai dan baik-baik saja. Pemeliharaan barang-barang sarana dan

prasarana madrasah ada yang dilakukan secara kontinyu, kondisional dan ada

juga berkala. Pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan secara

kontinyu misalkan kebersihan sekolah (menyapu, kebersihan papan tulis,

mengelap kaca jendela, dsb ), meletakkan seluruh barang inventaris pada

tempatnya, dan sebagainya. Pemeliharaan barang sarana dan prasarana

pendidikan secara kondisional misalkan perbaikan bangku, perbaikan papan

tulis, perbaikan printer, perbaikan komputer dan sebagainya. Sedangkan

pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan ada yg dilakukan setiap

hari dan secara berkala, adakalanya pemeliharaan tiap 3 bulan sekali dan ada

juga pemeliharaan yang dilakukan tiap 6 bulan sekali, misalkan: pemeliharaan

gedung baik itu pengecetan, perbaikan sarana-sarana yang kurang layak,

termasuk adanya anggaran di tahun ajaran 2011-2012 nanti MAN Kraton

Pasuruan merencanakan mengalokasikan pengadaan sarana berupa meubeler

yaitu meja kursi siswa sekitar 40 set, masing-masing kelas 20 set.

Ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Pertama,

pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Kedua, pemeliharaan yang bersifat

pencegahan. Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan. Keempat,

10

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), hal. 40

141

perbaikan berat. Sedangkan ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam

pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan

pemeliharaan berkala.11

Pemeliharaan barang-barang inventaris kadang-kadang dianggap

sebagai suatu hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini

merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap

yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana yang telah dibeli dengan

harga mahal, akan bertambah mahal apabila tidak dipelihara sehingga tidak

dapat dipergunakan lagi dengan semestinya.

Sesungguhnya setiap manusia memiliki tanggung jawab terhadap

dirinya sendiri dan orang lain, sehingga kewajiban menjaga barang milik

sekolah juga menjadi tanggung jawab setiap warga sekolah sebagaimana

mereka menjaga barang pribadinya. Sebagaimana firman Allah QS al-An’am

ayat 104:

بكن هي بصآئر جاءكن قد علي كن أا وها فعلي ها عوي وهي فلف سه أب صر فوي ر

بحفيظ

Artinya: Sesungguhnya Telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang;

Maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), Maka (manfaatnya) bagi dirinya

sendiri; dan barangsiapa buta (Tidak melihat kebenaran itu), Maka

kemudharatannya kembali kepadanya. dan Aku (Muhammad) sekali-kali

bukanlah pemelihara(mu). (QS. al-An'am:104)12

Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara

berhati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus

11

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 49 12 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah

142

dilakukan oleh petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan

jenis barang yang dimaksud.13

Bungai menyatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana

secara teratur dapat memudahkan penggunaan, enak dipandang dan tidak

cepat rusak. Idealnya semua sarana dan prasarana seperti perabot dan

peralatan kantor selalu dalam kondisi siap pakai saat diperlukan. Dengan

kondisi tersebut maka semua personel dapat dengan lancar menjalankan

tugasnya masing-masing. Sarana dan prasarana bukan saja ditata sedemikian

rupa melainkan juga dipelihara dengan sebaik mungkin.14

Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan,

dan pengaturan persediaan sarana dan prasarana pendidikan di dalam ruang

penyimpanan atau gudang. Penyimpanan hanya bersifat sementara.

Penyimpanan dilakukan agar barang atau sarana dan prasarana pendidikan

yang sudah diadakan atau dihadirkan tidak rusak begitu saja sebelum tiba saat

pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

sesuai dengan sifat-sifat barang yang disimpan. Dengan demikian nilai guna

barang tidak susut sebelum barang itu dipakai.

