BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB...

64
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan (Suandy, 2011:6) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar. b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya. Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungi-fungsi manajemen pajak yang terdiri atas : a. Perencanaan Pajak (tax planning) Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Perencanaan pajak merupakan tindakan legal pengendalian transaksi dengan konsekuensi

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak

1. Manajemen Pajak

Menurut Sophar Lumbantoruan (Suandy, 2011:6) manajemen

pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan

benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah

mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.

b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.

Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungi-fungsi

manajemen pajak yang terdiri atas :

a. Perencanaan Pajak (tax planning)

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak

dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap

peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan

pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak

adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Perencanaan pajak

merupakan tindakan legal pengendalian transaksi dengan konsekuensi

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

11

potensi pajak, pajak yang dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang

ditransfer ke pemerintah.

Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak

(tax burden) serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada

tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-undang. Maka tax

planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat

ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan

setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang

laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun

diinvestasikan kembali.

Perencanaan perpajakan pada umumnya selalu dimulai dengan

meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau

fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk

dikecualikan/dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran

pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya dan lain sebagainya. Oleh

karena itu, setiap wajib pajak akan membuat rencana pengenaan pajak atas

setiap tindakan secara seksama. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa

perencanaan pajak adalah proses pengambilan faktor non pajak yang

material untuk menentukan apakah, kapan, bagaimana, dengan siapa

dilakukan transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang memungkinkan

tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan

sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

12

Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan

berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)

maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Menurut

Suandy (2011), ukuran yang digunakan dalam mengukur kepatuhan

perpajakan wajib pajak adalah :

1. Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan

alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya,

dimana suatu perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih

dari Rp 100.000.000 dapat melakukan perubahan pemberian natura

kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.

2. Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan

menghindari pengenaan pajak melalu transaksi yang bukan merupakan

objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian,

perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi

pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh

Pasal 21.

3. Tax evasion merupakan upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak

terhutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang

sebenarnya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

13

b. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)

Setelah tahap perencanaan maka langkah selanjutnya adalah

mengimplementasikannya baik secara formal maupun material. Harus

dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi

peraturan perpajakan yang berlaku. Manajemen pajak tidak

dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam

pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka

praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu

dikuasai dan dilaksanakan yaitu antara lain :

a. Memahami ketentuan dan peraturan perpajakan dengan

mempelajari peraturan perpajakan seperti UU, PP, Keppres, KMK,

SK, dan SE Ditjen Pajak, kita dapat mengetahui peluang-peluang

yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.

b. Menyelesaikan pembukuan yang memenuhi syarat. Pembukuan

merupakan sarana yang sangat penting dalam menyajikan

informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk LK

dan menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak (UU

KUP Pasal 28).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

14

Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan

secara baik dan benar, hal tersebut akan memberikan beberapa manfaat

bagi perusahaan yang diantaranya, adalah :

1. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang

dapat diminimalisasi dalam proses operasional perusahaan.

2. Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,

perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat,

mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak dan menentukan waktu

pembayarannyan sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang

mengakibtakan denda atau sanksi.

c. Pengendalian Pajak (Tax Control)

Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban

pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan

telah memenuhi persyaratan formal maupun material. Hal yang

terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran

pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat

penting dalam strategi penghematan pajak, misalnya melakukan

pembayaran pajak pada saat terakhir tentu lebih menguntungkan jika

dibandingkan dengan membayar lebih awal. Pengendalian pajak

termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih

besar dari jumlah pajak terutang.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

15

2. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak

Suandy (2011) menerangkan bahwa motivasi yang mendasari

dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga

unsur perpajakan, yaitu :

a. Kebijakan Perpajakan (tax policy)

Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari

berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari

berbagai aspek kebijakan pajak, terdapat faktor-faktor yang

mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak.

1. Jenis Pajak yang Akan Dipungut

Dalam sistem perpajakan modern terdapat berbagai jenis

pajak harus menjadi pertimbangan utama, baik berupa pajak

langsung maupun pajak tidak langsung dan cukai sebagai berikut :

a) PPh Badan dan Orang Pribadi.

b) Pajak atas keuntungan modal (capital gains).

c) Withholding tax atas gaji, deviden, sewa, bunga, royalty.

d) Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk.

e) Pajak atas undian/hadiah.

f) Bea materai.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

16

g) Capital transfer taxes/transfer duties.

h) Lisensi usaha dan pajak perdagangan lainnya.

Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar

dimana masing-masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat

perlakuan pajak sendiri-sendiri. Misalnya bea masuk dianggap

sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak

atau bisa dimintakan restitusi apabila kita melakukan ekspor

barang (output).

Sedangkan Pajak Penghasilan adalah pajak atas laba atau

penghasilan kena pajak yang dapat mengurangi besarnya

penghasilan bersih setelah pajak. Maka agar tidak mengganggu

atau tidak memberatkan arus kas perusahaan, diperlukan

perencanaan pajak yang baik untuk bisa menganalisis transaksi apa

yang akan terkena pajak yang mana dan berapa dana yang

diperlukan, sehingga dapat diketahui berapa penghasilan bersih

setelah pajak.

2. Subjek Pajak

Di Indonesia terdapat pemisahan antara badan usaha

dengan pribadi pemiliknya (pemegang saham) yang akan

menimbulkan pajak ganda.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

17

Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran

dividen badan usaha kepada pemegang saham perorangan dan

kepada pemegang saham berbentuk badan usaha menyebabkan

timbulnya usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar

beban pajak rendah sehingga sumber daya perusahaan bisa

dimanfaatkan untuk tujuan yang lain. Di samping itu, ada

pertimbangan untuk menunda pembayaran dividen dengan cara

meningkatkan jumlah laba yang ditahan bagi perusahaan yang juga

akan menimbulkan penundaan pembayaran pajak.

3. Objek Pajak

Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas objek

pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama, akan menimbulkan

usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya rendah. Karena

objek pajak merupakan basis perhitungan besarnya pajak, maka

untuk optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan

merencanakan pajak yang tidak lebih (karena bisa mengurangi

optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (agar tidak

harus membayar sanksi yang berarti pemborosan dana).

b. Undang-Undang Perpajakan (Tax Law)

Kenyataan menunjukkan bahwa di mana pun tidak ada Undang-

undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Oleh

karena itu, dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

18

ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan

Menteri Keuangan, dan Keputusan Ditjen Pajak). Tidak jarang

ketentuan pelaksanaan pajak tersebut bertentangan dengan Undang-

undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat

kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.

