BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep...

29
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Pajak Bumi dan Bangunan 2.1.1.1 Pajak Bumi dan Bangunan Pengertian bumi menurut Suandy (2002: 349) adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah: (1) jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut; (2) jalan tol; (3) kolam renang; (4) pagar mewah; (5) tempat olahraga; (6) galangan kapal; (7) taman mewah; (8) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; (9) fasilitas lain yang memberikan manfaat. Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan (Direktorat Jenderal Pajak 2008: 28) Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Pajak Bumi dan Bangunan

2.1.1.1 Pajak Bumi dan Bangunan

Pengertian bumi menurut Suandy (2002: 349) adalah permukaan bumi dan

tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah kontruksi teknik

yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Yang

termasuk dalam pengertian bangunan adalah: (1) jalan lingkungan yang terletak

dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan

lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut; (2)

jalan tol; (3) kolam renang; (4) pagar mewah; (5) tempat olahraga; (6) galangan

kapal; (7) taman mewah; (8) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,

pipa minyak; (9) fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah

dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi

yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau

memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per

wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan (Direktorat Jenderal

Pajak 2008: 28)

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa:

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah merupakan iuran masyarakat kepada

negara yang dipungut oleh pemerintah.

b. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dipungut berdasarkan undang-undang

(Undang-undang no 12 tahun 1985) atau dapat dipaksakan.

c. Tidak ada jasa balik dari negara yang langsung dapat ditunjukkan.

d. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah harta tak gerak dan keadaan

atau status orang atau yang paling menonjol yang juga menjadi ciri tersendiri

dari pajak bumi dan bangunan.

e. Keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek dari pajak bumi

dan bangunan (PBB) tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak

sehingga dengan demikian pengenaan atau besar kecilnya jumlah pajak yang

harus dibayar oleh wajib pajak ini ditentukan oleh besar kecilnya harta tak

gerak yang dimiliki orang atau badan yang menjadi obyek pajak bumi dan

bangunan ini selama harta tak gerak itu tidak digunakan untuk kepentingan

umum atau bersifat sosial.

Menentukan klasifikasi bumi/tanah ada faktor-faktor yang diperhatikan

yakni (Suandy, 2002: 351):

a. Bumi/tanah meliputi; letak, peruntukan, pemanfaatan, kondisi lingkungan dan

lain-lain.

b. Bangunan meliputi; bahan yang digunakan, rekayasa, letak, kondisi

lingkungan dan lain-lain.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

2.1.1.2 Cara Menghitung dan Menetapkan PBB

a. Tarif Pajak

Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah sebesar 0,5% dan

jenis tarif ini disebut sebagai tarif tunggal yang berlaku terhadap obyek pajak

jenis apapun di seluruh wilayah Indonesia.

b. Dasar Pengenaan PBB:

(a) Adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi

secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis,

atau nilai perolehan baru atau nilai objek pajak pengganti

(b) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap

3 tahun sekali, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun

dengan perkembangan daerahnya

(c) Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan

serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual

Kena Pajak

(d) Besarnya persentase Nilai jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Mardiasmo (2011: 319) mengemukakan bahwa di dalam penentuan NJOP

PBB oleh dirjen pajak atas nama kepala perpajakan PBB ditentukan 3 metode

penilaian atau pendekatan penilaian, antara lain: (a) pendekatan data pasar

(market data approach); (b) pendekatan biaya (cost approach); dan (c)

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

pendekatan pendapatan (income approach). Sedangkan untuk cara penilaian

menggunakan 2 cara, yakni: (1) penilaian massal (mass appraisal), dan (2)

penilaian individual (individual appraisal)

c. Dasar Perhitungan PBB

Dasar Perhitungan yang digunakan untuk menghitung pajak terhutang

adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan

setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Kena Pajak (Peraturan Pemerintah.

Besarnya persentase NJKP yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah

dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional (Direktorat Jenderal Pajak

2008: 30).

Berdasarkan PP No. 74 tahun 1998 ketentuan mengenai NJKP untuk

perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 20% atas 40% dari

Nilai Jual Objek Pajak.

