BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/1251/3/Ria...
-
Upload
duongkhanh -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/1251/3/Ria...
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kematangan Karir
1. Pengertian Kematangan Karir
Menurut Chaplin (2004), kematangan (maturation) diartikan
sebagai:
a. Perkembangan, proses mencapai kemasakan/ usia masak,
b. Proses perkembangan yang dianggap berasal dari keturunan, atau
merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun).
Pengertian karir menurut Super dalam Sukardi (1994), karir adalah
sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, dan kedudukan yang
mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Karir (career) atau vokasi
(vocation) mengandung makna aktivitas bekerja yang darinya pelaku
memperoleh imbalan finansial, kepuasan pribadi non finansial,
membentuk (menjadi) gaya hidup, dan pelaku menghayati aktivitas
bekerjanya sebagai panggilan hidup, dan aktivitas bekerja tersebut
menjadi sumber kebahagiaan (Winkel, 2004).
Berdasarkan pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa karir
adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang
mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja dan pengambilan
keputusan menyangkut pekerjaan tersebut merupakan suatu proses yang
12
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
13
panjang serta pekerjaan itu sendiri berkembang walaupun dalam
pekerjaan yang sama.
Super dkk (dalam Komandyahrini dan Hawadi 2008) membagi
proses perkembangan karir atas lima tahap, yaitu:
a. Tahap pertumbuhan (Growth), dari lahir sampai usia 14 tahun.
Pada awal tahap ini, kebutuhan akan fantasi merupakan hal yang
dominan. Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk melalui
identifikasi terhadap figur-figur kunci dalam keluarga dan dalam
lingkungan sekolah.
Tahap pertumbuhan (growth) terdiri dari 3 sub tahap, yaitu:
1) Sub tahap fantasi, usia 4-10 tahun
Ditandai dengan minat anak yang berangan-angan atau berfantasi
menjadi seorang yang diinginkan.
2) Sub tahap minat, usia 11- 12 tahun
Tingkah laku yang berhubungan dengan karir sudah mulai
dipengaruhi oleh kesukaan anak.
3) Sub tahap kapasitas, usia 13- 14 tahun
Individu mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan
persyaratan pekerjaan yang ia inginkan.
b. Tahap penjajagan, usia 15- 24 tahun
Individu banyak melakukan penjajakan atau pencarian terhadap karir
apa yang cocok dengan dirinya. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap,
yaitu:
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
14
1) Sub tahap sementara, 15- 17 tahun
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengkristalisasi
pilihan pekerjaan. Perkembangan karir bersifat lebih internal.
Individu mulai dapat menggunakan pilihannya dan mulai dapat
melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya.
2) Sub tahap peralihan, usia 18- 21 tahun
Perkembangan pada masa ini yaitu mengkhususkan pilihan
pekerjaan.
3) Sub tahap uji coba, usia 22- 24 tahun
Tugas perkembangan pada masa ini adalah mengimplementasikan
pilihan pekerjaan.
c. Tahap pemantapan/ kemantapan (Establisment), usia 25- 44 tahun
Tahap ini ditandai dengan masuknya individu ke dalam dunia
pekerjaan yang sesuai dengannya sehingga ia akan bekerja keras untuk
mempeetahankan pekerjaannya tersebut. merupakan masa paling
produktif dan kreatif. Tahap ini terdir dari 2 sub tahap, yaitu:
1) Sub tahap percobaan dengan komitmen (Trial with
Commitment), pada usia 25- 30 tahun
Individu sudah merasa nyaman dengan pekerjaanya sehingga ingin
terus mempertahankannya. Tugas perkembangan pada tahap ini
yaitu menstabilitasi pilihan pekerjaan
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
15
2) Sub tahap kemajuan (Advancement), usia 31- 44 tahun
Ada dua tugas perkembangan yang harus dipenuhi individu pada
masa ini. Pertama, individu mengkonsolidasi pilihan pekerjaannya.
