BAB II KONSEP DASAR A....

32
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Penyakit Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya (Ginanjar, 2008). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief, 2000 : 428). Bertolak dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menimbulkan kematian. B. Etiologi Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat disebabkan oleh virus Dengue termasuk family Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang disebabkan virus japanese Encephalitis dan Yellow Fever (demam kuning). Ditemukan empat serotipe virus Dengue dan dapat dibedakan dengan sifat “biotipe”. Semua kelompok family Flaviviridae dapat

Transcript of BAB II KONSEP DASAR A....

  • 6

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Penyakit Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang

    disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (baca : virus

    dengue tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

    dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue

    dari penderita DBD lainnya (Ginanjar, 2008). Demam berdarah dengue

    adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi

    perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

    menyebabkan kematian (Arief, 2000 : 428). Bertolak dari beberapa ahli di

    atas dapat disimpulkan bahwa demam berdarah adalah suatu penyakit

    infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

    demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat

    menimbulkan kematian.

    B. Etiologi

    Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat

    disebabkan oleh virus Dengue termasuk family Flaviviridae dan harus

    dibedakan dengan demam yang disebabkan virus japanese Encephalitis

    dan Yellow Fever (demam kuning).

    Ditemukan empat serotipe virus Dengue dan dapat dibedakan

    dengan sifat “biotipe”. Semua kelompok family Flaviviridae dapat

  • 7

    menunjukan bentuknya yang karakteristik meliputi struktur genome dan

    sifat untuk melipatgandakan dirinya (Soegijanto, 2006).

    C.Anatomi Fisiologi

    Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh

    darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap

    bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Darah

    yang banyak mengandung banyak karbondioksida warnanya merah tua.

    Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernapas,dan zat ini sangat

    berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.

    Viskositas atau kekentalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ

    1,041-1,067, temperatur 38⁰ C,dan Ph 7,37-7,45.

    Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja

    pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer,

    tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan manjadi beku.

    Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah

    tersebut sedikit obat anti pembekuan/sitras natrikus. Dan keadaan ini sangat

    berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.

    Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-

    kira⅟13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah

    tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan,

    keadaan jantung atau pembuluh darah (Syaifuddin,2006).

  • 8

    Darah terdiri dari 4 baguan utama yaitu plasma darah, sel darah merah,

    sel darah putih dan keping darang.

    1. Plasma Darah

    Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan

    membentuk medium cairan darah disebut plasma darah. 90% bagian

    plasma plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi

    mengangkut sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa pembakaran

    dari sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga bermanfaat untuk

    menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit.

    Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,

    merupakan mediasirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sal

    darah merah, sal darah putih,dan sel pembeku darah juga sebagai media

    transportasi bahan organik dan anorganik dari suatu organ atau jaringan.

    Zat-zat plasma darah :

    a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.

    b. Garam-garam mineral(garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain).

    c. Protein darah(albumin, globulin)meningkatkan viskositas darah dan

    juga menimbulkan takanan osmotik untuk memelihara keseimbangan

    cairan dalam tubuh.

    d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)

    e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh

    f. Antibodi/antitoksin(Syaifuddin,2006).

  • 9

    Gambar 1.Plasma darah

    2. Sel darah merah

    Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonfak tidak

    berinti yang kira-kira berdiameter 8 µm, tebal bagian tepi 2μm dan

    ketebalannya berkurang di bagian tangah menjadi hanya 1 mm atau

    karang. Karena lunak dan lentur maka salama melewati mikrosirkulasi sel-

    sel ini mengalami perubahan konfigurasi.Erirosit tidak mempunyai

    nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi

    biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen.Sel

    darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah.

    Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang banyak

    dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah

    dalam hawan bertulang belakang. Sel darah merah adalah salah satu

    contoh sel yang tidak berinti.Sel darah merah berbentuk pipih dan cekung

    di bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak dapat menembus dinding

    kapiler darah dan berwarna kekuning-kuningan. Pada orang dewasa sel

    darah merah berjumlah sekitar 5 juta sel/mm² darah pada laki-laki dan 4

    juta sel/mm² darah pada perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah

    dibentuk dalam sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah

  • 10

    merah dibentuk dalam hati dan limfa.Setelah berumur 120 hari, sel darah

    merah akan mati dan diubah menjadi bilirubin atau zat pewarna empedu.

    Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah dihasilkan

    dari limfa, hati, kura dan sumsum merah pada tulang pipih, sel darah

    merah yang sudah rusak akan dibuang ke dalam hati.

    Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai

    menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk

    pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat

    dalam eritrosit berguna untuk mengikat oksigen dan karbondioksida.

    Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15gr dalam 100cc darah.

    Normal Hb wanita11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%

    (Syaifuddin,2006).

    Gambar 2.Sel daerah merah

    3. Sel Darah Putih

    Sel darah putih atau lekosit adalah sel yang membentuk komponen

    darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan

    berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel

    darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,

    dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Normalnya kita

    memiliki hingga sel darah putih dalam satu liter darah

  • 11

    manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam

    kasus leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 500000 sel per tetes.

    Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuhdan bertugas

    untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya

    oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak

    memiliki bentuk yang tetap.

    Fungsinya sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan

    bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikulo

    endotel) tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai

    pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus

    melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di

    pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada

    kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka

    jumlah leukosit yang ada dalam darah akan lebih banyak dari biasanya.

    Hal ini disebabkan leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar

    limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari

    serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi

    10000/mm³ disebut leukositosis dan kurang dari 6000/mm³ disebut

    leukopenia (Syaifuddin,2006).

    Gambar 3.Sel darah putih

  • 12

    4. Keping darah

    Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah

    flagmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam mekanisme

    hemostatis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (trombus).

    Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan

    pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan resiko

    trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teraur, tidak berwarna,

    tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah

    pecah bila tersentuh benda kasar, jumlah trombosit adalah 200000-300000

    keping/mm³ darah.

    Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah berfungsi

    dalam pembekuan darah, jika ada orang yang terkena demam berdarah,

    maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit sehingga darah semakin

    mengental dan menyebabkan kematian, oleh karena itu penderita demam

    berdarah harus di tranfusi darah agar mendapat pasukan trombosit yang

    banya. (Syaifuddin,2006).

    Fungsi Darah

    Fungsi darah terdiri atas :

    1. Sebagai alat pengangkut yaitu :

    a. Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk

    diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

    b. Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk di keluarkan

    melalui paru-paru.

  • 13

    c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

    dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.

    d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh

    untuk dikelarkan melalui kulit dan ginjal.

    2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam

    tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/zat-zat antiracun.

    3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

    Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang

    warnanya merah, tetapi apabila dilihat di baeah mikroskop maka

    nyatalah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang

    disebut sel-sel darah. Sedang cairan berwarna kekuning-kuningan

    disebut plasma. Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian

    yaitu :

    a. Sel-sel darah

    1) Eritrosit (sel darah merah)

    2) Leukosit (sel darah putih)

    3) Trombosit (sel pembeku darah)

    b. Plasma darah (Syaifuddin,2006)

    D. Patofisiologi

    Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut

    permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang

    ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan

  • 14

    tekanan darah. Volume darah menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus

    berat,hal ini didukung penemeuan post-mortem meliputi efusi serosa, efusi

    pleura, hemokonsentrasi hipoproteinemi.

    Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa

    perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat.

    penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorsi dengan

    cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostatis pada DBD

    dan DSS melibatkan 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopeni, dan

    kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan

    fragilitas vaskuler dan trombositopeni, banyak diantaranya penderita

    menunjukkan koagulogram yang abnormal (Soegijanto,2006).

