BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1....

26
6 BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertian Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik ( Sjamsuhidajat & Jong, 2004 ). Sementara pengertian menurut Smeltzer (2000) adalah pelebaran pembuluh darah/ flexus vena. 2. Anatomi fisiologi Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari kolon sigmoid sampai anus, kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15 cm. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum. Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria

Transcript of BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1....

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Hemoroid

1. Pengertian

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis

yang tidak merupakan keadaan patologik ( Sjamsuhidajat & Jong, 2004 ).

Sementara pengertian menurut Smeltzer (2000) adalah pelebaran pembuluh

darah/ flexus vena.

2. Anatomi fisiologi

Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan

terbentang dari kolon sigmoid sampai anus, kolon sigmoid mulai

setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian

bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum.

Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter

eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15 cm.

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri

sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika

superior memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, kolon

asendens dan dua pertiga proksimal kolon tranversum, dan arteria

mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal

kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal

rektum. Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

7

sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang

dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.

Gambar 2.1 Letak hemoroid

.sumber : www. Gambar anatomi fisiologi hemoroid.com

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena

mesentrika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu

bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena

hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan

merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis

antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga

peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke

dalam vena-vena ini.

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban

dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

8

depan, menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan

kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini

menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.

Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh

refleks gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan pertama

masuk pada hari itu.

Propulasi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding

rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh

sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh

sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol

voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan

keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai

rektum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas

kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum

yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi,

sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-

otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik

atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya

peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi

voluntar. Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara

terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau peregangan

valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot-otot

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

9

sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap akan

relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.

Gambar 2.2 bentuk hemoroid

Sumber : www.gambar anatomi fisiologi hemoroid.com

3. Etiologi

Yang menjadi etiologi pada penyakit hemoroid adalah mengejan pada

waktu defekasi , kontipasi menahun ,batuk kronik , makanan ( pedas , diet

rendah serat ), sembelit kronis, terlalu lama berdiri atau duduk, dan angkat

berat ( Sjamsuhidajat & Jong, 2004; Reeves, 2001 ).

Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid

( Smeltzer , 2002 ).

4. Patofisiologi

Menurut Price (2000),dan Smeltser (2002), patofisiologi haemoroid

adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan venous

rectum dan vena haemoroidalis.

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

10

Ditensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah

anus, karena vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan

beban. Namun bila distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa

pelebaran-pelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan

karena adanya sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rectum,

pembesaran prostate.

Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi portal sering

mengakibatkan haemorroid karena vena haemoroidalis superior mengalirkan

darah kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga

mudah terjadi aliran balik. Fibroma uteri juga bisa menyebabkan tekanan

intra abdominal sehingga tekanan vena portal dan vena sistemik meningkat

kemudian ditransmisi daerah anarektal.

Aliran balik dan peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang

berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot sekitarnya sehingga

vena prolap dan menjadi haemorroid.

Nyeri dan perdarahan adalah dua gejala utama dari haemorroid. Data

yang perlu dikumpulkan meliputi hal-hal berikut :

1. Nyeri

a. Terjadi : dengan defekasi, duduk atau berjalan.

b. Karakteristik : terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau

berdenyut.

2. Perdarahan : ada atau tidak, jumlah warna (merah segar atau

merah tua).

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

11

3. Kotoran : konsitansi (kerasnya), terdapat goresan darah atau

nanah

Perdarahan biasanya berwarna merah segar karena tempat perdarahan

yang dekat. Haemorroid internal seringkali berdarah waktu defekasi,

sedangkan haemorroid external jarang berdarah. Perdarahan rektal tidak boleh

keliru dengan perdarahan menstruasi pada wanita.

Terjadinya perdarahan sewaktu defekasi mengakibatkan trombosis.

Strangulasi prolapsus terjadi karena adanya bendungan pada vena yang

mengakibatkan suplai darah terhalang. Hal itu dapat menjadi indikasi

dilakukannya Haemorroidektomi.

Karena operasinya sering dianggap sebagai operasi kecil mungkin

terdapat kecenderungan untuk meminimalkan pembedahan anorektal. Pada

kenyataannya, pembedahan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang

banyak seperti pada banyak pembedahan yang besar. Rasa nyeri yang

merupakan akibat spasme rektal, dapat menghambat buang air kecil dan

defekasi. Pasien menyatakan kekhawatirannya tentang pengeluaran feses

pertama, yang dapat terasa tidak menyenangkan. Rasa nyeri dapat

diminimalkan dengan penggunaan analgetik, sitbath, dan pelembek feses.