Pada fase ini, keamanan dan kenyamanan dalam bekerja menjadi
tujuan utama. Tugas yang kedua adalah melakukan peningkatan
dalam dunia pekerjannya.
d. Tahap pemeliharaan (Maintenance), usia 45- 59 tahun
Individu telah menetapkan pilihan pada suatu bidang karir sehingga
mereka hanya tinggal menjaga atau memelihara pekerjaan. Super
menjelaskan bahwa ada tiga tugas perkembangan yang harus dipenuhi
oleh individu pada tahap ini yaitu mempertahankan, keeping-up, dan
menginovasi pekerjaannya.
e. Tahap penurunan (Decline stage), dimulai pada usia 60 tahun- 64 tahun,
ada dua tugas perkembangan pada sub tahap ini, yaitu:
1) mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif serta mulai
merencanakan pensiun. Hal ini ditandai dengan adanya
pendelegasian tugas atau kaderisasi sebagai salah satu langkah
mempersiapkan diri menghadapi pensiun.
2) Sub tahap pensiun, usia 70 tahun
Fase ini ditandai dengan masa pensiun dimana individu akhirnya
mulai menarik diri dari lingkungan kerjaanya.
Dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan karir
merupakan tahapan dalam usaha untuk menyelesaikan tugas
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
16
perkembangan karir pada masa-masa tertentu individu. Proses yang terjadi
diawali dengan mulai pembentukan konsep diri serta pengenalan terhadap
karir. Selanjutnya proses mengenal lebih jauh pilihan dan mempersiapkan
diri untuk mencapai karir yang diharapkan. Memasuki pilihannya dan
penyesuaian diri setelah hal tersebut individu berusaha mempertahankan
dan meningkatkan inovasi kerjanya. Proses terakhir, individu mulai
mempersiapkan diri menghadapi masa pensiunnya.
Pada masa- masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan
pada tugas-tugas perkembangan karir (vocational developmental task)
tertentu, yaitu:
1. Perencanaan garis besar masa depan (Crystallization) antara 14-18
tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri
dan situasi hidupnya
2. Penentuan (Specification) antara umur 18-24 tahun, yang bercirikan
mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memangku
jabatan tertentu
3. Pemantapan (Establishment) antara 24-35 tahun, yang bercirikan
membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih
4. Pengakaran (Consolidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa
pensiun, yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh
senioritas (Super dalam Winkel, 1991).
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan teori diatas yaitu bahwa
individu memiliki tugas perkembangan karir pada masa-masa tertentu.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
17
Tugas perkembangan karir tersebut diawali dari perencanaan masa depan,
mengarahkan diri sendiri kebidang yang tertentu, memantapkan diri dalam
pilihan bidang yang ditentukan dan konsolodasi sebagai tugas akhir
perkembangan karir.
Menurut Seligman (dalam Komandyahrini dan Hawadi 2008)
mendefinisikan bahwa terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan karir seseorang, yaitu: keluarga, sosial ekonomi, gender
(jenis kelamin), faktor individual, dan dunia pekerjaan. Selain kelima
faktor di atas, ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kematangan
karir, yaitu faktor usia.
Super (dalam Zulkaida dkk 2007)mendefinisikan kematangan karir
sebagai keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
karir yang khas pada tahap perkembangan tertentu.sedangkan menurut
Yost & Corbishly (dalam Komandyahrini dan Hawadi 2008) mengatakan
bahwa kematangan karir adalah keberhasilan dan kesiapan seseorang
untuk bernegosiasi dan membuat keputusan-keputusan karir sesuai dengan
tahapan perkembangan karirnya.
Menurut Rice & Dolgin (dalam Kumalaningtyas 2007),
kematangan pilihan karir adalah suatu kesiapan mental seseorang akibat
dari pengalaman yang telah diperolehnya untuk memilih karir, mengambil
keputusan karir, dan kemandirian untuk menghasilkan uang. Pendapat lain
mengatakan bahwa kematangan pilihan karir adalah penugasan tugas
perkembangan karir dari tingkat usia atau keefektifan dalam menangani
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
18
masalah khas pada tahap perkembangan usianya (Pietrofesa & Splete,
1975).
Kesimpulan dari teori diatas, kematangan karir adalah kesiapan diri
dan keberhasilan individu untuk melakukan tugas-tugas dalam
perkembangan karir sesuai dengan tahapan tertentu.
