BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT A....

31
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian 1. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam– macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005). 2. Pneumonia adalah peradangan paru yang sering terjadi pada bayi dan masa anak-anak, Pneumonia secara alami dapat dibagi menjadi tiga :Pneumonia lobaris, Pneumonia lobularis (broncopneumonia) dan Pneumonia interstitialis (Whaley & Wong, 2000). 3. Broncopneumonia berasal dari kata broncus dan pneumonia berarti cabang tenggorokan yang merupakan lanjutan dari tracea dan pneumonia berarti peradangan pada jaringan paru – paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Arif Mansjoer,2000). Kesimpulan broncopnemonia adalah suatu peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengenai jaringan paru – paru juga pada cabang tenggorokan yamg biasa menyerang pada bayi dan anak – anak. B. Anatomi Fisiologi 1. Anatomi Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ- organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir, yaitu rongga hidung, pharinx, larinx, trachea dan bagian paru- 8

Transcript of BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT A....

BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

1. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam–

macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah,

2005).

2. Pneumonia adalah peradangan paru yang sering terjadi pada bayi dan masa

anak-anak, Pneumonia secara alami dapat dibagi menjadi tiga :Pneumonia

lobaris, Pneumonia lobularis (broncopneumonia) dan Pneumonia

interstitialis (Whaley & Wong, 2000).

3. Broncopneumonia berasal dari kata broncus dan pneumonia berarti cabang

tenggorokan yang merupakan lanjutan dari tracea dan pneumonia berarti

peradangan pada jaringan paru – paru dan juga cabang tenggorokan (broncus)

(Arif Mansjoer,2000).

Kesimpulan broncopnemonia adalah suatu peradangan yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang mengenai

jaringan paru – paru juga pada cabang tenggorokan yamg biasa menyerang

pada bayi dan anak – anak.

B. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-

organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara

mengalir, yaitu rongga hidung, pharinx, larinx, trachea dan bagian paru-

8

paru yang berfungsi melakukan pertukan gas-gas antara udara dan darah.

Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu :

a. Saluran pernafasan bagian atas, terdiri dari :

1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara

paranalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung dan juga

lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata ke dalam

bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.

2) Pharinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannaya dengan esophagus pada

9

ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung

(naso farinx),di belakang mulut (oro farinx) dan di belakang farinx

(farinx laringeal).

b. Saluran pernafasan bagian bawah, terdiri dari:

1) Larinx (tenggorokan) terletak , di depan bagian terrendah parinx

yang memisahkanna dari kolumna veterbra, berjalan dari farinx

sampai ketinggian vertebra sarvikalis dan masuk ke dalam trachea

di bawahnya.

2) Trachea (batang tenggorokan)yang kuranh lebih 9 cm panjangnya

trachae berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian verterbra

torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronchus

(bronchi).

3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian

kira-kira vertebralis tirakalis kelima, mempunyai stuktur serupa

dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang

utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Broncus kanan lebih

pendek,lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut

lebih lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang

penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga

terbentuk saluran udara paten, yang mudah masuk ke dalam cabang

utama bronchus kanan. Kalau udara salah jalan,maka tidak dapat

masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps

(atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir vertical

10

maka lebih memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan

yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah

tersangkut dalam percabangan bronchus kanan karena arahnya

vertical. Cabang utama broncus kanan dan kiri bercabang-cabang

lagi menjadi segman lobus,kemudian menjadi segmen bronchus.

Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang

dinamakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang saluran

udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus

terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm.Bronchiolus tidak di

perkuat oleh cicin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos

sehingga ukurannya dapat berubah,semua saluran udara di bawah

bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena

fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat

pertukaran gas paru-paru. Di luar bronchiolus terminalis terdapat

asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempt

pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiolus respiratorius, yang

kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang

berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris, yang seluruhnya

dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan

struktur akhir paru-paru.