Temuan penelitian dilapangan menjelaskan bahwa kegiatan

pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sekolah di MAN Kraton

Pasuruan sampai tesis ini ditulis belum memiliki gudang khusus untuk

penyimpanan barang-barang milik sekolah. Akan tetapi yang berlangsung

sekarang ini yaitu penyimpanan barang sarana pendidikan misalkan sapu,

13

Soetjipto, Profesi Keguruan, (Bandung: Rineka Cipta, 1999), hal. 172 14

Joni Bungai, Analisis Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah, Manajemen Sarana Prasarana

Sekolah, Iklim Sekolah dan Keefektifan Mengajar Guru dengan Mutu Akademik Lulusan

SMAN di Kalimantan Tengah, (Disertasi, tidak Diterbitkan, Malang: PPS Universitas

Negeri Malang, 2005), hal. 61

143

kapur tulis dan barang kecil lainnya dialokasikan dengan disediakan book

yaitu kotak kecil yang diletakkan di kantor guru guna menyimpan dan

mengamankan barang-barang milik sekolah tersebut dan juga di ruang kelas

masing-masing.

Gunawan menyatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana

adalah kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan

baik dan berfungsi baik pula (running well).15

Gunawan juga menambahkan bahwa pada umumnya pemeliharaan

atau servis ini tidak mengganti suku cadang atau mengubah kontruksi, tetapi

terbatas pada penyetelan, pembersihan dan pemeriksaan seperti penyetelan

platina, mencuci, pemeriksaan tekanan ban, mengganti oli, dan lain

sebagainya. Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya

dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tidak habis pakai seperti

pemeliharaan terhadap kertas dan kapur dengan penyimpanan yang baik

(aman, tidak lembab, bebas hama) sebelum barang tersebut dipakai atau dalam

penyimpanan. Terhadap barang tidak habis pakai seperti mesin tulis,

kendaraan dilakukan servis bila keadaan pemakaiannya ternyata sudah kurang

enak atau kurang lancar secara rutin dan berkala. Pemeliharaan terhadap tanah

dan gedung dilakukan dengan pembersihan, pengecetan, menyapu, mengepel,

dan sebagainya.16

15

H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta,

1996), hal. 146 16

H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta,

1996), hal. 146

144

4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana

pendidikan di madrasah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki

oleh madrasah. Lazimnya kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut

dengan istilah inventarisasi perlengkapan pendidikan. Secara definitif,

inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara

secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau

pedoman-pedoman yang berlaku.17

Terkait dengan kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana

pendidikan di MAN Kraton Pasuruan sudah dilakukan pengkodean barang-

barang milik madrasah dan juga pencatatan terhadap daftar barang madrasah

yang sudah dibeli dan dimiliki oleh MAN Kraton Pasuruan, akan tetapi

kegiatan tersebut belum sepenuhnya terlaksana secara baik dan tertib. padahal

mengadministrasikan barang-barang inventaris dengan sebaik-baiknya dengan

memberi kode maupun pencatatan secara tertib mengenai daftar barang

inventaris yang dimiliki, yang telah di beli maupun mendapat hibah ataupun

pinjaman dan hadiah sangat mempermudah pihak madrasah dalam pembuatan

laporan serta pengawasan terhadap sarana dan prasarana di MAN Kraton

pasuruan.

Kode barang adalah sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan

barang. Kode tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan

dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk memudahkan

semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di

17

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), hal. 63

145

sekolah, baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan

golongannya.18

Secara sederhana Bafadal menjelaskan kegiatan inventarisasi

perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan utama, yaitu: 1) kegiatan yang

berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan

pendidikan, dan 2) kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan

barang-barang perlengkapan.19

Dalam hubungannya dengan pencatatan barang perlengkapan, ada

enam macam buku yang perlu disediakan, yaitu:

a. Buku Penerimaan Barang

b. Buku Pembelian

c. Buku Induk Inventaris

d. Buku Golongan Inventaris

e. Buku Bukan Inventaris, dan

f. Buku (Kartu Stok Barang).20

Pencatatan perlengkapan pendidikan di sekolah yang tertib dan

teratur dapat digambarkan sebagaimana pada gambar berikut:

18

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 59 19

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), hal. 64 20

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), hal. 64

146

Gambar. Tata cara Pencatatan perlengkapan sekolah21

5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan

penghapusan terhadap perlengkapan pendidikan disekolahnya. Namun,

perlengkapan yang akan dihapus harus memnuhi syarat-syarat penghapusan.

Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pelaksanaan pengahapusan sarana dan prasarana madrasah di

MAN Kraton Pasuruan masih belum pernah dilakukan, hal ini karena

mengingat barang-barang yang digunakan oleh MAN Kraton Pasuruan 90%

masih pinjam milik yayasan terkait dengan madrasah ini baru proses

penegrian, sehingga masih membutuhkan waktu cukup lama.