2. Faktor-faktor Kematangan Karir
Super & Overstree (dalam Kumalaningtyas 2007), mengemukakan
variabel yang mempengaruhi tingkat kematangan pilihan karir, yaitu:
a. Faktor biososial
Meliputi usia dan intelegensi. Faktor ini akan mempengaruhi
spesifikasi informasi yang diperoleh, perhatian, perencanaan, dan
penerimaan tanggung jawab pada pemilihan karir. Seseorang dengan
intelegensi yang tinggi akan lebih efektif dalam merencanakan karir.
b. Faktor lingkungan meliputi tingkat pekerjaan orang tua, kurikulum
sekolah, stimulasi kultur, kohesivitas keluarga.
c. Faktor pekerjaan meliputi lapangan kerja yang tersedia dan sifat
pekerjaan.
d. Faktor kepribadian meliputi konsep diri, kebutuhan, dorongan, dan
pola interaksi dengan lingkungan sosial.
e. Faktor prestasi remaja meliputi tingkat pendidikan, prestasi yang
diraih, keterlibatan dalam pendidikan di sekolah, dan kemandirian.
Miller & Form (dalam Pietrofesa & Splete 1975) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan karir yaitu:
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
19
sosialisasi anak dalam keluarga, pekerjaan dan tingkat pendidikan orang
tua, partisipasinya dalam kerja part-time ketika masih sekolah, dan
pencapaian pendidikan yang sukses. Sumber lain menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi antara lain kepribadian, ketertarikan terhadap
reward, ketersediaan informasi, pengalaman, pengetahuan tentang diri dan
pekerjaan, dan kemauan untuk meninjau aktivitas pilihan karir.
Enam faktor menurut Super dan Thompson (dalam Komandyahrini
dan Hawadi, 2008) yang mengidentifikasikan kematangan karir seseorang,
yaitu:
a. Kesadaran akan kebutuhan untuk membuat rancana ke depan.
Termasuk didalamnya adalah kesadaran seseorang dalam membuat
perencanaan karirnya.
b. Kemampuan mengambil keputusan
c. Informasi umum mengenai karir
d. Pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan sumber informasi
e. Pengetahuan mengenai dunia kerja dan kemampuan (skills)
f. Informasi yang lebih rinci mengenai pekerjaan
Menurut Seligman (dalam Komandyahrini dan Hawadi 2008),
faktor kematangan karir yang positif secara umum ditandai oleh suatu
urutan proses kehidupan yang meliputi antara lain :
a. Meningkatnya kesadaran diri
b. Meningkatnya pengetahuan akan pilihan-pilihan karir yang sesuai
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
20
c. Meningkatnya kesesuaian antara kemampuan, minat dan nilai dengan
karir yang diinginkan
d. Meningkatnya kesadaran akan karir yang diinginkan
e. Meningkatnya kemampuan perencanaan dan kesuksesan karir
f. Meningkatnya sikap yang berhubungan dengan karir (orientasi
berprestasi, kemandirian, perencanaan komitmen, motivasi, efikasi
diri)
g. Meningkatnya kepuasan dan kesuksesan dalam perkembangan
karirnya.
Faktor yang mengidentifikasi kematangan karir seseorang yaitu
kesadaran mengenai diri, pengetahuan mengeanai karir, kemampuan
perencanaan danpengambilan keputusan mengenai karir termasuk efikasi
diri. Selain itu faktor biososial yang meliputi usia dan intelegensi, dan
faktor lingkungan juga menjadi faktor yang mempengaruhi kematangan
karir.
Super (dalam Zulkaida dkk 2007) dan Tarsidi (2007)
mengidentifikasikan enam dimensi yang relevan dengan kematangan karir
remaja yaitu:
a. Orientasi terhadap pilihan karir
Yakni sejauh mana individu menyadari kebutuhan untuk memilih
suatu pekerjaan dan menyadari barbagai faktor yang berkaitan dengan
pemilihan pekerjaan tersebut
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
21
b. Informasi dan perencanaan
Yakni informasi yang reliabel yang dimiliki oleh individu untuk
membuat keputusan karir dan untuk membuat perencanan masa
depan yang logis dan kronologis
c. Konsistensi minat pekerjaan
Mengenai seberapa minat pekerjaan, konsisten minat remaja
berkaitan dengan berbagai pekerjaan dari waktu ke waktu
d. Kristalisasi sifat
Yakni atribut psikologis yang relevan dalam pembuatan keputusan
e. Kebebasan vocational
Kemandirian dalam pengalaman kerja
f. Hikmat (wisdom)
Dimensi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
menentukan pilihan yang realistik yang konsisten dengan tugas
pribadinya.
Menurut Seligman (dalam Komandyahrini dan Hawadi, 2008)
kematangan vokasional dipengaruhi oleh keluarga, latar belakang sosial
ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat vokasional, harga
diri, dan kepribadian.
