BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... ·...

13
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, pembelajaran matematika realistik menggunakan alat peraga bangun datar sebagai variabel bebas. Kajian teori akan dimulai dari hasil belajar matematika dengan uraian pengertian belajar, hasil belajar dan dilanjutkan dengan hasil belajar matematika. Kajian teori kedua yaitu alat peraga bangun datar dengan uraian pengertian alat peraga, bangun datar dan dilanjutkan dengan alat peraga bangun datar. Kajian teori ketiga yaitu pembelajaran matematika realistik dengan uraian pengertian pembelajaran, matematika dan dilanjutkan dengan pembelajaran matematika realistik. Kajian teori ketiga juga terdapat sintaks implementasi model pembelajaran matematika realistik. 2.1.1. Hasil Belajar Matematika “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).” Hasil belajar gabungan kata hasil dan kata belajar. Menurut Sahertian (2004:20), “Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.” Sudjana (2010:39-40) menyatakan,” hasil belajar yang di capai siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil

belajar matematika sebagai variabel terikat, pembelajaran matematika realistik

menggunakan alat peraga bangun datar sebagai variabel bebas. Kajian teori akan

dimulai dari hasil belajar matematika dengan uraian pengertian belajar, hasil belajar

dan dilanjutkan dengan hasil belajar matematika. Kajian teori kedua yaitu alat peraga

bangun datar dengan uraian pengertian alat peraga, bangun datar dan dilanjutkan

dengan alat peraga bangun datar. Kajian teori ketiga yaitu pembelajaran matematika

realistik dengan uraian pengertian pembelajaran, matematika dan dilanjutkan dengan

pembelajaran matematika realistik. Kajian teori ketiga juga terdapat sintaks

implementasi model pembelajaran matematika realistik.

2.1.1. Hasil Belajar Matematika

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).”

Hasil belajar gabungan kata hasil dan kata belajar. Menurut Sahertian

(2004:20), “Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap

sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan

jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.”

Sudjana (2010:39-40) menyatakan,” hasil belajar yang di capai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar

diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama

kemampuan yang dimilikinya. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa,

juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan

kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

7

Dimyati & Mudjiono (2009:3) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.” Sedangkan menurut Hamalik

(2004:28) “Hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat.”

Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan, maka yang

dimaksud hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah gambaran suatu

interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar yang dipengaruhi oleh faktor dari

dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa berupa kemampuan akademis siswa

dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan

harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika.

2.1.2. Alat Peraga Bangun Datar

Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media perlu

dipahami lebih dahulu sebelum membahas mengenai pengertian alat peraga lebih

lanjut. Menurut Harjono & Piremulyo (2010: 119) ”Media pengajaran adalah sarana

komunikasi dalam proses belajar-mengajar yang berupa perangkat keras maupun

perangkat lunak yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.”

“Media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan (Depdiknas: 2003).”

Sudjana dan Rivai (2002:2) mengemukakan bahwa manfaat media

pembelajaran dalam proses belajar adalah:

1) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar, 2) bahan belajar akan lebih jelas maknanya, sehingga akan mudah

dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai materi dalam pencapaian tujuan

pembelajaran, 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak

merasa bosan, dan 4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi melakukan aktivitas lain, misalnya

demonstrasi, bermain peran, mengamati dan sebagainya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

8

“Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan

tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien

(Sudjana, 2010; 99).” “Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkrit

yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip

dalam matematika” (Djoko Iswandi, 2003; 1). Dengan benda-benda konkrit disekitar

seperti buah-buahan, pensil, buku siswa dapat membilang banyaknya anggota dari

kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yang sesuai pada akhir

membilang, contoh lainnya, model-model bangun datar, bangun ruang dan

sebagainya.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia menyebutkan peraga merupakan alat

untuk memperlihatkan pelajaran (Poerwadarminta, 1987: 374).