NILAI JUAL KENA PAJAK = 20% atau 40% x Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP)

Selanjutnya PP No. 46 tahun 2000 memperbarui PP 74 tahun 1998, yang

menjelaska besarya NJKP sebagai dasar perhitungan kena pajak yang

terhutang sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) Undang-undang

Nomor 12 tahun 1994 ditetapkan untuk: (a) obyek pajak perkebunan sebesar

40% dari nilai jual Ojek pajak; (b) objek pajak kehutanan sebesar 40% dari

Nilai Jual Objek pajak; (c) objek pajak pertambangan sebesar 20% (dua puluh

persen) dari Nilai Jual Objek pajak; dan (d) Objek pajak lainnya: sebesar 40%

dari Nilai Jual Objek Pajak apabila nilai jual objek pajaknya Rp.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

1.000.000.000,- (satu milyar) atau lebih dan sebesar 20% dari Nilai Jual

Objek Pajak apabila nilai jual Objek pajaknya kurang dari Rp. 1.000.000.000,-

PP 25 Tahun 2002 memperbarui PP 46 tahun 2000, berisi ketentuan

sebagai berikut:

a. Obyek pajak perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40% dari

Nilai Jual Objek pajak.

b. Obyek Pajak lainnya :

Sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek

Pajaknya Rp. 1.000.000.000,- (satu Milyar) atau lebih.

Sebesar 20% dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek

Pajaknya kurang dari Rp. 1.000.000.000,-

d. Cara Menghitung Pajak

Menurut Mardiasmo (2011: 318) bahwa unsur-unsur yang harus diketahui

agar dapat menghitung Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut :

a. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yakni NJOP Bumi dan NJOP Bangunan.

b. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yakni 20% atau 40% dari NJOP

c. Tarif tunggal : 0,5%

d. NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak) yakni ditetapkan

secara regional paling tinggi sebesar Rp. 12.000.000,-

Sehingga sesuai Pasal 7 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 rumus untuk

menghitung Pajak Bumi Bangunan Terhutang :

Pajak Bumi Bangunan Terhutang = Tarif Pajak x Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Sebelum dikalikan dengan tarif NJOP harus dikurangkan dengan NJOPTKP.

Ketentuan menyangkut NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Paja

adalah sebagai berikut: NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak)

ditetapkan secara regional sebesar Rp. 12.000.000,- yang diberikan dengan

ketentuan :

- Untuk setiap wajib pajak hanya diberikan satu NJOPTKP terhadap satu objek

yang dimiliki atau disewa/atau dipakai

- Diberikan untuk bumi dan/atau bangunan

- Jika wajib pajak memiliki beberapa objek pajak yang diberikan NJOPTKP

hanya salaah satu objek yang memiliki nialai jual objek pajak tertinggi.

Rumus Perhitungan PBB

PBB Terhutang = Tarif x NJKP

= 0,5% x 20% atau 40% x NJOP, sehingga dari rumus asal ini

dapat dijabarkan menjadi :

= 0,5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)

= 0,5% x 20% x NJOP

= 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)

= 0,5% x 40% x NJOP

Catatan : NJOP = NJOP bumi + NJOP bangunan

NJOPTKP = ditetapkan secara regional paling tinggi Rp. 12.000.000,-

2.1.1.3 Objek dan Subjek Pajak PBB

Mardiasmo (2011: 313) mengemukakan bahwa yang menjadi objek pajak

PPB adalah sebagai berikut:

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

a. Yang menjadi objek adalah bumi dan atau bangunan

b. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan

bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman,

serta untuk memudahkan perhitungan pajak terutang

Dalam menentukan kalsifikasi bumi/tanah diperhaikan faktor-faktor sebagai

berikut: (a) letak; (b) peruntukan; (c) pemanfaatan; dan (d) kondisi lingkungan

dan lain-lain.

c. Pengecualian objek pajak

Objek pajak yang dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah objek pajak

yang:

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak

untuk mencari keuntungan, antara lain: (1) di bidang ibadah, contoh masjid,

gereja, vihara; (2) di bidang kesehatan, contoh rumah sakit; (3) di bidang

pendidikan, contoh madrasah, pesantren; (4) di bidang sosial, contoh panti

asuhan; (5) di bidang kebudayaan nasional, contoh museum, candi

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan, wisata, taman nasional,

tanah penggembalaan yang dikuasasi oleh desa, dan tanah yang belum

dibebani suatu hak

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

e. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan.

d. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintah,

penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

e. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan

untuk masing-masing Kabupaten/Kota dengan besar setinggi-tingginya Rp.

12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Apabila

seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan

NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan

objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP.

Selanjutnya, Mardiasmo (2011: 317) menyatakan bahwa yang menjadi

subjek pajak adalah sebagai berikut:

1) Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan

atau memiliki, menguaasi, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Dengan demikian tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti

pemilik hak.

2) Subjek pajak sebagaimana dimasud dalam no. 1 yang dikenakan kewajiban

membayar pajak menjadi wajib pajak.

3) Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya,

Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagaimana

dimaksud dalam no. 1 sebagai wajib pajak.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

4) Subjek pajak yang ditetapkan sebagai mana dimaksudkan No. 3 dapat

memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa

ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak dimaksud.

5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak dalam No. 4 disetujui, maka

Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak

sebagaimana dalam no. 3 dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya

surat keterangan dimaksud.

6) Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal

Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-

alsannya.

7) Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan

sebagaimana dalam no. 4 Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan,

maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.

2.1.2 Bagi Hasil Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Dana bagi hasil dari penerimaan pajak bumi dan bangunan sebagaimana

dimaksud dalam UU No. 33 tahun 2004 pasal 11 ayat (2), di bagi antara daerah

provinsi, daerah kabupaten/kota, dan pemerintah pusat. Dana bagi hasil dari

pemerintah pusat pajak bumi dan bangunan sebesar 90% untuk daerah dengan

rincian sebagai berikut:

a. 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening

kas umum daerah provinsi.

b. 64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan

kerekening kas umum daerah kabupaten/kota.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

c. 9% untuk biaya pemungutan

Dana bagi hasil dari penerimaan pajak bumi dan bangunan sebesar 10%

dibagikan kepada seluruh kabupaten dan/ kota yang didasarkan atas realisasi

penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun anggaran berjalan, dengan

imbangan sebagai berikut:

d. 65% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan/ kota.

e. 35% dibagikan secara intensif kepada daerah kabupaten dan/kota yang realisasi

tahun sebelumnya mencapai atau melampaui rencana penerimaan sektor

tertentu.

2.1.3 Kontribusi dan Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

terhadap Pendapatan Daerah

Menurut Depdikbud (2002: 521) pengertian kontribusi adalah uang iuran

(kepada perkumpulan dan sebagainya). Sedangkan pengertian kontribusi bila

berdasarkan kata asalnya dari bahasa Inggtis “contribution” memiliki pengertian

dalam bahasa Indonesia adalah sumbangan, sokongan, bantuan. Menurut

(Guritno, 1992: 76) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama

dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama.

Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai sumbangan yang

diberikan oleh pendapatan PBB terhadap besarnya pendapatan daerah.

Jika potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan semakin besar dan

pemerintah daerah dapat mengoptimalkan sumber penerimaannya dengan

meningkatkan target dan realisasi pajak bumi dan bangunan yang berlandaskan

potensi sesungghnya, hal ini dapat meningkatkan total hasil dana perimbangan.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Sehingga akan mengurangi rasio ketergantungan pemerintah daerah kepada

pemerintah pusat. Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar kontribusi

pajak bumi dan bangunan, maka untuk mengklasifikasikan kriteria kontribusi

pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah digunakan rumus sebagai

berikut (Halim, 2001: 164):

Kalsifikasi kriteis kontribusi dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2

Klasifikasi Kriteria Kontribusi

Persentase Kriteria

0.00 - 10% Sangat Kurang

10.00 - 20% Kurang

20.00– 30% Sedang

30.00 – 40% Cukup Baik

40.10 – 50% Baik

Di atas 50% Sangat Baik

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM 1991 dalam Sari (2009)

Efektivitas menurut Liang Gie dalam Halim (2004:166), adalah suatu

keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang

melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang

dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau

mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya. Selanjutnya efektifitas

harus dinilai atas tujuan yang bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan

maksimum. Jadi efektifitas menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil

mencapai tujuan yang layak dicapai (Steers dalam Halim, 2004: 166).

Realisasi Penerimaan PBB

Kontribusi PBB = ----------------------------------------------------x100%

Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Siagian (2001: 24) mendefinisikan efektifitas adalah pemanfaatan sumber

daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankanya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya

sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,

berarti makin tinggi efektivitasnya.

Mardiasmo (2004: 134) mendefinisikan efektifitas sebagai ukuran berhasil

tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan

telah berjalan dengan efektif. Mulyasa (2003: 82) mengemukakan bahwa

efektivitas sebagai bagaimana organisasi berhasil mendapatkan dan

memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

Pengertian-pengertian efektifitas di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan

waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah

ditentukan terlebih dahulu.