Identifikasi dimensi yang relavan dengan kematangan karir remaja
meliputi kebutuhan memilih pekerjaan dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan pemilihan tersebut, pengetahuan tentang informasi pilihan
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
22
pekerjaan, konsistensi minat terhadap pekerjaan, pengambilan keputusan,
kebebasan dalam pekerjaan, dan hikmat.
3. Aspek-aspek Kematangan Karir
Aspek- aspek yang terdapat dalam tes VDI (Vocational
Development Inventori) yang dikembangkan oleh Crites dalam Pietrofesa
& Splete, (1975) untuk mengukur tingkat kematangan pilihan karir
mencangkup dua aspek utama, yaitu:
a. Aspek kemampuan
Meliputi kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
merencanakan, kemampuan mengumpulkan informasi mengenai
pekerjaan, kemampuan penilaian diri dan seleksi tujuan.
b. Aspek sikap
Meliputi keterlibatan dalam memilih karir, orientasi pada pemilihan
karir, kemandirian dalam memilih karir, dan penggambaran sikap
dalam memilih karir.
Herr & Cramer dalam Pietrofesa & Splete (1975), menyebutkan
aspek-aspek kematangan pilihan karir yaitu kewaspadaan terhadap
perlunya menentukan pilihan karir, penggunaan sumber daya yang
dimiliki, kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
karir, mampu membedakan minat dan nilai, kewaspadaan terhadap
hubungan antara masa sekarang dan masa depan, formulasi pilihan karir
yang digeneralisasikan, konsistensi terhadap pilihan, pemilihan informasi
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
23
tentang pekerjaan yang dipilih, merencanakan pekerjaan yang dipilih,
kebijaksanaan dalam memilih dan spesifikasi pilihan karir.
Menurut Super dalam Pietrofesa & Splete (1975) menyebutkan
bahwa kematangan pilihan karir sebagai kesamaan antara perilaku karir
seseorang dengan perilaku karir yang diharapkan pada tahap
perkembangan usia karir tersebut melibatkan proses pengambilan
keputusan dengan menunjukkan lima dimensi utama:
a. Orientasi pada pemilihan karir, dimana seseorang menunjukkan
perhatian pada masalah karir dan keefektifan sumber daya untuk
memenuhi tugas pengambilan keputusan.
b. Mengumpulkan informasi dan perencanaan mengenai karir yang
dipilih, dimana seseorang memperoleh informasi dan perencanan
yang spesifik serta bagaimana seseorang terlibat dalam kegiatan
perencanaan.
c. Konsistensi pilihan karir, dimana seseorang telah mantap dalam
memilih lapangan pekerjaan dan tingkat pekerjaan yang diinginkan.
d. Mengenali sifat diri, dimana seseorang mengetahui pola minat,
kematangan minat, senang bekerja, adanya perhatian terhadap
penghargaan kerja, kemandirian karir, serta mampu menerima
tanggung jawab untuk perencanaan dan pekerjaan.
e. Kebijaksanaan pemilihan karir, ditandai dengan adanya pertimbangan
terhadap kemampuan dan pilihan, level yang diminati dan level
pekerjaan yang dipilih, serta keadaan sosial ekonomi.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
24
Crites dalam Metia (2004) mengemukakan bahwa kematangan
vokasional pada seseorang dapat dirumuskan ke dalam empat aspek yaitu :
a. Pemilihan pekerjaan yang realistis, meliputi 1) individu dapat
menyesuaikan antara kemampuan dengan pekerjaan yang dipilih, 2)
dapat menyesuaikan antara keinginan dengan pekerjaan yang dipilih,
dan 3) dapat mengambil keputusan dalam memilih pekerjaan yang
sesuai dengan sifat kepribadian dan keadaan dirinya.
b. Kompetensi pilihan pekerjaan, meliputi 1) mempunyai rencana yang
berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, 2) memiliki pengetahuan
tentang pekerjaan yang dipilih, dan 3) individu berusaha mencari
informasi tentang masalah pekerjaan dan dunia kerja.
c. Sikap terhadap pemilihan pekerjaan, meliputi 1) individu aktif
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, 2) bersikap
positif terhadap pekerjaan dan nilai-nilai kerja yang dipilihnya, dan 3)
ketidaktergantungan pada orang lain dalam memilih pekerjaan.