“Bangun datar adalah bentuk benda yang rata tidak mempunyai tebal (tebalnya

dapat diabaikan terhadap bendanya). Dalam kehidupan sehari-hari bangun datar

adalah gambaran (bayangan) benda pada bidang datar” (Azman, dkk, 2002; 99).

“Bangun datar adalah bangun yang dibuat (dilukis) pada permukaan datar, contohnya

bangun bersisi 4 disebut bangun datar karena seluruh bangun terletak dalam bidang

yang datar” (Negoro & Harahap, 2003; 18).

Berdasarkan kajian tentang alat peraga bangun datar yang telah diuraikan,

maka penulis berpendapat bahwa alat peraga bangun datar adalah seperangkat benda

konkrit berupa benda yang rata yang dirancang dengan tujuan membantu guru agar

proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Dalam pencapain tersebut, peranan

alat peraga memegang peranan yang penting sebab dapat mempermudah pemahaman

siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru.

2.1.3. Pembelajaran Matematika Realistik

”Pembelajaran adalah proses penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan

melalui belajar, mengajar, dan pengalaman (Slameto,2007;4).” Sedangkan

Poerwadarminta (2005:7) menyebutkan ”Pembelajaran merupakan terjemahan dari

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

9

kata “Instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “instruere”

yang berarti menyampaikan pikiran.” Dengan demikian arti intruksional adalah

penyampaian pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui

pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.

Dimyati & Mudjiono (2009:159) berpendapat bahwa ”pembelajaran berarti

meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan ketrampilan siswa.”

Menurut Sugihartono, dkk (2007:81) “pembelajaran merupakan suatu upaya

yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai

metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien

serta dengan hasil optimal.”

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi

dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori

bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai

teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Soejadi (2000) (dalam heruman,2008:1) “Hakikat matematika yaitu

memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada ksepakatan, dan pola piker yang

deduktif.

Matematika sekolah adalah pelajaran matematika yang diberikan di jenjang

pendidikan menengah ke bawah, bukan diberikan di jenjang pendidikan tinggi.

Matematika sekolah terdiri dari atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna

menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta

berpadu pada perkembangan IPTEK. Menurut Suherman, dkk (2001:55), “fungsi

mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan.”

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) atau dalam bahasa inggris

Realistic Mathematics Education (RME) merupakan sebuah pendekatan matematika

yang dikembangkan pada tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

10

Freudenthal Institute, Utreachet University di Belanda. Pendekatan ini didasarkan

pada anggapan Hans Freudenthal (1905-1990) (dalam Aisyah, dkk, 2007: 7-3)

“bahwa matematika adalah aktivitas manusia.” Menurut pendekatan ini, kelas

matematika bukan tempat memindahkan matematika dari gutu kepada siswa,

melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui

eksplorasi masalah-masalah nyata.

Treffers (dalam Aisyah, dkk, 2007: 7-3) secara eksplisit merumuskan ide

tersebut dalam dua tipe matematisasi dalam konteks pendidikan, yaitu matematisasi

horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horizontal siswa diberi perkakas

matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari seperti pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi

masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke

masalah matematik. Matematisasi vertikal dipihak lain merupakan proses reorganisasi

dalam sistem matematis, misalnya menemukan hubungan langsung dari keterkaitan

antar konsep-konsep dan strategi-strategi dan kemudian menerapkan temuan tersebut.

Freudenthal, 1991 (dalam Aisyah, dkk, 2007: 7-4) matematisasi horisontal bertolak

dari ranah nyata menuju ranah simbol, sedangkan matematisasi vertikal bergerak

dalam ranah simbol. Dengan kata lain, menghasilkan konsep, prinsip, atau model

matematika dari masalah kontekstual sehari-hari termasuk matematisasi horizontal,

sedangkan menghasilkan konsep, prinsip, atau model matematika dari matematika

termasuk matematisasi vertikal. Hal ini disebabkan oleh pemaknaan “realistik” yang

berasal dari bahasa Belanda “realiseren” yang artinya “membayangkan”. Kegiatan

“membayangkan” ini ternyata akan lebih mudah dilakukan apabila bertolak dari

dunia nyata, tetapi tidak selamanya harus melalui cara itu.