Akibatnya terbuka celah (loopholes) bagi Wajib Pajak untuk

menganalisis kesempatan tersebut dengan cermat untuk perencanaan

pajak yang baik.

c. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)

Indonesia merupakan negara dengan wilayah luas dan jumlah

penduduk yang banyak. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya

secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan

perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi

maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat

fiskus dengan Wajib Pajak akibat luasnya peraturan perpajakannya

yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif.

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah

untuk memaksimalkan laba setelah pajak, karena pajak ikut

mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam

operasi perusahaan untuk melakukan investasi melalui analisis yang

cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan yang ada dalam

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

19

ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah, untuk

memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi

hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu)

dengan memanfaatkan :

1. Perbedaan tarif pajak (tax rates).

2. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan

pajak (tax base).

3. Loopholes, Shelters, dan Havens.

3. Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak

Agar tax planning berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka

perencanaan itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan tahap-

tahap berikut :

1. Analisis informasi yang ada.

2. Buat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.

3. Evaluasi pelaksanaan rencana pajak.

4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana

pajak.

5. Mutakhirkan rencana pajak.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

20

Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga

telah berjalan, namun juga masih perlu mempertimbangkan setiap

perubahan yang terjadi baik undang-undang maupun pelaksanaannya

di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan yang mungkin

mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu perjanjian, yang

berkenaan dengan perubahan yang terjadi di luar negeri atas berbagai

macam pajak maupun aktifitas informasi bisnis yang tersedia sangat

terbatas. Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang

perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis.

Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan

datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan

mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan,

dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk

memperoleh manfaat yang potensial.

B. Implementasi Perencanaan Pajak

1. Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak

Menurut Suandy (2011), agar perencanaan pajak dapat berhasil

sesaui dengan yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya

dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap, yaitu sebagai berikut :

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

21

a. Menganalisis Informasi (Basis Data) yang Ada

Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak

adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang

terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin

beban pajak yang harus ditanggung. Hal ini hanya bisa dilakukan

dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak, baik

secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat

dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Penting

juga untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan

dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak

yang mungkin terjadi.

Untuk itu, seorang manajer perpajakan harus

memperhatikan faktor-faktor baik internal maupun eksternal, yaitu

sebagai berikut :

1) Fakta yang Relevan

Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang

semakin tinggi, seorang manajer perusahaan dalam melakukan

perencanaan pajak untuk perusahaannya dituntut untuk benar-

benar menguasai situasi yang dihadapi. Baik dari segi internal

maupun eksternal yang terjadi agar perencanaan pajak dapat

dilakukan secara tepat dan menyeluruh terhadap situasi maupun

transaksi yang mempunyai dampak dalam perpajakan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

22

2) Faktor-faktor Pajak

Dalam menganalisis setiap permasalahan yang dihadapi

dalam penyusunan perencanaan pajak tidak terlepas dari dua

hal utama yang berkaitan dengan faktor-faktor berikut :

a) Sistem perpajakan nasional yang dianut oleh suatu negara.

b) Sistem fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakan baik

Undang-undang domestik maupun kebijakan perpajakan.

Faktor-faktor pajak, terdiri dari :

a) Tipe pajak yang ada

Dalam merencanakan pajak, manajer harus

mengetahui secara pasti kewajiban perpajakan apa saja

yang berhubungan dengan perusahaan, baik pajak lokal

maupun pajak luar negeri.

b) Penafsiran atas undang-undang atau perjanjian

Manajer harus berhati-hati dalam menafsirkan atau

menentukan definisi dari suatu perjanjian, karena perjanjian

umumnya merumuskan istilah-istilah tertentu namun tidak

didefinisikan secara khusus.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

23

c) Faktor penghubung

Faktor-faktor penghubung yang mempengaruhi besarnya

beban pajak antara lain :

1. Bentuk badan dari pembayar pajak

Setiap negara mempunyai perlakuan sendiri-sendiri

atas kewajiban perpajakannya tergantung dari bentuk

badan wajib pajak. Masing-masing bentuk badan akan

memperoleh perlakuan yang berbeda mulai dari beban

pajak, pengurangan dan pembatasan yang diberikan

maupun tarif pajak yang diperlukan.

2. Sumber penghasilan

Sumber penghasilan merupakan dasar pertimbangan

apakah wajib pajak akan dikenai pajak atau tidak.

Terutama bagi negara yang menganut sistem perpajakan

schedular (schedular tax system) dimana dalam sistem

ini diatur apa saja yang dikenakan pajak, siapa saja

yang dikenai pajak, apa dasar pengenaan pajaknya,

berapa tarifnya, apa saja yang dikurangkan, dan lain

sebagainya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

24

3. Sifat dari transaksi atau operasi

Dalam merencanakan pajak, manajer harus

memperhatikan setiap aspek perpajakan yang melekat

dalam setiap transaksi yang akan dilakukan, karena

transaksi tertentu mungkin akan mendapatkan

perlakuan yang menguntungkan atau sebaliknya.

4. Hubungan antara pembayar dengan pihak lain

Perlakuan pajak dipengaruhi oleh beberapa hal,

antara lain dengan siapa dan dalam bentuk apa kita

berhubungan. Bahkan, ada beberapa negara yang

memberikan perlakuan khusus terhadap perusahaan

yang melaporkan keuntungan dan kerugiannya secara

terkonsolidasi dengan anak perusahaannya.

5. Insentif pajak

Insentif pajak adalah salah satu fasilitas perpajakan

yang diberikan kepada investor luar negeri untuk

aktivitas tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu.

Insentif ini diberikan guna pembangunan ekonomi suatu

negara khususnya negara berkembang.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

25

3) Faktor Nonpajak Lainnya

a) Masalah Badan Hukum (Legal Entity)

Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan

sering dibuat sebagai fungsi dari seluruh peraturan (baik

pajak maupun nonpajak) dalam rangka administrasi

pembentukan dan pembubaran badan hukum yang

bersangkutan.

b) Masalah Mata Uang dan Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang yang berfluktuasi atau tidak

stabil memberikan risiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi

jika ada masalah devaluasi maupun revaluasi. Dari dampak

finansial tentunya berakibat pada posisi laba rugi, terutama

bila terdapat banyak transaksi baik ekspor/impor maupun

pinjaman dalam bentuk mata uang asing. Disini diperlukan

strategi bisnis dalam menangani jual beli antara induk

perusahaan dengan anak perusahaan ataupun dengan

berbagai mitra usaha.

c) Masalah Pengawasan Devisa

Berbagai aturan yang dibuat mengenai devisa

tentunya menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan

untuk menanamkan modal atau tidak, karena perhitungan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

26

untung rugi akhirnya selalu menjadi patokan dasar dalam

mengambil keputusan. Perencanaan pajak juga akan

terpengaruh karena bagaimanapun pengaturan pengawasan

devisa berdampak terhadap transfer pembayaran-

pembayaran, misalnya pembayaran pinjaman dari residen

ke non residen.