d. Kemantapan pemilihan pekerjaan, meliputi 1) mempunyai
kemantapan dalam pengambilan keputusan terhadap pekerjaan yang
dipilihnya, 2) mempunyai kemantapan dalam memilih pekerjaan
walaupun ada pengaruh dari orang lain atau keluarga, dan 3) individu
mempunyai kemantapan dalam pengambilan keputusan pada waktu
yang berbeda.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
25
Hasil penelitian oleh Patton dana Creed dalam Komandyahrini dan
Hawadi (2008) menyimpulkan bahwa aspek yang berhubungan dengan
kematangan karir adalah:
a. Komitmen terhadap karir
b. Nilai kerja
c. Efikasi diri
d. Harga diri
e. Usia
f. Gender
g. Kemampuan untuk memilih karir
h. Komitmen terhadap karir dan ketidakmampuan untuk memutuskan
pilihan karir
Career Maturity Inventory (CMI) untuk mengukur kematangan
karir yang disusun oleh Crite yang diadaptasi ke dalam budaya Indonesia
oleh Zulkaida dkk (2007) terdiri dari:
a. Skala Sikap (Attitude Scale) mengungkap perasaan-perasaan, reaksi
subjektif, dan kecenderungan individu dalam memilih karir dan
memasuki dunia kerja. Ada lima konstruk sikap yang diukur yaitu:
keterlibatan dalam proses pemilihan karir, orientasi terhadap
pekerjaan, kemandirian dalam pembuatan keputusan karir, preferensi
terhadap faktor-faktor pemilihan karir, dan konsepsi terhadap proses
pemilihan karir (Savickas dalam Zulkaida dkk, 2007)
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
26
b. Tes Kompetensi (Competence Test) terdiri dari lima aspek, yaitu:
pengenalan diri (self-apparaisal), informasi pekerjaan (occupational
information), latar belakang keberhasilan (goal setting), rencana
(planning), dan kemampuan penyelesaian masalah (problem
solving).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan aspek-aspek
kematangan karir meliputi pemilihan pekerjaan yang realistis, kompetensi
pilihan pekerjaan, sikap terhadap pemilihan pekerjaan, dan kemantapan
pemilihan pekerjaan.
B. Efikasi Diri
1. Pengertian Efikasi Diri
Menurut APA Dictionary of Psychology, Self-efficacy is an
individual’s capacity to act effectively to bring about result, especially as
perceiveived by the individual (APA Dictionary of Psychology, 2006).
Efikasi diri menurut Kamus APA yaitu kapasitas individu untuk bertindak
efektif untuk mencapai suatu hasil, khususnya yang dirasakan oleh
individu.
Bandura (1977), Efikasi diri adalah suatu keyakinan individu
bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu
dengan berhasil. Hal ini akan mengakibatkan bagaimana individu, merasa,
berfikir dan bertingkah laku (keputusan-keputusan yang dipilih, usaha-
usaha dan keteguhannya pada saat menghadapi hambatan), memiliki rasa
bahwa individu mampu mengendalikan lingkungan (sosial) nya.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
27
Schunk dalam Komandyahrini dan Hawadi (2008) mendefinisikan
efikasi diri sebagai penilaian seseorang akan dirinya atau kemampuannya
yang berkaitan dengan tindakannya.
Kesimpulannya, efikasi diri adalah keyakinan diri individu
mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu, dalam situasi tertentu
sehingga ia dapat berhasil/ sukses dalam mengerjakan hal tersebut.
2. Dimensi Efikasi Diri
Bandura (1977) menyebutkan bahwa ada tigas aspek yang dapat
digunakan untuk mengukur efikasi diri, yaitu :
a. Tingkat kesulitan tugas (Magnitude), bahwa setiap masalah memiliki
derajat kesulitan yang berbeda dan individu dapat mengukur tingkat
kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk menyelesaikannya.
Jika individu telah menyusun masalah yang dihadapi dari derajat
paling mudah sampai paling sulit, maka efikasi diri akan mampu
memobilisasi ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan derajat
kesulitan masalah. Konsekuensi penyusunan strategi ini membawa
individu pada perilaku dalam pemecahan masalah berdasar pada
tingkat kemampuan yang dimiliki.
b. Luas bidang perilaku (Generality), berkaitan dengan derajat keluasan
bidang tugas yang mampu dikerjakan. Aspek ini berkaitan dengan
evaluasi efikasi diri yang berhubungan dengan keyakinan individu
tentang satu atau lebih tingkah laku yang mampu dikerjakan.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
28
c. Tingkat keyakinan (Strenght), adalah aspek yang berkaitan dengan
tingkat kesungguhan individu pada pengharapan dan keyakinannya.
