BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT A....
Transcript of BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT A....
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
1. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam–
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah,
2005).
2. Pneumonia adalah peradangan paru yang sering terjadi pada bayi dan masa
anak-anak, Pneumonia secara alami dapat dibagi menjadi tiga :Pneumonia
lobaris, Pneumonia lobularis (broncopneumonia) dan Pneumonia
interstitialis (Whaley & Wong, 2000).
3. Broncopneumonia berasal dari kata broncus dan pneumonia berarti cabang
tenggorokan yang merupakan lanjutan dari tracea dan pneumonia berarti
peradangan pada jaringan paru – paru dan juga cabang tenggorokan (broncus)
(Arif Mansjoer,2000).
Kesimpulan broncopnemonia adalah suatu peradangan yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengenai
jaringan paru – paru juga pada cabang tenggorokan yamg biasa menyerang
pada bayi dan anak – anak.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-
organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara
mengalir, yaitu rongga hidung, pharinx, larinx, trachea dan bagian paru-
8
paru yang berfungsi melakukan pertukan gas-gas antara udara dan darah.
Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu :
a. Saluran pernafasan bagian atas, terdiri dari :
1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara
paranalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung dan juga
lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata ke dalam
bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
2) Pharinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannaya dengan esophagus pada
9
ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung
(naso farinx),di belakang mulut (oro farinx) dan di belakang farinx
(farinx laringeal).
b. Saluran pernafasan bagian bawah, terdiri dari:
1) Larinx (tenggorokan) terletak , di depan bagian terrendah parinx
yang memisahkanna dari kolumna veterbra, berjalan dari farinx
sampai ketinggian vertebra sarvikalis dan masuk ke dalam trachea
di bawahnya.
2) Trachea (batang tenggorokan)yang kuranh lebih 9 cm panjangnya
trachae berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian verterbra
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronchus
(bronchi).
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebralis tirakalis kelima, mempunyai stuktur serupa
dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang
utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Broncus kanan lebih
pendek,lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut
lebih lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang
penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga
terbentuk saluran udara paten, yang mudah masuk ke dalam cabang
utama bronchus kanan. Kalau udara salah jalan,maka tidak dapat
masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps
(atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir vertical
10
maka lebih memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan
yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah
tersangkut dalam percabangan bronchus kanan karena arahnya
vertical. Cabang utama broncus kanan dan kiri bercabang-cabang
lagi menjadi segman lobus,kemudian menjadi segmen bronchus.
Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang
dinamakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus
terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm.Bronchiolus tidak di
perkuat oleh cicin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah,semua saluran udara di bawah
bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat
pertukaran gas paru-paru. Di luar bronchiolus terminalis terdapat
asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempt
pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiolus respiratorius, yang
kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang
berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris, yang seluruhnya
dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan
struktur akhir paru-paru.
4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak
dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah
oleh mediastinum central yang mengandung jantung dan
11
pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai
apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronkialis, bronkus,
syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan
dibagi menjadi tiga lopus oleh visula interloaris. Paru-paru kiri
dibagi menjadi dua lobus. Kemudian lobus tersebut dibagi lagi
menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronkus paru-paru
kanan dibagi menjadi 10 segmen, sedangkan paru-paru kiri dibagi
menjadi 9 segmen. Proses patologis seperti atelektasis dan
pneumonia biasanya hanya terbatas pada satu lobus dan segmen
saja. Pleura ada dua macam: pleura parietal yang melapisi rongga
toraks sedangkan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru.
Diantara pleura pariental dan pleura visceral terdapat cairan pleura
seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan
tersebut bergesekan satu sam lain selama respirasi, dan mencegah
pemisahan toraks dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide
dari gelas yang saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut
dapat bergeser satu sama lain, tetapi keduanya tidak dapat
dipisahkan dengan mudah begitu saja hal yang sama juga terdapat
pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru dan toraks.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,
sehingga mencegah kolaps paru-paru kalau terserang penyakit,
pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk
kedalam rongga pleura menyebabkan paru-paru tertekan atau
12
kolaps. Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang
membuat dasar rongga toraks dan memisahkan dari rongga
abdomen. (Pearce, Evelin 1987).