d) Masalah Program Insentif Investasi

Masalah program insentif yang ditawarkan negara

tertentu memberikan pilihan bagi WP untuk melakukan

investasi atau pemekaran usaha pada suatu lokasi/negara

tertentu. Insentif investasi yang merangsang biaya berupa

pemberian pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas

bunga, ataupun adanya pemberian bantuan dari pemerintah.

e) Masalah Faktor Nonpajak Lainnya

Faktor nonpajak lainnya seperti hukum dan sistem

administrasi yang berlaku, kestabilan ekonomi dan politik,

tenaga kerja, pasar, ada atau tidaknya tenaga profesional,

fasilitas perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi,

dan lain-lain harus dipertimbangkan juga dalam

penyusunan perencanaan pajak terutama berkaitan dengan

pemilihan lokasi investasi, apakah berupa cabang, anak

perusahaan, atau lainnya.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

27

b. Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak

Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau

lebih atas tindakan-tindakan berikut ini :

1) Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan

internasional.

2) Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi

atau menjadi residen dari negara tersebut.

3) Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.

c. Evaluasi atas Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang

merupakan bagian kecil dari seluruh perencanaan strategis

perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk melihat

sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap

beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak

atas berbagai alternatif perencanaan. Variabel-variabel tersebut

akan dihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai berikut :

1) Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan.

2) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil

dengan baik.

3) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tetap gagal.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

28

Dari ketiga hipotesis tersebut tentu akan memberikan hasil

yang berbeda. Dari hasil tersebut barulah ditentukan apakah

perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.

d. Mencari Kelemahan dan Kemudian Memperbaiki Kembali

Rencana Pajak

Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak

baik atau tidak, tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana

yang dibuat. Dengan demikian, keputusan yang terbaik atas suatu

perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan

operasi. Akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana

disertai gambaran atau perkiraan berapa peluang kesuksesan dan

berapa laba potensial yang akan diperoleh jika berhasil maupun

kerugian potensial jika terjadi kegagalan.

e. Memutakhirkan Rencana Pajak

Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang

perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang

dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan

yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang

manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari

adanya perubahann dan pada saat yang bersamaan mampu

mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

29

2. Strategi Umum Perencanaan Pajak

a. Tax Saving

Tax Saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui

pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih

rendah. Misalnya, perusahaan dapat melakukan perubahan

pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam

bentuk uang. Salah satu caranya dengan memberikan tunjangan

PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode Gross Up.

Metode ini merupakan metode pemotongan pajak oleh

perusahaan dengan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya

sama besar dengan jumlah pajak karyawan yang terutang. Metode

Gross Up dapat memberikan keadilan pada kedua belah pihak,

karena bagi perusahaan tunjangan pajak dapat diakui sebagai biaya,

sedangkan bagi pegawai dianggap sebagai penghasilan.

Perhitungan tunjangan pajak pada metode Gross Up

diformulasikan untuk menyamakan jumlah pajak yang akan

dipotong dengan tunjangan pihak yang diberikan perusahaan

kepada karyawannya.

Rumus dari metode ini untuk menghitung besarnya

tunjangan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

30

1) Lapisan 1 (Rp 0 – Rp 47.500.00)

= (PKP setahun – Rp 0) x 5 + Rp 0

95

2) Lapisan 2 (Rp 47.500.00 – Rp 217.500.000)

= (PKP setahun – Rp 47.500.000) x 15 + Rp 2.5000.000

85

3) Lapisan 3 (Rp 217.500.000 – Rp 405.000.000)

= (PKP setahun – Rp 217.500.000) x 25 + Rp 32.500.000

75

4) Lapisan 4 (> Rp 405.000.000)

= (PKP setahun – Rp 405.000.000) x 30 + Rp 95.000.000

70

Sumber : http://perpajakan-indo.blogsport.co.id/2017/11

b. Tax Avoidance

Tax Avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak

dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan

merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih

mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam

bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan

merupakan objek pajak PPh Pasal 21.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

31

c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku,

perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa

sanksi administrasi (denda, bunga, atau kenaikan) dan sanksi

pidana (pidana atau kurungan).

d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak

Menunda kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang

berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN.

Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak

keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk

penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur

pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan

barang.

e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan

Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi

mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang

merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas

impor, Ph Pasal 23 atas penghasilan jasa atau sewa.

Setelah mengetahui dengan jelas tahapan-tahapan dalam

membuat perencanaan pajak, kita dapat secepatnya menyusun

strategi untuk mengefisienkan beban pajak tentunya yang sesuai

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

32

dengan kondisi perusahaan. Strategi tersebut menurut Suandy

(2006) dan Zain (2005) dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Memilih bentuk badan hukum yang paling sesuai dengan

kebutuhan dan jenis usaha.

b. Memilih lokasi berdirinya perusahaan dimana lokasi tersebut

hendaknya mendapatkan insentif atau fasilitas perpajakan dari

pemerintah.

c. Mengambil keuntungan yang maksimal dari pengecualian,

potongan atau pengurangan atas Penghasilan Kena Pajak yang

diperbolehkan oleh Undang-Undang.

d. Mengingat bahwa di Indonesia pembagian dividen antar

corporate (inter corporate dividend) tidak dikenai pajak, maka

sebaiknya perusahaan didirikan dalam satu jalur usaha

(corporate company) sehingga dapat menguntungkan masing-

masing badan usaha.

e. Memisahkan profit center dan cost center didalam perusahaan.

f. Pemilihan metode pembukuan, cash basis atau accrual basis.

C. Pajak Penghasilan

1. Definisi Pajak Penghasilan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

33

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun

2000 Pasal 1 “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterimanya atau

diperolehnya dalam tahun pajak”. Pajak penghasilan merupakan pajak

subjektif karena subjek pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima

atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak

Penghasilan, subjek pajak yang menerima atau memperoleh

penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenakan pajak

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak

atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun

pajak.

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Berikut ini adalah Dasar Hukum Pajak yang berlaku di Indonesia,

antara lain :

1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A

Dari berbagai jenis undang-undang yang mengatur tentang

pajak yang ada di Indonesia, UUD 1945 Pasal 23A merupakan

induk sumber hukum dari semua undang-undang yang ada. UUD

1945 Pasal 23 berisi tentang aturan dalam hal keuangan negara

yang meliputi penyusunan anggaran belanja, mata uang negara,

dan peraturan tentang perpajakan. Khusus perpajakan disusun

dalam Pasal 23A yang berbunyi “Pajak dan pungutan lain yang

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

34

bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-

undang”. Dari isi pasal tersebut jelas sekali jika Pasal 23A

merupakan sumber hukum utama dari peraturan-peraturan yang

menetapkan sisten dan tata cara seluruh perpajakan yang berlaku di

Indonesia.