“Dalam pendekatan matematika realistik, siswa dipandang sebagai individu

(subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya

dengan lingkungan. Selanjutnya, dalam pendekatan ini diyakini pula bahwa siswa

memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi

kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

11

tentang matematika” (Aisyah, dkk, 2007; 7-5). Permendiknas RI Nomor 41 Tahun

2007 tentang standar Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya

dilakukan melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Jika ditinjau dari

sudut pandang Pendidikan Matematika Realistik, ke tiga macam proses tersebut

merupakan karakteristik dari Pendidikan Matematika Realistik. Oleh kaena itu, bisa

dikatakan bahwa penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik untuk

pembelajaran matematika sejalan dengan kurikulum. Kegiatan eksplorasi yaitu

penggunaan konteks, penerjemahan konteks dielaborasi menjadi penemuan

matematika formal dari konteks situasi melalui metematisasi vertical. Proses trakhir

adalah konfirmasi untuk membangun argument menguatkan hasil proses eksplorasi

dan elaborasi.

a. Karakteristik PMR

Beberapa karakteristik PMR menurut Suryanto (2007) adalah sebagai berikut :

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contectual problems)

digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada

siswa.

2) Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model

matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik

dengan bantuan guru atau temannya.

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah

yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara

menemukannya maupun hasilnya).

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan

dan apa yang telah dihasilkan ; baik hasil kerja mandiri maupun hasil

diskusi.

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang

memang ada hubunganya.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

12

6) Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-

hasil pekerjaannya agar menemukan konsep atau prnsip matematika yang

lebih rumit.

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau

hasil yang siap pakai. Mempelajai matematika sebagai kegiatan paling

cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan

mengerjakan).

b. Prinsip PMR yang diturunkan dari 6 kaidah yang dikemukakan Treffers (1987)

yaitu:

1) Prinsip kegiatan

Pembelajar harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses

pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis

sendiri. Dalam hal ini pembelajar dihadapkan pada situasi masalah yang

memungkinkan ia membentuk bagian-bagian masalah tersebut dan

mengembangkan secara bertahap algoritma, misalnya cara mengalikan

dan membagi berdasarkan cara kerja nonformal.

2) Prinsip Pemanfaatan lingkungan nyata

Matematika realistik harus memungkinkan pembelajar dapat menerapkan

pemahaman matematika dan perkakas matematikanya untuk

memecahkan masalah. Pembelajar harus mempelajari matematika

sedemikian hingga bermanfaat dan dapat diterapkan untuk memecahkan

masalah sesungguhnya dalam kehidupan. Hanya dalam konteks

pemecahan masalah pembelajar dapat mengembangkan perkakas

matematis dan pemahaman matematis.

3) Prinsip pembelajaran bertahap

Belajar matematika artinya pembelajar harus melalui berbagai tahap

pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal

yang berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap

hubungan langsung dan pembuatan bagan; yang selanjutnya pada

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

13

perolehan wawasan tentang prinsip-prinsip yang mendasari dan kearifan

untuk memperluas hubungan tersebut. Kondisi untuk sampai tahap

berikutnya tercermin pada kemampuan yang ditunjukkan pada kegiatan

yang dilakukan. Refleksi ini dapat ditunjukkan melalui interaksi.

Kekuatan prinsip tahap ini yaitu dapat membimbing pertumbuhan

pemahaman matematika pebelajar dan mengarahkan hubungan

longitudinal dalam kurikulum matematika.

4) Prinsip saling menjalin

Prinsip saling menjalin ini ditemukan pada setiap jalur matematika,

misalnya antar topik-topik seperti kesadaran akan bilangan, mental

aritmatika, perkiraan (estimasi), dan algoritma.