    Selain itu ditemukan juga Hematomegali akibat perembesan cairan dari

    ruang intravaskuler. Pada pemulaan demam biasanya hati sudah teraba,

    meskipun pada anak yang kurang gizi, hati juga sudah teraba. Bila terjadi

    peningkatan dari hematogali dan hati teraba kenyal, harus dipehatikan

    kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita (Djunaedi,2006).

    Virus masuk ke dalam tubuh manusia akan ber aplikasi Dinotis

    Slipatikum regional dan menyebar ke jaringan lain terutama ke sistem retikulo

    endoterial dan kulit secara bionkogen maupun hematogen, kemudian tubuh

    akan membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan

    mengaktivasi sistem komplemen yang akan melepas Anaphilotosin C3a dan

    C5a akan melepas histamin yang akan menyebabkan peningkatan

    permeabialitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui

  • 15

    endotel dinding tersebut sehingga akan terjadi kebocoran plasma, dan

    dimusnahkan oleh sistem retikula endotelia dengan akibat trombositopenia

    terhebat dan pendarahan pada keadaan agregasi tersebut akan melepaskan

    aminfaso aktif (histamine dan sitokinin) yang bersifat meningkatkan

    permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor-faktor yang

    menyebabkan koagulasi intravaskuler. Pada kasus DHF trombosit akan

    menurun pada suhu turun yaitu setelah sakit ketiga penurunan jumlah trombosit

    20% (misalnya 30% menjadi 42%) menggambarkan pembesaran

    plasma (FKUI, 2006).

    E. Manifestasi Klinik

    Gejala klinis yang mungkin timbul pasca-infeksi virus dengue amat

    beragam, mulai dari demam tidak spesifik (sindrom infeksi virus), demam

    dengue, demam berdarah dengue (DBD), hingga yang terberat, yaitu sindrom

    syok dengue.

    Pada penderita penyakit DBD dapat diyemukan gejala-gejala klinis dan

    kelainan laboratoris sebagai berikut.

    Kriteria klinis :

    1. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2-7

    hari, yang dapat mencapai 40⁰C. Demam sering disertai gejala tidak

  • 16

    spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise),

    nyeri sendi atau tulang, serta rasa sakit di darah belakang bola mata (retro

    orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing).

    2. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi,

    perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede (+), ptekiae dan ekimosis,

    serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena).

    3. Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali).

    4. Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba

    lemah dan cepat, ujung-ujung jari tersasa dingin serat disertai penurunan

    kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.

    Kriteria laboratoris :

    1. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/mm³.

    2. Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal.

    Diagnosis penyakit DBD ditegakkan berdasarkan adanya dua kriteria

    klinis atau lebih,ditambah dengan adanya minimal satu kriteria

    laboratoris (Ginanjar,2008).

    F. Klasifikasi DHF

    Derajat penyakit DBD berbeda-beda menurut tingkat keparahannya.

    Tabel di bawah ini menyajikan empat derajat keparahan dari penyakit DBD.

    1. Derajat 1

    Panas badan selama 5-7 hari, gejala umum tidak khas, tes Rumpeleede (+)

  • 17

    2. Derajat 2

    Seperti derajat 1, disertai pendarahan spontan pada kulit berupa

    ptekiae dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis),

    buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena), pendarahan

    gusi, pendarahan rahim (uterus), telinga, dan sebagainya.

    3. Derajat 3

    Ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut nadi teraba

    lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi (selisih antara tekanan darah

    sistolik dan diastolik)menyempit (>20 mmHg). DBD derajat 3 merupakan

    peringatan awal yang mengarah pada terjadinya renjatan (syok). Denyut

    nadi terasa tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung

    >140/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh

    berkeringat, kulit membiru.

    4. Derajat 4

    DBD derajat 4 merupakan manifestasi syok, yang seringkali berakhir

    dengan kematian (Ginanjar,2008).

