BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1...
-
Upload
duongnguyet -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1...
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Konsep Pajak Penghasilan Pajak Terutang Badan
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan karena termasuk pos yang sangat
penting, bahkan bisa merupakan yang terpenting pada anggaran pendapatan
pemerintah. Dan pajak bersama kebijakan fiskal lainnya, menjadi kebijakan
pengatur perekonomian karena dari sudut yang bersifat makro, hal itu akan
berdampak ekspansioner (memperbesar) dan kontaksional (memperkecil)
terhadap pendapatan nasional dan dari sudut mikro, pajak merupakan semacam
pembebanan tidak langsung atas barang publik serta eksternalitas dan dengan
demikian mengarah kepada pemerataan dalam masyarakat. Agar sasaran ini dapat
tercapai peraturan pajak harus mempunyai karakteristik kualitatif, yaitu sederhana
dan menjamin rasa adil diantara wajib pajak.
Zain (2003: 10) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat
kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara untuk menyelenggaraan pemerintahan. Waluyo dan Wirawan (2003: 5)
mengemukakan ciri-ciri yang yang melekat pada pengertian pajak adalah: (1)
7
8
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan yang
sifatnya dapat dipaksakan; (2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan
adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah; (3) Pajak dipungut oleh negara
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah; (4) Pajak diperuntukkan bagi
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih
terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment dan; (5) Pajak
mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
Menurut Regar (2000: 26) mengatakan bahwa pajak adalah iuran kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Sedangkan menurut Soemitro (2000: 56) yaitu: pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak
tanggung jawab anggota masyarakat wajib pajak sendiri yang dapat dipaksakan,
pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pemungutan pajak yang sesuai dengan ketentuan perpajakan dan
dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan-pembangunan
nasional dan pengeluaran rutin negara demi tercapainya pemerintahan yang baik.
9
2.1.1.2 Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian Penghasilan tercantum Undang-undang Nomor 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan. Di dalam ketentuan tersebut disebutkan: Yang menjadi
Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3) Laba usaha;
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
10
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
i. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
j. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
k. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
m. Premi asuransi;
n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
11
2.1.1.3 Subjek dan objek Pajak Penghasilan
Menurut Undang-Undang Pasal 17 Tahun 2008, Pasal 2 disebutkan bahwa
yang menjadi subjek pajak adalah:
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di
luar Indonesi, dan warisan yang belum terdagi sebagi satu kesatuan,
menggantikan yang berhak. Kewajiban pajak subjektif warisan belum terbagi
dimulai pada saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut dan
berakhir pada saat warisan tersebut belum selesai dibagi.
2) Badan. Pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang
merupkan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
reksadana.
3) Bentuk usaha tetap. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan
tidak berkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegitan di Indonesia, yang dapat berupa:
a. Tempat kedudukan manajemen.
12
b. Cabang perusahaan.
c. Kantor perwakilan.
d. Gedung Kantor.
e. Pabrik.
f. Bengkel.
g. Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran
yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan.
h. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.
i. Proyek instalasi, konstruksi, perkebunan, atau kehutanan.
j. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain
sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan.
k. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukanya tidak
bebas.
l. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia.
2.1.1.4 Pajak Terutang Wajib Pajak Badan
Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan prinsip yang lazim,
demikian juga halnya dengan laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan
prinsip akuntansi, namun disesuiakn dahulu dengan keputusan-keputusan
peraturan perpajakan. Menurut Peraturan Perpajakan, penyesuaian dilakukan pada
13
biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan terhadap pendapatan. Dengan
demikian, perhitungan pajak terhutang wajib pajak badan adalah:
a. Menentukan laba bruto yang diperoleh yang diperoleh perusahan dalam suatu
tahun pajak.
b. Menentukan laba bruto dengan biaya-biaya yang menurut Peratuan Perpajakan
dapat dikurangkan.
c. Mengkoreksi kemungkinan pembebanan biaya yang bersifat
nenambah/mengurangi penghasilan kotor.
d. Hasil pengurangan biaya-biaya tersebut mempunyai laba netto sebelum pajak
atau disebut juga dengan laba kena pajak atau Penghasilan Kena Pajak (PKP).
PKP ini mempunyai dasar perhitungan besarnya pajak terhutang.