4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak

dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah

oleh mediastinum central yang mengandung jantung dan

11

pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai

apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronkialis, bronkus,

syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan

dibagi menjadi tiga lopus oleh visula interloaris. Paru-paru kiri

dibagi menjadi dua lobus. Kemudian lobus tersebut dibagi lagi

menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronkus paru-paru

kanan dibagi menjadi 10 segmen, sedangkan paru-paru kiri dibagi

menjadi 9 segmen. Proses patologis seperti atelektasis dan

pneumonia biasanya hanya terbatas pada satu lobus dan segmen

saja. Pleura ada dua macam: pleura parietal yang melapisi rongga

toraks sedangkan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru.

Diantara pleura pariental dan pleura visceral terdapat cairan pleura

seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan

tersebut bergesekan satu sam lain selama respirasi, dan mencegah

pemisahan toraks dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide

dari gelas yang saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut

dapat bergeser satu sama lain, tetapi keduanya tidak dapat

dipisahkan dengan mudah begitu saja hal yang sama juga terdapat

pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru dan toraks.

Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir,

sehingga mencegah kolaps paru-paru kalau terserang penyakit,

pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk

kedalam rongga pleura menyebabkan paru-paru tertekan atau

12

kolaps. Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang

membuat dasar rongga toraks dan memisahkan dari rongga

abdomen. (Pearce, Evelin 1987).

GAMBAR PARU-PARU

2. Fisiologi

a. Pernafasan Paru-paru (Pernafasan Pulmoner)

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas O2 dan CO2 pada

pernafasan melalui paru-paru / pernafasan eksternal, O2 di pungut

melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas O2 masuk melalui

trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan

darah di dalam kapiler pulmonaris.

13

Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli kapiler,

memisahkan O2 dari darah, darah menembus darah ini dan di pungut

oleh hemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini di

pompa di dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan

paru-paru pada tekanan O2 mmHg dan pada tingkatan Hb 95 % jenuh

O2.

Di dalam paru-paru, CO2 salah satu buangan metabolisme

menembus membran kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah

melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung

dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner/

pernafasan eksterna :

1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam

alveoli dengan udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung O2 masuk

keseluruh tubuh, CO2 dari seluruh tubuh maruk paru-paru.

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah

yang bisa dicapai untuk semua bagaian.

4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler, CO2 lebih

mudah berdifusi dari pada O2.

b. Pernafasan Jaringan (pernafasan interna)

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung O2 dari

seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,

14

darah mengeluarkan O2 ke dalam jaringan, mengambil CO2 untuk di

bawa keparu-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna.

c. Daya muat paru-paru

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml – 5000 ml

(4,5 – 5 L). udara diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)

hanya 10 % ± 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu

yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.

Pada seorang laki-laki normal (4-5 liter) dan pada seorang

perempuan (3 - 4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit paru-

paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongerti paru-paru)

dan pada kelemahan otot pernafasan.

d. Pengendalian pernafasan

Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor

utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu,

merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla

oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan inpuls yang di salurkan

melalui saraf spiralis ke otot pernapasan (otot diafragma atau

interkostalis).

1). Pengendalian oleh saraf

Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla

oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui

radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.

15

Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma

dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.

2). Pengendalian secara kimia

pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi :

frekuaensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan, pusat

pernapasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali

harus tetap dipertahankan, CO2 adalah preduksi asam dan

metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat

pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang yang bekerja

atas otot pernapasan.

e. Kecepatan pernapasan

Pada wanita lebih tinggi dari pria, pernapasan secara normal

maka ekprirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada

bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga

pernapasan terbalik.

Kecepatan normal setiap menit

Bayi baru lahir : 30-40 x/ menit

12 bulan : 30 x/ menit

2-5 tahun : 24 x/ menit

Orang dewasa : 10-20 x/ menit

Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang

diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan

rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertikal. Kenaikan iga-iga

16

dan sterum, yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkoskalis,

meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan.

Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang

membesar itu dan udara di tarik masuk ke dalam saluran, udara, otot

interkostal eksterna diberi peransebagai otot tambahan hanya bila

inspirasi menjadi gerak sadar.

Pada ekspirasi, udara di paksa oleh pengendoran otot dan karena

paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat elastis paru-paru itu

gerakan ini adalah proses pasif.

Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot

leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sterum ke atas. Otot

sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alas nasi

(cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.

f. Kebutuhan Tubuh Akan Oksigen O2

Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut O2 dapat

diatur menurut keperluan orang tergantung pada O2 untuk hidupnya,

kalau tidak mendapatkanya selama kebih dari 4 menit dapat

mengakibatkan kerisakan pada otak yang tidak dapat di perbaiki dan

biasanya pasien meninggal.

Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi

kepala dan mukanya dengan kantong plastik dan menjadi lemas. Tetapi

hanya penyediaan O2 hanya bekurang, maka pasien menjadi kacau

pikiran,ia menderita anoxia serebralis.

17

Hal ini pada orang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti

dalam ruang kapal, di dalam tank dan ruang kebal uap,O2 yang ada

mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi O2 untuk prnafasan

atau tidak dipindahkan ke udara yang normal maka mereka akan

meninggal karena anoxemia / anoxia atau hypoxemia / hypoxia.

Bila O2 di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya

hilang dan menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga, lengan dan kaki

pasien maenjadi kebiru-biruan ata sianosis (Evelyn, Pearce, 1987).

C. Etiologi

Beberapa penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma,

jamur, dan protozoa, pneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan,

cairan, muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas.

1. Bakteri gram positif

a. Steptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat

pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).

b. Straphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering

menyebabkan infeksi nasokumial).

2. Bakteri gram negatif

a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi pada anak – anak dan

menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).

b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,

tracheostomi dan infeksi salauran kemih).

c. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).

18

3. Bakteri anaerob (masuk aspirasi oleh karena gangguan kesadaran,

gangguan menelan).

4. Bakteri alypical (insiden mengingat pada usia lanjut,perokok dan kronis).

(Whaley & wong, 1995; Soeparman, 1991)

D. Pathofisiologi

Proses terjadinya bronchopneumonia hasilnya kuman pathogen masuk

ke mukus jalan nafas, kuman tersebut berkembang baik di saluran nafas atau

sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport

mokusilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga

terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan

terjadi hiperkresi mucus dan merangsang batuk, mikroorganisme berpindah

karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli lain, keadaan ini menyebabkan

infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti

peradangan vascular dan penurunan darah kapiler

Oedema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan

mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,

menurunkan compliance dan menimbulkan atelektais dan kolap alveoli.

Sebagai tambahan proses pneumonia menyebabkan gangguan pentilasi okulasi

partial pada alveoli dan bronchi, akan menurunkan tekanan oksigen arteri,

darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen

sehingga terjadi hipoxemia arteri.

Sistem sistemik panas karena infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia

yang disebut endogeneus pyrogen, bila zat ini terbawa aliran darah hingga

19

sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat laju atau kecepatan

metabolisme pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab

takhipnea dan tachicardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari

vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi,

panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melaui kulit (keringat)

dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi.

E. Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi fraktus respiratris

bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik sangat mendadak

sampai 39-40% C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

Anak sangat gelisah, dispnea pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan

cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-kadang disertai

muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit

tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.

Pada stadium permulaan sukar di buat diagnosis dengan pemeriksaan

fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung

dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat di duga adanya pneumonia. Hasil

pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada

perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya

terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. (ngastiyah,2005).

Biasanya pendeita bronchopneumonia mengalami serangan seperti

:terdapat suara rochi, muntah, anoreksia, diare dan sakit perut.(Whaley and

Wong, 1995; Soeparman, 1991)

20

F. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut.

Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema atau

komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan

antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 1997).

G. Penatalaksanaan Klinis

1. Oksigen 1-2 Hter/ menit

2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimuali makan enternal bertahap

melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

dan beta agonis untuk memperbaiki transpor muskosilier.

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

( Arif Mansjoer,2000)

H. Pengkajian Fokus

1. Pengkajian Fokus

a. Demografi meliputi:Nama, Umur, jenis Kelamin, dan pekerjaan.

b. Keluhan utama

Saat dikaji basanya penderita bronchopneumonia akan

mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada sekret tidak bisa keluar.

c. Riwayat penyakit sekarang

Penyakit bronkitis ini mulai dirasakan saat penderita

mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama

pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap

21

tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan

banyak sekali.

Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernafasan, dada

terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas

krekles, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.

d. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum

pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat

penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu

riwayat merokok, terpaan polusi kimia dalam jangka panjang misalnya

debu/ asap.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan

merupakan faktor keturunan tatapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak

sehat seperti kebiasaan merokok.

f. Pola pengkajian

1) Pernafasan

Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan

batuk menetap dengan produksi sputum setiap

hari (terutama pada saat bangun) selama minimum

3 bulan berturut-turut) tiap tahun sedikitnya 2

tahun.

22

Produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan

banyak sekali.

Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan

pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka

panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap

(misalnya: asbes debu batubara, romo katun,

serbuk gergaji)

Penggunaan O2 pada malam hari atau terus

menerus.

Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk

bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan

(misalnya: meninggikan bahu, retraksi vaso supra

klatikula, melebarkan hidung.

Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian

diameter AP (bentuk barrel), gerakan diafragma

minimal.

Bunyi nafas : Krekles lembab, kasar.

Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-

abu keseluruhan.

2) Sirkulasi

Gejala : Pembengkaan pada ekstrimitas bawah

Tanda : peningkatn TD

23

Peningkatan frekuensi jantung/ tadikardi berat,

disritmia.

Distensi vena leher (penyakit berat) Edema

dependen, tidak berhubungan dengan penyakit

jantung

Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan

peningkatan diameter AP dada)

Warna kulit/ membran mukosa: normal atau abu-

abu/ sianosis, kuku tubuh dan sianosis perifer.

Pucat dapat menunjukkan animea.

3) Makanan/ cairan

Gejala : Mual/ muntah

Nafsu makan buruk/ anareksia (emfisima)

Ketidakmampuan untuk makan karena distres

pernafasan.

Peningkatan berat badan menunjukkan edema

Tanda : Turgor kulit buruk

Berkeringat

Palpitasi abdominal dapat menyebabkan

hepatomigali.

4) Aktifitas/ istirahat

Gejala : kelelahan, keletihan, malaise.

24

Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari

karena sulit bernafas.

Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam

posisi duduk tinggi.

Dispnea pada saat istirahat atau respon terghadap

aktifitas/ istirahat.

Tanda : Keletihan

Gelisah/ insomnia

Kelemahan umum/ kehilangan masa otot

5) Intergritas ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko

Tanda : Perubahan pola hidup

Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

6) Higiene

Gejala :Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan

melakukan aktifitas sehari-hari.

Tanda :Kebersihan buruk, bau badan.

7) Keamanan

Gejala :Riwayat alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor

lingkungan.

Adanya infeksi berulang.

25

g. Pengkajian tumbuh kembang pada anak usia 16 bulan

1. Fisik

Pertumbuhan mantap pada tinggi dan berat badan lingkar

kepala 48 cm, berat badan 11 Kg tinggi badan 78,7 cm

2. Motorik kasar

Berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak usia 13 bulan),

memanjat tangga, berlutut tanpa sokongan, tidak dapat berjalan

sekitar sudut atau berhenti tiba-tiba tanpa kehilangan

keseimbangan, memilih posisi berdiri tanpa sokongan, tidak dapat

melempar bola tanpa jatuh.

3. Motorik halus

Secara spontan menjatuhkan obyek ke lantai, membangun

menara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam satu tangan,

melepaskan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit,

mencoret-coret secara spontan, menggunakan cangkir dengan baik

tetapi memutarkan sendok.

4. Sensori

Mampu mengidentifikasi bentuk geometric, menempatkan

obyek bulat ke dalam lubang yang tepat, penglihatan binokular

berkembang baik, menunjukkan intens dan lama minat dalam

gambar

5. Vokalisasi

26

Menggunakan ekspresi jargon mengatakan empat sampai

enam kata, termasuk nama-nama “meminta” obyek dengan

menunjukkannya, memahami perintah sederhana, dapat

menggunakan gerakan berjabat tangan untuk mengatakan “ tidak”,

menggunakan “tidak” meskipun menyetujui permintaan

6. Sosialisasi

Mentoleransi perpisahan dari orang tua, kurang mungkin

untuk takut pada orang asing, mulai meniru orang tua, seperti

membersihkan rumah (menyapu, mengelap, melipat pakaian),

makan sendiri dengan menggunakan cangkir tertutup dan sedikit

tumpah, dapat membuang botol, mengatur sendok tetapi

memutarnya ke dekat mulut, mecium dan memeluk orang tua,

dapat mencium gambar dalam buku, ekpresif emosi, memiliki

tempertantrum.