Melihat pajak yang berlaku di Indonesia, tentu kita

mengenal berbagai jenis pajak yang umum sering kita bayar per

tahunnya, seperti PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan PPh (Pajak

Penghasilan). Secara hukum masing-masing dari jenis pajak

tersebut diatur terpisah berdasarkan undang-undang yang berbeda,

pemisahan aturan hukum disebabkan karena setiap pajak memiliki

ruang lingkup yang berbeda, sehingga membutuhkan penyesuaian

peraturan secara tepat. Setiap undang-undang yang dibuat untuk

mengatur jenis perpajakan tertentu pada dasarnya secara

menyeluruh merupakan bentuk tindak lanjut dari Undang-Undang

Dasar Pasal 23A.

2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 didalamnya

mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Sebelum terbentuknya undang-undang ini, sebenarnya sudah

terdapat undang-undang yang memiliki tujuan dan aturan hukum

yang sama yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Hadirnya

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

35

UU No. 16 Tahun 2000 merupakan pengganti dari UU Nomor 6

Tahun 1983. Perubahan undang-undang ini didasari oleh beberapa

hal yang berkaitan dengan perbaikan dalam pelaksanaan undang-

undang ini yaitu lebih memberikan kesejajaran dalam keadilan dan

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat atau wajib

pajak dan yang lebih penting adalah menciptakan kepastian hukum

yang lebih tegas.

Dalam UU No. 16 Tahun 2000 menjelaskan beberapa

informasi yang bersifat umum, seperti siapa saja yang memiliki

kewajiban perpajakan beserta ruang lingkup yang meliputi

keseluruhan tentang perpajakan pada umumnya. Selain itu dalam

undang-undang ini juga mengatur tentang fungsi dan mekanisme

penggunaan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), faktor-faktor

tentang pengukuhan pengusaha kena pajak, fungsi dan tata cara

dalam surat pemberitahuan, dan tata cara pembayaran pajak secara

prosedural yang benar.

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

Pada dasarnya undang-undang ini merupakan bentuk

perubahan untuk yang ketiga kali dari undang-undang sebelumnya.

UU Nomor 7 Tahun 1983 merupakan bentuk pertama dari undang-

undang yang berlaku mengenai beberapa peraturan tentang pajak

penghasilan (PPh). Perubahan kedua pada undang-undang ini

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

36

terjadi pada tahun 1994, dimana beberapa pasal mengalami

perubahan isi dan ketentuan yang lebih relevan dengan

perkembangan kondisi negara. Beberapa jenis undang-undang

lainnya banyak yang mengalami perubahan saat itu, sehingga

untuk mendukung perubahan tersebut dibutuhkan penyesuaian

pada undang-undang pajak penghasilan agar secara keseluruhan isi

mampu menguatkan dan memiliki keterikatan yang lebih dengan

undang-undang lainnya.

UU Nomor 17 Tahun 2000 didalamnya berisi tentang

penjelasan dan ketentuan yang berkaitan dengan keseluruhan ruang

lingkup pajak penghasilan. Undang-undang ini memiliki beberapa

pasal didalamnya yang menyebutkan perihal tentang siapa saja

yang termasuk sebagai subjek pajak penghasilan, penggolongan

jenis-jenis pajak, ketentuan tentang penyebutan objek pajak

penghasilan, perhitungan besarnya pajak penghasilan yang harus

dikeluarkan oleh wajib pajak, dan penghasilan tidak kena pajak.

4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 merupakan

perubahan kedua dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983,

undang-undang ini merupakan dasar peraturan tentang Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan atas

barang mewah. Jika melihat isi pembukaan dalam undang-undang

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

37

ini akan terlihat beberapa kepentingan terhadap pelaksanaan aturan

yang menjadi acuan dalam melakukan perubahan terhadap undang-

undang sebelumnya. Perubahan dalam undang-undang diwujudkan

untuk meningkatkan jaminan kepastian hukum dan meratanya

tingkat keadilan, selain itu perubahan yang terjadi bersifat

mempermudah dalam penerapan sistem perpajakan tanpa

mengabaikan fungsi pengawasan pengamanan penerimaan negara

yang ditujukan untuk menggerakkan pembangunan nasional.

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2000 memuat

beberapa peraturan mengenai penjelasan tentang apa saja yang

termasuk jenis barang dan jasa kena pajak, kegiatan ekspor, impor

dan perdagangan, subjek-subjek yang kena pajak, ketentuan untuk

melaporkan dan menyetor pajak yang terhutang, perihal ketentuan

objek pajak, dan ketentuan tentang pajak atas penjualan barang

mewah beserta ruang lingkup baik jenis maupun hingga

perhitungan didalamnya mulai dari aturan tarif minimum dan

maksimum atas pajak barang mewah.

5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 merupakan

pengganti dari undang-undang sebelumnya yang telah berlaku,

yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997. Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2000 didalamnya berisi aturan dan prosedural

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

38

tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Mengingat sifat pajak

adalah kewajiban yang harus dibayar, maka dalam penerapan harus

terdapat mekanisme pengawasan dan ketegasan terhadap

ketidakpatuhan dalam segala upaya yang berkaitan dengan

pelaksanan kewajiban tertanggung oleh subjek pajak. Itulah salah

satu alasan mengapa undang-undang ini mengalami perubahan,

selain dipengaruhi juga oleh faktor perubahan sistem hukum

nasional dan tatanan kehidupan masyarakat yang membutuhkan

akan meningkatnya kepastian hukum dan memberikan keadilan

bersama.

6) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 memuat tentang

perubahan atas peraturan sebelumnya, yaitu Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 1997. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000

mengatur tentang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Dilihat dari isi yang ada dalam undang-undang ini meliputi

beberapa ketentuan mengenai pengertian umum tentang bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan, penjelasan tentang

perolehan hak atas tanah dan bangunan beserta maksud dari adanya

hak atas tanah dan bangunan, surat ketetapan dan surat setoran bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan, penjelasan tentang objek

pajak atas tanah dan bangunan, dan pemindahan serta pelepasan

hak atas tanah dan bangunan.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

39

7) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002

Merupakan Undang-Undang yang mengatur segala

ketentuan yang berkaitan tentang pengadilan pajak yang berlaku di

Indonesia. Hal yang menjadi dasar dan tujuan dari penetapan

undang-undang ini adalah bahwa Indonesia adalah negara hukum

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang tujuannya menjamin

terwujudnya keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, terselenggaranya pembangunan nasional

yang merata di seluruh Indonesia, belum adanya lembaga hukum

yang bertindak sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa

pajak, dan tujuan yang paling terpenting adalah mampu

menciptakan kepastian dan keadilan hukum dalam penyelesaian

sengketa pajak. Dilihat dari isi undang-undang ini, didalamnya

menjelaskan tentang beberapa ketentuan umum mengenai susunan

lembaga pajak, fungsi dan prosedural dalam perpajakan,

kedudukan pengadilan pajak, dan susunan dari pengadilan pajak.