Dengan demikian bahwa perencanaan pajak mencakup hal-hal seperti
meminimalkan tarif pajak dan memaksimalkan biaya fiskal yang dapat
dikurangkan serta memaksimalkan penghasilan yang ditangguhkan atau
dikecualikan dari pengenaan pajak. Dengan mengacu pada buku Petunjuk
Pengisian SPT PPh yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Skema
Penghitungan PPh wajib pajak badan, yang mencakup pula perhitungan laba Kena
Pajak atau PKP menurut Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2008, adalah
sebagai berikut:
14
Tabel 1: Skema Perhitungan PPh Wajib Pajak
1.
2.
(-)
Jumlah seluruh penghasilan
Penghasilan yang tidak objek Pajak PEnghasilan
3.
4.
(=)
(-)
(+/-)
Penghasilan Brotu
Biaya fiskal dapat dikurangkan
(koreksi biaya fiskal tidak dapat dikurangkan)
5.
6.
7.
(=)
(-)
(-)
Penghasilan Netto
Kompensasi kerugian (bila ada)
Penghasilan tidak kena pajak (WP Perseorangan)
8.
9.
(=)
(x)
Penghasiln kena pajak
Taraf pasal 7
10.
11.
(=)
(-)
Pajak penghasilan terutang
Kredit pajak
12. (=) Pajak penghasilan lebih bayar/kurang bayar/nihil
Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan, item-item di atas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Jumlah seluruh penghasilan
Yang dimaksud dengan penghasilan, sesuai dengan pasal 4 undang-undang
No.17 tahun 2008 adalah:
1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia amupun dari luar Indonesia, yang dapt dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkuatn, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya.
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di burs efek,
15
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta
penghasilan tertentu lainnya, pengenan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Penghasilan yang ditangguhkan/dikecualikan pengenaan pajaknya
Penghasilan yang ditangguhkan/dikecualikan pengenaan pajaknya tercantum
pada pasal 4 atay (3) undang-undang No. 17 tahun 2008, yaitu yang tidak
termasuk sebagai objek pajak.
3. Penghasilan (laba) bruto. Penghailan bruto adalah jumlah seluruh penghasilan
sebelum dikurangi biaya-biaya.
4. Biaya Fiskal dapat dikurangkan. Biaya fiskla dapat dikurangkan adalah biaya-
biaya sesuai pasal 6 ayat (1) huruf a s/d h undang-undang No. 17 tahun 2008.
5. Penghasilan (laba) netto. Penghasilan netto adalah penghasilan bruto
dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenalkan oleh ketentuan penrundang-
undangan perpajakan.
6. Kompensasi kerugian dan/atau penghasilan tidak kena pajak (bagi wajib pajak
perseorangan). Kompensasi kerugiann adalah rugi tahun sebelumnya sampai
dengan 5 tahun ke belakang berturu-turut dapat diperhitungkan sebagai
pengurangan laba netto sesuai pasal 6 ayat (2) Undang-undang No. 17 tahun
2000 adalah lapisan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
7. Penghasilan (laba) kena pajak. Penghasilan atau laba kena pajak adalah
penghasilan netto dikurangi kompensasi kerugian bagi badan usaha dan orang
pribadi dikurangi penghasilan tidak kena pajak.
16
8. Tarif pajak. Tarif pajak adalah prosentase untuk menetapkan jumlah pajak
terutang, yaitu sesuai pasal 17 Undang-undang No.17 tahun 2008.
9. Pajak (PPh) terutang. Sesuai pasal 1 angka (9) undang-undang No. 16 tahun
2008, pajak terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
10. Kredit pajak. Sesuai pasa 1 angka (22) Undang-undang No. 16 tahun 2008.
Kredit pajak untuk pajak penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh
wajib pajak ditambah dengan pokok pajak yang terhutang dalam surat tagihan
pajak karena pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar,
ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak
atas penghasilan yang dibayar atau terhutang di luar negeri, dikurangi
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, dikurangkan dari pajak yang
terutang.
11. Pajak penghasilan kurang/lebih bayar/nihil. Adalah pajak yang harus dibayar
oleh wajib pajak, apabila pajak yang terhutang untuk satu tahun pajak ternyata
lebih besar restitusi yang dapat dimintakan kembali, apabila lebih kecil dari
pada jumlah kredit pajak atau apabila pajak yang terhutang besarnya sama
dengan jumlah kredit pajak.