( Whaley and Wong, 2004 ).

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik, fototoraks, pada foto toraks

bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau

beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terkihat adanya

konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

Laboratorium, gambaran darah tepi menunjukkan

leukositosis,dapat mencapai 15.000 - 40.000/ mm3 dengan pergeseran

ke kiri. Kuman pentebab dapat dibiak dari usapan tenggorok, dan

27

mungkin juga dari darah.urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin

terdapat albuminoria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak

hialin. Analisis gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik

dengan atau tanpa retensi CO2. (Ngastiyah,1997:41)

28

I. PATHWAYS

Kuman masuk saluran nafas

Proses peradangan Pengaruh gaya gravitasi

Bersihan jalan nafas hipersekresi mucus Kuman sampai di bronchus -peningkatan spitulum -batuk

Resiko nutrisi kurang Terjadi proses peradangan dari kebutuhan pada bronchus dan alveoli

-Mual, muntah,nafsu makan turun, BB turun Resti infeksi Dinding alveoli meradang

Suhu tubuh naik metabolisme naik

Menekan ujung saraf Oedema paru Gangguan rasa nyaman Paru-paru mengeras

-Nyeri dada kiri

Produksi cairan surfuktumturun

Atelectasus dan kolap alveoli

Peningkatan kerja otot pernafasan Suplai O2 keparu-paru kurang Kebutuhan O2 dalam otot Gangguan pertukatan gas Intoleransi aktifitas Hypoxemia -Kelemahan -Sesak nafas saat aktifitas Hypoxia

Kematian

Sylvia Anderson price (2004), Doengoes (2000)

29

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

peningkatan produksi sputum.

3. Gangguan rasa nyaman :nyeri,berhubungan dengan inflamasi paru.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum,ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

proses infeksi hipersekresi mucus.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan utama. (Whaley and Wong, 1995)

J. Fokus Intervensi Dan Rasionalnya

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler.

Tujuan : Memperbaiki ventilasi dan oksigenasi.

Kriteria hasil : Bunyi nafas bersih,GDA normal,tidak ada distress

pernafasan.

Intervensi

a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas

Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada /indikasi

derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b. Obsevasi warna kulit, membran sentral (sirkumoral)

30

Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh

terhadap demam/ mengigil. Namun sianosis daun telinga,

membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membran

hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.

c. Kaji status mental

Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat

menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral.

d. Awasi frekuensi jantung/ irama

Rasional : Takikardi biasanya sebagai akibat demam / dehidrasi tetapi

dapat sebagai respon terhadap hepoksemia

e. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyaman untuk

menurunkan demam dan menggigil.

Rasional : Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan

influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan

kebutuhan oksigen dan menganggu oksiogenasi seluler.

f. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan tehnik relaksasi dan

terlalu senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/

konsumsi oksigen untuk perbaikan infeksi.

g. Tinggikan kepala dan anjurkan untuk mengubah posisi nafas dalam

dan batuk efektif.

31

Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki

ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan napas, Takefektif)

h. Kolaborasi : Awasi GDA/ Nadi.

Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki

ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan napas, Takefektif)

i. Berikan terapi oksigenasi dengan sesuai indikasi.

Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi

paru. Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan paO2

diatas 60 mmHg. Oksigen deiberikan dengan metode yang

memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Jalan napas efektif.

Kriteria hasil : Bunyi napas bersih, jalan napas bersih, pernapasan normal.

Intervensi

a. Monitor tanda-tanda vital setiap 2 sampai 4 jam.

Rasional : Takpnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris

sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding

dada atau cairan paru.

b. Ajarkan untuk batuk efektif.

Rasional : Penuruna aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan

cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat

32

juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan

mengi terdengar pad inspirasi atau ekspirasi pada respon

terhadap pengumpulan cairan, sekret kental dan spasme

jalan napas/obstruksi.

c. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.

Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-par/

jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme

pembersihan jalan nafas alami membantu silia untuk

mempertahankan jalan nafas paten. Penekanan menurunkan

ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkankan

upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.

d. Lakukan postural drainage sesuai program.