Selama 12 jam pertama setelah pembedahan, perdarahan merupakan

hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul di dalam lubang anal dan

tidak dikeluarkan, untuk itu, tanda-tanda lain dari perdarahan harus dimonitor

(tanda-tanda vital, tidak dapat istirahat, haus). Pada periode ini sitbath

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

12

dihindarkan, karena penghangatan akan menambah perdarahan lebih lanjut

dengan melebarkan pembuluh darah.

5. Klasifikasi hemoroid

Hemoroid terjadi karena adanya gangguaan aliran balik dari vena

hemoroidalis,apabila pelebaran terjadi diplexus hemoroidalis superior.

Hemoroid digolongkan menjadi hemoroid internal dan eksternal.

Hemoroid interna :

Gejala –gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit

karena tidak hanya rasa sakit di daerah ini.

Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat :

1. Derajat I

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mukosa tidak melalui

anus dan hanya dapat ditemukan dengan proktoskopi.

2. Derajat II

Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada

saat defekasi, tapi setelah defekasi selesai tonjolan tersebut dapat masuk

dengan sendirinya.

3. Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan

sendirinya tetapi harus di dorong.

4. Derajat IV

Telah terjadi inkarserasi

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

13

Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksterna biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid

eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 :

1. Akut

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruaan pada pinggir anus

dan sebenarnya adalah hematom.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah :

a. Sering rasa sakit dan nyeri

b. Rasa gatal pada daerah hemoroid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf pada

kulit merupakan reseptor sakit

2. Kronik

Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit

anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah

(Mansjoer,2000).

6. Manifestasi Klinis

Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar

berwarna merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan jumlahnya

bervariasi. Bila hemoroid bertambah besar maka dapat terjadi prolaps. Pada

awalnya biasanya dapat tereduksi spontan. Pada tahap lanjut, pasien harus

memasukkan sendiri setelah defekasi. Dan akhirnya sampai pada suatu

keadaan dimana tidak dapat dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi

tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah perianal

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

14

akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul trombosis luas dengan

edema dan peradangan.

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang,

yang membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi ( mengejan ),juga sering

pasien harus duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri yang

merupakan gejala radang.

Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah

terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan

yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat pada satu atau

beberapa kuadran.

Pada pemeriksaan rectal secara digital mungkin tidak ditemukan

apa-apa bila masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan

untuk melihat hemoroid interna yang tidak mengalami penonjolan (Mansjoer

, 2000 ).

7. Penatalaksanaan

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan

hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama

defekasi. Diet yang tinggi serat mengandung buah dan sekam mungkin satu-

satunya tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif yang

berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus dapat membantu. Rendam

duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anestesi, astrigen

(witch hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan

pembesaran berkurang.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

15

Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid.

Fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah tehnik

terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang

mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid

berukuran kecil dan berdarah.

Tindakan bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi

pita-karet. Hemoroid dilihat melalui anoskop dan bagian proksimal di atas

garis mukokutan dipegang dengan alat.

Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat

hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu

sampai timbul nekrosis.

Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat

semua jaringan sisa yang masih ada. Selama pembedahan sfingter rectal

biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan

kauter atau dengan ligasi dan kemudiaan dieksisi. Setelah prosedur operatif

selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan

keluarnya flatus dan darah, gelfoan atau kasa oxygel diberikan diatas luka

kanal.

8. Komplikasi

Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para

anal, dan inkarserasi. Hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif

dan dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus.

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

16

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang

berlebihan (mansjoer: 2000).

B. Hemoroidektomy

1. Pengkajiaan fokus

Dalam melakukan pengkajian ini penulis menggunakan teori dengan II

pola kesehatan fungsional menurut Gordon.

a. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan.

Menggambarkan pola pikir kesehatan pasien, keadaan sehat, dan

bagaimana memelihara kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu

tentang status dan riwayat kesehatan, hubungannya dengan aktivitas dan

rencana yang akan datang serta usaha-usaha preventif yang dilakukan

pasien untuk menjaga kesehatannya.

b. Pola nutrisi dan metabolik.

Menggunakan pola konsumsi makanan dan cairan untuk kebutuhan

metabolik dan suplai nutrisi, kualitas makanan setiap harinya, kebiasaan

makan dan makanan yang disukai maupun penggunaan vitamin tambahan,

keadaan kulit, rambut, kuku, membran mukosa, gigi, suhu, berat badan,

tinggi badan, juga kemampuan penyembuhan.

c. Pola eliminasi.

Yang menggunakan :

1) Pola defekasi (warna, kuantitas, dll).

2) Penggunaan alat-alat Bantu.