2.1.2 Konsep Revaluasi Aktiva Tetap
2.1.2.1 Pengertian Revaluasi Aktiva Tetap
Revaluasi aktiva tetap adalah suatu proses dari pihak perusahan untuk
menghitng atau menilai kembali suatu aktiva tetap/asset yang dimiliki oleh
17
perusahaan tersebut melalui Lembaga Penilai (appraisal campany) yang ditunjuk
oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan revaluasi tersebut, sebagai bagian
dalam rangka perhitungan penyusutan aktiva tersebut untuk tahun-tahun
berikutnya. Selisih harga perolehan dan akumulasi penyusutan yang menjadi nilai
buku, menjadi dasar pengurangan dari nilai revaluasi (hasil penilaian kembali
aktiva tetap) tersebut, yang pada akhirnya akan menjadi selisih lebih revaluasi dan
menjadi dasar perhitungan objek pajak PPh yang dikenakan tarif fina 10%. Sesuai
dengan pasa 19 ayat (1) Undang-undang No. 17 tahun 2008. Menteri Keuangan
diberi wewenang untuk menetapkan peraturan Revaluasi Aktiva Tetap. Yang
sebagaimana diatur dalam Keputusan Meneteri Keuangnan No.
486/KMK.03/2002, serat Tata Cata dan Prosedur Pelaksanaannya yang
dikeluarkan oleh Dirjen Pajak dalam Keputusan Dirjen Pajak Kep-519/PJ/2002
tanggal 2 Desemnber 2002.
2.1.2.2 Penggolongan Penyusutan Aktiva Tetap
Dalam memperoleh nilai buku suatu aktiva tetap setiap tahunnya, maka
harus dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan masa manfaat aktiva yang
bersangkutan dan mengurangi saldo awal aktiva tetap dengan tarif penyusutan
berdasarkan metode yang digunakan oleh perusahaan sehingga difapat nilai uku
yang diharapkan untuk tanggal neraca. Dengan berdasarkan Undang-undang No.
17 tahun 2008 pasal 11 dan Keputusan Menteru Keuangan No. 79/KMK.04/2008
dapat diketahui penggolongan jenis-jenis harta berwujud (Aktiva Tetap) yang
akan disusutkan adalah sebagai berikut:
18
Tabel 2: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok I
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau
rotan termasuk meja, bangku, kursi,
almari, dan sejenisnya yang ukan
bagian dari bangunan
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin
hitung, duplicator, mesin fotokopi,
mesin akunting, computer, printer,
scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti
amplifier, tape/cassette, vido
recorder, televise dan sejenisnya,
telepon seluler.
d. Sepeda motor, sepeda dan beca.
e. Alat perlengkapan khusus (tools)
bagi industri/jasa yang bersangkutan.
f. Alat dapur untuk memasak makanan
dan minuman.
g. Dies, jigs dan mould.
Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 79/KMK.04/2008
Tabel 3: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok II
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1 Semua Jenis Usaha a. Mebel dan peralatan logam termasuk
meja, bangku, kursi, almari dan
sejenisnya yang bukan merupakan
bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin dan
sejenisnya.
b. Mobil, sedan, bus, truk, speed boat
dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 138/KMK.03/2002
19
Tabel 4: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok III
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1.
2.
Pertambangan selain minyak
dan gas
Permintalan, pertenunan dan
pendelupan
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
pertambangan termasuk mesin-mesin
yang mengolah produk pelican.
a. Mesin yang yang
mengolah/menghasilkan produk-
produk tekstil (misalnya kain katun,
sutra, serat-serat buatan, wol dan
bulu hewan lainnya, lena rami,
permadani, kain-kain, tule)
b. Masin untuk yang preparation,
bleaching, dyeing, printing, finishing,
texturing, packaging dan sejenisnya
Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 138/KMK.03/2002
Tabel 5: Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk Dalam Kelomppok IV
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1 Konstruksi c. Mesin berat untuk konstruksi
Sumber: Surat Keputusan Menteri Keunagan RI No. 138/KMK.03/2002
2.1.2.3 Tujuan dan Prosedur Pelaksanaan
Tujuan dari Revaluasi Aktiva Tetap adalah agar perusahaan dapat
menyehatkan keuangannya, sehingga lebih mencerminkan kemapuan dan nilai
perusahaan yang sebenarnya. Menurut Suandy (2003: 44) menguraikan bahwa
revaluasi aktiva tetap bagi perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekati harga
pokok yang wajar.