    Uji ELISA

    Uji ELISA tidak membutuhkan sepasang serum, cukup dengan

    serum tunggal dapat untuk mendeteksi IgG maupun IgM anti-Dengue. Uji

    ini bersifat kuantitatif, biasanya hasil yang dibaca berupa abrsorbans yang

    kemudian dikonversikan menjadi satuan unit atau rasio.

  • 18

    Prinsip uji ELISA untuk deteksi antibodi terhadap virus Dengue,

    teknik dapat berupa ELISA tak langsung (Indirect ELISA)maupun Captured

    ELISA.

    Di pasaran Indonesia saat ini terdapat pemeriksaan ELISA baik

    yang Inderect ELISA untuk mendeteksi IgG anti-Dengue maupun yang

    Capterd ELISA yang dapat mendeteksi IgG ati-Dengue serta IgM anti-

    Dengue dalam serum penderita. MAC ELISA adalah istilah dari singkatan

    IgM Captured ELISA, dengan prinsip dasar goat atau robbit antihuman

    IgM yang dilapiskan pada fase padat (microtiter plateELISA) akan

    berikatan dengan IgM anti-Dengue dari serum penderita. Langkah

    berikutnya ditambahkan antigen Dengue, selanjutnya diberi konjungat

    antiviral IgG-HRP dan substrat lalu diukur kadar absorbansya sehingga

    dapat diketahui konsentrasi IgM-nya.

    Pemeriksaan Captured ELISA untuk IgM dan IgG sekaligus pada

    pemeriksaaan dengan metode Dengue Duo ELISA dapat untuk membedakan

    infeksi primer dan infeksi sekunder, walaupun hanya menggunakan serum

    tunggal (Soegijanto, 2006).

    G. Komplikasi

    Risiko terjadi komplikasi pada anak dengan difteri ini dapat terjadi

    miokarditis, komplikasi pada sistem saraf, pada ginjal yang disebabkan oleh

    kuman difteri yang masuk kedalam tubuh. Tujuan dari rencana

  • 19

    keperawatannya adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dengan

    cara memperbaiki dan meningkatkan kekebalan tubuh anak (Hidayat,2006).

    H. Penatalaksanaan

    Berdasarkan kenyataan di masyarakat penatalaksanaan kasus DBD

    dibagi sebagai berikut :

    1. Kasus DBD yang memungkinkan untuk berobat jalan

    2. Kasus DBD yang dianjurkan rawat tinggal

    3. Kasus DBD derajat 1 dan II

    4. Kasus DBD derajat III dan IV

    5. Kasus DBD dengan penyulit

    Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan

    Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan

    minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak

    diperkenankan memberikan obat panas paracetamol 10-15mg/kgBB setiap3-4

    jam diulang jika simtom panas masih nyata diatas 38,5⁰C. Obat panas salisilat

    tidak dianjurkan karena mempunyai risiko terjadinya penyulit perdarahan dan

    asidosis. Sebagian besar kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari

    pertama dan hari kedua tanpa menunjukan penyulit lainnya.

    Apabila penderita DBD inin menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan

    konfulsi sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.

  • 20

    Kasus DBD derajat I dan II

    Pada hari ke-3,4 dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena

    penderita ini mempunyai risiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi

    kejadian syok tersebut, penderita ini disarankan diinfus cairan kristaloid

    dengan tetesan berdasarkan tatanan 7,5,3. Pada saat fase panas penderita

    dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk

    mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dari harga

    normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita

    dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurn waktu 12-24 jam.

    Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin,

    nyeri perut, dan produksi air kemih yang kurang sebaiknya dianjurkan rawat

    inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dan hematokrit yang tinggi

    harus dirawatdi rumah sakit untuk memperoleh cairan pengganti segera.

