B A B II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

24
6 B A B II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Harga Jual Menurut Halim & Supomo (1999: 97) Penentuan harga jual produk atau jasa merupakan salah satu jenis pengambilan keputusan manajemen yang penting. Bagi manejemen, penentuan harga jual produk atau jasa bukan hanya merupakan kebijaksanaan di bidang pemasaran atau bidang keuangan, melainkan merupakan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan perusahaan. Harga jual produk atau jasa, selain mempengaruhi volume penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan. Suatu jenis produk atau jasa yang dihasilkan oleh banyak perusahaan, barangkali dalam penentuan harga jualnya relatif tidak banyak dijumpai masalah. Dalam keadaan tersebut pada umumnya masing-masing perusahaan tidak dapat secara langsung mempengaruhi tinggi-rendahnya harga jual produk atau jasa yang dihasilkannya. Harga harga jual lebih banyak ditentukan oleh kekuatan antara permintaan dan penawaran produk atau jasa tersebut di pasaran. Biasanya perusahaan di bidang pertanian merupakan contoh perusahaan yang tidak banyak menjumpai masalah dalam penentuan harga jual. Sebaliknya, bagi perusahaan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga jual suatu peroduk atau jasa, perusahaan akan dihadapkan pada masalah bagaimana menentukan harga jual produk atau jasa yang dihasilkannya. Dalam jangka panjang harga jual produk atau jasa yang ditetapkan harus mampu menutup semua biaya perusahaan dan menghasilkan laba rugi perusahaan.

Transcript of B A B II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

6

B A B II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Harga Jual

Menurut Halim & Supomo (1999: 97) Penentuan harga jual produk atau

jasa merupakan salah satu jenis pengambilan keputusan manajemen yang

penting. Bagi manejemen, penentuan harga jual produk atau jasa bukan hanya

merupakan kebijaksanaan di bidang pemasaran atau bidang keuangan,

melainkan merupakan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan

perusahaan. Harga jual produk atau jasa, selain mempengaruhi volume

penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan

mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan.

Suatu jenis produk atau jasa yang dihasilkan oleh banyak perusahaan,

barangkali dalam penentuan harga jualnya relatif tidak banyak dijumpai masalah.

Dalam keadaan tersebut pada umumnya masing-masing perusahaan tidak dapat

secara langsung mempengaruhi tinggi-rendahnya harga jual produk atau jasa

yang dihasilkannya. Harga harga jual lebih banyak ditentukan oleh kekuatan

antara permintaan dan penawaran produk atau jasa tersebut di pasaran.

Biasanya perusahaan di bidang pertanian merupakan contoh perusahaan yang

tidak banyak menjumpai masalah dalam penentuan harga jual. Sebaliknya, bagi

perusahaan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga jual suatu

peroduk atau jasa, perusahaan akan dihadapkan pada masalah bagaimana

menentukan harga jual produk atau jasa yang dihasilkannya. Dalam jangka

panjang harga jual produk atau jasa yang ditetapkan harus mampu menutup

semua biaya perusahaan dan menghasilkan laba rugi perusahaan.

7

Penentuan harga jual produk atau jasa dapat diterapkan untuk produk baru atau

yang telah ada sebelumnya. Penentuan harga jual berasal dari harga pokok

barang tersebut, sedangkan harga pokok barang ditentukan oleh berapa besar

biaya yang dikorbankan untuk memperoleh atau membuat barang itu. Harga

berarti sesuatu bagi konsumen dan sesuatu yang lain bagi penjual. Bagi

konsumen, harga merupakan biaya atas sesuatu. Sedangkan bagi penjual, harga

adalah pendapatan dan sumber utama dari keuntungan. Harga yang ditentukan

seharusnya cukup tinggi untuk menutupi ongkos-ongkos atau lebih utama lagi

untuk memperoleh laba. Sebaliknya jika harga terlalu tinggi maka pembeli akan

berkurang, volume penjualan menurun, ongkos-ongkos total mungkin tidak dapat

ditutupi dan akhirnya perusahaan rugi. Harga dalam satuan produk merupakan

dasar untuk memperhitungkan harga jual atau penjualan.

Menurut Alma (2005: 169) harga (price) adalah nilai suatu barang yang

dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Kotler (2000: 296) harga adalah

satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,

elemen-elemen yang lain menghasilkan biaya.