2. Meningkatkan struktur modal sendiri, artinya perbandingan antara pinjaman
(debt) dengan midal sendiri (equity) atau debt to equity ratio (DER) menjadi
membaik. Dengan mambaiknya DER perusahaan dapat menarik dana baik
melalui pinjaman dari pihak ketiga atau melalui emisi saham.
20
3. Pembayaran PPh atas selisih penilaian kembali aktiva tetap sebesar 10% yang
bersifat final apakah cukup manarik bagi perusahaan untuk melakukan
revaluasi.
Sesuai dengan pasal 19 ayat (1) Undang-undang No. 17 tahun 2008.
Menteri Keungan diberi wewenang untuk menetapkan peraturan tentang
Revaluasi Aktiva Tetap. Berdasarkan Undang-undang tersebut, Menteri Keungan
telah menerbitkan Keputusan No. 486/KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002,
serta Tata Cara dan Prosedur Pelaksanaanya yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak
dalam Keputusan Dirjen Pajak Kep-519/PJ/2002 tanggal 2 Desember 2002.
Menurut Gunadi (1998: 128) menguraikan bahwa syarat bai perusahaan
(wajib pajak) untuk dapat melakukan Revaluasi Aktiva Tetap adalah:
1. Wajib pajak badan dalam negeri yang telah memenuhi semua kewajiban pajak
sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukan revaluasi.
Yang dimaksud dengan kewajiban pajak disini adalah PPh, PPn, PPmMB, dan
PBB yang terutang untuk masa sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi
dan telah dilunasi oleh wajib pajak.
2. Wajib pajak yang telah melakukan revaluasi sebelum lewat jangka waktu 5
tahun.
Lebih lanjut Gunadi (1998: 130) menguraikan kriteri aktiva tetap yang
dapat di revaluasi:aktiva tetap yang dapat di revaluasi adalah semua aktiva tetap
berwujud, seperti: tanah, bangunan, mesin, serat perlatan lainnya yang masuk
dalam kelompok 2,3,4 untuk aktiva bukan bangunan. Selai itu, aktiva tersebut
harus memiliki syarat:
21
1. Telah dimiliki oleh wajib pajak lebih dari 5 tahun.
2. Terletak atau berada di Indonesia.
3. Masih digunakan di Indonesia untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
4. Tidak bermaksud untuk dijual atau untuk dialihkan (bukan persediaan barang
dagangan).
5. Untuk seluruh aktiva memenuhi syarat di atas dan tidak boleh dilakukan untuk
sebagian aktiva.
6. Tidak dapat dilakukan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu:
a. 5 tahun setelah dilakukan penilaian kembali untuk aktiva berupa tanah
dan/atau bangunan.
b. 3 tahun setelah dilakukan penilaian kembali dapat dilakukan penilaian
kembali untuk aktiva lainnya.
7. Aktiva yang telah dinilai kembali tidak dapat dilakukan penilaian kembali
kecuali tanah.
Sebagai dasar untuk menentukan nilai aktiva tetap yang dilakukan
revaluasi adalah harga/nilai pasar wajar dari aktiva yang bersangkutan
berdasarkan perhitungan menurut Lembaga Penilai yang diakui oleh pemerintah.
Pemerintah telah mempecayakan perusahaan penilai (appraisal company) untuk
menghitung nilai pasar wajar menurut prosedur, standar penilaian dan tanggung
jawab serta integrasi dari perusahaan penilai. Dalam hal ini penilaian yang
dilakukan oleh lembaga penilai ternyata tidak wajar, maka Direktur Jenderal
Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar wajar aktiva tersebut.
22
2.1.2.4 Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan
Menurut Mardiasmo (2011: 159) bahwa untuk menghitung besarnya
penysusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 4 tahun.
b. Kelompok 2: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 8 tahun.
c. Kelompok 3: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 16 tahun.
d. Kelompok 4: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 20 tahun.