8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 merupakan

pengganti dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang

sebelumnya telah berlaku dalam perpajakan Indonesia. Undang-

Undang ini secara keseluruhan mengatur pelaksanaan dan aturan

tentang pajak bumi dan bangunan yang berlaku di Indonesia.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

40

Pengubahan undang-undang ini ditujukan untuk lebih

meningkatnya peran pajak dalam pembangunan nasional

khususnya dalam kegiatan perekonomian, menjaga agar

perkembangan ekonomi terus terselenggara dan berjalan dengan

baik sesuai dengan kebijakan pembangunan yang berlaku, dan

untuk meningkatkan kepastian hukum yang berkaitan dengan

sistem perpajakan yang terus berkembang. Perubahan undang-

undang ini memuat beberapa aturan mengenai objek pajak yang

tidak termasuk dalam hitungan pajak bumi dan bangunan serta

ketentuan terhadap penetapan nilai jual objek pajak beserta ruang

lingkup yang terkandung dalam pajak bumi dan bangunan.

3. Wajib Pajak dan Kewajibannya

a. Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah setiap orang pribadi atau badan yang

telah memenuhi kewajiban objektif dan subjektif perpajakan.

Wajib Pajak yang diwajibkan mempunyai NPWP dibedakan

menjadi :

1) Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan diatas PTKP.

2) Badan Usaha dalam segala bentuk termasuk BUT.

3) Bendahara pemerintah pusat maupun daerah.

b. Kewajiban Wajib Pajak Setelah Mempunyai NPWP

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

41

1) Wajib Pajak yang Mempunyai Penghasilan dari Hubungan

Kerja

Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (berstatus sebagai

karyawan) dan hanya bekerja pada satu pemberi kerja tidak

memiliki kewajiban untuk membayar pajak sendiri setiap bulan

atas penghasilan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan

pekerjaan. WPOP ini juga tidak memliki kewajiban untuk

membuat laporan (Surat Pemberitahuan Masa) ke KPP setiap

bulan.

Perusahaan tempat wajib pajak bekerja memiliki kewajiban

untuk memotong pajak atas penghasilan sehubungan pekerjaan

yang dibayarkan/terutang kepada karyawannya setiap bulan

dan menyetorkannya ke kas negara serta melaporkannya ke

KPP setempat. Oleh karena itu, gaji yang diterima oleh WPOP

yang berstatus sebagai karyawan adalah gaji bersih setelah

dipotong pajak penghasilan.

2) Wajib Pajak yang Mempunyai Penghasilan dari Kegiatan

Usaha

WPOP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas

selaku pemberi kerja selain diwajibkan untuk menghitung,

membayar, dan melaporkan pajak yang terutang atas

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

42

penghasilan yang diterima atau diperolehnya sendiri juga

diwajibkan untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan

PPh yang terutang atas penghasilan yang dibayarkan atau

terutang kepada karyawannya.

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang adalah sebesar PPh

terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu,

setelah dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut oleh

pihak pemberi kerja dan PPh yang terutang/dibayar di luar

negeri yang dapat dikreditkan, dibagi dua belas.

c. Kewajiban Wajib Pajak yang Menjalankan Usaha

1) Kewajiban Menghitung dan Membayar Pajak

Dalam hal kewajiban menghitung dan membayar sendiri

pajak Wajib Pajak wajib menghitung dan membayar sendiri

pajak terutang, yang meliputi pembayaran angsuran PPh setiap

bulan (PPh Pasal 25) dan kekurangan PPh selama setahun (PPh

Pasal 29). Di samping itu, juga meliputi kewajiban untuk

membayar atau melunasi utang pajak yang timbul karena

pemeriksaan pajak.

2) Kewajiban Pemungutan/Pemotongan Pajak

Selain pembayaran yang dilakukan sendiri, terdapat

mekanisme pembayaran lainnya, yaitu dengan mekanisme

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

43

pemotongan atau pemungutan yang dilakukan oleh pihak

pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan adalah pihak

yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk

memotong atau memungut, antara lain yang ditunjuk tersebut

adalah bendahara pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,

penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan

perusahaan luar negeri lainnya. Apabila Wajib Pajak tergolong

sebagai subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan

juga sebagai pemotong atau pemungut pajak.

3) Kewajiban Pelaporan Pajak

Pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak wajib

dilaporkan. Pelaporan pajak dapat disampaikan di KPP tempat

Wajib Pajak terdaftar, KP2KP di lingkungannya, drop box, e-

filing, dan/atau mobil pajak atau pojok pajak. Wajib Pajak

menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai sarana

pelaporan dan pertanggungjawaban penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang. Selain itu, SPT juga digunakan

untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang

dilakukan WP sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan

dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong atau

pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran

dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan

pemungutan pajak yang telah dilakukan.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

44

4) Kewajiban Pembukuan/Pencatatan

Pembukuan diwajibkan bagi WP Badan dan WPOP yang

melakukan kegiatan usaha atau perkerjaan bebas, dengan

pengecualian apabila omsetnya dalam satu tahun di bawah Rp

4,8 milyar. Sedangkan bagi WPOP yang melakukan kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas dengan omset di bawah Rp 4,8

milyar setahun atau tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas, diwajibkan untuk melakukan pencatatan.

4. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan adalah beban yang telah memenuhi kewajiban

objektif dan subjektif perpajakan. Objek pajak PPh Badan adalah

penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh wajib pajak badan baik yang berasal dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak badan yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Tarif yang

diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam

negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 25%. Penurunan tarif

sebesar 5% lebih rendah dari tarif normal apabila :

a. WP merupakan WP dalam negeri berbentuk perseroan terbuka

dengan kepemilikan saham publiknya 40% atau lebih dari

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

45

keseluruhan saham yang disetor, dan saham tersebut dimiliki

paling sedikit 300 pihak.

b. Masing-masing pihak pemilik saham hanya boleh memiliki kurang

dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor.

c. Kondisi pada huruf a dan b tersebut harus terpenuhi paling singkat

6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak.

D. Jenis-Jenis Pajak Penghasilan

1. Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan

berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan

nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjan atau

jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi

(Mardiasmo,2011:188).

a. Pemotong PPh Pasal 21

1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

2) Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah.

3) Dana pensiun atau badan lain seperti jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek) dan badan-badan lainnya.

