BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian -...
Transcript of BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian -...
-
7
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga pleura
baik transudat maupun eksudat.(Smeltzer C Suzanne,2001)
Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam
rongga pleural,antara lapisan visceral dan parietal.(Mansjoer Arif ,2001
Hal 265)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi cairan
yang abnormal dalam rongga pleura.(Brunner dan Suddarth,2001)
Jadi kesimpulan Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau
penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura diantara permukaan
visceral dan parietal yang berupa transudat maupun eksudat.
Klasifikasi Efusi Pleura :
1. Efusi Pleura Transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan
menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme
terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF),
penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang
meningkat (atelektasis akut)
Ciri-ciri cairan :
a. Serosa jernih
-
8
b. Berat jenis rendah (dibawah 1,012)
c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d. Protein < 3 %
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan
hydrothorax, penyebabnya :
a. Payah jantung
b. Penyakit ginjal (SN)
c. Penyakit hati (SH)
d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)
2. Efusi pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri
yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (misal
pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (misal obstruksi aliran
limfa karena karsinoma) Ciri cairan eksudat :
a. Berat jenis > 1,015 %
b. Kadar protein > 3 % atau > 30 g/dl
c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum . 0,6
d. LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas LDH serum
normal
e. Warna cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah
a. kanker : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatik
ke paru atau permukaan pleura
-
9
b. Infark paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis virus
B. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi
Sumber : (Syaifudin,1997)
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak dalam
rongga toraks atau dada kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastium
sentral yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar
.Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Arteria pulmonalis dan
darah arteria bronkhialis, bronkus, saraf dan pembuluh limfe masuk pada
-
10
setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interloaris.
Paru-paru dibagi menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut dibagi lagi
menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronchus paru-paru kanan
dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9.
Proses patologis seperti atelektesis dan pneumonia biasanya hanya terbatas
pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada dua macam : pleura parietal
yang melapisi rongga torak sedangkan pleura viseralis yang menutup
setiap paru-paru. Diantara pleura parietal dan viseralis terdapat cairan
pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut
bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan
thorak dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas yang
saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu sama
lain, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah begitu saja hal
yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru
dan toraks. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru-paru. Ketika paru terserang
penyakit. Pleura mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat
masuk kedalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau
kolaps diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang membentuk
dasar rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari rongga
abdomen. ( Syaifudin,1997)
2. Fisiologi
a. Definisi Pernafasan
-
11
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengadung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi, jadi dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara O2 ditarik masuk kedalam darah dan CO2 akan
dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian
masuk keserambi kiri jantung (atrium sinistra) keaorta keseluruh tubuh
(jaringan-jaringan dan sel-sel) disini terjadi oksidasi (pertukaran)
sebagai ampas (sisa) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini
dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk kejantung (serambi
kanan atau atrium dekstra) ke otak kanan (ventrikel dekstra) dan
dari sini keluar melalui arteri pulmonaris kejaringan-jaringan paru
akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dan alveoli. Proses
pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenetalis dan kulit
b. Fungsi pernafasan
1) Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah
keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk
-
12
dibuang karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
3) Menghangatkan dan melembabkan udara
c. Proses terjadinya pernafasan
Dibagi dalam dua yaitu :
1) Inspirasi (menarik nafas)
2) Ekspirasi (menghembuskan nafas)
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus menerus bernafas merupakan
gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan.
Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak
didalam sumsum penyambung (medulla oblongata) oleh karena
seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat nafasnya,
ini berarti reflek bernafas ini juga dibawah pengaruh korteks serebri.
Pusat pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam
darah dan kekurangan dalam darah.
Inspirasi terjadi jika muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus frenikus lalu mengkerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat
rangsangan kemudian mengkerut dan tulang iga (kusta) menjadi datar
dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra
semakin luas dan lebar.
-
13
Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik, dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan di dalamnya
berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma
akan menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar. Jadi
proses pernafasan ini terjadi karena adanya, tekanan antar rongga
pleura dan paru-paru.
d. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen
dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,
darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil
karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan eksterna.
e. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml 5000 ml
(4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan
ekspirasi) hanya 10 %, 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal
air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
f. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor
utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu
merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata
-
14
kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf
spinal.
Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis)
pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata
mengeluarkan impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan inter costalis
yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan
secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan
pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga
kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi
asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernafasan.
g. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara
normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat,
pada bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga
pernafasan terbalik
Kecepatan setiap menit
Bayi baru lahir : 30 40 x/menit
12 bulan : 30 x/menit
-
15
2 - 5 tahun : 24 x/ menit
Orang dewasa : 10 20 x/menit
h. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan
pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian,
kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran
dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen
tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-
biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki
disebut sianosis.
C. Etiologi
Etiologi (Davey, 2002) dari efusi pleura ini adalah
1. Efusi pleura transudat
a. Gagal jantung
b. Sindroma nifrotik
c. Hipoalbuminemia
d. Sirosis hepatis
2. Efusi pleura eksudat
a. Pneumonia bakterialis
-
16
b. Karsinoma
c. Infark paru
d. Pleuritis
Etiologi secara umum (Mansjoer, 2001)
1. Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik
2. Kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis
3. Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses, sindroma meigs
4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan
parasit
5. Trauma
6. Lain-lain seperti SLE, rheumatoid arthritis, sindroma nefrotik atau anemia
D. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan
hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa lapisan tipis dari selaput ini
memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler
pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral dan parietal dan saluran getah bening.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura, efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat
terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah
jantung kongestif pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan
pengeluaran cairan dari pembuluh.