GAMBAR PARU-PARU
2. Fisiologi
a. Pernafasan Paru-paru (Pernafasan Pulmoner)
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas O2 dan CO2 pada
pernafasan melalui paru-paru / pernafasan eksternal, O2 di pungut
melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas O2 masuk melalui
trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonaris.
13
Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli kapiler,
memisahkan O2 dari darah, darah menembus darah ini dan di pungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini di
pompa di dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru-paru pada tekanan O2 mmHg dan pada tingkatan Hb 95 % jenuh
O2.
Di dalam paru-paru, CO2 salah satu buangan metabolisme
menembus membran kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung
dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner/
pernafasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung O2 masuk
keseluruh tubuh, CO2 dari seluruh tubuh maruk paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah
yang bisa dicapai untuk semua bagaian.
4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler, CO2 lebih
mudah berdifusi dari pada O2.
b. Pernafasan Jaringan (pernafasan interna)
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung O2 dari
seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,
14
darah mengeluarkan O2 ke dalam jaringan, mengambil CO2 untuk di
bawa keparu-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
c. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml – 5000 ml
(4,5 – 5 L). udara diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)
hanya 10 % ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu
yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
Pada seorang laki-laki normal (4-5 liter) dan pada seorang
perempuan (3 - 4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit paru-
paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongerti paru-paru)
dan pada kelemahan otot pernafasan.
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor
utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu,
merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla
oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan inpuls yang di salurkan
melalui saraf spiralis ke otot pernapasan (otot diafragma atau
interkostalis).
1). Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla
oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui
radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.
15
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma
dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
2). Pengendalian secara kimia
pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi :
frekuaensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan, pusat
pernapasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali
harus tetap dipertahankan, CO2 adalah preduksi asam dan
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang yang bekerja
atas otot pernapasan.
e. Kecepatan pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pria, pernapasan secara normal
maka ekprirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada
bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga
pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit
Bayi baru lahir : 30-40 x/ menit
12 bulan : 30 x/ menit
2-5 tahun : 24 x/ menit
Orang dewasa : 10-20 x/ menit
Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan
rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertikal. Kenaikan iga-iga
16
dan sterum, yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkoskalis,
meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan.
Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang
membesar itu dan udara di tarik masuk ke dalam saluran, udara, otot
interkostal eksterna diberi peransebagai otot tambahan hanya bila
inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara di paksa oleh pengendoran otot dan karena
paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat elastis paru-paru itu
gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot
leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sterum ke atas. Otot
sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alas nasi
(cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.
f. Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen O2
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut O2 dapat
diatur menurut keperluan orang tergantung pada O2 untuk hidupnya,
kalau tidak mendapatkanya selama kebih dari 4 menit dapat
mengakibatkan kerisakan pada otak yang tidak dapat di perbaiki dan
biasanya pasien meninggal.
Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi
kepala dan mukanya dengan kantong plastik dan menjadi lemas. Tetapi
hanya penyediaan O2 hanya bekurang, maka pasien menjadi kacau
pikiran,ia menderita anoxia serebralis.
17
Hal ini pada orang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti
dalam ruang kapal, di dalam tank dan ruang kebal uap,O2 yang ada
mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi O2 untuk prnafasan
atau tidak dipindahkan ke udara yang normal maka mereka akan
meninggal karena anoxemia / anoxia atau hypoxemia / hypoxia.
Bila O2 di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya
hilang dan menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga, lengan dan kaki
pasien maenjadi kebiru-biruan ata sianosis (Evelyn, Pearce, 1987).
C. Etiologi
Beberapa penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, dan protozoa, pneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan,
cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas.
1. Bakteri gram positif
a. Steptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat
pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b. Straphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokumial).
2. Bakteri gram negatif
a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi pada anak – anak dan
menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
tracheostomi dan infeksi salauran kemih).
c. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
18
3. Bakteri anaerob (masuk aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,
gangguan menelan).