2. Harta berwujud yang berupa bangunan
Harta berwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Permanen. Masa manfaatnya 20 tahun
b. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan
yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.
Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight
line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak
diperkenankan untuk memilih salah satu untuk melakukan penyusutan. Metode
23
garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap
berwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan dipergunakan
untuk kelompok harta berwujud bukan banguna saja.
Tabel 6: Pengelompokan Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutannya
(Menurut UU Perpajakan)
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Depresiasi
Garis Lurus Saldo Menurun
1. Bukan Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25%
12.5%
6.25%
5%
50%
25%
12.5%
10%
2. Bangunan
Permanen
Tidak Permanan
20 tahun
10 tahun
5%
10%
-
-
Sumber: Mardiasmo (2011: 160
2.1.2.5 Revaluasi Aktiva Teteap Berdasarkan Standar Akuntansi Keunagan
Revaluasi aktiva tetap dalam akuntansi pada umumnya tidak
diperkenankan kecuali ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah, misalnya
peraturan perpajakan. Dalam PSAK 16 16 (2007: 102) disebutkan bahwa:
penilaian kembali aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena standar
akuntansi keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau
harga pertukaran. Penimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah. Dalam hal ini, laporan keuangan harus menjelaskan
mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva
tetap serta pangaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan. Selisih revaluasi dengan nilai buku (nilaui tercatat) aktiva tetap
24
dibukukkan dalam akun modal dengan nama “selisih penialaian kembali aktiva
tetap”.
Revaluasi atau pernyataan kembali (restatement) aktiva dan kewajiban
menimbulkan kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi defenisi
penghasilan dan beban, menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan
dan penurunan ini tidak dimaksudkkan dalam laporan laba rugi. Sebagai
alternative pos ini dimasukkan ke dalam ekiutas sebagai penyesuaian
pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.
2.1.2.6 Selisih Lebih Akibat Revaluasi Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-
Undang Pajak
Selisih revaluasi adalah selisih antara nilai baru aktiva tetap setelah
dilakukan revaluasi dengan nilai buku aktiva secara fiscal sebelum penilaian
kembali. Atas selisih lebih tersebut dikenakan tarif PPh 10% final (Surat
Keputusan Menteri Keungan RI No. 486/KMK.03/2002, pasal 5 ayat (1). Untuk
menghitung besarnya PPh terutang dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Jika tidak ada sisa kerugian yang secara fiscal masih dapat dikompensasikan,
maka selisih lebih revaluasi merupakan dasar penghitungan pajak yang harus
dibayar.
2. Jika ada kerugian tahun-tahun sebelumnya yang secara fiskla masihdapat
dikompensasi,maka selisih lebih revaluasi tersebut harus dikompensasi
terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tersebut, dan apabila ada kelebihan
merupakan dasar perhitungan pajak yang harus dibayar.
25
Yang dimaksud dengan kerugian fiskal adalah jumlah kerugian yang telah
dikeluarkan melalui Surat Ketetapan oleh KPP. Dalam hal KPP belum
menetapkan kerugian fiskal tersebut, maka kerugian fiskal dihitung atas dasar
lapoan keuangan wajib pajak. Apabila setelah dilakukan Pemeriksanaan oleh KPP
ternyata kerugian fiskal tersebut berbeda dengan kerugian yang sebagaimana
dalam laporan keuangan wajib apajak, maka akan diadakan Koreksi atas PPh
terhitung.
Perlakuan PPh atas selisih lebih revaluasi dibukukan dalam perkiraan
tersendiri”Selisih Penilaian Kembali Aktiva” dan termasuk kelompok modal. Bagi
para pemegang saham yang menerima saham bonus akibat pencatatan tambahan
modal saham, tidak dikenakan PPh. Perkiraan ini dapat juga digunakan sebagai
tambahan modal cadangan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rully Walun
Dyatmoko tahun 2009 dengan judul penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap
Berwujud Terhadap Revaluasi Aktiva Tetap Berwujud pada PT. Wijaya Karya
Beton. Objek penelitian adalah Revaluasi Aktiva Tetap Berwujud dan Revaluasi
Aktiva Tetap Berwujud., hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa, revaluasi aktiva tetap berwujud yang dilakukan PT.