Selanjutnya Tjiptono (2001: 151) menyatakan harga adalah satuan moneter

atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikian dan penggunaan suatu barang dan jasa. Menurut

Simamora (2000: 574) harga adalah uang yang dibebankan atau dikenakan atas

sebuah produk atau jasa.

Kemudian pengertian harga jual menurut Mulyadi (1997: 350) dalam buku

Akuntansi Manajemen “harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai

interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran dipasar”. Menurut Garisson

dan Norren (2006: 824) dalam bukunya “akuntansi manajer” mengemukakan

8

pengertian harga jual sebagai berikut “harga penjualan adalah biaya produksi

ditambahkan kepresentase mark-up atau laba.

Berdasarkan pendapat menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa penentuan harga jual adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

pimpinan perusahaan untuk menentukan harga jual barang dan jasa yang

diperhitungkan harus didasarkan pada biaya-biaya yang relevan, sehingga bisa

memaksimalkan laba yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.

2.1.2 Tujuan Penentuan Harga Jual

Tujuan penentuan harga jual adalah untuk menentukan harga penjualan

barang tiap unit sedemikian rupa sehingga harga penjualan yang ditentukan

memberikan manfaat bagi perusahaan, warga perusahaan, pemerintah dan

masyarakat. Pada umumnya para penjual memiliki beberapa tujuan dalam

penentuan harga jual atas barang dan jasa yang dijualnya. Menurut Waluya

(2003: 79) tujuan harga barang yaitu:

1. Memaksimalkan efisiensi ekonomi

Untuk memproleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka harga harus

sama dengan biaya-biaya marginal.

2. Menutupi biaya-biaya

Untuk memperoleh kembali biaya investasi dan mampu menutupi biaya-biaya

operasi.

3. Mendistribusikan pendapatan

Harga dapat ditentukan untuk menyebarluaskan hasil produk agar semua

lapisan pembeli dapat memperoleh barang yang dibutuhkan.

4. Memperoleh penghasilan

9

Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh laba setinggi mungkin, sampai

batas sensitivitas pembeli bila harga barang lebih tinggi lagi.

Sebuah perusahaan dapat mengejar salah satu atau lebih dari 5 (lima) tujuan

utama penentuan harga jual berikut ini menurut Kotler (2000: 300), yaitu:

1. Kelangsungan hidup (survival)

Perusahaan mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika ia

menemui masalah kelebihan kapasitas, persaingan yang maikn sempit, atau

perubahan keinginan konsumen.

2. Laba berjalan maksimum (Maximum Current Porfit)

Banyak perusahaan mencoba untuk menetapkan harga yang akan

memaksimalkan laba berjalanan. Mereka memperkirakan permintaan dan

biaya yang terkait dengan berbagai pilihan harga dan memilih harga yang

mengahsilkan laba berjalan, arus kas, atau tingkat meuntungan investasi

maksimum.

3. Pendapatan berjalan maksimum (Maximum Current Revanue)

Beberapa perusahaan akan menetapkan harga untuk memaksimalkan

pendapatan penjualan. Maksimasi pendapatan hanya membutuhkan

perkiraan terhadap fungsi permintaan. Banyak manager mempercayai

bahwa maksimasi pendapatan akan mengarahkan pada maksimasi laba

jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.

4. Pertumbuhan penjualan maksimum (maximum Sales Growth)

Perusahaan yang lain ingin memaksimalkan penjualan unit. Mereka percaya

bahwa volume penjualan yang semakin tinggi akan mengarahkan pada biaya

unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang lebih tinggi. Mereka

10

menetapkan harga terendah, dengan mengganggap pasar sensitif terhadap

harga.

5. Kepemimpinan kualitas produk (Product-qualitylendership), sebuah

perusahaan mungkin ingin pemimpin kualitas produksi di pasar.

Sedangkan menurut Agipura (1999: 176) bahwa tujuan penentuan harga

jual ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut:

1. Mendapatkan laba maksimal

2. Mendapatkan pengambalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian

pada penjualan bersih

3. Mencegah atau mengurangi persaingan

4. Mempertahankan atau memperbaiki market share

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual

Samryn (2002: 302) menyatakan secara rinci faktor yang mempengaruhi

penentuan harga jual adalah sebagai berikut:

a. Laba yang diinginkan

Dalam kaitannya dengan jumlah laba, penentuan harga mempertimbangkan

kecukupan pengembalian modal kebutuhan akan laba untuk membayar

dividen, dan untuk ekspansi dari hasil penjualan tersebut.

b. Faktor produksi

Faktor ini mencakup realistisnya volume penjualan yang direncanakan,

kelayakan untuk menggunakan tungkat harga yang diinginkan, kaitan harga

dengan siklus produk.