Kesungguhan atau kemantapan pada keyakinan dan harapan
mempengaruhi semangat, keuletan dan ketahanan mencapai tujuan.
3. Faktor-faktor Efikasi Diri
Efikasi diri seseorang menurut Bandura (1997) dipengaruhi oleh
empat komponen (sumber informasi) yaitu:
a. Pengalaman pencapaian prestasi (Mastery experiences )
Individu yang sebelumnya pernah mencapai pengalaman sukses
dalam suatu tugas akan memiliki keyakinan yang tinggi terhadap
kemampuannya, sehingga akan meningkatkan keyakinannya saat
menghadapi tugas berikutnya. Sebaliknya, individu yang sebelumnya
gagal akan merasa tidak mampu sehingga menurunkan keyakinannya
saat menghadapi tugas berikutnya.
b. Pengalaman orang lain (Vicarious experience)
Efikasi diri individu dapat dipengaruhi oleh model sosial, yaitu
orang-orang yang dianggap memiliki kemampuan sama dengannya.
Bila ia melihat orang lain tersebut berhasil maka akan meningkatkan
efikasi dirinya, namun bila ia melihat orang lain tersebut gagal maka
akan menurunkan efikasi dirinya. Pengaruh pengalaman orang lain
tersebut sangat tergantung pada karakteristik model, tingkat kesulitan
tugas, keadaan situasional dan keanekaragaman hasil yang dicapai
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
29
oleh model. Bila model yang diamati tidak sama dengan karakteristik
individu maka pengaruh efikasi makin kecil.
c. Persuasi sosial (bujukan secara lisan termasuk didalamnya)
Saran, nasihat, bimbingan yang positif dari orang lain dapat
meningkatkan keyakinan tentang ketrampilan dan kemampuan
seseorang. Ada dua kondisi yang mempengaruhi persuasi, yakni: (1)
ada kepercayaan terhadap orang yang memberi saran; dan (2)
tindakan yang disarankan utuk dicoba harus realistis bagi yang diberi
saran.
d. Kondisi psikologis dan emosional
Seseorang yang memiliki rasa takut, kecemasan, dan stres akan gagal
menyelesaikan tugas. Kegagalan tersebut akan membuat individu
merasa tidak mampu dan tidak yakin untuk menghadapi tugas
selanjutnya. Individu akan lebih berhasil bila tidak mengalami
pengalaman yang menekan yang dapat menurunkan keyakinannya.
Tinggi rendahnya efikasi diri bila dikaitkan dengan lingkungan yang
responsif dan tidak responsif akan menghasilkan empat bentuk
hubungan: 1) Jika efikasi diri tinggi dan lingkungan responsif maka
individu akan sukses; 2) Jika efikasi diri rendah dan lingkungan
responsif maka individu akan mengalami depresi ketika melihat
individu lain sukses pada tugas yang dianggap sulit; 3) Jika efikasi
diri tinggi dan lingkungan kurang responsif maka individu akan
protes melalui gerakan sosial atau kekuatan untuk memaksakan
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
30
perubahan, namun jika usahanya gagal maka mereka akan menyerah
dan mencari cara lain atau mencari lingkungan baru yang lebih
responsif; dan 4) Jika efikasi diri rendah dan lingkungan kurang
responsif maka individu akan apatis, menyerah tidak berdaya.
Efikasi diri memiliki empat komponen pokok yang merupakan
bentuk dari pengalaman langsung yang diperoleh individu yang dapat
membantunya meningkatkan penilaian terhadap efikasi diri. Individu
belajar melalui pengalaman orang lain serta dapat menjadikan
keberhasilan orang tersebut dapat dijadikan contoh dan motivasi pribadi.
Selain hal tersebut, persuasi verbal yaitu arahan melalui sugesti dapat
membantu mendorong untuk mencapai kesuksesan. Terakhir, situasi yang
menekan dapat mempengaruhi efikasi diri sehingga situasi yang dapat
menimbulkan tekanan cenderung dihindari.
