BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian -...

download BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-kurniasafi... · Mekanisme terbentuknya ... dan perikarditis 3. Penyakit

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian -...

  • 7

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga pleura

    baik transudat maupun eksudat.(Smeltzer C Suzanne,2001)

    Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam

    rongga pleural,antara lapisan visceral dan parietal.(Mansjoer Arif ,2001

    Hal 265)

    Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi cairan

    yang abnormal dalam rongga pleura.(Brunner dan Suddarth,2001)

    Jadi kesimpulan Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau

    penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga pleura diantara permukaan

    visceral dan parietal yang berupa transudat maupun eksudat.

    Klasifikasi Efusi Pleura :

    1. Efusi Pleura Transudat

    Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan

    menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme

    terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF),

    penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negatif intra pleura yang

    meningkat (atelektasis akut)

    Ciri-ciri cairan :

    a. Serosa jernih

  • 8

    b. Berat jenis rendah (dibawah 1,012)

    c. Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil

    d. Protein < 3 %

    Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan

    hydrothorax, penyebabnya :

    a. Payah jantung

    b. Penyakit ginjal (SN)

    c. Penyakit hati (SH)

    d. Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)

    2. Efusi pleura eksudat

    Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu sendiri

    yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (misal

    pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (misal obstruksi aliran

    limfa karena karsinoma) Ciri cairan eksudat :

    a. Berat jenis > 1,015 %

    b. Kadar protein > 3 % atau > 30 g/dl

    c. Ratio protein pleura berbanding LDH serum . 0,6

    d. LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas LDH serum

    normal

    e. Warna cairan keruh

    Penyebab dari efusi eksudat ini adalah

    a. kanker : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau penyakit metastatik

    ke paru atau permukaan pleura

  • 9

    b. Infark paru

    c. Pneumonia

    d. Pleuritis virus

    B. Anatomi dan fisiologi

    1. Anatomi

    Sumber : (Syaifudin,1997)

    Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak dalam

    rongga toraks atau dada kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastium

    sentral yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar

    .Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Arteria pulmonalis dan

    darah arteria bronkhialis, bronkus, saraf dan pembuluh limfe masuk pada

  • 10

    setiap paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interloaris.

    Paru-paru dibagi menjadi dua lobus, kemudian lobus tersebut dibagi lagi

    menjadi segmen-segmen sesuai dengan segmen bronchus paru-paru kanan

    dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9.

    Proses patologis seperti atelektesis dan pneumonia biasanya hanya terbatas

    pada satu lobus dan segmen saja. Pleura ada dua macam : pleura parietal

    yang melapisi rongga torak sedangkan pleura viseralis yang menutup

    setiap paru-paru. Diantara pleura parietal dan viseralis terdapat cairan

    pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut

    bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pemisahan

    thorak dan paru-paru. Sifat ini analog dengan dua slide dari gelas yang

    saling diletakkan dengan air, kedua slide tersebut dapat bergeser satu sama

    lain, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan dengan mudah begitu saja hal

    yang sama juga terdapat pada cairan pleura yang terdapat antara paru-paru

    dan toraks. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan

    atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru-paru. Ketika paru terserang

    penyakit. Pleura mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat

    masuk kedalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau

    kolaps diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang membentuk

    dasar rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari rongga

    abdomen. ( Syaifudin,1997)

    2. Fisiologi

    a. Definisi Pernafasan

  • 11

    Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

    mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang

    banyak mengadung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi

    keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan

    menghembuskan disebut ekspirasi, jadi dalam paru-paru terjadi

    pertukaran zat antara O2 ditarik masuk kedalam darah dan CO2 akan

    dikeluarkan dari darah secara osmosis seterusnya CO2 akan

    dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk

    kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian

    masuk keserambi kiri jantung (atrium sinistra) keaorta keseluruh tubuh

    (jaringan-jaringan dan sel-sel) disini terjadi oksidasi (pertukaran)

    sebagai ampas (sisa) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini

    dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk kejantung (serambi

    kanan atau atrium dekstra) ke otak kanan (ventrikel dekstra) dan

    dari sini keluar melalui arteri pulmonaris kejaringan-jaringan paru

    akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dan alveoli. Proses

    pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui

    traktus urogenetalis dan kulit

    b. Fungsi pernafasan

    1) Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah

    keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

    2) Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari

    pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk

  • 12

    dibuang karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

    3) Menghangatkan dan melembabkan udara

    c. Proses terjadinya pernafasan

    Dibagi dalam dua yaitu :

    1) Inspirasi (menarik nafas)

    2) Ekspirasi (menghembuskan nafas)

    Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara

    bergantian, teratur, berirama dan terus menerus bernafas merupakan

    gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan.

    Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak

    didalam sumsum penyambung (medulla oblongata) oleh karena

    seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat nafasnya,

    ini berarti reflek bernafas ini juga dibawah pengaruh korteks serebri.

    Pusat pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam

    darah dan kekurangan dalam darah.

    Inspirasi terjadi jika muskulus diafragma telah dapat

    rangsangan dari nervus frenikus lalu mengkerut datar.

    Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat

    rangsangan kemudian mengkerut dan tulang iga (kusta) menjadi datar

    dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra

    semakin luas dan lebar.

  • 13

    Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik, dengan

    demikian akan menarik paru-paru maka tekanan di dalamnya

    berkurang dan masuklah udara dari luar.

    Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma

    akan menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan demikian

    rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar. Jadi

    proses pernafasan ini terjadi karena adanya, tekanan antar rongga

    pleura dan paru-paru.

    d. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)

    Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen

    dari seluruh tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler,

    darah mengeluarkan oksigen kedalam jaringan, mengambil

    karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru terjadi pernafasan eksterna.

    e. Daya muat paru-paru

    Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml 5000 ml

    (4,5 - 5 liter) udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan

    ekspirasi) hanya 10 %, 500 ml disebut juga udara pasang surut (pidal

    air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.

    f. Pengendalian pernafasan

    Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor

    utama kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu

    merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam medula oblongata

  • 14

    kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf

    spinal.

    Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis)

    pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata

    mengeluarkan impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf

    servikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini

    menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan inter costalis

    yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.

    Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan

    secara kimia meliputi frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan

    pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga

    kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi

    asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam merangsang pusat

    pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot

    pernafasan.

    g. Kecepatan pernafasan

    Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara

    normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat,

    pada bayi adakalanya terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga

    pernafasan terbalik

    Kecepatan setiap menit

    Bayi baru lahir : 30 40 x/menit

    12 bulan : 30 x/menit

  • 15

    2 - 5 tahun : 24 x/ menit

    Orang dewasa : 10 20 x/menit

    h. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen

    Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia

    sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak

    mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan

    pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian,

    kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran

    dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang

    sempit, tertutup, ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen

    tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-

    biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki

    disebut sianosis.

    C. Etiologi

    Etiologi (Davey, 2002) dari efusi pleura ini adalah

    1. Efusi pleura transudat

    a. Gagal jantung

    b. Sindroma nifrotik

    c. Hipoalbuminemia

    d. Sirosis hepatis

    2. Efusi pleura eksudat

    a. Pneumonia bakterialis

  • 16

    b. Karsinoma

    c. Infark paru

    d. Pleuritis

    Etiologi secara umum (Mansjoer, 2001)

    1. Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik

    2. Kardiovaskuler seperti CHF, embolus pulmonas, dan perikarditis

    3. Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses, sindroma meigs

    4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan

    parasit

    5. Trauma

    6. Lain-lain seperti SLE, rheumatoid arthritis, sindroma nefrotik atau anemia

    D. Patofisiologi

    Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan

    hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa lapisan tipis dari selaput ini

    memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler

    pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral dan parietal dan saluran getah bening.

    Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam

    rongga pleura, efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat

    terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah

    jantung kongestif pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan

    pengeluaran cairan dari pembuluh.