11

c. Faktor biaya

Tingkat biaya tetap dan biaya variabel, efektifitas penggunaan modal,

pembebanan biaya bersama pada tiap jenis produk juga turut diperhatikan

dalam penentuan harga jual.

d. Faktor dari luar

Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah elastisitas permintaan,

target pasar, tingkat pesaing, tingkat persaingan, dan heterogenitas produk.

Sedangkan menurut Nagle dalam Kotler (2000: 305) mengidentifikasi 9

(sembilan) faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas harga jual, yaitu:

1. Pengaruh nilai unik (unique-value effect): pembeli kurang sensitive terhadap

harga bila produk semakin unik

2. Pengaruh ketertarikan/pengenalan terhadap barang subtitusi (subtitusi-

awarness effect): pembeli kurang sensitif terhadap harga bila mereka kurang

tertarik atau kurang mengenal barang subtitusi.

3. Pengaruh kesulitan perbandingan (difficult-comparison effect): pembeli

kurang sensitif terhadap harga bila mereka tidak dapat dengan mudah

membandingkan kualitas dari barang-barang substitusi.

4. Pengaruh pengeluaran total (total-expensiture effect): pembeli kurang sensitif

terhadap harga bila pengeluarannya semakin kecil dibandingkan dengan

pendapatan mereka.

5. Pengaruh manfaat akhir: pembeli kurang sensitif terhadap harga bila

pengeluaran semakin kecil bila dibandingkan dengan biaya total dari produk

akhir.

6. Pengaruh biaya bersama (shared-cost effect): pembeli kurang sensitif

terhadap harga bila sebagian biaya ditanggung oleh pihak lain.

12

7. Pengaruh investasi yang telah dilakukan (sunk-investment effect): pembeli

kurang sensitif terhadap harga beli produk tersebut digunakan dalam

hubungannyadengan asset yang telah dibeli sebelumnya.

8. Pengaruh terhadap kualitas (price-quality effect): pembeli kurang sensitif

terhadap harga bila produk tersebut dianggap memiliki kualitas yang lebih

baik.

9. Pengaruh persediaan (inventory effect): pembeli kurang sensitif terhadap

harga bila mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut.

Menurut Alma dalam Yasin (2012: 14) untuk menerapkan price polices perlu

diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual antara lain:

a. Apa yang akan dituju misalnya, untuk mencegah masuknya saingan maka

ditetapkan berdasarkan harga pokok ditambah laba yang tipis.

b. Penetrasi maksudnya untuk meneroboskan produk-produk baru.

2.1.4 Metode Penentuan Harga Jual

Perusahaan memecahkan persoalan penetapan harga memilih sebuah

metode penetapan harga jual barang yang memasukan satu atau lebih dari

pertimbangan-pertimbangan. Metode penetapan harga tersebut akan

menghasilkan sebuah harga tertentu.

Dengan memperhatikan 3 (tiga) hal yaitu skedul permintaan pelanggan,

fungsi biaya, dan harga pesaing. Perusahaan siap untuk menentukan harga.

Harga tersebut akan terletak diantara harga yang terlalu rendah untuk dapat

mengahasilkan laba dan terlalu tinggi untuk menghasilkan permintaan.

13

Dalam menetapkan harga jual suatu produk ada berbagai metode yang dapat

dipakai oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini Hidayat (2000:

74) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) metode dalam penetuan harga jual yang

dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1. Cost Oriented Princing

Suatu cara penentuan harga jual yang dinyatakan pada biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memproduksi barang dan menambahkan suatu presentase

tertentu sebagai labanya.

2. Demand Oriented princing

Suatu cara penentuan harga jual yang didasarkan pada banyaknya

permintaan. Jika permintaan naik harga pun cenderung naik, dan sebaliknya

jika permintaan turun maka harga cenderung turun, walaupun mungkin biaya

yang dikeluarkan sama saja.

3. Competition Oriented Pinrcing

Suatu cara penentuan harga yang didasarkan pada harga pesaing. Metode

ini ditetapkan agar harga jual lebih dari harga pesaing. Tingkat harga jual

dapat ditetapkan 3 (tiga) kebijakan yaitu sama, lebih rendah, atau lebih tinggi

dari harga pesaing.