    Volume dan cairan pengganti penderita DBD sama seperti yang

    digunakan pada kasus diaredengan dehidrasi sedang (6-10% kekurangan

    cairan) tetapi tetesan harus hati-hati.Kebutuahn cairan sebaiknya diberikan

    dalam kurun waktu 2-3 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali

    dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma terjadi. Pemeriksaan hematokrit

    secara seri ditentukan 4-6 jam dan mencatat data vital dianjurkan setiap saat

    untuk menentukan atau mengatur agar memperoleh jumlah cairan pengganti

    yang cukup dan cegah pemberian tranfusi berulang. Petunjuk pemberian cairan

    jumlah tetesan harus jelas.

  • 21

    Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah volume minimal cairan

    pengganti yang cukup untuk mempertahankan sirkulasi secara efektif selama

    periode kebocoran (24-28jam) pemberian cairan yang berlebihan akan

    menyebabkan kegagalan faal pernapasan (efusi pleura dan ascites),

    menumpuknya cairan dalam jaringan paru yang berakhir dengan edema.

    Jenis Cairan

    1. Kristaloid

    Ringer Laktat

    5% Dekstrose di dalam larutan ringer laktat

    5% Dekstrose didalam larutan ringer asetat

    5% Dekstrose didalam larutan setengah normal garam fisiologi (faali)dan

    5% Dekstrose didalam larutan normal garam fisiologi (faali)

    2. Koloidal

    Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dekstran 40)

    Plasma

    Kebutuhan Cairan untuk dehidrasi sedang

    Berat Badan (kg) jumlah cairan (ml)

    18 88

  • 22

    Kebutuhan Cairan untuk dehidrasi sedang

    Berat badan Jumlah cairan (ml)

    10 100 per kg BB

    10-20 1000+50 kg (diatas 10 kg)

    >20 1500+20 x kg BB (diatas

    20kg)

    (Soegijanto, 2006).

    I. Tumbuh Kembang

    Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristwa yang sifatnya

    berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai

    pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan apa yang dimaksud dengan

    pertumbuhan dan perkembangan perdefinisinya seperti berikut :

    1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

    besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,

    yang dapat diukur dengan ukuran berat (gram,pound,kg), ukuran

    panjang (cm atau meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik

    (retensi kalium dan nitrogen tubuh).

    2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

    (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

    pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini

    menyangkut adanya proses diferensasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

    organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

  • 23

    masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan

    emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

    lingkungan (Ngastiyah, 2005).

    J. Pengkajian Fokus

    Dalam melakukan asuhan keperawatan pengkajian merupakan dasar

    utama dalam hal yang penting untuk dilakukan, baik disaat penderita pertama

    kali masuk rumah maupun selama penderita dalam masa perawatan. Data

    yang diperoleh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu data besar dan data khusus.

    1. Data dasar

    Data yang perlu dikaji meliputi :

    a. Pola nutrisi dan anti body

    Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit

    saat menelan

    Tanda : Mukosa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor (kadang-

    kadang), hiperioremia pada tenggorokan, nyeri tekan

    b. Pola eliminasi

    Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuria (tahap

    lanjut)

    c. Pola aktifitas dan latihan

    Tanda : Dipsnea, pola nafas tidak tidak efektif karena efusi pleura

    d. Pola istirahat dan tidur

    Gejala : Kelemahan, kesulitan tidur, karena demam atau panas atau

    menggigil

  • 24

    Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak nafas karena efusi

    pleura, nyeri epigastrum, nyeri otot atau sendi

    e. Pola persepsi dan sensori kognitif

    Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot atau sendi pegal-pegal seluruh

    tubuh

    Tanda : Cemas, gelisah

    f. Persepsi diri dan konsep diri

    Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah

    g. Sirkulasi

    Gejala : Sakit kepala atau pusing, gelisah

    Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dipsnea,

    perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematurida),

    peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang

    dari 100.000/kilometer

    h. Keamanan

    Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia,

    gatal-gatal pada kulit

    Tanda : Mudah terjadi infeksi, suhu tubuh tinggi, pembesaran

    hati/limfa (Syaifullah,1999).