21

brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, seri Manajemen

Peningkatana Mutu Pendididkan Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004),

hal. 57

Ada barang baru

Pencatatan di dalam

Buku Penerimaan

Pengelompokan barang baru

Pencatatan di dalam Buku

Induk Bukan Inventaris

Pencatatan di dalam

Buku Induk Inventaris

Pencatatan di dalam Buku

Golongan Inventaris

Pencatatan di dalam Kartu

(Buku) Stok Barang

147

Barang-barang perlengkapan pendidikan di sekolah yang

memenuhi syarat penghapusan adalah barang-barang yaitu:

a. Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.

b. Tidak sesuai dengan kebutuhan

c. Kuno yang penggunaannya tidak sesuai lagi

d. Terkena larangan

e. Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang

f. Barang yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan

kegunaannya

g. Barang berlebihan yang tidak digunakan lagi

h. Dicuri, diselewengkan dan musnah akibat adanya bencana alam.22

B. Kontribusi Komite Madrasah terhadap Proses Manajemen Sarana dan

Prasarana

Secara umum pengelolaan perlengkapan sekolah adalah untuk

memberikan layanan secara professional di bidang sarana dan prasarana

pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan

efisien. Paling tidak terdapat tiga tujuan manajemen perlengkapan sekolah, yaitu:

1) mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem

perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama, 2) mengupayakan

pemakaian sarana dan prasarana pendidikan secara tepat dan efisien, 3)

mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga

keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai.23

22

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 62 23

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 8

148

Adapun beberapa hal pokok kontribusi komite madrasah dalam proses

pencapaian manajemen sarana dan prasarana pendidikan di madrasah diantaranya

adalah pengadaan sarana dan prasarana madrasah, pendistribusian sarana dan

prasarana madrasah, pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah, inventarisasi

sarana dan prasarana madrasah, dan penghapusan sarana dan prasarana madrasah.

Semua proses manajemen sarana dan prasarana tersebut sebelum disusun

menjadi program kerja di bidang sarana dan prasarana kepala sekolah maka harus

dimusyawarahkan dengan berbagai pihak di dalam madrasah atau dengan komite

madrasah sehingga ketika proses pelaksanaan di lapangan menimbulkan semangat

kerja, rasa saling mendukung dan turut aktif mensukseskan semua program kerja

yang telah ada. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai

penunjang kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi

sekolah.

1. Pengadaaan Sarana dan Prasarana

Kebutuhan berbagai sarana dan prasarana madrasah sebagai sarana

penunjang kegiatan belajar sangat penting sekali bagi madrasah sehingga

kebutuhan tersebut harus dicukupi dengan proses pengadaan sarana dan

prasarana madrasah, hal ini dilakukan agar kegiatan belajar mengajar yang

merupakan hal vital madrasah dapat terlaksana dengan baik, berjalan tertib

dan lancar.

Di sisi lain, dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan berbasis

sekolah (PMPBS), atau dalam kerangka manajemen berbasis sekolah (MBS),

pengadaan perlengkapan sekolah harus dilakukan sendiri oleh sekolah, baik

dengan menggunakan dana bantuan pemerintah maupun dana sekolah sendiri.

149

Artinya, dalam kerangka MPMBS atau MBS semua bentuk penyerahan

perlengkapan pemerintah ke sekolah harus diubah dari bentuk pemberian dana

ke dalam bentuk block grand kepada sekolah, kemudian kepala sekolah

bersama guru dan bila perlu pengurus komite madrasah merencanakan dan

melakukan pengadaan sendiri perlengkapan yang dibutuhkan secara efektif

dan efisien.24

Kontribusi komite madrasah terhadap proses pengadaan sarana dan

prasarana madrasah sangat besar sekali, misalkan dalam pengadaan pengadaan

meubeler kelas baru, perlengkapan kaca jendela, pemenuhan sarana

ekstrakurikuler, pengadaan alat-alat peraga pendidikan, pembangunan pos

satpam, penambahan unit layar LCD projector, pengadaan koperasi dan kantin

madrasah, pengadaan almari kelas, dan lain sebagainya. Komite madrasah

juga selalu terlibat aktif dan ikut serta dalam menyusun program kerja

madrasah dan tidak terkecuali di bidang sarana dan prasarana madrasah

sehingga semua kebutuhan sarana dan prasarana madrasah bisa terakomodir

dengan baik.