4. Bakteri alypical (insiden mengingat pada usia lanjut,perokok dan kronis).
(Whaley & wong, 1995; Soeparman, 1991)
D. Pathofisiologi
Proses terjadinya bronchopneumonia hasilnya kuman pathogen masuk
ke mukus jalan nafas, kuman tersebut berkembang baik di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport
mokusilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga
terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan
terjadi hiperkresi mucus dan merangsang batuk, mikroorganisme berpindah
karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli lain, keadaan ini menyebabkan
infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti
peradangan vascular dan penurunan darah kapiler
Oedema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan
mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,
menurunkan compliance dan menimbulkan atelektais dan kolap alveoli.
Sebagai tambahan proses pneumonia menyebabkan gangguan pentilasi okulasi
partial pada alveoli dan bronchi, akan menurunkan tekanan oksigen arteri,
darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen
sehingga terjadi hipoxemia arteri.
Sistem sistemik panas karena infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia
yang disebut endogeneus pyrogen, bila zat ini terbawa aliran darah hingga
19
sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat laju atau kecepatan
metabolisme pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab
takhipnea dan tachicardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi,
panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melaui kulit (keringat)
dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.
E. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi fraktus respiratris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40% C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispnea pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-kadang disertai
muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit
tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar di buat diagnosis dengan pemeriksaan
fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat di duga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. (ngastiyah,2005).
Biasanya pendeita bronchopneumonia mengalami serangan seperti
:terdapat suara rochi, muntah, anoreksia, diare dan sakit perut.(Whaley and
Wong, 1995; Soeparman, 1991)
20
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut.
Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema atau
komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan
antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 1997).
G. Penatalaksanaan Klinis
1. Oksigen 1-2 Hter/ menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimuali makan enternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpor muskosilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
( Arif Mansjoer,2000)
H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi:Nama, Umur, jenis Kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji basanya penderita bronchopneumonia akan
mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada sekret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronkitis ini mulai dirasakan saat penderita
mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama
pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap
21
tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernafasan, dada
terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas
krekles, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum
pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat
penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu
riwayat merokok, terpaan polusi kimia dalam jangka panjang misalnya
debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tatapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak
sehat seperti kebiasaan merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan
batuk menetap dengan produksi sputum setiap
hari (terutama pada saat bangun) selama minimum
3 bulan berturut-turut) tiap tahun sedikitnya 2
tahun.
22
Produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali.
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap
(misalnya: asbes debu batubara, romo katun,
serbuk gergaji)
Penggunaan O2 pada malam hari atau terus
menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk
bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan
(misalnya: meninggikan bahu, retraksi vaso supra
klatikula, melebarkan hidung.
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian
diameter AP (bentuk barrel), gerakan diafragma
minimal.
Bunyi nafas : Krekles lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-
abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkaan pada ekstrimitas bawah
Tanda : peningkatn TD
23
Peningkatan frekuensi jantung/ tadikardi berat,
disritmia.
Distensi vena leher (penyakit berat) Edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada)
Warna kulit/ membran mukosa: normal atau abu-
abu/ sianosis, kuku tubuh dan sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukkan animea.
3) Makanan/ cairan
Gejala : Mual/ muntah
Nafsu makan buruk/ anareksia (emfisima)
Ketidakmampuan untuk makan karena distres
pernafasan.
Peningkatan berat badan menunjukkan edema
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan
hepatomigali.
4) Aktifitas/ istirahat
Gejala : kelelahan, keletihan, malaise.
24
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terghadap
aktifitas/ istirahat.
Tanda : Keletihan
Gelisah/ insomnia
Kelemahan umum/ kehilangan masa otot
5) Intergritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6) Higiene
Gejala :Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari-hari.
Tanda :Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala :Riwayat alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
25
g. Pengkajian tumbuh kembang pada anak usia 16 bulan
1. Fisik
Pertumbuhan mantap pada tinggi dan berat badan lingkar
kepala 48 cm, berat badan 11 Kg tinggi badan 78,7 cm
2. Motorik kasar
Berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak usia 13 bulan),
memanjat tangga, berlutut tanpa sokongan, tidak dapat berjalan
sekitar sudut atau berhenti tiba-tiba tanpa kehilangan
keseimbangan, memilih posisi berdiri tanpa sokongan, tidak dapat
melempar bola tanpa jatuh.