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

17

3) Penggunaan obat-obatan.

d. Pola aktivitas.

a. Pola aktivitas, latihan dan rekreasi.

b. Pembatasan gerak.

c. Alat Bantu yang dipakai, posisi tubuhnya.

e. Pola istirahat-tidur.

Yang menggunakan :

1) Pola tidur dan istirahat.

2) Persepsi, kualitas latihan dan rekreasi.

3) Penggunaan obat-obatan.

f. Pola kognitif-perseptual

1) Penglihatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan.

2) Kemampuan bahasa.

3) Kemampuan membuat keputusan.

4) Ingatan.

5) Ketidaknyamanan dan kenyamanan.

g. Pola persepsi dan konsep diri.

Yang menggambarkan :

1) Body image.

2) Identitas diri.

3) Harga diri.

4) Peran diri.

5) Ideal diri.

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

18

h. Pola peran-hubungan sosial.

Yang menggambarkan :

1) Pola hubungan keluarga dan masyarakat.

2) Masalah keluarga dan masyarakat.

3) Peran tanggung jawab.

i. Pola koping toleransi stress.

Yang menggambarkan :

1) Penyebab stress.

2) Kemampuan mengendalikan stress.

3) Pengetahuan tentang toleransi stress.

4) Tingkat toleransi stress.

5) Strategi menghadapi stress.

j. Pola seksual dan reproduksi.

Yang menggambarkan masalah seksual.

k. Pola nilai dan kepercayaan.

Yang menggambarkan :

1) Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan.

2) Realisasi dalam kesehatan.

Sedangkan menurut (Doenges, 2000) dasar kata pengkajian meliputi :

a. Aktivitas.

Kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena nyeri operasi

haemorroid.

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

19

b. Sirkulasi.

Takhikardi, hipotensi, perdarahan, pucat.

c. Eliminasi.

Perubahan pola defekasi : sembelit, konstipasi.

Terpasang dower kateter, infus.

d. Nutrisi makanan dan cairan.

Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa

kering, kadar HB turun.

e. Nyeri/ kenyamanan.

Nyeri luka post operasi.

f. Pernafasan

Peningkat an frekuensi pernafasan, batuk.

g. Istirahat tidur

Perubahan pola tidur sekunder nyeri.

h. Keamanan

Kemungkinan demam sekunder luka operasi, alergi terhadap obat, riwayat

transfusi, reaksi transfusi.

i. Integritas kulit

Trauma jaringan, luka pembedahan.

j. Integritas ego

Masalah tentang pekerjaan, konsep diri (identitas, harga diri), peningkatan

ketegangan, perasaan cemas, takut.

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

20

2. Pathways

Sumber :

Price, 2000; dan Smeltzer, 2002

Konstipasi, Kehamilan, Tumor

Rectum, Pembesaran Prostat

Gangguan Venous Rectum

dan

Distensi terus menerus

Gangguan vena sfingter

Kongesti vena

Penyakit hati kronik

Vena Haemorroidalis superior mengalirkan

darah ke dalam sistem portal

Aliran balik

Tekanan intra abdominal

Tekanan vena portal dan vena sistemik

meningkat

Hipertensi portal

Vena Prolap

Haemorroid

TrombosisPendarahan Strangulasi prolapsus

Suplai darah terhalang

Haemoroidektomi

Perubahan keseimbangan cairan Luka bedah di anus

Kekurangan

volume cairan

Resti

Ketidak-

seimbangan

cairan

Resti

Hipertermi

Kerusakan integritas kulit

Invasi Bakteri

Proses Inflamasi

Resti

Infeksi

Spasme otot sfingter ani

Nyeri anal Perubahan pola

istirahat tidurKelemahan fisik

Takut BAB

Kurang perawatan

diri

Perubahan pola

eliminasi (Konstipasi)

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

21

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada post operasi

haemoroid (Carpenito, 2000) :

a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum akibat

keletihan.

b. Nyeri anal berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot

spingter ani sekunder akibat operasi.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada

kulit atau jaringan anal.

d. Resiko hipertermi berhubungan dengan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi

e. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defeksi

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran

invasif.

g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan pasca operasi dan

nyeri.

4. Fokus Intervensi

Fokus intervensi pada pasien pasca operasi haemorroid.

a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

sekunder akibat drainase, menurunnya motivasi untuk minum cairan

sekunder akibat keletihan (Doenges, 2000).

Dibuktikan dengan :

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

22

1) Ketidakcukupan masukan cairan oral

2) Penurunan berat badan

3) Kulit/ membran mukosa kering

4) Penurunan turgor kulit

5) Anorexia

6) Urine pekat/ sering berkemih

Kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, ditunjukkan

dengan tanda-tanda vital stabil (nadi berkualitas baik, turgor kulit

normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine individu yang

sesuai).