  • 17

    Transudat juga terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati

    dan ginjal atau penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan transudat dalam

    rongga pleura dikenal dengan nama hidrotorak. Cairan pleura cenderung

    tertimbun pada dasar paru-paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat

    timbul jika ada peradangan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan

    permeabilitas kapiler atau ganguan absorpsi getah bening. Eksudat dibedakan

    dengan transudat dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat

    jenisnya. Transudat mempunyai berat jenis kurang dari 1, 015 sedangkan

    kadar proteinnya < 3 %. Untuk cairan eksudat berat jenis dan kadar proteinnya

    lebih tinggi.

    E. Manifestasi klinik

    Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) ) adalah

    1. Sesak nafas

    2. Nyeri dada

    3. Kesulitan bernafas

    4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi

    5. Keletihan

    6. Batuk

    F. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)

    1. Thorakosentasis

  • 18

    Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif

    seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 1,5 liter

    perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika

    jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru

    dapat dilakukan 1 jam kemudian.

    2. Pemberian anti biotik

    Jika ada infeksi.

    3. Pleurodesis

    Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat

    (tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk

    melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi

    kembali.

    4. Tirah baring

    Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen

    karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen

    sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula.

    5. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.

    G. Komplikasi

    1. Infeksi

    2. Fibrosis paru

    (Mansjoer, 2001)

  • 19

    H. Pengkajian fokus

    1. Biodata

    Umur, alamat, pekerjaan

    2. Riwayat kesehatan

    a. Keluhan utama

    Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia

    b. Riwayat penyakit sekarang

    Terkait dengan kapan terjadinya keluhan, gejala dan pengobatan yang

    sudah di lakukan.

    c. Riwayat penyakit dahulu

    1) Menderita CHF, penyakit ginjal, penyakit hati dan malabsorbsi

    2) Menderita penyakit pada paru akibat bakteri ataupun virus

    3) Menderita Ca pada paru ataupun pernah menderita Ca didaerah lain

    d. Riwayat penyakit keluarga

    1) Keluarga ada yang Ca paru

    2) Ada yang menderita TBC

    3) Pneumonia

    3. Pola fungsional Gordon yang terkait

    a. Pola nutrisi dan metabolik

    Karena ada penimbunan cairan dalam rongga pleura terjadi penekanan

    lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada lambung sehingga

    terjadi nausea (mual dan muntah).

    b. Pola persepsi sensori dan kognitif

  • 20

    Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan

    sehingga menimbulkan rasa nyeri

    c. Pola aktivitas dan latihan

    Karena terjadi penurunan fungsi alveoli maka pertukaran O2 dan CO2

    terganggu sehingga suplay O2 menurun yang menyebabkan hipoksia

    dan pasien akan kelelahan dan terjadi gangguan aktivitas

    d. Istirahat dan tidur

    Karena sesak nafas dan nyeri dada maka dapat mempengaruhi istirahat

    tidur.

    4. Pemeriksaan fisik

    a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas

    b. Tingkat kesadaran : Composmentis

    c. TTV

    - RR : Takhipneu

    - N : Takhikardia

    - S : Jika ada infeksi bisa hipertermia

    - TD : Bisa hipotensia

    d. Kepala : Mesochepal

    e. Mata : Conjungtiva anemis

    f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung

    g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang

  • 21

    h. Pulmo (paru-paru )

    Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas

    tampak penggunaan otot bantu nafas

    Palpasi : Vokal Fremitus menurun

    Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup

    Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas

    bagian yang terkena

    5. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan torak sinar

    Terlihat : - Sudut kostofrenik tumpul

    - Obstruksi diafragma sebagian putih komplet

    (opaqul densitas ) pada area yang sakit.

    b. Torasentesis

    Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah

    bakteri dalam cairan

    c. Biopsi pleura

    Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukkan adanya keganasan

    d. GDA

    Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi

    gangguan mekanik pernafasan. dan kemampuan mengkompensasi

    PaCO2 kadang-kadang meningkat PaO2 mungkin normal atau

    menurun, saturasi O2 biasanya menurun

  • 22

    I. Pathways keperawatan

    Pe permeabilitas sumbatan/gangguan

    absorpsi getah bening

    Penimbunan cairandalam rongga pleura

    Efusi pleura Penekananrongga pleura

    Penekananabdomen

    Mual, muntah

    Tidak nafsumakan

    Pengembangan paru me

    Dyspnea

    Nyeri

    Pola nafas tidakefektif

    O2 paru menurun

    Perfusi O2 menurun kejaringan

    Keletihan

    Intoleransiaktivitas

    Nutrisi < kebutuhanTubuh Pertukaran O2 dan

    CO2 Dialvioli

    Gangguanpertukaran gas

    Perpindahan cairanke rongga pleura

    Etiologi

    - Efusi pleura transudat : Gagaljantung, sindroma nefrotik,sirosis hepatis, hipoalbunemia

    Tekanan hidrostatik Tekanan onkotik

  • 23

    J. Diagnosa Keperawatan

    1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan

    paru.