Keberadaan pajak bumi dan bangunan harus ditentukan dari target yang

akan diperolehnya setiap tahun dan tercapainya dapat dilihat dalam realisasi yang

diperoleh setiap tahun dari PBB tersebut. Dengan demikian, maka untuk

menghitung atau mengukur tingkat efektivitas penerimaan PBB dapat digunakan

rumus sebagai berikut (Halim, 2001: 164):

Realisasi Penerimaan PBB

Efektivitas PBB = ---------------------------------------x100%

Potensi PBB

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Untuk menilai efektivitas tidaknya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

terhadap Pendapatan Daerah, maka ditafsirkan pada kriteria tabel 3 sebagai

berikut (Halim, 2001: 163):

Tabel 3

Interprestasi Nilai Efektivitas

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90 – 100% Efektif

80 – 90% Cukup Efektif

60 – 80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

2.2 Konsep Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah menurut Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 pasal 1 poin 15 adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Sedangkan pendapatan daerah menurut Permendagri No. 13 tahun

2006 pasal 23 ayat 1 adalah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening

kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam

satu anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Struktur pendapatan

daerah terdiri dari: (a) pendapatan asli daerah; (b) dana perimbangan; (c) lain-lain

pendapatan yang sah.

2.2.1.1 Pendapatan Asli Daerah

Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang Republik

Indonesia No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah

dan pemerintah daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perturan perundang undangan.

pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari:

1) Pajak daerah

Menurut pasal 1 ayat 10 undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang

perubahan atas undang-undang No. 18 tahun 1997 dan Undang-undang No. 34

tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah mengatakan bahwa pajak

daerah, yang selanjutnya disebut pajak, yaitu pajak daerah, yang selanjutnya

disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jenis-jenis pajak daerah menurut undang-undang No. 28 tahun 2009

adalah sebagai berikut:

a. Pajak hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel

adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa

terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga hotel,

losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah

penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih

dari 10 (sepuluh).

b. Pajak restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,

warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

c. Pajak hiburan

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah

semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang

dinikmati dengan dipungut bayaran.

d. Pajak reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang,

jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,

dan/atau dinikmati oleh umum.

e. Pajak penerangan jalan

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak mineral bukan logam dan batuan

Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di

dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak parkir

Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan

jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

kendaraan bermotor.

h. Pajak sarang burung walet

Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan

dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa

yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia

maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

i. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas perolehan

hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas tanah dan/atau

bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan

diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau

Badan.

2) Retribusi daerah

Pasal 1 ayat 64 undang-undang No. 28 tahun 2009 yaitu perubahan undang

undang No. 18 tahun 1997 dan undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang

pajak daerah menyatakan retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi,

yaitu retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan. Contoh jenis pendapatan retribusi untuk kebupaten

atau kota meliputi objek pendapatan, diantaranya: retribusi pelayanan

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

kesehatan, retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan, retribusi

penggantian biaya cetak KTP, retribusi pelayanan pemakaman, dan lain-lain.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang disisipkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan milik daerah

yang dipisahkan.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut ini:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah atau

BUMN

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah atau

BUMN

c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

4) Lain-lain pendapat daerah yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari

penerimaan lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi

objek pendapatan berikut: (a) hasil penjualan kekayaan daerah yan tidak dapat

dipisahkan; (b) jasa giro; (c) pendapatan bunga; (d) penerimaan atas tuntutan

ganti kerugian daerah; (e) penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar

rupiah terhadap mata uang asing; (f) pendapatan denda atas keterlambatan

pelaksanaan pekerjaan; (g) pendapatan denda pajak; (h) pendapatan denda

retribusi; (i) penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat

dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah; (j)

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; (k) pendapatan dari pengembalian; (l)

fasilitas sosial dan fasilitas umum; (m) pendapatan dari penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan; (n) pendapatan dari angsuran atau cicilan penjualan.

2.2.1.2 Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari dana penerimaan

anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada

daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Menurut Permendagri No. 13 tahun

2006 tentang kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis

pendapatannya yang terdiri atas:

1. Dana bagi hasil

Bagi hasil pajak terdiri dari:

a. Bagi hasil pajak, terdiri dari pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak

pengahasilan pasal 21

b. Bagi hasil bukan pajak, terdiri atas provisi sumber daya hutan (PSDH),

pemberian hak atas tanah negara, dan penerimaan dari iuran eksplorasi.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

untu membiayai kebutuhan pengeluarannya dala rangka pelaksanaan

desentralisasi. Estimasi untuk pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Estimasi untuk perhitungan anggaran DAU dihitung

berdasarkan UU No. 25 tahun 1999 dan PP No. 41 tahun 2000.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus yaitu dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.

Berdasarkan pasal 19 ayat 1 PP No. 104 tahun 2000 tentang dana

perimbangan, disebutkan bahwa DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada

daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan

memperhatikan tersedianya dalan APBN.