Wijaya Karya Beton terhadap pajak penghasilan badan menguntungkan karena
pajak penghasilan badan yang harus dibayar berkurang sehingga beban
perusahaan dalam membayar pajak penghasilan berkurang. Berdasarkan
kesimpulan di atas, peneliti mengimplementasikan bahwa perusahaan sebaiknya
26
melakukan revaluasi karena pajak pengahasilan badan berkurang akibat dari
meningkatnya total beban penyusutan aktiva tetap sehngga perusahaan dapat
melakukan penghematan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa, tahun 2006 dengan judul
penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Pajak Penghasilan
Terutang Pada Perusahaan Tegel Indah Cemerlang Malang”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Estimasi selisih beban penyusutan fiskal tersebut digunakan
sebagai menambah/mengurangi pajak penghasilan terutang perusahaan apabila
tidak dilakukan revaluasi, sehingga akan diperoleh jumlah pajak penghasilan yang
akan dibayar oleh perusahaan. Dari hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa
dalam jangka pendek jumlah pajak penghasilan terutang akan mengalami
penurunan yang cukup signifikan apabila melakukan revaluasi aktiva tetap pada
tahun pertama. Sehingga PPh yang harus dibayar akan berkurang. Tetapi dalam
jangka panjang akibat revaluasi terhadapa estimasi pembanyaran Pph terutang
pengaruhnya kecil sekali. Tetapi kewajaran laporan keuangan akan lebih akurat.
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengimplikasiakan bahwa
sebaiknya Perusahaan Tegel Indah Cemerlang Malang sebelum mengambil suatu
keputusan , dalam ini keputusan mengenai revaluasi aktiva tetap, sebaiknya pihak
perusahaan perlu membuat suatu pertimbangan-pertimbangan, baik untuk pendek
maupun untuk jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan
perusahaan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wahyu Kusuma
Wardani, tahun 2006 dengan judul penelitian “Revaluasi Aktiva Tetap dan
27
Pengaruhnya Pada Pajak Penghasilan yang Terutang Pada CV. Setia Kawan
Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat selisih yang
menguntungkan yaitu naiknya Aktiva Tetap adalah jika membandingkannya
(berkenaan dengan nilai tukar rupiah yang disebabkan karena perubahan
moneter). Sedangkan untuk melihat bahwa Pajak Penghasilan setelah revaluasi
lebih menguntungkan adalah jika membandingkan Pajak Penghasilan sebelum
direvaluasi dengan Pajak Penghasilan Setelah direvaluasi. Hasil Perhitungan
dengan menggunakan Revaluasi Aktiva Tetap yang dilakukan maka terdapat
perbedaan pada neraca dan laba rugi, yaitu adanya kenaikan pada nilai Aktiva
Tetap menjadi RP 11.056.802.317,22 dan pada modal usaha berubah menjadi Rp
30.594.153,67. Sedangkan untuk Administrasi dan Umum berubah menjadi Rp
2.065.343.000,00. Sehingga keuntungan yang didapat setelah revaluasi sebesar Rp
24.601.730,03. Dari hasil analisis penggunaan Revaluasi Aktiva Tetap, sesuai
dengan tolok ukur yang digunakan, maka Aktiva Tetap yang lebih besar secara
ekonomi dapat menguntungkan; dan pajak Penghasilan setelah Revaluasi lebih
menguntungkan. Berdasarkan hipotesis diatas, penulis dapat menyarankan bahwa
sebaiknya CV. Setia Kawan Tulungagung lebih sering melakukan Revaluasi
untuk Aktiva Tetap dalam pengaruhnya yang lebih menguntungkan pada Pajak
Penghasilan yang terutang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat paa tabel berikut:
28
Tabel 7: Penelitian Terdahulu
Nama
Penelitian Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Rully Walun
Dyatmoko,
2009
Pengaruh Revaluasi
Aktiva Tetap Berwujud
Terhadap Pajak
Penghasilan Badan
pada PT. Wijaya Karya
Beton
Revaluasi Aktiva
Tetap Berwujud
dan Pajak
Penghasilan Badan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa, revaluasi aktiva tetap berwujud
yang dilakukan PT. Wijaya Karya Beton
terhadap pajak penghasilan badan
menguntungkan karena pajak penghasilan
badan yang harus dibayar berkurang
sehingga beban perusahaan dalam
membayar pajak penghasilan berkurang.