5) Prinsip interaksi

Dalam matematika realistik belajar matematik dipandang sebagai

kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi

para pebelajar untuk saling berbagi strategi dan penemuan mereka.

Dengan mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan

mendiskusikan temuan ini, pembelajar mendapatkan ide untuk

memperbaiki strateginya. Lagi pula interaksi dapat menghasilkan refleksi

yang memungkinkan pembelajar meraih tahap pemahaman yang lebih

tinggi

6) Prinsip bimbingan

Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting

dalam mengarahkan pebelajar untuk memperoleh pengetahuan. Mereka

mengendalikan proses pembelajaran yang lentur untuk menunjukkan apa

yang harus dipelajari untuk menghindarkan pemahaman semu melalui

proses hafalan. Pebelajar memerlukan kesempatan untuk membentuk

wawasan dan perkakas matematisnya sendiri, karena itu pengajar harus

memberikan lingkungan pembelajaran yang mendukung berlangsungnya

proses tersebut. Artinya mereka harus dapat meramalkan bila dan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

14

bagaimana mereka dapat mengantisipasi pemahaman dan keterampilan

pebelajar untuk mengarahkannya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

hal ini perbedaan kemampuan pebelajar harus diperhatikan, sehingga

setiap pebelajar mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan

pengetahuannya dengan cara yang paling cocok untuk mereka masing-

masing.

Berdasarkan kajian tentang Pembalajaran Matematika Realistik (PMR) yang

telah diuraikan, maka menurut pendapat penulis PMR merupakan matematika

sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa

sebagai titik awal pembelajaran. Pembelajaran Matematika Realistik menggunakan

masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi

horisontal-vertikal siswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-

konsep matematika atau pengetahuan matematikanya. Selanjutnya, siswa diberi

kesempatan menerapkan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah

sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain, PMR berorientasi pada

pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan, sehingga

pembelajaran mudah diingat dan diaplikasikan siswa ke kehidupan sehari-hari.

Adapun sintaks implementasi model pembelajaran Matematika realistik

adalah:

Tabel 2.1

Sintaks Implementasi Pembelajaran

Matematika Realistik (PMRI)

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Memberikan masalah mengidentifikasi

sifat-sifat bangun datar kepada peserta

didik untuk dipecahkan.

Peserta didik secara berkelompok

berdiskusi mengidentifikasi sifat-sifat

bangun datar menggunakan alat peraga

bangun datar.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

15

Memfasilitasi peserta didik

menggunakan alat peraga bangun datar

Peserta didik berdiskusi menggunakan

alat peraga bangun datar untuk

memecahkan masalah.

Mengarahkan peserta didik untuk

menemukan pemecahan, menciptakan

dan memperoleh pengetahuan yang lebih

dari pembelajaran.

Peserta didik secara berkelompok dapat

menemukan pemecahan, menciptakan

dan memperoleh pengetahuan yang

lebih dari pembelajaran.

Memantau peserta didik sambil

memberikan bantuan seperlunya

terhadap peserta didik yang mengalami

hambatan belajar

Peserta didik dapat menggunakan

pengetahuan sebelumnya untuk

memecahkan masalah, misalnya

peserta didik sudah mengetahuai

bentuk bangun-bangun datar,

mengidentifikasi sifat-sifat bangun

datar, serta menentukan luas dan

keliling bangun datar.

Guru mengarahkan dan memantau

peserta didik untuk bertukar pikiran.

Setiap kelompok saling bertukar

pikiran dengan yang mereka temukan.

Guru melakukan bimbingan untuk

mengarahkan memperoleh pengetahuan.

Peserta didik memperoleh kesempatan

untuk memperoleh wawasan dan

mengembangkan pengetahuanya.