    2. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik meliputi :

    a. Keadaan umum pasien : Lemah

  • 25

    b. Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,

    soporokoma, koma, reflek, sensibilitas,

    nilai gasglow coma scale (GCS)

    c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah (hiptensi), suhu (meningkat),

    nadi (takikardi), persyarafan (cepat)

    d. Keadaan : Kepala (pusing), mata, telinga, hidung

    (epitaksis), mulut (mukosa kering, lidah

    kotor, perdarahan gusi), leher, rectum, alat

    kelamin, anggota gerak (dingin), kulit

    (petekie)

    Data khusus :

    Data khusus digolongkan menjadi dua yaitu data subyektif dan data obyektif.

    1. Data subyektif

    Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah : lemas,

    panas atau demam, sakit kepala, anoreksia (tidak nafsu makan, mual, sakit

    saat makan), nyeri ulu hati, nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada

    seluruh tubuh, konstipasi.

    2. Data obyektif

    Data obyektif yang dijumpai pada penderita DHF adalah :

    a. Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

    b. Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor

  • 26

    c. Tampak bintik merah pada kulit (ptikiae) uji tornikuet positif,

    epistaksis, (perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,

    hematemesis, melena

    d. Hiperemia pada tenggorokan

    e. Nyeri tekan pada epigastik

    f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa

    g. Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,

    gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

    3. Pemeriksaan penunjang

    Untuk menegakkan antibody DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan

    penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

    radiologi

    a. Pemeriksaan laboratorium

    1) Pemeriksaan darah

    Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

    a) IgG Dengue positif

    b) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit >150.000)

    c) Hemoglobin meningkat >20%

    d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat >37.0)

    e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,

    hiponatremia, hipokalmia

    f) SGOT dan SGPT mungkin meningkat

    g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

  • 27

    h) Waktu pendarahan memanjang

    i) Pada analisa gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik

    PCO2

  • 28

    f) Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu

    g) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita

    h) Minat kepada kata baru dan artinya

    i) Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya

    j) Menganal 4 warna

    k) Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar

    dan kecil

    l) Menaruh minat kepada aktifitas orang dewasa

    2) Tahap praoperasional (2-7 tahun) :

    Tahap ini dibedakan menjadi dua tahap yaitu prakonseptual (2-

    4 tahun) dan intuitif (4-7 tahun). pola berfikir yang egosentris yaitu

    aktifitas yang ia lakukan dan rangsangan yang ia terima. Dalam

    masa intuitif pola berfikirnya masih didasarkan atas intuisi

    penalaran terpusat pada bagian-bagian tertentu objek berdasarkan

    atas penampakan tertentu.

  • 29

    K. Pathways Keperawatan

    DBD

    Viremia

    Demam akut Permeabilitasvaskuler

    meningkat

    Kebocoranplasma

    Hipovolemik

    SyokHipovolemi

    Defisitvolumecairan

    Nyeri otottulang dan sendi

    iskositas

    Gangguanrasa

    nyamannyeri

    Stimulasi RES(Reticulo

    EndotheliumSystem)

    Hepatomegali

    Mendesakrongga

    abdomen

    Nafsu makanmenurun, mual,

    muntah

    Gangguannutrisi

    kurang darikebutuhan

    Hidayat, 2006

    hipertermia

  • 30

    L. Diagnosa Keperawatan

    1. Hipertermi berhubungan dengan viremia

    2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

    permeabilitas dinding plasma

    3. Risiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

    volume cairan tubuh

    4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

    mual, muntah, anoreksia

    5. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

    (Hidayat, 2006)

    L. Fokus Intervensi

    1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

    Tujuan dan kriteria hasil:

    Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien

    dapat berkurang dengan kriteria hasil :

    a. Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.