4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas serta yang membayar honorarium atau pembayaran lain

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

46

kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi dengan status sugjek

pajak luar negeri, peserta pendidikan, pelatihan dan magang.

5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,

oraganisasi yang bersifat internasional, perkumpulan, orang

pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan

kegiatan.

b. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1) Pegawai.

2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,

tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli

warisnya.

3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

sehubungan dengan pekerjaan,jasa, atau kegiatan.

c. Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain

dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada

mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka,

dengan syarat :

1) Bukan Warga Negara Indonesia.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

47

2) Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain

di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3) Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan

oleh Keputusan Menteri Keuangan sepanjang bukan Warga

Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau pekerjaan

lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

d. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik

berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun

secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejeninya.

3) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja

dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima

secara sekaligus berupa uang peasngon, uang manfaat pensiun,

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain

sejenisnya.

4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa

uapah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan,

atau upah yang dibayarkan secara bulanan.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

48

5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,

komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

dan kegiatan yang dilakukan.

6) Imbalan kepada peserta kegiatan, anatara lain berupa uang

saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau

penghargaan dengan nama apapun.

e. Tidak termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa.

2) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam

bentuk apapun yang diberikan oleh Waji Pajak atau

Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib

Pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang

dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed

profit).

3) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran

tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan

penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara

jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

49

4) Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan

atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah.

5) Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara

Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka

mengikuti pendidikan formal/nonformal yang terstruktur baik

di dalam negeri maupun luar negeri.

f. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besarnya penghasilan tidak kena pajak sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 adalah sebagai

berikut :

1) Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2) Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

3) Rp 54.000.000 tambahan untuk istri yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami.

4) Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah

dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak

angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3

orang untuk setiap keluarga.

g. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

50

Berdasarkan UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008

Pasal 17 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Lapisan Penghasilan Tarif

sampai dengan Rp 50.000.000 5%

di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%

di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%

di atas Rp 500.000.000 30%

Sumber : UU PPh Nomor 36 Tahun 2008

Bagi Wajib Pajak penerima penghasilan yang dikenai

pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak mempunyai NPWP dikenai

pemotongan 20% lebih tinggi dari tarif normal.

2. Pajak Penghasilan Pasal 22

a. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 22

Mardiasmo (2011:246) mengemukakan bahwa Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh :

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

51

1) Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi/lembaga

pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan

dengan pembayaran atas penyerahan barang.

2) Badan-badan tertentu, baik dalam pemerintah maupun swasta

berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan

usaha di bidang lain.

3) Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari

pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

b. Pemungut dan Objek PPh Pasal 22

1) Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC), atas

impor barang.

2) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Bendahara

Pemerintah Pusat/Daerah yang melakukan pembayaran atas

pembelian barang.

3) BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan

dana yang bersumber dari APBN dan atau APBD, kecuali

badan-badan tersebut pada angka 4.

4) Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Badan

Urusan Logistik (BULOG), PT. Telkom, PT. PLN, PT. Garuda

Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina dan

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

52

bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang

dananya bersumber baik dari APBN maunpun non APBN.

5) Badan usaha yang bergerak dalam bidang industri semen,

industri rokok, industri kertas, industri baja dan industry

otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak,

atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri.

6) Produsen atau importer bahan bakar minyak, gas, dan pelumas

atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.

7) Industri dan eksportir yang bergerak dalam bidang perhutanan,

perkebunan, pertanian, dan perikanan, yang ditunjuk oleh

Dirjen Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan

industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

8) WP Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong

sangat mewah.

c. Tarif PPh Pasal 22

1) Atas impor :

a) Yang mengunakan Angka Pengenal Importir (API), 2,5%

dari nilai impor.

b) Yang tidak menggunakan API, 7,5% dari nilai impor.

c) Yang tidak dikuasai, 7,5% dari harga jual lelang.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

53

2) Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPb, Bendahara

Pemerintah, BUMN/BUMD sebesar 1,5% dari harga pembelian

tidak termasuk PPN dan tidak final.

3) Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan

Keputusan Dirjen Pajak, yaitu :

a) Kertas = 0,1% x DPP PPN (tidak final).

b) Semen = 0,25% x DPP PPN (tidak final).

c) Baja = 0,3% x DPP PPN (tidak final).

d) Rokok = 0,15% x harga bandrol (final).

e) Otomotif = 0,45% x DPP PPN (tidak final).

4) Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh

produsen atau importer bahan bakar minyak, gas, dan pelumas

adalah sebagai berikut :

a) Bahan bakar minyak sebesar :

1. 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk

penjualan kepada SPBU Pertamina.

2. 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk

penjualan kepada SPBU bukan Pertamina dan non

SPBU.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

54

b) Bahan bakar gas sebesar 0,3% dari penjualan tidak

termasuk PPN.

c) Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN.

5) Atas penjualan bahan-bahan untuk keperluan industri atau

ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak

dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan

yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 dari pedagang

pengumpul sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk

PPN.

d. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1) Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh,

dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).

2) Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan PPN,

dilaksanakan oleh DJBC.

3) Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata

dimaksudkan untuk diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh

Dirjen BC.

4) Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang

lainnya yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000 dan tidak

merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

55

5) Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas,

air minum/PDAM, benda-benda pos.

6) Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang

perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan

SKB.

7) Pembayaran/pencarian dan Jaring Pengaman Sosial oleh

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

8) Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau

barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,

pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang

ditentukan oleh Ditjen Bea dan Cukai.

9) Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

3. Pajak Penghasilan Pasal 23

a. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang

dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak dalam negeri dan BUT yang berasal dari modal, penyerahan

jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh

21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh

tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

56

dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan

perusahaan luar negeri lainnya (Mardiasmo,2011:255).

b. Pemotong PPh Pasal 23

1) Badan pemerintah.

2) Subjek pajak badan dalam negeri.

3) Penyelenggara kegiatan.

4) Bentuk usaha tetap (BUT).

5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

6) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk

oleh Direktur Jenderal Pajak.

c. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23

1) Wajib Pajak dalam negeri.

2) BUT.

d. Tarif dan Objek PPh Pasal 23

1) 15% dari jumlah bruto atas :

a) Dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi

dikenakan final, bunga, royalti.

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

57

b) Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh

Pasal 23.

2) 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain

sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah

dan/atau bangunan.

3) 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen,

jasa kontruksi, dan jasa konsultan.

4) 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya.

5) Untuk yang tidak non NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari

tarif PPh Pasal 23.

Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang

dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh

tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak

dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau

perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak

dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk :

1) Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan

pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

pekerjaan yang dibayarkan oleh WP penyedia tenaga kerja

kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,

berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa.

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

58

2) Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau

material (dibuktikan dengan faktur pembelian).

3) Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk

selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga (dibuktikan

dengan faktur tagihan pihak keiga disertai dengan

perjanjian tertulis).

4) Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu

penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata

telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga

(dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran

yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku :

1) Atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa

catering.

2) Dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan

jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat final.

e. Pengecualian Pemotongan PPh Pasal 23

1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada Bank.

2) Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa

guna usaha dengan hak opsi.

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

59

3) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi,

BUMN/BUMD, dari penyertan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

b) Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan

saham pada badan yang memberikan deviden paling renah

25% dari jumlah modal yang disetor.

4) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-

saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk

pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

5) SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada

anggotanya.

6) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha

atau jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman

dan/atau pembiayaan.

4. Pajak Penghasilan Pasal 25

Meurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 25,

ketentuan angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan antara lain

sebagai berikut :

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

60

a. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus

dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar

Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan

Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi

dengan :

1) Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dalam Pasal 21

dan Pasal 23.

2) Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 22.

3) Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri

yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

b. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP

untuk bulan-bulan sebelum SPT Pajak Penghasilan disampaikan

sebelum batas waktu penyampaian SPT Pajak Penghasilan sama

dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak

yang lalu.

c. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan

Pajak untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak

dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

61

berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat

Ketetapan Pajak.

d. Dirjen Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya

angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu,

sebagi berikut :

1) WP berhak atas kompensasi kerugian.

2) WP memperoleh penghasilan tidak teratur.

3) SPT Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah

lewat batas waktu yang ditentukan.

4) WP diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT

Pajak Penghasilan.

5) WP membentulkan sendiri SPT Pajak Penghasilan yang

mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran

bulanan sebelum pembetulan.

6) Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

e. Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran

pajak bagi :

1) WP baru.

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

62

2) Bank, BUMN, BUMD, Wp masuk bursa, dan Wp lainnya yang

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus

membuat laporan keuangan berkala.

3) WP orang pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi

0.75% dari peredaran bruto.

f. Penurunan PPh Pasal 25

1) Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan kesejahteraan

karyawan. Karena Indonesia termasuk negara yang cenderung

sering mengalami inflasi, maka metode penilaian persediaan

yang disarankan adalah metode rata-rata (average). Metode ini

akan menghasilkan beban pokok penjualan (BPP) yang lebih

tinggi dibandingkan metode penilaian persediaan yang lain.

BPP yang tinggi akan menurunkan laba kotor sehingga

penghasilan kena pajak ikut mengecil.

2) Selain pembelian langsung, perusahaan dapat

mempertimbangkan untuk memperoleh aktiva tetap melalui

sewa guna usaha karean jangka waktu leasing umumnya lebih

pendek dari umum aktiva dan dapat dibiayakan seluruhnya,

sehingga aktiva tersebut dapat dibiayakan lebih cepat daripada

melalui penyusutan jika membeli secara langsung.

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

63

3) Memilih metode penyusutan dan amortisasi yang paling sesuai

dan menguntungkan bagi perusahaan.

4) Menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkan pada

transaksi yang bukan objek pajak.

5) Mengoptimalkan jumlah kredit pajak yang diperbolehkan.

6) Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan withholding tax.

7) Memberikan tunjangan PPh Pasal 21 kepada karyawan dengan

cara gross up.

8) Menunda pembayaran kewajiban pajak sampai dengan

mendekati tanggal jatuh tempo.

9) Menghindari pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak biasa

dilakukan terhadap wajib pajak yang :

1. SPT lebih bayar

a. Menghindari lebih bayar dapat dilakukan dengan cara

mengajukan pengurangan pembayaran lumpsum

(angsuran masa) PPh Pasal 25 ke KPP yang

bersangkutan jika pada tahun yang bersangkutan

diperkirakan akan terjadi kelebihan pembayaran pajak.

b. Mengajukan permohonan pembebasan Pasal 22 impor

jika perusahaan melakukan impor.

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

64

2. SPT rugi

a. Tidak memasukkan atau terlambat memasukkan SPT.

b. Ada informasi pelanggaran.

c. Memenuhi kriteria yang ditetapkan Dirjen Pajak.

5. Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2

Berdasarkan Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008, Pajak

Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 adalah pajak atas penghasilan berupa

bunga deposito, dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari

transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari

pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan

tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

a. Pemotong PPh Pasal 4 Ayat 2

1) Koperasi.

2) Penyelenggara kegiatan.

3) Otoritas bursa.

4) Bendaharawan.

b. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 4 Ayat 2

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

65

1) Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi

dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan

oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

2) Penerima hadiah undian.

3) Penjual saham dan sekuritas lainnya.

4) Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan.

c. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2

Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI dikenakan

tarif 20%. Pengecualian :

1) Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang

jumlah deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi

Rp 7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-

pecah.

2) Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang

didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di

Indonesia.

3) Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima

aau diperoleh Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri

Keuangan, sepanjang dananya diperoleh dari sumber

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

66

pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

4) Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam

rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana,

kapling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat

sederhana, atau rumah susun sederhana sepanjang untuk dihuni

sendiri.

Omset terkait transaksi yang dikenakan PPh Pasal 4 Ayat 2

tidak dimasukkan dalam omset usaha, namun dimasukkan

dalam omset penghasilan yang telah dipotong PPh Final.

E. Riset Sebelumnya

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh INDAH YULIA

PUSPITASARI (B12.2009.01454) dengan judul “PENERAPAN TAX

PLANNING ATAS PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (STUDI

KASUS PADA CV. SCRONICA SARI)”.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada CV.

SCRONICA SARI maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Tax Planning yang dipakai dalam penelitian ini difokuskan pada :

a. Tunjangan Kesehatan Kepada Karyawan.

b. Memberikan Bonus Gaji Kepada Karwayan.

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

67

c. Biaya Perawatan Kendaraan.

2) CV. Scronica Sari adalah perusahaan jasa catering yang termaju di

daerah Mangkang.

3) CV. Scronica Sari hanya melakukan kegiatan pembukuan dengan

menyajikan laporan Laba/Rugi untuk pemasukan dan pengeluaran

kas untuk pembiayaan kegiatan operasional.

4) CV. Scronica Sari belum memilki karyawan khusus untuk

menangani pajak. Jadi secara langsung tidak melakukan kegiatan

tax planning.