2.1.5 Penentuan Harga Pokok Produksi

Banyaknya perusahaan dan industri yang bergerak dalam bidang yang

sama membuat suhu persaingan meningkat tinggi. Bagi suatu perusahaan,

memperoleh laba merupakan tujuan utama untuk kelangsungan hidup dan

kemajuan perusahaan. Untuk memperoleh laba ada tiga faktor utama untuk

kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan. Untuk memeproleh laba ada tiga

14

faktor utama di dalam perusahaan yang harus diperhatikan, yaitu jumlah barang

yang harus diproduksi, biaya per unit untuk memproduksi dan harga jual per unit

produk tersebut. Untuk mencapai laba yang optimal, salah satunya adalah

memperhatikan faktor biaya yaitu diantaranya harga pokok penjualan diupayakan

dapat ditekan seminimal mungkin. Harga pokok masih merupakan faktor yang

penting dalam pertimbangkan untuk menentapkan harga jual yang nantinya

diharapkan untuk memperoleh laba.

Perusahaan perlu menghasilkan biaya produksi sebagai dasar perhitungan

harga pokok produksi. Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan

dapat menggunakan dua metode yaitu full costing dan variabel costing. Pada

metode full costing semua biaya-biaya produksi diperhitungkan baik yang bersifat

variabel maupun bersifat tetap. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang

bersifat variabel maupun tetap sedangkan pada metode variabel costing biaya

produksi yang akan diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. Dengan

menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya

produksi yang akan dikeluarkan, dan perusahaan dalam menentukan harga jual

dari suatu pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan

untuk memproduksi pesanan tersebut. Menurut Mulyadi (2010: 17) cara

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi terdapat dua

pendekatan full costing dan variabel costing.

1. Full costing

Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang

terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

15

overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan

demikian kos produksi menurut merode full costing terdiri dari unsur biaya

produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Biaya overhead pabrik tatap xx

Kos produksi xx

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsure

kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja algnsung, biaya overhead

pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya

nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

2. Variabel costing

Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos

produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut

metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Kos produksi xx

16

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari

unsure kos produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel

(biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya

tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi

dan umum tetap).

2.2 Penentuan Harga Target Pricing

Menurut Hongren (2008: 501) Sebuah bentuk penentuan harga berbasis

pasar adalah penentuan harga target. Harga target adalah perkiraan harga untuk

sebuah produk atau jasa yang bersedia untuk dibayar calon pelanggan.

Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipresepsi

pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk

yang bersaing itu. Organisasi penjualan dan pemasaran sebuah perusahaan,

melalui kontak dan interaksi dekat dengan pelanggan, biasanya merupakan

posisi terbaik untuk mengenali kebutuhan pelanggan dan nilai pandangan

mereka terhadap sebuah produk. Perusahaan juga melakukan penelitian pasar

tentang fitur produk yang diinginkan pelanggan dan harga bersedia mereka bayar

untuk fitur tersebut. Memahami apa yang dinilai pelanggan merupakan sebuah

aspek kunci yang berfokus pada pelanggan.

Sebuah perusahaan memiliki akses yang lebih sedikit terhadap

kompetitornya. Untuk mengukur bagaimana reaksi kompetitor, sebuah

perusahaan harus memahami teknologi, produk, biaya dan kondisi keuangan

pesaing tersebut. Sebagai contoh, mengetahui teknologi dan produk pesaing

akan membantu sebuah perusahaan untuk (a) mengevaluasi bagaimana

17

bedanya produknya itu di pasar dan (b) menentukan harga yang dapat

diubahnya sebagai akibat dari perbedaan tersebut. Darimanakah sebuah

perusahaan mendapatkan informasi tentang pesaingnya? Biasanya dari para

pelanggan, pemasok, dan karyawan kompetitor tersebut. Sumber informasi lain

adalah teknik kebalikan – yaitu membongkar dan menganalisis produk pesaing

untuk menentukan rancangan dan bahan produk dan jadi mengenal teknologi

yang digunakan oleh kompetitor. Banyak perusahaan, termasuk ford, general

motors, dan PPG industries, memiliki departemen yang tugas tunggalnya adalah

menganalisis kompetitor dengan memperhatikan pertimbangan hal tersebut.

Harga target, yang dihitung dengan menggunakan informasi dari

pelanggan dan pesaing, menjadi dasar untuk menghitung biaya target. biaya

target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasional target per

unit. Penghasilan opresi target per unit adalah penghasilan operasi yang

merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau jasa

yang dijual. Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang perunit

atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai

penghasilan operasi target per unit saat menjual pada harga target.