    b. Suhu 36,80C-37,50C

    c. Tekanan darah 120/80 mmHg

    d. Respirasi 16-24 x/mnt

    e. Nadi 60-100 x/menit

  • 31

    Intervensi:

    1. Kaji saat timbulnya demam.

    2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3

    jam

    3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)

    4. Berikan kompres hangat

    5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

    6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

    dokter

    Rasional :

    a. untuk mengidentifikasi pola demam pasien

    b. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

    pasien

    c. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

    meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

    yang banyak

    d. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang

    mempercepat penurunan suhu tubuh

    e. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

    f. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

    2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

    permeabilitas dinding plasma

    Tujuan dan kriteria hasil:

  • 32

    Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

    kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :

    a. TD 120/80 mmHg

    b. RR 16-24 x/mnt

    c. Nadi 60-100 x/mnt

    d. Turgor kulit baik

    e. Haluaran urin tepat secara individu

    f. Kadar elektrolit dalam batas normal

    Intervensi:

    1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.

    2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

    3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya

    4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

    mukosa

    5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan

    6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500

    ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.

    7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

    8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema,

    peningkatan BB, nadi tidak teratur

    9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,

    pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

  • 33

    Rasional:

    a. Hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan

    takikardi

    b. Pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan

    pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila

    ketosis harus terkoreksi

    c. Demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan

    dehidrasi.

    d. Merupakan indicator dari dehidrasi

    e. Memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

    program pengobatan.

    f. Mempertahankan volume sirkulasi.

    g. Kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah

    sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.

    h. Cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan

    kelebihan beban cairan

    i. Mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi

    kebutuhan cairan

    3. Risiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

    volume cairan tubuh

    Tujuan dan kriteria hasil :

    Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok

    hipovolemik dengan kriteria hasil :

  • 34

    a. TD 120/80 mmHg

    b. RR 16-24 x/mnt

    c. Nadi 60-100 x/mnt

    d. Turgor kulit baik

    e. Haluaran urin tepat secara individu

    f. Kadar elektrolit dalam batas normal

    Intervensi :

    1. Monitor keadaan umum pasien

    2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

    3. Monitor tanda perdarahan

    4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

    5. Berikan transfusi sesuai program dokter

    6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik

    Rasional:

    a. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada

    saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan

    dapat segera ditangani.

    b. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik

    c. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien

    tidak sampai syok hipovolemik

    d. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

    dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut

  • 35

    e. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang

    hilang

    f. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

    4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

    dengan mual, muntah, anoreksia

    Tujuan dan kriteria hasil :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

    perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi

    dengan kriteria :

    a. Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

    b. Menunjukkan tingkat energi biasanya

    c. Berat badan stabil atau bertambah

    Intervensi:

    1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.

    2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan

    dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien

    3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

    4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai

    dengan program diit.

    5. Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan

    makan sesuai indikasi

    6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

  • 36

    Rasional:

    a. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

    b. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

    kebutuhan terapeutik

    c. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk

    absorbsi dan utilisasinya)

    d. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

    pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah

    pulang

    e. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi

    kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien

    f. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual

    sehingga kebutuhan nutrisi pasien tercukupi.

    5. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

    Tujuan dan kriteria hasil:

    Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat

    berkurang dan menghilang dengan kriteria hasil :

    a. Pasien mengatakan nyerinya hilang

    b. Nyeri berada pada skala 0-3

    c. Tekanan darah 120/80 mmHg

    d. Suhu 36,80C-37,50C

    e. Respirasi 16-24 x/mnt

    f. Nadi 60-100 x/mnt

  • 37

    Intervensi:

    1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)

    2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan

    kenyamanan

    3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat

    4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.

    5. Ajarkan pasien teknik relaksasi

    6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

    Rasional:

    a. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

    perkembangan/resolusi komplikasi

    b. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

    c. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan

    untuk menanggulangi nyeri.

    d. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih

    pasien relaksasi.

    e. Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.

    f. Memberikan penurunan nyeri.