1.1.2.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 mengenai kelompok lain lain

pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

1. Hibah, berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan

lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat perorangan,

dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat baik dalam bentuk devisa, rupiah

mupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak

perlu dibayar kembali

2. Dana darurat, dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau

kerusakan akibat bencana alam

3. Dana bagi hasil pajak dari propinsi kepada kabupaten/kota

4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah

bantuan keuangan dari propinsi atau dari pemerintah lainnya.

1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rochman tahun

2008, dengan judul penelitian ” Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Bumi

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Bangunan (PBB) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten

Lumajang”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

deskriptif kualitatif. Pengumpulan datanya yaitu dengan menggunakan metode

Dokumentasi dan Wawancara. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah

analisa target dan realisasi, analisis efektifitas dan analisis kontribusi. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa rasio efektifitas PBB Kabupaten Lumajang

periode 2001-2006 sudah efektif. Dengan persentase tahun 2001 mencapai

81,71%, tahun 2002 mencapai 134,45%, tahun 2003 mencapai 133,64%, tahun

2004 mencapai 144,32%, tahun 2005 mencapai 141,29% dan tahun 2006

mencapai 146,50%. Kontribusi PBB terhadapat pendapatan daerah tahun 2001

sebesar 3,41%, tahun 2002 sebesar 3,30%, tahun 2003 sebesar 3,44%, tahun 2004

sebesar 3,99%, tahun 2005 sebesar 4,00% dan tahun 2006 sebesar 4,37%. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa penerimaan PBB kabupaten Lumajang dari

periode 2001-2006 sudah efektif meskipun terjadi fluktuasi. Kontribusi PBB

terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Lumajang masih relatif kecil, hal ini

disebabkan persentase pertumbuhan pendapatan daerah lebih besar dibandingkan

dengan pertumbuhan pajak bumi bangunan.

Sari tahun 2009, dengan judul penelitian “Analisis Efektivitas dan

Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah

di Kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat

efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan Tahun 2002 sampai dengan

2008 berdasarkan target. Didapatkan nilai tertinggi pada tahun 2006 dengan

kriteria sangat efektif. Efektivitas terendah pada tahun 2002 dengan kriteria cukup

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

efektif. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan pajak bumi dan bangunan pada

pemerintah daerah kota Bandung telah dilaksanakan secara memadai, dan

menunjukan keadaan perekonomian dan pembangunan daerah kota Bandung

mengalami perkembangan. Terlihat akan kebutuhan fasilitas masyarakat seperti

fasilitas kesehatan yang mudah tersedia dan di dapat dengan baik. Laju

pertumbuhan pendapatan daerah tertinggi terjadi pada tahun 2006 dan laju

pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2005. Pendapatan daerah yang berasal

dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah dari tahun 2002

sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa

keadaan daerah kota Bandung mengalami perkembangan. Tingkat kontribusi

pajak bumi dan bangunan tahun 2002 sampai dengan 2008, yang terbesar dicapai

pada tahun 2008 dengan kategori sangat kurang. Dengan rata-rata kontribusi pajak

bumi dan bangunan adalah hanya sebesar 5.94% yang berarti sangat kurang atau

rendah. Dengan kata lain sumbangan atau manfaat tentang pajak bumi dan

bangunan.

Selanjutnya, penelitian yang sama pula yang dilakukan oleh Nurwulan

tahun 2008, dengan judul penelitian “Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Cirebon”, dengan objek penelitian

kontribusi PBB dan Pendapatan Asli Daerah. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pajak bumi dan bangunan (PBB) dapat memberikan kontribusi terhadap

pendapatan asli daerah Kabupaten Cirebon, hal ini dapat ditunjukkan dengan

jumlah penerimaan PBB yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Phares tahun 1985 yang

menyatakan bahwa dalam pemeriksaaan beban pajak penduduk setiap negara di

Amerika Serikat pada berbagai titik sepanjang spektrum pendapatan. Metode yang

digunakan untuk mengukur beban pajak; arus pajak antara negara-negara; Struktur

pendapatan federal; variasi antara negara-negara dalam dampak bahwa berbagai

jenis pajak terhadap pembayar semua pajak ada. Penelitian yang dilakukan oleh

Raskolnikov tahun 2009 mengemukakan bahwa orang membayar pajak mereka

untuk berbagai alasan. Beberapa memilih untuk permainan sistem, membayar

hanya ketika biaya ketidakpatuhan melampaui manfaatnya. Lainnya memenuhi

karena kebiasaan, rasa tugas atau timbal balik, keinginan untuk menghindari

perasaan bersalah atau malu, dan untuk alasan lainnya. Pajak sistem penegakan

kami telah mengabaikan ini berbagai pembayar pajak motivasi selama beberapa

dekade. Hal ini terus mengandalkan terutama pada audit dan denda, setidaknya

dimana informasi pelaporan dan pemotongan tidak mungkin. Denda dan audit

mencegah orang-orang rasional memainkan permainan kepatuhan pajak, tetapi

boros atau bahkan kontra produktif bila diterapkan kepada orang lain. Kekurangan

dari saat ini satu ukuran yang cocok untuk semua pendekatan penegakan pajak

dipahami dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rixen tahun 2011 yang mengemukakan