Biaya relevan apa yang harus sertakan dalam perhitungan biaya-target

adalah semua biaya mendatang, baik variabel maupun tetap, karena dalam

jangka panjang, harga dan pendapatan sebuah perusahaan harus mampu

memulihkan semua biayanya. Jika semua biaya tidak dipulihkan kembali,

alternatif terbaik perusahaan adalah menutup usahanya – sebuah tindakan yang

mengakibatkan hilangnya semua pendapatan masadepan penghematan semua

biaya mendatang, apakah itu variabel atau tetap.

18

Biaya target per unit seringkali lebih rendah daripada biaya per unit

produk yang ada. Biaya target perunit benar-benar hanya itu – sebuah target –

sesuatu yang harus dituju perusahaan. Untuk mencapai biaya target per unit dan

pendapatan operasi target per unit, perusahaan harus mengurangi biaya

pembuatan produknya. Penentuan biaya target digunakan dalam industi berbeda

diseluruh dunia.

2.3 Penentuan Harga Cost-Plus

Menurut Halim & Supomo (1999: 98) Biaya cost merupakan komponen

penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual produk atau

jasa. Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah seluruh

biaya ditambah jumlah tertentu yang disebut dengan ‘markup’. Cara penentuan

harga tersebut dikenal dengan pendekatan ‘cost-plus’.

Ada tiga konsep konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual

dengan pendekatan ‘cost-plus’ tersebut, yaitu:

1. Biaya total (total cost)

2. Biaya produk (product cost)

3. Biaya variabel (variabel cost)

Menurut Halim & Supomo (1999: 98) Harga jual ditentukan dari biaya total:

biaya produksi + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum, ditambah

dengan jumlah laba yang diinginkan oleh perusahaan. Pengertian ‘markup’

menurut konsep biaya total ini adalah laba yang diinginkan (desired profit).

19

Penerapan penentuan harga jual produk atau jasa dengan menggunakan

konsep biaya total ini adalah sebagai berikut:

1) Menentukan besarnya biaya produksi yang terdiri dari: biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

2) Biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya pemasaran dan

biaya administrasi dan umum, hasilnya sama dengan biaya total.

3) Biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi atau dijual

untuk memperoleh angka biaya per unit.

4) Menentukan jumlah ‘markup’ atau dalam hal ini adalah jumlah laba yang

dikehendaki. Laba yang diinginkan pada umumnya dinyatakan dengan

persentase tertentu dari aktiva yang digunakan (rate of return on assets).

5) Menentukan persentase ‘markup’ dari biaya total yang dihitung dari jumlah

laba yang diinginkan dibagi dengan biaya total.

6) Persentase ‘markup’ tersebut dikalikan dengan biaya per unit untuk

memperoleh angka ‘markup’ per unit.

7) Harga jual per unit ditentukan dari biaya per unit ditambah dengan ‘markup’

per unit.

Contoh

Data mengenai produksi, biaya dan laba yang dikehendaki oleh suatu

perusahaan yang menghasilkan produk X adalah sebagai berikut:

Jumlah X yang diproduksi atai dijual 10.000 unit

Biaya variabel per unit:

− Biaya bahan baku Rp 120

− Biaya tenaga kerja 400

− Biaya overhead pabrik 60

20

− Biaya pemasaran 40

− Biaya administrasi & umum 20

Biaya tetap:

− Biaya overhead pabrik Rp 2.000.000

− Biaya pemasaran 600.000

− Biaya administrasi & umum 200.000

Laba yang dikehendaki (return) sebesar 20% dari jumlah aktiva yang

digunakan sebesar Rp 20.700.000. berdasarkan data tersebut di atas, penentuan

harga jual produk X dengan menggunakan konsep biaya total adalah sebagai

berikut:

1) Biaya produksi:

− Biaya bahan baku 10.000 x Rp 120 = Rp 1.200.000

− Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400 = Rp 4.000.000

− Biaya overhead pabrik (10.000 x Rp 60) +

Rp 2.000.000 = Rp 2.600.000

Biaya produksi Rp 7.800.000

2) Biaya total:

− Biaya produksi Rp. 7.800.000

− Biaya pemasaran (10.0000 x Rp 40) +

Rp 600.000 = Rp 1.000.000

− Biaya administrasi & umum (10.000 x Rp 20)