3. Motorik halus
Secara spontan menjatuhkan obyek ke lantai, membangun
menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam satu tangan,
melepaskan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit,
mencoret-coret secara spontan, menggunakan cangkir dengan baik
tetapi memutarkan sendok.
4. Sensori
Mampu mengidentifikasi bentuk geometric, menempatkan
obyek bulat ke dalam lubang yang tepat, penglihatan binokular
berkembang baik, menunjukkan intens dan lama minat dalam
gambar
5. Vokalisasi
26
Menggunakan ekspresi jargon mengatakan empat sampai
enam kata, termasuk nama-nama “meminta” obyek dengan
menunjukkannya, memahami perintah sederhana, dapat
menggunakan gerakan berjabat tangan untuk mengatakan “ tidak”,
menggunakan “tidak” meskipun menyetujui permintaan
6. Sosialisasi
Mentoleransi perpisahan dari orang tua, kurang mungkin
untuk takut pada orang asing, mulai meniru orang tua, seperti
membersihkan rumah (menyapu, mengelap, melipat pakaian),
makan sendiri dengan menggunakan cangkir tertutup dan sedikit
tumpah, dapat membuang botol, mengatur sendok tetapi
memutarnya ke dekat mulut, mecium dan memeluk orang tua,
dapat mencium gambar dalam buku, ekpresif emosi, memiliki
tempertantrum.
( Whaley and Wong, 2004 ).
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik, fototoraks, pada foto toraks
bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terkihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
Laboratorium, gambaran darah tepi menunjukkan
leukositosis,dapat mencapai 15.000 - 40.000/ mm3 dengan pergeseran
ke kiri. Kuman pentebab dapat dibiak dari usapan tenggorok, dan
27
mungkin juga dari darah.urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin
terdapat albuminoria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak
hialin. Analisis gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2. (Ngastiyah,1997:41)
28
I. PATHWAYS
Kuman masuk saluran nafas
Proses peradangan Pengaruh gaya gravitasi
Bersihan jalan nafas hipersekresi mucus Kuman sampai di bronchus -peningkatan spitulum -batuk
Resiko nutrisi kurang Terjadi proses peradangan dari kebutuhan pada bronchus dan alveoli
-Mual, muntah,nafsu makan turun, BB turun Resti infeksi Dinding alveoli meradang
Suhu tubuh naik metabolisme naik
Menekan ujung saraf Oedema paru Gangguan rasa nyaman Paru-paru mengeras
-Nyeri dada kiri
Produksi cairan surfuktumturun
Atelectasus dan kolap alveoli
Peningkatan kerja otot pernafasan Suplai O2 keparu-paru kurang Kebutuhan O2 dalam otot Gangguan pertukatan gas Intoleransi aktifitas Hypoxemia -Kelemahan -Sesak nafas saat aktifitas Hypoxia
Kematian
Sylvia Anderson price (2004), Doengoes (2000)
29
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
peningkatan produksi sputum.
3. Gangguan rasa nyaman :nyeri,berhubungan dengan inflamasi paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum,ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
proses infeksi hipersekresi mucus.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama. (Whaley and Wong, 1995)
J. Fokus Intervensi Dan Rasionalnya
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler.
Tujuan : Memperbaiki ventilasi dan oksigenasi.
Kriteria hasil : Bunyi nafas bersih,GDA normal,tidak ada distress
pernafasan.
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada /indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Obsevasi warna kulit, membran sentral (sirkumoral)
30
Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh
terhadap demam/ mengigil. Namun sianosis daun telinga,
membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membran
hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
c. Kaji status mental
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral.
d. Awasi frekuensi jantung/ irama
Rasional : Takikardi biasanya sebagai akibat demam / dehidrasi tetapi
dapat sebagai respon terhadap hepoksemia
e. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyaman untuk
menurunkan demam dan menggigil.
Rasional : Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan
influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan menganggu oksiogenasi seluler.
f. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan tehnik relaksasi dan
terlalu senggang.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/
konsumsi oksigen untuk perbaikan infeksi.
g. Tinggikan kepala dan anjurkan untuk mengubah posisi nafas dalam
dan batuk efektif.