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti
mengimplementasikan bahwa perusahaan
sebaiknya melakukan revaluasi karena
pajak pengahasilan badan berkurang akibat
dari meningkatnya total beban penyusutan
aktiva tetap sehngga perusahaan dapat
melakukan penghematan pajak.
Mustofa,
2006
Pengaruh Revaluasi
Aktiva Tetap Terhadap
Pajak Penghasilan
Terutang Pada
Perusahaan Tegel Indah
Cemerlang Malang
- Revaluasi Aktiva
Tetap
- Pajak Penghasilan
Terutang
Untuk mengetahui pengaruh revaluasi
aktiva tetap terhadap pajak penghasilan
terutang perusahaan, dihitung beban
penyusutan fiskal aktiva tetap yang
direvaluasi untuk alternatif dilakukan
revaluasi dan tidak dilakuakan revaluasi
aktiva tetap. Estimasi selisih beban
penyusutan fiskal tersebut digunakan
sebagai menambah/mengurangi pajak
penghasilan terutang perusahaan apabila
tidak dilakukan revaluasi, sehingga akan
diperoleh jumlah pajak penghasilan yang
akan dibayar oleh perusahaan. Dari hasil
analisis tersebut, dapat diketahui bahwa
dalam jangka pendek jumlah pajak
penghasilan terutang akan mengalami
penurunan yang cukup signifikan apabila
melakukan revaluasi aktiva tetap pada
tahun pertama. Sehingga Pph yang harus
dibayar akan berkurang. Tetapi dalam
jangka panjang akibat revaluasi terhadapa
estimasi pembanyaran Pph terutang
pengaruhnya kecil sekali. Tetapi kewajaran
laporan keuangan akan lebih akurat.
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis
dapat mengimplikasiakan bahwa sebaiknya
Perusahaan Tegel Indah Cemerlang
Malang sebelum mengambil suatu
keputusan , dalam ini keputusan mengenai
revaluasi aktiva tetap, sebaiknya pihak
perusahaan perlu membuat suatu
pertimbangan-pertimbangan, baik untuk
29
pendek maupun untuk jangka panjang,
sehingga keputusan yang diambil tidak
merugikan perusahaan.
Fitria
Wahyu
Kusuma
Wardani,
2006
Revaluasi Aktiva Tetap
dan Pengaruhnya Pada
Pajak Penghasilan yang
Terutang Pada Cv. Setia
Kawan Tulungagung
- Revaluasi Aktiva
Tetap
- Pajak Penghasilan
yang Terutang
Untuk menentukan bahwa terdapat selisih
yang menguntungkan yaitu naiknya Aktiva
Tetap adalah jika membandingkannya
(berkenaan dengan nilai tukar rupiah yang
disebabkan karena perubahan moneter).
Sedangkan untuk melihat bahwa Pajak
Penghasilan setelah revaluasi lebih
menguntungkan adalah jika
membandingkan Pajak Penghasilan
sebelum direvaluasi dengan Pajak
Penghasilan Setelah direvaluasi. Hasil
Perhitungan dengan menggunakan
Revaluasi Aktiva Tetap yang dilakukan
maka terdapat perbedaan pada neraca dan
laba rugi, yaitu adanya kenaikan pada nilai
Aktiva Tetap menjadi RP
11.056.802.317,22 dan pada modal usaha
berubah menjadi Rp 30.594.153,67.
Sedangkan untuk Administrasi dan Umum
berubah menjadi Rp 2.065.343.000,00.
Sehingga keuntungan yang didapat setelah
revaluasi sebesar Rp 24.601.730,03. Dari
hasil analisis penggunaan Revaluasi Aktiva
Tetap, sesuai dengan tolok ukur yang
digunakan, maka Aktiva Tetap yang lebih
besar secara ekonomi dapat
menguntungkan; dan pajak Penghasilan
setelah Revaluasi lebih menguntungkan.
Berdasarkan hipotesis diatas, penulis dapat
menyarankan bahwa sebaiknya CV. Setia
Kawan Tulungagung lebih sering
melakukan Revaluasi untuk Aktiva Tetap
dalam pengaruhnya yang lebih
menguntungkan pada Pajak Penghasilan
yang terutang.