bahwa kasus normatif untuk pemerintahan pajak global. Berlawanan dengan

bagian berpengaruh dari literatur, pilihan kebijakan pajak nasional menyebabkan

eksternalitas yang signifikan bagi negara-bangsa lainnya. Berfokus pada

perpajakan bisnis, artikel ini menunjukkan bahwa persaingan pajak merongrong

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

integritas dan prinsip distributif dari sistem pajak dalam negeri dan memperburuk

ketidaksetaraan antara negara maju dan berkembang. Selanjutnya, mengemukakan

bahwa efek persaingan pajak internasional tidak adil terlepas dari apakah globalis

atau kurang menuntut perspektif internasionalis pada keadilan diadopsi.

Persyaratan minimum keadilan adalah untuk merancang aturan global yang

memastikan bahwa sistem pajak nasional tetap mampu menerapkan keadilan

distributif sebagai mereka mau. Akhirnya, artikel ini menyajikan dan membahas

proposal konkret bagi pemerintahan global persaingan bisnis pajak, yaitu,

perpajakan kesatuan dengan pembagian susu formula.

Untuk lebih jelasnya penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 4

berikut:

Tabel 4: Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti &

Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Mochamad

Abdul

Rochman,

2008

Analisis Efektifitas

Pemungutan Pajak Bumi

Bangunan (PBB) dan

Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Daerah

Kabupaten Lumajang

- Efektivitas Pemungutan

- Konstribusi

- Pendapatan Daerah

Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis deskriptif

kualitatif. Pengumpulan datanya yaitu

dengan menggunakan metode dokumentasi

dan wawancara. Teknik analisa data yang

dipergunakan adalah analisa target dan

realisasi, Analisis Efektifitas dan Analisis

kontribusi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa rasio efektifitas PBB

Kabupaten Lumajang periode 2001-2006

sudah efektif. Dengan persentase tahun 2001

mencapai 81,71%, tahun 2002 mencapai

134,45%, tahun 2003 mencapai 133,64%,

tahun 2004 mencapai 144,32%, tahun 2005

mencapai 141,29% dan tahun 2006 mencapai

146,50%. Kontribusi PBB terhadapat

Pendapatan Daerah tahun 2001 sebesar

3,41%, tahun 2002 sebesar 3,30%, tahun

2003 sebesar 3,44%, tahun 2004 sebesar

3,99%, tahun 2005 sebesar 4,00% dan tahun

2006 sebesar 4,37%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penerimaan PBB

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

kabupaten Lumajang dari periode 2001-2006

sudah efektif meskipun terjadi fluktuasi.

Kontribusi PBB terhadap Pendapatan Daerah

Kabupaten Lumajang masih relatif kecil, hal

ini disebabkan persentase pertumbuhan

pendapatan daerah lebih besar dibandingkan

dengan pertumbuhan Pajak Bumi Bangunan

Yulia Anggara

Sari, 2009

Analisis Efektivitas dan

Kontribusi Penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan

Terhadap Pendapatan

Daerah di Kota Bandung

- Efektivitas dan

Kontribusi Penerimaan

Pajak Bumi dan

Banguan

- Pendapatan Daerah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak

bumi dan bangunan Tahun 2002 sampai

dengan 2008 berdasarkan target. Didapatkan

nilai tertinggi pada tahun 2006 dengan

kriteria sangat efektif. Efektivitas terendah

pada tahun 2002 dengan kriteria cukup

efektif. Hal ini menunjukan bahwa

pengelolaan pajak bumi dan bangunan pada

pemerintah daerah kota Bandung telah

dilaksanakan secara memadai, dan

menunjukan keadaan perekonomian dan

pembangunan daerah kota Bandung

mengalami perkembangan. Terlihat akan

kebutuhan fasilitas masyarakat seperti

fasilitas kesehatan yang mudah tersedia dan

di dapat dengan baik. Laju pertumbuhan

pendapatan daerah tertinggi terjadi pada

tahun 2006 dan laju pertumbuhan terendah

terjadi pada tahun 2005. Pendapatan daerah

yang berasal dari PAD, dana perimbangan,

dan lain-lain pendapatan yang sah dari tahun

2002 sampai dengan tahun 2007 mengalami

peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa

keadaan daerah kota Bandung mengalami

perkembangan. Tingkat kontribusi pajak

bumi dan bangunan tahun 2002 sampai

dengan 2008, yang terbesar dicapai pada

tahun 2008 dengan kategori sangat kurang.