31
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki
ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan napas, Takefektif)
h. Kolaborasi : Awasi GDA/ Nadi.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki
ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan napas, Takefektif)
i. Berikan terapi oksigenasi dengan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi
paru. Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan paO2
diatas 60 mmHg. Oksigen deiberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Jalan napas efektif.
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih, jalan napas bersih, pernapasan normal.
Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital setiap 2 sampai 4 jam.
Rasional : Takpnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris
sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding
dada atau cairan paru.
b. Ajarkan untuk batuk efektif.
Rasional : Penuruna aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat
32
juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan
mengi terdengar pad inspirasi atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme
jalan napas/obstruksi.
c. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-par/
jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas paten. Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkankan
upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
d. Lakukan postural drainage sesuai program.
Rasional : Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
e. Beri posisi yang nyaman (meninggikan bagian kepala) dan ubah posisi
tidur sedikitnya setiap 2 jam sekali.
Rasional : Alat untuk mengeluarkan spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki
batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/ menekan pernafasan
33
f. Berikan terapi antibiotik sesuai program
Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.
Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial
atau menyebabkan aksudat alveolar/ kerusakan. Koordinasi
pengobatan/ jadwal dan masukan oral menurunkan muntah
karena batuk, pengeluaran sputum.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri, berhubungan dengan inflamasi parankim
baru
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang/ hilang
Kriteria Hasil : Rasa nyeri berkurang/ hilang, tampak rileks, dapat
istirahat dan aktifitas dengan baik.
Intervensi
a. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas dengan skala nyeri 1-10.
Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada
pneumonia, juga dapat timbulkomplikasi pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis.
b. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa
pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk
perubahan tanda vital telah terlihat.
c. Berikan tindakan perhatian, misalnya mengajak bicara, membaca dll.
Rasional : Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut
dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar
efek terapa analgesik.
34
d. Bantu pasien dalam tekhnik relaksasi.
Rasional : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara
meningkatkan keefektifan upaya batuk.
e. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi
Rasional : Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non
produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istirahat umum.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Kriteria hasil :Menunjukkan peningkatantoleransi terhadap
aktifitas
Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
a. Evaluasi respons terhadap aktifitas.
Rasional : Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batsi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat/ tidur.
35
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik , menghemat energi
untuk penyerabuhab pembatasan aktifitas ditentukan
dengan respon individual pasien terhadap aktifitas dan
perbaikan kegagalan pernafasan
d. Bantu aktifitas perawatan aktifitas dari yang diperlukan.
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
proses infeksi hipersekresi mucus
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan
Mempertahankan/ Meningkatkan berat badan
Intervensi
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual dan muntah.
Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
c. Hidangkan makan dalam porsi yang menarik.
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan
dari pasien dan dapat menurunkan mual.
d. Evaluasi status nutrisi, ukur BB normal.
36
Rasional : Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme)
atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahmya tahana terhadap infeksi, dan atau
lambatnya respon terhadap terapi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadakuatan
pertahanan tubuh
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Mencegah/ menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Selama periode waktu ini, potensi komplikasi fatal
(hipotensi/ Syok) dapat terjadi.
b. Anjurkan pasien pada waktu batuk mengeluarkan skret (misalnya
mengeluarkan pengeluaran dari pada menelannya dan melaporkan
perubahan warna, jumlah dan bau).
Rasional : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan
atau membatasi atau menghindarinya, penting bahwa
sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan
karakteristik sputum menunjukkan perbaikan
pneumonia atau terjadinya infeksi skunder.
c. Tunjukkan/ dorong tekhnik mencuci tangan yang baik.
37
Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran/ tambahan
infeksi. Meningkatkan pengeluaran, pembersihan
infeksi.
d. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota keluarga,
sahabat karib dan teman.
Rasional : Menurunkan pemejanan terhadap pathogen infeksi lain.
e. Tingkatkan masukan nutrisi yang adekuat, dorong keseimbangan
istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.
Rasional : Tergantung pada tie infeksi, respon terhadap antibiotik,
kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi,
tekhnik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah
penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi lain.
f. Kolaborasi mikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/
darah
Rasional : Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia. Kombinasi antiviral dan anti
jamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan
oleh organisme campuran.
38