-
17
Transudat juga terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati
dan ginjal atau penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan transudat dalam
rongga pleura dikenal dengan nama hidrotorak. Cairan pleura cenderung
tertimbun pada dasar paru-paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat
timbul jika ada peradangan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan
permeabilitas kapiler atau ganguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan
dengan transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat
jenisnya. Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1, 015 sedangkan
kadar proteinnya < 3 %. Untuk cairan eksudat berat jenis dan kadar proteinnya
lebih tinggi.
E. Manifestasi klinik
Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) ) adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1. Thorakosentasis
-
18
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula.
5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
G. Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru
(Mansjoer, 2001)
-
19
H. Pengkajian fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Terkait dengan kapan terjadinya keluhan, gejala dan pengobatan yang
sudah di lakukan.
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Menderita CHF, penyakit ginjal, penyakit hati dan malabsorbsi
2) Menderita penyakit pada paru akibat bakteri ataupun virus
3) Menderita Ca pada paru ataupun pernah menderita Ca didaerah lain
d. Riwayat penyakit keluarga
1) Keluarga ada yang Ca paru
2) Ada yang menderita TBC
3) Pneumonia
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolik
Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi penekanan
lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada lambung sehingga
terjadi nausea (mual dan muntah).
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
-
20
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan CO2
terganggu sehingga suplay O2 menurun yang menyebabkan hipoksia
dan pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas
d. Istirahat dan tidur
Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi istirahat
tidur.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
- RR : Takhipneu
- N : Takhikardia
- S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
- TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
-
21
h. Pulmo (paru-paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas
tampak penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat : - Sudut kostofrenik tumpul
- Obstruksi diafragma sebagian putih komplet
(opaqul densitas ) pada area yang sakit.
b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah
bakteri dalam cairan
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan
d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan. dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin normal atau
menurun, saturasi O2 biasanya menurun
-
22
I. Pathways keperawatan
Pe permeabilitas sumbatan/gangguan
absorpsi getah bening
Penimbunan cairandalam rongga pleura
Efusi pleura Penekananrongga pleura
Penekananabdomen
Mual, muntah
Tidak nafsumakan
Pengembangan paru me
Dyspnea
Nyeri
Pola nafas tidakefektif
O2 paru menurun
Perfusi O2 menurun kejaringan
Keletihan
Intoleransiaktivitas
Nutrisi < kebutuhanTubuh Pertukaran O2 dan
CO2 Dialvioli
Gangguanpertukaran gas
Perpindahan cairanke rongga pleura
Etiologi
- Efusi pleura transudat : Gagaljantung, sindroma nefrotik,sirosis hepatis, hipoalbunemia
Tekanan hidrostatik Tekanan onkotik
-
23
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada
alveoli
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh penimbunan
cairan yang berlebih
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat, anoreksia, mual muntah
K. Intervensi dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar x dada tidak ditemukan adanya
akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :
a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap
perubahan yang terjadi.
-
24
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman
pernafasan,kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi
pasien.
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2
d. Observasi tanda-tanda vital ( suhu,nadi,tekanan darah,RR dan respon
pasien.
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya
Penurunan fungsi paru.
e. Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada
bagian paru-paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2.
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan
dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada
alveoli
Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas
KH : - PO2 : 85 - 100 mmHg.
-
25
- PCO2 : 35 - 45 mmHg
- Tidak ada dyspnea
- Tidak takipneu
Intervensi :
a. Observasi pernafasan
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan
kebutuhan oksigen
b. Posisikan kepala klien lebih tinggi
Rasional : Membantu pengembangan ekspansi paru
c. Anjurkan klien untuk tidal( banyak aktivitas)
Rasional : Peningkatan aktivitas akan meningkat kebutuhan O2
d. Kolaborasi pemeriksaan GDA
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat gangguan dalam
pertukaran gas
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada rongga pleura oleh
penimbunan cairan yang berlebih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau
hilang
KH : Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang atau hilang,
TTV normal
Intervensi:
a. Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadinya komplikasi
-
26
b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional: Untuk memberikan rasa nyaman
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional: Untuk meringankan nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Untuk meringankan nyeri
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2
kejaringan.
Tujuan : Klien toleran terhadap aktivitas
KH : Klien tidak tampak kelelahan, mampu beraktivitas, tidak ada
dyspnea saat aktivitas
Intervensi :
a. Observasi pernafasan klien
Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan
kebutuhan oksigen
b. Posisikan klien pada semi fowler
Rasional : Meningkatkan pengembangan paru
c. Anjurkan klien untuk banyak tirah baring
Rasional : Untuk mengurangi sesak nafas
d. Kolaborasi pemberian oksigen nasal atau masker
Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigen paru dan jaringan
-
27
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah, intake tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan
belum baik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi
d. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu
makan.
e Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan
nafsu makan.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP.
Rasional : Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme
dan pembentukan antibody karena diet TKTP
menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.