Rasional : Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan

mengeluarkan sekret.

e. Beri posisi yang nyaman (meninggikan bagian kepala) dan ubah posisi

tidur sedikitnya setiap 2 jam sekali.

Rasional : Alat untuk mengeluarkan spasme bronkus dengan

mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki

batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus

digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya

batuk/ menekan pernafasan

33

f. Berikan terapi antibiotik sesuai program

Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.

Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial

atau menyebabkan aksudat alveolar/ kerusakan. Koordinasi

pengobatan/ jadwal dan masukan oral menurunkan muntah

karena batuk, pengeluaran sputum.

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri, berhubungan dengan inflamasi parankim

baru

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, nyeri berkurang/ hilang

Kriteria Hasil : Rasa nyeri berkurang/ hilang, tampak rileks, dapat

istirahat dan aktifitas dengan baik.

Intervensi

a. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas dengan skala nyeri 1-10.

Rasional : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada

pneumonia, juga dapat timbulkomplikasi pneumonia seperti

perikarditis dan endokarditis.

b. Monitor tanda-tanda vital.

Rasional : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa

pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk

perubahan tanda vital telah terlihat.

c. Berikan tindakan perhatian, misalnya mengajak bicara, membaca dll.

Rasional : Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut

dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar

efek terapa analgesik.

34

d. Bantu pasien dalam tekhnik relaksasi.

Rasional : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara

meningkatkan keefektifan upaya batuk.

e. Berikan analgetik sesuai dengan indikasi

Rasional : Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non

produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa

berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istirahat umum.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas

Kriteria hasil :Menunjukkan peningkatantoleransi terhadap

aktifitas

Tanda vital dalam rentang normal

Intervensi

a. Evaluasi respons terhadap aktifitas.

Rasional : Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b. Berikan lingkungan tenang dan batsi pengunjung selama fase akut

sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbangan aktifitas dan istirahat/ tidur.

35

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolik , menghemat energi

untuk penyerabuhab pembatasan aktifitas ditentukan

dengan respon individual pasien terhadap aktifitas dan

perbaikan kegagalan pernafasan

d. Bantu aktifitas perawatan aktifitas dari yang diperlukan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen

5. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

proses infeksi hipersekresi mucus

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan

Mempertahankan/ Meningkatkan berat badan

Intervensi

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual dan muntah.

Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

b. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun

nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

c. Hidangkan makan dalam porsi yang menarik.

Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan

dari pasien dan dapat menurunkan mual.

d. Evaluasi status nutrisi, ukur BB normal.

36

Rasional : Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme)

atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan

malnutrisi, rendahmya tahana terhadap infeksi, dan atau

lambatnya respon terhadap terapi.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadakuatan

pertahanan tubuh

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : Mencegah/ menurunkan resiko infeksi.

Intervensi

a. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Selama periode waktu ini, potensi komplikasi fatal

(hipotensi/ Syok) dapat terjadi.

b. Anjurkan pasien pada waktu batuk mengeluarkan skret (misalnya

mengeluarkan pengeluaran dari pada menelannya dan melaporkan

perubahan warna, jumlah dan bau).

Rasional : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan

atau membatasi atau menghindarinya, penting bahwa

sputum harus dikeluarkan dengan cara aman. Perubahan

karakteristik sputum menunjukkan perbaikan

pneumonia atau terjadinya infeksi skunder.

c. Tunjukkan/ dorong tekhnik mencuci tangan yang baik.

37

Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran/ tambahan

infeksi. Meningkatkan pengeluaran, pembersihan

infeksi.

d. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota keluarga,

sahabat karib dan teman.

Rasional : Menurunkan pemejanan terhadap pathogen infeksi lain.

e. Tingkatkan masukan nutrisi yang adekuat, dorong keseimbangan

istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.

Rasional : Tergantung pada tie infeksi, respon terhadap antibiotik,

kesehatan umum pasien, dan terjadinya komplikasi,

tekhnik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah

penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi lain.

f. Kolaborasi mikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/

darah

Rasional : Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan

mikrobial pneumonia. Kombinasi antiviral dan anti

jamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan

oleh organisme campuran.

38