+ Rp 200.000 = Rp 400.000

Biaya total Rp 9.200.000

21

3) Biaya per unit = Rp 9.200.000/10.000 = Rp 920

4) Laba yang dikehendaki = 20% x Rp 20.700.000 = Rp 4.140.000

5) Persentase markup = Rp 4.140.000/

Rp 9.200.000 x 100% = Rp 45%

6) Markup per unit = 45% x Rp 920 = Rp 414

7) harga jual per unit = Rp 920 + Rp 414 = Rp 1.334

Menurut Halim & Supomo (1999: 101) konsep biaya produk yang juga

disebut absorption approach, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah

dengan markup. Pengertian markup menurut konsep biaya produk ini adalah

laba yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum.

Persentase markup dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Persentase markup = Laba dikehendaki + Biaya pemasaran + Biaya Adm. & umum

Biaya produksi

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan konsep

biaya produksi dalam penentuan harga jual, berikut ini contohnya

− Persentase markup = Rp 4.140.000 + Rp 1.000.000 + Rp 400.000

Rp 7.800.000

= 71,03%

− Harga jual per unit:

Biaya produksi per unit = Rp 7.800.000/10.000 = Rp 780

Markup per unit = 71,03% x Rp 780 = 554

Rp 1.334

22

Penentuan harga jual menurut konsep biaya produksi ini hasilnya sama

dengan harga jual yang ditentukan berdasarkan konsep biaya total yaitu sebesar

Rp 1.334 per unit.

Menurut Halim & Supomo (1999: 101) konsep biaya variabel yang juga

disebut Contribution approach. Biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya

pemasaran variabel + biaya administrasi dan umum variabel) ditambah dengan

markup. Pengertian markup dalam hal ini adalah laba yang dikehendaki

ditambah semua biaya yang bersifat tetap.

Berikut ini adalah perhitungan harga jual menurut konsep biaya variabel:

− Total biaya target:

Biaya bahan baku Rp 1.200.000

Biaya tenaga kerja 4.000.000

Biaya overhead pabrik variabel 600.000

Biaya pemasaran variabel 400.000

Biaya administrasi dan umum variabel 200.000

Rp 6.400.000

− Markup

Laba yang dikehendaki Rp 4.140.000

Biaya overhead pabrik tetap Rp 2.000.000

Biaya pemasaran tetap 600.000

Biaya administrasi dan umum tetap 200.000

Rp 6.940.000

23

− Persentase markup = Rp 6.940.000/Rp 6.400.000 x 100% = 108,44%

Sedangkan menurut Mulyadi (1993: 351) Cost-Plus pricing adalah

penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas

biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan

produk. Harga jual berdasarkan Cost-Plus Pricing dihitung dengan rumus seperti

yang digunakan untuk menghitung harga jual dalam keadaan normal, yaitu harga

jual = taksiran biaya penuh + laba yang diharapkan.

Dengan demikian ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan

harga jula ini: taksiran biaya penuh dan laba diharapakan.

Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan: full costing

dan vairable costing. Dalam pendekatan full costing, taksiran biaya penuh yang

dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur seperti yang

terlihat pada gambar di bawah ini.

Biaya bahan baku Rp xx

Biaya tenaga kerja langdung xx

Biaya overhead pabrik (variable + tetap) xx

Taksiran total biaya produksi Rp xx

Biaya administrasi dan umum Rp xx

Biaya pemasaran xx

Taksiran total biaya komersial Rp xx

Taksiran biaya penuh Rp xx

Gambar 1: Unsur Biaya Penuh Dengan Pendekatan Full Costing

24

Dalam pendekatan variable costing, taksiran biaya penuh yang dipakai

sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur seperti yang

disajikan pada Gambar 2.

Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang

diharapkan. Dalam keadaan normal, harga jual harus dapat menutup biaya

penuh dan dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Laba yang diharpkan

dihitung berdasarkan investasi yang dinamakan untuk menghasilkan produk atau

jasa. Untuk memperkirakan berapa laba wajar yang diharapkan, manajer

penentu harga jual perlu mempertimbangkan:

1. Cost of capital

2. Risiko bisnis

3. Besarnya capital employed

Biaya variable :

Biaya bahan baku Rp xx

Biaya tenaga kerja lagnsung xx

Biaya overhead pabrik variable xx

Taksiran total biaya produksi variable Rp xx

Biaya administrasi dan umum variable Rp xx

Biaya pemasaran variable xx

Taksiran total biaya variable Rp xx

25

Biaya tetap :