Dengan demikian efikasi diri dapat ditingkatkan dengan
menggunakan empat sumber informasi efikasi diri yaitu: pengalaman yang
dialami langsung oleh individu tersebut, pengalaman orang lain, persuasi
sosial serta kondisi psikologis dan emosional individu tersebut. Semakin
banyak individu tersebut belajar dan memperoleh informasi efikasi diri
maka diharapkan tingkat efikasi diri individu tersebut akan semakin baik.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
31
4. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Perilaku dan Kognisi
Menurut Eggen dan Kautchak, pengaruh efikasi diri pada perilaku
dan kognisi sebagai berikut:
Tabel 2
Pengaruh efikasi diri pada perilaku dan kognisi
Aspek Individu Dengan Efikasi Diri
Tinggi
Individu Dengan Efikasi Diri
Rendah
Orientasi
Tugas
Menerima tantangan tugas Menghindari tantangan tugas
Usaha
Mencurahkan usaha yang tinggi
ketika berhadapan dengan tugas
menantang
Mencurahkan sedikit usaha
ketika berhadapan dengan tugas
menantang
Ketekunan
Tetap gigih ketika tujuan tidak
tercapai
Menyerah ketika tujuan tidak
tercapai
Keyakinan
Yakin akan sukses, mampu
mengontrol stress dan kecemasan
ketika tujuan tidak tercapai, yakin
mampu mengontrol lingkungan
Memfokuskan pada perasaan
incompetent, menunjukkan
kecemasan ketika tujuan tidak
tercapai, tidak yakin bahwa ia
mampu mengontrol lingkungan
Strategi Menghilangkan strategi yang
tidak perlu
Gigih dengan strategi yang tidak
perlu
Kinerja
Menunjukkan kinerja yang lebih
tinggi dibanding individu dengan
efikasi diri rendah, pada
kemampuan setara
Menunjukkan kinerja yang lebih
rendah dibanding individu
dengan efikasi diri tinggi, pada
kemampuan setara
Sumber: Eggen dan Kautchak (dalam Lailatushifah, 2004)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan pengaruh efikasi
tinggi individu dalam perilakunya maka akan menerima tantangan tugas
yang diberikan, mencurahkan usaha yang tinggi dalam menhadapi tugas
yang menantang dan gigih ketika tujuan tidak tercapai. Individu dengan
efikasi diri tinggi secara kognisi maka ia yakin akan sukses, mampu
mengontrol stress serta kecemasan, dan yakin mampu mengontrol
lingkungan selain itu mampu menghilangkan strategi yang tidak perlu.
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
32
Hal-hal tersebut merupakan kebalikan dari individu dengan efikasi diri
rendah.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah adolesence/ remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti ”tumbuh menjadi
dewasa”. Istilah ini kemudian berkembang dan mempunyai arti yang lebih
luas mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock,1980).
Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas XI dan XII yang berusia antara 15 sampai 18 tahun. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab 1 ayat (4), pengertian peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non
formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jalur,
jenjang dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
atau masyarakat (Afriyanti, 2007).
Pada tahun 1974, WHO (Sarwono, 2002) memberi definisi tentang
remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
33
mengemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi
sehingga secara lengkap sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Berdasarkan teori yang dikemukakan, remaja sebagai peserta didik
adalah individu yang berkembang secara biologik, psikologik serta
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
tertentu. Selain itu remaja juga mulai relatif lebih mandiri secara sosial-
ekonomi yang terlihat pada kematangan karir.
2. Ciri-ciri Remaja
Menurut Hurlock (1990) masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu
yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa
periode sebelumnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap
dan perilaku dan ada lagi yang lebih penting karena akibat-akibat
jangka panjangnya. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan
ada lagi karena akibat psikososial. Pada periode remaja kedua-duanya
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
34
sama penting. Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan
cepatnya perkembangan mental pada masa awal remaja menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai, dan minat
baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan berubah dari apa
yang terjadi sebelumnya, melainkan lebih sebuah peralihan dari satu
tahap perkembangan ke tahap berikutnya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada empat perubahan yang terjadi pada remaja. Pertama,
meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tinggat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan minat
dan peran yang diharapkan oleh sekelompok sosial untuk diperankan
menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan
pola perilaku maka nilai-nilai juga akan berubah. Keempat, sebagaian
besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja
menginginkan dan menuntut kebebasan tapi mereka sering takut
bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuannya
untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode memiliki masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
anak laki-laki atau perempuan. Terdapat dua alasan, yaitu sepanjang
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
35
masa kanak-kanan masalahnya sering diselesaikan oleh orang tua dan
guru maka masa remajanya tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Kedua, para remaja merasa diri mereka mandiri sehingga
mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan
orang tua dan guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok teman sebaya masih tetap penting bagi anak laki-laki dan
perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri
dan tidak puas lagi menjadi sesama dengan teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Ada anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapi, yang tidak dapat dipercya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak, menyebabkan orang ewasa yang membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
Anggapan tersebut mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya sendiri.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang ia inginkan dan bukan sebagimana adalannya terlebih dalam hal
cita-cita yang tidak realistisk ini tidak hanya bagi dirinya sendiri
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
36
tetapi bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya
emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.