Rencana tindakan

1) Ukur dan catat intake dan out put dan tinjau ulang catatan intra operasi.

Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam

mengidentifikasi pengeluaran cairan/ kebutuhan

penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi

intervensi.

2) Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Hipertensi, takhikardi, peningkatan pernafasan

mengidentifikasi kekurangan cairan (dehidrasi/

hipovolemia).

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

23

3) Catat munculnya mual/ muntah

Rasional : Mual selama 12-24 jam post operasi umumnya

dihubungkan dengan anastesi. Mual berlebihan lebih 3

hari mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik

pengontrol sakit/ therapy obat lain. .

4) Periksa pembalut, alat drein

5) Pantau suhu kulit, palpitasi denyut perifer

6) Beri cairan parental, produksi darah/ plasma sesuai petunjuk

7) Beri kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai petunjuk

8) Pantau studi laboratorium Hb, Ht.

9) Bandingkan studi darah pra operasi dan pasca operasi.

b. Nyeri anal berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot

spingter ani sekunder akibat operasi (Carpenito, 2001).

Dibuktikan dengan :

1) Komunikasi (verbal/ penggunaan kode) tentang nyeri yang

dideskripsikan

2) Perubahan pola tidur

3) Mobilitas fisik

4) Perubahan pada tonus otot, masker wajah rasa sakit

Kriteria hasil :

1) Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan.

2) Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

24

3) Tampak rileks, dapat istirahat tidur.

4) Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan.

Rencana tindakan

1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)

Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur.

2) Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.

Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang

mengalami peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.

3) Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.

Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.

4) Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal

hangat atau sit bath dilakukan 3-4x/ hari

Rasional : meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan odema dan

meningkatkan penyembuhan (pendekatan perineal)

5) Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi,

pedoman, imajinasi.

Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali

perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.

6) Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam petama.

Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.

7) Tingkatkan pemasukan cairan + 3000 m/ hari dan diit tinggi serat.

Rasional : cairan cukup dan makan tinggi serat membantu

melembekkan feces sehingga mengurangi rasa sakit saat BAB.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

25

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada

kulit/ jaringan anal. (Doenges, 2000)

Dibuktikan dengan :

1) Gangguan pada permukaan/ lapisan kulit dan jaringan anal.

Kriteria hasil :

2) mencapai penyembuhan luka.

3) mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik untuk meningkatkan

kesembuhan dan mencegah komplikasi.

Rencana tindakan :

1) Beri penggantian balutan sesuai indikasi dengan teknik aseptic kuat.

Rasional : lindungi luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan

yang dapat menyebabkan eksoriasi.

2) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.

Rasional : pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan

luka/ berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah

terjadinya kondisi yang lebih serius.

3) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.

Rasional : menurunnya cairan, menandakan adanya evolusi dan proses

penyembuhan.

4) Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.

Rasional : mencegah kontaminasi luka.

5) Irigasi luka dengan debridement sesuai kebutuhan.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

26

Rasional : membuang luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.

d. Resiko hipertermi berhubungan dengan sirkulasi sekunder akibat dehidrasi

(Carpenito, 2001)

Dibuktikan dengan :

1) Suhu lebih dari 37,8 0C per oral, 38,8 0C per rektal.

2) Kulit hangat, kemerahan.

3) Takhikardi, peningkatan pernafasan.

4) Berkeringat.

5) Keletihan.

6) Kehilangan nafsu makan.

Kriteria hasil, individu akan :

1) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap hipertermi.

2) Menghubungkan metode pencegahan hipertermi.

3) Mempertahankan suhu tubuh normal.

Rencana tindakan :

1) Awasi suhu dan tanda-tanda vital tiap jam.

2) Beri cairan 3000 ml / 24 jam.

Rasional : Dehidrasi mungkin akan timbul sampai dengan cairan

diaprosis dan peningkatan ventilasi.

3) Observasi intake out put.

Rasional : Untuk deteksi dini terhadap dehidrasi.

4) Ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan.

Rasional : meningkatkan kooperatif pasien.

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

27

5) Menjaga kenyamanan lingkungan.

Rasional : dapat mempertahankan/ menstabilkan suhu pasien.

6) Beri anti piuretik sesuai indikasi.

Rasional : tindakan segera mencegah hipertermi.

e. Konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi (Carpenito,2001)

Dibuktikan dengan :

1) defekasi kurang dari 3x/ minggu

2) mengejang dan nyeri pada saat defekasi

3) perasaan pengosongan tidak adekuat

4) mengeluh perasaan tekanan pada rectum

5) penurunan bising usus.