5) Dalam pemenuhan kebijakan perpajakan CV. Scronica Sari adalah

Wajib Pajak yang taat. Hal ini terlihat dari tidak adanya sanksi

ataupun denda dari pihak perpajakan kepada CV. Scronica Sari.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DEBORA NOVAYANTI

(1006811406/FE UI 2012) dengan judul “ANALISIS PENERAPAN

PERENCANAAN PAJAK PPh 21 SEBAGAI UPAYA

MENGOPTIMALKAN PAJAK PENGHASILAN (STUDI KASUS

PT.A)”.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT. A

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan terbagi menjadi 2

cara yaitu :

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

68

a. Pemberian Tunjangan Tunai

a) Pemberian tunjangan kesehatan secara tunai pada

karyawan. Tunjangan kesehatan yang diberikan akan

menambah penghasilan karyawan, tunjangan tersebut boleh

dibebankan oleh perusahaan.

b) Memberi tunjangan makan dalam bentuk tunai pada

karyawan. Tunjangan makan tersebut dibayarkan perbulan

oleh perusahaan. Tunjangan makan yang diberikan kepada

karyawan dapat dijadikan beban oleh perusahaan.

c) Memberikan tunjangan transportasi pada karyawan dalam

bentuk tunai. Tunjangan transportasi yang diberikan kepada

karyawan dapat dijadikan beban oleh perusahaan.

b. Pemberian Natura

Pemberian natura atau kenikmatan yang diberikan oleh

perusahaan adalah dalam bentuk pemberian voucher pulsa

telpon yang digunakan untuk kebutuhan karyawan. Natura

dalam bentuk voucher telepon dapat dibebankan sebesar 50%.

2) Selisih yang terjadi setelah menerapkan perencanaan pajak

merupakan penghematan pajak yang diperoleh oleh perusahaan.

Dimana sebelum penerapan perencanaan pajak, pajak penghasilan

yang harus dibayar perusahaan Rp 426.355.441 dan setelah

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

69

melakukan perencanaan pajak menjadi Rp 307.561.567. Sehingga

diperoleh penghematan pajak sebesar Rp 118.793.874 selisih

tersebut dapat digunakan perusahaan untuk hal yang lebih berguna

dan bermanfaat.

3) Semua perencanaan pajak yang ditetapkan oelh PT. A sudah sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ENI RAMAYANTI BR

JAWAK (070522081.2009) Universitas Sumatra Utara dengan judul

“PENEFRAPAN TAX PLANNING ATAS PAJAK BADAN PADA

PT. AGRICON PUTRA CITRA OPTIMA CABANG MEDAN”.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT.

Agricon Putra Citra Optima Cabang Medan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1) PT. Agricon Putra Citra Optima adalah perusahaan jasa yang sudah

tersebar di 6 kota besar di Indonesia termasuk kota medan.

2) PT. Agricon Putra Citra Optima sebagai cabang perusahaan hanya

melakukan kegiatan pembukuan dengan menyajikan laporan

Laba/Rugi untuk pemasukan dan pengeluaran kas untuk

pembiayaan kegiatan operasional cabang Medan. Selebihnya

ditangani langsung oleh perusahaan yang pusat yang berkedudukan

di Bogor.

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

70

3) Kegiatan pembukuan dilaksanakan berdasarkan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku umum. Kegiatan pembuatan laporan

keuangan dilakukan oleh Branch Manager yang dibantu oleh

Finance Branch Administrator.

4) PT. Agricon Putra Citra Optima melakukan revaluasi terhadap

aktiva tetap.

5) Efisiensi terhadap Pajak Penghasilan Badan yang terutang dapat

dilakukan dengan cara :

a) Pemanfaatan pengembangan dan pendidikan SDM (Sumber

Daya Manusia).

b) Diadakan pos khusus untuk tunjangan pensiun.

c) Diadakan revaluasi atas aktiva.

6) Dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PT. Agricon Putra Citra

Optima adalah Wajb Pajak yang taat. Hal ini terlihat dari tidak

adanya sanksi ataupun denda dari pihak perpajakan kepada PT.

Agricon Putra Citra Optima.

4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ROY CHANDRA

SIHOTANG, UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG 2017 dengan

judul “ANALISIS PENERAPAN PENERAPAN PERENCANAAN

PAJAK (TAX PLANNING) PPh PASAL 21 DALAM UPAYA

Page 62: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

71

EFISIENSI BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN USAHA

(STUDI KASUS PADA PT. XYZ)”.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada

PT.XYZ maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Tax Palnning mampu mengefisiensikan beban pajak penghasilan

badan pada PT. XYZ. Hal ini terlihat dari adanya penghematan

yang timbul tiap tahun dilakukan tax planning. Besarnya

penghematan pajak yang didapat perusahaan tahun 2013 sebesar

Rp 10.541.000, tahun 2014 sebesar Rp 21.355.750, dan tahun 2015

sebesar Rp 24.474.000.

2) Berdasarkan uji beda yang dilakukan atas penerapan tax planning

pada tahun buku 2013 sampai dengan tahun buku 2015 besarnya

penghematan pajak/efisensi yang didapat perusahaan adalah

signifikan dimana probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,047 lebih

kecil dari tingkat signifikan sebesar 0,05.

3) Komponen dalam laporan keuangan PT. XYZ digunakan untuk

menghemat pajak penghasilan adalah pemaksimalan elemen beban

gaji yang berhubungan dengan PPh Pasal 21 dengan memilih

metode gross-up dalam menghitung besaran PPh Pasal 21 terutang

yang menimbulkan akun tunjangan PPh Pasal 21 dalam laporan

keuangan perusahaan yang secara fiscal dapat diakui sebagai

pengurang penghasilan. Selanjutnya memaksimalkan deductible

Page 63: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

72

expense dimana laporan keuangan perusahaan terdapat pada akun

beban entertainment yang dikoreksi fiskal karena tidak adanya

daftar nominatif penerima entertainment.

Agar penghematan PPh dapat dilakukan, perushaan dapat

mereklafikasi biaya tersebut kedalam pemberian honor atau

imbalan kepada pihak ketiga. Perhitungan pajak dilakukan dengan

cara gross-up sehingga penghematan pajaknya dapat dilakukan

secara optimal.

5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh RESTU MUTMAINNAH

MARJAN (A31110115) UNIVERSITAS HASANUDIN MAKASSAR

2014 dengan judul “PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK,

PELAYANAN FISKUS, DAN SANKSI PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAKASSAR

SELATAN)”.

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh

penulis yaitu mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan

fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan formalwajib pajak orang

pribadi maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1) Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan formal wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa makin

Page 64: BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/3452/3/BAB II.pdf · A. Dasar-Dasar Perencanaan Pajak 1. Manajemen Pajak Menurut Sophar Lumbantoruan

73

tinggi kesadaran wajib pajak, maka kepatuhan formal wajib pajak

pun akan tinggi.

2) Sanksi Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan formal wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa makin

tinggi sanksi wajib pajak, maka kepatuhan formal wajib pajak pun

akan tinggi.

3) Kemampuan perusahaan regresi ini untuk menjelaskan besarnya

variasi yang terjadi dalam variabel terkait adalah sebesar 54,8%,

sementara 45,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dipergunakan dalam persamaan regresi ini.