h. Masa remaja sebagai masa perkembangan sosialnya
Pada usia remaja, wawasan sosial remaja putra dan putri
bertambah luas melampaui batas-batas keluarga dan jenisnya, yang
menimbulkan persoalan baru baginya. Dalam waktu ini para remaja
mengalami beberapa perubahan. Dalam pandangan masyarakat,
remaja adalah anak-anak bahkan diharapkan ia mampu memainkan
peranan yang berbeda, ia menemukan kelompok orang dewasa yang
bukan keluarganya, namun remaja harus bergaul dengan mereka.
Luas lingkup teman sebaya juga meningkat dan terbentuklah
kecenderungan kepada lawan jenisnya.
Berdasarkan teori diatas remaja mengalami masa dengan ciri-ciri
yaitu sebagai masa penting, masa peralihan, masa perubahan, masa
mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak
realistis, dan masa perkembangan sosialnya sehingga perlu adanya
bimbingan dan pendampingan agar dapat melaluinya dengan baik.
D. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Peserta Didik
Pada usia Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Atas
atau Kejuruan seseorang seharusnya dapat memilih dan merencanakan karir
secara tepat. Untuk itulah diperlukan kematangan karir. Kematangan karir
meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
37
memilih suatu pekerjaan, dan kemampuan untuk merencanakan langkah-
langkah menuju karir yang diharapkan (Crite dalam Zulkaida dkk, 2007).
Pilihan karir dan langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang
tepat akan mengantar seseorang menjadi individu yang mempunyai daya
saing dalam bursa kerja. Seorang yang mempunyai penilaian yang negaif
terhadap kemampuan dirinya dalam melakukan pilihan karir akan kehilangan
minat dan usaha untuk melakukan pengenalan diri dan pekerjaan, dan
mengalami kesulitan jika menghadapi masalah dalam pemilihan karir. Hal
tersebut akan berakibat pada rendahnya kematangan karir (Zulkaida dkk,
2007).
Seligman dalam Komandyahrini dan Hawadi (2008) mengatakan
salah satu ciri tingkat kematangan karir yang positif ditandai dengan
meningkatnya sikap yang berhubungan dengan kematangan karir yakni
efikasi diri (self-efficacy). Individu yang memiliki efikasi diri yang tingi akan
berpikir bahwa kesulitan atau rintangan selalu dapat diatasi melalui
pengembangan diri dan ketekunan. Sementara individu yang memiliki efikasi
diri rendah akan dengan mudah meyakini kesia-siaan akan usahanya dalam
menghadapi sesulitan. Menurut Seligman pula, bahwa salah satu faktor
individual yang mempengaruhi kematangan karir adalah efikasi diri (self-
efficacy).
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011
38
Berdasarkan kerangka pikir tersebut diatas dapat digambarkan
melalui bagan sebagai berikut:
E. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori di atas maka
diajukan hipotesis sebagai berikut: Ada Pengaruh Efikasi diri terhadap
Kematangan Karir Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
Peserta Didik
Efikasi Diri
a.) Tingkat kesulitan
tugas (magnitude)
b.) Luas bidang
perilaku
(generality)
c.) Tingkat keyakinan
(strenght)
Kematangan Karir
a.) Pemilihan kerja yang
realistis
b.) Kompetensi pilihan
c.) Sikap terhadap
pemilihan pekerjaan
d.) Kemantapan
pemilihan pekarjaan
Pengaruh Efikasi Diri..., Ria Rosshiana, Fakultas Psikologi UMP, 2011