Biaya overhead pabrik tetap Rp xx

Biaya administrasi dan umum tetap xx

Biaya pemasaran tetap xx

Taksiran total biaya tetap Rp xx

Taksiran biaya penuh Rp xx

Gambar 2: Unsur Biaya Penuh Dengan Pendekatan Vairable Consting

Cost Of Capital merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang

dilakukan dalam perusahaan. Besarnya cost of capital sangat dipengaruhi oleh

sumber aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan. Jika misalnya seluruh aktiva

perusahaan yang digunakan untuk berusaha dalam tahun anggaran yang akan

datang berasal dari kredit bank dengan bunga sebesar 24% per tahun,

sedangkan tarif pajak penghasilan atas laba perusahaan sebesar 35% (karena

laba kena pajaknya lebih dari Rp.50.000.000), maka effective cost capital yang

harus dibayarkan perusahaan untuk investasi adalah sebesar 15,6% {(100%-

35%) x 24%}.

Risikio bisnis Semakin besar risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan,

semakin besar persentase yang ditambahkan pada cost of capital di dalam

memperhitungkan laba yang diharapkan. Jika risiko bisnis besar, maka

persentase laba yang ditambahkan di atas cost of capital menjadi lebih besar bila

dibandingkan dengan bisnis yang berisiko rendah.

Besarnya capital employed Jumlah investasi (atau capital employed) yang

ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan

faktor yang menentukan besarnya laba yang diharapkan, yang diperhitungkan

26

dengan harga jual. Semakin besar investasi yang ditanamkan dalam

memproduksi dan memasarkan produk atau jasa, semakin besar pula laba yang

diharapkan dalam perhitungan harga jual. Data besarnya capital employed

secara kasar dapat dilihat dari jumlah aktiva yang tercantum dalam neraca awal

tahun anggaran atau taksiran rata-rata total aktiva selama tahun anggaran, untuk

perhitungan harga jual yang akan berlaku dalam tahun anggaran yang

bersangkutan.

Sedangkan menurut Hongren (2008: 508) Bukannya melakukan

pendekatan berbasis pasar eksternal untuk keputusan penentuan harga jangka

panjang mereka, para manajer terkadang menggunakan pendekatan berbasis

biaya. Rumus umum untuk menetapkan harga berbasis biaya menambahkan

komponen markup ke basis biaya biaya (harga pokok):

Basis biaya $ X

Komponen markup Y

Calon harga jual $ X + Y

Para manajer menggunakan rumus penentuan harga cost-plus hanya

sebagai titik awal untuk keputusan penentuan harga. Komponen markup jarang

merupakan angka yang kaku. Justru, angkanya fleksibel, bergantung pada

perilaku pelanggan dan competitor. Komponen markup pada akhirnya ditentukan

oleh pasar.

27

2.4 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2: Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sumber: Data Olahan 2013

No Nama Judul Hasil Penelitian

1 Irianto,2010 Pegaruh Harga Jual Terhadap

Volume Penjualan

Harga jual berpengaruh terhadap volume penjualan PT. hasjrat abadi kota

gorontalo. Dengan persamaan regresi sebagai berikut : y = 10.515 +

0.776 + ε. Harga jual yang dilaksanakan secara efektif mempunyai

hubungan yang nyata terhadap volume penjualan. Hal ini dilihat dari

besarnya nilai korelasi yakni sebesar 0.720 dan koefisien determinasi

sebesar 0.519 dapat diartikan bahwa harga jual mempunyai pengaruh

sebesar 0.519 dapat diartikan bahwa harga jual mempunyai pengaruh

sebesar 51,9% dalam menentukan kenaikan volume penjualan

sedangkan sisanya sebesar 48,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak didesain dalam penelitian ini, seperti peningkatan pendapatan,

system penjualan dan lain-lain.

2 Ibrahim, 2010 Penetapan Harga Jual Dan

Peranannya Terhadap Laba

Perusahaan Pada Sinar Kumala

Meubel Kota Gorontalo

Deskripsi atas variabel yang diteliti meliputi penetapan harga jual dan laba

yang diperoleh pada sinar kumala meubel. Untuk mengetahui gambaran

secara jelas dari masing-masing variabel tersebut digunakan analisis

deskriptis atas data mengenai harga pokok dan harga jual masing-masing

produk.