Sumber: Olahan Data 2012
2.3 Kerangka Pemikiran
Revaluasi dapat merupakan penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan
karena nilai aktiva tetap dianggap tidak lagi mencerminkan nilai yang
sesungguhnya. Revaluasi dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan nilai
aktiva tetap. Nilai wajar yang digunakan dalam menerapkan model revaluasi
30
ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tentukan nilai pasar
aktiva yang bersangkutan, (2) jika tidak mendapat nilai pasar aktiva yang
bersangkutan, tentukan nilai pasar aktiva sejenis, dan (3) jika tidak terdapat nilai
pasar aktiva sejenis, lakukan penilaian dengan menggunakan teknik-teknik
penilaian yang diterima secara umum, atau dengan menggunakan jasa penilai
independen.
Adanya pelaksanaan revaluasi aktiva tetap akan memberikan dampak
pada pajak penghasilan terutang khususnya pada perusahan, karena pajak
penghasilan merupakan merupakan salah satu pajak langsung yang dipungut
pemerintah pusat atau merupakan pajak negara. Sebagai pajak langsung maka
beban pajak tersebut menjadi tanggungan wajib pajak yang bersangkutan dalam
arti bahwa beban pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain
dengan cara memasukkan beban pajak ke dalam kalkulasi harga jual. Sebagai
pajak langsung, pajak penghasilan dipungut secara periodik terhadap kumpulan
penghasilan yang diperoleh atau yang diterima oleh wajib pajak selama satu tahun
pajak. Dengan demikian, maka dengan adanya revaluasi aktiva tetap akan
mengurangi pajak pengasilan terutang suatu perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Penelitian ini akan menggambarkan
bagaimana pengaruh revaluasi aktiva tetap terhadap pajak penghasilan terutang
badan. Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka di atas, maka secara
skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
31
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Permasalahan Penelitian Berdasarkan fenomena dan Kesediaan teoritis serta studi empiris tentang revaluasi
aktiva tetap dan pajak penghasilan terutang pada PT. Sinar Karya Gorontalo, menunjukkan bahwa dengan melakukan revaluasi terhadap aktiva tetap akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap pendapatan yang diterima setelah pajak. Dengan demikian, maka mengingat pentingnya revaluasi untuk mengurangi pajak penghasilan terutanga, di satu sisi dan penghematan pengeluaran pajak bagi operasional perusahaan sehari-hari. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai revaluasi aktiva tetap untuk mengurangi pajak penghasilna terutangmaka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memformulasikan judul penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap terhadap Pajak Penghasilan Terutang Badan pada PT. Sinar Karya Cahaya Kota Gorontalo”
Dasar Teori Revaluasi aktiva tetap adalah suatu proses dari pihak
perusahan untuk menghitng atau menilai kembali suatu
aktiva tetap/asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
melalui Lembaga Penilai (appraisal campany) yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk melkukan kegiatan
revaluasi tersebut, sebagai bagian dalam rangka
perhitungan penyusutan aktiva tersebut untuk tahun-tahun
berikutnya.
Sedangkan pajak penghasilan terutang merupakan
Penghasilan tercantum Undang-undang Nomor 36 tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan. Di dalam ketentuan
tersebut disebutkan: Yang menjadi Objek Pajak adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun
Penelitian Terdahulu 1. Rully Walun Dyatmoko (2009) dengan judul
penelitian “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap
Berwujud Terhadap Pajak Penghasilan Badan pada
PT. Wijaya Karya Beton”
2. Mustofa (2006) dengan judul penelitian “Pengaruh
Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Pajak
Penghasilan Terutang Pada Perusahaan Tegel Indah
Cemerlang Malang”.
3. Fitria Wahyu Kusuma Wardani (2006) dengan
judul penelitian “Revaluasi Aktiva Tetap dan
Pengaruhnya Pada Pajak Penghasilan yang
Terutang Pada CV. Setia Kawan Tulungagung
Diduga Revaluasi Aktiva Tetap Berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan Terutang Badan
Variabel X: Revaluasi Aktiva Tetap
Variabel Y:
Pajak Penghasilan
Terutang Badan
32
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka yang menjadi hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: terdapat pengaruh revaluasi aktiva
tetap terhadap pajak penghasilan terutang badan pada PT. Sinar Karya Cahaya
Kota Gorontalo.