2.2. Kerangka Berpikir

Setelah menerima pelajaran diharapkan siswa dapat menguasai topik bahasan

yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada

soal yang disusun sesuai dengan sasaran. Hasil belajar matematika yang berupa

kemampuan akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran matematika.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

16

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sengaja digunakan untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip

dalam matematika sehingga pembelajaran akan lebih bermakana. Dalam alat peraga

bangun datar hal-hal yang abstrak dapat disajikan adalam bentuk model-model yang

berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikan sehingga dapat

lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan

konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep yang sedang diajarkan.

Sebagai suatu teori pembelajaran “Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)”

tentu saja efektif digunakan dalam pembelajaran matematika dikarenakan PMR

berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari siswa. Pembelajaran

Matematika Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai

pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran

Matematika Realistik akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan

pemahaman konsep siswa.

Pembelajaran Matematia Realistik menggunakan masalah realistik sebagai

pangkal tolak pembelajaran, dan melalui matematisasi horisontal-vertikal siswa

diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika atau

pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan menerapkan

konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah

dalam bidang lain. Dengan kata lain, Pembelajaran Mematika Realistik berorientasi

pada matematisasi pengalaman sehari-hari.

Penulis dalam penelitian ini akan melakukan penelitian untuk meningkatkan

hasil belajar matematika berdasarkan prinsip Pembelajaran Matematika Relistik

menggunakan alat peraga bangun datar. Peneliti memilih pokok bahasan sifat-sifat

bangun datar pada kelas V SD. Di dalam penelitian ini penulis akan melihat

penggunaan PMR dalam pengajaran matematika untuk mengetahui sifat-sifat bangun

datar. Permasalahan kontekstual yang akan dipakai dalam pembelajaran tersebut

tentunya akan diambil dari dunia nyata, sesuai dengan prinsip PMR.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

17

2.3. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran matematika realistik yang relevan dengan judul

penelitian yang penulis angkat ini sesungguhnya telah banyak dilakukan, misalnya

penelitian yang dilakukan oleh:

a. Wagimin (2010) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul

“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tentang Luas Bangun Datar Sederhana Pada

Siswa Kelas VI SD N 1 Jogomertan Kecamatan Petanahan Kabupaten

Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010 Dengan Penggunaan Alat Peraga

Tangram”. Hasil penelitian ini adalah: Penggunaan alat peraga tangram dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan pokok bahasan luas

bangun datar sederhana. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan rata-rata

nilai siswa meningkat dari 53.6, pada pra siklus 170.,33 pada siklus 1 dan

87.27 pada siklus 2 dari skala 100. Pembelajaran menggunakan alat peraga

tangram dalam pembelajaran matematika kelas VI juga dapat meningkatkan

minat siswa pada mata pelajaran matematika.

b. Noni Dyah Ardiani (2011) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan

judul “Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik Menggunakan Alat

Peraga Terhadap Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang

(Balok dan Kubus) Bagi Siswa Kelas V SD” . Hasil penelitian ini adalah:

Pembelajaran Matematika Relistik menggunakan alat peraga efektif digunakan

dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun runang (balok dan

kubus) dibandingkan pembelajaran tanpa PMR menggunakan alat peraga.

Hasil perhitungan analisis Leneve’s Test dapat dilihat nilai signifikansinya

sebesar 0,244 dan dibandingkan dengan pedoman pengambilan keputusan 0,05

yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Terdapat perbedaan yang

signifikan pada hasil belajar siswa yang diajar dengan menerapkan/

menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik menggunakan alat peraga

dengan siswa yang diajar tanpa menerapkan/ menggunakan Pembelajaran

Matematika menggunakan alat peraga.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/814/3/T1... · membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam ...

18

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kajian pustaka, maka yang

menjadi hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

penggunaan alat peraga bangun datar berdasarkan prinsip pembelajaran

matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan

sifat-sifat bangun datar siswa kelas V semester II SDN Mangunsari 06 Salatiga.