Dengan rata-rata kontribusi pajak bumi dan

bangunan adalah hanya sebesar 5.94% yang

berarti sangat kurang atau rendah. Dengan

kata lain sumbangan atau manfaat tentang

pajak bumi dan bangunan.

Rindi Septi

Coriah

Nurwulan,

2008

Kontribusi Pajak Bumi dan

Bangunan terhadap

Pendapatan Daerah di

Kabupaten Cirebon

- Kontribusi PBB

- Pendapatan Daerah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

bahwa pajak bumi dan bangunan (PBB)

dapat memberikan kontribusi terhadap

pendapatan asli daerah Kabupaten Cirebon,

hal ini dapat ditunjukkan dengan jumlah

penerimaan PBB yang mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun.

Phares,

Donald (1985)

- Bahwa dalam pemeriksaaan beban pajak

penduduk setiap negara di Amerika Serikat

pada berbagai titik sepanjang spektrum

pendapatan. Metode yang digunakan untuk

mengukur beban pajak; Arus pajak antara

negara-negara; Struktur pendapatan federal;

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Variasi antara negara-negara dalam dampak

BAHWA berbagai jenis pajak terhadap

pembayar semua pajak ada. Penelitian yang

dilakukan oleh Raskolnikov, Alex (2009)

mengemukakan bahwa orang membayar

pajak mereka untuk berbagai alasan.

Beberapa memilih untuk permainan sistem,

membayar hanya ketika biaya

ketidakpatuhan melampaui manfaatnya.

Lainnya memenuhi karena kebiasaan, rasa

tugas atau timbal balik, keinginan untuk

menghindari perasaan bersalah atau malu,

dan untuk alasan lainnya. Pajak sistem

penegakan kami telah mengabaikan ini

berbagai pembayar pajak motivasi selama

beberapa dekade. Hal ini terus mengandalkan

terutama pada audit dan denda, setidaknya di

mana informasi pelaporan dan pemotongan

tidak mungkin. Denda dan audit mencegah

orang-orang rasional memainkan permainan

kepatuhan pajak, tetapi boros atau bahkan

kontra produktif bila diterapkan kepada

orang lain. Kekurangan dari saat ini satu-

ukuran-cocok-semua pendekatan penegakan

pajak dipahami dengan baik.

Raskolnikov,

Alex (2009)

- Bahwa orang membayar pajak mereka untuk

berbagai alasan. Beberapa memilih untuk

permainan sistem, membayar hanya ketika

biaya ketidakpatuhan melampaui

manfaatnya. Lainnya memenuhi karena

kebiasaan, rasa tugas atau timbal balik,

keinginan untuk menghindari perasaan

bersalah atau malu, dan untuk alasan lainnya.

Pajak sistem penegakan kami telah

mengabaikan ini berbagai pembayar pajak

motivasi selama beberapa dekade. Hal ini

terus mengandalkan terutama pada audit dan

denda, setidaknya dimana informasi

pelaporan dan pemotongan tidak mungkin.

Denda dan audit mencegah orang-orang

rasional memainkan permainan kepatuhan

pajak, tetapi boros atau bahkan kontra

produktif bila diterapkan kepada orang lain.

Kekurangan dari saat ini satu-ukuran-cocok-

semua pendekatan penegakan pajak

dipahami dengan baik.

Rixen,

Thomas

(2011)

- Bahwa kasus normatif untuk pemerintahan

pajak global. Berlawanan dengan bagian

berpengaruh dari literatur, pilihan kebijakan

pajak nasional menyebabkan eksternalitas

yang signifikan bagi negara-bangsa lainnya.

Berfokus pada perpajakan bisnis, artikel ini

menunjukkan bahwa persaingan pajak

merongrong integritas dan prinsip distributif

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

dari sistem pajak dalam negeri dan

memperburuk ketidaksetaraan antara negara

maju dan berkembang. Selanjutnya, setan-

strates bahwa efek persaingan pajak

internasional tidak adil terlepas dari apakah

globalis atau kurang menuntut perspektif

internasionalis pada keadilan diadopsi.