Kriteria hasil, individu akan :

1) menggambarkan program defekasi terapeutik

2) melaporkan atau menunjukkan eliminasi yang membaik (lunak, namun

tidak berdarah defekasi lebih 3x dalam seminggu)

3) menjelaskan rasional intervensi

Rencana tindakan :

1) Tetapkan pola toileting rutin bersama pasien

2) Ajarkan pasien/ keluarga tentang pentingnya segera berespon terhadap

perasaan defekasi.

Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

28

3) Rekomendasikan perubahan diit untuk meningkatkan bulk (tinggi serat

1x sehari) dan cairan ± 8-10 gelas/ hari.

Rasional : meningkatkan penyerapan cairan dalam usus sehingga feses

lembek.

4) Anjurkan mencoba supositora daripada oral dalam 1 jam setelah

sarapan.

Rasional : meningkatkan reflek gastro kolik bila lambung kosong

5) Meningkatkan tingkat aktivitas secara adekuat

Rasional : latihan yang tidak adekuat merupakan faktor utama dalam

perubahan konsistensi feses.

6) Hindari sarapan yang mengandung asam lemak

Rasional : memperlambat rangsangan reflek dan memperlambat

pencernaan

7) Tingkatkan penggunaan obat konstipasi 2x sehari bila diperlukan.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, konstipasi (carpenito,

2001)

Dibuktikan dengan :

1) Kesukaran tidur atau tetap tidur

2) Tidur sejenak sepanjang hari

3) Keletihan waktu bangun atau sepanjang hari

4) Sering bangun waktu malam

Rencana tindakan :

1) Batasi masukan yang mengandung kafein

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

29

Rasional : dapat memperlambat pasien untuk tidur yang

mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun.

2) Dukung kebiasaan ritual sebelum tidur

Rasional : meningkatkan relaksasi dan persiapan untuk tidur.

3) Jelaskan peran nyeri terhadap stress akan meningkatkan kelelahan

Rasional : nyeri berkaitan dengan psikologis yang dapat mengganggu

kenyamanan individu.

4) Kaji pola tidur dalam pengaruh nyeri terhadap tidur.

Rasional : nyeri yang hebat akan mempengaruhi pola tidur.

5) Beri analgetik sesuai program dokter.

Rasional : mengurangi nyeri.

g. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive

(Doenges, 2000)

Kriteria hasil :

1) Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor resiko yang berkaitan

dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk

mencegah infeksi.

2) Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.

Rencana tindakan :

1) Kaji status nutrisi, kondisi penyakit yang mendasari.

Rasional : mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosokomial

2) Cuci tangan dengan cermat

Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu

Page 25: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

30

3) Rawat luka dengan teknik aseptik/ antiseptik

Rasional : kurangi organisme yang masuk ke dalam individu

4) Batasi pengunjung

Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan

infeksi.

5) Batasi alat-alat invasive untuk benar-benar perlu saja

Rasional : melindungi individu yang mengalami defisit imun dan

infeksi.

6) Dorong dan pertahankan masukan TKTP

Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi

7) Beri therapy antibiotic rasional sesuai program dokter

Rasional : mencegah segera terhadap infeksi

8) Observasi terhadap manifestasi klinis infeksi (demam, drainase,

purulen)

Rasional : deteksi dini proses infeksi.

h. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keletihan pasca operasi

dan nyeri (Carpenito, 2001)

Kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan keberhasilan optimal setelah bantuan dalam

perawatan diberikan.

2) Berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam aktivitas pemberian

makanan mengenakan pakaian, ke WC, mandi.

Page 26: BAB II KONSEP DASAR A. Hemoroid 1. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-restyasrin... · Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria. 7 ...

31

Rencana tindakan :

1) Kaji tingkat kemandirian pasien

Rasional : Berpartisipasi dalam perawatan diri sendiri dapat

meringankan frustasi atas hilangnya kemandirian yang dimiliki.

2) Biarkan sedikit waktu untuk menyelesaikan aktivitas sendirian tanpa

dibantu

Rasional : Penurunan keterampilan motorik dapat menghambat

kemampuan untuk menangani pekerjaan yang sederhana.

3) Berikan reward untuk setiap usaha yang dilakukan atau

keberhasilannya

Rasional : Meningkatkan perasaan makna diri kemandirian dan

mendorong pasien untuk berusaha secara kontinue.

4) Pertahankan dukungan sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup

untuk mengerjakan tugasnya

Rasional : Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk

mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara

konsisten.

5) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan oleh

pasien sendiri

Rasional : Pasien mungkin menjadi sangat tergantung.