Berdasarkan hasil anaisis deskriptif atas data mengenai harga pokok dan

harga jual dari masing-masing produk menunjukan bahwa penetapan

harga jual yang ada pada sinar kumala meubel dapat menghasilkan laba

dalam perusahaan.

3 Abdullah,2012 Pengaruh Perhitungan Biaya

Produksi Terhadap Harga Pokok

Produksi Pada UD. Sulama

Naga Mas Kecamatan Telaga

Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan analisis perhitungan biaya produksi dan harga pokok

produksi dari tahun ke tahun terlihat adanya kenaikan harga baik dalam

perhitungan biaya produksi maupun harga pokok produksi. Hal ini

disebabkan oleh kenaikan harga biaya produksi dari tahun ke tahuh yang

menyebabkan juga kenaikan pokok produksi.

4 Yasin, 2012 Penerapan Penentuan Harga

Jual Pada Toko Kue Pia

Saronde Kota Gorontalo

Penentuan harga jual produk dengan menggunkan metode cost plus

pricing relative sama dengan penentuan harga jual pada toko kue pia

saronde, jika menggunakan metode cost-plus pricing pada produk pia

yakni sebesar Rp 27.000 sementara yang tidak menggunakan metode

cost-plus pricing sebesar Rp 26.250 jadi selisihnya sebesar Rp 750.

Sementara penentuan harga jual produk roti yang menggunakan metode

cost-plus pricing relative sama yakni sebesar Rp 3.900 per buah.

28

2.5 Kerangka Pemikiran

Keputusan penentuan harga adalah keputusan manajemen tentang apa

yang harus dibebankan kepada produk dan jasa. Ini merupakan keputusan

strategis yang mempengaruhi kuantitas yang diproduksi dan dijual dan,

karenanya, pendapatan dan biaya. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi,

perusahaan harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari

setiap unit tambahan melebihi biaya memproduksinya. Namun, produk biaya

dihitung dengan cara berbeda masa waktu yang berlaku dengan konteks yang

berbeda.

Ada tiga faktor pengaruh utama pada keputusan penentuan harga yaitu

pelanggan, pesaing, dan biaya. Pelanggan mempengaruhi harga melalui

pengaruh mereka pada permintaan atas suatu produk atau jasa. Perusahaan

harus selalu menguji keputusan penentuan harga melalui para pelanggan

mereka. Harga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pelanggan menolak

produk suatu perusahaan dan memilih produk pengganti atau yang bersaing.

Pesaing tidak ada bisnis yang beroperasi dalam keadaan hampa. Perusahaan

harus selalu menyadari tindakan dari para pesaingnya. Pada satu sisi, produk

alternatif atau produk pengganti dari competitor dapat mempengaruhi permintaan

dan memaksa sebuah perusahaan untuk menurunkan harganya. Di sisi lainnya,

sebuah perusahaan yang tidak memiliki pesaing dapat menetapkan harga yang

lebih tinggi. Saat terdapat pesaing, pengetahuan tentang teknologi si pesaing,

kapasitas pabrik, dan kebijakan operasi membuat sebuah perusahaan mampu

memperkirakan biaya pesaingnya – informasi yang berharga dalam menetapkan

harga. Biaya biaya mempengaruhi harga karena biaya mempengaruhi

penawaran. Makin rendah biaya produksi sebuah produk relatif terhadap biaya

29

yang dibayarkan pelanggan, makin besar kuantitas produk yang bersedia

ditawarkan oleh perusahaan. Para manajer yang memahami biaya produksi

suatu produk perusahaan mereka menetapkan harga produk itu menarik bagi

pelanggan yang dapat memaksimalkan penghasilan operasi perusahaan mereka.

Dalam menghitung biaya relevan untuk sebuah keputusan penentuan harga,

manajer harus mempertimbangkan biaya relevan dalam seluruh fungsi bisnis

rantai nilai dari R&D hingga pelayanan pelanggan.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka perbandingan menganai biaya-

puss pricing dan target biaya terhadap penentuan harga pokok produk dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3: Perbandingan Penentuan Harga Jual Cost-Plus Pricing dan Target

Pricing

2.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010: 93), hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah

penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berangkat dari

kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan

menjadi: “terdapat perbandingan antara harga jual produk melalui pendekatan

target pricing dan cost-plus pricing untuk mendapatkan laba yang diinginkan di

toko kue kota Gorontalo”.

COST-PLUSS

PRICING

TARGET

PRICING

HARGA JUAL

PRODUK

LABA

TOKO KUE

HARGA POKOK

PRODUK