Persyaratan minimum keadilan adalah untuk

merancang aturan global yang memastikan

bahwa sistem pajak nasional tetap mampu

menerapkan keadilan distributif sebagai

mereka mau. Akhirnya, artikel ini

menyajikan dan membahas proposal konkret

bagi pemerintahan global persaingan bisnis

pajak, yaitu, perpajakan kesatuan dengan

pembagian susu formula.

1.3 Kerangka Pemikiran

Ditetapkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU

No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah, maka pemerintah kabupaten/kota dituntut untuk meningkatkan

kemampuan dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan

sumber-sumber keuangan sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki keuangan

daerahnya. Hal ini disebabkan pemerintah daerah harus mengelola keuangan

daerahnya sendiri dengan meningkatkan penerimaan daerahnya untuk dapat

membiayai pengeluaran atau belanja daerah secara efektif dan efisien.

Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan

dan pelayanan terhadap masyarakat di daerahnya. Untuk mewujudkan tugasnya

tersebut maka pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang cukup

dan memadai kerena untuk pelaksanaan pembangunan daerah itu diperlukan biaya

yang tidak sedikit. Salah satu sumber keuangan untuk penyelenggaraan

pembangunan daerah tersebut adalah dari dana perimbangan yang mana salah

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

satunya merupakan dana bagi hasil pajak yang bersumber dari pajak bumi dan

bangunan (PBB).

Pengertian yang terkandung dalam pajak bumi dan bangunan menurut

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yaitu bumi adalah permukaan bumi dan

tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan

pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik

Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan

tempat yang diusahakan.

PBB merupakan pajak pusat karena dalam APBN termasuk dalam dana

perimbangan. PBB juga merupakan azas pembantuan karena dana bagi hasil dari

penerimaan PBB sebesar 90% untuk daerah dengan rincian sebagai berikut 16,2%

untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum

daerah provinsi, 64,8% untuk daerah kabupaten; kota yang bersangkutan dan

disalurkan ke rekening kas umum daerah kabupaten kota,9% untuk biaya

pemungutan. Sedangkan sisa 10% bagian pemerintah yang dibagikan kepada

seluruh kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun

anggaran berjalan dengan imbangan sebagai berikut: 6,5% dibagikan secara

merata kepada seluruh daerah kabupaten kota, dan 3,5% dibagikan secara intensif

kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai atau

melampaui rencana penerimaan sektor tertentu. Nominal 64,8% ini memiliki

kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan daerah. Wajib pajak menyetorkan

PBB pada suatu badan yang ditunjuk oleh pemerintah untuk kemudian dikelola

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

lebih lanjut oleh kantor pajak bumi dan bangunan (KPBB). Instansi ini

bertanggung jawab pada pemerintah pusat.

Sedangkan pengertian pendapatan daerah menurut ketentuan umum

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 1 poin 15 tentang pemerintahan daerah

adalah: “Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai

penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan”. Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah, dana

perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Dana perimbangan merupakan

pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri dari dana bagi hasil,

dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana bagi hasil terdiri bersumber

dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak

terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan dan pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan

29 wajib pajak orang pribad dalam negeri dan PPh pasal 21.

Penelitian ini akan membahas pajak bumi dan bangunan yang

menitikberatkan efektivitas dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah. Dalam

hal ini pajak bumi dan bangunan merupakan faktor yang mempengaruhi untuk

membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk

mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah antara pusat dan daerah

serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah.

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka di atas, maka secara

skema kerangka pemikiran dapat digambarkan seperti pada gambar 1 berikut:

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4662/6/2012-1-62201-241408085-bab2... · dan lain-lain. c. Pengecualian objek pajak Objek pajak yang dikenakan

Gambar 1: Kerangkan Pemikiran

Pendapatan daerah

Permasalahan Penelitian Berdasarkan fenomena dan kesediaan teoritis serta studi empiris tentang

kontribusi dan tingkat efektivitas penerimaan PBB dan pendapatan daerah di Kabupaten Bone Bolango, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memformulasikan judul penelitian “analisis kontribusi dan tingkat efektivitas penerimaan PBB terhadap pendapatan daerah Kabupaten Bone Bolango”

Dasar Teori Suandy (2002: 349) pajak bumi dan

bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya.

Sedangkan pendapatan asli daerah dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perturan perundang undangan”

Kontribusi dan efektivitas penerimaan PBB

1. Mochamad Abdul Rochman (2008) dengan judul penelitian ” Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Lumajang”

2. Yulia Anggara Sari (2009) dengan judul penelitian “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung”

3. Rindi Septi Coriah Nurwulan (2008) dengan judul penelitian “Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah di kAB.Kabupaten Cirebon”