Dari beberapa cuplikan wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya

dan beberapa data yang telah diperoleh dari lapangan, telah diketemukan

bahwa dalam proses pengadaan sarana dan prasarana madrasah, pihak

madrasah selalu berusaha melibatkan secara aktif seluruh komponen untuk

ikut serta menyusun dan merumuskan suatu program kerja dalam periode

tertentu berdasarkan musyawarah mufakat tentang segala keperluan dan

24

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 30

150

kebutuhan madrasah khususnya di bidang pengadaan sarana dan prasarana

madrasah.

Sedangkan kontribusi komite madrasah dalam pencapaian proses

pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang dapat diketahui misalkan

pengadaan buku-buku perpustakaan, pembangunan gedung-gedung baru yang

dipersiapkan untuk perpustakaan, laboratorium dan juga kelas, melengkapi

meubeler kelas, penyediaan sarana dan prasarana olahraga, pembangunan

masjid dan beberapa sarana dan prasarana madrasah lainnya.

Dalam kaitannya dengan pengadaan perlengkapan sekolah ada

beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah

untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, antara lain dengan

cara membeli, mendapatkan hadiah atau sumbangan, tukar menukar, dan

meminjam.25

2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana

Pendistribusian sarana dan prasarana madrasah sangat bergantung

dengan keberadaan perangkat pendidikan yang dimiliki oleh madrasah.

Semakin banyak sarana dan prasarana madrasah atau perangkat pendidikan di

madrasah, maka akan semakin banyak pula komponen yang akan terlibat

dalam pendistribusian sarana dan prasarana madrasah.

Segala jenis dan bentuk sarana dan prasarana madrasah yang telah

didistribusikan kemudian diinventarisasi dan setelah kebenarannya diperiksa

25

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 32

151

berdasarkan daftar yang ada pada surat pengantar maka sarana dan parasarana

tersebut perlu di atur sedemikian rupa untuk memudahkan pengawasan dan

pertanggung jawabannya. Pendistribusian sarana dan prasarana madrasah yang

tidak teratur sebaiknya dihindari supaya tidak mengalami kesulitan dalam

membuat laporan pertanggung jawaban serta untuk menghindari terjadinya

suatu hal yang tidak diharapkan sebelumnya.

Keberadaan komite madrasah dituntut untuk selalu proaktif dalam

melihat kebutuhan-kebutuhan sarana dan prasarana madrasah yang diperlukan

sehingga kegiatan atau proses pendistribusian sarana dan prasarana madrasah

sesuai dan tepat sasaran.

Adapun dalam proses pendistribusian sarana dan prasarana madrasah,

kontribusi komite madrasah secara nyata dan nampak diketahui dari proses

pendistribusian dengan memberikan bantuan pemenuhan perlengkapan

madrasah dan menyerahkan kepada yang berhak atau penanggung jawab

umum secara struktural dan tidak terjun langsung mendistribusikan sendiri ke

lapangan.

Sistem apapun yang digunakan oleh pengelola perlengkapan

pendidikan tidak perlu dipersoalkan, asalkan memenuhi asas-asas dalam

pendistribusian yang efektif. Ada beberapa asas pendistribusian ini yang perlu

diperhatikan, yaitu (1) asas ketepatan; (2) asas kecepatan; (3) asas keamanan;

(4) asas ekonomis.26

26

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 40

152

Berdasarkan uraian tentang pendistribusian sarana dan prasarana

madrasah, pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian yang dapat ditempuh

oleh madrasah, yaitu sistem langsung dan sistem tidak langsung. Dengan

menggunakan sistem langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan

diinventarisasikan langsung disalurkan pada yang membutuhkan tanpa melalui

proses penyimpanan terlebih dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem

pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan

sudah diinventarisasikan tidak langsung disalurkan, melainkan harus disimpan

terlebih dahulu di gudang penyimpanan barang dengan baik dan teratur supaya

tetap bagus dan layak serta tidak lebih cepat aus.27

3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan setiap hari

(setiap akan atau sesudah memakai) dan secara berkala atau dalam jangka

waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan atau setelah jarak tempuh tertentu.

Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh penanggung jawabnya

(juru ketik, sopir dan sebagainya) atau dengan cara memanggil tukang atau

ahli servis untuk melakukannya atau membawanya ke bengkel servis.

Kontribusi komite madrasah dalam pencapaian proses manajemen

sarana dan prasarana madrasah dan segala dukungan dalam pemeliharaan

sarana dan prasarana madrasah memang sangat dibutuhkan. Kondisi dan

keadaan sarana dan prasrana yang lengkap serta memadai dan terawat dengan

baik juga tidak terlepas dari campur tangan komite madrasah. Pihak madrasah

27

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 39

153

selalu aktif melibatkan komite madrasah untuk membantu pemeliharaan

sarana dan prasarana madrasah, khususnya dalam perawatan dan pemeliharaan

periodik fasilitas madrasah dalam waktu tertentu.

Sedangkan untuk gedung madrasah supaya selalu bersih, indah,

menarik dan nyaman maka perlu diperhatikan tata aturan dalam pemeliharaan.

Pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah yang melibatkan komite

madrasah yaitu pemeliharaan dan renovasi gedung atau kelas yang mengalami

kerusakan, pengecatan gedung sekolah, menetapkan tenaga pemeliharaan dan

teknisi untuk instalasi listrik, peralatan IT, laboratorium, dan lain sebagainya

serta penataan keindahan gedung-gedung madrasah.

Kondisi sarana dan prasarana madrasah yang terpelihara dengan sangat

baik juga nampak dari keadaan ruang kelas yang kering, tidak lembab serta

jendela kelas yang cukup bersih dan menerangkan. Selain itu, bangku-bangku

di kelas tidak ada yang rusak, berserakan dan kotor oleh debu. Papan tulis, jam

dinding, taplak meja, gambar-gambar juga tertata rapi. Perabotan kelas selalu

tersusun sedemikian rupa dan terpelihara dari kerusakan sehingga terlihat

indah dan menarik.

Ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Pertama,

pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Kedua, pemeliharaan yang bersifat

pencegahan. Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan. Keempat,

perbaikan berat. Sedangkan ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam

154

pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan

pemeliharaan berkala.28

Menurut Abdul Fattah Allah telah menempatkan segala apa yang ada

dimuka bumi ini dibawah kekuasaan manusia, baik daratan maupun lautan,

sehingga kemungkinan manusia untuk mengelola keduanya dan bergerak di

dalam menggunakan ilmu dan akal.29

Sebagaimana firman-Nya: dalam surat

Al Jaatsiyah ayat 13:

م يتفكروى ه إى في ذلك ليات لقى ض جويعا ه ر واوات وها في ال ا في الس ر لكن ه وسخ

Artinya: Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa

yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi

kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah: 13)30

Setiap personil harus menyadari bahwa semua barang atau sarana dan

prasarana pendidikan milik organisasi adalah barang milik bersama yang harus

dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan

yang diinginkan.

4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana

Inventarisasi sebenarnya proses pencatatan dengan pemberian kode-

kode tertentu agar sarana dan prasarana madrasah yang dimiliki mudah dalam

pengawasan, teratur dan sistematis sehingga mudah dalam

pertanggungjawabannya. Proses inventarisasi sebenranya adalah pencatatan

28

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 49 29

Abd. Fattah Jalal, Azaz-Azas Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) hlm. 49 30

Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah

155

dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan

teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.

Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana madrasah diharapkan akan

menciptakan ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan,

mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan segala bentuk dan jenis

sarana dan prasarana madrasah yang dimiliki. Selain itu, kegiatan inventarisasi

juga mampu menyediakan data dan informasi secara akurat untuk perencanaan

tentang kebutuhan sarana dan prasarana di masa yang akan datang.

Perencanaan pengadaan barang perlengkapan atau sarana dan

prasarana madrasah yang baik selalu berdasarkan pada kebutuhan sehingga

dalam membuat rencana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus

berdasarkan pada inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan yang telah

tercatat dan tersusun dengan baik. Manfaat atau nilai guna lain dari pada

kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan

data dan informasi dalam rangka proses manajemen sarana dan prasarana yang

lainnya seperti apda pendistribusian, pemeliharaan, pengawasan dan

penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.

Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik

sesungguhnya tidak akan sempurna tanpa adanya proses inventarisasi sarana

dan prasarana yang baik pula. Secara fisik di MAN Kraton pasuruan nampak

bahwa sarana dan prasarana yang ada cukup memadai dan terpelihara dengan

cukup baik. Madrasah selalu memperhatikan kondisi sarana dan prasarana

156

yang efektif dan efisien sehingga dapat digunakan setiap kali dibutuhkan oleh

segenap personil sekolah.

Sedangkan kontribusi komite madrasah terhadap proses inventarisasi

sarana dan prasarana madrasah lebih kepada sebagai pengawas dan pemerhati

kelayakan dan ketepatan sarana dan parasarana madrasah sehingga tepat dan

layak digunakan oleh segenap personil madrasah.

Penginventarisasian perlengkapan pendidikan memiliki nilai guna.

Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta

ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan, mempermudah dalam

pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi mampu

menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Perencanaan pengadaan

perlengkapan yang baik selalu didasarkan pada kebutuhan.31

5. Penghapusan Sarana dan Prasarana

Penghapusan sarana dan prasarana madrasah adalah kegiatan

meniadakan barang-barang milik lembaga atau bisa juga milik Negara dari

daftar inventarisasi dengan cara berdasarkan peraturan yang berlaku. Sebagai

salah satu aktivitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di madrasah,

penghapusan perlengkapan bertujuan untuk:

1) Mencegah atau membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat

pengeluaran dana untuk pemeliharaan atau perbaikan perlengkapan yang

rusak

2) Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang

tidak berguna lagi

31

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 56

157

3) Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan

pengamanan

4) Meringankan beban inventaris32

Sebagai bentuk kontribusi komite madrasah terhadap penghapusan

sarana dan prasarana madrasah jika ada yang perlu dihapus, maka hanya lebih

kepada sebagai pihak yang memberikan suara setuju atau tidak serta

memberikan beberapa alasan-alasan lain jika dibutuhkan dan hendak

melakukan penghapusan sarana dan prasarana madrasah.

Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan

terhadap perlengkapan pendidikan di sekolahnya. Namun, perlengkapan yang

akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat penghapusan. Demikian pula

prosedurnya harus mengikuti perundang-undangan yang berlaku. Barang-

barang perlengkapan pendidikan di madrasah yang memenuhi syarat

penghapusan adalah:

1) Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dimanfaatkan lagi

2) Tidak sesuai dengan kebutuhan

3) Kuno, yang penggunaannya tidak sesuai lagi

4) Terkena larangan

5) Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang

6) Yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya

7) Berlebihan yang tidak digunakan lagi

8) Dicuri

9) Diselewengkan, dan

10) Terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam.33

32

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,

Jakarta, 2004), hal. 64 33

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2003), hal. 62

158

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia, langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan di

madrasah, seperti SLTP dan SMU, adalah:

1) Kepala madrasah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan

perlengkapan yang akan dihapus dan meletakkannya di tempat yang aman

namun tetap di dalam lokasi madrasah.

2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut dengan cara

mencatat jenis, jumlah dan tahun pembuatan perlengkapan tersebut.

3) Kepala madrasah mengajukan usulan penghapusan barang dan

pembentukan panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang

yang rusak (yang akan dihapusnya) ke Kantor Dinas Pendidikan Nasional

Kota/Kabupaten.

4) Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional

Kota/Kabupaten terbit, selanjutnya panitia penghapusan segera bertugas,

yaitu memeriksa kembali barang yang rusak berat, biasanya dengan

membuat Berita Acara Pemeriksaan.

5) Begitu selesai melakukan pemeriksaan, panitia mengusulkan penghapusan

barang-barang yang terdaftar di dalam Berita Acara Pemeriksaan. Dalam

rangka itu, biasanya perlu adanya pengantar dari kepala sekolahnya.

Usulan itu lalu diteruskan ke kantor pusat Jakarta.

6) Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Jakarta datang, bisa

segera dilakukan penghapusan terhadap barang-barang tersebut, terdapat

dua kemungkinan penghapusan perlengkapan madrasah, yaitu

dimusnahkan dan dilelang. Apabila melalui lelang, yang berhak melelang

adalah kantor lelang setempat. Sedangkan hasil lelangnya menjadi milik

Negara.34

34

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2003), hal. 63