    2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada

    alveoli

    3. Nyeri berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh penimbunan

    cairan yang berlebih

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan

    5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

    tidak adekuat, anoreksia, mual muntah

    K. Intervensi dan Rasional

    1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan

    paru.

    Tujuan : Pola nafas kembali efektif

    KH : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,

    pada pemeriksaan sinar x dada tidak ditemukan adanya

    akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.

    Intervensi :

    a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap

    perubahan yang terjadi.

  • 24

    Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

    pernafasan,kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi

    pasien.

    b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan

    Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimum

    c. Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas

    Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O2

    d. Observasi tanda-tanda vital ( suhu,nadi,tekanan darah,RR dan respon

    pasien.

    Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya

    Penurunan fungsi paru.

    e. Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam.

    Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada

    bagian paru-paru.

    f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

    Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam.

    g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2.

    Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan

    dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.

    2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan oksigen pada

    alveoli

    Tujuan : tidak ada gangguan pertukaran gas

    KH : - PO2 : 85 - 100 mmHg.

  • 25

    - PCO2 : 35 - 45 mmHg

    - Tidak ada dyspnea

    - Tidak takipneu

    Intervensi :

    a. Observasi pernafasan

    Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan

    kebutuhan oksigen

    b. Posisikan kepala klien lebih tinggi

    Rasional : Membantu pengembangan ekspansi paru

    c. Anjurkan klien untuk tidal( banyak aktivitas)

    Rasional : Peningkatan aktivitas akan meningkat kebutuhan O2

    d. Kolaborasi pemeriksaan GDA

    Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat gangguan dalam

    pertukaran gas

    3. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada rongga pleura oleh

    penimbunan cairan yang berlebih

    Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau

    hilang

    KH : Ekspresi wajah rileks, keluhan nyeri berkurang atau hilang,

    TTV normal

    Intervensi:

    a. Kaji perkembangan nyeri

    Rasional : Untuk mengetahui terjadinya komplikasi

  • 26

    b. Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam

    Rasional : Untuk meringankan nyeri

    c. Beri posisi yang nyaman

    Rasional: Untuk memberikan rasa nyaman

    d. Ciptakan lingkungan yang tenang

    Rasional: Untuk meringankan nyeri

    e. Kolaborasi pemberian analgesik

    Rasional : Untuk meringankan nyeri

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2

    kejaringan.

    Tujuan : Klien toleran terhadap aktivitas

    KH : Klien tidak tampak kelelahan, mampu beraktivitas, tidak ada

    dyspnea saat aktivitas

    Intervensi :

    a. Observasi pernafasan klien

    Rasional : Peningkatan pernafasan mengarah pada peningkatan

    kebutuhan oksigen

    b. Posisikan klien pada semi fowler

    Rasional : Meningkatkan pengembangan paru

    c. Anjurkan klien untuk banyak tirah baring

    Rasional : Untuk mengurangi sesak nafas

    d. Kolaborasi pemberian oksigen nasal atau masker

    Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigen paru dan jaringan

  • 27

    5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    anoreksia, mual muntah, intake tidak adekuat

    Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

    KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis

    Intervensi :

    a. Observasi nafsu makan klien

    Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan

    belum baik

    b. Beri makan klien sedikit tapi sering

    Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan

    c. Beritahu klien pentingnya nutrisi

    Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan

    nutrisi

    d. Lakukan oral hygiene setiap hari.

    Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu

    makan.

    e Sajikan makanan semenarik mungkin.

    Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan

    nafsu makan.

    f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP.

    Rasional : Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme

    dan pembentukan antibody karena diet TKTP

    menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.